Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“Perbedaan Individu dalam Belajar Lanjutan”

Disusun Oleh :
Arrahmah Tunnisa ( 20029109 )
M. Rafki Dona Putra ( 20023139 )
Sri Hidayatul Reski (20031034 )

Dosen Pengampu :
Dina Sukma S.Psi.,S.Pd.,M.Pd.

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2021
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita sampaikan puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa,
yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Perbedaaan Individu dalam Belajar Lanjutan”. Mudah-mudahan
makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat di kehidupan masyarakat baik bagi penulis
maupun pembaca. Selesainya penulisan makalah ini semata-mata berkat bantuan dari
berbagai pihak, yang telah memberikan dukungan dalam berbagai bentuk kepada penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan
makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih terdapat banyak


kekurangan,untuk itu penulis berharap kritik dan saran dari para pembaca, guna
menyempurnakan makalah ini..

Padang, 7 Juni 2021

PENULIS

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................... i

Daftar Isi ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Siswa beresiko .................................................................................................... 2


B. Siswa Berkebutuhan Khusus .............................................................................. 3
C. Pendekatan Pembelajaran Sesuai dengan Keberagaman Peserta Didik ............. 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 9
B. Saran .................................................................................................................. 9
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Setiap individu terlahir dengan membawa ciri khas keunikan perbedaannya masing-
masing. Perbedaan individu itu membuat kita berpikir akan beragam macam untuk kehidupan
yang lebih baik. Terdapat beragam macam perbedaan individu, termasuk dalam segi belajar.
Perbedaan individu dalam belajar diantaranya adalah ada individu yang berkesulitan dalam
belajar. Individu yang berkesulitan dalam belajar ini ada yang berasal dari faktor luar dan ada
juga yang dari dalam. Disini individu yang mengalami kesulitan dalam belajar bukan untuk
membuat individu itu menjadi menyerah dan malas untuk belajar, namun agar individu itu
lebih giat dalam belajar dan mengenali ciri khas belajarnya. Disini para infrastruktur
pendidikan, termasuk tenaga pendidik berperan penting dalam membuat individu yang
berkesulitan dalam belajar itu menjadi menyenangkan dan mudah dalam belajar. Di makalah
ini kami akan membahas faktor - faktor , beragam macam individu yang berkesulitan dalam
belajar dan berkebutuhan khusus dalam belajar serta pendekatan pembelajaran yang sesuai
dengan individu itu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan siswa beresiko ?
2. Apa alasan individu mengalami kesulitan dalam belajar ?
3. Apa yang dimaksud dengan anak berkebutuhan khusus ?
4. Apa saja jenis-jenis anak berkebutuhan khusus ?
5. Bagaimana pendekatan pembelajaran sesuai dengan keberagaman peserta didik ?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pengertian siswa beresiko


2. Untuk mengetahui alasan individu mengalami kesulitan dalam belajar
3. Untuk mengetahui pengertian anak berkebutuhan khusus
4. Untuk mengetahui jenis-jenis anak berkebutuhan khusus
5. Untuk mengetahui Bagaimana pendekatan pembelajaran sesuai dengan keberagaman
peserta didik

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Siswa Beresiko

Abdurrahman (2009:284), menjelaskan bahwa istilah beresiko digunakan untuk


menunjukkan bahwa melakukan identifikasi anak berkesulitan belajar pada masa
prasekolah merupakan pekerjaan yang sangat sulit. Anak-anak tersebut belum mengalami
kegagalan di sekolah tetapi mungkin memiliki potensi untuk mengalami kegagalan dalam
menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Ada tiga alasan untuk menyatakan bahwa anak
memiliki potensi untuk gagal di sekolah atau memiliki potensi untuk menjadi anak
berkesulitan belajar, (1) hasil pemeriksaan medis, (2) resiko bilogis, dan (3) risiko
lingkungan.

