Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

LAYANAN PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)

Diajukan untuk memenuhi UAS pada mata kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu :

Miftahul Malik, S.Pd. M.Pd.

Disusun oleh :

Lia Mulianingsih

A3/1

41032102211118

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA

2022

i
KATA PENGANTAR

Makalah yang berjudul “ Layanan Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus “ ini
merupakan makalah sederhana yang bisa dijadikan bahan bacaan untuk menambah wawasan
mengenai Anak berkebutuhan khusus dan layanan pendidikannya.

Makalah ini dilengkapi dengan , mengenal Anak Berkebutuhan Khusus, Jenis – jenis
Anak Berkebutuhan Khusus, Faktor penyebab Anak Berkebutuhan Khusus, Layanan
Pendidikan serta fasilitas bagi Anak Berkebutuhan Khusus.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Banjar, 6 Januari 2022

Lia Mulianingsih

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................................i

Daftar Isi...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................3
2.1 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus.............................................................................3
2.2 Jenis – jenis Anak Berkebutuhan Khusus..........................................................................4
2.3 Faktor penyebab Anak Berkebutuhan Khusus...................................................................7
2.4 Layanan Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus.....................................................8
2.5 Fasilitas Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus....................................................13
BAB III PENUTUP...............................................................................................................20
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................20
3.2 Saran.................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya, manusia diciptakan oleh Tuhan hidup di dunia ini tidak sempurna. Setiap
manusia dalam kehidupannya pasti memiliki keterbatasan. Ada yang memiliki keterbatasan
secara fisik dan ada yang memiliki keterbatasan secara materi.

Keterbatasan dapat dialami oleh setiap orang baik dewasa maupun anak-anak, dan
penyebab dari keterbatasan tersebut bermacam-macam, ada yang memiliki keterbatasan yang
merupakan penyakit atau kelainan bawaan sejak lahir dan ada pula keterbatasan yang diderita
ketika dewasa. Keterbatasan tersebut yang paling disoroti salah satunya seperti anak
berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kelainan atau
menyimpang dari sebagian besar anak normal berdasarkan ciri fisik, mental, emosional,
perilaku, serta kemampuan dalam komunikasi dan peranannya dalam bidang sosial. Keadaan
inilah yang menuntut adanya penyesuaian dalam pemberian layanan pendidikan yang
dibutuhkan. Keragaman yang terjadi, memang terkadang menyulitkan guru dalam upaya
pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Namun apabila guru telah memiliki pengetahuan
dan pemahaman mengenai cara memberikan layanan yang baik, maka akan dapat dilakukan
secara optimal.

Banyak masyarakat yang belum mengetahui mengenai Layanan Pendidikan bagi Anak
Berkebutuhan khusus. Untuk mengenal lebih lanjut  layanan  pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus  dalam makalah ini akan diuraikan beberapa bentuk atau jenis layanan 
pendidikan  bagi anak berkebutuhan  khusus  secara  umum dan khusus.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Anak Berkebutuhan Khusus?


2. Apa saja jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus?
3. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan Anak Berkebutuhan Khusus?
4. Bagaimana layanan pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus?

1
5. Apa saja fasilitas pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus ?

1.3 Tujuan Penulisan

Dari beberapa rumusan masalah yang telah disebutkan, maka akan tercapai beberapa
tujuan dalam penulisan ini. Diantaranya yaitu:

1. Mengetahui pengertian dari Anak Berkebutuhan Khusus


2. Mengetahui jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus
3. Mengetahui sebab-sebab terjadinya Anak Berkebutuhan Khusus
4. Mengetahui Layanan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus
5. Mengetahui apa saja fasilitas pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus


Menurut Suran dan Rizzo (1979) ,Anak Berkebutuhan Khusus ABK adalah anak
yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi
kemanusiaannya. Mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial terhambat
dalam mencapai tujuan-tujuan/kebutuhan dan potensinya secara maksimal, meliputi
mereka yang tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat, mempunyai gangguan bicara,
cacat tubuh, retardasi mental, gangguan emosional. Juga anak-anak yang berbakat dengan
intelegensi tinggi, dapat dikategorikan sebagai anak khusus/luar biasa, karena
memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga profesional.
Menurut Frieda Mangunsong dalam buku “Psikologi dan Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus”, 2009:4 Anak Berkebutuhan Khusus atau Anak Luar Biasa adalah
anak yang menyimpang dari rata-rata anak normal dalam hal: ciri-ciri mental,
kemampuan-kemampuan sensorik, fisik dan neuromaskular, perilaku sosial dan
emosional, kemampuan berkomunikasi, maupun kombinasi dua atau lebih dari hal-hal
diatas, sejauh ia memerlukan modifikasi dari tugas-tugas sekolah, metode belajar atau
pelayanan terkait lainnya, yang ditujukan untuk pengembangan potensi atau kapasitasnya
secara maksimal.
Anak Berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keunikan tersendiri dari
anak normal lainnya,atau anak yang mempunyai kelainan karena faktor permanen
(menetap) dan kelainan temporer (sementara) baik dalam segi
fisik,intelektual,sosial,emosi,atau gabungan dari hal-hal tersebut sedemikian rupa
sehingga membuthkan layanan pendidikan khusus.
Kelainan dari segi fisik dapat berupa kecacatan fisik, misalnya orang tidak
memiliki kaki sebelah kiri, matanya buta sebelah, dan sejenisnya. Kelainan dari segi
psikis atau aspek kejiwaan (psikologis), misalnya orang yang menderita keterbelakangan
mental akibat dari inteligensi yang dimiliki dibawah normal. Kelainan dari segi sosial,
misalnya orang yang tidak dapat melakukan interaksi atau komunikasi sosial, sehingga
mereka tidak dapat diterima secara sosial oleh masyarakat sekitarnya yang menyebabkan
mereka kurang pergaulan dan merasa rendah diri yang berlebihan, dan kelainan dari segi

3
moral emosi dan hati nuraninya sehingga orang tersebut berbuat amoral ditengah
masyarakatnya.
Yang termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (ABK) antara lain: anak
tunarungu, anak tunagrahita, anak tunanetra, anak tunadaksa, anak tunalaras, anak yang
mengalami kesulitan belajar, anak yang mengalami gangguan perilaku, anak berbakat,
anak dengan gangguan kesehatan. Karena dengan adanya hambatan dan karakteristik
yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan
dengan kemampuan dan potensi mereka.

