Laporan PJBL Revisi Kelompok 3
Laporan PJBL Revisi Kelompok 3
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Psikologi dan Bimbingan Peserta Didik
Dosen Pengampu : Lulu Tunjung Biru, M.Pd
Disusun Oleh
Kelompok 3
Milda 2281220009
Intan Heldayani 2281220015
Lisnurhaeni 2281220017
Delia Rohmaningsih 2281220035
Mely Anggraeni 2281220047
Abstrak ........................................................................................................................ ii
3.4 Implementasi SKh dalam Minat dan Bakat Siswa ABK ............................ 15
Draft Produk............................................................................................................... 28
i
ABSTRAK
Anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan anak yang tumbuh dan berkembang dengan
berbagai perbedaan dengan anak-anak pada umumnya. Istilah anak berkebutuhan khusus tidak
merujuk pada sebutan untuk anak dengan kecacatan, namun merujuk pada layanan khusus yang
diperlukan anak berkebutuhan khusus. Terdapat berbagai jenis kategori dalam lingkup istilah anak
berkebutuhan khusus. Dalam konteks pendidikan khusus di Indonesia anak berkebutuhan khusus
di kategorikan dengan istilah anak tunanetra, anak tunarungu, anak tunagrahita, anak tunadaksa,
anak tunalaras, dan anak cerdas dan bakat istimewa. Setiap anak berkebutuhan khusus memiliki
karakteristik yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Lebih daripada itu, setiap anak
berkebutuhan khusus juga memerlukan layanan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan
karakteristik mereka. Perlu dilaksanakan kegiatan identifikasi dan asesmen untuk mengetahui
karakteristik dan kebutuhan mereka. Hal tersebut dianggap penting guna mendapatkan layanan
yang tepat sesuai dengan karakteristik, kebutuhan dan kemampuan.
Kata Kunci: Anak Berkebutuhan Khusus; Identifikasi; Assesmen
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental,
emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus antara lain: tunanetra,
tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat,
anak dengan gangguan kesehatan. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar
biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, anak berkebutuhan khusus
memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan
potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi
tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.
Menurut pasal 15 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, bahwa jenis pendidikan bagi
Anak berkebutuan khusus adalah Pendidikan Khusus. Pasal 32 (1) UU No. 20 tahun 2003
memberikan batasan bahwa Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional,mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Teknis
layanan pendidikan jenis Pendidikan Khusus untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta
didik yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat diselenggarakan secara inklusif atau berupa
satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jadi Pendidikan Khusus
hanya ada pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Untuk jenjang pendidikan tinggi secara
khusus belum tersedia.
Pengalaman konkrit merupakan suatu kebutuhan yang harus diberikan kepada siswa
tunagrahita ringan, mengingat mereka memiliki keterbatasan/ kekurangan dalam berpikir abstrak.
Oleh karena itu, untuk menanamkan pengetahuan siswa tunagrahita ringan tentang pengalaman
konkrit di sekelilingnya, maka guru harus berusaha untuk memberikan pengalaman konkrit yang
beraneka ragam dan mengarahkan keterbatasan lingkup dan corak pengalaman siswa tunagrahita
tersebut. Berdasarkan permasalahan yang ditemukan di kelas, penulis perlu meningkatkan
kemampuan bercerita dengan melakukan penelitian yang berjudul “Hambatan Dan Implementasi
iii
Sekolah Insklusi Untuk Mengembangkan Minat Dan Bakat Anak Kebutuhan Khusus Fisik Di
Wilayah Kota Serang”
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui hambatan pengembangan minat dan bakat kebutuhan khusus fisik (Tuna
rungu, Autis, tunagrahita, tunawicara, tunanetra) di SKh N 01 KOTA SERANG
2. Untuk mengetahui implementasi sekolah insklusi dalam pengembangan minat dan bakat
siswa berkebutuhan khusus fisik (Tuna rungu, Autis, tunagrahita, tunawicara, tunanetra,)
di SKh N 01 KOTA SERANG
iv
BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka dalam penelitian ini digunakan untuk menerangkan tentang variable
yang akan diteliti. Tinjauan pustaka berisi teori-teori relevan yang dapat digunakan untuk
menjelaskan variabel yang akan diteliti, sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap
rumusan masalah serta penyusunan instrument. Dalam tinjauan pustaka akan diuraikan lebih jelas
tentang Hambatan Dan Implementasi Sekolah SKH (Autis) Untuk Mengembangkan Minat Dan
Bakat ABK Di Wilayah Kota Serang.
