Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KESULITAN BELAJAR
RAGAM ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
DAN VARIASI INDIVIDUAL DI KELAS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Kesulitan Belajar

Dosen Pengampu :
Prianggi Amelasasih, M.Si
Oleh :
Luklu Atul Widat P. (180701010)
Dwi Putri Sari (180701049)
Rizka Wahidah (180701056)
Oktantia Zumarnis (180701065)

PROGAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhaanahu wa Ta‟ala. yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Ragam Anak Berkebutuhan Khusus dan Variasi Individual di
Kelas” ini tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad
Shallallahu „alahi wassalam. yang telah membawa umatnya dari jalan kegelapan
menuju jalan kebenaran. Semoga syafa‟atnya dapat kita terima di hari akhir kelak.
Aamiin.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah kesulitan belajar
yang telah membimbing dan membantu penyelesaian makalah ini sehingga dapat
terselesaikan dengan baik.
Kami sebagai penyusun sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun
masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun. Terima
kasih.

Gresik, 29 Maret 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2


BAB I ........................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
A. Latar belakang masalah ............................................................................................. 4
B. Rumusan masalah ....................................................................................................... 5
C. Tujuan .......................................................................................................................... 5
BAB II....................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6
A. Ragam Anak Berkebutuhan Khusus......................................................................... 6
1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus .............................................................. 6
2. Macam-Macam Anak Berkebutuhan Khusus ...................................................... 7
B. Variasi Individual di Kelas....................................................................................... 21
1. Pengertian Variasi Individu ................................................................................. 21
2. Gaya Belajar dan Berpikir ................................................................................... 24
3. Penanganan Variasi Individual di Kelas ............................................................ 26
BAB III ................................................................................................................................... 28
PENUTUP .............................................................................................................................. 28
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 29

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Kesulitan belajar banyak di alami oleh siswa pada umumnya,bagi anak
tertentu seperti anak berkebutuhan khusus, mempelajari sesuatu hal menjadi
sangat sulit untuk di pelajari . Karena memiliki Anak berkebutuhan khusus di
definisikan anak anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan
karakteristik perilakunya, yang membedakan dengan anak normal lainya
(poerwanti 2007). anak berkebutuhan khusus memerlukan perlakuan yang
wajar, bimbingan.pengarahan,belajar bersosialisasi dan bermain dengan teman
sebayanya untuk mempelajari pola pola perilaku yang dapat di terima
sehingga tidak menhambat perkembangan ( Nani dkk.2009). Hal ini membuat
anak berkebutuhan khusus sangat membutuhkan bimbingan dari orang tua,
keluarga dan lingkungan yang mendukung bagi anak berkebutuhan khusus.
Setiap manusia memiliki variasi individual yang berbeda beda kita bisa
lihat dari hidup sehari harinya, kebiasaan- kebiasaanya, sifatnya dan pola pola
hidup lainya. Seperti juga variasi individual dalam kelas setiap siswa atau
siswi memiliki perbedaan gaya belajar yang berbeda antara siswa satu dan
siswa lainya, hal ini membuat para murid sulit untuk menyesuaikan
pengajaran dalam kelas dengan gaya pengajaran yang berbeda dari guru, hal
tersebut membuat siswa siswi memiliki kesulitan dalam belajar di karenakan
menyesuaikan dengan pengajaran yang tidak begitu di fahami oleh siswa
siswi. Di sini peran penting seorang guru sangat di perlukan , kreativitas guru
dan pengajaran yang bervariasi atau tidak monoton, akan sedikit membantu
bagi siswa siswi yang bervariasi dan gaya belajar serta perilaku yang berbeda.

4
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang di jelaskan sebagai berikut :
a. Apa yang di maksud dengan anak berkebutuhan khusus?
b. Apa saja ragam anak berkebutuhan khusus?
c. Apa pengertian variasi individual?
d. Apa ragam variasi individual dalam kelas?
e. Bagaimana penanganan variasi individual di dalam kelas?

C. Tujuan
Adapun tujuan ini di jelaskan sebagai berikut :
a. Menjelaskan apa yang di maksud anak berkebutuhan khusus
b. Mengetahui macam- macam anak berkebutuhan khusus
c. Menjelaskan pengertian variasi individual
d. Mengetahui macam- macam variasi individual
e. Memahami cara penanganan variasi individual di kelas

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ragam Anak Berkebutuhan Khusus


1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Anak Berkebutuhan Khusus adalah salah satu penyandang masalah
kesejahteraan sosial yang memerlukan perhatian dan bantuan orang lain agar
mereka dapat menjalankan fungsi sosialnya. Gearheart (1981)
mendefinisikan anak dengan kebutuhan khusus sebagai anak yang
memerlukan persyaratan pendidikan yang berbeda dari rata-rata anak normal,
dan untuk belajar secara efektif memerlukan program, pelayanan, fasilitas,
dan materi khusus.
Sedangkan menurut Mangunsong (1998) sendiri mengartikan anak
dengan kebutuhan khusus adalah anak yang menyimpang dari rata-rata anak
normal dalam hal : ciri-ciri mental, kemampuan sensorik, fisik dan
neuromuskular, perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi
maupun kombinasi dua atau lebih dari hal-hal diatas, sejauh ia memerlukan
modifikasi dari tugas-tugas sekolah, metode belajar atau pelayanan terkait
lainnya, yang ditujukan untuk mengembangkan potensi atau kapasitasnya
secara maksimal.
Menurut Pendapat Ormrod (2008) tentang anak berkebutuhan khusus
adalah anak yang sangat berbeda dari teman-teman sebayanya.Mereka
membutuhkan materi atau praktik instruksional yang telah diadaptasi secara
khusus agar sesuai dengan kebutuhan mereka.Jadi anak berkebutuhan khusus
adalah anak yang mempunyai karakteristik khusus terkait dengan kondisi
psikis dan fisiknya sehingga membutuhkan materi atau praktik instruksional
yang sesuai agar dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