2.2 Jenis – jenis Anak Berkebutuhan Khusus


Dalam dunia pendididkan, anak berkebutuhan khusus di klasifikasikan atas beberapa
kelompok sesuai dengan jenis kelainan anak. Berikut ini beberapa jenis anak yang
berkelainan khusus :
1. Tunanetra
Dimata masyarakat umum, Tunanetra adalah seseorang yang tidak bisa melihat atau
seseorang yang telah kehilangan fungsi penglihatannya, padahal pengertian tunanetra
tidak sesempit itu, karena anak yang hanya mampu melihat dengan keterbatasan (low
vision) juga disebut tunanetra, Seperti yang didefinisikan oleh Somantri (1996:54) Anak
Tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan penglihatan, baik sebagian atau
menyeluruh yang menyebabkan proses penerimaan informasi kurang optimal.
Gangguan penglihatan atau kebutaan karena kerusakan/kelainan pada mata seseorang,
menyebabkan kemampuan indera penglihatan seseorang tidak dapat berfungsi dengan
baik atau bahkan tidak dapat berfungsi sama sekali. Karena tunanetra memiliki
keterbatasan dalam hal penglihatan, maka dalam proses pembelajarannya
lebih menekankan pada alat indera yang lain yaitu indera perabaan dan pendengaran.
Karakteristik anak tunanetra yaitu:Dikatakan tunanetra bila ketajaman penglihatannya
kurang dari 6/21. Artinya, berdasarkan tes, anak hanya mampu membaca huruf pada
jarak 6 meter yang oleh orang awas/normal dapat dibaca pada jarak 21 meter yang diukur
dengan tessnellen card.Berdasarkan acuan tersebut, anak tunanetra dikelompokan
menjadi 2 macam, yaitu:
1.    Buta jika anak tidak mampu menerima rangsangan cahaya dari luar (visusnya = 0).
2.    Low vision jika anak masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi
ketajamannya lebih dari 6/21, atau jika anak hanya mampu membacaheadline pada suarat
kabar.
4
2. Tunarungu
Istilah tunarungu berasal dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna artinya rusak atau cacat dan
rungu artinya pendengaran, seseorang dapat dikatakan tunarungu apabila ia memiliki
kerusakan/kelainan pada organ pendengarannya yang menyebabkan ia tidak dapat
mendengar atau kurang mampu mendengar suara yang seharusnya mampu didengar
orang normal.
“Tunarungu berarti kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang
disebabkan oleh kerusakan seluruh alat pendengaran yang mengakibatkan hambatan
dalam perkembangan bahasa sehingga memerlukan bimbingan dan pelayanan khusus”.
( Salim,1984 : 8)
3. Tunagrahita
Sebagian besar masyarakat menganggap anak-anak tunagrahita adalah anak yang
bodoh, lemot, lelet, idiot dan lain sebagainya. Anggapan itu membuat anak tunagrahita
dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Istilah tunagrahita berasal dari kata “tuna” dan
“grahita” tuna artinya rusak atau cacat dan grahita artinya berfikir.
Definisi yang dirumuskan oleh Grossman yang secara resmi digunakan AAMD
(American Association of Mental Deficiency) yaitu ketunagrahitaan mengacu pada
fungsi intelektual umum yang secara nyata (signifikan) berada di bawah rata-rata
(normal) bersamaan dengan kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian diri dan semua
ini berlangsung pada masa perkembangan. Tunagrahita adalah seseorang yang
mengalami hambatan fungsi kecerdasan intelektual dan adaptasi tingkah laku yang
terjadi pada masa perkembangannya dan juga menyebabkan kesulitan dalam tugas-tugas
akademik, komunikasi maupun sosial.
Klasifikasi anak tunagrahita menurut AAMD (American Assosiation on Mental
Deficiency) dan PP No. 72 tahun 1991 dalam Amin (1995:22-24) klasifikasi anak
tunagrahita terbagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut :
 Tunagrahita ringan
Mereka yang termasuk dalam kelompok ini meskipun kecerdasannya dan adaptasi
sosialnya terhambat, namun mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam
bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan bekerja.
 Tunagrahita sedang
Anak tunagrahita sedang memiliki kemampuan intelektual umum dan adaptasi perilaku
di bawah tunagrahita ringan. Mereka dapat belajar keterampilan sekolah untuk tujuan-

5
tujuan fungsional, mencapai suatu tingkat “tanggung jawab sosial” dan mencapai
penyesuaian sebagai pekerja dengan bantuan.
 Tunagrahita berat dan sangat berat
Anak yang tergolong dalam kelompok ini pada umumnya hampir tidak memiliki
kemampuan untuk di latih mengurus diri sendiri melakukan sosialisasi dan bekerja. Di
antara mereka (sampai batas tertentu) ada yang dapat mengurus diri sendiri dan dapat
berkomunikasi secara sederhana serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitarnya yang sangat terbatas.
4. Tunadaksa
Istilah tunadaksa berasal dari kata “tuna” dan “daksa”, tuna yang berarti rusak atau
cacat dan “daksa” yang berarti tubuh. Menurut Sutjihati Somantri Tunadaksa adalah
suatu keadaan yang terganggu atau rusak sebagai akibat dari gangguan bentuk atau
hambatan pada otot, sendi dan tulang dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini bisa
disebabkan oleh kecelakaan, penyakit atau juga bisa disebabkan karena pembawaan
sejak lahir.
Klasifikasi anak tunadaksa dilihat dari sistem kelainanya. Pada dasarnya kelainan
pada anak tunadaksa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu (1) Kelainan
pada sistem serebral (cerebral system), dan (2) kelainan pada sistem otot dan rangka
(musculus skeletal system)

