Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Di Susun Oleh :

Asri Kalidupa Lusy AspuriNugrahaningrum


Fahman M Hi Harun Nisaul Farihah
Feni Widyanita Paulina Devung
Ismawati Pramudani RimisWiler
Jetro De Araudjo Lopes Yuli Uswatu Khasanah

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA
2019-2020
Kata Pengantar

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberkati kami
sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih bagi
seluruh pihak yang telah membantu kami dalam proses penyelesaian makalah ini.
Mengakui keterbatasan kami dalam menyusun makalah ini, maka dengan rendah
hati mohon kritik dan saran yang membangun sehingga dapat membantu kami di
kesempatan lain dalam menyusun makalah. Tidak semua hal dapat kami hadirkan dengan
sempurna dalam makalah ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan
kemampuan yang kami miliki.
Dengan menyelesaikan makalah ini kami mengharapkan banyak manfaat. Semoga
dengan adanya makalah tentang “Anak Berkebutuhan Khusus” ini dapat memberi
gambaran pengetahuan yang cukup serta menjadi panduan yang berguna dalam
pelaksanaan pembelajaran.
Akhir kata, dengan rendah hati kami sekali lagi mengucapkan terima kasih banyak
kepada semua pihak yang telah membantu, dan khusus kepada dosen mata kuliah karena
telah mendorong kami dengan memberikan tugas membuat makalah, dan ini merupakan
pembelajaran yang sangat berarti bagi kami di masa yang akan datang.

Yogyakarta, 18 November 2019


DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................................................


Kata Pengantar .......................................................................................................................
Daftar Isi ................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................................................


B. Rumusan Masalah .........................................................................................................
C. Tujuan ...........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus .......................................................................


B. Jenis Jenis Anak Berkebututuhan Khusus ....................................................................
1. Anak Tuna Netra .......................................................................................................
2. Anak Tuna Rung .......................................................................................................
3. Anak Tuna Daksa ......................................................................................................
4. Anak Tuna Wicana ...................................................................................................
5. Kelainan Emosional ..................................................................................................
6. Keterbelakangan Mental ...........................................................................................
7. Psikoneurosis ............................................................................................................
8. Psikosis .....................................................................................................................
9. Psikopathi..................................................................................................................

C. Sebab-Sebab Anak Berkebutuhan Khusus ...................................................................

1. Peristiwa Pra Natal (dalam kandungan) ...................................................................

2. Natal (saat kelahiran) ...............................................................................................

