Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAFFICKING HUMAN

Disusun oleh :

1 Albarra Dj Suleman (M18010001)


2 Farhan Nizar .T (M18010003)
3 Syahvaz Rosalfi Azra (M18010005)
4 Wiranto I Oby (M18010007)
5 Andi Nur Farham (M18010031)
6 Syaiful Latif (M18010033)

Program Studi S1-Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Madani

Yogyakarta
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah mengenai : “Anak berkebutuhan khusus
: tuna ghatina, kecacatan fisik, dan anak berbakat.” Makalah ini merupakan salah satu tugas
yang kami selesaikan guna memenuhi bahan pembelajaran Psikologi Pendidikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan masih banyak hal
yang perlu diperbaiki.
Saran, kritik, dan masukan yang membangun dari semua pihak sangat
membantu kami terutama untuk kemungkinan pengembangan lebih lanjut. Akhirnya
kami berharap agar Makalah ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi semua pihakSerta dapat dikembangkan semaksimal mungkin untuk meningkatkan
kualitas belajar mahasiswa.

Keperawatan Jiwa II Page i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. HAKIKAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS..............................................................3
B. JENIS – JENIS DAN KARAKTERISTIK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS..............4
C. CARA MEMBANTU ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (IMPLEMENTATIF)...........9
Asuhan Keperawatan Anak Berkebutuhan Khusus Dengan Gangguan Tunawicara............................13
A. PENGKAJIAN....................................................................................................................13
B. RIWAYAT KESEHATAN..................................................................................................14
C. PEMERIKSAAN FISIK......................................................................................................16
D. LEMBAR OBSERVASI......................................................................................................18
E. ANALISA DATA................................................................................................................19
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN.........................................................................................20
G. INTERVENSI KEPERAWATAN.......................................................................................20
H. IMPLEMENTASI................................................................................................................22
I. EVALUASI.........................................................................................................................23
BAB III................................................................................................................................................25
PENUTUP...........................................................................................................................................25
A. KESIMPULAN....................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................26

Keperawatan Jiwa II Page ii


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami problema dalam belajar, hanya
saja problema tersebut ada yang ringan dan tidak memerlukan perhatian khusus dari
orang lain karena dapat diatasi sendiri oleh anak yang bersangkutan dan ada juga yang
problem belajarnya cukup berat sehingga perlu mendapatka perhatian dan bantuan dari
orang lain. Anak luar biasa atau disebut sebagai anak berkebutuhan khusus (children
with special needs), memang tidak selalu mengalami problem dalam belajar. Namun,
ketika mereka diinteraksikan bersama-sama dengan anak- anak sebaya lainnya dalam
system pendidikan regular, ada hal-hal tertentu yang harus mendapatkan perhatian
khusus dari guru dan sekolah untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.

Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus (student with special needs)


membutuhkan suatu strategi tersendiri sesuai dengan kebutuhan masing – masing .
Dalam penyusunan progam pembelajaran untuk setiap bidang studi hendaknya guru
kelas sudah memiliki data pribadi setiap peserta didiknya. Data pribadi yakni berkaitan
dengan karateristik spesifik, kemampuan dan kelemahanya, kompetensi yang dimiliki,
dan tingkat perkembanganya. Karakteristik spesifik student with special needs pada
umumnya berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional . Karaktristik spesifik
tersebut meliputi tingkat perkembangan sensori motor, kognitif, kemampuan berbahasa,
ketrampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi social serta kreativitasnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari anak berkebutuhan khusus?
2. Bagaimana jenis dan karakteristik anak berkebutuhan khusus?
3. Bagaimana strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum yang akan dicapai dari bab ini adalah mahasiswa mampu
menjabarkan hakikat anak berkebutuhan khusus, menjabarkan jenis-jenis anak
berkebutuhan khusus secara rinci, memberi perlakuan yang tepat pada anak
berkebutuhan khusus.

Keperawatan Jiwa II Page 1


2. Tujuan Khusus.
a. Menjabarkan pengertian anak berkebutuhan khusus
b. Menjabarkan kategori anak kebutuhan khusus
c. Mengidentifikasi faktor penyebab setelah kelahiran anak kebutuhan khusus
d. Mendeteksi tumbuh kembang anak
e. Menjabarkan pengertian berbagai kategori anak berkebutuhan khusus
f. Mengidentifikasi ciri-ciri anak berkebutuhan khusus sesuai kategorinya
g. Cara membantu anak retardasi mental
h. Cara membantu anak dengan kelainan fisik
i. Cara membantu anak unggul dan berbakat istimewa

Keperawatan Jiwa II Page 2


BAB II

PEMBAHASAN

A. HAKIKAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak
secara umum atau rata-rata anak seusianya. Anak dikatakan berkebutuhan khusus jika ada
sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya. Sementara menurut Heward, anak
berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khususyang berbeda dengan anak
pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan khusus


sehubungan dengan gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak. Mereka yang
digolongkan pada anak yang berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan berdasarkan
ganngguan atau kelainan pada aspek :
1) Fisik/motorik a.l. cerebral palsi, polio
2) Kognitif : mentalretardasi, anak unggul ( berbakat )
3) Bahasa dan bicara
4) Pendengaran
5) Penglihatan
6) Sosial emosi
Anak tersebut membutuhkan metode, material, pelayanan dan peralatan yang khusus
agar dapat mencapai perkembangan yang optimal. Karena anak-anak tersebut mungkin akan
belajar dengan kecepatan yang berbeda dan juga dengan cara yang berbeda. Walaupun
mereka memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda dengan anak-anak secara umum,
mereka harus mendapat perlakuan dan kesempatan yang sama. Hal ini dapat dimulai dengan
cara penyebutan terhadap anak dengan kebutuhan khusus tersebut.