5. Tunalaras
Saat di sekolah, kita pasti melihat anak yang sering melakukan pelanggaran, baik
melanggar peraturan sekolah, peraturan kelas, peraturan guru dan lain sebagainya. Anak-
anak yang melakukan pelanggaran dan sering dihukum oleh guru akan di cap nakal oleh
teman-temannya. Anak-anak tersebut bisa disebut dengan tunalaras.
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan
kontrol sosial. Tunalaras biasanya menunjukan perilaku menyimpang yang tidak sesuai
dengan norma dan aturan yang berlaku di sekitarnya.
6. Autis
Autis adalah gangguan perkembangan saraf yang kompleks yang gejalanya sudah
terlihat sebelum anak berusia tiga tahun. Seseorang yang mengalami autisme memiliki
gangguan dan masalah dalam berinteraksi dengan orang lain, kadang anak autisme
terlihat sangat linglung, terkucil, terasing, tidak mau melakukan kontak mata dengan
orang lain, tidak mau bermain bersama teman-temannya, sering mengulang gerakan-
6
gerakan secara terus menerus dan berlebihan. Akibat gangguan ini seseorang yang
mengidap gangguan autis sulit unutk belajar berinteraksi dan berkomunikasi dengan
lingkungan sekitarnya dan menyebabkan seolah-olah ia hidup dalam dunianya sendiri.
7.Down Sindrom
Down Sindrom adalah gangguan genetika paling umum yang menyebabkan
perbedaan kemampuan belajar dan ciri-ciri fisik tertentu yang disebabkan adanya
abnormalitas perkembangan kromosom. Down Sindrom disebut juga penyakit genetik
karena gangguan kromosom dengan ciri khas wajah universal (wajah mongoloid).
Dimasyarakat sendiri, Down Sindrom lebih dikenal dengan anak seribu wajah, bukan
karena wajah anak down sindrom ada seribu, melainkan karena ada banyak anak down
sindrom dan wajah anak-anak down sindrom itu sama, down sindrom tidak bisa
disembuhkan, namun dengan dukungan, perhatian dan kasih sayang, anak-anak dengan
down sindrom bisa tumbuh dengan maksimal.
Anak-anak dengan down sindrom sangat membutuhkan bimbingan jauh melebihi
anak normal lainnya. Perkembangan mereka dalam berbagai aspek memerlukan
waktu, dan mereka akan menjalaninya bertahap, sesuai dengan kemampuan mereka.

2.3 Faktor – faktor yang menyebabkan Anak Berkebutuhan Khusus


A.      Peristiwa Pra Natal (dalam kandungan)
Berbagai macam penyakit yang dapat menyebabkan kelainan pada janin saat ibu hamil
diantaranya adalah:
a) Keracunan darah (Toxaenia) pada ibu-ibu yang sedang hamil dapat menyebabkan
janin tidak memperoleh oksigen secara maksimal, sehingga mempengaruhi
syaraf-syaraf otak yang dapat menyebabkan gangguan pada sistem syaraf dan
ketunaan pada bayi.
b) Infeksi karena penyakit kotor (penyakit kelamin / spilis yang diderita ayah atau
ibu), toxoplasmosis (dari virus binatang seperti bulu kucing), trachma dan tumor.
Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan pada indera penglihatan
akibatnya kerusakan pada bola mata dan pendengaran akibatnya kerusakan dalam
selaput gendang telinga.
c) Kekurangan vitamin atau kelebihan zat besi sehingga ibu keracunan yang
mengakibatkan kelainan pada janin yang menyebabkan gangguan pada mata.
Juga kerusakan pada otak sehingga menyebabkan terganggu fungsi berfikirnya

7
atau verbal komunikasi, kerusakan pada organ telinga sehingga hilangnya fungsi
pendengaran.

B.      Natal (saat kelahiran)


Pada saat terjadinya kelahiran yang mungkin hanya memakan waktu yang cukup singkat
akan tetapi jika penanganan yang tidak tepat akan mengancam perkembangan bayinya.
Diantara nya adalah:
1)   Lahir prematur
2)   Kelahiran yang dipaksa dengan menggunakan vacum
3)   Proses kelahiran bayi sungsang.

C.      Post Natal (setelah kelahiran)


Berbagai peristiwa yang dialami dalam kehidupannya seringkali dapat mengakibatkan
seseorang kehilangan salah satu fungsi organ tubuh atau fungsi otot dan syaraf. Bahkan
dapat pula kehilangan organ itu sendiri. Penyebab ketunaan yang terjadi setelah kelahiran
diantaranya:
1)      Terjadi insident
2)      Kekurangan vitamin atau gizi
3)      Penyakit panas tinggi dan kejang-kejang.