6
Karena adanya karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK
memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan
kemampuan dan potensi mereka. Hak yang dimiliki oleh anak adalah hak
agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpatisipasi secara optimal
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Disisi lain, ABK mempunyai
potensi dan keahlian bahkan potensi yang dimilikinya melebihi anak normal
lainnya.Orang tua dalam agama Islam diwajibkan atau memastikan anaknya
normal ataupun yang tidak normal untuk tidak menjadi anak yang lemah.
Menurut pasal 15 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, bahwa jenis
pendidikan bagi Anak berkebutuan khusus adalah Pendidikan Khusus. Pasal
32 (1) UU No. 20 tahun 2003 memberikan batasan bahwa Pendidikan khusus
merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan
dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional,mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa.

2. Macam-Macam Anak Berkebutuhan Khusus


Menurut Ormrod (2008) menjelaskan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) dibagi menjadi :
1. Anak yang mengalami hambatan kognitif atau akademik khusus,
meliputi:
a. Kesulitan Belajar
Menurut linda siegel (2003) karakteristik kesulitan belajar, yakni :
 memiliki IQ diatas tingkat retardasi
 mengalami tingkat kesulitan yang signifikan dalam bidang
sekolah (terutama sekolah atau matematika)

7
 tidak menunjukkan gangguan fungsional yang serius,
mengalami kesulitan karena menggunakan bahasa inggris
sebagai bahasa kedua, mempunyai kesulitan sensori.
Penyebab kesulitan belajar yang sesungguhnya belum dapat
dipastikan, namun beberapa kemungkinan penyebab telah
dikemukakan. Kesulitan belajar cenderung menurun dalam keluarga
dengan satu orang tua memiliki kesulitan seperti disleksia atau
diskalkula.kemungkinan lain adalah bahwa beberapa kesulitan belajar
disebabkan masalah-masalah perkembangan sebelum kelahiran atau
proses kelahiran. Identifikasi awal kesulitan belajar biasanya
dilakukan oleh guru kelas dengan evaluasi (intelegensi) psikologis
individual dan penilaian pendidikan seperti tingkat prestasi saat ini,
tes keterapilan visal motoric, bahasa dan ingatan.pemicu anak yang
memiliki kesulitan belajar adalah ketertinggalan dua tigkat kelas
dalam membaca (Purcell-gates 1997).
Pada umumnya anak-anak memiliki kesulitan belajar pada
bidang akademis membaca, menulis dan matematika (hallahan,dkk
2005) diantaranya :
1. Disleksia (dyslexia)
Disleksia adalah satu kategori yang ditunjukkan bagi
individu-individu yang mengalami kelemahan serius dalam
membaca dan mengeja.Bryan & Bryan (dalam Abdurrahman,
1999: 204), menyebut disleksia sebagai suatu sindroma
kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan
kalimat, mengintegrasikan komponen-komponen kata dan
kalimat dan dalam belajar segala sesuatau yang berkenaan
dengan waktu, arah dan masa.Sedangkan, menurut Lerner
seperti di kutip oleh Mercer (1979: 200), mendefinisikan

8
kesulitan belajar membaca sangat bervariasi, tetapi semuanya
menunjuk pada adanya gangguan fungsi otak. Myklebust &
Johnson, menyebutkan ciri anak disleksia:
 Mengalami kekurangan dalam memori visual dan
auditoris, baik memori jangka pendek (short time
memory) dan jangka panjang (long time memory);
 Memiliki masalah dalam mengingat data, seperti
mengingat hari-hari dalam seminggu;
 Memiliki masalah dalam mengenal arah kiri dan kanan;
 Memilikikekurangan dalam memahami waktu;
 Jika diminta menggambar sering tidak lengkap;
 Miskin dalam mengeja;
 Sulit dalam menginterpretasikan globe, peta atau grafik;
 Kekurangan dalam koordinasi dan keseimbangan;
 Kesulitan dalam belajar berhitung; dan
 Kesulitan dalam belajar bahasa asing.

2. Kesulitan Menulis (Disgrafia)


Disgrafia merupakan kesulitan belajar yang ditandai
dengan adanaya kesulitan dalam mengungkapkan pemikiran
dalam komposisi tulisan dimana penderita disgrafia tidak
mampu memadukan bunyi dan huruf. Menulis juga
memerlukan koordinasi berbagai bagian dan fungsi otak.
Bagian-bagian otak yang mengatur perbendaharaan kata, tata
bahasa, gerakan tangan, dan ingatan harus berada dalam
kondisi serta koordinasi yang baik. Permasalahan dalam hal
ini, dapat mengakibatkan gangguan dalam kemampuan
menulis siswa.Jenis kesulitan ini ditandai dengan anak

