1. ADI ATMAN
2. ELY MARLIYANA
3. MITHA ANANDA
4. NURUL HALIFATUL KHASANAH
5. HUSNUL KHATIMAH
6. ALNAIYAH EKA PRATIWI
7. DEBI AYU PUTRI
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT. yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEBUTUHAN
KHUSUS yang merupakan tugas dari Dosen kami.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Kelompok penulis 2
ii
Daftar Isi
Bab IV Penutup
A. Kesimpulan......................................................................................................19
B. Saran.................................................................................................................20
Daftar Pustaka........................................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak setiap anak yang dilahirkan di dunia ini selalu mengalami perkembangan normal.
Banyak diantara mereka yang dalam perkembangannya mengalami hambatan, gangguan,
kelambatan, atau memiliki faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal
diperlukan penanganan atau intervensi khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai
anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa.
Dalam memahami anak berkebutuhan khusus atau anak luara biasa, sangat diperlukan
adanya pemahaman mengenai jenis-jenis kecacatan (anak berkebutuhan khusus) dan akibat-
akibat yang terjadi pada penderita. Anak berkebutuhan khusus disebut sebagai anak yang cacat
dikarenakan mereka termasuk anak yang pertumbuhan dan perkembangannya mengalami
penyimpangan atau kelainan, baik dari segi fisik, mental, emosi, serta sosialnya bila
dibandingkan dengan anak yang normal.
Karakteristik spesifik anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan dengan
tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan
sensorik motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep diri, kemampuan
berinteraksi social, serta kreatifitasnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan anak berkebutuhan khusus?
2. Apa saja jenis-jenis anak berkebutuhan khusus?
3. Apa saja karakteristik anak berkebutuhan khusus?
4. Bagaimana cara pendekatan anak berkebutuhan khusus?
C. Tujuan
Dari beberapa rumusan masalah yang telah disebutkan, maka akan tercapai beberapa
tujuan dalam penulisan ini. Diantaranya yaitu:
1. Mengetahui pengertian dari anak berkebutuhan khusus
2. Mengetahui jenis-jenis anak berkebutuhan khusus
3. Mengetahui karakteristik anak berkebutuhan khusus
4. Mengetahui cara pendekatan anak berkebutuhan khusus
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2
2. Pengertian Retardasi Mental
Retardasi Mental (RM) adalah fungsi intelektual di bawah angka 7, yang muncul
bersamaan dengan kurangnya perilaku adaftif, serta kemampuan berdaptasi dengan
kehidupan sosial sesuai tingkat perkembangan dan budaya. (Menurut Maslim (2004)
dalam buku AH.Yusuf 2015), RM adalah suatu keadaan perkembangan jiwa yang
terhenti atau tidak lengkap yang terutama ditandai oleh terjadinya kendala keterampilan
selam masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara
menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motoric, dan sosial.
Anak RM mengalami keterbatasan sosialisasi akibat tingkat kecerdasan yang
rendah ( menurut Soetjiningsih, (1998) dalam buku AH.Yusuf 2015). Kemampuan
penyesuaian diri dengan lingkungan sangat dipengaruhi oleh kecerdasan. Anak RM
dengan tingkat kecedasan di bawah normal dan mengalami hambatan dalam
bersosialisasi. Factor lain adalah kecenderungan mereka diisilolasi (dijauhi) oleh
lingkungannya. Anak sering tidak di akui secara penuh sebagai individu dan hal tersebut
memengaruhi proses pembentukan pribadi. Anak akan berkembangn menjadi individu
dengan ketidak mampuan menyesuaikan diri terhadap tuntutan sekolah, keluarga,
masyarkat, dan terhadap dirinya sendiri.
B. Klasifikasi Retardasi Mental
Klasifikasi didasarkan pada tingkat kecerdasan terdiri atas keterbelakangan ringan,
sedang, berat, dan sangat berat. Kemampuan kecerdasan anak RM kebanyakan diukur dengan tes
Stanford Binet dan Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC) (Somantri, 2007). Menurut
Somantri (2007), klasifikasi anak RM adalah sebagai berikut :
1. RM ringan
Menurut Binet dalam Somantri (2007), RM ringan disebut juga Moron atau
Debil, memiliki Intelligence Quotient (IQ) antara 52-68, sedangkan menurut WISC, IQ
antar 55-69. Perkembangan motoric anak tunagrahita mengalami keterlambatan,
Somantri (2007) menyatakan bahwa, “Semakin rendah kemampuan intelektual seseorang
anak, maka akan semkain rendah pula kemampuan motoriknya, demikian pula sebaliknya
.”
