Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS
Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus
Dosen : Sri Muniroh, MA

Oleh : Kelompok I

Ilyas NIM : 1118069


Abdul Kholiq NIM : 1118062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKUTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI
PATI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang tulus penulis persembahkan ke hadirat Allah Swt. atas
segala karunia yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah “Konsep Dasar Anak Berkebutuhan Khusus” dalam rangka memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Salawat
beserta salam semoga senantiasa tercurah untuk junjungan kita Rasulullah
Muhammad Saw. beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman, dengan
diiringi upaya meneladani akhlaknya yang mulia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
berkontribusi membantu kami menyelesaikan tugas makalah ini, baik secara
materil maupun moril. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Ibu Sri
Muniroh, MA selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus yang telah membimbing dan memotivasi dalam proses
penyusunan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis,
pembaca, dan bagi semua pihak. Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat
masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu kami dengan terbuka menerima
kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dapat bermanfaat bagi kami.
Semoga Allah Swt. senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua. Aamiin.

Pati, 25 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................................ii
BAB I  PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................2
BAB II  PEMBAHASAN ...................................................................................3
A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus...........................................3
B. KonsepAnak Berkebutuhan Khusus ................................................5
C. Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus ............................................6
D. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus...........................................7
E. Masalah- Masalah Yang Dihadapi Anak Berkebutuhan Khusus.....9
F. Terjadinya Anak Berkebutuhan Khusus ..........................................9
BAB III  PENUTUP .........................................................................................11
A. Kesimpulan ....................................................................................11
B. Saran ..............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 


Seringkali kita jumpai anak-anak, remaja, bahkan dewasa dalam
perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan dari segi kognitif.
Sehingga, untuk mencapai perkembangan yang optimal diperlukan penanganan
atau pendampingan secara khusus. Kelompok inilah yang dikenal sebagai
kelompok anak berkebutuhan khusus.
Pada dasarnya, anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Karakteristik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensorik
motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, kemampuan
berinteraksi sosial, serta kreatifitasnya. Selain itu, anak berkebutuhan khusus bisa
digolongkan menjadi anak yang memiliki kelainan secara fisik, mental,
berkelainan emosional maupun akademik sehingga mereka memerlukan pelayanan
pendidikan khusus. Seorang pendidik harus memahami berbagai karakter anak
terutama anak yang memiliki karakter yang istimewa seperti anak yang
berkebutuhan khusus.
Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan
secara simpel sebagai anak yang lambat atau mengalami gangguan yang tidak
akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat dideskripsikan bahwa rumusan
masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Anak Berkebutuhan Khusus?
2. Bagaimana Konsep Anak Berkebutuhan Khusus?
3. Apa saja faktor penyebab Kebutuhan Khusus?
4. Apa saja jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus?
5. Apa masalah-masalah yang dihadapi Anak Berkebutuhan Khusus?
6. Apa dampak dari Anak Berkebutuhan Khusus?

1
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah:
1. untuk mengetahui pengertian Anak Berkebutuhan Khusus.
2. untuk mengetahui konsep Anak Berkebutuhan Khusus.
3. untuk mengetahui apa saja faktor penyebab Kebutuhan Khusus.
4. untuk mengetahui Apa saja jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus.
5. untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi Anak Berkebutuhan
Khusus.
6. untuk mengetahui apa saja dampak dari Anak Berkebutuhan Khusus.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus


Dalam buku Pembelajaran Anak Tunagrahita karangan Prof. Dr. Bandi
Delphie menyatakan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah
lain untuk menggantikan kata Anak Luar Biasa (ALB) yang menandakan adanya
kelainan khusus. ABK mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dan
lainnya.
Mulyono (2006:26) anak berkebutuhan khusus diartikan sebagai anak
yang mempunyai kecacatan atau yang menyandang ketunaan, dan juga anak lantib
dan berbakat. Seiring perkembangannya, makna ketunaan dapat diartikan sebagai
berkelainan atau luar biasa1.
Menurut Depdiknas (2004: 2), anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah
anak yang secara signifikan mengalami kelainan atau penyimpangan (fisik,
mental-intelektual, sosial, emosional) dalam proses pertumbuhan atau
perkembangannya dibandingkan dengan anak- anak lain seusianya sehingga
mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Dengan demikian, meskipun
seorang anak mengalami kelainan atau penyimpangan tertentu, tetapi kelainan
atau penyimpangan tersebut tidak signifikan sehingga tidak memerlukan
pelayanan pendidikan khusus, anak tersebut bukan termasuk anak dengan
kebutuhan khusus2.
Mangunsong (2008) yang merupakan Guru Besar Psikologi Pendidikan di
Universitas Indonesia menyebutkan anak berkebutuhan khusus adalah anak yang
membutuhkan pendidikan dan layanan khusus untuk mengoptimalkan fungsi
kemausiaannya secara utuh akibat adanya perbedaan kondisi dengan kebanyakan
anak lainnya. Perbedaan kondisi meliputi: ciri – ciri mental, kemampuan sensorik,
fisik dan neuromaskular, perilaku sosial dan emosi, kemampuan komunikasi
ataupun kombinasi dua atau lebih dri berbagai hal tersebut.