9
kerepotan menulis dengan tangan, tulisan sangat jelek,
terbalik-balik, dan sering menghilangkan atau malah
menambah huruf.
3. Kesulitan Berhitung (Diskalkulia)
Biasanya dikenal dengan gangguan perkembangan
aritmatika, dimana kesulitan belajar ini melibatkan kesulitan
dalam perhitungan matematika dan sering mempunyai
kekurangan neuropsikologis, dan kognitif yang berpengaruh
pada mengelolah ingatan dan presepsi visual. Dalam hal ini,
anak sulit dalam memahami simbol matematika dan dialog
operasional hitung. Misalnya, tanda tambah (+), dilihat
sebagai tanda kali (×) atau ketika ditanya berapa hasil lima
dengan lima, meskipun mereka menjawab dengan
benar,yakni 25 tetapi dalam menuliskannya salah bukan
angka 25 yang ditulis, tetapi 52 begitu seterusnya.
Anak-anak yang memiliki masalah belajar ini sering memiliki
kekurangan neuropsikologis dan kognitif termasuk dalam prestasi
yang buruk dalam mengelolah ingatan, presepsi visual dan kempuan
visual spasial. Sebuah studi menemukan bahwa anak yang memiliki
masalah ini akan berlangsung lama atau terus menerus
(shalev,manor,& gross-tsurr 2005). Untuk penyebabnya sendiri
cenderung menurun dalam keluarga dengan satu oran tua yang
memiliki kesulitan seperti disleksia atau diskalkula. Penanganan pada
anak kesulitan belajar menurut Virginia breneger (2006)
mengemukakan model baru untuk membantu anak-anak yang
kesulitan belajar adalah unit sastra dimana pelajaran ini eksplisit
yang secara intelektual kegiatan membaca dan menulis yang berfokus
pada :

10
 Kesadaran fonologis yang melibatkan kemampuan untuk
mengidentifikasi bunyi kata-kata dan bagian-bagian kata
(suku kata), ortografis yakni kemapuan visual untuk
menerima urutan dan pola-pola huruf, kesadaran morfologis
untuk membantu siswa untuk memahami arti kata-kata
melalui ejaan.
 Serangkaian keterampilan yang meliputi prinsip alphabet(
mengasosiasikan bunyi), keluarga kata (sekolompok kata
yang memiliki kata yang sama), kelancaran membacalisan
dan dalam hati, penulisan huruf secara otomatis, kelancaran
mengarang, pencatatan, keterampilan belajar dan pengerjaan
ujian.

2. Attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD)


ADHD kondisi neurologis yang menimbulkan masalah pada anak
dengan simtom-simtom atau gejala kurang konsentrasi, hiperaktif, dan
impulsive yang dapat menyebabkan ketidak seimbangan dalam hidup
mereka. Anak yang menderita ADHD memilki tanda-tanda yaitu sulit
memperhatikan penjelasan guru, sangat mudah terganggu , tidak bisa
duduk tenang selama lebih dari beberapa menit pada satu waktu serta
tulisan tangannya berantakan.
ADHD ini merupakan akibat dari ketertinggalan suatu tahap
perkembangan khususnya dalam fungsi sirkuit otak yang bekerja
untuk menghambat monitoring dan kontrol diri. Hilangnya regulasi
diri ini mengganggu fungsi otak yang lain dalam memelihara
perhatian, termasuk dalam kemampuan membedakan reward segera
dengan keuntungan yang akan diperoleh di waktu yang akan datang
(Barkley, 1998).

11
Biasanya anak yang mengalami ADHD ini seringkali juga
mengalami hambatan lainnya seperti seperti disleksia (dyslexia),
dispraksia (dyspraxia), gangguan menantang dan melawan
(oppositional defiant disorder/ODD). ADHD adalah gangguan
perilaku yang ditandai oleh aktivitas motorik berlebih dan ketidak
mampuan untuk memfokuskan perhatian.Anak ADHD
memperlihatkan impulsivitas, tidak adanya perhaian, dan
hiperaktivitas yang dianggap tidak sesuai dengan tingkat
perkembangan mereka.
ADHD dibagi menjadi 3 subtipe, yaitu :
1. tipe predominan tidak adannya perhatian
2. tipe predominan hiperaktivitas/ impulsif,
3. tipe kombinasi yang ditandai oleh tidak adanya hiperaktivitas-
implsivitas tinggi. (APA, 2000)
Jika didefinisikan, ADHD menjelaskan kondisi anak yang
memperlihatkan simtom-simton (ciri/gejala) kurang konsentrasi,
hiperaktif, dan impulsif yang dapat menyebabkan ketidak seimbngan
sebagian besar aktivitas hidup mereka. Definisi hiperaktif menurut
Steward (1970 : 94) dalam Layanan perilaku Anak Hiperaktif, Bandi,
2009).Anak dengan sindrom hiperaktif, secara khusus selalu bergerak
secara terus-menerus tanpa diam, tidak mampu berkosentrasi untuk
beberapa saat, kegiatan dan bicaranya selalu dilakukan dorongan hati
semata, bersifat tidak sabar, memiliki masalah dengan teman sebaya
serta suka marah.
ADHD didefinisikan oleh Barkley (1991) sebagai sebuah
gangguan dimana respon menjadi terhalang dan mengalami disfungsi
pelaksana yang mengarah pada kurangnya pengaturan diri, lemahnya
kemmpuan untuk mengatu perilaku untuk tujuan sekarang dan masa
depan, serta sulit beradaptasi secara soaila dan perilaku dengan

12
tuntutan lingkungan.penyebab dari ADHD sendiri telah dikemukakan
seperti keturunan, tingkat neourotransmiter (pembawa pesan kimia di
otak) rendah keadaan tidak normal setelah atau sebelum kelahiran serta
racu lingkungan seperti timah(Biderman & Faraone 2003, waldman &
gozer, 2006).
Anak yang mengalami ADHD 85 sampai 90 persen meminum
obat stimulant seperti Ritalin dan addreall untuk mengendalikan
prilaku mereka obat ini berfungsi pada koteks prefrontal yang
mengendalikan perhatian, implusivias dan perencanaan.para peneliti
juga menemuan bahwa perpaduan antara menejeman prilaku, olahraga
dan obat seperti Ritalin dapat memperbaiki prilaku anak ADHD ini
dari pada hanya salah satunya saja.