2.4 Layanan Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus


Layanan Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus secara umum terbagi ke dalam
tiga bentuk yaitu segregasi, integrase dan inklusi. Ketiga bentuk ini memiliki
perbedaan diantaranya mengenai sistem kurikulum yang diterapkan.
A. Bentuk Layanan Segregasi
Bentuk layanan Segregasi yaitu bentuk layanan pendidikan bagi Anak Bekebutuhan
Khusus yang mengacu pada jenis atau karakteristik spesifik dari ketunaan yang
dialami seseorang. Oleh karenanya setiap ketunaan yang berbeda akan mendapatkan
layanan berbeda. Bentuk layanan pendidikan segregasi memiliki sistem lingkungan
dan kurikulum yang berbeda dari sekolah umum (tersendiri). Bentuk layanan
pendidikan bagi ABK secara segregatif tentu masih sangat dibutuhkan bagi ABK.

Sistem layanan segregasi yaitu penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan secara


khusus dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan umum. Dengan kata lain anak
8
berkebutuhan khusus diberikan layanan pendidikan pada lembaga pendidikan khusus
seperti di Sekolah Luar Biasa (SLB).
SLB merupakan bentuk unit pendidikan dengan penyelenggaraan sekolah mulai dari
tingkat persiapan sampai dengan tingkat lanjutan diselenggarakan dalam satu unit
sekolah dengan satu kepala sekolah. .
1.Sekolah Khusus
Penyelenggaraan sekolah khusus ini pada awalnya diselenggarakan sesuai dengan
satu kelainan saja, sehingga dikenal dengan SLB untuk tunanetra (SLB-A), SLB
untuk tunarungu (SLB-B), SLB untuk tunagrahita (SLB-C), SLB untuk tunadaksa
(SLB-D), dan SLB untuk tunalaras (SLB-E).

Di setiap SLB tersebut ada tingkat persiapan, tingkat dasar, dan tingkat lanjut. Sistem
pengajarannya lebih mengarah ke sistem individualisasi. Terdapat satu jenis anak
berkebutuhan khusus yakni Autis/Autism Spectrum Disorder (ASD) yang menjadi
perhatian dalam sistem Pendidikan khusus sehingga sekarang ada SLB Autis.

Regulasi yang memayungi sekolah khusus ini adalah UU RI Nomor 2 Tahun 1989
dan PPNo.72 Tahun 1991, dalam pasal 4 PP No.72 Tahun 1991 satuan pendidikan
luar biasa terdiri dari:
a. Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dengan lama pendidikan minimal 6 tahun.
b. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa (SLTPLB) minimal 3 tahun.
c. Sekolah Menengah Luar Biasa (SMALB) minimal 3 tahun.

2. Sekolah Luar Biasa Berasrama


Sekolah Luar Biasa Berasrama merupakan bentuk sekolah luar biasa yang
dilengkapi dengan fasilitas asrama. Peserta didik SLB berasrama tinggal di asrama.
Pengelolaan asrama menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan sekolah, sehingga di
SLB tersebut ada tingkat persiapan, tingkat dasar, dan tingkat lanjut, serta unit
asrama.
Pada SLB berasrama terdapat kesinambungan program pembelajaran yang ada di
sekolah dengan di asrama, sehingga asrama merupakan tempat pembinaan setelah
anak di sekolah. Selain itu, SLB berasrama merupakan pilihan sekolah yang sesuai
bagi peserta didik yang berasal dari luar daerah, karena mereka terbatas fasilitas antar
jemput.
9
3. Sekolah Luar Biasa dengan Kelas Jauh
Kelas jauh adalah lembaga yang disediakan untuk memberi layanan
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang tinggal jauh dari SLB atau SDLB.
Penyelenggaraan kelas jauh merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam rangka
menuntaskan wajib belajar serta pemerataan kesempatan belajar.

Anak berkebutuhan khusus tersebar di seluruh pelosok tanah air, sedangkan


sekolah-sekolah yang khusus mendidik mereka masih sangat terbatas di
kota/kabupaten. Oleh karena itu, dengan adanya kelas jauh/kelas kunjung menjadi
tanggung jawab SLB terdekatnya. Tenaga guru yang bertugas di kelas tersebut berasal
dari guru SLB- SLB di dekatnya. Dengan kata lain, kelas jauh tersebut sebagai
afiliansi dari SLB terdekat sebagai sekolah induk.

4. Sekolah Luar Biasa dengan Guru Kunjung


Berbeda halnya dengan kelas jauh, kelas kunjung adalah suatu layanan
terhadap ABK yang tidak siap mengikuti proses pembelajaran di SLB terdekat. Jadi,
guru berfungsi sebagai guru kunjung (itenerant teacher) yang datang ke rumah-rumah
ABK untuk melayani mereka belajar. Kegiatan admistrasinya dilaksanakan di SLB
terdekat tersebut. Kelebihan dari sistem layanan segregasi ini adalah.
 Anak merasa senasib, sehingga dapat menghilangkan rasa minder, rasa rendah diri,
dan membangkitkan semangat menyongsong kehidupan di hari-hari mendatang,
 Anak lebih mudah beradaptasi dengan temannya yang sama-sama mengalami
hambatan,
 Anak termotivasi dan bersaing secara sehat dengan sesama temannya yang senasib di
sekolahnya, dan anak lebih mudah bersosialisasi tanpa dibayangi rasa takut bergaul,
minder, dan rasa kurang percaya diri.

Adapun Kelemahan adalah (1) anak terpisah dari lingkungan anak lainnya
sehingga anak sulit bergaul dan menjalin komunikasi dengan anak-anak pada
umumnya, (2) anak merasa terpasung dan dibatasi pergaulanya dengan anak-anak
kebutuhan khusus saja sehingga pada giliranya dapat menghambat perkembangan
sosialisasinya di masyarakat, dan (3) anak merasakan ketidakadilan dalam kehidupan
di sekolah yang terbatas bagi mereka yang tergolong berkebutuhan khusus.
10
B. Bentuk Layanan Integrasi/Terpadu
Bentuk layanan pendidikan integrasi seringkali disebut dengan istilah sekolah
terpadu. Bentuk layanan pendidikan ini merupakan integrasi sosial, instruksional dan
temporal anak berkebutuhan khusus dengan teman-teman lainnya yang “normal”,
yang didasarkan pada kebutuhan pendidikan yang diukur secara individual.

