Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

Sistem Pemblajaran Terhadap Anak Tunagrahita

Di Yayasan SLB Negri 1 Rejang Lebong


“Dusun Sido Mulya Tempel Rejo Kec.Curup Selatan“

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Individu Yang Wajib

Dalam Mengikuti Mata Kuliah Anak luar Biasa

DISUSUN OLEH :

Feri Andhika

(20641016)

BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI CURUP

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat.
Karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah . Dan juga
tidak lupa saya berterima kasih kepada Dosen mata kuliah kegiatan pendukung . Penulis sangat
berharap tugas laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari
apa yang penulis harapkan. Untuk itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana
yang membangun.

Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun bagi orang yang
membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

Curup 22 november 2022

Feri Andhika
DAFTAR ISI

BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
A.LATAR BELAKANG............................................................................................................3
B.RUMUSAN MASALAH........................................................................................................4
C.TUJUAN PENELITIAN........................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
A.Hakikat Anak Tuna Grahita.................................................................................................5
B.Penyebab Kelainan anak tuna grahita.................................................................................5
C. Klasifikasi anak tuna grahita...............................................................................................7
D.Karakteristik menurut tingkat ketunagrahitaannya..........................................................8
E.Pendidikan bagi anak Tuna grahita.....................................................................................8
F. Hasil Penelitian....................................................................................................................10
1.Tempat Penelitian Dan Identitas Siswa..............................................................................10
2.Hasil Penelitian......................................................................................................................10
BAB III.........................................................................................................................................12
PENUTUP....................................................................................................................................12
A.KESIMPULAN.....................................................................................................................12
B.DOKUMENTASI.................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan
karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada umumnya. The National
Information Center for Children and Youth with Disabilities (NICHCY) mengemukakan bahwa “children
with special needs or special needs children refer to children who have disabilities or who are at risk of
developing disabilities”. Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus
yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental,
emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa,
tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah
lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat.

Dalam UUD 1945 pasal 31 Ayat (1) menyebutkan bahwa : “Setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan”. Hal ini menunjukkan bahwa Anak Berkebutuhan khusus berhak mendapat pendidikan
seperti hanya anak-anak normal pada umumnya. Namun Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki,
ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan
potensi mereka. Dalam UU No. 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional juga telah diatur mengenai
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yaitu Pasal 32 Ayat (1) : Pendidikan khusus merupakan
pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa.

Pendidikan Anak berkebutuhan khusus juga diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 04
Tahun 1997 tentang penyandang cacat pasal 11 yang berbunyi setiap penyandang cacat mempunyai
kesamaan untuk mendapat pendidikan pada satuan, jalur, dan jenjang pendidikan sesuai jenis dan derajat
kecacatan, sedangkan pasal 12 menekankan bahwa setiap lembaga pendidikan memberikan kesempatan
dan perlakuan yang sama kepada penyandang cacat sebagai peserta didik pada satuan, jalur, jenis dan
pendidikan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya serta kemampuannya.

Anak berkebutuhan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan
kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB
bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB
bagian G untuk cacat ganda.

Berlandaskan pada hal tersebut, maka peneliti sudah melakukan observasi di Sekolah Luar Biasa (SLB)
Rejang Lebong pada tingkat SMP untuk meneliti anak dengan tunagrahita ketika proses belajar di sekolah
serta mewawancarai orang tua dan guru yang mengajar di sekolah tersebut. Kemudian, hasil penelitian
akan dipaparkan dalam laporan hasil observasi lapangan pada bab-bab selanjutnya dalam laporan ini.
B.RUMUSAN MASALAH

1.Bagaimana karakteristik anak berkebutuhan khusus (ABK) tunagrahita?

2.Apa saja permasalahan yang dialami anak berkebutuhan khusus (ABK) tunagrahita?

3.Bagaimana layanan dan cara penanganan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) tunagrahita?