2. Kategori Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus (ABK) dapat dikategorikan sebagai berikut (Mangunsong, 2009):
a. Tunanetra
b. Tunarungu
c. Tunagrahita
d. Tunadaksa
e. Anak lamban belajar
f. Anak berkesulitan belajar
g. Anak berbakat
h. Tunalaras

Keperawatan Jiwa II Page 3


i. Anak dengan gangguan komunikasi
j. Anak dengan ADHD (Attention-Deficit Hyperactivity Disorder)
k. Anak dengan Autistic Spectrum Disorder

3. Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus

Penyebab anak berkebutuhan khusus terjadi dalam beberapa periode kehidupan anak,
yaitu :
a. Sebelum kelahiran
 Gangguan Genetika : Kelainan Kromosom, Transformasi
 Infeksi Kehamilan
 Usia Ibu Hamil (high risk group)
 Keracunan Saat Hamil
 Pengguguran
 Lahir Prematur
b. Selama proses kelahiran
 Proses kelahiran lama (Anoxia), prematur, kekurangan oksigen
 Kelahiran dengan alat bantu : Vacum
 Kehamilan terlalu lama: > 40 minggu
c. Setelah kelahiran
 Penyakit infeksi bakteri (TBC), virus
 Kekurangan zat makanan (gizi, nutrisi)
 Kecelakaan
 Keracunan
 Bencana alam

D. JENIS – JENIS DAN KARAKTERISTIK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

1. Deteksi Tumbuh Kembang Anak

Deteksi dini tumbuh anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini
adanya penyimpangan tumbuh kembang pada anak usia dini. Dengan ditemukan secara dini
penyimpangan/ masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah
dilakukan, tenaga kesehatan juga mempunyai waktu untuk tindakan intervensi yang tepat,
terutama harus melibatkan orang tua. Bila penyimpangan terlambat diketahui, maka
intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Ada banyak alat untuk melakukan deteksi perkembangan pada anak. Deteksi
perkembangandan pertumbuhan dapat dilakukan oleh tenaga profesional ( Tenaga kesehatan,
Psikolog, Terapis ) secara multi disiplin. Deteksi juga dapat dilakukan oleh para orangtua,
pendidik dan apabila mereka menemukan anak-anak yang mengalami gangguan /
keterlambatan perkembangan mereka bisa mencari bantuan pada tenaga profesional karena
anak-anak ini membutuhkan penanganan multi disiplin.

Keperawatan Jiwa II Page 4


Ada tiga jenis deteksi dini tumbuh kembang yang telah dilakukan oleh tenaga
kesehatan ditingkat PUSKESMAS dan jaringannya yang dikeluarkan oleh DEPKES RI,
berupa:
a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui/menemukan status
gizi kurang/buruk.
b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan
perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, dan gangguan daya dengar.
c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya
masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas.

4. Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus

Setelah dilakukan beberapa deteksi tumbuh kembang di atas, orang tua maupun
pendidik dapat mengetahui jenis kebutuhan yang diperlukan anak. Ada beberapa kategori
anak berkebutuhan khusus yang dapat diindentifkasi. Adapun jenis kategori (saat ini kami
hanya akan membahas 3 kategori) tersebut antara lain :

1) Anak retardasi mental ( Tuna Grahita )


Adalah individu yang secara signifikan memiliki intelegensi di bawah intelegensi
normal dengan skor IQ sama atau lebih rendah dari 70. Tuna grahita dapat diklasifikasikan
kedalam tiga kelompok :
1) Kelompok mampu didik, IQ 68-78
2) Kelompok mampu latih, IQ 52-55
3) Kelompok mampu rawat, IQ 30-40

Tunagrahita adalah kondisi kelainan/keterbelakangan mental, (retardasi mental) atau


tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu, yang disebabkan oleh fungsi-fungsi kognitif
yang sangat lemah. Adakalanya cacat mental dibarengi dengan cacat fisik sehingga disebut
cacat ganda . Misalnya, cacat intelegensi yang mereka alami disertai dengan keterbelakangan
penglihatan (cacat pada mata), ada juga yang disertai dengan gangguan pendengaran. Adanya
cacat lain selain cacat intelegensi inilah yang menciptakan istilah lain untuk anak tunagrahita
yakni cacat ganda.

American Association on Mental Retardation mendefinisikan anak dengan


keterbelakang mental adalah anak-anak yang memiliki fungsi intelektual di bawah rata-rata,
terlihat memiliki kesulitan dalam perilaku adaptif yang dimunculkan melalui kesulitan
membuat konsep, keterampilan sosial dan praktik perilaku adaptif dan terjadi pada rentang
usia perkembangannya yaitu di bawah 18 tahun. Penyebab terjadinya keterbelakangan mental
ini terbagi atas:

Keperawatan Jiwa II Page 5


1) Saat prenatal, biasanya dikarenakan adanya abnormalitas dari kromosom. Contohnya
adalah Down Syndrome, Fragile X Syndrome, Prader-Willi syndrome, Fetal alcohol
syndrome, Phenylketonuria, infeksi yang disebabkan oleh virus Toxoplasmosis.
2) Saat Perinatal, biasanya terjadi selama atau seketika setelah anak lahir. Anak yang
lahir prematur dengan berat badan lahir rendah, sangat kecil, kekurangan oksigen
pada waktu lahir, penggunaan alat bantu seperti forcep yang kurang tepat.
3) Post natal, bisa saja ketika selama kehamilan dan saat kelahiran anak tidak mengalami
gangguan apapun namun setelah itu anak terkena radang otak seperti encephalitis,
keracunan timbal dan gangguan lain yang menyebabkan kerusakan otak maka kondisi
ini dapat menyebabkan terjadinya keterbelakangan mental pada anak.

