Anda di halaman 1dari 18

Konsep Dasar Anak Berkebutuhan Khusus

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok


pada mata kuliah “ BK Anak Berkebutuhan Khusus ”

Dosen Pengampu :
Dra. Elni Yakub, M.S
Dian Oktary, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 1

Elvira Ocha Aprilianty 2105113235


Galuh Pramesthiningrum 2105110329
Mustahib Ahmad 2105126518
Nadhrotul qurrota Aini 2105135673
Nila Salsabila 2105125086
Nina Rahmadani 2105113232
Suherman Syahputra 2105110671

Program Studi Bimbingan dan Konseling


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan
berkat dan rahmat-Nya lah pemakalah dapat menyelesaikan tugas makalah
kelompok yang berjudul “Konsep Dasar Anak Berkebutuhan Khusus”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam
mata kuliah “BK Anak Berkebutuhan Khusus” di program studi Bimbingan
dan Konseling FKIP Universitas Riau.

Ucapan terima kasih pun pemakalah sampaikan kepada dosen


pengampu mata kuliah yaitu Ibunda Dra. Elni Yakub, M.S dan Ibunda Dian
Oktary, S.Pd., M.Pd., karena atas pemberian tugas makalah ini pemakalah bisa
lebih banyak memperoleh ilmu dan pengetahuan khususnya tentang
Bimbingan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus.

Pemakalah menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini


masih jauh dari kesempurnaaan, namun pemakalah berharap dengan
ketidaksempurnaan tersebut bisa menjadi bahan perbaikan di masa yang
akan datang.

Pekanbaru, 30 Agustus 2023

Pemakalah

BK Anak Berkebutuhan Khusus| ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
BAB I ....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II ...................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN........................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus.......................................................... 3
2.1.1 Latar Belakang Anak Berkebutuhan Khusus ...................................................... 3
2.1.2 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus............................................................. 4
2.2 Kategori Anak Berkebutuhan Khusus ................................................................... 5
2.2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Sementara (Temporer) ......................................... 5
2.2.2 Anak Berkebutuhan Khusus Tetap (Permanen) ................................................. 5
2.3 Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus ................................................................. 8
2.3.1 Kelainan Fisik ...................................................................................................... 8
2.3.2 Kelainan Mental ............................................................................................... 11
2.3.3 Kelainan Perilaku Sosial.................................................................................... 12
BAB III................................................................................................................... 14
PENUTUP.............................................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 14
3.2 Saran ...................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 15

BK Anak Berkebutuhan Khusus| iii


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Anak berkebutuhan khusus merupakan anak-anak yang mengalami


gangguan baik secara fisik, mental, intelegensi, dan emosinya sehingga
diperlukan perhatian khusus untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu, anak berkebutuhan khusus juga
memerlukan lingkungan yang tepat untuk mengembangkan bakat atau
potensi yang dimilikinya serta membantu mengurangi perilaku yang tidak
sesuai dengan apa yang seharusnya. Banyak orangtua yang menganggap anak
berkebutuhan khusus tidak bisa apa-apa bahkan menganggapnya hanya
beban saja, namun jika diberi perhatian yang tepat dan sesuai, bisa saja
dibalik kekurangan tersebut ada kelebihan yang jika diasah akan berdampak
positif bagi anak kedepannya.

Sebagai guru BK yang akan terjun ke lapangan, tentunya kita akan


dihadapi dengan situasi-situasi yang tidak terduga seperti ini, maka dari itu
gutu BK wajib mengetahui tentang anak berkebutuhan khusus. Dengan
mengetahui, mempelajari, serta memhami tentang anak berkebutuhan
khusus diharapkan guru BK mampu mengatasi dan menangani hal-hal yang
berkaitan dengan anak berkebutuhan khusus, khususnya di lingkungan
pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat di rumuskan beberapa rumusan


masalah, sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian anak berkebutuhan khusus?
2. Apa yang saja kategori yang termasuk ke dalam anak berkebutuhan
khusus?
3. Ada berapa klasifikasi anak berkebutuhan khusus?

BK Anak Berkebutuhan Khusus| 1


1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui tentang pengertian tentang anak berkebutuhan khusus dan


latar belakang anak berkebutuhan khusus.
2. Mengetahui kategori yang termasuk ke dalam lingkup anak
berkebutuhan khusus.
3. Mengetahui ada beberapa klasifikasi anak berkebutuhan khusus.