C.TUJUAN PENELITIAN

1.Untuk mengetahui karakteristik anak berkebutuhan khusus (ABK) tunagrahita

2.Untuk mengetahui permasalahan yang dialami anak berkebutuhan khusus (ABK) tunagrahita

3.Untuk mengetahui layanan dan cara penanganan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) tunagrahita


BAB II

PEMBAHASAN

A.Hakikat Anak Tuna Grahita

Istilah untuk anak tunagrahita bervariasi, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama: lemah pikiran,
terbelakang mental, cacat grahita dan tunagrahita. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Mentally
Handicaped, Mentally Retardid. Anak tunagrahita adalah bagian dari anak luar biasa. Anak luar biasa
yaitu anak yang mempunyai kekurangan, keterbatasan dari anak normal. Sedemikian rupa dari segi: fisik,
intelektual, sosial, emosi dan atau gabungan dari hal-hal tadi, sehingga mereka membutuhkan layanan
pendidikan khusus untuk mengembangkan potensinya secara optimal. adalah anak yang mempunyai
kekurangan atau keterbatasan dari segi mental intelektualnya, dibawah rata-rata normal, sehingga
mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi, maupun sosial, dan karena memerlukan
layanan pendidikan khusus.

B.Penyebab Kelainan anak tuna grahita

Seseorang menjadi tunagrahita disebabkan oleh berbagai faktor. Para ahli membagi faktor penyebab
tersebut atas beberapa kelompok. Strauss membagi faktor penyebab ketunagrahitaan menjadi dua gugus
yaitu endogen dan eksogen. Faktor endogen apabila letak penyebabnya pada sel keturunan dan eksogen
adalah hal-hal di luar sel keturunan, misalnya infeksi, virus menyerang otak, benturan kepala yang keras,
radiasi, dan lain-lain.

Cara lain yang sering digunakan dalam pengelompokan faktor penyebab ketunagrahitaan adalah
berdasarkan waktu terjadinya, yaitu faktor yang terjadi sebelum lahir (prenatal); saat kelahiran (natal),
dan setelah lahir (postnatal). Berikut ini akan dibahas beberapa penyebab ketunagrahitaan yang sering
ditemukan baik yang berasal dari faktor keturunan maupun faktor lingkungan.

a.Faktor Keturunan

Penyebab kelainan yang berkaitan dengan faktor keturunan meliputi hal-hal berikut.

1) Kelainan kromosom, dapat dilihat dari bentuk dan nomornya. Dilihat dari bentuknya dapat
berupa inversi (kelainan yang menyebabkan berubahnya urutan generasi karena melilitnya kromosom;
delesi (kegagalan meiosis, yaitu salah satu pasangan tidak membelah sehingga terjadi kekurangan
kromosom pada salah satu sel); duplikasi (kromosom tidak berhasil memisahkan diri sehingga terjadi
kelebihan kromosom pada salah satu sel yang lain); translokasi (adanya kromosom yang patah dan
patahannya menempel pada kromosom lain).

2) Kelainan Gene. Kelainan ini terjadi pada waktu mutasi, tidak selamanya tampak dari luar (tetap
dalam tingkat genotif). Ada 2 hal yang perlu diperhatikan untuk memahaminya, yaitu kekuatan kelainan
tersebut dan tempat gena (locus) yang mendapat kelainan.

b.Gangguan metabolisme dan gizi


Metabolisme dan gizi merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu terutama
perkembangan sel-sel otak. Kegagalan metabolisme dan kegagalan pemenuhan kebutuhan gizi dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan fisik dan mental pada individu. Kelainan yang disebabkan oleh
kegagalan metabolisme dan gizi, antara lain phenylketonuria (akibat gangguan metabolisme asam amino)
dengan gejala yang tampak berupa: tunagrahita, kekurangan pigmen, kejang saraf, kelainan tingkah laku;
gargoylism (kerusakan metabolisme saccharide yang menjadi tempat penyimpanan asam
mucopolysaccharide dalam hati, limpa kecil, dan otak) dengan gejala yang tampak berupa
ketidaknormalan tinggi badan, kerangka tubuh yang tidak proporsional, telapak tangan lebar dan pendek,
persendian kaku, lidah lebar dan menonjol, dan tunagrahita; cretinism (keadaan hypohydroidism kronik
yang terjadi selama masa janin atau saat dilahirkan) dengan gejala kelainan yang tampak adalah
ketidaknormalan fisik yang khas dan ketunagrahitaan.

c.Infeksi dan keracunan

Keadaan ini disebabkan oleh terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin masih berada dalam
kandungan. Penyakit yang dimaksud, antara lain rubella yang mengakibatkan ketunagrahitaan serta
adanya kelainan pendengaran, penyakit jantung bawaan, berat badan sangat kurang ketika lahir; syphilis
bawaan; syndrome gravidity beracun, hampir pada semua kasus berakibat ketunagrahitaan.