Anak dengan retardasi mental

2) Anak dengan kelainan fisik ( Tuna Daksa)


Merupakan gangguan fisik yang berkaitan dengan tulang, otot, sendi dan sistem
persarafan, sehingga memerlukan pelayanan khusus. Salah satu contoh adalah Cerebral Palsy.
Cerebral Palsy (CP, Kelumpuhan Otak Besar) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan dan gangguan fungsi saraf lainnya. CP
bukan merupakan penyakit dan tidak bersifat progresif (semakin memburuk).

CP bisa disebabkan oleh cedera otak yang terjadi pada saat bayi masih berada dalam
kandungan, proses persalinan berlangsung, bayi baru lahir, anak berumur kurang dari 5 tahun.
Akan tetapi kebanyakan penyebabnya tidak diketahui. Sebagian lagi kasus terjadi akibat
cedera lahir dan berkurangnya aliran darah ke otak sebelum, selama dan segera setelah bayi
lahir. Bayi prematur sangat rentan terhadap CP, kemungkinan karena pembuluh darah ke otak
belum ‘berkembang secarasempurna dan mudah mengalami perdarahan atau karena tidak
dapat mengalirkan oksigen dalam jumlah yang memadai ke otak.
Gangguan ini biasanya berpengaruh pada gerakan kasar dan gerakan halus dari
seseorang. Gangguan ini bisa bersifat ringan hingga yang berat. Contoh Tuna Daksa lainnya
adalah :
1) Kelainan bawaan yang menyebabkan terjadinya telapak kaki rata, jumlah anggota
tubuh yang tidak lengkap atau berlebih.
2) Penyakit seperti poliomyelitis, TBC tulang dll
3) Penyebab lain seperti gangguan neurologis dan lingkungan, yang menyebabkan
cerebral palsy, spina bifida, amputasi, retak atau terbakar). Cerebral palsy merupakan

Keperawatan Jiwa II Page 6


gangguan pada fisik yang cukup banyak dikenal orang. Jenis-jenis dari Cerebral Palsy
adalah:

Anak dengan kelainan fisik / Tuna Daksa

3) Anak unggul dan berbakat istimewa


Definisi menurut IDEA adalah anak yang memiliki kemampuan yang melebihi dari
kemampuan orang lain pada umumnya dan mampu untuk menunjukkan hasil kerja yang
sangat tinggi. Keberbakatan ini dapat dilihat dari berbagai area seperti: kemampuan
intelektual secara umum, akademis yang khusus, berfikir kreatif, kepemimpinan, seni, dan
psikomotor. Seorang anak dapat dikatakan berbakat apabila ia memiliki kemampuan yang
diatas rata-rata, memiliki komitment terhadap tugas yang tinggi dan juga kreatif.

5. Ciri-ciri anak berkebutuhan khusus

Agar guru atau orang tua dapat mengidentifikasi jenis kebutuhan yang ada pada anak,
berikut dijabarkan beberapa ciri-ciri umum yang muncul pada masing-masing jenis anak
berkebutuhan khusus.

1) Anak retardasi mental


Ciri-ciri anak yang mengalami retardasi mental adalah sebagai berikut:
1) Secara kognitif anak tersebut sangat berbeda dengan anak normal, dari penggolongan
IQ nya saja mereka dapat dikategorikan sebagai: Keterbelakangan mental ringan (IQ=
55–69); Keterbelakangan mental sedang (IQ = 40-54); Keterbelakangan mental berat
(IQ = 25–39); Keterbelakangan mental sangat berat (IQ = di bawah 25). Dengan
derajat keterbelakang mental yang berbeda ini maka tingkatan dari layanan dukungan
buat merekapun menjadi berbeda pula (tabel terlampir). Kemampuan memori,
menggeneralisasi, motivasi, bahasa dan keterampilan akademisnya menjadi terbatas.
2) Secara sosial, banyak anak dengan keterbelakangan mental mengalami kesulitan
dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
3) Tingkah laku adaptifnyapun ada mengalami gangguan terutama dalam hal
komunikasi, merawat diri sendiri, keterampilan sosial, kehidupan sehari-hari,
menikmati waktu senggang, kesehatan dan keselamatan, kemampuan mengarahkan
diri, fungsi akademis, dan keterlibatan dimasyarakat.
4) Secara emosional, mereka seringkali terperosok dalam kondisi kesepian, depresi.
5) Secara fisik dan medis, biasanya tidak ada kondisi fisik dan medis yang sangat
berbeda dengan anak kebanyakan.

Keperawatan Jiwa II Page 7


Proses identifikasi anak dengan keterbelakangan mental dilakukan dengan asesmen dari
fungsi intelektualnya, tingkah laku adaptif, faktor medis semua ini dilakukan oleh ahlinya dan
kemudian diberikan penanganan yang sesuai.