Pada pelaksanaanya memerlukan klasifikasi tanggung jawab koordinasi dalam


penyusanan program oleh tim dari berbagai profesi dan disiplin (Kauffman, Gottlieb,
Agard dan Kukic, 1975). Anak-anak berkebutuhan khusus dapat belajar di kelas
umum dengan syarat harus mampu mengikuti kegiatan di kelas tersebut dan
kurikulum yang digunakan sama dengan anak lainnya.
Pada sistem keterpaduan secara penuh dan sebagian, jumlah anak berkebutuhan
khusus dalam satu kelas dalam jumlah tertentu dari jumlah siswa keseluruhan. Hal ini
untuk menjaga beban guru kelas tidak terlalu berat, dibanding jika guru harus
melayani berbagai macam jenis anak berkebutuhan khusus.

Ada 3 bentuk keterpaduan dalam layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
menurut Depdiknas (1986), ketiga bentuk tersebut yaitu: 1. Kelas Biasa 2. Kelas
Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus 3. Bentuk Kelas Khusus.
1. Kelas Biasa
Di kelas biasa ini, ABK bersama-sama dengan siswa pada umumnya terlibat dalam
proses belajar mengajar dan secara penuh menggunakan kurikulum dimana sekolah
tersebut berlaku. Dalam keterpaduan ini, guru pembimbing khusus hanya berfungsi
sebagai konsultan bagi kepala sekolah, guru kelas/guru bidang studi, atau orang tua
anak berkebutuhan khusus.
Sebagai konsultan, guru pembimbing khusus berfungsi sebagai penasehat kurikulum,
maupun permasalahan dalam mengajar anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu
perlu disediakan ruang konsultasi untuk guru pembimbing khusus.

2. Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus


Pada kelas ini, ABK belajar di kelas biasa dengan menggunakan kurikulum dimana
sekolah tersebut berlaku serta mengikuti pelayanan khusus untuk mata pelajaran

11
tertentu yang tidak dapat diikuti oleh anak berkebutuhan khusus bersama dengan anak
reguler.
Pelayanan khusus tersebut diberikan di ruang bimbingan khusus oleh guru
pembimbing khusus (GPK) dengan menggunakan pendekatan individual dan metode
peragaan yang sesuai. Untuk keperluan teersebut di ruang bimbingan khusus
dilengkai dengan peralatan khusus untuk memberikan latihan dan bimbingan khusus.
Misalnya untuk anak tunanetra, di ruang bimbingan khusus disediakan alat tulis
braille, peralatan orientasi mobilitas. Keterpaduan pada tingkat ini sering disebut juga
keterpaduan sebagian.

3. Kelas Khusus
ABK mengikuti pendidikan sama dengan kurikulum di SLB secara penuh di kelas
khusus pada sekolah umum yang melaksanakan program pendidikan tepadu.
Keterpaduan ini disebut juga dengan keterpaduan lokal/bangunan atau keterpaduan
yang bersifat sosialisasi.

Pada tingkat keterpaduan ini, guru pembimbing khusus berfungsi sebagai pelaksana
program di kelas khusus. Pendekatan, metode, dan cara penilaian yang digunakan
adalah pendekatan, metode, dan cara penilaian yang digunakan di SLB. Keterpaduan
pada tingkat ini hanya bersifat fisik dan sosial, yang artinya anak berkebutuhan
khusus yang dipadukan untuk kegiatan yang bersifat non akademik, seperti olah raga,
ketrampilan, juga sosialisasi pada waktu jam-jam istirahat atau acara lain yang
diadakan oleh sekolah.

Pada kelas khusus, biasanya terdapat beberapa siswa yang memiliki derajat
kekhususan yang relatif sama. Untuk menanganinya digunakan pembelajaran
individual (individualized instruction) karena masing-masing anak memiliki
kekhususan. Tujuan pembentukan kelas khusus adalah untuk membantu anak-anak
agar tidak terjadi tinggal kelas/drop out atau untuk menemukan gejala keluarbiasaan
secara dini pada anak-anak SD. Dalam praktiknya kelas khusus bersifat fleksibel.

C. Bentuk layanan pendidikan inklusif

12
Bentuk layanan pendidikan inklusif adalah pendidikan yang menghargai semua
peserta didik termasuk anak berkebutuhan khusus. Semua peserta didik berada dalam
lingkungan yang sama dan belajar dalam kelas yang sama sepanjang waktu.
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum sekolah tersebut dengan dilakukan
modifikasi dan adaptasi sesuai kebutuhan bagi semua peserta didik. Bentuk layanan
pendidikan inklusif yakni layanan pendidikan yang di dalam sekolah/kelas umum
terdapat peserta didik yang beragam, termasuk di dalamnya adalah anak-anak yang
tumbuh dan berkembang secara berbeda dibanding dengan anak-anak pada umumnya.
Bentuk layanan ini prinsipnya adalah mereka hadir bersama-sama, saling menghargai
dan menerima perbedaan, semua bisa berpartisipasi dalam kegiatan belajar sesuai
dengan kemampuannya masing-masing dan diyakini semua anak dalam kelas bisa
mencapai prestasi sesuai kondisinya masing-masing.