1) Hasil pemeriksaan medis

Melalui pemeriksaan medis pada masa bayi dan masa kanak-kanak dapat
diprediksikan bahwa adanya kemungkinan kelak menjadi anak berkesulitan belajar,
meskipun prediksi ilmiah tidak selamanya tepat tetapi dapat digunakan untuk usaha
intensif dalam mencegah terjadinya penyimpangan pada anak di masa datang.

2) Resiko biologis

Resiko biologis menunjuk pada suatu kemungkinan yang didasarkan atas riwayat
medis dan kesehatan yang data menimbullkan kesulitan belajar disekolah. Contoh resiko
biologis adalah prematuritas dan orang tua yang berkesuitan belajar,meskipun tidak pasti
tetapi banyak kasus disekolah bahwa anak berkesulitan belajar adalah anak-anak yang
memiliki latar belakang prematuritas. Sehingga dapat diwaspadai akan pertumbuhan dan
perkembangannya.

3) Resiko lingkungan.

Terkait dengan adanya kekurangan stimulasi lingkukngan sosial yang


menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan anak tidak optimal. Stimulasi tersebut
mencakup fisik,emosi, kognitif,dan intuisi. Dari penyebab lingkugan tersebut dapat
diketahui, di prediksikan dan diinterfensi penyebab anak dalam berkesulitan belajar.
Abdurrahman (2009:286) mengutip pendapat Clark yang menjelaskan bahwa inteligensi

2
tidak hanya terkait dengan fungsi kognitif tetapi juga fisik, emosi, dan intuisi dan anak
dapat digolongkan berbakat kalau semua fungsi tersebut tumbuh dan berkembangan
secara terintegrasi hingga taraf yang tinggi.

B. Siswa Berkebutuhan Khusus


a. Pengertian Pendidikan
Pendidkan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan asal-usul, status
sosial ekonomi, maupun keadaan fisik seseorang, termasuk anak-anak yang mempunyai
kelainan sebagaimana di amanatkan dalam UUD 1945 pasal 31.Dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hak anak untuk memperoleh
pendidikan dijamin penuh tanpa adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang
mempunyai kelainan atau anak yang berkebutuhan khusus. Anak dengan kebutuhan
khusus (special needs children) dapat diartikan secara simpel sebagai anak yang lambat
(slow) atau mangalami gangguan (retarded) yang tidak akan pernah berhasil di sekolah
sebagaimana anak-anak pada umumnya. Banyak istilah yang dipergunakan sebagai
variasi dari kebutuhan khusus, seperti disability, impairment, dan Handicap. Menurut
World Health Organization (WHO), definisi masing-masing istilah adalah sebagai
berikut:
1) Disability : keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang dihasilkan dari
impairment) untuk menampilkan aktivitas sesuai dengan aturannya atau masih dalam
batas normal, biasanya digunakan dalam level individu.
2) Impairment: kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal psikologis, atau struktur
anatomi atau fungsinya, biasanya digunakan pada level organ.
3) Handicap : Ketidak beruntungan individu yang dihasilkan dari impairment atau
disability yang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang normal pada
individu. Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik
khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
b. Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus
Konsep anak berkebutuhan khusus (children with special needs) memiliki makna
dan spektrum yang lebih luas dibandingkan dengan konsep anak luar biasa (exceptional
children). Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara pendidikan memerlukan
layanan yang spesifik yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Anak

3
berkebutuhan khusus ini memiliki apa yang disebut dengan hambatan belajar dan
hambatan perkembangan (barier to learning and development).
Oleh sebab itu mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan
hambatan belajar dan hambatan perkembang yang dialami oleh masing-masing anak.
Yang termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus antara lain: tunanetra,
tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak
berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus
adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki,
anak berkebutuhan khusus memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang
disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka
memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi
menggunakan bahasa isyarat.
1) Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan.
tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low
vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang
memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi
atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam
indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain
yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus
diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media
yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan
tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang
bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra
beraktifitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas.