d.Trauma dan zat radioaktif

Terjadinya trauma terutama pada otak ketika bayi dilahirkan atau terkena radiasi zat radioaktif saat hamil
dapat mengakibatkan ketunagrahitaan. Trauma yang terjadi pada saat dilahirkan biasanya disebabkan oleh
kelahiran yang sulit sehingga memerlukan alat bantu. Ketidaktepatan penyinaran atau radiasi sinar X
selama bayi dalam kandungan mengakibatkan cacat mental microsephaly.

e.Masalah pada kelahiran

f..Masalah yang terjadi pada saat kelahiran, misalnya kelahiran yang disertai hypoxia yang dipastikan
bayi akan menderita kerusakan otak, kejang, dan napas pendek. Kerusakan juga dapat disebabkan oleh
trauma mekanis terutama pada kelahiran yang sulit.

g.Faktor lingkungan

Banyak faktor lingkungan yang diduga menjadi penyebab terjadinya ketunagrahitaan.

Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk membuktikan hal ini, salah satunya adalah temuan Patton
& Polloway bahwa bermacam-macam pengalaman negatif atau kegagalan dalam melakukan interaksi
yang terjadi selama periode perkembangan menjadi salah satu penyebab ketunagrahitaan. Studi yang
dilakukan Kirk , bahwa anak yang berasal dari keluarga yang tingkat sosial ekonominya rendah
menunjukkan kecenderungan mempertahankan mentalnya pada taraf yang sama, bahkan prestasi
belajarnya semakin berkurang dengan meningkatnya usia. Triman Prasadio, mengemukakan bahwa
kurangnya rangsang intelektual yang memadai mengakibatkan timbulnya hambatan dalam perkembangan
inteligensia sehingga anak dapat berkembang menjadi anak retardasi mental.
C. Klasifikasi anak tuna grahita

1.Tunagrahita Ringan (Debil)

Anak tunagrahita ringan pada umumnya tampang atau kondisi fisiknya tidak berbeda dengan anak normal
lainnya, mereka mempunyai IQ antara kisaran 50 s/d 70. Mereka juga termasuk kelompok mampu didik,
mereka masih bisa dididik (diajarkan) membaca, menulis dan berhitung, anak tunagrahita ringan biasanya
bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas IV SD Umum.

2.Tunagrahita Sedang atau Imbesil

Anak tunagrahita sedang termasuk kelompok latih. Tampang atau kondisi fisiknya sudah dapat terlihat,
tetapi ada sebagian anak tunagrahita yang mempunyai fisik normal. Kelompok ini mempunyai IQ antara
30 s/d 50. Mereka biasanya menyelesaikan pendidikan setingkat kelas II SD Umum.

3.Tunagrahita Berat atau Idiot

Kelompok ini termasuk yang sangat rendah intelegensinya tidak mampu menerima pendidikan secara
akademis. Anak tunagrahita berat termasuk kelompok mampu rawat, IQ mereka rata-rata 30 kebawah.
Dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan bantuan orang lain.

4.Karakteristik anak tuna grahita

Karakteristik anak tunagrahita secara umum berdasarkan adaptasi dari James D. Page sebagai berikut:

1)Akademik

Kapasitas belajar anak tunagrahita sangat terbatas, lebih-lebih kapasitasnya mengenai hal-hal yang
abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan membeo (rote learning) dari pada dengan pengertian. Dari
hari ke hari mereka membuat kesalahan yang sama. Mereka cenderung menghindar dari perbuatan
berpikir. Mereka mengalami kesukaran memusatkan perhatian, dan lapang minatnya sedikit. Mereka juga
cenderung cepat lupa, sukar membuat kreasi baru, serta rentang perhatiannya pendek.

2) Sosial/Emosional

Dalam pergaulan, anak tunagrahita tidak dapat mengurus diri, memelihara dan memimpin diri. Ketika
masih muda mereka harus dibantu terus karena mereka mudah terperosok ke dalam tingkah laku yang
kurang baik. Mereka cenderung bergaul atau bermain bersama dengan anak yang lebih muda darinya.
Kehidupan penghayatannya terbatas. Mereka juga tidak mampu menyatakan rasa bangga atau kagum.
Mereka mempunyai kepribadian yang kurang dinamis, mudah goyah, kurang menawan, dan tidak
berpandangan luas. Mereka juga mudah disugesti atau dipengaruhi sehingga tidak jarang dari mereka
mudah terperosok ke hal-hal yang tidak baik, seperti mencuri, merusak, dan pelanggaran seksual.