2. RM sedang
RM sedang disebut juga imbesil yang memiliki IQ 36-51 berdasarkan sekala
Binet, sedangkan menurut WISC memiliki IQ 40-45. Anak ini bisa mencapai
perekmbangan kemampuan mental (Mental Age---MA) sampai kurang lebih dari 7
3
tahunan, dapat mengurus dirirnya sendiri, melindungi dirinya sendiri dari bahaya seperti
kebakaran, berjalan di jalan raya, dan berlindung dari hujan.
3. RM berat
RM berat atau di sebut idiot, menurut Binet memiliki IQ antara 20-32 dan menurut WISC
antara 25- 39.
4. RM sangat berat
Level RM ini memiliki IQ di bawah 19 menurut Binet dan IQ di bawah 24
menurut WISC. Kemempuan mental atau MA maksimal yang dapat diukur kurang dari
tiga tahun. Anak yang mengalami hal ini memerlukan bantuan perawatan secara total
dalam berpakaian, mandi, dan makan, bahkan memerlukan perlindungan diri sepanjangan
hidupnya.
Tingkat retardasi mental dalam pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa III 2007
(PPDG J-III) yang ditunjukkan dalam berikut :
20-35 RM berat
4
b) Tunagrahita mampu latih (custodial)
Merupakan anak tunagrahita yang hanya dapat dilatih untuk mengurus diri
sendiri melalui aktivitas kehidupan sehari-hari, serta melakukan fungsi sosial
kemasyarakatan menurut kemampuannya.
c) Tunagrahita mampu rawat (trainable)
Tunagrahita mampu rawat adalah tunagrahita yang memiliki kecerdasan sangat
rendah sehingga ia tidak mampu mengurus diri senditri atau sosialisasi. Oleh karenanya,
mengurus kebutuhan diri sendiri sangat membutuhkan orang lain.
D. Etiologi
Menurut Maramis (2010), factor penyebab retardasi mental yaitu sebagai berikut :
1. Faktor genetic
Abnormalitas kromosom yang paling umum menyebabkan retardasi mental
adalah syndrome down yang ditandai oleh adanya kelebihan kromosom.
2. Phenylketonuria (PKU)
Merupakan gangguan genetik yang terjadi pada satu diantara 10.000
kelahiran.gangguan ini disebabkan adanya satu gen resesif yang menghambat anak untuk
melakukan metabolisme. Konsekuensinya, Phenilalani dan turunanya asam
Phenilpyruvic, menumpuk dalam tubuh, serta menyebabkan kerusakan pada system saraf
pusat yang mengakibatkan retardasi mental dan gangguan emosional.
3. Faktor Prenatal
Menyebabkan retardasi metal saat prenatal adalah infeksi dan penyalahguaan
obat selama ibu mengandung. Infeksi yang biasanya terjadi adalah rubella, yang dapat
menyebabkan kerusakan otak.
4. Faktor Perinatal
Retadasi mental yang deisebabkan oleh kejadian yang terjadi pada saat kelahiran
adalah luka-luka pada saat kelahiran, sesak nafas (asfiksia), dan lahir prematur, serta
proses kelahiran yang lama.
5. Factor Pascanatal
Banyak sekali factor pascanatal yang dapat menimbulkan kerusakan otak dan
mengakibtkan terjadinya retadasi mental. Termasuk diantaranya adalah infeksi
(meningitis, ensefalitis, meninguensefalitis, dan infeksi pada bagian tubuh lain yang
menahun), trauma kapitis, tumor otak kelainan tulang tenggorokan, dan keracunan pada
otak.
6. Rudapaksa (trauma) dan/ atau sebab fisik lain.
5
Rudapaksa sebelum lahir serta juga trauma lain, seperti sinar X, bahan
kontrasepsi, dan usaha melakukan abortus dapat mengakibatkan kelainnan dengan RM.
7. Gangguan metabolisme, pertumbuhan, atau gizi.
Disebabkan oleh gangguan metabolisme (misalnya gangguan metabolisme
lemak, karbohidrat, dan protein), serta pertumbuhan atau gizi termasuk dalam kelompok
ini. Gangguan gizi yamg berat dan berlangsung lama sabelum umur 4 tahun sangat
mempengaruhi perkembangan otak serta dapat mengakibatkan retadasi mental.
