Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

JENIS-JENIS DAN KARAKTERISTIK ANAK


BERKEBUTUHAN KHUSUS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen Pengampu: Drs. Marjuni, M.Pd.

Disusun oleh kelompok 1:


1. Kalyca Salsabila ( 1401419093 )
2. Lili Nurindah Sari ( 1401419218 )
3. Rhisma Dwi Aprillya ( 1401419321 )
Rombel 6A

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022

i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya. Sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah “ Jenis-jenis dan Karakteristik Anak Berkebutuhan
Khusus ” dengan baik dan tepat pada waktunya.

Makalah dengan judul “ Jenis-jenis dan Karakteristik Anak


Berkebutuhan Khusus ” ini, kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus yang diberikan oleh dosen pengampu.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan harapan dapat membantu pembaca
untuk lebih memahami tentang jenis-jenis dan karakteristik anak berkebutuhan
khusus.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan dan semaksimal


mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak atau sumber sehingga dapat
membantu memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah ikut berkontribusi di dalam
pembuatan makalah ini. Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karena itu, kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari
semua yang membaca makalah ini sehingga kami bisa melakukan perbaikan
makalah ini menjadi makalah yang baik dan benar.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat atau
menambah pengetahuan bagi pembaca.

19 Februari 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i

Kata Pengantar.................................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan.............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ......................................... 2


B. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus ........................................ 2
C. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus ..................................... 4

BAB III PENUTUP

A. Simpulan.......................................................................................... 11
B. Saran................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, istilah anak luar biasa yang kini
disebut sebagai anak berkebutuhan khusus masih disalah tafsirkan, yaitu anak luar
biasa selalu diartikan sebagai anak yang berkemampuan unggul atau berprestasi luar
biasa. Padahal pengertian anak luar biasa juga mengacu kepada pengertian yaitu anak
yang mengalami kelainan atau ketunaan, baik pada satu macam kelainan atau lebih
dari satu kelainan jenis kelainan.
Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan
(bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual, sosial-
emosional) dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan
anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Dengan demikian, meskipun seorang anak mengalami kelainan/ penyimpangan
tertentu, tetapi kelainan/penyimpangan tersebut tidak signifikan sehingga mereka
tidak memerlukan pelayanan pendidikan khusus, anak tersebut bukan termasuk anak
dengan kebutuhan khusus.
Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan secara
simpel sebagai anak yang lambat (slow) atau mengalami gangguan (retarded) yang
tidak akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya.
B. Rumusan Masalah
Ada pun rumusan masalah yang termuat dalam makalah ini sebagai berikut:
a. Apa itu anak berkebutuhan khusus?
b. Apa saja jenis-jenis anak berkebutuhan khusus?
c. Bagaimana karakteristik anak berkebutuhan khusus?
C. Tujuan
Ada pun tujuan penulisan dari makalah ini sebagai berikut:
a. Mengetahui pengertian anak berkebutuhan khusus.
b. Mengetahui jenis-jenis anak berkebutuhan khusus.
c. Mengetahui karakteristik anak berkebutuhan khusus.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus


Secara sederhana, anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai anak
yang memerlukan layanan khusus untuk dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan
baik. Hal tersebut mencakup anak-anak yang mengalami permasalahan maupun yang
memiliki kelebihan terkait tumbuh kembang yang kaitannya dengan intelegensi,
inderawi, dan anggota gerak. Seperti yang diungkapkan oleh Efendi (2006) bahwa
anak berkebutuhan khusus merupakan suatu kondisi yang berbeda dari rata-rata anak
pada umumnya. Perbedaan dapat berupa kelebihan maupun kekurangan. Dari adanya
perbedaan ini, akan menimbulkan berbagai akibat bagi penyandangnya. Heward
menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak dengan karakteristik
khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik (Rejeki & Hermawan, 2010).
B. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Anak dengan kebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang secara signifikan
(bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan (phaisik, mental-intelektual, social,
emosional) dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan
anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Dengan demikian, meskipun seorang anak mengalami kelainan/ penyimpangan
tertentu, tetapi kelainan/penyimpangan tersebut tidak signifikan sehingga mereka
tidak memerlukan pelayanan pendidikan khusus, anak tersebut bukan termasuk anak
dengan kebutuhan khusus. Ada bermacam-macam jenis anak dengan kebutuhan
khusus, adapun jenisnya adalah sebagai berikut :
1. Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan
Anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya, berupa kebutaan
menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-
alat bantu khusus masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
2. Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran
Anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga
tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal dan walaupun telah
diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar masih tetap memerlukan
pelayanan pendidikan khusus.
3. Tunalaras/Anak yang Mengalami Gangguan Emosi dan Perilaku.
Anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku
tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia
maupun masyarakat pada umumnya, sehingga merugikan dirinya maupun orang
lain, dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus demi kesejahteraan
dirinya maupun lingkungannya.