2) Anak dengan kelainan fisik


Ciri-ciri anak yang mengalami kelainan fisik adalah :
1) Secara kognitif dan akademik, anak dengan gangguan fisik akan memiliki fungsi
kognitif dengan rentang dari yang rendah hingga yang tinggi. Sehingga anak-anak
yang mengalami gangguan fisik namun memiliki kemampuan kognitif yang baik
maka ia akan dapat berkembang dengan baik, asalkan gangguan fisiknya dapat
ditangani dengan baik. Misalkan anak yang tidak memiliki kaki yang lengkap namun
pintar ia dapat masuk sekolah dimana sekolah itu memberikan fasilitas yang cukup
sehingga anak tersebut tidak memperoleh kesulitan mengakses kelas dan ruang-ruang
lainnya.
2) Secara perilaku, anak dapat terganggu apabila gangguan yang dimilikinya itu
menghambat gerakan, interaksi dengan orang lain. Sehingga anak perlu mendapat
keterampilan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan dan diperlukannya.
3) Secara emosional, pada umumnya anak dengan gangguan fisik ini akan memiliki
konsep diri yang rendah. Oleh karena itu harus terus didukung dan dikembangkan
konsep diri yang positif pada anak tersebut.
4) Secara sosial, anak dengan gangguan fisik sangat memerlukan bantuan orang lain
untuk dapat berinteraksi dengan teman sebayanya. Mereka memerlukan akses yang
sesuai sehingga gangguan fisik yang dimilikinya tidak terhambat.
5) Secara fisik dan medis, anak dengan gangguan ini akan memiliki kondisi fisik dan
medis yang berbeda dengan anak secara umum dan memerlukan perhatian yang
khusus.
Cara mengidentifikasi anak dengan gangguan fisik adalah dengan melakukan asesmen
terhadap kondisi medis dan fungsi fisiknya. Selain itu perlu juga dilakukan asesment terhadap
fungsi intelektual, prestasi akademik, bahasa dan area-area lain yang terkait. Semua asesmen
ini dilakukan oleh ahlinya.
Apabila telah diketahui kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh anak dengan
gangguan fisik ini maka penanganan harus segera dilakukan sejak dini dan menyeluruh, agar
anak dapat berkembang secara optimal.

3) Anak unggul dan berbakat istimewa


Karakteristik yang dimiliki oleh anak berbakat adalah:
1) Secara kognitif. Secara umum, anak-anak berbakat memiliki kemampuan dalam
memanipulasi dan memahami simbol abstrak, konsentrasi dan ingatan yang baik,
perkembangan bahasa yang lebih awal dari pada anak-anak seusianya, rasa ingin tahu

Keperawatan Jiwa II Page 8


yang tinggi, minat yang beragam, lebih suka belajar dan bekerja secara mandiri, serta
memunculkan ide-ide yang original.
2) Secara akademis, mereka sangat termotivasi untuk belajar di area-area dimana
menjadi minat mereka. Namun mereka bisa kehilangan motivasinya apabila
dihadapkan pada area yang tidak mereka minati.
3) Secara sosial emosional, mereka terlihat sebagai anak yang idealis, perfeksionis dan
kepekaan terhadap rasa keadilan. Selalu terlihat bersemangat, memiliki komitmen
yang tinggi, dan peka terhadap seni.
Untuk mengetahui keberbakatan seorang anak maka ia harus mengikuti serangkaian asesmen
yang dilakukan oleh psikolog, dan apabila anak tersebut memang dikategorikan sebagai anak
berbakat maka ia harus memperoleh pendidikan yang sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya agar dapat berkembang dengan optimal.

E. CARA MEMBANTU ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (IMPLEMENTATIF)

1) Cara membantu anak retardasi mental


Upaya yang dapat dilakukan pada anak retardasi mental antara lain :
a. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
 Pendidikan kesehatan pada masyarakat
 Perbaikan keadaan sosio-ekonomi
 Perawatan pre-natal
 Pertolongan persalinan yang baik
 Mengurangi kehamilan pada wanita di bawah 20 tahun dan di atas 40 tahun

b. Latihan
 Mengajarkan keterampilan hidup (seperti makan, berpakaian, menjaga kebersihan
badan)
 Melibatkan anak dalam pergaulan sosial dengan teman sebaya atau orang yang lebih
tua
 Memberi kegiatan sesuai minat dan kebutuhan anak
 Memperkenalkan hal-hal yang baik dan tidak baik sejak usia dini

2) Cara membantu anak dengan kelainan fisik


Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu anak dengan kelainan fisik,
antara lain :
a. Bina Mandiri :
 Kenali kondisi anak. Kondisi anak dapat dikenali dengan melakukan diagnosa dan
perawatan yang tepat. Dengan mengenali kondisi anak, guru dapat menentukan
perlakuan yang tepat sesuai kekurangan pada fisik anak.

Keperawatan Jiwa II Page 9


 Bersikap positif. Selalu memberi dukungan dan pengertian pada anak tetapi tidak
memberi harapan palsu.

 Selalu memberi cinta. Cinta dan kasih sayang orang di sekeliling menjadi kekuatan
terbesar bagi anak untuk mengatasi kekurangannya. Tunjukkan rasa cinta tanpa
pamrih melalui pelukan, ciuman, genggaman tangan, meluangkan waktu untuk meberi
bantuan.

 Menghadirkan keadaan normal. Selalu menciptakan kegiatan yang normal. Kegiatan


yang disusun tidak terlalu memanjakan atau melindungi anak, karena akan
menghambat perkembangan anak.

 Selalu menghargai anak melalui kata-kata maupun tindakan. Memberitahu kelebihan


anak yang dapat digunakan untuk menghadapi permasalahan anak.