A. Definisi, prevalensi, etiologi, dan klasifikasi
1) Definisi
Anak tersebut membutuhkan metode, material, pelayanan dan peralatan yang khusus agar
dapat mencapai perkembangan yang optimal, sehingga anak-anak tersebut memiliki kemampuan
dan cara belajar akan kecepatan yang berbeda. Kemampuan dan potensi pada anak berkebutuhan
khusus tersebut berbeda dengan anak-anak secara umum menyebabkan mereka harus mendapat
1
perlakuan dan kesempatan yang sama (Alimin, 2010). Istilah kebutuhan khusus memiliki banyak
variasi yang dipergunakan yaitu khusus, seperti disability, impairment, dan handicap. Menurut
World Health Organization (WHO), definisi dari masing-masing istilah yaitu sebagai berikut:
Disability adalah keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang dihasilkan dari impairment)
untuk menampilkan aktivitas sesuai dengan aturannya atau masih dalam batas normal, biasanya
dapat digunakan dalam level individu. Impairment adalah suatu kehilangan atau ketidaknormalan
dalam hal psikologis, atau struktur anatomi atau fungsinya, biasanya digunakan pada level organ.
Handicap adalah suatu ketidakberuntungan individu yang dihasilkan dari impairment atau
disability yang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang normal pada individu
(Desiningrum, 2016).
b. Prevalensi
Anak berkebutuhan khusus (ABK) di Indonesia jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa pada anak usia sekolah yang memiliki
kebutuhan khusus sedikitnya terdapat 10 % diantaranya usia 5-14 tahun di Indonesia jumlahnya
sebanyak 42,8 juta jiwa. Dapat diperkirakan terdapat kurang lebih 4,2 juta anak Indonesia yang
memiliki kebutuhan khusus (Desiningrum, 2016).
c. Etiologi
Penyebab anak berkebutuhan khusus terjadi dalam beberapa periode kehidupan anak, yaitu
(Alimin, 2010) :
3
2). Selama proses kelahiran
Berikut beberapa hal yang menyebabkan anak tersebut berkebutuhan khusus yaitu :
a. Penyakit infeksi bakteri (TBC) dan virus Penyakit TBC merupakan suatu penyakit infeksi
yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang menyerang paru-paru.
b. Kekurangan zat makanan (kurang gizi dan nutrisi) Gizi adalah suatu unsur yang sangat
penting yang ada di dalam tubuh. Bayi yang mengalami kekurangan gizi dapat mengalami
suatu kelainan di masa kehidupannya mendatang.
c. Kecelakaan umumnya mengalami kecelakaan yang terjadi karena jatuh, tergores benda
tajam, tersedak, tercekik atau tanpa sengaja menelan obat-obatan dan bahan kimia yang
diletakkan di sembarang tempat.
d. Keracunan Bahaya keracunan yang sering terjadi pada anak ialah menelan obat berlebihan
(overdosis) yang diakibatkan oleh kebiasaan orang tua yang menaruh obat sembarangan.
Potensi keracunan lainnya yaitu seperti menelan cairan kosmetik ibunya, cairan pembersih
untuk rumah dan cairan pembasmi serangga, dan bahan beracun lainnya.
4
d. Klasifikasi Jenis anak berkebutuhan khusus dibedakan berdasarkan kelainan mental, kelainan
fisik, dan kelainan emosi (Gainan, 2013).
1. Mental Tinggi : Intelektual diatas normal yang memiliki kreativitas dan tanggung jawab
terhadap tugas.