2
4. Tunadaksa/mengalami kelainan angota tubuh/gerakan
Anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak
(tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan
khusus.
5. Tunagrahita (retardasi mental)
Anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan
perkembangan mental jauh di bawah rata-rata (IQ dibawah 70) sehingga
mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial, dan
karenanya memerlukan layanan pendidikan khusus. Hambatan ini terjadi sebelum
umur 18 tahun.
6. Cerebral palsy
Gangguan/hambatan karena kerusakan otak (brain injury) sehingga
mempengaruhi pengendalian fungsi motorik.
7. Gifted (anak berbakat)
Anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreatifitas, dan
tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) diatas anak-anak seusianya
(anak normal).
8. Autistis
Gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada
sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial,
komunikasi dan perilaku.
9. Asperger
Secara umum performa anak Asperger Disorder hampir sama dengan anak
autisme, yaitu memiliki gangguan pada kemampuan komunikasi, interaksi sosial
dan tingkah lakunya. Namun gangguan pada anak Asperger lebih ringan
dibandingkan anak autisme dan sering disebut dengan istilah “ High-fuctioning
autism”. Hal-hal yang paling membedakan antara anak Autisme dan Asperger
adalah pada kemampuan bahasa bicaranya. Kemampuan bahasa bicara anak
Asperger jauh lebih baik dibandingkan anak autisme. Intonasi bicara anak
asperger cendrung monoton, ekspresi muka kurang hidup cendrung murung dan
berbibicara hanya seputar pada minatnya saja. Bila anak autisme tidak bisa
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, anak asperger masih bisa dan memiliki
kemauan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Kecerdasan anak
asperger biasanya ada pada great rata-rata keatas. Memiliki minat yang sangat
tinggi pada buku terutama yang bersifat ingatan/memori pada satu kategori.
Misalnya menghafal klasifikasi hewan/tumbuhan yang menggunakan nama-nama
latin.
10. Rett’s Disorder
Jenis gangguan perkembangan yang masuk kategori ASD. Aspek
perkembangan pada anak Rett’s Disorder mengalami kemuduran sejak menginjak
usia 18 bulan yang ditandai hilangnya kemampuan bahasa bicara secara tiba-tiba.
Koordinasi motorinya semakin memburuk dan dibarengi dengan kemunduran
dalam kemampuan sosialnya. Rett’s Disorder hampir keseluruhan penderitanya
adalah perempuan.

