Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN HASIL OBSERVASI

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNANETRA)

Mata Kuliah : Psikologi

Dosen : Rahmat Faisal


Kata Pengantar

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas segala rahmat dan hidayah-
nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Walau pun dalam penyelesaiannya banyak sekali mendapat
hambatan – hambatan, namun pada akhirnya semua hambatan tersebut dapat teratasi.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi. Tujuan
penyusunan makalah ini adalah untuk mengenali dan memahami anak berkebutuhan khusus yang
mengalami hambatan dalam penglihatan (Tunanetra),

Kami menyadari, bahwa dengan keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan kami dalam
penyusunan makalah ini, dirasakan masih jauh dari sempurna, maka untuk itu kami menerima segala
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi perbaikan penulisan makalah ini.

Mudah-mudahan segala amal baik yang telah diberikan kepada kami mendapat balasan yang setimpal
dari ALLAH SWT. Harapan kami mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.

Bogor, 2022

Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................................. i

Daftar Isi.......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................

B. Rumusan Masalah..........................................................................................

C. Tujuan Penelitian............................................................................................

D. Manfaat Penulisn...........................................................................................

BAB II KAJIAN TEORI

A. Definisi Anak Berkebutuhan Khusus............................................................ 5

B. Definisi Anak Tunanetra............................................................................... 6

C. Karakteristik Anak dengan Kebutuhan Khusus (Tunanetra).......................... 7

D. Klasifikasi Tunanetra................................................................................... 8

E. Layanan Pendidikan Tunanetra.................................................................... 9

F. Prinsip – prinsip pembelajaran anak Tunanetra............................................. 10

G. Fasilitas atau Alat-alat yang Diperlukan dalam Belajar Anak Tunanetra.........

BAB III PEMBAHASAN

A. Profil sekolah.............................................................................................

B. Identitas Siswa...........................................................................................

C. Pelaksanaan Observasi...............................................................................

1. Tempat Observasi................................................................................

2. Waktu Observasi.................................................................................

3. Subjek Penelitian..................................................................................

4. Hasil Observasi....................................................................................
BAB IV PENUTUP

Kesimpulan......................................................................................................

Saran...............................................................................................................

Lampiran.........................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kegiatan observasi ini merupakan kegiatan pembelajaran mata kuliah Pendidikan Inklusi di Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Kegiatan observasi ini bertujuan agar
mahasiswa mampu mengenal secara langsung anak anak yang berkebutuhan khusus, terutama anak
yang mengalami tunanetra. Dengan mata kuliah ini diharapkan dapat membantu para mahasiswa
sebagai calon guru dalam mengimplementasikan pendidikan inklusif di berbagai daerah di Indonesia.

Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi, perlu adanya identifikasi bagi anak didik berkebutuhan
khusus agar keberadaan mereka dapat diketahui sedini mungkin. Setelah dilakukan identifikasi,
selanjutnya diberikan program pelayanan sesuai kebutuhan masing-masing yang kemudian sebagai
acuan untuk pemberian layanan Pendidikan Khusus secara inklusif. Berdasarkan peraturan menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik
yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan / atau bakat istimewa perlu mendapatkan
layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan hak asasinya yang diselenggarakan secara
inklusif.

Yang dimaksud dengan pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang berkebutuhan khusus untuk mengikuti
pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik
pada umumnya.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik,
berbeda dengan anak pada umumnya. Mengalami hambatan dalam belajar dan perkembangan
sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing
anak.

Klasifikasi anak berkebutuhan khusus diantaranya tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita,


tunadaksa, tunalaras,anak autis, anak lamban belajar dan anak dengan kecerdasan istimewa (gifted and
talented).

Pada kesempatan ini dilakukan observasi ke Sekolah Khusus Negeri 02 Kota Serang yang merupakan
salah satu sekolah negeri bagi anak berkebutuhan khusus.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses kegiatan belajar mengajar anak tunanetra?

2. Sebutkan apa saja karakteristik anak yang tunanetra?

3. Apa saja kendala yang dihadapi guru dalam mengajar anak tunanetra?

4. Bagaimana bentuk layanan pendidikan yang diberikan pada anak tunanetra?

1.3 Tujuan Observasi


1. Untuk mengetahui secara langsung bagaimana kegiatan belajar mengajar anak mengalami gangguan
penglihatan (tunanetra).

2. Untuk mengetahui karakteristik anak yang tunanetra.

3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam mengajar anak tunanetra.