8. Penyakit otak yang nyata (stelah kelahiran).
Kelompok ini temasuk retadasi metal akibat tumor / kanker (tidak termasuk
pertumbuhan sekunder karena rudapaksa atau peradangan) dan beberapa reaksi sel-sel
otak yang nyata, tetapi yang belum diketahui betul penyebabnya (diduga turunan).
6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
AUTISME
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama anak, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, suku bangsa, tanggal,
jam masuk RS, nomor registrasi, dan diagnosis medis.
2. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya anak autis dikenal dengan kemampuan berbahasa,
keterlambatan atau sama sekali tidak dapat bicara. Berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu
singkat, tidak senang atau menolak dipeluk. Saat bermain bila didekati akan
menjauh. Ada kedekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau
guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang satu mainan
tidak mau mainan lainnya. Sebagai anak yang senang kerapian harus
menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Menggigit, menjilat atau
mencium mainan atau bend apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup
telinga. Didapatkan IQ dibawah 70 dari 70% penderita, dan dibawah 50 dari
50%. Namun sekitar 5% mempunyai IQ diatas 100.
Riwayat kesehatan dahulu (ketika anak dalam kandungan)
7
Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal.
Keterbatasan kognitif.
4. Pemeriksaan fisik
5. Psikososial
6. Neurologis
8
b. Pembicaraan
( ) Cepat ( ) Apatis ( ) Kasar
( ) Lambat ( ) Gagap ( ) Membisu
( ) Inkoherensi ( ) Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
c. Aktivitas motoric
( ) Lesu ( ) Gelisah ( ) TIK ( ) Tremor
( ) Tegang ( ) Agitasi ( ) Grimasem ( ) Kompulsif
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
d. Alam perasaan
( ) Sedih ( ) Putus asa ( ) Gembira berlebihan
( ) Ketakutan ( ) Kuatir
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
e. Afek/ emosi
( ) Datar ( ) Tumpul ( ) Labil ( ) Tidak sesuai
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
9
g. Persepsi
( ) Pendengaran ( ) Penglihatan ( ) Perabaan
( ) Pengecapan ( ) Penghidupan
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
h. Proses pikir
( ) Sirkumstansial ( ) Tangensial ( ) Kehilangan asosiasi
( ) Flight of ideas ( ) Blocking
( ) Pengulangan pembicaraan / preservarasi
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
i. Isi pikir
( ) Obsesi ( ) Hipokondria ( ) Ide yang terkait
( ) Phobia ( ) Dipersonalisasi ( ) Pikiran magis
Waham
( ) Agama ( ) Somatik ( ) Kebesaran ( ) Curiga
( ) Nihilistic ( ) Sisip pikir ( ) Siar pikir ( ) Control pikir
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
j. Tingkat kesadaran
( ) Bingung ( ) Sedasi ( ) Stupor
Disorientasi
( ) Waktu ( ) Tempat ( ) Orang
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
k. Memori
( ) Gangguan daya ingat jangka panjang
10
( ) Gangguan daya ingat jangka pendek
( ) Gangguan daya ingat saat ini ( ) Konfabulasi
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
m. Kemampuan penilaian
( ) Gangguan ringan ( ) Gangguan bermakna
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
PERTANYAAN YA TIDAK
1. Apakah anak sering terlihat marah?
11
6. Apakah anak sering merasa dan terlihat kebingungan?
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelemahan interaksi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan untuk percaya pada orang lain.
2. Gangguan komunikasi verbal dan non verbal berhubungan dengan keterlambatan dalam
berbahasa.
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan sensitif terhadap penglihatan.
4. Resiko tinggi infeksi behubungan dengan mikroorganisme (jamur).
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Kriteria
NO Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan hasil
1. Kelemahan Klien mau Memulai Mandiri : Mandiri :
interaksi sosial memulai interaksi Batasi jumlah Memberikan
berhubungan interaksi dengan pengasuh pada kepada klien untuk
dengan dengan pengasuh anak. mempermudah
ketidakmampu pengasuh nya dalam interaksi
an untuk nya Tunjukan rasa Menunjukkan rasa
percaya pada kehangatan/kera kehangatan akan
orang lain. mahan dan membuat klien
penerimaan mudah percaya
pada anak. pada pengasuh
Tingkatkan Memelihara
pemeliharaan kepercayaan akan
dan hubungan mempereat
12
kepercayaan. interaksi antara
klien dengan
Motivasi anak pengasuhnya
untuk Membuat klien
berhubungan akan beirnteraksi
dengan orang dengan lingkungan
lain. sekitar klien
13
komunikasi dan Pasien mungkin
berikan umpan kehilangan
balik kemampuan untuk
memantau ucapan
yang keluar dan
tidak menyadari
bahwa komunikasi
Bicaralah yang diucapkan
dengan nada tidak nyata
normal dan Pasien tidak perlu
hindari merusak
percakapan pendengaran dan
yang cepat, meninggikan suara
berikan pasien dapat menimbul-
jarak waktu kan marah
untuk merespon pasien/men-
yebabkan
kepedihan.