3. Retardasi Mental
Retardasi mental adalah kondisi yang dimulai dari usia 18 tahun
yang meliputi rendahnya intelegensi (biasanya dibawah 70 dalam tes
intelegensi yang dilakkan) dan kesulitan dalam menyesuaikan diri
dengan kehidupan sehari-hari.ciri yang paling khas padapenderita ini
adalah tidak memadainya fungsi intelektual (zigler, 2002).Anak yang
mengalami Retardasi mental diidentifikasikan kurang memiliki
keterampilan yang sesuai dengan usia dalam belajardan dalam
mengurus diri sendiri. Klasifikasi pada retardasi mental yaitu :
1. ringan IQ mulai 55 sampai 70
2. sedang IQ dibawah 25
3. berat IQ mulai 25 sampai 39
4. cukup IQ mulai 40 sampa 54
Pada masa remaja akhir individu yang mengalami retaradasi
mental berat kemungkinan besar juga memperlihatkan tanda-tanda
komplikasi neurologis lainnya seperti eplepsi, gangguan pendengaran,

13
gangguan penglihatan, kerusakan metabolism seja lahir yang
mempengaruhi sistem saraf pusat.Penyebabnya sendiri telah
dikemukan yakni faktor genetic dan kerusakan otak.
Jenis-jenis retradasi mental, sebagai berikut :
a. Sindrom Down (Down Syndrome )
Down sindrom merupakan bentuk bentuk retardasi mental
yang paling umum karna faktor genetic, anak yang memiliki
down syndrome memiliki kromosom ekstra ke 47, umumnya
mereka memiliki wajah yang bulat, tengkorak yang rata,
tambahan lipatan kulit diatas mata, lidah yang menjulur,
tubuh yang pendek, keterbelakangan mental dan motoric.
b. Fragile X Syndrome
Merupakan bentuk kedua yang paling umum
diidentfikasikan pada retardasi mental, sindrom ini diturunkan
secara genetik melalui kromosom X yang abnormal
menyebabkan retardasi mental yang rinan sampai berat
(Robert,dkk, 2005), umumnya mereka memiliki wajah yang
panjang, rahang yang menonjol, telinga yang panjang, batang
hidung yang rata dan kordinasiyang buruk.
c. Kerusakan Otak
Kerusakan otak dapat mepengaruhi manifestasi dari
banakna infeksi yang beragam dan hal-hal yang berbahaya di
lingkungan sekitar seperti masa kehamilan pada ibu yang
memiliki rubella, shiphilles, harpes, AIDS (Das, 2000,
hodapp&daykes, 2006). Sedangkan meningitis dan
encephalitis juga merupakan infeksi yangdapat merusak
perkembangan anak pada otak dan dapat menyebabkan
retardasi mental.
d. Fetal Alchohol syndrome (FAS)

14
FAS adalah keabnormalan yang muncul pada bayi pada
sang ibu yang mengkonsumsi minuman beralkohol selama
masa kehamilan.Keabnormalan tesebut meliputi kelainan
bentuk wajah serta tungkai, wajah dan jantung tidak sempurna,
sebagian besar anak ini memiliki keterbelakangan mental dan
memiliki tingkat intelegensi yang rendah (Bookstein, dkk
2002).

4. Gangguan fisik
Kondisi fisik atau medis (biasanya jangka-panjang) yang
mengganggu performa di sekolah sebagai akibat dari kurangnya energi
dan kekuatan, menurunnya kewaspadaan mental, atau kurangnya
kontrol otot.gangguan fisik ini meliputi kerusakan otopedis seperti
cerebral palsy dan serangan mendadak biasanya stroke dan
epilepsi.Banyak anak yang mengalami gangguan fisik membutuhkan
pendidkan khusus dan jasa yang berkaitan seperti transportasi, terapi
fisik, layanan kesehata sekolah, dan jasa psikologis. (Best, heller dan
Bigge, 2005).
Jenis ganguan fisik antara lain :
a. kelemahan Otopedi (Orthopedic Impairment)
Melibatkan gerakan yang terbatas atau kurangnya
pengendalian atas geraka masalah otot, tulang atau tulang
sendi, penyebabnya adalah masalah sebelum kelahiran atau
sesudah kelahiran bisa juga disebabkan oleh penyakit dan
kecelakaan pada masa perkembangan anak-anak.
b. Cerebral Palsy
Cerebral palsy merupakan penyakit yang meliputi
kurangnya koordinasi otot, gemetar atau cara bicara yang tidak
jelas, umumnya otot pada anak kaku dan sulit digerakkan.

15
Penyebab paling umum adalah kurangnya oksigen pada saat
kelahian.
c. Ganguan Kejang (Seizure Disorder)
Gangguan kejang paling umum adalah epilepsy yaitu
ganguan neurologis yang menyebakan sensorimotorik yan
berulang-ulang atau kejang-kejang. Epilepsy muncul dengan
bentuk yang berbeda sepeprti kejang singkat kuran dari 30
detik). Bentuk umum lain adalah tonic-clonic dimana anak
kehilangan kesadaran lalu menjadi kaku, gemetar dan bergerak
dengan tersentak-sentak selama kurang lebih 3 sampai 4
menit.

5. Gangguan sensori
Pada ganguan ini mencangkup pada lemahnya penglihatan dan
pendengaran. Lemahnya penglihatan meliputi kebutuhan lensakorektif,
pandangan yang buruk dan buta secara pendidikan. Sedangkan anak
yang mengalami masalah lemah pendengaran bisa jadi karna terlahir
tuli atau mengalami kehilangan penengaran ketika mereka
berkembang.
a. Lemah penglihatan (Visual impairment)
Lemah fungsi penglihatan dan syaraf optik yang
mengganggu penglihatan normal bahkan setelah menggunakan
kaca mata.ciri umum pada lemah penglihatan adalah sering
mengedipkan mata, mendekatkan buu pada saat membacanya,
sering menggosok mata, mengelu tulisan tidak jelas dan tulian
terlihat bergerak-gerak. Gangguan ini mencangkup pada anak
yang mengalami buta dan penglihatan buruk.

16
b. Lemah pendengaran
Lemah fungsi telinga atau saraf-saraf terkait yang
mengganggu persepsi terhadap suara dalam rentang frekuensi
bicara yang normal. Gangguan ini mencangkup pada anak
yang mengalami tuli atau mengalami kehilangan pendengara
yang signifikan pada masa perkembanganya dan bisanya tidak
mampu menembangkan cara bicaranya dan bahasa yang
normal. ciri umum pada lemah pendengaran adalah
mendekatkan telinga pada sumber suara, sering meminta
sesuatu untuk diulang, tidak mengikuti petunjuk, sering
mengeluh sakit telinga, demam dan alergi.cara yang digunakn
untuk memperbaiki lemah pendengan yaitu :
1. Implantasi koklea( prosedur pembedahan)
2. Pembuatan saluran ditelinga ( lewat prosedur
pembedahan untuk disfungsi telinga bagian tengah)
3. Bantuan pendengaran dan sistem pengutan suara
4. Peralatan telekomunikasi, mesin teleks, telephone dan
radio mail (menggunakan internet).

6. Gangguan bicara dan bahasa (speech and language disolder)


Gangguan dalam bicara dan bahasa adalah kesulitan dalam
menrima informasi dan mengungkapkan bahasa meliputi sejumlah
masalah seperti gangguan artiklasi, gangguan suara dan gangguan
kefasihan.Jenis gangguan bicara dan bahasa yaitu :
a. Gangguan artikulasi adalah masalah dalam pengucapan bunyi
dengan benar artikulsi anak pada usia 6 sampai 7 tahun masih
belum bebas kesalahan akan tetapi pada usia 8 tahun anak harus
suadah baik dan benar.

17
b. Gangguan suara, ciri pada gangguan ini adalah pada cara bicara
yang serak,paau, terlalu keras, terlalu tinggi, atau terlalu
rendah.Biasanya anak memiliki langit-langit mulut yang pecah
dan gangguan suara sehingga sulit untuk dimengerti.
c. Gangguan kefasihan biasanya disebut “gagap” hal ini
akanmuncul ketika anak memiliki keragu-raguan yang tidak
teratur, berlama-lama atau mengulang-ulang dalam pembicaraan.
Caranya adalah dengan terapi wicara
d. Gangguan bahasa meliputi kelemahan yang signifikan tehadap
bahasa reseptif (menyangkut penerimaan dan pemahaman
bahasa) atau ekspresif (melibatkan untuk menggunakan bahasa
dalam mengungkapkan pikian seseorang dan berkomunikasi
dengan orang lain ) pada seorang anak. Gangguan bahasa
meliput kesulitan dalam bidang :
 Menyusun pertanyaan dengan baik untuk memperoleh
informasi yang diinginkan
 Mengikuti petunjuk lisan
 Mengikuti percakapan yang cepat dan rumit
 Memahami dan menggunakan kata-kata pada kaliamat
yang baik dan benar

7. Gangguan spektrum autisme ( autism spectrum disolder-ASD )


Gangguan ASD disebut gangguan perkembangan pervasif, berkisar
dari gangguan yang berat yang disebut ganguan autistic sampai
digangguan yang paling ringan disebut Asperger. Autisme adalah
hambatan perkembangan yang mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk berkomunikasi, memahami bahasa, bermain, dan berinteraksi
dengan orang lain. Autisme adalah sindrom perilaku, yang berarti

18
bahwa definisi didasarkan pada pola perilaku manusia. ASD ditandai
dengan terganggunya kognisi sosial, keterampilan sosial, dan interaksi
sosial, juga pengulangan perilaku eksentrik tertentu; bentuk-bentuk
yang lebih ringan (misalnya sindrom Asperger) yang terkait dengan
perkembangan yang normal di bidang-bidang lain, bentuk-bentuk yang
ekstrim yang terkait dengan keterlambatan perkembangan kognitif dan
bahasa dan perilaku yang sangat tidak biasa.
Jenis- jenis autism, yaitu :
1. Gangguan Autistik adalah gangguan paling parah pada spectrum
autism yang dimulai pada 3 tahun awal perkembangan dalam
bentuk ketebataan hubungan sosial, komunikasi yan abnormal,
pola prilaku yang terbatas, repetitif dan tetap.
2. Gangguan aspeger berupa tertahannya keterampilan awal bicara
dan perbendaharaan kata sangat terbatas. Seringkali punya minat
terhadap topik tertentu dalam kurun waktu lama. Mereka biasa
punya ritual yang terbatas, kesulitan dengan pergaulan dan
canggung (clumsy). Gangguan integrasi, ditandai dengan
perkembangan normal di awal-awal usianya, kemudian mengalami
kehilangan yang sangat berarti di bidang keterampilan sosial,
bahasa dan keterampilan fisik kadang-kadang juga menjadi
retardasi mental. Sindroma Rett, berkaitan dengan kromosom X.
Terjadi mutasi gen yang menyebabkan kematian pada bayi laki-
laki saat lahir. Pada anak perempuan, awalnya berkembang normal
sampai usia 18 bulan, kemudian mengalami kelambatan bahkan
kemunduran, khususnya di bidang keterampilan bahasa dan
penggunaan tangan. Terapi fisik, bicara dan pekerjaan bisa
diberikan untuk membantu mengatasi masalah koordinasi, gerak
dan bicara. Gangguan perkembangan, kondisi ini didiagnosa bila
terdapat beberapa gejala autisme tetapi tidak terdapat gejala

19
spesifik lainnya. Tipe ini merupakan tipe autisme yang lebih
ringan.
Autisme bukan penyakit, Hal ini tidak menular dan, sejauh
yang kita tahu, itu tidak di sebabkan oleh lingkungan. Autisme
adalah hambatan neurologis yang diduga hadir sejak lahir dan
dapat dilihat ketika anak berusia 3 tahun. Meskipun autisme
mempengaruhi fungsi otak, penyebab spesifik dari autisme tidak
diketahui. Bahkan, itu secara luas diasumsikan bahwa ada
beberapa penyebab yang paling mungkin,disfungsi otak akibat
abnormalnya struktur otak (temasuk korteks otak kecil dan lobus
frontal dan temporal) dan neurotransmitter seperti serotonin dan
dopamine. Retardasi mental terdapat dibebarapa anak yang
menderta autism dan yang lainnya menunjukkan intelegensi di
tingkat rata-rata atau diatas rata-rata.

8. Gangguan Emosinal prilaku (Emotional and Behaviour Dislder)


Gangguan emosional dan perilaku terdiri atas masalah yang serius
dan terus-menerus yang melibatkan hubungan, agresi, depresi, rasa
takut yang berkaitan dengan persoalan pribadi atau sekolah serta
karakteristik sosioemosinal lainnya yang tidak tepat (departemen
pendidikan AS, 2003). Jenis gangguan ini antara lain :
a. Prilaku agresi diluar kendali, beberapa anak yang diklasifikasikan
mempunyai gangguan emosinal yang serius dan terlibat dalam
prilaku yang disruptif, agresif, menantang. Biasa hal ini terjadi
pada masa-masa sekolah menengah pertama namun mayoritas
memperlihatkan tanda-tanda masalah emosional pada tahun-tahun
sekolah dasar (Terman&wagner 1995)
b. Depresi, kegelisahan dan rasa takut, beberapa anak memlih untuk
memendam maslah emosional mereka sehingga menimbulkan

20
depresi, keelisahan atau rasa takut yang terjadi secara terus
menerus dan intens sehingga kemampuan belajar mereka
terganggu.Depresi adalah gangguan suasana hati dimana individu
tersebut merasa tidak berharga yakin bahwa segalanya tidak akan
baik, berprilaku lesu selama priode waktu yang lebih lama, nafsu
makan yang buruk, tidak dapat tidur.depresi kemungkinan besar
terjadi pada masa remaja dibandingkan dengan masa anak-anak
dan muncul lebih sering pada anak-anak perempuan dari pada
anak laki-laki (cullbertson,1997).Kecemasan sendiri meliputi
perasaan yang sangat tidak menyenangkan akibat rasa takut dan
sedih yang tidak jelas(kowalski, 2000)
Ketika anak mengalami rasa takut pribadi, kecemasan yang
intens secara terus menerus maka anak tersebut harus dirujuk
menemui konselor sekolah.

B. Variasi Individual di Kelas


1. Pengertian Variasi Individu
Individu bukan berarti manusia sebagai suatu kesatuan melainkan
manusia sebagai makhluk hidup yang dihitung dalam “perseorangan”. Oleh
karena itulah, sifat satu individu dengan yang lainnya berbeda meskipun
mereka tinggal dalam satu lingkungan yang sama. Sejenis tetapi tidaklah
sama, pola pikir dan sifat memiliki cirinya sendiri. Menurut Chaplin, variasi
individual adalah perbedaan sifat kuantitatif dalam suatu sifat, yang bisa
membedakan satu individu dengan individu lainnya.
Jadi, variasi individu di kelas merupakan perbedaan antara satu siswa
dengan siswa lainnya dalam menerima dan menyerap pelajaran. Antara lain
perbedaan tersebut seperti :

21
1. Perbedaan Kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap siswa memiliki
persepsi tentang hasil pengamatan atau penyerapan atas suatu obyek.
Yang berarti ia menguasai segala segala sesuatu yang di ketahui, dalam
arti dirinya terbentuk suatu persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan
secara sistematik untuk menjadi miliknya.
2. Perbedaan Kecakapan Berbahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat
penting dalam kehidupan. Kemampuan tiap siswa dalam berbahasa
berbeda-beda. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang
untuk menyatakan pemikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan
kalimat yang penuh makna, logis, dan sistematik. Kemampuan berbahasa
sangat di pengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan serta
faktor fisik (organ bicara).
3. Perbedaan Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan psikomotorik merupakan
kemampuan untuk melakukan koordinasi gerakan syarat motorik yang
dilakukan oleh syaraf pusat untuk melakukan kegiatan.
4. Perbedaan Latar Belakang
Perbedaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing
dapat memperlancar atau memperhambat prestasinya, terlepas dari
potensi untuk menguasai bahan.
5. Perbedaan Bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir.
Kemampuan tersebut akan berkebang dengan baik apabila mendapatkan
rangsangan dan pemupukan secara tepat sebaliknya bakat tidak
berkembang sama, maka lingkungan tidak memberikan kesempatan
untuk berkembang., dalam arti ada rangsangan dan pemupukan yang
menyentuhnya.

22
6. Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender
Jenis kelamin merujuk kepada perbedaan biologis dari laki-laki dan
perempuan, sementara gender merupakan aspek psikososial dari laki-laki
dan perempuan berupa perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang
dibangun secara sosial budaya. Perbedaan gender termasuk dalam hal
peran, tingkah laku, kecenderungan, sifat, dan atribut lain yang
menjelaskan arti menjadi seorang laki-laki atau perempuan dalam
kebudayaan yang ada.
7. Perbedaan Kepribadian
Kepribadian adalah pola perilaku dan cara berpikir yang khas yang
menetukan penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan. Kepribadian
sesesorang dapat kita tinjau melalui model big five yang diajukan oleh
Lewis, yakni :
 Extroversion; tipe ini menikmati keberadaannya bersama orang
lain, penuh energi, serta mengalami emosi positif.
 Agreeableness; tipe ini penuh perhatian, bersahabat, dermawan,
suka menolong, dan mau menyesuaikan keinginannya dengan orang
lain.
 Conscientiousness; tipe ini selalu menghindari kesalahan dan
mencapai kesuksesan tingkat tinggi melalui perencanaan yang
penuh tujuan dan gigih. Mereka terlihat cerdas dan dapat dipercaya.
Akan tetapi individu ini juga terlihat kaku dan membosankan.
 Neoriticism atau sebaliknya stabilitas emosional; tipe yang
neoriticsm-nya tinggi memiliki reaksi emosi negatif. Sedangkan
orang yang memiliki neoriticsm rendah cenderung tidak mudah
terganggu, kurang reaktif secara emosi, tenang, serta bebas dari
emosi negatif yang menetap.
 Opennes to experience; tipe ini cenderung terbuka secara intelektual
selalu ingin tahu, memiliki apresiasi terhadap seni, serta sensitive
terhadap kecantikan.

23
2. Gaya Belajar dan Berpikir
Gaya belajar dan berpikir bukanlah kemampuan, tetapi cara yang dipilih
seseorang untuk menggunakan kemampuannya. Berikut merupakan beberapa
gaya belajar yang paling sering didiskusikan dan ditampilkan oleh siswa
dalam proses pembelajarannya, yaitu :
1. Gaya berpikir siswa pada permulaan belajar
Gaya berpikir ini ada dua macam, yaitu: Field Dipendence dan Field
Independence. Gaya berpikir Field Dependence ialah gaya belajar siswa
yang mau memulai belajar apabila ada pengaruh atau perintah dari orang
lain (guru atau orangtua). Sebaliknya, pada gaya belajar Field
Independence, siswa mau belajar secara mandiri tanpa harus disuruh atau
dipengaruhi orang lain.
Terjadinya gaya belajar tersebut pada diri masing-masing siswa
berkaitan erat dengan pengalaman pendidikan dan perkembangan
pribadinya. Pada siswa yang dependence gaya belajarnya, sejak kecil ia
dididik untuk selalu memperhatikan orang lain; siswa ini
kemungkinannya memperoleh pendidikan secara otoriter dari orang
tuannya atau kemungkinannya ialah salama belajar ia tidak pernah
memperoleh keberhasilan atau kepuasan dalam belajarnya. Sedangkan
siswa yang mempunyai gaya belajar independence, ia memperoleh
pengalaman pendidikan secara demokratis, dan kemungkinan besar
dalam setiap kegiatan belajar yang dialaminya berhasil memperoleh
ganjaran atau kepuasan.
2. Gaya berpikir Siswa dalam Menerima Pelajaran
Ada dua macam gaya berpikir siswa dalam menerima pelajaran, yaitu
gaya preceptive dan gaya receptive. Gaya berpikir preceptive ialah
kecenderungan siswa dalam menerima pelajaran/ informasi atau dalam
mengumpulkan informasi dalam belajar yang dilakukan dengan
beraturan yaitu dengan mengadakan organisasi atau hubungan terhadap
hal-hal atau konsep-konsep dari informasi yang diterimanya agar dapat

24
dikenali/dipahami secara bulat/utuh. Sedangkan pada gaya berpikir
receptive, kecenderungan siswa dalam menerima pelajaran dilakukan
dengan menerima informasi (yang disampaikan guru/disajikan oleh
buku) secara detail, tanpa berusaha untuk membulatkan/mengorganisir
konsep-konsep informasi yang diterimanya
3. Gaya berpikir Siswa dalam menyerap pelajaran
Gaya belajar siswa pada waktu menyerap pelajaran ada dua macam, yaitu
gaya impulsive dan gaya reflective. Gaya impulsive yakni murid
cenderung bertindak cepat dan impulsive atau murid yang cenderung
menggunakan lebih banyak waktu untuk merespons dan merenungkan
akurasi dari suatu jawaban. Menurut Jonassen dan Grabowsky dalam
Santrock mengemukakan murid yang reflektif lebih mungkin
melakukan tugas-tugas seperti: mengingat informasi yang terstruktur,
membaca dengan memahami dan menginterpretasi teks, memecahkan
problem dan membuat keputusan.
Dibandingkan murid yang impulsive, murid yang reflektif juga
lebih mungkin untuk menentukan sendiri tujuan belajar dan
berkonsentrasi pada informasi yang relevan. Murid reflektif biasanya
standar kinerjanya tinggi dan lebih baik dalam pelajaran di sekolah.
4. Gaya berpikir Siswa dalam Memecahkan Masalah
Dalam memecahkan masalah atau dalam menjawab soal yang
diajukan guru, hal ini bertipe dua macam, yaitu: gaya intuitive dan gaya
sistimatis. Pada gaya intuitive siswa dalam memecahkan/ menjawab soal
dilakukan hanya secara intuisi atau menurut perasaannya saja. Sedangkan
bagi siswa yang sistematis gaya berpikir dalam menjawab permasalahan,
tidak dilakukan secara trial and error, tetapi dengan cara sistimatis, yaitu
dimulai dengan melihat struktur masalahnya, kemudian mengumpulkan
dan menetapkan alternatif jawaban yang paling tepat untuk menjawab
masalah.