2. Mental rendah: Anak yang lambat belajar memiliki IQ 70-90 sedangkan anak yang
memiliki IQ di bawah 70 dikenal dengan anak berkbutuhan khusus.
3. Berkesulitan belajar: Anak – anak yang memiliki kapasitas intelektual normal tetapi
memiliki prestasi belajar rendah.
b) Kelainan fisik, yang meliputi: Kelainan Tubuh (Tunadaksa), Kelainan Indera Penglihatan
(Tunanetra), Kelainan Pendengaran (Tunarungu), Kelainan Bicara (Tuna Wicara).
5
BAB III
METODE RISET
6
akhirnya sesuai instruksi beliau kami di perkenankan untuk mulai melaksanakan Project
Based Learning dengan tema Hambatan Dan Implementasi Sekolah Insklusi Untuk
Mengembangkan Minat Dan Bakat Anak Kebutuhan Khusus Fisik Di Wilayah Kota Serang
yaitu wawancara Bersama guru di sekolah SKn N 01 KOTA SERANG dan terlaksana dengan
lancar .
Proses Pembuatan indikator ini memakan waktu yang cukup lama dan itupun setelah
dibuatkannya indikator ini harus melalui konsultasi terlebih dulu kepada dosen pengampu mata
kuliah psikologi dan bimbingan. Dan akhirnya setelah adanya saran dan bimbingan ini kita mulai
merevisi lagi terlebih mengenai kisi kisi instrument dimana pertanyaan yang kami ajukan kurang
tepat apabila digunakan untuk wawancara. Akhirnya setelah melalui proses pembuatan indikator
dan kisi kisi instrument ini dan setelah berkonsultasi Kembali didapatkan hasil bahwa kita sudah
bisa melakukan wawancara untuk keberlangsungan pembuatan podcase yang telah kami
rencanakan sebelumnya.
Setelah itu kami membuat jadwal untuk dilakukan podcase tersebut, tidak serta merta kami
melakukan wawancara dimana kami awalnya menentukan sekolah SKh N mana yang akan dituju
dan pilihannya jatuh pada SKh N 01 Kota Serang. Pilihan ini diambil berdasarkan pertimbangan
bagus tidaknya sekolah tersebut dan apakah layak untuk dijadikan tempat wawancara kepada guru
SKh N sekolah disana. Setelah mennetukan tujuan wawancara barulah kita membuat surat izin
wawancara ke sekolah tersebut. Setelah itu sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan kami
kelompok 3 melakukan wawancara ke SKh N 01 Kota Serang. Disana kami menyiapkan alat untuk
keberlangsungan wawancaranya dimulai dari Handphone (Camera) dll. Setelah itu yang pertama
kita wawancarai adalah guru SKh N
Mekanisme wawancara yang dilakukan adalah kami mengajukan pertanyaan kepada salah
satu guru SKh N 01 Kota Serang berdasarkan kisi kisi instrument yang kita buat wawancara kepada
salah satu guru yaitu Ibu elsa, M.Pd ini dilakukan didalam ruang kelas.
7
BAB IV
PEMBAHASAN
9
c. Tuna Grahita Yaitu seorang anak yang mengalami hambatan perkembangan
mental dengan karakteristik idiot dan imbesil.
d. Tuna Daksa Yaitu seorang anak yang memiliki kelainan anggota tubuh
karena luka, penyakit, ataupun pertumbuhan yang salah. Anakini memiliki ciri
kelainan fisik/cacat fisik, suka menampakkan kemarahan tanpa sebab yang
jelas, dsb.
e. Autis yaitu Penyandang autisma/Autisme seakan-akan hidup di dunianya
sendiri
3. Berdasarkan Aspek Tingkah Laku (Tunalaras)
Seorang dikatakan tunalaras apabila ia mempunyai tingkah laku yang menyimpang dari
orang yang normal, tidak mempunyai sikap,dan suka melanngar peraturan dengan
frekuensi yang cukup besar.Penyebab tunalaras ada dua yaitu gangguan emosi dan
gangguan penyesuaian sosial. Cirinya adalah memiliki aktifitas berlebih, berperilaku
nakal, suka melanggar aturan baik kecil maupun besar.