3
11. Attention deficit disorder with hyperactive (ADHD)
ADHD terkadang lebih dikenal dengan istilah anak hiperaktif, oleh karena
mereka selalu bergerak dari satu tempat ketempat yang lain. Tidak dapat duduk
diam di satu tempat selama ± 5-10 menit untuk melakukan suatu kegiatan yang
diberikan kepadanya. Rentang konsentrasinya sangat pendek, mudah bingung dan
pikirannya selalu kacau, sering mengabaikan perintah atau arahan, sering tidak
berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugas di sekolah. Sering mengalami kesulitan
mengeja atau menirukan ejaan huruf.
12. Lamban belajar (slow learner) :
Anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum
termasuk tunagrahita. Dalam beberapa hal mengalami hambatan atau
keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih
jauh lebih baik dibanding dengan yang tunagrahita, lebih lamban dibanding
dengan yang normal, mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang
untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik, dan
karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
13. Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik
Anak yang berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang secara nyata
mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus (terutama dalam hal
kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau matematika), diduga
disebabkan karena faktor disfungsi neugologis, bukan disebabkan karena factor
inteligensi (inteligensinya normal bahkan ada yang di atas normal), sehingga
memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak berkesulitan belajar spesifik
dapat berupa kesulitan belajar membaca (disleksia), kesulitan belajar menulis
(disgrafia), atau kesulitan belajar berhitung (diskalkulia), sedangkan mata
pelajaran lain mereka tidak mengalami kesulitan yang signifikan (berarti).
C. Karakteristik Anak Kebutuhan Khusus
1. Karakteristik dari anak dengan keterbelakang mental:
Secara kognitif anak tersebut sangat berbeda dengan anak normal, dari
penggolongan IQ nya saja mereka dapat dikategorikan sebagai:
- Keterbelakangan mental ringan (IQ= 55 – 69)
- Keterbelakangan mental sedang (IQ = 40 -54)
- Keterbelakangan mental berat (IQ = 25 – 39)
- Keterbelakangan mental sangat berat (IQ = di bawah 25)
Dengan derajat keterbelakang mental yang berbeda itu maka tingkatan dari
layanan dukungan buat merekapun menjadi berbeda pula (tabel terlampir).
Kemampuan memori, menggeneralisasi, motivasi, bahasa dan keterampilan
akademisnya menjadi terbatas.
 Secara sosial, banyak anak dengan keterbelakangan mental mengalami
kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
 Perilaku beradaptasi pun ada mengalami gangguan terutama dalam hal
komunikasi, merawat diri sendiri, keterampilan sosial, kehidupan sehari-hari,
menikmati waktu senggang, kesehatan dan keselamatan, kemampuan
mengarahkan diri, fungsi akademis, dan keterlibatan di masyarakat.

4
 Secara emosional, mereka seringkali terperosok dalam kondisi kesepian,
depresi.
 Secara fisik dan medis, biasanya tidak ada kondisi fisik dan medis yang sangat
berbeda dengan anak kebanyakan.
2. Karakteristik Gangguan Perilaku dan Emosi
Heward & Orlansky (1988) dalam Sunardi (1996) mengatakan seseorang
dikatakan mengalami gangguan perilaku apabila memiliki satu atau lebih dari lima
karakteristik berikut dalam kurun waktu yang lama, yaitu:
a. Ketidakmampuan untuk belajar yang bukan disebabkan oleh faktor
intelektualitas, alat indra maupun kesehatan.
b. Ketidakmampuan untuk membangun atau memelihara kepuasan dalam
menjalin hubungan dengan teman sebaya dan pendidik.
c. Tipe perilaku yang tidak sesuai atau perasaan yang di bawah keadaan
normal.
d. Mudah terbawa suasana hati (emosi labil), ketidakbahagiaan, atau depresi.
e. Kecenderungan untuk mengembangkan simtom-simtom fisik atau
ketakutan-ketakutan yang diasosiasikan dengan permasalahan-
permasalahan pribadi atau sekolah
Simptom gangguan emosi dan perilaku biasanya dibagi menjadi dua macam,
yaitu externalizing behavior dan internalizing behavior. Externalizingbehavior
memiliki dampak langsung atau tidak langsung terhadap orang lain, contohnya
perilaku agresif, membangkang, tidak patuh, berbohong, mencuri, dan kurangnya
kendali diri. Internalizing behavior mempengaruhi siswa dengan berbagai macam
gangguan seperti kecemasan, depresi, menarik diri dari interaksi sosial, gangguan
makan, dan kecenderungan untuk bunuh diri. Kedua tipe tersebut memiliki
pengaruh yang sama buruknya terhadap kegagalan dalam belajar di sekolah
(Hallahan & Kauffman, 1988; Eggen & Kauchak, 1997).
Lebih lanjut, Hallahan & Kauffman (1988) menjelaskan tentang karakteristik
anak dengan gangguan perilaku dan emosi, sebagai berikut:
a. Inteligensi dan Prestasi Belajar
Beberapa ahli, seperti dikutip oleh Hallahan dan Kauffman, 1988.
menemukan bahwa anak-anak dengan gangguan ini memiliki inteligensi di
bawah normal (sekitar 90) dan beberapa di atas bright normal.
b. Karakteristik Sosial dan Emosi. Agresif, acting-out behavior
(externalizing)
Conduct disorder (gangguan perilaku) merupakan permasalahan yang
paling sering ditunjukkan oleh anak dengan gangguan emosi atau perilaku.
Perilaku-perilaku tersebut seperti: memukul, berkelahi, mengejek,
berteriak, menolak untuk menuruti permintaan orang lain, menangis,
merusak, vandalisme, memeras, yang apabila terjadi dengan frekuensi
tinggi maka anak dapat dikatakan mengalami gangguan. Anak normal lain
mungkin juga melakukan perilakuperilaku tersebut tetapi tidak secara
impulsif dan sesering anak dengan conduct disorder.
c. Immature, withdrawl behavior (internalizing)