 Memberikan fasilitas berupa berbagai alat bantu untuk menambah dan mempermudah
anak beraktivitas.

 Membantu anak berinteraksi. Bagaimana menghadapi dan menerima kehadiran anak


lain. Melibatkan anak secara aktif pada berbagai kegiatan.

b. Rehabilitasi medik :

 Fisioterapi : relaksasi, terapi manipulasi, latihan keseimbangan, latihan koordinasi,


latihan mobilisasi, latihan ambulasi dan latihan Bobath dengan teknik inhibisi,
fasilitasi dan stimulasi latihan dapat diberikan ditempat tidur, di gymnasium, di kolam
renang.

 Terapi Okupasi :

o Latihan diberikan dalam bentuk aktifitas permainan, dengan menggunakan


plastisin, manik-manik, puzzle; dengan berbagai bentuk gerakan, ketepatan
arah, permainan yang memerlukan keberanian.
o Aktifitas kehidupan sehari-hari : berpakaian, makan minum, penggunaan alat
perkakas rumah tangga dan aktifitas belajar.
o Seni dan ketrampilan : menggunting, menusuk, melipat, menempel dan
mengamplas.
 Terapi Wicara : pada anak dengan gangguan komunikasi/bicara dengan latihan dalam
bahasa pasif : anggota tubuh, benda-benda di dalam/diluar rumah dan disekolah dan
dalam bahasa konsonan, suku kata, kata, kalimat. dengan pengucapan huruf
hidup/voval,
 Terapi Musik : tujuannya menumbuhkembangkan potensi-potensi pada anak yang
berkelainan baik fisik, mental intelektual maupun sosial emosional sehingga mereka
akan berkembang menjadi percaya diri sendiri. Pelayanan tersebut dengan cara

Keperawatan Jiwa II Page 10


melatih : ritme, nada dan irama, interfal, tarian, drama, cerita, senam, pengenalan alat
musik, pengenalan lagu, latihan baca sajak/puisi.
 Psikolog : pemeriksaan kecerdasan, psikoterapi, edukasi pada orang tua dan keluarga
agar dapat menghadapi anak dengan kelainan tersebut.
 Sosial Medik : memberikan pelayanan mencari data keluarga, sosial, ekonomi,
pendidikan, lingkungan tempat tinggal, dsb. Yang dapat bermanfaat bagi para dokter
dan terapis dalam menyusun program rehabilitasi. Selain itu pelayanan yang
berhubungan dengan Yayasan-yayasan sosial lainnya, Kantor Departemen sosial,
Rumah sakit, Sekolah, sehingga dapat terjalin hubungan erat dengan berbagai instansi
yang sangat penting untuk keberhasilan program rehabilitasi.
 Ortotik Prostetik : memberikan pelayanan pembuatan alat-alat bantu; misal brace,
tongkat ketiak, kaki tiruan, kursi roda.

3) Cara membantu anak unggul dan berbakat istimewa


Cara membantu anak berbakat diantaranya adalah :
a. Menyusun materi pembelajaran yang selalu menantang bagi anak karena jika terlalu
mudah anak akan cenderung cepat bosan dan membuat keributan.
b. Tidak terlalu sering mengulang materi yang sama sehingga anak tidak merasa jenuh.
c. Merancang model-model pembelajaran yang menghargai sumbangan pemikiran
siswa.
d. Pembelajaran harus berbasis pada anak, bahwa setiap anak memiliki kecepatan yang
berbeda, makan harus diperlakukan berbeda pula sesuai tingkat kemampuannya.

Keperawatan Jiwa II Page 11


Keperawatan Jiwa II Page 12
Asuhan Keperawatan Anak Berkebutuhan Khusus Dengan Gangguan Tunawicara

Nama : Gusti Ayu Wenty Nitya Prastuti


Nim : 118 STYC 11

Kelompok : 16

A. PENGKAJIAN

I. IDENTITAS SISWA
Nama : Baiq Elia nurvanela ningrum. An”E”
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 28 Februari 2003
Umur : 12 tahun
Anak Ke : 1 (Pertama)
Nama Orang Tua
Nama Ayah : Lalu Moh Irvan
Nama Ibu : Baiq Laila
Pendidikan Ayah : Sma
Pendidikan Ibu : Sma
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sasak
Pekerjaan Ayah : PNS
Pekerjaan ibu : Wiraswasta
Alamat : Karang Kelok Baru
Diagnose Medis : Tuna Wicara
Sumber Informasi : Ibu Klien

Keperawatan Jiwa II Page 13


F. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
An”E” tidak bias berbicara seperti anak seusianya sejak umur 5 tahun

b. Riwayat kesehatan Sekarang


An “E” mengalami gangguan bicara sejak umur 5 tahun , An ”E “ sudah

mampu menjaga kontak mata dan mengerti kata/kalimat perintah


yang di ucapkan
c. Riwayat kehamilan dan persalinan
1. Pre Natal
Pada saat hamil ibu jarang mengalami sakit, selama hamil ibu tidak
pernah mengkonsumsi obat- obatan baik oral mauoun injeksi, ibu
biasa mengkonsumsi ramuan herbal, ibu tidak tau jenis obat herbal
yang di konsumsi
2. Natal
Pada saat melahirkan , ibu melahirkan dengan usia 39 minggu, ibu
melahirkan di rumah sakit umum provinsi nusa tenggara barat dengan
persalinan normal , bayi lahir mengangis kuat, BBL : 2700 gr dan PB :
50 cm
3. Post Natal
Saat di lahirkan anak tampak norma , menangis kuat, anak langsung
mendapatkan vit K dan salep mata. Serta rutin mendapatkan imunisasi
lengkap.