2) Tunarungu

Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik


permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan
pendengaran adalah: Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB), Gangguan
pendengaran ringan(41-55dB), Gangguan pendengaran sedang(56-70dB), Gangguan
pendengaran berat(71-90dB), Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB).
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan
dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan

4
individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara
internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara.

saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi
dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu
cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.

3) Tunagrahita

Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada


dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang
muncul dalam masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan
IQ.

a. Tunagrahita ringan (IQ : 51-70),


b. Tunagrahita sedang (IQ : 36-51),
c. Tunagrahita berat (IQ : 20-35),
d. Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20)

Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih dititik beratkan pada kemampuan


bina diri dan sosialisasi.

4) Tunadaksa

Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan


oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau
akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat
gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan
aktifitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki
keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu
memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan
fisik.

5) Tunalaras

Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan


emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang
yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat

5
disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan
sekitar.

6) Kesulitan belajar

Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan
dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan
menulis yang dapat mempengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung,
berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal
otak, dislexia, dan afasia perkembangan. Individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-
rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan
koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan
konsep

C. Pendekatan Pembelajaran Sesuai dengan Keberagaman Peserta Didik


Abdurrahman (2009:91) menyatakan ada beberapa implikasi teori behavioral bagi
kesulitan beajar:

1) Pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang efektif.


Guru perlu memahami cara melakukan analisis tugas-tugas dari suatu tujuan
pembelajaran dan cara menyusun tugas-tugas tersebut secara berurutan. Bagi anak
berkesulitan belajar merupakan hal yang sangat penting untuk memperoleh
pembelajaran langsung dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik.
2) Pendekatan pembelajaran langsung dapat digabungkan dengan berbagai pendekatan
lain.
Jika guru memiliki pengetahuan tentang kekhasan gaya belajar dan kesulitan belajar
anak, pembelajaran langsung dapat menjadi lebih efektif jika digabungkan dengan
pendekatan yang didasarkan atas gaya belajar anak.
3) Tahapan belajar anak harus dipertimbangkan
Dalam merancang pembelajaran, tahapan belajar anak merupakan konsep yang sangat
penting untuk dipahami dan diperhatikan oleh guru.

6
Dalam hal layanan pendidikan khusus tidak hanya faktor kebijakan saja yang
menentukan tetapi juga tim work yang mendukung, berikut ini adalah komponen tim work :

a. Guru pendidikan khusus adalah mereka yang memberikan pembelajaran sehari-


hari dan dukungan lain bagi siswa berkebutuhan khusus.
b. Billingual special educator adalah guru yang memiliki pengetahuan baik di bidang
dwi bahasa maupun pendidikan khusus.
c. Early childhood special educator adaah mereka yang memberikan pelayanan pada
balita, mereka dapat melakukan berkerja sama dengan guru-guru pre sekolah
dalam hal pendidikan umum.
d. Speech/ language pathologist adalah mereka yang mendiagnosis anak-anak
berkebutuhan, mendesain tindakan dan layanan yang tepat serta memonitor
kemajuannya.
e. School psychologist adalah mereka yang memiliki kompetensi untuk menentukan
kebutuhan anak-anak berkebutuhan khusus.
f. School counselor adalah mereka yang menangani bukan saja siswa biasa tetapi
juga siswa dengan kebutuhan khusus, pada sekolah regular.
g. School social worker adalah mereka yang meng koordinasika usaha-usaha
pendidik, keluarga dan orang-orag lembaga terkait untuk memastikan bahwa
siswa dapat menerima semua pelayanan yang mereka butuhkan.
h. School Nurse adalah mereka yang bertanggung jawab dalam memeriksa dan
menjaga kesehatan siswa, serta mengatur distribusi obat-obatan yang dibutuhkan
siswa.
i. Educational interpreter adalah mereka yang membantu siswa yang mengalami
kesulitan mendengar dengan menggunakan bahasa isyarat.
j. General educational teacher adalah guru pada kelas regular yang memiliki
kemampuan untuk untuk memeberikan pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus.
k. Pareducator adalah para profesinal yang bekerja di bawah arahan guru atau
professional dalam memberikan pelayanan bagi siswa berkebutuhan khusus.
l. Parents Orang tua siswa yang memberikan kontribusi terhadap sekolah mengenai
perkembangan serta kehidupn anaknya di luar sekolah.
m. Additional High Specialized Service Provider adalah mereka yang memiliki
keahlian spesifik di bidang tertentu guna menangani siswa yang membutuhkan
pelayanan khusus secara unik.