4. Untuk mengetahui layanan pendidikan yang sesuai untuk anak tunanetra.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini yakni untuk memberikan informasi dan pemahaman konseptual
mengenai anak berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan penglihatan (Tunanetra) di Sekolah
Khusus Negeri 02 Kota Serang

BAB II

KAJIAN TEORI
A. Definisi Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan
anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang
termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan
belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak
berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang
dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan
dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi
tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.

Menurut pasal 15 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, bahwa jenis pendidikan bagi Anak
berkebutuan khusus adalah Pendidikan Khusus. Pasal 32 (1) UU No. 20 tahun 2003 memberikan batasan
bahwa Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan
dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,mental, sosial, dan/atau memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Teknis layanan pendidikan jenis Pendidikan Khusus untuk
peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat
diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar
dan menengah. Jadi Pendidikan Khusus hanya ada pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Untuk
jenjang pendidikan tinggi secara khusus belum tersedia.

B. Definisi Anak Tunanetra

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Definisi Tunanetra menurut
Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang
dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan
dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra
peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan
pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara,
contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan
media yang bersuara adalah perekam suara dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra
beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan
Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana
menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium).

C. Karakteristik Anak dengan Kebutuhan Khusus (Tunanetra)

Setiap anak dengan kebutuhan khusus memiliki karakteristik (ciri-ciri) tertentu yang berbeda antara
yang satu dengan yang lainnya. Berikut ini ciri-ciri yang menonjol dari anak dengan kebutuhan khusus
(tunanetra).
Ciri-ciri tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan adalah sebagai berikut, tidak mampu
melihat, tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter, kerusakan nyata pada kedua bola mata,
sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan, mengalami kesulitan mengambil benda kecil di
dekatnya, bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/besisik/kering, peradangan hebat pada kedua
bola mata, mata bergoyang terus.

D. Klasifikasi Tunanetra

Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Totally Blind) dan low vision.

1) Kelompok yang mengalami keterbatasan penglihatan:

· Mengenal bentuk atau obyek dari berbagai jarak

· Menghitung jari dari berbagai jarak

· Tidak mengenal tangan yang digerakkan

2) Kelompok yang Mengalami Keterbatasan Penglihatan yang Berat (Buta) :

· Yang tergolong mempunyai persepsi cahaya (light perception)

· Yang tergolong tidak memiliki persepsi cahaya (no light perception).

E. Layanan Pendidikan Tunanetra

Layanan Pendidikan Tunanetra Dikelompokkan Menjadi:

· Mereka mampu membaca cetakan standart

· Mampu membaca cetakan standart dengan menggunakan kaca pembesar

· Mampu membaca cetakan besar (ukuran huruf:18)

· Mampu membaca cetakan kombinasi cetakan reguler dan catakan besar

· Membaca cetakan besar dengan kaca pembesar

· Menggunakan Braille tetapi masih bisa melihat cahaya (sangat berguna untuk mobilitas)

· Menggunakan Braille tetapi tidak punya persepsi cahaya.

F. Prinsip – prinsip pembelajaran anak Tunanetra

Dalam pembelajaran anak tunanetra, terdapat prinsip-prinsip yang harus diperhatikan, antara lain :

1) Prinsip Individual
Prinsip individual adalah prinsip umum dalam pembelajaran manapun (PLB maupun pendidikan umum)
guru dituntut untuk memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individu. Pada siswa yang mengalami
ketunanetraan harus ada beberapa perbedaan layanan pendidikan antara anak low vision dengan anak
yang buta total. Prinsip layanan individu ini lebih jauh mengisyaratkan perlunya guru untuk merancang
strategi pembelajaran yang sesuai dengan keadaan anak. Inilah alasan dasar terhadap perlunya
(Individual Education Program – IEP).

2) Prinsip kekonkritan/pengalaman penginderaan

Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru harus memungkinkan anak tunanetra mendapatkan
pengalaman secara nyata dari apa yang dipelajarinya. Strategi pembelajaran harus memungkinkan
adanya akses langsung terhadap objek, atau situasi. Anak tunanetra harus dibimbing untuk meraba,
mendengar, mencium, mengecap, mengalami situasi secara langsung dan juga melihat bagi anak low
vision. Prinsip ini sangat erat kaitannya dengan komponen alat/media dan lingkungan pembelajaran.
Untuk memenuhi prinsip kekonkritan, perlu tersedia alat atau media pembelajaran yang mendukung
dan relevan.