BK Anak Berkebutuhan Khusus| 2


BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Istilah Anak dengan Kebutuhan Khusus ditujukan kepada anak yang


menyandang kelainan sedemikian rupa, sehingga akibat kelainan itu mereka
mengalami hambatan dalam perkembangannya baik dalam segi fisik, mental,
emosi, sosial, dan kepribadiannya, sehingga mereka memerlukan layanan
khusus untuk dapat mencapai perkembangan yang optimal. Kelainan pada
anak tersebut dapat meliputi kelainan fisik, kelainan mental, kelainan sosial,
dan emosi.

2.1.1 Latar Belakang Anak Berkebutuhan Khusus


Tidak ada orang yang meminta menjadi cacat. Namun menjadi
penyandang cacat pun bukan berarti tidak bisa berbuat apa-apa. Banyak
individu yang meskipun menjadi penyandang cacat bisa menjadi penerang
hidup bagi teman-teman berkebutuhan khusus lainnya.

Secara kodrat semua manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan,


tak terkecuali anak berkebutuhan khusus. Salah satu diantaranya kebutuhan
pendidikan. Dengan terpenuhi kebutuhan akan pendidikan anak
berkebutuhan khusus diharapkan bisa mengurusi dirinya sendiri dan dapat
melepaskan ketergantungan dengan orang lain. Tertampungnya anak
berkebutuhan khusus dalam lembaga pendidikan semaksimal mungkin
berarti sebagian dari kebutuhan mereka terpenuhi. Diharapkan lewat
pendidikan yang mereka dapatkan mampu memperluas cakrawala
pandangan hidupnya. Sehingga mampu berfikir secara kreatif, inovatif dan
produktif. Istilah berkebutuhan khusus secara eksplisit ditujukan kepada
anak yang dianggap mempunyai kelainan/penyimpangan dari kondisi rata-
rata anak normal umumnya, dalam hal fisik, mental maupun karakteristik
perilaku sosialnya (Efendi,2006).

BK Anak Berkebutuhan Khusus| 3


Berdasarkan pengertian tersebut anak yang dikategorikan
berkebutuhan dalam aspek fisikmeliputi kelainan dalam indra penglihatan
(tuna-netra) kelainan indra pendengaran (tuna rungu)kelainan kemampuan
berbicara (tuna wicara) dan kelainan fungsi anggota tubuh (tuna daksa).
Anak yang memiliki kebutuhan dalam aspek mental meliputi anak yang
memiliki kemampuan mental lebih (super normal) yang dikenal sebagai anak
berbakat atau anak unggul dan yang memiliki kemampuan mental sangat
rendah (abnormal) yang dikenal sebagai tuna grahita. Anak yang memiliki
kelainan dalam aspek sosial adalah anak yang memiliki kesulitan dalam
menyesuaikan perilakunya terhadap lingkungan sekitarnya. Anak yang
termasuk dalam kelompok ini dikenal dengan sebutan tunalaras.

2.1.2 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus


Secara sederhana, anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai
anak yang memerlukan layanan khusus untuk dapat menjalani aktivitas
sehari-hari dengan baik. Hal tersebut mencakup anak-anak yang
mengalami permasalahan maupun yang memiliki kelebihan terkait
tumbuh kembang yang kaitannya dengan intelegensi, inderawi, dan
anggota gerak. Seperti yang diungkapkan oleh Efendi (2006) bahwa anak
berkebutuhan khusus merupakan suatu kondisi yang berbeda dari rata-
rata anak pada umumnya. Perbedaan dapat berupa kelebihan maupun
kekurangan. Dari adanya perbedaan ini, akan menimbulkan berbagai akibat
bagi penyandangnya. Heward menyatakan bahwa anak berkebutuhan
khusus merupakan anak dengan karakteristik khusus yang berbeda
dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik (Rejeki & Hermawan,2010).

Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa anak


berkebutuhan khusus merupakan anak yang memiliki kelebihan atau
kekurangan yang harus mendapat perlakuan khusus agar penyandangnya
bisa menyesuaikan atau mengembangkan apa yang ada dalam diri
penyandangnya.