5
Anak dengan gangguan ini, menunjukkan perilaku immature (tidak
matang atau kekanak-kanakan) dan menarik diri. Mereka mengalami
keterasingan sosial, hanya mempunyai beberapa orang teman, jarang
bermain dengan anak seusianya, dan kurang memiliki ketrampilan sosial
yang dibutuhkan untuk bersenang-senang. Beberapa di antara mereka
mengasingkan diri untuk berkhayal atau melamun, merasakan ketakutan
yang melampaui keadaan sebenarnya, mengeluhkan rasa sakit yang sedikit
dan membiarkan “penyakit” mereka terlibat dalam aktivitas normal. Ada
diantara mereka mengalami regresi yaitu kembali pada tahap-tahap awal
perkembangan dan selalu meminta bantuan dan perhatian, dan beberapa
diantara mereka menjadi tertekan (depresi) tanpa alasan yang jelas
(Hallahan dan Kauffman, 1988).
3. Karakteristik Tunaganda
Prilaku - prilaku yang dapat dianggap bahwa anak tersebut mengalami
gangguan Tunaganda adalah sebagai berikut :
a. Kurang komunikasi atau sama sekali tidak dapat berkomunikasi
Banyak yang tidak dapat berbicara, bila ada komunikasi mereka tidak
merespon. ini menyebakan pelayanan pendidikan menjadi sulit.
b. Perkembangan motorik dan fisik terbelakang
Sebagian besar anak tuna ganda mempunyai keteratasan dalam
mobilitas fisik. Contoh :  tidak dapat berjalan.
c. Sering mempunyai prilaku aneh dan tidak bertujuan
Contoh : menggosok-gosok jari ke wajah, melukai diri.
d. Kurang dalam keterampilan menolong diri sendiri.
Contoh : tidak dapat mengurus diri sendiri misalnya makan, berpakaian .
e. Jarang berprilaku dan berinteraksi yang sifatnya kontruktif
4. Karakteristik Gangguan Kesulitan Belajar
Berikut adalah karakteristik anak yang mengalami kesulitan belajar dalam
membaca, menulis dan berhitung:
a. Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)
- Perkembangan kemampuan membaca terlambat.
- Kemampuan memahami isi bacaan rendah.
- Kalau membaca sering banyak kesalahan.
- Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2
dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya.
- Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca.
- Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang.
- Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
b. Anak yang mengalami kesulitan berhitung (diskalkula)
- Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan.
- Sering salah membilang dengan urut.
- Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan
5, 3 dengan 8, dan sebagainya.