3) Prinsip totalitas

Strategi pembelajaran yang dilakukan guru haruslah memungkinkan siswa untuk memperoleh
pengalaman objek maupun situasi secara utuh dapat terjadi apabila guru mendorong siswa untuk
melibatkan semua pengalaman penginderaannya secara terpadu dalam memahami sebuah konsep.
Dalam bahasa Bower (1986) gagasan ini disebut sebagai multi sensory approach, yaitu penggunaan
semua alat indera yang masih berfungsi secara menyeluruh mengenai suatu objek.

4) Prinsip aktivitas mandiri (selfactivity)

Strategi pembelajaran haruslah memungkinkan atau mendorong anak tunanetra belajar secara aktif dan
mandiri. Anak belajar mencari dan menemukan, sementara guru adalah fasilitator yang membantu
memudahkan siswa untuk belajar dan motivator yang membangkitkan keinginannya untuk belajar.
Prinsip ini pun mengisyaratkan bahwa strategi pembelajaran harus memungkinkan siswa untuk bekerja
dan mengalami, bukan mendengar dan mencatat. Keharusan ini memiliki implikasi terhadap perlunya
siswa mengetahui, menguasai, dan menjalani proses dalam memperoleh fakta atau konsep. Isi pelajaran
(fakta, konsep) adalah penting bagi anak, tetapi akan lebih penting lagi bila anak menguasai dan
mengalami guna mendapatkan isi pelajaran tersebut.

Permasalahan pembelajaran dalam pendidikan tunanetra adalah masalah penyesuaian.


Penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran pada anak tunanetra lebih banyak berorientasi pada
pendidikan umum, terutama menyangkut tujuan dan muatan kurikulum. Dalam strategi pembelajaran,
tugas guru adalah mencermati setiap bagian dari kurikulum, mana yang bisa disampaikan secara utuh
tanpa harus mengalami perubahan, mana yang harus dimodifikasi, dan mana yang harus dihilangkan
sama sekali.

G. Fasilitas atau Alat-alat yang Diperlukan dalam Belajar AnakTunanetra


Alat pendidikan bagi tunanetra dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu alat pendidikan khusus, alat bantu
dan alat peraga.

a) Alat pendidikan khusus anak tunanetra antara lain:

1. Reglet dan pena atau stilus

2. Mesin tik Braille

3. Komputer dengan program Braille

4. Printer Braille

5. Abacus

6. Calculator bicara

7. Kertas braille

8. Penggaris Braille

9. Kompas bicara

10. Tongkat putih

11. Tongkat Laser (Laser Cane)

12. Sonic Guide (Penuntun Bersuara).

b) Alat Peraga. Alat peraga tactual atau audio yaitu alat peraga yang dapat diamati melalui perabaan
atau pendengaran. Alat peraga tersebut antara lain:

1. benda asli : makanan, minuman, binatang peliharaan

2. benda asli yang diawetkan : binatang liar/buas atau yang sulit di dapatkan

3. benda asli yang dikeringkan

4. benda/model tiruan; model kerangka manusia, model alat pernafasan.

Fasilitas penunjang pendidikan untuk anak tunanetra secara umum sama dengan anak normal, hanya
memerlukan penyesuaian untuk informasi yang memungkinkan tidak dapat dilihat, harus disampaikan
dengan media perabaan atau pendengaran. Fasilitas fisik yang berkaitan dengan gedung,
seharusnyajumlah parit yang sedikit dan variasi tinggi rendah lantainya, menghindari dinding yang
mempunyai sudut lancip dankeras. Perabot sekolah sedapat mungkin memiliki sudut yang tumpul.

Fasilitas penunjang pendidikan yang diperlukan anak tunanetra menurut Anastasia Widjajanti dan
Immanuel Hitipeuw (1995) adalah Braille dan peralatan orientasi dan mobilitas, serta media pelajaran
yang memungkinkan anak untuk memanfaatkan fungsi peraba dengan optimal.
Fasilitas pendidikan bagi anak tunanetra antara lain adalah :

a. Huruf Braille

Huruf Braille merupakan fasilitas utama penyelenggaraan pendidikan bagi anak tunanetra. Huruf Braille
ditemukan pertama kali oleh Louis Braille. Cara membaca huruf Braille sama seperti pada umumnya
yaitu dari kiri ke kanan. Sedangkan untuk menulis, prinsip kerjanya berbeda dengan membaca. Cara
menulis huruf Braille tidak seperti pada umumnya yaitu mulai dari kanan ke kiri, biasanya sering disebut
dengan menulis secara negatif. Jadi menulis Braille secara negatif akan menghasilkan tulisan secara
timbul positif, yang dibaca adalah tulisan timbulnya.