3)Fisik/Kesehatan

Baik struktur maupun fungsi tubuh pada umumnya anak tunagrahita kurang dari anak normal. Mereka
baru dapat berjalan dan berbicara pada usia yang lebih tua dari anak normal. Sikap dan gerakannya
kurang indah, bahkan diantaranya banyak yang mengalami cacat bicara. Pendengaran dan penglihatannya
banyak yang kurang sempurna. Kelainan ini bukan pada organ tetapi pada pusat pengolahan di otak
sehingga mereka melihat, tetapi tidak memahami apa yang dilihatnya, mendengar, tetapi tidak memahami
apa yang didengarnya.

D.Karakteristik menurut tingkat ketunagrahitaannya.

1.Karakteristik Tunagrahita Ringan

Meskipun tidak dapat menyamai anak normal yang seusia dengannya, mereka masih dapat belajar
membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Pada usia 16 tahun atau lebih mereka dapat mempelajari
bahan yang tingkat kesukarannya sama dengan kelas 3 dan kelas 5 SD. Kematangan belajar membaca
baru dicapainya pada umur 9 tahun dan 12 tahun sesuai dengan berat dan ringannya kelainan.
Kecerdasannya berkembang dengan kecepatan antara setengah dan tiga per empat kecepatan anak normal
dan berhenti pada usia muda. Perbendaharaan katanya terbatas, tetapi penguasaan bahasanya memadai
dalam situasi tertentu. Mereka dapat bergaul dan mempelajari pekerjaan yang hanya memerlukan semi
skilled. Sesudah dewasa banyak di antara mereka yang mampu berdiri sendiri. Pada usia dewasa
kecerdasannya mencapai tingkat usia anak normal 9 dan 12 tahun.

2.Karakteristik Tunagrahita Sedang

Anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari pelajaran-pelajaran akademik. Perkembangan
bahasanya lebih terbatas daripada anak tunagrahita ringan. Mereka berkomunikasi dengan beberapa kata.
Mereka dapat membaca dan menulis, seperti namanya sendiri, alamatnya, nama orang tuanya, dan lain-
lain. Mereka mengenal angka-angka tanpa pengertian. Namun demikian, mereka masih memiliki potensi
untuk mengurus diri sendiri. Mereka dapat dilatih untuk mengerjakan sesuatu secara rutin, dapat dilatih
berkawan, mengikuti kegiatan dan menghargai hak milik orang lain. Sampai batas tertentu mereka selalu
membutuhkan pengawasan, pemeliharaan, dan bantuan orang lain. Tetapi mereka dapat membedakan
bahaya dan bukan bahaya. Setelah dewasa kecerdasan mereka tidak lebih dari anak normal usia 6 tahun.
Mereka dapat mengerjakan sesuatu dengan pengawasan.

3.Karakteristik Anak Tunagrahita Berat dan Sangat Berat

Anak tunagrahita berat dan sangat berat sepanjang hidupnya akan selalu tergantung pada pertolongan dan
bantuan orang lain. Mereka tidak dapat memelihara diri sendiri (makan, berpakaian, ke WC, dan
sebagainya harus dibantu). Mereka tidak dapat membedakan bahaya dan bukan bahaya. Ia juga tidak
dapat bicara kalaupun bicara hanya mampu mengucapkan kata-kata atau tanda sederhana saja.
Kecerdasannya walaupun mencapai usia dewasa berkisar, seperti anak normal usia paling tinggi 4 tahun.
Untuk menjaga kestabilan fisik dan kesehatannya mereka perlu diberikan kegiatan yang bermanfaat,
seperti mengampelas, memindahkan benda, mengisi karung dengan beras sampai penuh

E.Pendidikan bagi anak Tuna grahita

Sama halnya dengan anak normal, anak tunagrahita membutuhkan pendidikan. Pendidikan dapat
membantu pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh individu. Anak
tunagrahita sebagaimana manusia lainnya, bahwa mereka dapat dididik (homo educable) dan dapat
mendidik (homo educandum).
Tujuan pendidikan yang hendak dicapai oleh tunagrahita tidak berbeda dengan tujuan pendidikan pada
umumnya, sebab anak tunagrahita itu sendiri lahir di tengah-tengah masyarakat. Namun tujuan itu
bukanlah tujuan yang eksklusif karena diperlukan penyesuaian tertentu dengan tingkatan kemampuan
mereka. Tujuan yang terletak di luar jangkauan kemampuan anak tunagrahita tidak perlu dipaksakan
harus dikuasai oleh anak tunagrahita. Untuk itu diperlukan usaha merumuskan tujuan khusus pendidikan
anak tunagrahita. Tujuan pendidikan anak tunagrahita, seperti yang diungkapkan oleh Kirk adalah (a)
Dapat mengembangkan potensi dengan sebaik-baiknya; (b) Dapat menolong diri, berdiri sendiri dan
berguna bagi masyarakat; (c) Memiliki kehidupan lahir batin yang layak. Tujuan pendidikan anak
tunagrahita dikemukakan oleh Suhaeri HN, sebagai berikut.