1 Mulyono, Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 26
2 Depdiknas, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu/Inklusi. Jakarta, 2004,
hlm. 2

3
Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus,
seperti disability, impairment, dan handicaped. Menurut World Health
Organization (WHO), definisi masing-masing istilah adalah sebagai berikut:
1. Impairment merupakan suatu keadaan atau kondisi di mana individu
mengalami kehilangan atau abnormalitas psikologis, fisiologis atau fungsi
struktur anatomis secara umum pada tingkat organ tubuh. Contoh seseorang
yang mengalami amputasi satu kakinya, maka dia mengalami kecacatan kaki.
2. Disability merupakan suatu keadaan di mana individu mengalami
kekurangmampuan yang dimungkinkan karena adanya keadaan impairment
seperti kecacatan pada organ tubuh. Contoh pada orang yang cacat kakinya,
maka dia akan merasakan berkurangnya fungsi kaki untuk melakukan
mobilitas.
3. Handicaped merupakan ketidakberuntungan individu yang dihasilkan dari
impairment atau disability yang membatasi atau menghambat pemenuhan
peran yang normal pada individu. Handicaped juga bisa diartikan  suatu
keadaan di mana individu mengalami ketidakmampuan dalam bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungan. Hal ini dimungkinkan karena adanya
kelainan dan berkurangnya fungsi organ individu. Contoh orang yang
mengalami amputasi kaki sehingga untuk aktivitas mobilitas atau berinteraksi
dengan lingkungannya dia memerlukan kursi roda.
Termasuk anak-anak berkebutuhan khusus yang sifatnya temporer di
antaranya adalah anak-anak penyandang post traumatic syndrome disorder
(PTSD) akibat bencana alam, perang, atau kerusuhan, anak-anak yang kurang
gizi, lahir prematur, anak yang lahir dari keluarga miskin, anak-anak yang
mengalami depresi karena perlakukan kasar, anak-anak korban kekerasan, anak
yang kesulitan konsentrasi karena sering diperlakukan dengan kasar, anak yang
tidak bisa membaca karena kekeliruan guru mengajar, anak berpenyakit kronis,
dan sebagainya.
Menurut Heward anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu
menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk

4
kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras,
kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan
kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan
anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan
bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan
potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks
bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan
bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar
Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk
tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB
bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G
untuk cacat ganda.
B. Konsep Anak Berkebutuhan Khusus
Cakupan konsep anak berkebutuhan khusus dapat dikategorikan menjadi
dua kelompok besar yaitu anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementra
(temporer) dan anak berkebutuhan khusus yang besifat menetap (permanent).
1. Anak Berkebutuhan Khusus Bersifat Sementra (Temporer)
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah
anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan
disebabkan oleh faktor-faktor eksternal. Misalnya anak yang yang mengalami
gangguan emosi karena trauma akibat diperekosa sehingga anak ini tidak
dapat belajar. Pengalaman traumatis seperti itu bersifat sementra tetapi
apabila anak ini tidak memperoleh intervensi yang tepat boleh jadi akan
menjadi permanent. Anak seperti ini memerlukan layanan pendidikan
kebutuhan khusus, yaitu pendidikan yang disesuikan dengan hambatan yang
dialaminya tetapi anak ini tidak perlu dilayani di sekolah khusus.
2. Anak Berkebutuhan Khusus yang Bersifat Menetap (Permanen)
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen adalah anak-anak
yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang bersifat
internal dan akibat langsung dari kondisi kecacatan, yaitu seperti anak yang
kehilangan fungsi penglihatan, pendengaran, gannguan perkembangan