10
f. hambatan dalam berkomunikasi, dalam segi akademik anak tunarungu juga
mengalami keterlambatan
g. Sering bersikap agresif. Anak-anak tunarungu bersikap agresif karena mereka
merasa tidak bisa mengartikan apa yang dikatakan orang lain.
h. Anak tunarungu juga mengalami kelainan dalam fungsi pendengarannya
sehingga menimbulkan hambatan dalam berkomunikasi dengan orang yang
bisa mendengar.
2. Autis
❖ Hambatan dalam Berkomunikasi
a. Anak mengalami keterlambatan bicara.
b. Sering menggunakan kata-kata tetapi tidak tepat secara konteks dan tidak
adahubungannya dengan arti kata tersebut secara lazim
c. Menolak berbicara, atau berbicara sangat sedikit, misalnya ya atau tidak
d. Sering mengucapkan kata-kata yang tidak jelas.
e. Menggunakan bahasa tubuh
f. Hanya mampu berkomunikasi dalam waktu singkat.
g. Tidak menyukai stimuli pendengaran
h. Sering melakukan gerakan aneh untuk stimulasi diri sendiri, misalnya dengan
memukul-mukul kepala, dada, dan lain-lain
❖ Hambatan Sosial
a. Anak lebih suka menyendiri.
b. Bersikap dingin dan tidak memberi respon, misalnya tersenyum, tertawa,
dansebagainya.
c. Tidak menaruh perhatian pada keadaan sekitar dan lingkungannya.
d. Tidak tertarik dalam pertemanan dan relasi.
e. Tidak menyukai bermain bersama anak lain.
f. Tidak bereaksi terhadap isyarat.
g. Menolak menatap mata lawan bicaranya.
h. Bersosialisasi (berteman)
❖ Hambatan Penginderaan
11
a. Sensitif terhadap stimuli panca indera, misalnya cahaya, suara, bau, dan rasa.
b. Sulit memproses dan memberi reaksi pada indrawi.
c. Mudah terganggu dengan situasi umum yang seharusnya normal, misalnya
tangis bayi, mesin mobil, serangga, atau mesin printer.
❖ Hambatan Motorik
a. Tidak bisa spontan dan refleks
b. Tidak memiliki imajinasi dalam bermain.
Tidak bisa memerankan sesuatu atau terlibat dalam permainan yang bersifat
purapura
❖ Hambatan Perilaku
a. Bisa sangat aktif atau sebaliknya.
b. Sering marah dan kesal tanpa alasan yang jelas.
c. Menaruh minat yang sangat tinggi dan obsesif terhadap suatu benda atau orang.
d. Sulit mengubah rutinitas, dan menuntut “kesamaan” dalam kebiasaan mereka.
e. Melakukan sesuatu yang diulang-ulang tanpa alasan yang jelas
3. Tunagrahita
❖ Hambatan Tunagrahita
a. Memiliki tingkat IQ dibawah rata-rata
b. Kesulitan dalam melakukan pekerjaan
c. Kesulitan makan, mandi, buang air besar atau kecil.
d. Kesulitan dalam bersosialisasi
e. Kesulitan dalam menerima pelajaran dari sekolah maupun dari orang tuanya
f. keterlambatan dalam mengingat, menerima, dan menyampaikan pesan. Dari
anak reguler lainya
4. Tunawicara
❖ Hambatan Tunawicara
a. Sulit berkomunikasi dengan orang lain
b. Sulit bersosialisasi.
c. Sulit mengutarakan apa yang diinginkannya.
d. Perkembangan pskis terganggu karena merasa berbeda atau minder.
12
e. mengalami gangguan dalam perkembangan intelektual, kepribadian, dan
kematangan sosial.
5. Tunarungu
❖ segi fisik
a. mengalami kekurangan keseimbangan dalam aktivitas fisiknya
b. terbiasa mengatur pernapasannya dengan baik, berarti hambatanya selalu
tersedat sendat dalam bernafas
c. Cara melihatnya agak beringas atau sinis membuat mereka sulit di terima
dalam masyarakat.