3. Post Natal (setelah kelahiran) ..................................................................................

D. Cara Menangani Anak Berkebutuhan Khusus .............................................................


1. Penguatankondisi Mental Orang Tua .......................................................................

2. Dukungansoaial yang Memadai ................................................................................

3. Peranaktif Pemerintah ...............................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tidak setiap anak yang dilahirkan di dunia ini selalu mengalami perkembangan
normal.Banyak di antara mereka yang dalam perkembangannya mengalami hambatan, gangguan,
kelambatan, atau memiliki faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal
diperlukan penanganan atau intervensi khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai
anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa.
Dalam memahami anak berkebutuhan khusus atau anak luara biasa, sangat diperlukan
adanya pemahaman mengenai jenis-jenis kecacatan (anak berkebutuhan khusus) dan akibat-akibat
yang terjadi pada penderita. Anak berkebutuhan khusus disebut sebagai anak yang cacat
dikarenakan mereka termasuk anak yang pertumbuhan dan perkembangannya mengalami
penyimpangan atau kelainan, baik dari segi fisik, mental, emosi, serta sosialnya bila dibandingkan
dengan nak yang normal.
Karakteristik spesifik anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan dengan tingkat
perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensorik
motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi
social, serta kreatifitasnya.Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan
khusus, akan memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntut memiliki kemampuan beraitan
dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam beberapa aspek. Aspek-
aspek tersebut meliputi kemampuan berpikir, melihat, mendengar, berbicara, dan cara
besosialisasikan. Hal-hal tersebut diarahkan pada keberhasilan dari tujuan akhir pembelajaran,
yaitu perubahan perilaku kearah pendewasaan.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan anak berkebutuhan khusus?
2. Apa saja jenis-jenis anak berkebutuhan khusus?
3.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus (dulu di sebut sebagai anak luar biasa) di definisikan sebagai anak
yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan
mereka secara sempurna. Penyebutan sebagai anak berkebutuhan khusus, dikarenakn dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan pendidikan, layanan
sosial, layanan bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis layanan lainnya yang bersifat khusus.
Dalam percakapan sehari hari, anak berkebutuhan khusus dijuluki sebagai “orang luar
biasa“, dikarenakan mereka memiliki kelebihan yang luar biasa, misalnya orang yang terkenal
memiliki kemampuan intelektual yang luar biasa, memiliki kreatifitas yang tinggi dalam
melahirkan suatu temuan-temuan yang luar biasa dibidang iptek,religius, dan di bidang-bidang
kehidupan lainnya.
.
B. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Dalam dunia pendidikan, anak berkebutuhan khusus di klasifikasikan atas beberapa kelompok
sesuai dengan jenis kelainan anak. Berikut ini akan dijelaskan beberapa jenis-jenis anak
berkebutuhan khusus, sebagai berikut:
1. Anak Tuna Netra
Adalah anak yang mempunyai kekurangan secara indrawi, yakni indra penglihatan.
Meskipun indra penglihatannya bermasalah, intelegensi yang mereka miliki masih dalam taraf
normal. Hal-hal yang berhubungan dengan mata diganti dengan indra lain sebagai kompensasinya.
2. Anak Tuna Rungu
Adalah anak yang mempunyai kelainan pada pendengarannya. Mereka mengalami kesulitan
dalam berinteraksi dan bersosialisasi terhadap orang lain terhadap lingkungan termasuk
pendidikan dan pengajaran. Anak tuna rungu dibagi menjadi 2 yaitu, tuli (the deaf), dan kurang
dengar (hard of hearing).
3. Anak Tuna Daksa
Adalah anak yang mempunyai kelainan pada tubuhnya yakni kelumpuhan. Anak yang
mengalami kelumpuhan ini disebabkan karena polio dan gangguan pada syaraf motoriknya.[2]
4. Anak Tuna Wicara
Adalah anak yang mengalami kelainan pada proses berbicara atau berbahasa. Anak yang
seperti ini mengalami kesulitan dalam berbahasa atau berbicara sehingga tidak dapat dimengerti
oleh orang lain.
5. Kelainan Emosi
Adalah anak yang mengalami gangguan pada tingkat emosinya. Hal ini berhubungan dengan
masalah psikologisnya. Anak yang mengalami kelainan emosi ini dibagi menjadi 2 macam yaitu:
a. Gangguan Prilaku, ciri-cirinya yaitu:
1) Suka mengganggu di kelas
2) Tidak sabaran, terlalu cepat beraksi
3) Tidak menghargai orang lain
4) Suka menentang
5) Suka menyalahkan orang lain
6) Sering melamun.
b. Gangguan Konsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder), gejala-gejalanya terjadi paling sedikit
selama 6 bulan. Gejala-gejala tersebut diantaranya yaitu:
1) Tidak mendengarkan orang lain berbicara
2) Sering gagal dalam memperhatikan objek tertentu
3) Sering tidak melaksanakan perintah dar orang lain.
c. Anak Hiperaktif (ADHD/Attention Deficit with Hiperactivity Disorder), gejala-gejalanya yaitu:
1) Tidak bisa diam
2) Ketidakmampuan untuk member perhatian yang cukup lama
3) Hiperaktivitas
4) Canggung
6. Keterbelakangan Mental
Adalah anak yang memiliki mental yang sangat rendah, selalu membutuhkan bantuan orang
lain karena tidak mampu mengurus dirinya sendiri, kecerdasannya terbatas, apatis, serta
perhatiannya labil. Berdasarkan intelegensinya, anak yang terbelakang mentalnya terbagi menjadi
beberapa bagian yaitu:
a. Idiot, yaitu anak yang paling rendah taraf intelegensinya (IQ > 20), perkembangan jiwanya tidak
akan bertambah melebihi usia 3 tahun, meskipun pada dasarnya usianya sudah remaja atau dewasa.
b. Imbesil, yaitu anak yang mempunyai (IQ 20-50), perkembangan jiwanya dapat mencapai usia 7
tahun, bisa diajari untuk memelihara diri sendirivdalam kebutuhan yang paling sederhana.
c. Debil atau moron, yaitu anak yang mempunyai (IQ 50-70), keterbelakangan Debil tidak separah
dua jenis diatas. Perkembangan jiwanya dapat mencapai hingga 10 ½ tahun. Orang Debil ini dapat
memenuhi kebutuhannya sendiri.
7. Psikoneurosis
Anak yang mengalami psikoneurosis pada dasarnya adalah anak yang normal. Mereka hanya
mengalami ketegangan pribadi yang terus menerus, selain itu mereka tidak bisa mengatasi
masalahnya sendiri sehingga ketegangan tersebut tidak kunjung reda.[3]Psikoneurosis ini dibagi
menjadi 3 yaitu:
a. Psikoneurosis kekhawatiran, Adalah anak yang mempunyai rasa khawatir yang berlebihan dan
tidak beralasan.
b. Histeris, adalah anak yang secara tidak sadar melumpuhkan salah satu anggota tubuhnya,
sesunguhnya secara organis tidak mengalami kelainan.
c. Psikoneurosis obsesif, adalah anak yang memiliki pikiran-pikiran dan dorongan-dorongan tertentu
yang terus menerus.
8. Psikosis
Psikosis disebut juga dengan kelainan kepribadian yang besar karena seluruh kepribadian
orang yang bersangkutan terkena dan orang tersebut tidak dapat hidup dengan normal.[4]