6
- Sulit membedakan bangun-bangun geometri.
5. Karakteristik Anak dengan Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa
Karakteristik anak berbakat ditinjau dari segi akademik, sosial/emosi, dan
fisik/kesehatan.
a. Karakteristik Akademik
Adapun karakteristik yang dimiliki oleh seorang anak berbakat,
diantaranya:
- Memiliki ketekunan dan rasa ingin tahu yang benar.
- Keranjinan membaca.
- Menikmati sekolah dan belajar.
- Memiliki perhatian yang lama terhadap suatu bidang akademik
khusus.
- Memiliki pemahaman yang sangat maju tentang konsep, metode, dan
terminologi dari bidang akademik khusus.
- Mampu mengaplikasikan berbagai konsep dari bidang akademik
khusus  yang dipelajari pada aktivitas-aktivitas bidang lain.
- Kesediaan mencurahkan sejumlah besar perhatian dan usaha untuk
mencapai standar yang lebih tinggi dalam suatu bidang akademik.
- Memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik
dan motivasi yang tinggi untuk berbuat yang terbaik.
- Belajar dengan cepat dalam suatu bidang akademik khusus.
- Mudah menyerap pelajaran.
Salah satu contoh yang digambarkan oleh Kirk (1986) bahwa  seorang
anak berbakat berusia 10 tahun, ia memiliki kemampuan akademik dalam
hal membaca sama dengan anak normal usia 14 tahun, dan berhitung
sama dengan usia 11 tahun, anak ini memiliki keberbakatan dalam
membaca. 
b. Karakteristik Sosial
Ada beberapa ciri individu yang memiliki keberbakatan sosial, yaitu:
- Diterima oleh mayoritas dari teman-teman sebaya dan orang dewasa.
- Keterlibatan mereka dalam berbagai kegiatan sosial, mereka
memberikan sumbangan positif dan konstruktif.
- Kecenderungan dipandang sebagai juru pemisah dalam pertengkaran
dan pengambil kebijakan oleh teman sebayanya.
- Memiliki kepercayaan tentang kesamaan derajat semua orang dan
jujur.
- Perilakunya tidak defensif dan memiliki tenggang rasa.
- Bebas dari tekanan emosi dan mampu mengontrol ekspresi emosional
sehingga relevan dengan  situasi.
- Mampu mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya dan
orang dewasa.

7
- Mampu merangsang perilaku produktif bagi orang lain, dan
- Memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menanggulangi situasi
sosial dengan cerdas, dan humor.
Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa anak yang berbakat dalam hal
social dan emosi, bahwa seorang anak berusia 10 tahun memperlihatkan
kemampuan penyesuaian sosial dan emosi (sikap periang, bersemangat,
kooperatif, bertanggung jawab, mengerjakan tugasnya dengan baik,
membantu temannya yang kurang mampu dan akrab dalam bermain).
Sikap-sikap yang diperlihatkannya itu sama dengan sikap anak normal
usia 16 tahun.
c. Karakteristik Fisik/Kesehatan
Dalam segi fisik, anak berbakat memperlihatkan :
- Memiliki penampilan yang menarik dan rapi.
- Kesehatannya berada lebih baik  atau di atas rata-rata, (studi
longitudinal Terman dalam Samuel A. Kirk, 1986). Dicontohkan pula
oleh Kirk bahwa seorang anak berbakat usia 10 tahun memiliki tinggi
dan berat badan sama dengan usianya. Yang  menunjukkan perbedaan
adalah koordinasi geraknya sama dengan anak normal usia 12 tahun.
Mereka juga memperlihatkan sifat rapi.
- Karakteristik anak berbakat secara umum, seperti yang dikemukakan
oleh Renzulli, 1981 (dalam Sisk,  1987) menyatakan bahwa
keberbakatan (giftedness) menunjukkan keterkaitan antara 3 kelompok
ciri-ciri, yaitu (a) kemampuan kecerdasan jauh di atas rata-rata, (b)
kreativitas tinggi dan (c) tanggung jawab atau pengikatan diri terhadap
tugas (task commitment). Masing-masing ciri mempunyai peran yang
menentukan.
- Seseorang dikatakan berbakat intelektual jika mempunyai inteligensia
tinggi. Sedangkan kreativitas adalah sebagai kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru, memberikan gagasan baru,
kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan yang baru antara
unsur-unsur yang sudah ada. Demikian pula berlaku bagi pengikatan
diri terhadap tugas. Hal inilah yang mendorong seseorang untuk tekun
dan ulet meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan 
karena ia telah mengikatkan diri pada tugas atas kehendaknya sendiri.
d. Karakteristik Intelektual-Kognitif
- Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan
yang tidak lazim, pikiran-pikiran kreatif.
- Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi
suatu konsep yang utuh.
- Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.
- Mampu menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal
yang sederhana dan mudah dipahami.