❖ Segi Bahasa
a. Kosa kata yang dimiliki tidak banyak.
b. Sulit mengartikan kata-kata yang mengandung ungkapan atau idiomatik.
c. Tata bahasanya kurang teratur.
❖ Intelektual
a. hambatan dalam berkomunikasi
b. segi akademik anak tunarungu juga mengalami keterlambatan
❖ Emosional-sosial
a. Mereka tidak dapat memahami apa yang dibicarakan orang lain
b. anak-anak tunarungu mudah merasa curiga.
c. Sering bersikap agresif.
6. Tunanetra
❖ Hambatan tunanetra
a. Tidak mampu mengenali objek yang berada di depannya
b. Kesulitan dalam mengenal atau menulis dan membaca
c. Keterbatasan melakukan perilaku sosial dengan benar
d. Tulisan tangan yang buruk; kesulitan koordinasi mata
e. Penampilan kikuk, gerakan canggung
f. Penglihatan yang kabur atau tidak beraturan
13
3.4 Implementasi SKh dalam minat dan bakat siswa ABK
Pendidikan skh dianggap sebagai suatu alternatif penyelenggaraan pendidikan bagi
anak berkenutuhan khusus. Pendidikan skh adalah sistem penyelenggaraan pendidikan
yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan
memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan dan
pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik
pada umunya. Melalui pendidikan Skh, anak berkebutuhan khusus dapat memperoleh
kesempatan belajar yang sama, berinteraksi dan berkerja sama secara efektif dalam
suatu sekolah dengan siswa ABK lainnya tanpa membedabedakan fisik, suku. budaya,
kecerdasan maupun keadaan sosial ekonomi mereka 9 Dengan adanya sekolah Skh,
ABK bisa dengan leluasa berinteraksi dengan teman-teman yang ABK lainya.
Psikologis anak pun bisa berkembang ke arah yang lebih positif. Namun, karena
kondisi ABK yang terbatas, perlu penanganan dan penyediaan tenaga pendidik khusus
untuk membantu ABK dalam proses belajarnya.Selain memberikan kesempatan untuk
ABK belajar bersama teman-teman lainnya, sekolah Skh juga berfokus terhadap
pengembangan bakat anak. Setiap anak lahir dengan bakat yang unik, tak terbatas dari
kondisi mereka. Jadi, penting sekali untuk memilih sekolah yang bisa membantu
perkembangan bakat anak. Di sekolah skh, anak akan dibebaskan melakukan aktivitas
yang sesuai minat dan bakatnya. Sebelum siswa masuk kesekolah abk ini, pihak
sekolah biasanaya melakukan asesmen kepada setiap orang tua peserta didik agar
penanganan yang diberikan pihak sekolah ini sesuia dengan kebutuhan ABK. sebab
setiap anak ABK memiliki kebutuhannya masing-masing.
❖ Pengembangan Potensi Bakat
Sekolah skh adalah sistem pendidikan yang fokus pada minat dan bakat peserta
didik. Jadi, fasilitas dan sistem belajarnya juga bersifat kreatif agar anak tidak bosan
dengan kegiatan belajar dan tetap bisa mengembangkan bakat mereka. Peserta
didik tidak akan dituntut untuk bisa menguasai semua pelajaran, tetapi fokus pada
minat dan bakat mereka. Sekolah Skh bermanfaat untuk mendorong sikap positif
dari ABK terhadap adanya perbedaan sehingga mampu membentuk kelompok
masyarakat yang tidak diskriminatif. Sedangkan kepada siswa lain dengan kondisi
14
normal bisa diajarkan perbedaan dan keragaman sehingga lebih menghargai. Bagiguru/sekolah, hal ini bisa
memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sekolah skh sarana pendidikan terbaik
yang bisa dipilih oleh orang tuaABK sehingga bisa mengembangkan bakat yang dimiliki anak. Konsep
belajar di sekolah Skh yaitu bukan bersaing dengan teman sekelas, tetapi untuk salingmenghargai dan
belajar dari teman lainnya. Belajar dalam hal ini meliputi pengetahuan umum maupun pembentukan
karakter.Dengan adanya sekolah Skh inipengembangan potensi bakat anak abk lebih terarah sebab sesuai
dengan bakat yangdimiliki.