5
kecerdasan dan kognisi, gannguan gerak (motorik), gannguan iteraksi-
komunikasi, gannguan emosi, social dan tingkah laku. Dengan kata lain anak
berkebutuhan khusus yang bersifat permanent sama artinya dengan anak
penyandang kecacatan.
C. Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus
Penyebab anak berkebutuhan khusus terjadi dalam beberapa periode
kehidupan anak, yaitu:
1. Sebelum kelahiran
Penyebab yang terjadi sebelum proses kelahiran, dalam hal ini berarti
ketika anak dalam kandungan, terkadang tidak disadari oleh ibu hamil.
Faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Gangguan Genetika
b. Infeksi Kehamilan
c. Usia Ibu Hamil
d. Keracunan Saat Hamil
e. Pengguguran
f. Lahir Prematur
2. Selama proses kelahiran
Setiap ibu berharap mengalami proses melahirkan yang normal dan
lancar. Berikut akan dibahas beberapa proses kelahiran yang dapat
menyebabkan anak berkebutuhan khusus, antara lain :
a. Proses kelahiran lama (Anoxia), prematur, kekurangan oksigen
b. Kelahiran dengan alat bantu : Vacum
c. Kehamilan terlalu lama
3. Setelah kelahiran
Setelah proses kelahiran pun tidak otomatis bayi aman dari kelainan
yang mengakibatkan nanti anak menjadi berkebutuhan khusus. Berikut
beberapa hal yang menyebabkan anak berkebutuhan khusus tersebut antara
lain :
a. Penyakit infeksi bakteri (TBC)
b. Kekurangan zat makanan (gizi, nutrisi)

6
c. Kecelakaan
d. Keracunan
D. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus
1. Kelainan Mental
a. Mental Tinggi
Sering dikenal dengan anak berbakat intelektual, di mana selain
memiliki kemampuan intelektual di atas rerata normal yang signifikan
juga memiliki kreativitas dan tanggung jawab terhadap tugas.
b. Mental Rendah
Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual (IQ) di bawah
rerata dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu anak lamban belajar
(slow learners) yaitu anak yang memilki IQ antara 70 – 90. Sedangkan
anak yang memiliki IQ di bawah 70 dikenal dengan anak berkebutuhan
khusus.
c. Berkesulitan Belajar Spesifik
Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar (achivement)
yang diperoleh siswa. Anak berkesulitan belajar spesifik adalah anak
yang memiliki kapasitas intelektual normal ke atas tetapi memiliki
prestasi belajar rendah pada bidang akademik tertentu.
2. Kelainan Fisik
a. Kelainan Tubuh (Tunadaksa)
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang
disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang
bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy
(kelayuhan otak), amputasi (kehilangan organ tubuh), polio, dan
lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu
memiliki keterbatasan   dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih
dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan
motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu
memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu
mengontrol gerakan fisik.

7
b. Kelainan Indera Penglihatan (Tunanetra)
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan.
Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta
total (blind) dan low vision.
Definisi tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang
memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60
setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena
tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses
pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba
dan indra pendengaran.
c. Kelainan Pendengaran (Tunarungu)
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam
pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi
tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
1) Gangguan pendengaran sangat ringan (27-40dB)
2) Gangguan pendengaran ringan (41-55dB)
3) Gangguan pendengaran sedang (56-70dB)
4) Gangguan pendengaran berat (71-90dB)
5) Gangguan pendengaran ekstrim/tuli (di atas 91dB)
Kelainan pendengaran dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu tuli
(deaf) dan kurang dengar (hard of hearing).
d.   Kelainan Bicara (Tunawicara)
Seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran
melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti
orang lain. Kelainan bicara ini dapat bersifat fungsional di mana
mungkin disebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang
memang disebabkan adanya ketidaksempurnaan organ bicara maupun
adanya gangguan pada organ motoris yang berkaitan dengan bicara.
e. Kelainan Emosi

8
Gangguan emosi merupakan masalah psikologis, dan hanya dapat
dilihat dari indikasi perilaku yang tampak pada individu. Adapun
klasifikasi gangguan emosi meliputi:
1) Gangguan Perilaku
2) Gangguan Konsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder)
3) Gangguan Hiperaktive (ADHD/Attention Deficit Hiperactivity
Disorder)
E. Masalah-Masalah Yang Dihadapi Anak Berkebutuhan Khusus
Dampak keberkebutuhan khusus dari tiga dimensi tersebut menyebabkan
pengaruh yang cukup berarti dalam kehidupan mereka. Keterbatasan dan
daya kemampuan yang mereka miliki menimbulkan munculnya berbagai
masalah. Masalah yang mereka hadapi relatif berbeda-beda, walaupun ada
kesamaan yang dirasakan oleh mereka ini sebagai dampak keberkebutuhan
kekhususan, dan yang ada kesamaan dirasakan mereka meliputi:
1. Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari
2. Masalah penyesuaian diri
3. Masalah penyaluran ke tempat kerja
4. Masalah kesulitan belajar
5. Masalah gangguan kepribadian dan emosi
6. Masalah pemanfaatan waktu luang
F. Dampak Terjadinya Anak Berkebutuhan Khusus
1. Dampak Fisiologis
Dampak fisiologis, terutama pada anak-anak yang mengalami kelainan
yang berkaitan dengan fisik termasuk sensori-motor terlihat pada keadaan
fisik penyandang berkebutuhan khusus kurang mampu mengkoordinasi
geraknya, bahkan pada berkebutuhan khusus taraf berat dan sangat berat baru
mampu berjalan di usia lima tahun atau ada yang tidak mampu berjalan sama
sekali. Tanda keadaan fisik penyandang berkebutuhan khusus yang kurang
mampu mengkoordinasi gerak antara lain: kurang mampu koordinasi sensori
motor, melakukan gerak yang tepat dan terarah, serta menjaga kesehatan.
2. Dampak Psikologis