d. Riwayat kesehatan dahulu


An”E”sebelumnya tidak mempunyai riwayat penyakit seperti pernah
kejang atau penyakit lainnya, hanya terkena penyakit seperti flu dan
batuk. Sejak kecil ketika flu dan batuk An”E” sangat senang
mengkonsumsi obat. Menurut ibu, An”E” sangat sering mengkonsumsi
obat sejak kecil hingga saat ini.

e. Riwayat kesehatan keluarga


Ibu klien mengatakan, ada anggota keluarga yang mengalami gangguan
bicara seperti yang klien alami. Yaitu 3 orang saudara kandung sang ayah
dari An”E”

Keperawatan Jiwa II Page 14


f. Riwayat imunisasi
No Umur BB Vaksin
1 2 bulan 4500 gram DPS I, HB2 , Polio II
2 3 bulan 5100 gram DP II, Polio II
3 4 bulan 5700 gram DP III , Polio IV
4 5 bulan 6900 gram Puyer Flucoldexin

g. Genogram

Keterangan : : Perempuan : Laki-Laki

: perempuan mati :Laki-Laki Meninggal

:Garis Perkawinan : Garis persaudaraan

Keperawatan Jiwa II Page 15


:Garis Tinggal Serumah : Klien

h. Riwayat sosial dan lingkungan


An “E” tinggal dengan kedua orang tuanya beserta dengan seorang adiknya, An “E”
di berikan izin untuk keluar rumah dan berinteraksi dengan anak seusianya, namun
An”E” selalu malu untuk keluar dari lingkungan rumahnya,

A. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadan umum : Baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Vital sign
- Nadi : 84 x/ menit
- Suhu : 36,5 ºC
- Td : 110/80 mmHG
- Pernapasan : 24 x/menit
d. Kepala
Rambut lurus, tidak ada ketombe, tidak sada kelainan bentuk kepala
(normocchepaly), tidak terdapat bekas luka sirkumsisi pada bagian kepala
e. Mata
Konjungtiva tidak anemis, sclera anikterik, tidak ada kotoran pada mata
f. Telinga
Simetris kiri dan kanan, letak sejajar dengan mata, lubang telinga bersih tidak
ada benjolan dan tidak ada pengeluaran secret
g. Hidung
Simetris kiri dan kanan, lubang hidung ada 2, bersih, tidak ada terdapat cuping
hidung
h. Mulut
Bentuk normal, bibir tidak kering tidak menggunakan gigi palsu atau aksesporis
gigi, mukosa mulut lembab, posisi lidah tepat di tengah, lidah bersih, ovula
berada di tengah berwarna merah muda, tidak terdapat karies gigi, namun klien
mengalami gangguan bicara
i. Leher

Keperawatan Jiwa II Page 16


Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada pembengkakan vena
jogularis
j. Paru-paru
Sura napas vesikuler, tidak terdapat wheezing atau suara tambahan lainnya
k. Jantung
Bunyi jantung 1 dan 2 tunggal, tidak ada bunyi tambahan
l. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran, tidak ada bekas luka , bising usus
normal, tidak peristaltik, nyeri tekan pada perut tidak ada
m. Ekstermitas
Gerakan aktip, tonus normal L5 dapat melawan tahanan pemeriksa dengan
kekuatan penuh, tidak ada pembesaran atau pengecilan otot
n. Tingkat perkembangan
1. Motorik halus
Anak bisa memgang, memindahkan , menulis, menggambar
2. Motorik kasar
Anak bias berjalan, berlari, memakai baju, mandi secara mandiri dan
makan secara mandiri
3. Bicara
Anak tidak bisa mengatakan kata dengan jelas, artikulasi yang kurang jelas,
hanya mampu menyebutkan 1-2 kosa kata.
o. Pola nutrisi
Nafsu makan anak baik makan 3x sehari, tidak ada pantangan makanan untuk
anak
p. Pola aktivitas
Di rumah anaka terbiasa nonton tv, menjaga warung dan belajar. Anak tidak
terbiasa bermain di luar, untuk kebutuhan makan atau minum anak terbiasa
mandiri, anak rajin membersihkan kamar, tempat tidur serta merawat dirinya.
q. Pola eliminasi
Ibu klien mengatakan anaknya sudah terbiasa bab dan bak sendiri.