2. Jika ada suatu kegiatan yang menurut bapak/ibu menarik nih untuk diikuti dan bermanfaat
bagi Anak kebutuhan khusus fisik bagaimana respon mereka terhadap kegiatan yang
bapak/ibu tawarkan itu?
Jawaban:
Respon mereka sangat antusias contohnya kegiatan P5 tentang menanam pohon tema nya
hidup berkelanjutan anak yang mengalami tunanetra sangat antusias yah karena mereka
belum pernah melakukan menanaam pohon sebelumnya sehingga gurunya melakukan
mengenal bagaimana tekstur tanah dan menfaat kita yang kita rasakan saat melakukan
panen yaitu hasil panen nya dapat di makan langsung.
15
3. Jika ada suatu kegiatan yang menurut bapak/ibu menarik nih untuk diikuti dan bermanfaat
bagi Anak kebutuhan khusus fisik bagaimana respon mereka terhadap kegiatan yang
bapak/ibu tawarkan itu?
Jawaban:
Respon mereka cukup baik terhadap kegitan yang di adakan oleh sekolah contoh tadi
kegiatan P5 itu merupakan kegiatan menanam otomatis di lakukan di lakukan di luar
ruangan di sana mereka banyak mengenal hal baru termasuk kegiatan P5 ini di jelaskan
dulu manfaat dari menanam pohon salah satunya dapat merasakan ayuranya langsung
apabila sudah di panen sehingga mereka atusias
5. Setiap Anak kebutuhan khusus fisik pasti mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, nah
bagaimana cara bapak/ibu dengan kemampuan yang berbeda beda itu menjadikan Anak
kebutuhan khusus fisik) bukan hanya pokus mengembangkan kemampuan yang dimiliki
masing-masing saja melainkan mereka dapat mencoba hal baru ?
Jawaban:
Mencoba hal baru dengan cara belajar dengan menggunakan metode yang beragam ini
merupakan hal baru bagi mereka contohnya tadi dengan kegiatan P5 yang dilakukan diluar
sekolah yang dimana hal ini merupakan hal yang baru yang mereka lakukan. Dengan
memegang tekstur tanah secara langsung dan semua media yang digunakannya. Kegiatan
P5 ini merupakan kegiatan praktik yang dimana anak-anak turun langsung kelapangan hal
ini tentunya merupakan hal yang baru yang mereka alami.
16
6. Menurut bapak/ibu apakah Anak kebutuhan khusus fisik ini sama seperti siswa biasa
lainnya dalam menyukai pembelajaran? Misal terdapat kegiatan pembelajaran kelompok .
Bagaimana Anak kebutuhan khusus fisik suka belajar hal-hal yang baru untuk mengkspor
pengetahuan dalam kegiatan tersebut ?
Jawaban:
Untuk anak sd di skh ini itu dia belum bisa dibagi kelompok masih di satukan atau belajar
bersama kerena memang emosi nya belum bisa terkendali jika anak sma itu sudah bisa
dibagi kelompok karena memang sudah bisa sedikit mengendalikan dirinya sendiri
namun kebanyakan masih harus tetap didampingi.
9. Bagaimana cara bapak/ibu untuk membuat setiap Anak kebutuhan khusus fisik memiliki
sikap yang tulus dalam melakukan sesuatu ?
17
Jawaban : kebanyakan anak abk memiliki sikap yang tulus yang melebihi anak biasanya
karena jiwa bersih, tidak julid dan biasanya apa yang dilakukannya tulus. Misalnya
memberikan sesuatu kegurunya langsung dikasihkan saja. Memang dari dasarnya sudah
baik jadi sikap yang tulus ini hanya tinggal dipertahankan saja dengan cara guru selalu
mengayomi.