8
- Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.
- Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa.
- Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu
mengartikulasikannya dengan baik.
- Biasanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau
merangkai kata-kata.
- Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang
diberikan.
- Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.
- Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau
sains.
- Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.
- Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.
- Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.
- Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam
waktu yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan yang
lainnya.
e. Karakteristik Persepsi/Emosi
- Sangat peka perasaannya.
- Menunjukkan gaya bercanda atau humor yang tidak lazim (sinis, tepat
sasaran dalam menertawakan sesuatu hal tapi tanpa terasa dapat
menyakiti perasaan orang lain).
- Sangat perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain (peka
dengan sesuatu yang tidak dirasakan oleh orang-orang lain).
- Memiliki perasaan yang dalam atas sesuatu.
- Peka dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan sekitar (suara,
aroma, cahaya).
- Pada umumnya introvert.
- Memandang suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang.
- Sangat terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru.
- Alaminya memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak
lain.
f. Karakteristik Motivasi dan Nilai-Nilai Hidup
- Menuntut kesempurnaan dalam melakukan sesuatu (perfectionistic).
- Memiliki dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri
dan orang lain.
- Memiliki rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.
- Sangat mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak
terpengaruh oleh hadiah atau pujian dari luar untuk melakukan sesuatu
(self driven).

9
- Selalu berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari
makna hidup.
- Melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit
dipahami orang lain.
- Senang menghadapi tantangan, pengambil risiko, menunjukkan
perilaku yang dianggap “nyerempet-nyerempet bahaya” .
- Sangat peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran,
integritas.
- Memiliki minat yang beragam dan terentang luas.
g. Karakteristik Aktifitas
- Punya energi yang seolah tak pernah habis, selalu aktif beraktifitas dari
satu hal ke hal lain tanpa terlihat lelah.
- Sulit memulai tidur tapi cepat terbangun, waktu tidur yang lebih sedikit
dibanding anak normal Sangat waspada.
- Rentang perhatian yang panjang, mampu berkonsentrasi pada satu
persoalan dalam waktu yang sangat lama.
- Tekun, gigih, pantang menyerah.
- Cepat bosan dengan situasi rutin, pikiran yang tidak pernah diam,
selalu memunculkan hal-hal baru untuk dilakukan.
- Spontanitas yang tinggi.

10
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Anak dengan kebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang secara signifikan (bermakna)
mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual, social, emosional)
dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain
seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

Ada beberapa jenis-jenis anak berkebutuhan khusus, meliputi anak tunarungu, anak
tunanetra, anak tunalaras, anak tunagrahita, anak tunadaksa, anak cerebral palsy, Gifted
(anak berbakat), anak autistis, anak Asperger, Rett’s Disorder, Attention deficit
disorder with hyperactive (ADHD), lamban belajar (slow learner) , dan anak yang
mengalami kesulitan belajar spesifik

Ada banyak klasifikasi anak berkebutuhan khusus, mencakup anak-anak yang kelainan
fisik, mental emosional, maupun masalah akademik. Dan setiap anak yang memilki
keterbelakangan memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak yang normal. Setiap
anak yang berkebutuhan khusus memiliki karakteristik masing-masing yang berbeda-
beda.

B. Saran
Sebagai calon guru sebaiknya kita mempelajari dan menguasai materi mengenai jenis-
jenis dan karakteristik anak berkebutuhan khusus dimana ketika kita terjun langsung di
dunia pendidikan, nantinya kita akan menghadapi anak-anak yang lahir dalam keadaan
normal dan juga anak yang lahir dengan kebutuhan khususnya sehingga kita sudah
dapat memberikan treatment yang tepat sesuai dengan jenis dan karakteristiknya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Suparno. 2007. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Departemen Pendidikan nasional,


Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Nisa, K., Mambela, S., & Badiah, L. I. (2018). Karakteristik dan kebutuhan anak
berkebutuhan khusus. Jurnal Abadimas Adi Buana, 2(1), 33-40.
Nurjannah, Siti. 2015. Anak Berkebutuhan Khusus.
http://httpnurjannah.blogspot.co.id/2015/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html.

12

Anda mungkin juga menyukai