9. Psikopathi
Adalah kelainan tingkah laku, maksudnya penderita psikopathi ini tidak dapat
memperdulikan norma-norma sosial. Mereka selalu berbuat semaunya sendiri tanpa
mempertimbangkan kepentingan orang lain, hingga sering sekali merugikan orang lain. Dan
penderita psikopathi ini tidak menyadari adanya kelainan pada dirinya.

C. Sebab-Sebab Anak Berkebutuhan Khusus


Ada tiga faktor yang menyebabkan anak berkebutuhan khusus yaitu:
1. Peristiwa Pra Natal (dalam kandungan)
Berbagai macam penyakit yang dapat menyebabkan kelainan pada janin saat ibu hamil
diantaranya adalah:
a. Keracunan darah (Toxaenia) pada ibu-ibu yang sedang hamil dapat menyebabkan janin tidak
memperoleh oksigen secara maksimal, sehingga mempengaruhi syaraf-syaraf otak yang dapat
menyebabkan gangguan pada sistem syaraf dan ketunaan pada bayi.
b. Infeksi karena penyakit kotor (penyakit kelamin / spilis yang diderita ayah atau ibu),
toxoplasmosis (dari virus binatang seperti bulu kucing), trachma dan tumor. Tumor dapat terjadi
pada otak yang berhubungan pada indera penglihatan akibatnya kerusakan pada bola mata dan
pendengaran akibatnya kerusakan dalam selaput gendang telinga.
c. Kekurangan vitamin atau kelebihan zat besi sehingga ibu keracunan yang mengakibatkan kelainan
pada janin yang menyebabkan gangguan pada mata. Juga kerusakan pada otak sehingga
menyebabkan terganggu fungsi berfikirnya atau verbal komunikasi, kerusakan pada organ telinga
sehingga hilangnya fungsi pendengaran.

2. Natal (saat kelahiran)


Pada saat terjadinya kelahiran yang mungkin hanya memakan waktu yang cukup singkat akan
tetapi jika penanganan yang tidak tepat akan mengancam perkembangan bayinya. Diantara nya
adalah:
1) Lahir prematur
2) Kelahiran yang dipaksa dengan menggunakan vacum
3) Proses kelahiran bayi sungsang.
3. Post Natal (setelah kelahiran)
Berbagai peristiwa yang dialami dalamkehidupannya seringkali dapat mengakibatkan
seseorang kehilangan salah satu fungsi organ tubuh atau fungsi otot dan syaraf. Bahkan dapat pula
kehilangan organ itu sendiri. Penyebab ketunaan yang terjadi setelah kelahiran diantaranya:
1) Terjadi insident
2) Kekurangan vitamin atau gizi
3) Penyakit panas tinggi dan kejang-kejang.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak berkebutuhan khusus (dulu di sebut sebagai anak luar biasa) di definisikan sebagai
anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi
kemanusiaan mereka secara sempurna. Penyebutan sebagai anak berkebutuhan khusus,
dikarenakan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan
pendidikan, layanan sosial, layanan bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis layanan lainnya
yang bersifat khusus.
Dalam penanganan anak berkebutuhan khusus, terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan,
diantaranya yaitu penguatan kondisi mental orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus,
dukungan sosial yang kuat dari tetangga dan lingkungan sekitar anak berkebutuhan khusus
tersebut, dan yang terakhir adalah peran aktif pemerintah dalam menjadikan pelayanan kesehatan
dan konsultasi bagi anak berkebutuhan khusus.