Bentuk layanan yang inklusif di sekolah umum


Bentuk layanan yang inklusif di sekolah umum menggunakan kurikulum yang ada di
sekolah tersebut, tetapi guru memungkinkan melakukan perubahan terkait dengan
kondisi kelas yang beragam. Guru sangat memungkinkan memodifikasi dan
mengadaptasi kurikulum ketika terdapat anak yang kesulitan berpartisipasi dalam
kegiatan belajar. Seringkali disebut dengan kurikulum akomodatif atau juga
kurikulum yang fleksibel.
Pada proses belajar dalam kelas dengan peserta didik yang beragam (inklusif) guru
kelas atau guru mata pelajaran bertanggungjawab penuh terhadap pelaksanaan
kegiatan belajar. Tidak menutup kemungkinan guru membutuhkan pertolongan GPK
untuk merancang kegiatan belajar sehingga semua anak bisa belajar dalam kelas yang
sama.

2.5 Fasilitas pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus


Layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus akan berjalan lancar mana kala
didukung oleh ketersediaan fasilitas yang memadai. Fasilitas tersebut berkaitan
dengan karakteristik masing-masing jenis anak berkebutuhan khusus. Kesesuaian
fasilitas dengan karakteristik anak berkebutuhan khusus akan mendorong iklim
belajar yang kondusif, sehingga anak akan belajar secara maksimal.Berikut fasilitas
pendidikan bagi anak Tunanetra,Tunarungu,Tunagrahita,Tunadaksa, dan Tunalaras.
1.      Fasilitas Pendidikan untuk Anak Tunanetra
13
Fasilitas penunjang pendidikan untuk anak tunanetra secara umum sama dengan anak
normal, hanya memerlukan penyesuaian untuk informasi yang memungkinkan tidak
dapat dilihat, harus disampaikan dengan media perabaan atau pendengaran. 
Fasilitas penunjang pendidikan yang diperlukan untuk anak tunanetra menurut
Annastasia Widjajanti dan Imanuel Hitipeuw (1995) adalah braille dan peralatan
orientasi mobilitas, serta media pelajaran yang menungkinkan anak untuk
memanfaatan fungsi perabaan dengan optimal.
Fasilitas pendidikan bagi anak tunanetra antara lain adalah:
a.       Huruf Braille
Huruf Braille merupakan fasilitas utama penyelenggaraan pendidikan bagi anak
tunanetra. Huruf Braille ditemukan pertama kali oleh Louis Braille. Ia menyusun
tulisan yang terdiri dari enam titik dijajarkan vertikal tiga tiga. Dengan menempatkan
titik tersebut dalam berbagai posisi maka terbentuklah seluruh abjad. Dengan
menggunakan tulisan tersebut akan mempermudah para tuna netra membaca dan
menulis.
Ada tiga cara untuk menulis braille, yaitu dengan (1) reglet dan pen atau stilus, (2)
mesik tik braille, dan (3) komputer yang dilengkapi dengan printer braille. Media
yang digunakan berupa kertas tebal yang tahan lama (manila, atau yang lain). Kertas
standar untuk braille adalah kertas braillon.
b.      Tongkat putih
Tongkat putih merupakan fasilitas pendukung anak tunanetra untuk orientasi dan
mobilitas. Dengan tongkat putih anak tunanetra berjalan untuk mengenali
lingkungannya. Berbagai media alat bantu mobilitas dapat berupa tongkat putih,
anjing penuntun, kacamata elektronik, tongkat elektronik.
Program latihan orientasi dan mobilitas meliputi: jalan dengan pendamping orang
awas, jalan mandiri, dan latihan bantu diri (latihan di kamar mandi dan wc, latihan di
kamar makan, latihan di kamar tidur, latihan di dapur, latihan di kamar tamu) dan
latihan orientasi di sekolah.
c.       Laser cane (tongkat laser)
Tongkat laser adalah tongkat penuntun berjalan yang menggunakan sinar infra merah
untuk mendeteksi rintangan yang ada pada jalan yang akan dilalui dengan memberi
tanda lisan (suara).
2.      Fasilitas pendidikan untuk anak tunarungu

14
Fasilitas penunjang untuk pendidikan anak tunarungu secara umum relatif sama
dengan anak normal, seperti papan tulis, buku, buku pelajaran, alat tulis, sarana
bermain dan olahraga. Namun karena anak tunarungu mempunyai hambatan dalam
mendengar dan bicara, maka mereka memerlukan alat bantu khusus. Alat bantu
khusus tersebut antara lain menurut Permanarian Somad dan Tati Hernawati, 1996
adalah audiometer, hearing aids, telephone-typewriter, mikro komputer,
audiovisual, tape recorder, spatel, cermin.
a.       Audiometer
Audiometer adalah alat elektronik untuk mengukur taraf kehilangan pendengaran
seseorang. Melalui audiometer, kita dapat mengetahui kondisi pendengaran anak
tunarungu antara lain:
1. Apakah sisa pendengarannya difungsionalkan melalui konduksi tulang
atau konduksi udara.
2. Berapa desibel anak tersebut kehilangan pendengarannya
3. Telinga mana yang mengalami kehilangan pendengaran , apakah
telinga kiri, telinga kanan, atau kedua-duanya
4. Pada frekuensi berapa anak masih dapat menerima suara.
Ada dua jenis audiometer, yaitu audiometer oktaf dan audiometer kontinyu.
Audiometer oktaf untuk mengukur frekuensi pendengaran: 125 – 250 – 500 – 1000 –
2000 – 4000 – 8000 Hz. Audiometer kontinyu mengukur pendengaran antara 125 -
12000 Hz.
b.      Hearing Aids
Hearing aids atau alat bantu dengar mempunyai tiga unsur utama, yaitu: microphone,
amplifier, dan reciever. Sedangkan prinsip kerjanya adalah suara (energi akustik)
diterima microphone, kemudian diubah menjadi energi listrik dan dikeraskan
melalui amplifier, kemudian diteruskan ke reciever (telepon) yang mengubah kembali
energi listrik menjadi suara seperti alat pendengaran pada telepon dan diarahkan ke
gendang telinga (membrana tympany).
Alat bantu dengan ada bermacam-macam, yaitu yang diselipkan di belakang telinga,
di dalam telinga, dipakai pada saku kemeja, atau yang dipasang pada bingkai kaca
mata. Dengan menggunakan alat bantu dengar anak tunarungu dapat berlatih
mendengakan, baik secara individual maupun secara kelompok.
Anak tunarungu yang menggunakan alat bantu dengar diharapkan mampu memilih
suara-suara mana yang diperlukan, dan dengan bantuan mimik dan gerak bibir dari
15
guru, maka anak tunarungu dapat berlatih menangkap arti dari apa yang diucapkan
oleh guru atau orang lain.
c.      Mikrokomputer
Mikrokomputer merupakan alat bantu khusus yang dapat memberikan informasi
secara visual. Alat bantu ini sangat membantu bagi anak tunarungu yang mengalami
kelainan pendengaran berat. Keefektifan penggunaan mikrokomputer tergantung
pada softwere dan materinya harus dapat dimengerti oleh anak tunarungu. Disamping
itu anak tunarungu harus bisa membaca atau paling tidak mampu mengintepretasikan
simbol-simbol yang digunakan.
d.        Audiovisual
Alat bantu audiovisual dapat berupa film, video-tapes, TV. Penggunaan audiovisual
tersebut sangat bermanfaat bagi anak tunarungu, karena mereka dapat memperhatikan
sesuatu yang ditampilkan sekalipun dalam kemampuan mendengar yang terbatas.
Sebagai contoh, penayangan film-film pendidikan, film ilmiah populer, film kartun,
dan siaran berita TV dengan bahasa isyarat.
e.       Tape Recorder
Tape recorder sangat berguna untuk mengontrol hasil ucapan yang telah direkam,
sehingga kita dapat mengikuti perkembangan bahasa lisan anak tunarungu dari hari ke
hari dan dari tahun ke tahun. Selain itu, tape recorder sangat membantu anak
tunarungu ringan dalam menyadarkan akan kelainan bicaranya, sehingga guru
artikulasi lebih mudah membimbing mereka dalam memperbaiki kemampuan bicara
mereka.
Tape recorder dapat pula digunakan untuk mengajar tunarungu yang belum
bersekolah dalam mengenal gelak-tawa, suara-suara hewan, perbedaan antara suara
tangisan dengan suara omelan, dan sebagainya.
g.      Spatel
Spatel adalah alat bantu untuk membetulkan posisi organ bicara, terutama lidah.
Spatel digunakan untuk menekan lidah, sehingga kita dapat membetulkan posisi lidah
anak tunarungu. Dengan posisi lidah yang benar mereka dapat bicara dengan benar.
h.      Cermin
Cermin dapat digunakan sebagai alat bantu anak tunarungu dalam belajar
mengucapkan sesuatu dengan artikulas yang benar. Di samping itu, anak tunarungu
dapat mengamakan ucapannya melalui cermin dengan apa yang diucapkan oleh guru
atau Artikulator (speech therapist). Dengan menggunakan cermin, Artikulator dapat
16
mengontrol gerakan-gerakan yang didak tepat dari anak tunarungu, sehingga mereka
menyadari dalam mengucapkan konsonan, vokal, kata-kata, kalimat secara benar.

3.      Fasilitas pendidikan untuk anak tunagrahita


Fasilitas pendidikan untuk anak tunagrahita relatif sama dengan falilitas pendidikan
untuk anak umum di sekolah dasar dan fasilitas pendidikan di taman kanak-kanak.
Fasilitas pendidikan lebih diarahkan untuk latihan sensomotorik dan pembentukan
motorik halus. Walaupun demikian fasilitas yang berkaitan dengan pembinaan
motorik kasar juga perlu disediakan secara memadai. Secara garis besar fasilitas
pendidikan yang harus disesuaikan dengan karakteristik anak tunagrahita adalah:
a.       Fasilitas pendidikan yang bekaitan latihan sensorimotor
Fasilitas pendidikan dan penunjang pendidikan bagi anak tunagrahita yang berkaitan
dengan latihan sensomotorik di antaranya:
1)      Berkaitan dengan visual: berbagai bentuk benda, manik-manik, warna, dsb.
2)      Berkaitan dengan perabaan dan motorik tangan: manik-manik, benang, crayon,
wash, lotion, kertas amril, dsb.
3)       Berkaitan dengan pembau: kamper, minyak kayu putih, dsb.
4)       Berkaitan dengan koordinasi: menara gelang, puzzle, meronce, dsb.

b.      Fasilitas pendidikan yang berkaitan dengan aktivitas kehidupan keseharian


Fasilitas yang berkaitan dengan kehidupan keseharian (Activity Daily Leaving)
berupa permainan untuk mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari atau peralatan
untuk latihan kehidupan sehari-hari, di antaranya: latihan kebersihan dan gosok gigi,
latihan berpakaian, bersepatu, permainan dengan boneka dan alat lainnya, dsb.

c.       Fasilitas pendidikan yang berkaitan dengan latihan motorik kasar


Fasilitas yang berkaitan dengan latihan motorik kasar di antaranya dapat berupa:
latihan bola kecil, latihan bola besar, permainan keseimbangan, dsb.

4.      Fasilitas pendidikan untuk anak tunadaksa


Fasilitas pendidikan untuk anak tunadaksa berkaitan dengan prasarana dan sarana
langsung yang diperlukan dalam layanan pendidikan anak tunadaksa. Prasarana yang
dirancang untuk anak tunadaksa hendaknya memenuhi tiga kemudahan (Musjafak
Assjari, 1995), yaitu mudah keluar masuk, mudah bergerak dalam ruangan, dan
17
mudah mengadakan penyesuaian. Fasilitas pendukung pendidikan yang berkaitan
dengan diri anak adalah:
a.       Brace
Brace merupakan alat bantu gerak yang digunakan untuk memperkuat otot dan
tulang. Brace biasanya digunakan di kaki, punggung, atau di leher.
Fungsi brace berguna untuk menyangga beban yang tertumpu pada otot atau tulang.
Brace terbuat dari kulit yang kaku atau plastik yang tebal dilapisi kain atau sepon atau
karet pada tepi dan pinggirannya agar tidak terjadi decubitus (lecet) pada jaringan
yang kontak langsung.
b.      Crutch (kruk)
Kruk adalah alat penyangga tubuh yang ditumpukan pada tangan atau ketiak untuk
menyangga beban tubuh. Kruk terbuat dari kayu, pipa besi, pipa aluminium, atau
pipa stainless steel yang berbentuk bulat setinggi ukuran tubuh pemakainya. Pada
bagian atas tempat yang kontak dengan ketiak atau tangan diberi spon atau karet agar
lunak dan tidak menyebabkan lecet bila dipakai.
c.       Splint
Splint berasal dari bahasa Inggris yang berarti spalk ( bahasa Belanda). Alat ini
bertujuan untuk meletakkan anggota tubuh pada posisi yang benar agar anggota tubuh
yang sakit tidak salah bentuk
Ada dua macam splint, yaitu splint untuk anggota tubuh bagian atas (tangan) dan
splint untuk anggota tubuh bagian bawah (kaki).
Splint dapat dibuat dari bahan gips, kulit sol, karton, kayu, celastic, dan orthoplast.
Bahan-bahan tersebut dibentuk menurut posisi anggota gerak tubuh yang sakit.
d.      Wheel chair (kursi roda)
Menurut bentuknya, kursi roda dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kursi roda yang
roda besarnya di depan, dan kursi roda yang roda besarnya di belakang. Kursi roda
yang roda besarnya di depan dapat berputar di tempat yang sempit. Kursi roda yang
roda besarnya di belakang, dapat masuk kolong tempat tidur, sehingga memudahkan
untuk berpindah tempat.
Selain fasilitas pendukung tersebut di atas, fasilitas lain yang mendukung pendidikan
untuk anak tunadaksa adalah ruangan terapi dan peralatan terapi. Terapi yang
berkaitan langsung dengan anak tunadaksa adalah fisioterapi, terapi bermain, dan
terapi okupasi.

18
5.      Fasilitas pendidikan untuk anak tunalaras
Fasilitas pendidikan untuk anak tunalaras relatif sama dengan fasilitas pendidikan
untuk anak normal pada umumnya. Fasilitas ruangan kelas tidak menggunakan benda-
benda kecil yang terbuat dari bahan yang keras, sehingga mempermudah mereka
untuk mengambil dan melemparnya. Fasilitas lain lebih berkaitan dengan ruangan
terapi dan sarana terapi. Terapi tersebut meliputi:
a.       Ruangan fisioterapi dan peralatannya
Peralatan fisioterapi lebih diarahkan pada upaya peregangan otot dan sendi, dan
pembentukan otot. Misalnya: barbel, box tinju, wash
b.      Ruangan terapi bermain dan peralatannya
Peralatan terapi bermain lebih diarahkan pada model terapi sublimasi dan latihan
pengendalian diri. Misalnya puzzle, boneka
c.       Ruangan terapi okupasi dan peralatannya
Peralatan terapi okupasi lebih diarahkan pada pembentukan keterampilan kerja dan
pengisian pengisian waktu luang sesuai dengan kondisi anak.

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, Anak
Berkebutuhan Khusus adalah anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan
karakteristiknya,yang membedakan mereka dengan anak-anak normal pada
umumnya,atau anak yang memiliki kelainan yang bersifat temporer ataupun permanen
baik dalam segi fisik,intelektual,sosial,emosi,atau gabungan dari hal-hal tersebut.
Keadaan inilah yang menuntut agar adanya layana pendidikan bagi Anak Berkebutuhan
Khusus.Beberapa bentuk layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yaitu
Segregasi,Integrasi,Inklusif. Dalam menjalankan pendidikannya Anak Berkebutuhan
Khusus juga membutuhkan fasilitas yang mendukung dan memadai sesuai dengan jenis
kebutuhannya.
3.2 Saran
Setelah mengetahui dan memahami mengenai Anak Berkebutuhan Khusus, sangat
diharapkan bagi masyarakat indonesia terutama bagi Orangtua yang memiliki Anak
Berkebutuhan Khusus untuk menyikapi dan mendidik anak yang menyandang
berkebutuhan khusus dengan baik, sesuai dengan yang diharapkan dan memberikan Hak
Pendidikan yang sesuai bagi karakteristik anak tersebut.

20
DAFTAR PUSTAKA

PAUD Jateng. 2015. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ABK Menurut Para Ahli
Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ABK Menurut Para Ahli - PAUD JATENG
Diakses tanggal : 6 Januari 2022

H. Sugiarto, S.Pd, M.Si. Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus


https://pauddikmaskalbar.kemdikbud.go.id/berita/mengenal-anak-berkebutuhan-
khusus.html Diakses tanggal : 6 Januari 2022

Nanang Ajim. Bentuk Layanan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Bentuk Layanan
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus | Mikirbae.com Diakses tanggal : 7 Januari
2022

Fasilitas Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus . APA Aja Dot kom: Fasilitas
Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (little-chiyoo.blogspot.com)
Diakses tanggal : 7 Januari 2022

21

Anda mungkin juga menyukai