10. Menurut ibu/bapak sampai saat ini ada tidak siswa yang berani memberikan kritik terhadap
suatu masalah ataupun terhadap teman sebayanya? Jika ada bagaimana mereka
mengungkapkan itu? Dan jika tidak ada hal apa yang membuat mereka enggan untuk
memberikan kritik itu?
Jawaban:
Banyak kritik yang diberikan seperti hal-hal kecil misalnya menegur saat gurunya marah “
ibu ga boleh begitu”. Yang dimana ini juga tergantung pada kecerdasan emosi anak itu, ini
terjadi di Sebagian anak dengan emosi yang sudah dapat terkontrol.
11. Menurut ibu/bapak Metode bimbingan seperti apa yang diberikan untuk anak abk agar anak
tersebut berjiwa optomis?
Jawaban:
Lebih kedukungan bukan hanya ke anaknya tetapi juga ke ibunya. Dengan cara memotivasi
melakukan pendekatan dan menceritakan tentang orang-orang yang sukses. Misalnya “ ibu
elsa bisa ngajar loh disini nanti kalian juga bisa”. Jadi selalu memberikan motivasi yang
bukan hanya ke anaknya tetapi ke orang tuanya juga. Dan orangtuanya juga memotivasi
anaknya.
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil wawancara dan pembahasan secara keseluruhan tentang
inplementasi sekolah skh terhadap minat dan bakat siswa abk di skh 01 kota serang dapat
ditarik kesimpulan yaitu sekolah skh ini membantu bagi anak abk sebab dapat membantu
dalam mengurangi hambatan pada mereka dengan cara pembiasaan yang berfungsi agar
siswa ini dapat terbiasa dan terpola dalam melakukan setiap kegiatan yang diadakan yang
nantinya dapat terimplementasi dalam sebuah pembelajaran dan dapat terbetuknya suatu
minat dan bakat pada siswa. Dan siswa abk ini secara pembelajaran harus sesuai dengan
hal yang dia suka atau mood dan kesukaan nya dan di skh 01 kota serang ini abk juga bisa
merasakan cara menanam tumbuhan secara langsung meski memiliki keterbatasan,mereka
diajarkan bukan hanya di dalam kelas saja. Serta berdasarkan hasil wawancara juga anak
abk ini bukan hanya di berikan pembelajaran di kelas namun mereka juga di berikan
permainan yang bisa membantu motorik dan juga ada permainan terapi
4.2 SARAN
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan berdasarkan pembuatan laporan ini ,
untuk pembuatan laporan selanjutnya diharapkan dapat lebih matang dalam perencanaan
konsep yang akan dibuat, memahami terlebih dulu tema yang diangkat sehingga dalam
pembuatan indicator dapat lebih luas lagi ruang lingkupnya. Dan juga lebih memahami dan
mencermati hasil dari wawancara sehingga dalam penyusunan laporannya dapat lebih jelas
dan runtut. Tentunya kami menyadari jika dalam penyusunan laporan ini masih banyak
terdapat kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Kami memahami bahwa masih banyak
kesalahan penulisan dan tata bahasa serta kekurangan dalam berbagai referensi, yang dapat
mengakibatkan perbedaan pemahaman. Dan kami mengharapkan umpan balik positif dari
para pembaca. Semoga laporan ini bermanfaat bagi para pembaca dan dilimpahi rahmat
Allah SWT. Amin
19
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. (2005). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta : PT Bumi Aksara.
Antasari, 2006. Menyikapi Perilaku Agresif Anak. Yogyakarta: Kanius
Bandura, A.(1973). Agression, A Social learning Analysis. New Jersey: Practice Hall
Baron, R.A & Bryne, D (2008). Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh Jilid. Jakarta : Erlangga
Berkowitz, L. 2003. Emotional Behavior (buku kesatu). Terjemahan oleh Hartanti Waro Susiatni.
Jakarta : PPM.