a.Tujuan pendidikan anak tunagrahita ringan adalah (1) agar dapat mengurus dan membina diri; (2) agar
dapat bergaul di masyarakat; dan (3) agar dapat mengerjakan sesuatu untuk bekal hidupnya.

b.pendidikan anak tunagrahita sedang adalah (1) agar dapat mengurus diri, seperti makan minum,
berpakaian, dan kebersihan badan; (2) agar dapat bergaul dengan anggota keluarga dan tetangga, serta (3)
agar dapat mengerjakan sesuatu secara rutin dan sederhana.

c.Pendidikan anak tunagrahita berat dan sangat berat adalah (1) agar dapat mengurus diri secaras
(memberi tanda atau kata-kata apabila menginginkan sesuatu, seperti makan), (2) agar dapat melakukan
kesibukan yang bermanfaat (misalnya mengisi kotak-kotak dengan paku); (3) agar dapat bergembira
(seperti berlatih mendengarkan nyanyian, menonton TV, menatap mata orang yang berbicara dengannya).

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 bahwa setiap warga negara berhak untuk mendapatkan
pengajaran. Demikian halnya dengan anak tunagrahita berhak untuk mendapatkan pendidikan. Sekolah-
sekolah untuk melayani pendidikan anak luar biasa (tunagrahita) yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB) atau
sekolah berkebutuhan khusus. Sekolah Luar Biasa untuk anak tunagrahita dibedakan menjadi :

1.SLB – C untuk Tunagrahita ringan

2.SLB – C1untuk Tunagrahita sedang

3.Untuk Tunagrahita berat biasanya berbentuk panti plus asramanya


F. Hasil Penelitian

1.Tempat Penelitian Dan Identitas Siswa

a. Nama sekolah : SLB NEGERI 1 REJANG LEBONG

b. Alamat : Jl. Sido Mulyo Tempel Rejo

c. Kecamatan : Curup selatan

d. Kabupaten/kota : Rejang Lebong Bengkulu

a. Nama siswa : Yudi Saputra

b. Umur : 16 tahun

c. Intelektual : anak debil ,mampu berkomunikasi,bersosialisasi yang baik,dalam


pelajaran membaca,menghitung dan menghafal sedikit kesulitan, melakukan sesuatu tanpa memikirkan
akibat.

2.Hasil Penelitian

Kegiatan hasil observasi ini saya lakukan di SLB Negeri 1 Rejang lebong, berdasrakan hasil wawancara
dengan ibu susi , bahwa anak di sekolah ini terdiri dari SDLB , SMPLB, dan SMALB. Anak – anak yang
masuk dalam sekolah ini sudah di tes IQ terlebih dahulu dari psikolog Bengkulu, pengajaran di sekolah
tersebut dikualifikasi berdasarkan keterbatasan yang dimiliki anak, seperti kelas autis , kelas tunarungu,
kelas tunagrahita, kelas tunanetra, kebanyakan anak anak disini 70% disebabkan faktor genetik, anak-
anak diajarkan mata pelajaran umum dan ditambah peljaran khusus seperti eskul , seni ruang keahlian. Bu
susi juga menjelaskan anak anak yang IQ nya di 80-85 mudah untuk dibimbing, dibawah 80 agak sedikit
sulit dibimbing. Kegiatan senin sampai sabtu mereka ber beda beda senin sampai kamis mereka belejar
seperti biasanyaa dan hari senin jumat mereke melakukan senam dan hari sabtu melakukan ekstra
kulikuler sarana dan prasaran di sekolah SLB sudah sangat menunjang untuk anak berkebutuhan khusus,
mulai dari kelas seni ada alat music, kelas belajar kursi dan bangku di buat dengan memperhatikan
kenyamanan siswa.
G.Analisis
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
B.DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai