Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Lia Mulianingsih
A3/1
41032102211118
2022
i
KATA PENGANTAR
Makalah yang berjudul “ Layanan Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus “ ini
merupakan makalah sederhana yang bisa dijadikan bahan bacaan untuk menambah wawasan
mengenai Anak berkebutuhan khusus dan layanan pendidikannya.
Makalah ini dilengkapi dengan , mengenal Anak Berkebutuhan Khusus, Jenis – jenis
Anak Berkebutuhan Khusus, Faktor penyebab Anak Berkebutuhan Khusus, Layanan
Pendidikan serta fasilitas bagi Anak Berkebutuhan Khusus.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Lia Mulianingsih
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya, manusia diciptakan oleh Tuhan hidup di dunia ini tidak sempurna. Setiap
manusia dalam kehidupannya pasti memiliki keterbatasan. Ada yang memiliki keterbatasan
secara fisik dan ada yang memiliki keterbatasan secara materi.
Keterbatasan dapat dialami oleh setiap orang baik dewasa maupun anak-anak, dan
penyebab dari keterbatasan tersebut bermacam-macam, ada yang memiliki keterbatasan yang
merupakan penyakit atau kelainan bawaan sejak lahir dan ada pula keterbatasan yang diderita
ketika dewasa. Keterbatasan tersebut yang paling disoroti salah satunya seperti anak
berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kelainan atau
menyimpang dari sebagian besar anak normal berdasarkan ciri fisik, mental, emosional,
perilaku, serta kemampuan dalam komunikasi dan peranannya dalam bidang sosial. Keadaan
inilah yang menuntut adanya penyesuaian dalam pemberian layanan pendidikan yang
dibutuhkan. Keragaman yang terjadi, memang terkadang menyulitkan guru dalam upaya
pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Namun apabila guru telah memiliki pengetahuan
dan pemahaman mengenai cara memberikan layanan yang baik, maka akan dapat dilakukan
secara optimal.
Banyak masyarakat yang belum mengetahui mengenai Layanan Pendidikan bagi Anak
Berkebutuhan khusus. Untuk mengenal lebih lanjut layanan pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus dalam makalah ini akan diuraikan beberapa bentuk atau jenis layanan
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus secara umum dan khusus.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut:
1
5. Apa saja fasilitas pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus ?
Dari beberapa rumusan masalah yang telah disebutkan, maka akan tercapai beberapa
tujuan dalam penulisan ini. Diantaranya yaitu:
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
moral emosi dan hati nuraninya sehingga orang tersebut berbuat amoral ditengah
masyarakatnya.
Yang termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (ABK) antara lain: anak
tunarungu, anak tunagrahita, anak tunanetra, anak tunadaksa, anak tunalaras, anak yang
mengalami kesulitan belajar, anak yang mengalami gangguan perilaku, anak berbakat,
anak dengan gangguan kesehatan. Karena dengan adanya hambatan dan karakteristik
yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan
dengan kemampuan dan potensi mereka.
5
tujuan fungsional, mencapai suatu tingkat “tanggung jawab sosial” dan mencapai
penyesuaian sebagai pekerja dengan bantuan.
Tunagrahita berat dan sangat berat
Anak yang tergolong dalam kelompok ini pada umumnya hampir tidak memiliki
kemampuan untuk di latih mengurus diri sendiri melakukan sosialisasi dan bekerja. Di
antara mereka (sampai batas tertentu) ada yang dapat mengurus diri sendiri dan dapat
berkomunikasi secara sederhana serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitarnya yang sangat terbatas.
4. Tunadaksa
Istilah tunadaksa berasal dari kata “tuna” dan “daksa”, tuna yang berarti rusak atau
cacat dan “daksa” yang berarti tubuh. Menurut Sutjihati Somantri Tunadaksa adalah
suatu keadaan yang terganggu atau rusak sebagai akibat dari gangguan bentuk atau
hambatan pada otot, sendi dan tulang dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini bisa
disebabkan oleh kecelakaan, penyakit atau juga bisa disebabkan karena pembawaan
sejak lahir.
Klasifikasi anak tunadaksa dilihat dari sistem kelainanya. Pada dasarnya kelainan
pada anak tunadaksa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu (1) Kelainan
pada sistem serebral (cerebral system), dan (2) kelainan pada sistem otot dan rangka
(musculus skeletal system)
5. Tunalaras
Saat di sekolah, kita pasti melihat anak yang sering melakukan pelanggaran, baik
melanggar peraturan sekolah, peraturan kelas, peraturan guru dan lain sebagainya. Anak-
anak yang melakukan pelanggaran dan sering dihukum oleh guru akan di cap nakal oleh
teman-temannya. Anak-anak tersebut bisa disebut dengan tunalaras.
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan
kontrol sosial. Tunalaras biasanya menunjukan perilaku menyimpang yang tidak sesuai
dengan norma dan aturan yang berlaku di sekitarnya.
6. Autis
Autis adalah gangguan perkembangan saraf yang kompleks yang gejalanya sudah
terlihat sebelum anak berusia tiga tahun. Seseorang yang mengalami autisme memiliki
gangguan dan masalah dalam berinteraksi dengan orang lain, kadang anak autisme
terlihat sangat linglung, terkucil, terasing, tidak mau melakukan kontak mata dengan
orang lain, tidak mau bermain bersama teman-temannya, sering mengulang gerakan-
6
gerakan secara terus menerus dan berlebihan. Akibat gangguan ini seseorang yang
mengidap gangguan autis sulit unutk belajar berinteraksi dan berkomunikasi dengan
lingkungan sekitarnya dan menyebabkan seolah-olah ia hidup dalam dunianya sendiri.
7.Down Sindrom
Down Sindrom adalah gangguan genetika paling umum yang menyebabkan
perbedaan kemampuan belajar dan ciri-ciri fisik tertentu yang disebabkan adanya
abnormalitas perkembangan kromosom. Down Sindrom disebut juga penyakit genetik
karena gangguan kromosom dengan ciri khas wajah universal (wajah mongoloid).
Dimasyarakat sendiri, Down Sindrom lebih dikenal dengan anak seribu wajah, bukan
karena wajah anak down sindrom ada seribu, melainkan karena ada banyak anak down
sindrom dan wajah anak-anak down sindrom itu sama, down sindrom tidak bisa
disembuhkan, namun dengan dukungan, perhatian dan kasih sayang, anak-anak dengan
down sindrom bisa tumbuh dengan maksimal.
Anak-anak dengan down sindrom sangat membutuhkan bimbingan jauh melebihi
anak normal lainnya. Perkembangan mereka dalam berbagai aspek memerlukan
waktu, dan mereka akan menjalaninya bertahap, sesuai dengan kemampuan mereka.
7
atau verbal komunikasi, kerusakan pada organ telinga sehingga hilangnya fungsi
pendengaran.
Di setiap SLB tersebut ada tingkat persiapan, tingkat dasar, dan tingkat lanjut. Sistem
pengajarannya lebih mengarah ke sistem individualisasi. Terdapat satu jenis anak
berkebutuhan khusus yakni Autis/Autism Spectrum Disorder (ASD) yang menjadi
perhatian dalam sistem Pendidikan khusus sehingga sekarang ada SLB Autis.
Regulasi yang memayungi sekolah khusus ini adalah UU RI Nomor 2 Tahun 1989
dan PPNo.72 Tahun 1991, dalam pasal 4 PP No.72 Tahun 1991 satuan pendidikan
luar biasa terdiri dari:
a. Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dengan lama pendidikan minimal 6 tahun.
b. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa (SLTPLB) minimal 3 tahun.
c. Sekolah Menengah Luar Biasa (SMALB) minimal 3 tahun.
Adapun Kelemahan adalah (1) anak terpisah dari lingkungan anak lainnya
sehingga anak sulit bergaul dan menjalin komunikasi dengan anak-anak pada
umumnya, (2) anak merasa terpasung dan dibatasi pergaulanya dengan anak-anak
kebutuhan khusus saja sehingga pada giliranya dapat menghambat perkembangan
sosialisasinya di masyarakat, dan (3) anak merasakan ketidakadilan dalam kehidupan
di sekolah yang terbatas bagi mereka yang tergolong berkebutuhan khusus.
10
B. Bentuk Layanan Integrasi/Terpadu
Bentuk layanan pendidikan integrasi seringkali disebut dengan istilah sekolah
terpadu. Bentuk layanan pendidikan ini merupakan integrasi sosial, instruksional dan
temporal anak berkebutuhan khusus dengan teman-teman lainnya yang “normal”,
yang didasarkan pada kebutuhan pendidikan yang diukur secara individual.
Ada 3 bentuk keterpaduan dalam layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
menurut Depdiknas (1986), ketiga bentuk tersebut yaitu: 1. Kelas Biasa 2. Kelas
Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus 3. Bentuk Kelas Khusus.
1. Kelas Biasa
Di kelas biasa ini, ABK bersama-sama dengan siswa pada umumnya terlibat dalam
proses belajar mengajar dan secara penuh menggunakan kurikulum dimana sekolah
tersebut berlaku. Dalam keterpaduan ini, guru pembimbing khusus hanya berfungsi
sebagai konsultan bagi kepala sekolah, guru kelas/guru bidang studi, atau orang tua
anak berkebutuhan khusus.
Sebagai konsultan, guru pembimbing khusus berfungsi sebagai penasehat kurikulum,
maupun permasalahan dalam mengajar anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu
perlu disediakan ruang konsultasi untuk guru pembimbing khusus.
11
tertentu yang tidak dapat diikuti oleh anak berkebutuhan khusus bersama dengan anak
reguler.
Pelayanan khusus tersebut diberikan di ruang bimbingan khusus oleh guru
pembimbing khusus (GPK) dengan menggunakan pendekatan individual dan metode
peragaan yang sesuai. Untuk keperluan teersebut di ruang bimbingan khusus
dilengkai dengan peralatan khusus untuk memberikan latihan dan bimbingan khusus.
Misalnya untuk anak tunanetra, di ruang bimbingan khusus disediakan alat tulis
braille, peralatan orientasi mobilitas. Keterpaduan pada tingkat ini sering disebut juga
keterpaduan sebagian.
3. Kelas Khusus
ABK mengikuti pendidikan sama dengan kurikulum di SLB secara penuh di kelas
khusus pada sekolah umum yang melaksanakan program pendidikan tepadu.
Keterpaduan ini disebut juga dengan keterpaduan lokal/bangunan atau keterpaduan
yang bersifat sosialisasi.
Pada tingkat keterpaduan ini, guru pembimbing khusus berfungsi sebagai pelaksana
program di kelas khusus. Pendekatan, metode, dan cara penilaian yang digunakan
adalah pendekatan, metode, dan cara penilaian yang digunakan di SLB. Keterpaduan
pada tingkat ini hanya bersifat fisik dan sosial, yang artinya anak berkebutuhan
khusus yang dipadukan untuk kegiatan yang bersifat non akademik, seperti olah raga,
ketrampilan, juga sosialisasi pada waktu jam-jam istirahat atau acara lain yang
diadakan oleh sekolah.
Pada kelas khusus, biasanya terdapat beberapa siswa yang memiliki derajat
kekhususan yang relatif sama. Untuk menanganinya digunakan pembelajaran
individual (individualized instruction) karena masing-masing anak memiliki
kekhususan. Tujuan pembentukan kelas khusus adalah untuk membantu anak-anak
agar tidak terjadi tinggal kelas/drop out atau untuk menemukan gejala keluarbiasaan
secara dini pada anak-anak SD. Dalam praktiknya kelas khusus bersifat fleksibel.
12
Bentuk layanan pendidikan inklusif adalah pendidikan yang menghargai semua
peserta didik termasuk anak berkebutuhan khusus. Semua peserta didik berada dalam
lingkungan yang sama dan belajar dalam kelas yang sama sepanjang waktu.
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum sekolah tersebut dengan dilakukan
modifikasi dan adaptasi sesuai kebutuhan bagi semua peserta didik. Bentuk layanan
pendidikan inklusif yakni layanan pendidikan yang di dalam sekolah/kelas umum
terdapat peserta didik yang beragam, termasuk di dalamnya adalah anak-anak yang
tumbuh dan berkembang secara berbeda dibanding dengan anak-anak pada umumnya.
Bentuk layanan ini prinsipnya adalah mereka hadir bersama-sama, saling menghargai
dan menerima perbedaan, semua bisa berpartisipasi dalam kegiatan belajar sesuai
dengan kemampuannya masing-masing dan diyakini semua anak dalam kelas bisa
mencapai prestasi sesuai kondisinya masing-masing.
14
Fasilitas penunjang untuk pendidikan anak tunarungu secara umum relatif sama
dengan anak normal, seperti papan tulis, buku, buku pelajaran, alat tulis, sarana
bermain dan olahraga. Namun karena anak tunarungu mempunyai hambatan dalam
mendengar dan bicara, maka mereka memerlukan alat bantu khusus. Alat bantu
khusus tersebut antara lain menurut Permanarian Somad dan Tati Hernawati, 1996
adalah audiometer, hearing aids, telephone-typewriter, mikro komputer,
audiovisual, tape recorder, spatel, cermin.
a. Audiometer
Audiometer adalah alat elektronik untuk mengukur taraf kehilangan pendengaran
seseorang. Melalui audiometer, kita dapat mengetahui kondisi pendengaran anak
tunarungu antara lain:
1. Apakah sisa pendengarannya difungsionalkan melalui konduksi tulang
atau konduksi udara.
2. Berapa desibel anak tersebut kehilangan pendengarannya
3. Telinga mana yang mengalami kehilangan pendengaran , apakah
telinga kiri, telinga kanan, atau kedua-duanya
4. Pada frekuensi berapa anak masih dapat menerima suara.
Ada dua jenis audiometer, yaitu audiometer oktaf dan audiometer kontinyu.
Audiometer oktaf untuk mengukur frekuensi pendengaran: 125 – 250 – 500 – 1000 –
2000 – 4000 – 8000 Hz. Audiometer kontinyu mengukur pendengaran antara 125 -
12000 Hz.
b. Hearing Aids
Hearing aids atau alat bantu dengar mempunyai tiga unsur utama, yaitu: microphone,
amplifier, dan reciever. Sedangkan prinsip kerjanya adalah suara (energi akustik)
diterima microphone, kemudian diubah menjadi energi listrik dan dikeraskan
melalui amplifier, kemudian diteruskan ke reciever (telepon) yang mengubah kembali
energi listrik menjadi suara seperti alat pendengaran pada telepon dan diarahkan ke
gendang telinga (membrana tympany).
Alat bantu dengan ada bermacam-macam, yaitu yang diselipkan di belakang telinga,
di dalam telinga, dipakai pada saku kemeja, atau yang dipasang pada bingkai kaca
mata. Dengan menggunakan alat bantu dengar anak tunarungu dapat berlatih
mendengakan, baik secara individual maupun secara kelompok.
Anak tunarungu yang menggunakan alat bantu dengar diharapkan mampu memilih
suara-suara mana yang diperlukan, dan dengan bantuan mimik dan gerak bibir dari
15
guru, maka anak tunarungu dapat berlatih menangkap arti dari apa yang diucapkan
oleh guru atau orang lain.
c. Mikrokomputer
Mikrokomputer merupakan alat bantu khusus yang dapat memberikan informasi
secara visual. Alat bantu ini sangat membantu bagi anak tunarungu yang mengalami
kelainan pendengaran berat. Keefektifan penggunaan mikrokomputer tergantung
pada softwere dan materinya harus dapat dimengerti oleh anak tunarungu. Disamping
itu anak tunarungu harus bisa membaca atau paling tidak mampu mengintepretasikan
simbol-simbol yang digunakan.
d. Audiovisual
Alat bantu audiovisual dapat berupa film, video-tapes, TV. Penggunaan audiovisual
tersebut sangat bermanfaat bagi anak tunarungu, karena mereka dapat memperhatikan
sesuatu yang ditampilkan sekalipun dalam kemampuan mendengar yang terbatas.
Sebagai contoh, penayangan film-film pendidikan, film ilmiah populer, film kartun,
dan siaran berita TV dengan bahasa isyarat.
e. Tape Recorder
Tape recorder sangat berguna untuk mengontrol hasil ucapan yang telah direkam,
sehingga kita dapat mengikuti perkembangan bahasa lisan anak tunarungu dari hari ke
hari dan dari tahun ke tahun. Selain itu, tape recorder sangat membantu anak
tunarungu ringan dalam menyadarkan akan kelainan bicaranya, sehingga guru
artikulasi lebih mudah membimbing mereka dalam memperbaiki kemampuan bicara
mereka.
Tape recorder dapat pula digunakan untuk mengajar tunarungu yang belum
bersekolah dalam mengenal gelak-tawa, suara-suara hewan, perbedaan antara suara
tangisan dengan suara omelan, dan sebagainya.
g. Spatel
Spatel adalah alat bantu untuk membetulkan posisi organ bicara, terutama lidah.
Spatel digunakan untuk menekan lidah, sehingga kita dapat membetulkan posisi lidah
anak tunarungu. Dengan posisi lidah yang benar mereka dapat bicara dengan benar.
h. Cermin
Cermin dapat digunakan sebagai alat bantu anak tunarungu dalam belajar
mengucapkan sesuatu dengan artikulas yang benar. Di samping itu, anak tunarungu
dapat mengamakan ucapannya melalui cermin dengan apa yang diucapkan oleh guru
atau Artikulator (speech therapist). Dengan menggunakan cermin, Artikulator dapat
16
mengontrol gerakan-gerakan yang didak tepat dari anak tunarungu, sehingga mereka
menyadari dalam mengucapkan konsonan, vokal, kata-kata, kalimat secara benar.
18
5. Fasilitas pendidikan untuk anak tunalaras
Fasilitas pendidikan untuk anak tunalaras relatif sama dengan fasilitas pendidikan
untuk anak normal pada umumnya. Fasilitas ruangan kelas tidak menggunakan benda-
benda kecil yang terbuat dari bahan yang keras, sehingga mempermudah mereka
untuk mengambil dan melemparnya. Fasilitas lain lebih berkaitan dengan ruangan
terapi dan sarana terapi. Terapi tersebut meliputi:
a. Ruangan fisioterapi dan peralatannya
Peralatan fisioterapi lebih diarahkan pada upaya peregangan otot dan sendi, dan
pembentukan otot. Misalnya: barbel, box tinju, wash
b. Ruangan terapi bermain dan peralatannya
Peralatan terapi bermain lebih diarahkan pada model terapi sublimasi dan latihan
pengendalian diri. Misalnya puzzle, boneka
c. Ruangan terapi okupasi dan peralatannya
Peralatan terapi okupasi lebih diarahkan pada pembentukan keterampilan kerja dan
pengisian pengisian waktu luang sesuai dengan kondisi anak.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, Anak
Berkebutuhan Khusus adalah anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan
karakteristiknya,yang membedakan mereka dengan anak-anak normal pada
umumnya,atau anak yang memiliki kelainan yang bersifat temporer ataupun permanen
baik dalam segi fisik,intelektual,sosial,emosi,atau gabungan dari hal-hal tersebut.
Keadaan inilah yang menuntut agar adanya layana pendidikan bagi Anak Berkebutuhan
Khusus.Beberapa bentuk layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yaitu
Segregasi,Integrasi,Inklusif. Dalam menjalankan pendidikannya Anak Berkebutuhan
Khusus juga membutuhkan fasilitas yang mendukung dan memadai sesuai dengan jenis
kebutuhannya.
3.2 Saran
Setelah mengetahui dan memahami mengenai Anak Berkebutuhan Khusus, sangat
diharapkan bagi masyarakat indonesia terutama bagi Orangtua yang memiliki Anak
Berkebutuhan Khusus untuk menyikapi dan mendidik anak yang menyandang
berkebutuhan khusus dengan baik, sesuai dengan yang diharapkan dan memberikan Hak
Pendidikan yang sesuai bagi karakteristik anak tersebut.
20
DAFTAR PUSTAKA
PAUD Jateng. 2015. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ABK Menurut Para Ahli
Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ABK Menurut Para Ahli - PAUD JATENG
Diakses tanggal : 6 Januari 2022
Nanang Ajim. Bentuk Layanan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Bentuk Layanan
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus | Mikirbae.com Diakses tanggal : 7 Januari
2022
Fasilitas Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus . APA Aja Dot kom: Fasilitas
Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (little-chiyoo.blogspot.com)
Diakses tanggal : 7 Januari 2022
21