25
3. Penanganan Variasi Individual di Kelas
Guru harus berupaya untuk mengatasi kondisi variasi individual dalam
proses belajar siswa, sebab jika dibiarkan sudah pasti akan terjadi perbedaan hasil
belajar antara siswa secara mencolok, yang akibatnya gurunya juga dinilai tidak
berhasil dalam mengajar, karena rata-rata pencapaian hasil belajar siswanya
rendah. Oleh karena itu untuk mengatasi variasi individual dalam belajar di
sekolah yang berdasarkan sistem pengajaran klasikal tersebut pertama kali harus
diatasi dengan menyelenggarakan sistem pengajaran individual yaitu cara
melaksanakan pengajaran yang berupaya memperhatikan atau melayani setiap
individu siswa sesuai dengan tingkat kemampuannya, hal itu dilakukan guru
dengan cara:
a. Guru memberikan tugas dan bimbingan serta bantuan kepada setiap
siswa sesuai dengan tingkat kemampuannya.
b. Guru dalam mengajar jangan menggunakan ukuran kriteria rata-rata
kelas sebagai ukuran keberhasilan, tetapi gunakanlah kriteria tuntas
untuk semua siswa, karena itu yang harus dijadikan skala prioritas dalam
mengajar adalah siswa yang kurang mampu, sebab siswa yang pandai
tidak diperhatikan pun oleh guru akan tetap mampu menguasai pelajaran
c. Membentuk dan memasukkan siswa-siswa yang kurang mampu dalam
kelompok-kelompok belajar yang didalamnya terdapat siswa-siswa yang
pandai agar dapat belajar bersama dala menguasai pelajaran yang harus
dipelajari.
Upaya kedua untuk mengatasi variasi individual dalam belajar ialah dengan
melaksanakan sistem belajar tuntas yaitu upaya guru untuk membelajarkan siswa
sampai memperoleh hasil belajar yang tuntas (memperoleh penguasaan penuh).
Sistem belajar tuntas atau disebut juga Mastery Learning dilaksanakan
berdasarkan anggapan bahwa setiap siswa yang mempunyai IQ yang normal akan
mampu menguasai semua bahan pelajaran yang dipelajari (memperoleh hasil
belajar yang tuntas) apabila diberikan kesempatan waktu belajar yang cukup bagi
dirinya. Oleh karena waktu belajar sekolah terbatas hanya selama jam pelajaran

26
yang sudah ditentukan (selama 45 atau paling lama 90 menit) maka kemungkinan
besar siswa yang kurang pandai tidak mampu menguasai semua bahan yang
dipelajari, mereka memerlukan tambahan waktu belajar yang cukup agar dapat
menguasai secara tuntas.
Tambahan waktu bimbingan belajar dalam sistem belajar tuntas tersebut
akan dilaksanakan melalui program pengajaran remedial. Program ini
dilaksanakan dengan memberikan tambahan waktu bimbingan belajar di kantor
sekolah pada waktu istirahat atau dilaksanakan di luar sekolah atau dirumah
setelah pulang sekolah. Bimbingan belajarnya dapat dilakukan oleh guru sendiri
atau dengan meminta bantuan teman sebayanya yang pandai sebagai tutor sebaya
untuk membimbing temannya sampai dapat menguasai bahan pelajaran secara
tuntas seperti yang dapat dicapai oleh teman-temannya.

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesulitan belajar di alami oleh berbagai jenis individu yang berbeda beda
tidak terkecuali dengan manusia dengan pertumbuhan yang normal secara fisik
dan psikis, kesulitan belajar memang menjadi momok bagi berbagai kalangan.
Anak berkebutuhan khusus seperti adhd, down sindrom, autisme dan lainya,
menjadi salah satu yang sangat kesulitan dalam belajar berbagai hal di dalam
sekolah maupun memahami kehidupan sehari hari di luar sekolah . Anak
berkebutuhan khusus membutuhkan pendidikan khusus dan bimbingan khusus
yang berbeda dengan anak normal pada umumnya.
Pendidikan dengan siswa yang sangat bervariasi dalam kelas, seorang guru
harus lebih kreatif lagi dalam memberikan pengajaran pada siswa siswi dalam
kelas, dengan gaya pengajaran yang berbeda. Agar pemahaman dari pelajaran
sampai pada keseluruhan siswa- siswi. Karakteristik yang berbeda , sifat , latar
belakang yang berbeda serta bahasa yang berbeda menjadika kesulitan tersendiri
bagi siswa siswi dalam memahami pola pengajaran yang menoton. Penanganan
variasi individu yang baik akan menjadikan pembelajaran yang baik untuk siswa
siswi.Orang tua dalam hal ini sangat berperan penting untuk membantu anak
dalam memahami berbagai hal di luar sekolah maupun di dalam lingkungan
sehari hari.

28
DAFTAR PUSTAKA

Nidawati. 2018. Variasi Individual dalam Pembelajaran. Jurnal Pendidikam. Vol.


7(1) : 135-150. https://www.jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/Pioner/article/download/3327/2325

Mu‟min, Sitti Aisyah. (2014). Variasi Individual dalam Pembelajaran. Jurnal Al-
Ta‟dib. Vol. 7(1) : 68-83. https://ejournal.iainkendari.ac.id/index.php/al-
tadib/article/view/244/234

Santrock, jhon w. 2008. Psikologi pendidikan education psychology edisi 3 buku 1.


Jakarta : Salemba Humanika. hal 246-266

Eva, Nur. 2015. (e- book) Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Malang. Fakultas
Pendidikan Psikologi (FPPsi). Universitas Negeri Malang (UM). hal 1-2

29

Anda mungkin juga menyukai