9
Dampak psikologis timbul berkaitan dengan kemampuan jiwa lainnya,
karena keadaan mental yang labil akan menghambat proses kejiwaan dalam
tanggapannya terhadap tuntutan lingkungan. Kekurangan kemampuan dalam
penyesuaian diri yang diakibatkan adanya ketidaksempurnaan individu,
akibat dari rendahnya ”self esteem” dan dimungkinkan adanya kesalahan
dalam pengarahan diri (self direction).
3. Dampak Sosiologis
Dampak sosiologis timbul karena hubungannya dengan kelompok atau
individu di sekitarnya, terutama keluarga dan saudara-saudaranya. Kehadiran
anak berkebutuhan khusus di keluarga menyebabkan berbagai perubahan
dalam keluarga. Keluarga sebagai suatu unit sosial di masyarakat dengan
kehadiran anak berkebutuhan khusus merupakan musibah, kesedihan, dan
beban yang berat. Kondisi itu termanifestasi dengan reaksi yang bermacam-
macam, seperti : kecewa, shock, marah, depresi, rasa bersalah dan bingung.
Reaksi yang beraneka ini dapat mempengaruhi hubungan antara anggota
keluarga yang selamanya tidak akan kembali seperti semula.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Istilah anak berkebutuhan khusus bukan kata lain dari istilah anak
penyandang cacat tetapi istilah yang lebih luas untuk menggambarkan keadaan
anak yang mengalami hambatan perkembangan dan hambatan belajar termasuk
anak-anak penyandang cacat. Akibat dari itu mereka memerlukan layanan khusus
dalam pendidikan.
Anak berkebutuhan khusus meliputi dua kelompok yaitu anak
berkebutuhan khusus yang bersifat temporer dan anak berkebutuhan khusus yang
bersifat permanen. Dilihat dari sebab-musabab munculnya kebutuhan khusus
dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu karena faktor internal, faktor eksternal
dan kombinasi antara faktor ekternal dan internal.
Anak-anak yang memiliki hambatan belajar dan hambatan perkembangan
(termasuk anak-anak penyandang cacat) dipandang sebagai anak yang
memerlukan layanan khusus dalam pendidikan (children with speciaional
educational needs). Oleh karaena itu layanan pendidikan anak anak seperti itu
tidak harus selalau di sekolah khusus, tetapi dapat dilayani di sekolah biasa
sepanjang hambatan belajarnya dan kebutuhannya dapat dilayani.
B. Saran
Alangkah baiknya jika seluruh pihak yang terlibat dapat merubah cara
pandang serta meningkatkan pengembangan pendidikan kebutuhan khusus bagi
Anak Berkebutuhan Khusus. Dari penjelasan tentang Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) diatas, setidaknya kita sudah mengetahui sedikit tentang keadaan Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) itu. Semoga dengan sedikit pengetahuan tentang
konsep ABK ini kita bisa merubah cara pandang kita yang kurang baik dan bisa
mengingatkan dalam rangka menjadi seorang guru.
Menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka kami
sebagai penulis menerima saran dan kritik dari siapapun yang bertujuan
membangun, memperbaiki, atau menyempurnakan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA
Dhelpi, Bandi. 2012. Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung: Refika
Aditama.
Mulyono, A. 2006. Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Mangunsong, F. (2008). Psikologi & Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus. Depok: Lembaga Sarana Pengukuran & Pendidikan Psikologi
Universitas Indonesia
Depdiknas.2004. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu/Inklusi.
Jakarta: DitPLB
Efendi, Mohammad. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta:
Bumi Aksara.

12

Anda mungkin juga menyukai