7
Keberagaman adalah untuk melayani kebutuhan belajar peserta didik tertentu atau
kelompok kecil peserta didik, dari pola pembelajaran yang lebih khusus untuk seluruh kelas
agar peserta didik menyukainya. Beberapa prinsip mendasar yang mendukung keberagaman.
• Kelas dengan kondisi peserta didik yang beragam.
Guru dan peserta didik memahami materi, cara mengelompokkan peserta didik,
cara mengases pembelajaran dan elemen kelas lainnya merupakan alat yang bisa
digunakan dalam berbagai cara untuk menunjukkan keberhasilan individu dan seluruh
kelas.
• Keberagaman datang dari hasil penilaian yang efektif dan terus menerus dari
kebutuhan belajar peserta didik.
Dalam kelas yang bervariasi, perbedaan peserta didik diharapkan dapat dihargai
dan didokumentasikan sebagai dasar untuk merencanakan pembelajaran. Prinsip ini
mengingatkan kita akan hubungan dekat antara penilaian dan tugas. Kita bisa mengajar
lebih efektif jika kita tahu kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam kelas yang
bervariasi, seorang guru melihat semua hal yang dikatakan peserta didik atau
menciptakan informasi yang berguna untuk dipahami peserta didik.
• Semua peserta didik mempunyai pekerjaan yang sesuai.
Dalam kelas yang bervariasi, tujuan guru adalah agar setiap peserta didik merasa
tertantang terus, sehingga pekerjaannya menarik atau menyenangkan.
• Guru dan peserta didik dapat bekerja sama dalam pembelajaran
Guru mengakses kebutuhan belajar, memfasilitasi pembelajaran dan
merencanakan kurikulum yang efektif. Dalam kelas diferensiasi, guru mempelajari
peserta didiknya dan terus melibatkan mereka untuk membuat keputusan tentang kelas.
Hasilnya peserta didik menjadi pembelajar yang lebih mandiri.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setiap individu memiliki ciri khasnya masing-masing. Termasuk didalamnya individu


yang mengalami kesulitan dalam belajar. Individu yang mengalami kesulitan dalam belajar
bisa dari berbagai faktor, ada dari faktor dari dalam , faktor dari luar, dan ada juga siswa yang
berkebutuhan khusus. Semua itu dapat diatasi dengan mengaplikasikan pendekatan
pembelajaran sesuai dengan keberagaman peserta didik. Keberagaman dalam belajar bukan
untuk membuat kita menjadi kesulitan, namun itu adalah anugrah dari Tuhan yang membuat
umat manusia menjadi beragam macam bangsa, suku dan ciri khasnya masing-masing. Maka
disini yang perlu kita lakukan adalah bagaimana cara kita merangkul individu yang
mengalami kesulitan dalam belajar itu dan membantunya agar tidak mengalami kesulitan
dalam belajar lagi dan membuat belajar itu menjadi menyenangkan.

B. Saran

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
maka dari itu jika ada kritik atau saran dari pembaca, kami dengan senang hati menerimanya
agar kedepannya bisa lebih baik lagi.

9
Daftar Pustaka

https://www.slideshare.net/Mhdhamdani5432/makalah-perbedaan-
individu-dalam-belajar-42525228

https://www.academia.edu/26468262/PERBEDAAN_INDIVIDU_DALAM_
BELAJAR_lanjutan

10

Anda mungkin juga menyukai