Memfokus-kan
respons dapat
mengabitkan
frustasi dan
mungkin
menyebab-kan
pasien terpaksa
untuk bicara
Hargai “otomatis”, seperti
kemampuan me-mutarbalikan
pasien sebelum kata, berbicara,
terjadi penyakit, kasar/kotor
hindari “pem- Kemampuan
bicaraan yang pasien untuk
merendah-kan” merasakan harga
pada pasien diri, sebab
14
kemampuan
intelektual pasien
seringkali tetap
baik
15
karena adanya
Ciptakan pandangan ganda
lingkungan Menurunkan atau
yang membatasi jumlah
sederhana, stimulus
pindahkan penglihatan yang
perabot yang mungkin dapat
membahayaka menimbulkan
n kebingungan
terhadap intepretasi
lingkungan;
menurunkan
terjadinya
kecelakaan
Bicara Pasien mungkin
dengan mengalami
tenang, per- keterbatasan dalam
lahan dengan rentang perhatiana
mengguna-kan atau masalah
kalimat yang pemahaman
pendek,
dengan
mempertahank
an kontak Penggunaan
mata stimulus
Anjurkan penglihatan dan
pasien untuk sentuhan mem-
mengamati bantu dalam
kakinya bila mengintregasi-kan
perlu dan sisi yang sakit dan
menyadari memungkinkan
posisi bagian pasien untuk
tubuh tertentu mengalami
kelalaian sensasi
16
dan pola gerakan
normal
4. Risiko tinggi Risiko Mem-pert Mandiri :
infeksi infeksi ahankan Berikan Cara pertama untuk
behubungan pada klien nomoter perawatan menghindari
dengan mikro- dapat dari anti-sesptik, infeksi
organisme teratasi tanda- pertahankan
(jamur) tanda cuci tangan
infeksi yang baik
Men-capai Observasi
penyemb daerah yang Deteksi dini
uhan luka mengalami perkembangan
pada kerusakan infeksi
waktu- memungkinkan
nya untuk melakukan
tindakan dengan
segera dan
pencegahan
Pantau suhu tehadap
tubuh secara komplikasinya
teratur Dapat
mengindikasikan
perkembangan
yang selanjutnya
memerlukan
Berikan tindakan dengan
perawatan segera
parienal Menurunkan
kemungkinan
terjadinya
pertumbuhan
infeksi
mikroorganisme
17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
18
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan
anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau
fisik.
a. Cerebral palsy
b. Tunadaksa
2. Kelainan mental
a. Tinggi
b. Rendah
Slow learners
Tunagrahita
a. Tunalaras
b. Autism
c. ADHD
a. Tunanetra
b. Tunarungu
c. Tunawicara
19
Cara menghadapi anak berkebutuhan khusus yang bisa dilakukan, supaya membantu
mereka dalam mencapai potensi terbaiknya :
1. Perhatian, motivasi, dan bimbingan
B. Saran
Setelah mengetahui dan memahami segala sesuatu hal yang berhubungan dengan anak
berkebutuhan khusus, sangat diharapkan bagi masyarakat indonesia terutama bagi para
pendidik dalam menyikapi da mendidik anak yang menyandang berkebutuhan khusus
dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Karena pada dasarnya anak seperti itu
bukan malah dijauhi akan tetapi didekati dan diperlakukan sama dengan manusia normal
lainnya akan tetapi caranya yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
20
Marilynn E.1999.rencana asuhan keperawatan.Edisi tiga.Jakarta:EGC
Sacharin, r.m, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC, Jakarta
Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15, Alih Bahasa Prof. DR.
Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta
Soetjiningsih (1994). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: FK Udayana.
Yupi Supartini, 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Hidayat, Aziz Alimul.2006. pengantar ilmu keperawatan 2. Edisi pertama. Jakarta :Salemba
Medika
21