G. LEMBAR OBSERVASI
Kemampuan prilaku adaptif

Keperawatan Jiwa II Page 17


1. Keterampilan menolong dir (makan , minum dll)
Anak sudah mampu untuk merawat diri sendiri meliputi makan, minum,
berpakaian, pergi ke wc , bersepatu dan memelihara kesehatan secara mandiri
2. Keterampiran gerak
Tidak ada gangguan perkembangan motorik kasar pada anak, anak sudah mampu
brlari , berenang dan lain-lain
3. Kemampuan motorik halus
Tidak ada gangguan dalam perkembanganmotorik halus anak, anak sudah mampu
menulis, menggenggam tanpa terjatuh atau terlepas dan kemampuan menggambar.
4. Kemampuan komunikasi
Anak di ketahui tidak bisa berbicara seperti anak seusianya pada saat usia anak
mencapai 5 tahun, anak berkomunikasi pada keluarga dan lingkungan dengan
bahasa isyarat, mengamati mimik wajah juga sering kali menggunakan tulisan dan
handpone untuk mempermudah anak berkomunikasi.
5. Keterampilan sosial
Anak dengan gangguan bicara mengalami kesulitan dalam bergaul dengan teman-
temannya di karenakan kesulitan dalam berkomunikasi sehingga terkadang di
temani kerabat terdekatnya dalam berinteraksi dan menggunakan komunikasi visual
dalam mempermudah komunikasinya
6. Fungsi kognitif
Anak dapat menulis, menggambar, dan mengetahui jumlah mata uang dan
kegunaanya, keterbatasan yang di miliki hanya berupa sedikitnya kosa kata yang di
ketahui anak dan kesulitan dalam merangkai kata menjadi kalimat yang benar
7. Memelihara kesehatan
Anak sudah dapat melakukan dan mengetahui beberapa cara memelihara kesehatan
diri yaitu dengan cara berolahraga dan hanya mendapatkan sedikit bantuan ketika
anak mengalami gangguan kesehatan. Namun An”E” sudah terbiasa dari kecil
hingga saat ini ketika sakit sedikit flu dan batuk meminta untuk mengkonsumsi
obat kepada ibunya.
8. keterampilan berbelanja
anak sudah mampu mengatur penggunaan uang dan terbiasa berbelanja sesuai
kebutuhan di sekolah dan hanya terkadang di temani dalam berkomunikasi
9. Keterampilan domestic

Keperawatan Jiwa II Page 18


Anak sudah terbiasa membersihkan, merapikan kamar secara mandiri dan
membersihkan perengkapan salah satunya keperluan dapur setelah selesai
mengkonsumsi makanan
10. Orientasi lingkungan
Anak tidak terbiasa brepergian sendiri dan tidak bias menggunakan alat transportasi
dan anak menggunakan beberapa media sosial dan handphone
11. Keterampilan vokasional
Anak terbiasa menggunakan pakaian sendiri dan berangkat ke sekolah di antar oleh
orang tua anak.

H. ANALISA DATA
N
Symptom Etiologi Problem
o
1 DS : Prenatal Gangguan
- ibu klien mengatakan An “E” komunikasi verbal
tidak biasa berbicara seperti anak
seusianya sejak umur 5 tahun Penggunaan pil dalam
jumlah besar
DO :
- Klien tidak bisa berbicara dan
menggunakan bahasa isyarat kerusakan pada cochlea
untuk berkomunkasi

gangguan intelektual

gangguan bahasa

2 DS: Ketergantungan
- Ibu klien mengatakan An “E” Ganggua intelektual sebagian
masih di bantu berinteraksi
denga temannya
- Ibu klien mengatakan tidak
terlalu paham ketika An.”E” Gangguan bahasa
meminta suatu hal di luar

Keperawatan Jiwa II Page 19


kebiasaan sehari-hari
DO:
- Saat pengkajian An “E” di bantu Gangguan komunikasi
oleh ibu guru saat berinteraksi verbal
dengan perawat

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan ganguan bahasa di tandai dengan
ibu klien mengatakan An “E” tidak biasa berbicara seperti anak seusianya sejak umur
5 tahun, klien tidak bisa berbicara dan hanya menggunakan bahasa isyarat untuk
berkomunkasi
2. Ketergantungan sebagian di tandai dengan gangguan komunikasi verbal di tandai
dengan Ibu klien mengatakan An “E” masih di bantu berinteraksi denga temannya
Ibu klien mengatakan tidak terlalu paham ketika An.”E” meminta suatu hal di luar
kebiasaan sehari-hari. Saat pengkajian An “E” di bantu oleh ibu guru saat berinteraksi
dengna perawat

J. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
hasil
1 Setelah di lakukan - Gunakan bahasa yang - Memudahkan pemahaman
tindakan keperawatan sederhana dan umum dan menghindari
selama 1x 24 jam di dalam berkomunikasi kebingungan akibat
harapkan anak dapat sehari-hari bahasa yang berubah-
menyebutkan 1-2 ubah
kosa kata dengan - Gunakan diverifikasi - Diverifikasi bahasa dapat
artikulasi yang jelas bahasa sesuai dengan di berikan jika
dengan kriteria hasil : tingkat kematangan dan kemampuan anak sudah
- anak dapat pengetahuan anak. matang seperti setelah
menyebutkan 1-2 umur 9 tahun
kata dengan
- Lakukan komunikasi secara
artikulasi yang jelas - Komunikasi yang

Keperawatan Jiwa II Page 20


Anak dapat komprehendif baik verbal komprehensif akan
memahami kata maupun non verbal memperbanyak jumlah
sampai kalimat stimulus yang di terima
dengan jelas anak sehingga akan
memperkuat memori anak
terhadap suatu kata

- Anak lebih suka


- Berikan;lebih banyak kosa
mendengarkan kata-kata
kata merkipun anak belum
dari pada mengucapkan
mampu mengucapkan
dengan benar
2 Setelah di lakukan - Ajarkan pasien ubtuk - Sebagai komunkasi
tindakan keperawatan meminta bantuan dengan denga orang lain dalam
selama 1x 24 jam di gerakan bila perlu mencegah keadaaan
harapkan anak dan yang daurat
keluarga dapat saling - Ajarkan klien dan - Sebagai upaya menjaga
memahami keluarga pengguanaan dan mempermudah
komunikasi yang di metode alternative saat komunikasi antara
lakukan dengan anak berkomunikasi pasien dan orang lain
dengan criteria hasil dan lingkungan
- Keluarga dapat
mengetahui apa
yang di inginkan
- Jelaskan kepada orang tua
anak - Sebagai media dan
mengenai pentinggnya
taktik alternative dalam
menggunkan komunikasi
berkomunikasi dengan
visual atau dengan bahasa
pasien atau klien
isyarat