BK Anak Berkebutuhan Khusus| 4


2.2 Kategori Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus juga terbagi dalam beberapa kategori, yakni
anak berkebutuhan khusus sementara atau bersifat temporer dan anak
berkebutuhan khusus bersifat tetap (permanen)

2.2.1 Anak Berkebutuhan Khusus Sementara (Temporer)


Berdasarkan kategorinya, ABK dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu
ABK temporer atau sementara dan ABK permanen atau tetap. ABK termporer
disebabkan faktor eksternal seperti bencana alam, masalah sosial, ekonomi
atau politik (Lazar, 2020). Suharsiwi (2017) sebagian dari kondisi yang
mengganggu dan yag lebih umum dihadapi sehumlah besar anak-anak di
kota-kota dan desa-desa seluruh Indonesia adalah sebagai berikut.

- Kekurangan makanan dan gizi yang baik


- Kekurangan layanan kesehatan yang baik
- Ketiadaan tempat tinggal atau tunawisma disebabkan kesulitan
ekonomi
- Kehilangan satu atau kedua orang tua disebabkan kematian
- Terabaikan, dibuang atau perceraian
- Penyiksaan verbal, sosial, fisik dan seksual
- Penyalahgunaan obat-obatan dan zat-zat berbahaya
- Buruh atau pekerja anak

Kondisi diatas apabila tidak ditangani secara tepat, akan


mengakibatkan anak keluar atau terpaksa keluar sekolah. Trauma yang
diakibatkan dari perasaan pemisahan tidak hanya akan menciptakan sebuah
kebutuhan pendidikan khusus tetapi juga kebutuhan sosial khusus.

2.2.2 Anak Berkebutuhan Khusus Tetap (Permanen)


Anak berkebutuhan khusus tetap mengacu pada anak-anak dengan
kondisi fisik, mental, sensorik, atau kebutuhan pendidikan lainnya yang
memerlukan dukungan tambahan dan pendampingan khusus dalam
memenuhi kebutuhan mereka. Pendidikan anak berkebutuhan khusus tetap
melibatkan pendekatan yang inklusif, menghormati keberagaman, dan

BK Anak Berkebutuhan Khusus| 5


memberikan kesempatan yang setara bagi setiap individu untuk berkembang
sesuai dengan potensi mereka.

Adapun jenis-jenis anak berkebutuhan khusus tetap dapat dijabarkan


seperti dibawah ini yakni :

1. Tuna Grahita

Tunagrahita adalah sebutan bagi orang-orang dengan kemampuan


intelektual dan kognitif yang berada di bawah rata-rata dibandingkan orang
pada umumnya. Menurut WHO seorang tunagrahita memiliki dua hal yang
esensial yaitu fungsi intelektual secara nyata di bawah rata-rata dan adanya
ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan norma dan tututan yang
berlaku dalam masyarakat.

2. Tunalaras

Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam


mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya
menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan
aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor
internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.

Anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku juga bisa


diidentifikasi melalui indikasi berikut, bersikap membangkang, mudah
terangsang emosinya, sering melakukan tindakan aggresif, dan sering
bertindak melanggar norma social/norma susila/hukum.

3. Tunarungu

Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam


pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Karena memiliki
hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam
berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi
dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah

BK Anak Berkebutuhan Khusus| 6


dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-
beda di setiap negara.

4. Tunanetra

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan.


tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total
(Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan
adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan
kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan.

5. Tunadaksa

Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang


disebabkan oleh kelainan neuromuskular dan struktur tulang yang bersifat
bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi,
polio, dan lumpuh.

6. Tunaganda

Menurut Johnston & Magrab, tunaganda adalah mereka yang


mempunyai kelainan perkembangan mencakup kelompok yang mempunyai
hambatan-hambatan perkembangan neurologis yang disebabkan oleh satu
atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti intelegensi, gerak,
bahasa, atau hubungan pribadi di masyarakat

7. Kesulitan Belajar

Anak dengan kesulitan belajar adalah individu yang memiliki gangguan


pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup
pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat
memengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang
disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak,
dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ
rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-

BK Anak Berkebutuhan Khusus| 7


motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan
keterlambatan perkembangan konsep

8. Anak Autistik

Autism Syndrome merupakan kelainan yang disebabkan adanya


hambatan pada ketidakmampuan berbahasa yang diakibatkan oleh
kerusakan pada otak.

9. Hyperactive

Hyperactive bukan merupakan penyakit tetapi suatu gejala atau


symptoms. (Batshaw & Perret, 1986: 261).symptoms terjadi disebabkan oleh
factor-faktor brain damage, an emotional disturbance, a hearing deficit or
mental retardaction. Dewasa ini banyak kalangan medis masih menyebut
anak hiperaktif dengan istilah attention deficit disorder (ADHD).

2.3 Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus


Anak berkebutuhan khusus itu sendiri terbagi menjadi beberapa
klasifikasi, seperti kelainan fisik, kelainan mental, dan kelainan perilaku
sosial. Jadi cara menangani nya juga berbeda-beda sesuai apa yang dialami
oleh anak itu sendiri.

2.3.1 Kelainan Fisik


Kelainan fisik adalah kelainan yang terjadi pada satu atau lebih organ
tubuh tertentu. Akibat kelainan tersebut timbul suatu keadaan pada fungsi
fisik tubuhnya tidak dapat menjalankan tugasnya secara normal. Tidak
berfungsinya anggota fisik terjadi pada: alat fisik indra, misalnya kelainan
pada indra pendengaran (tunarungu), kelainan pada indra penglihatan
(tunanetra), kelainan pada fungsi organ bicara (tunawicara); alat motorik
tubuh, misalnya kelainan otot dan tulang (poliomyelitis), kelainan pada
sistem saraf di otak yang berakibat gangguan pada fungsi motorik (cerebral
palsy), kelainan anggota badan akibat pertumbuhan yang tidak sempurna,
misalnya lahir tanpa tangan/kaki, amputasi dan lain-lain. Untuk kelinan pada
alat motorik tubuh ini dikenal dalam kelompol tunadaksa.

BK Anak Berkebutuhan Khusus| 8


1. Tunanetra

Istilah anak tunanetra secara mendasar dapat diartikan sebagai


anak-anak yang mengalami gangguan pada fungsi penglihatan.
Berdasarkan gradasi ketajaman penglihatannya, kondisi anak yang
berkelainan penglihatan dapat dikelompokkan menjadi:

- Kelompok anak berkelainan penglihatan yang masih memiliki


kemungkinan untuk dikoreksi melalui pengobatan atau alat optik,
yakni anak berkelainan penglihatan yang masih mempunyai
kemungkinan dikoreksi dengan pengobatan atau alat optik,
biasanya anak dalam kelomopok ini tidak dapat dikategorikan
dalam kasus kelainan penglihatan dalam pengertian pendidikan
luar biasa (pendidikan khusus), sebab mereka dapat dididik tanpa
harus dengan modifikasi atau program khusus
- Anak berkelainan penglihatan yang sama sekali tidak mempunyai
kemungkinan dikoreksi dengan penyembuhan pengobatan atau
alat optik, yakni akibat berkelainan penglihatan yang demikian
beratnya sehingga kebutuhan layanan pendidikan hanya dapat
dididik melalui saluran lain selain mata. Pada kasus ini orang
sering menyebutnya dengan tunanetra berat (buta).
2. Tunarungu

Anak berkelainan indra pendengaran atau tunarungu secara medis


dikatakan, jika dalam mekanisme pendengaran karena sesuatu dan lain
sebab terdapat satu atau lebih organ mengalami gangguan atau rusak.
Derajat ketunarunguan seseorang biasanya diukur dan dinyatakan dalam
satuan deci-Bell atau disingkat dB. Dalam percakapan sehari–hari kondisi
anak dengan kelainan pendengaran dapat dikelompokkan menjadi:

- Tuli. Dikatakan tuli jika hasil tes pendengaran menunjukkan


kehilangan kemampuan mendengarnya pada derajat 70 dB.
Biasanya penderita dalam kategori tuli ini akan mengalami
kesulitan untuk dapat mengerti atau memahami pembicaraan

BK Anak Berkebutuhan Khusus| 9


orang lain meskipun menggunakan bantuan alat atau tanpa alat
bantu dengar.
- Lemah Pendengaran. kemampuan mendengarnya antara 35-69 dB
menurut ISO. Biasanya penderita dalam kategori lemah
pendengaran ini tidak terhalang untuk mengerti atau mencoba
memahami bicara orang lain dengan menggunakan alat Bantu
dengar.
3. Tunawicara

Tunawicara adalah ketidakmampuan seseorang dalam


mengkomunikasikan gagasannya kepada orang lain (pendengar) dengan
memanfaatkan organ bicaranya, dikarenakan celah langit-langit, bibir
sumbing, kerusakan otak, tunarungu, dan lain-lain (Patton,1991). Akibatnya,
pesan yang telihat sederhana ketika disampaikan kepada lawan bicara
menjadi tidak sederhana, sulit dipahami, dan membingungkan. Kelainan
bicara ini dapat terjadi pada sisi artikulasi, arus ujaran, nada suara dan
struktur bahasanya.

4. Tunadaksa

Tunadaksa dapat diartikan sebagai gangguan motorik. Pada


konteks lain dapat kita temui penggunaan istilah lain dalam menyebut
anak tunadaksa misalnya anak dengan hambatan gerak. Utamanya,
anak tunadaksa adalah anak yang mengalami gangguan fungsi gerak yang
disebabkan oleh permasalahan pada organ gerak pada tubuh. Adapun
klasifikasi tunadaksa terbagi atas :

- Tunadaksa Ortopedi, ialah anak yang mengalami ketunaan,


kecacatan, ketidaksempurnaan tertentu pada motorik tubuhnya,
terutama pada bagian tulang-tulang, otot tubuh, dan daerah
persendian. Contohnya polio.
- Tunadaksa Neurologist, ialah anak yang mengalami kelainan pada
fungsi anggota tubuh (kelainan motorik tangan dan atau kaki)

BK Anak Berkebutuhan Khusus| 10


disebabkan oleh gangguan pada susunan sarafnya. Contohnya
cerebral palsy.

2.3.2 Kelainan Mental


Anak kelainan dalam aspek mental adalah anak yang memiliki
penyimpangan kemampuan berpikir secara kritis, logis dalam menanggapi
dunia sekitarnya. Kelainan pada aspek mental ini dapat menyebar ke dua
arah, yaitu kelainan mental dalam arti lebih (supernormal) dan kelainan
mental dalam arti kurang (subnormal). Kelainan mental dalam arti lebih atau
anak unggul, menurut tingkatannya dikelompokkan menjadi:

1. anak mampu belajar dengan cepat (rapid learner),


2. anak berbakat (gifted),
3. anak genius (extremely gifted).

Karakteristik anak yang termasuk dalam kategori mampu belajar


dengan cepat jika hasil kecerdasan menunjukkan, bahwa indeks
kecerdasannya yang bersangkutan berada pada rentang 110-120, anak
berbakat jika indeks kecerdsannya berada pada rentang 120-140, dan anak
sangat berbakat atau genius jika indeks kecerdasannya berada pada rentang
di atas 140.

Secara umum karakteristik anak dengan kemampuan mental lebih,


disamping memiliki potensi kecerdasan yang tinggi dalam prestasi, juga
memiliki kemampuan menonjol dalam bidang tertentu, antara lain (1)
kemampuan inteletual umum, (2) kemampuan akademik khusus, (3)
kemampuan berfikir kreatif produktif, (4) kemampuan dalam salah satu
bidang kesenian, (5) kemampuan psikomotorik, dan (6) kemampuan
psikososial dan kepemimpinan (Tirtonegoro,1984).

Anak yang berkelainan mental dalam arti kurang atau tunagrahita, yaitu
anak yang diidentifikasi memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian
rendahnya (di bawah normal) sehingga untuk meniti tugas
perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara khusus,

BK Anak Berkebutuhan Khusus| 11


terutama di dalamnya kebutuhan program pendidikan dan bimbingannya.
Kondisi ketunagrahitaan dalam praktik kehidupan sehari- hari di kalangan
awam seringkali disalah persepsikan, terutama bagi keluarga yang
mempunyai anak tunagrahita, yakni berharap dengan memasukkan anak
tunagrahita ke dalam lembaga pendidikan, kelak anaknya dapat berkembang
sebagaimana anak normal lainnya.

Harapan semacam ini wajar saja karena mereka tidak mengetahui


karakteristik anak tunagrahita. Perlu dipahami bahwa kondisi tunagrahita
tidak dapat disamakan dengan penyakit, atau berhubungan dengan penyakit,
tetapi keadaan tunagrahita suatu kondisi sebagaimana yang ada, “Mental
retarted is not disease but a condition” (Kirk,1970). Atas dasar itulah
tunagrahita dalam gradasi manapun tidak bisa disembuhkan atau diobati
dengan obat apapun.

The American Assocoation on Mental Deficiency (AAMD) memberikan


justifikasi tentang anak tunagrahita dengan merujuk pada kecerdasan secara
umum di bawah rata-rata. Dengan kecerdasan yang sedemikian rendah
menyebabkan anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam penyesuaian
sosial pada setiap fase perkembangannya (Hallahan dan Kauffman 1991).

Berdasarkan kapabilitas kemampuan yang bisa dirujuk sebagai dasar


pengembangan potensi, anak tunagrahita dapat diklasifikasikan menjadi (a)
anak tunagrahita memiliki kemampuan untuk dididik dengan rentang IQ 50-
75, (b) anak tunagrahita memiliki kemampuan untuk dilatih dengan rentang
IQ 25- 50, (c) anak tunagrahita memiliki kemampuan untuk dirawat dengan
rentang IQ 25- ke bawah (Hallhan & Kaufman,1991).

2.3.3 Kelainan Perilaku Sosial


Kelainan perilaku atau tunalaras sosial adalah mereka yang mengalami
kesulitan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan, tata tertib, norma
sosial, dan lain-lain. Manifestasi dari mereka yang dikategorikan dalam
kelainan perilaku sosial ini, misalnya kompensasi berlebihan, sering bentrok
dengan lingkungan, pelanggaran hukum/norma maupun kesopanan.

BK Anak Berkebutuhan Khusus| 12


Dapat disimpulkan dari pembahasan di atas klasifikasi anak
berkebutuhan khusus itu terdapat beberapa kelainan yang terjadi pada anak,
oleh sebab itu perlunya peranan penting dari guru dan orangtua dalam
memberikan dorongan dan rangsangan kepada anak, sehingga anak mampu
menyeseuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, dan perlu adanya
penangangan khusus sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

BK Anak Berkebutuhan Khusus| 13


BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai anak berkebutuhan khusus dapat
disimpulkan bahwa ada tiga klasifikasi tentang anak berkebutuhan khusus,
yakni kelainan fisik, kelainan mental, dan kelainan sosial. Selain itu ada anak
berkebutuhan khusus juga terbagi menjadi dua, ada yang bersifat sementara
atau yang dapat diobati melalui pengobatan tertentu dan ada juga yang
bersifat permanen. Hal ini tentunya jadi tantangan bagi guru BK agar bisa
mengenali anak berkebutuhan khusus dan perhatian seperti apa yang harus
diberikan sesuai apa yang dibutuhkan anak tersebut.

3.2 Saran
Kami sebagai pemakalah, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, pemakalah akan
terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah di atas.

BK Anak Berkebutuhan Khusus| 14


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, N. (2013). Mengenal anak berkebutuhan khusus. Magistra, 25(86),


1.

Dermawan, O. (2013). Strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus


di slb. Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 6(2), 886-897.

Lazar, F.L. 2020. Pentingnya Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan


Khusus. JKPM: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, 12(2).
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=penting
nya+pendidikan+inklusif+bagi+anak+berkebutuhan+khusus&btnG=#
d=gs_qabs&t=1693365432284&u=%23p%3DIXSdbHCA7RIJ

Rezieka, D. G., Putro, K. Z., & Fitri, M. (2021). Faktor Penyebab Anak
Berkebutuhan Khusus Dan Klasifikasi Abk. Bunayya: Jurnal
Pendidikan Anak, 7(2), 40-53.

Suharsiwi. 2017. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: CV Prima


Print.

Sunarya, P. B., Irvan, M., & Dewi, D. P. (2018). Kajian penanganan terhadap
anak berkebutuhan khusus. Jurnal Abadimas Adi Buana, 2(1), 11-
19.

BK Anak Berkebutuhan Khusus| 15

Anda mungkin juga menyukai