Ada tiga cara untuk menulis Braille, yaitu dengan (1) reglet dan pen atau stilus, (2) mesin tik Braille, dan
(3) computer yang dilengkapi dengan printer Braille. Media yang digunakan berupa kertas tebal yang
tahan lama (manila, atau yang lain). Kertas standar untuk Braille adalah kertas braillon.

b. Tongkat putih

Tongkat putih merupakan fasilitas pendukung anak tunanetra untuk orientasi dan mobilitas. Dengan
tongkat putih anak tunanetra berjalan untuk mengenali lingkungannya. Berbagai media alat bantu
mobilitas dapat berupa tongkat putih, anjing penuntun, kacamata elektronik, tongkat elektronik.

Program latihan orientasi dan mobilitas meliputi jalan dengan pendamping awas, jalan mandiri, dan
latihan bantu diri (latihan di kamar mandi dan WC, latihan di ruang makan, latihan di kamar tidur, latihan
di dapur, latihan di kamar tamu) dan latihan orientasi sekolah.

c. Laser cane (tongkat laser)

Tongkat laser adalah tongkat penuntun berjalan yang menggunakan sinar inframerah untuk mendeteksi
rintangan yang ada pada jalan yang akan dilalui dengan memberi tanda lisan (suara), serta dapat juga
menggunakan alat bantu yang lainnya yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan.

BAB III

PEMBAHASAN

PROFIL SEKOLAH

1. IDENTITAS SEKOLAH

Nama Sekolah : SKh. Negeri 02 Kota Serang

N.I.S :-

N.S.S : 1027. 20605332

NPSN DIKDAS : 20605332


NPSN DIKMEN : 55720007

Alamat Sekolah

a. Jalan : Jl. Raya Petir, Kp. Prapatan

b. Desa / Kelurahan : Curug

c. Kecamatan : Curug

d. Kota : Serang

e. Provinsi : Banten

Nomor Telepon :-

Email : skh.n_02_kota_serang@yahoo.co.id

Kode Pos : 42171

Surat Keputusan / SK : 800/0077-Dindik/2005 Tgl. 31 Mei 2005

Penerbit SK (di tandatangani oleh): Kepala Dinas

Tahun Berdiri : 2005

Status Sekolah : Negeri

Akreditasi :B

Bangunan Sekolah : Milik Pemerintah

Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi

Kondisi Tanah Bangunan

a. Luas Tanah : 10.000 m2

b. Luas Bangunan : 5.000 m2

Sarana dan Prasarana Sekolah:

Ø Gedung Sekolah

Ø Perpustakaan

Ø Keterampilan Komputer / ICT

Ø Keterampilan Tata Busana


Ø Keterampilan Tata Boga

Ø Keterampilan Outomotif

Ø Keterampilan Tata Rias

Ø Ruang Terapi / UKS

Ø Mushola

Ø Taman Bermain

II. IDENTITAS SISWA

Nama : Tita Arisky

Umur : 13 tahun

Nama anggota keluarga :

Ibu : Ren Falah

Kakak : Seto

Yang mengantar dan menjemput sekolah: Ibu

Nama ibu guru : Ibu Yanti, S.pd

Nama teman-teman : Yusuf, Zayan, Dea

Cita-cita : Guru ngaji

Karakteristik anak tunanetra:

· Ciri-ciri fisik:

- Kurang melihat (kabur), tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 m.

- Kesulitan mengambil benda kecil didekatnya.

- Tidak dapat menulis mengikuti garis lurus.

- Sering meraba-raba dan tersandung waktu berjalan,

- Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh.

- Tidak mampu melihat.


- Mata bergoyang terus

· Intelektual

Intelektual atau kecerdasan anak tunanetra umumnya tidak berbeda jauh dengan anak normal/awas.
Kecenderungan IQ anak tunanetra ada pada batas atas sampai batas bawah. Intelegensi mereka lengkap
yakni memiliki kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi dan sebagainya. Mereka juga punya emosi negatif
dan positif, seperti sedih, gembira, punya rasa benci, kecewa, gelisah, bahagia dan sebagainya

· Sosial

- Menutup diri

- Perasaan mudah tersinggung

- Curiga terhadap orang lain

- Mengenal orang lewat suara/rabaan

- Antisipasi terhadap orang yang pernah mengecewakannya.