K. IMPLEMENTASI
Dx Hari/tanggal Intervensi Respon hasil

1 Rabu - Mencoba berkomunikasi Anak terlihat sedikit


02-12-2015 menggunakan bahasa yang memahami apa yang di
08:00 sederhana dan umum dalam sampaikan perawat

Keperawatan Jiwa II Page 21


berkomunikasi sehari-hari

- Menggunakan diverifikasi Anak sudah mulai bisa


09:15
bahasa sesuai dengan tingkat mengucapkan kata meskipun
kematangan dan pengetahuan dengan artikulasi yang kurang
anak. jelas
10:34
- Melakukan komunikasi secara Anak sudah mampu memahami
komprehensif baik verbal beberapa kata dengan bantuan
maupun non verbal bahas isyarat
11:00
- Memberikan lebih banyak kosa Anak mampu mengulang
kata beberapa kata

12:05
- memberikan lebih banyak kosa Anak mampu mengulang
kata beberapa kata
13:00

- Mencoba menggunakan di Anak sudah memahami 2 kosa


verifikasi bahasa kata.
13:45

- Memberikan lebih banyak kosa Anak mampu mengingat 1


kata kosa kata dengan artikulasi
yang jelas
- 2 Kamis - Mengajarkan klien untuk - Anak memahami apa
04-12-2015 meminta bantuan dengan yang di sampaikan
08:00 gerakan bila perlu perawat

12:00 - Memberikan pendidikan - Keluarga memamhami


kepada keluarga tentang apa yang di sampaikan
pentingnya berkomunikasi perawat
dengan isyarat

12:35 - Mengajarkan klien dan - Keluarga memahami apa


keluarga menggunakan yang di sampaikan oleh
metode alternative saat perawat sehingga klien

Keperawatan Jiwa II Page 22


berkomunikasi dan keluarga klien
memilih sarana
handphone sebagai
alternative
berkomunikasi.

- Menjelaskan kepada
13:25 - Keluarga klien dapat
keluarga klien pentinggnya
mengerti 2 kosa kata
berbahasa isyarat dalam
dalam menggunakan
berkomunikasi dengan anak
bahasa isyarat.

L. EVALUASI
Dx Hari/ Tanggal dx Evaluasi Paraf
1 Rabu 1 S: _
03-12-2015 O:
- Anak sedikit memahami Wenty
beberapa kata dengan bantuan
isyarat
- Anak sudah mampu
mengulang beberapa kata ,
mengucapkan dan memahami
2 kosa kata
- Anak sudah memahami 2 kosa
kata
A : maslah teratasi sebagian
P: intervensi di lanjutkan
- Memberikan lebih banyak
kosa kata
- Melakukan komprehensif baik
verbal maupun non verbal
- Menggunakan bahasa sederhan
dalam komunikasi sehari- hari

Keperawatan Jiwa II Page 23


2 Kamis S :_
04-12-2015 O:
- anak memahami apa yang di
sampaikan perawat meskipun
dengan beberapa bantuan Wenty
bahasa isyrat
- keluarga klien memahami
apa yang di sampaikan
perawat tentang pemntingnya
mempelajari bahasa non
verbal
- keluarga klien dapat mengerti
1-2 kosa kata dalam
terjemahan isyarat
A:masalah teratasi sebagian
P: intervensi di lanjutkan
- ajarkan keluarga berbahasa
isyarat
- mencari alternative –
alternative lain dalam
berkomunikasi

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata
“Anak Luar Biasa (ALB)” yang menandakan adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan
khusus mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Karena
karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan
khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka.

Anak berkebutuhan khusus (ABK) ini ada dua kelompok, yaitu: ABK temporer
(sementara) dan permanen (tetap). Adapun yang termasuk kategori ABK temporer meliputi:
anak-anak yang berada di lapisan strata sosial ekonomi yang paling bawah, anak-anak jalanan
(anjal), anak-anak korban bencana alam, anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau

Keperawatan Jiwa II Page 24


terpencil, serta anak-anak yang menjadi korban HIV-AIDS. Sedangkan yang termasuk
kategori ABK permanen adalah anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa,
tunalaras, Autis, ADHD (Attention Deficiency andHiperactivity Disorders), Anak
Berkesulitan Belajar, Anak berbakat dan sangat cerdas (Gifted), dan lain-lain.

Keperawatan Jiwa II Page 25


DAFTAR PUSTAKA

Fanu, James Le. Deteksi Dini Masalah-masalah Psikologi Anak. Alih Bahasa : Irham Ali
Saifuddin. Yogyakarta : Think (2007)
Smith, J. David. Inklusi, Sekolah Ramah untuk Semua. Alih Bahasa : Denis dan Enrica.
Jakarta : Nuansa (2006)
----. Kebijakan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Berkebutuhan Khusus. Jakarta : Dir.
Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Dir.Jend Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Depdiknas (2008)
Mangunsong, Frieda. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. (2009)
Pusponegoro, Hardiono D & Purboyo Solek. Apakah Anak Kita Autis, Deteksi Dini Tumbuh
Kembang Anak. Bandung : Yayasan Suryakanti (2003)

Keperawatan Jiwa II Page 26

Anda mungkin juga menyukai