Cervone, D., & Pervin, L. A. (2012). Kepribadian Teori dan Penelitian Edisi 10 Buku 2. Jakarta:
Salemba Humanika.
Dirks, A.M., Suor, J.H., Rusch, D & Frazier, L.S. (2014). Children’s Responses to Hypothetical
Provocatiom by Peers: Coordination of Assertive and Aggressive Strategies. Journal Of
Abn
ormal Child Psychology. 42:1077-1087
Halll & Lindzey , 1993. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Pers
Koeswara, E. 1988. Agresi Manusia. Bandung: PT. Erasco.
Kulsum dan Jauhar. (2014). Pengantar Psikolgi Sosial. Jakarta :Prestasi Pustakaraya.
Salmiati. 2015. PERILAKU AGRESIF DAN PENANGANANNYA (STUDI KASUS PADA
SISWA SMP NEGERI 8 MAKASSAR) Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling
Volume 1 Nomor 1 Juni 2015. Hal 66-76
Sarwono, S. W. & Meinarno, E. A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta : Salemba Humanika.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Schultz, D., Izard, C. E., & Bear, G. (2004). Children's emotion processing: Relations to
emotionality and aggression. Development and Psychopathology, 16(2), 371–387.
Thalib, S, B. 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif. Jakarta: Kencana.
20
LAMPIRAN (Kisi-Kisi Instrumen dan Instrumen)
21
menyukai salah satu pembelajaran
yang diberikan, cara apa yang
bapak/ibu lakukan untuk menarik
perhatian Anak kebutuhan khusus
fisik agar dapat menyukai
pembelajaran itu ?
E. Motivasi Siswa
2. Menurut bapak/ibu bagaimana cara
mewujudkan proses pembelajaran
yang efektif dan kondusif dan
menyenangkan agar dapat
memotivasi siswa untuk belajar
dengan baik?
1. Bagimana cara bapak/ibu dalam
meningkatkan pengetahuan Anak
kebutuhan khusus fisik pada setiap
keterbatasan yang mereka miliki?
F. Pengetahuan
2. Menurut bapak/ibu kesulitan apa
yang menghambat bapak / ibu ini
dalam memberikan suatu
pengetahuan yang baru kepada
Anak kebutuhan khusus fisik?
22
1. Setiap Anak kebutuhan khusus
fisik pasti mempunyai kemampuan
yang berbeda-beda, nah bagaimana
cara bapak/ibu dengan kemampuan
yang berbeda beda itu menjadikan
Anak kebutuhan khusus fisik)
bukan hanya pokus
mengembangkan kemampuan yang
dimiliki masing-masing saja
melainkan mereka dapat mencoba
G. Kemampuan hal baru ?
23
1. Sikap luwes itukan sikap yang
sebenarnya harus dimilki setiap
orang agar orang itu menjadi
pribadi yang luwes dalam artian itu
kaya cepat tanggkap dalam
memahami materi , aktif dalam
mengemukakan pendapat dan mau
untuk bertanya banyak hal baru.
Nah , Hal apa yang bapak/ibu
B. Memiliki Sikap Yang lakukan agar Anak kebutuhan
Luwes khusus fisik mempunyai sikap
yang luwes itu ?
24
2. Ketika Anak kebutuhan khusus
fisik mengakui kesalahan yang
diperbuat tanpa adanya hal
menyalahkan orang lain apresiasi
apa yang bapak/ibu berikan
terhadap mereka ?
1. Setiap Anak kebutuhan khusus
fisik pastinya tidak semuanya
memiliki sikap yang tuluskan , nah
hal apa yang bapak/ibu lakukan
untuk selalu membuat atau
E. Memiliki Sikap Yang mungkin selalu menumbuhkan rasa
Tulus atau jiwa ketulusan didalam diri
mereka?
2. Bagaimana cara bapak/ibu untuk
membuat setiap Anak kebutuhan
khusus fisik memiliki sikap yang
tulus dalam melakukan sesuatu ?
26
DRAFT PRODUK
➢ Dokumentasi Wawancara
https://youtu.be/cl5Mc6nSKUc
27