III. PELAKSANAAN OBSERVASI

1. Tempat Observasi

a. Nama Sekolah : Sekolah Khusus Negeri 02 Kota Serang

b. Alamat : Jl. Raya Petir, Kp. Prapatan

c. Kelurahan : Curug

d. Kecamatan : Curug

e. Kabupaten/kota : Kota Serang

2. Waktu Observasi

Kegiatan observasi dilakukan di Sekolah Khusus Negeri 02 Kota Serang, yang dilaksanakan pada hari
Senin 13 September mulai pukul 08.00 hingga pukul 11.00 WIB.

3. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa yang mengalami gangguan
penglihatan (Tuna Netra) di Sekolah Khusus Negeri 02 Kota Serang, dengan jumlah siswa sebanyak 5
anak yang terdiri dari 1 orang siswa kelas 5, 6 SD dan kelas 1, 2, dan 3 SMP. Akan tetapi subjek penelitian
kami adalah siswa kelas VI yang bernama Tita Arisky.

4. Hasil Observasi

Berdasakan hasil observasi yang telah kami lakukan pada siswa yang mengalami gangguan penglihatan
(Tuna Netra) di Sekolah Khusus Negeri 02 Kota Serang, di SD tersebut terdapat lima orang siswa yang
mengalami gangguan penglihatan. Di Sekolah Khusus tersebut menerima berbagai siswa yang
mengalami ketunaan, baik itu tunanetra, tunarungu, tunadaksa, tunagrahita, autis dan lain sebagainya.
Namun kami tidak menemukan siswa yang mengalami tunalaras. Dalam kelas ini proses pembelajaran
dilaksanakan secara umum seperti pada SD reguler lainnya, namun ada perbedaan bagi siswa yang
mengalami gangguan penglihatan. Metode yang digunakan adalah metode ceramah yang dipadukan
dengan alat peraga supaya siswa mengetahui konsep yang sebenarnya. Misalnya, pada pelajaran IPS
guru menyediakan peta dan globe timbul dan mata pelajaran Matematika menggunakan peraga
geometri seperti bangun ruang (kubus, bola, balok, kerucut, prisma dll).

Kurikulum yang digunakan di Sekolah Khusus Negeri 02 Kota Serang adalah KTSP 2006 dan Kurikulum
2013. Pada jenjang pendidikan dasar (SD) masih menggunakan KTSP dan pada jenjang pendidikan
menengah (SMP) menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum , strategi pembelajaran, dan evaluasi
pembelajaran yang ada di SKhN 02 Serang yang digunakan sama seperti sekolah pada umumnya, hanya
memerlukan modifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa.

Nama siswa berkebutuhan khusus yang telah kita wawancarai bernama Tita Ariski dia menglami
hambatan dalam penglihatan/tunanetra sejak lahir, Tita berasal dari Sumatera selatan dan pindah ke
Sekolah khusus negeri 02 kota serang pada tahun 2013. Saat pindah ke SKHN 02 kota serang Tita belum
bisa membaca dan menulis huruf braile sehingga Tita diturunkan level pembelajarannya yang lebih
rendah, ini dilakukan agar Tita belajar sesuai dengan kemampuannya.

Tahapan dalam mengajarkan membaca dan menulis dimulai dari memperkenalkan angka, tanda baca
dan huruf-huruf braile. Mengenalkan posisi buku dimana letak tepi kanan-kiri maupun atas-bawah
sehingga memudahkan dalam membaca (orientasi atas-bawah). Kemudian memperkenalkan kalimat
dalam satu baris, dan bagaimana cara membaca pada baris berikutnya (pindah baris) yaitu dengan
berpindah baris dengan cara zig-zag. Dalam memperkenalkan huruf-huruf braile awalnya menggunakan
alat yang disebut dengan papan braile. Salah satu bentuk kegiatan belajar yang dilakukan Tita yaitu
menyusun kalimat yang ditulis menggunakan huruf braile serta menemukan kata-kata yang sulit
dipahami.

Kegiatan belajar mengajar (KBM) di Sekolah Khusus Negeri 2 Kota Serang berlangsung selama enam hari
dari hari senin-sabtu dari pukul 07.30-11.00 WIB, di SKHN 2 kota serang juga di ajarkan orietantasi
mobilitas seperti :
· Berpindah tempat ( contohnya: mengajarkan cara duduk yang benar dan rapih, menghafal tata
letak benda yang ada didalam ruangan)

· Bina diri ( mengenal bagian tubuhnya sendiri dan memperhatikan batasan-batasan bagian tubuh
mana yang boleh di sentuh dan tidak boleh di sentuh oleh orang lain)

· Melatih kemandirian siswa ( seperti mencuci, mandi, memasak, mengambil benda milik pribadi
seperti tongkat dan alat tulis nya sendiri)

Alat peraga yang digunakan dalam proses pembelajaran diantaranya: peraga geometri, mesin ketik
Braile, Reglet, kertas Braille, papan braille dan lain sebagainya. Dalam penulisan huruf Braille, jika
terdapat kesalahan penulisan cukup dengan menekan huruf yang salah sampai tidak teraba lagi titik-titik
huruf Braille tersebut.

Kelemahan dalam proses pembelajaran yang terjadi di Sekolah Khusus Negeri 02 ini adalah:

a) Keterbatasan tenaga pengajar, sehingga satu guru dapat mengajar dua jenjang kelas dengan jenis
kelainan yang sama;

b) Sulit menyesuaikan materi pelajaran antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Karena semua
siswa tunanetra ditempatkan di satu kelas yang sama. Sedangkan tenaga pengajar dikelas tersebut
hanya satu guru. Hal ini memperlambat proses belajar karena hanya satu guru yang menangani lima
siswa bahkan yang berbeda jenjang pendidikannya.

Evaluasi pembelajaran hampir sama dengan sekolah normal hanya saja saat Ujian menggunakan
huruf Braile.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari laporan hasil observasi anak berkebutuhan khusus yang mengalami
hambatan penglihatan (tunanetra) di Sekolah Khusus Negeri 02 Kota Serang, antara lain:

Anak dengan gangguan penglihatan (Tunanetra) adalah anak yang mengalami gangguan daya
penglihataan sedemikian rupa, sehingga membutuhkan layanan khusus dalam pendidikan maupun
kehidupannya.

Karakteristik anak tunanetra:

· Ciri-ciri fisik:
- Kurang melihat (kabur), tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 m.

- Kesulitan mengambil benda kecil didekatnya.

- Tidak dapat menulis mengikuti garis lurus.

- Sering meraba-raba dan tersandung waktu berjalan,

- Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh.

- Tidak mampu melihat.

- Mata bergoyang terus

· Intelektual

Intelektual atau kecerdasan anak tunanetra umumnya tidak berbeda jauh dengan anak normal/awas.
Kecenderungan IQ anak tunanetra ada pada batas atas sampai batas bawah. Intelegensi mereka lengkap
yakni memiliki kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi dan sebagainya. Mereka juga punya emosi negatif
dan positif, seperti sedih, gembira, punya rasa benci, kecewa, gelisah, bahagia dan sebagainya

· Sosial

- Menutup diri

- Perasaan mudah tersinggung

- Curiga terhadap orang lain

- Mengenal orang lewat suara/rabaan

- Antisipasi terhadap orang yang pernah mengecewakannya

Kurikulum, strategi pembelajaran dan evaluasi pembelajaran yang ada di YKAB sama dengan sekolah
umum, hanya memerlukan modifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta
didik.

Evaluasi pembelajaran hampir sama dengan sekolah normal hanya saja saat Ujian menggunakan huruf
Braile.

4.2 Saran

Untuk meningkatkan proses pembelajaran yang optimal di Sekolah Khusus Negeri 02 Kota Serang,
sarana dan prasarana untuk menunjang proses pembelajaran perlu ditingkatkan terutama alat peraga
bagi tunanetra. Selain itu perlunya penambahan jumlah tenaga pendidik khususnya untuk guru
mengajar siswa tunanetra, agar kegiatan pembelajaran berjalan lebih efektif.
LAMPIRAN
Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus

http://vantheyologi.wordpress.com/2009/10/19/anak-tuna-netra/

http://bintangbangsaku.com/artikel/2009/02/anak-tunanetra/

https://pendidikanabk.wordpress.com/category/tuna-netra/

Anda mungkin juga menyukai