B. Saran
Setelah mengetahui dan memahami segala sesuatu hal yang berhubungan dengan anak
berkebutuhan khusus, sangat diharapkan bagi masyarakat indonesia terutama bagi para pendidik
dalam menyikapi dan mendidik anak yang menyandang berkebutuhan khusus dengan baik dan
sesuai dengan yang diharapkan. Karena pada dasarnya anak seperti itu bukan malah dijauhi akan
tetapi didekati dan diperlakukan sama dengan manusia normal lainnya akan tetapi caranya yang
berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
Sarlito, Wirawan Sarwono, 2010, Pengantar Psikologi Umum, Jakarta: Rajawali Pers.
Dariyo, Agoes, 2007, Psikologi Perkembangan anak 3 tahun pertama, bandung: Revika
Aditama.
An, Mahfud, TT, Petunjuk Mengatasi Stres, Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Ahmadi, Abu, 2008, Psikologi Belajar, jakarta: Rineka Cipta.

Pohon maslah
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Selama beberapa tahun terakhir ini bangsa Indonesia banyak menghadapi masalah kekerasan,
baik yang bersifat masal maupun yang dilakukan secara individual. Masyarakat mulai merasa
resah dengan adanya berbagai kerusuhan yang terjadi dibeberapa daerah di Indonesia. Kondisi
seperti ini membuat perempuan dan anak-anak menjadi lebih rentan untuk menjadi korban
kekerasan.
Bentuk kekerasan terhadap perempuan bukan hanya kekerasan secara fisik, akan tetapi dapat
juga meliputi kekerasan terhadap perasaan atau psikologis, kekerasan ekonomi, dan juga
kekerasan seksual. Hal ini sesuai dengan pendapat Hayati (2000) yang mengatakan bahwa
kekerasan pada dasarnya adalah semua bentuk perilaku, baik verbal maupun non-verbal, yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, terhadap seseorang atau sekelompok orang
lainnya, sehingga menyebabkan efek negatif secara fisik, emosional, dan psikologis terhadap
orang yang menjadi sasarannya.
Kasus perkosaan yang marak terjadi di Indonesia , menunjukkan bahwa pelaku tidak hanya
menyangkut pelanggaran hukum namun terkait pula dengan akibat yang akan dialami oleh
korban dan timbulnya rasa takut masyarakat secara luas. Akibat dari ini di Indonesia secara
normatif tidak mendapatkan perhatian selayaknya, hal ini disebabkan oleh karena hukum pidana
(KUHP) masih menempatkan kasus perkosaan ini sama dengan kejahatan konvensional lainnya,
yaitu berakhir sampai dengan dihukumnya pelaku. Kondisi ini terjadi oleh karena KUHP masih
mewarisi nilai-nilai pembalasan dalam KUHP.
Dari sudut pandang ini maka menghukum pelaku menjadi tujuan utama dalam proses peradilan
pidana, oleh karena itu semua komponen dalam proses peradilan pidana mengarahkan perhatian
dan segala kemampuannya untuk menghukum si pelaku dengan harapan bahwa dengan
dihukumnya pelaku dapat mencegah terulangnya tindak pidana tersebut dan mencegah pelaku
lain untuk tidak melakukan perbuatan yang sama ini dan masyarakat merasa tentram karena
dilindungi oleh hukum, seperti yang ada dalam KUHP pada pasal 285 yaitu “Barang siapa yang
dengan kekerasan atau dengan ancaman memaksa perempuan yang bukan istrinya bersetubuh
dengan dia, karena perkosaan, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua belas tahun”
Adapun yang dimaksud dengan tindakan perkosaan adalah tindakan yang melanggar hukum.
Tindakan perkosaan tersebut telah merugikan orang lain yaitu orang yang telah diperkosa
tersebut. Seperti yang sudah ada dalam KUHP Ancaman hukuman dalam pasal 285 ini ialah pria
yang memaksa wanita, dimana wanita tersebut bukan istrinya dan pria tersebut telah bersetubuh
dengan dia dengan ancaman atau perkosaan.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas apa yang dimaksud dengan tindak pidana perkosaan. Maka
masyarakat harus bisa berhati-hati dan lebih waspada terhadap tindak pidana perkosaan dan
kasus pemerkosaan menjadi masalah yang harus segera dibenahi di Indonesia agar tidak merusak
citra dan moral bangsa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu perkosaan ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkosaan
2. Perkosaan adalah persetubuhan yang tidak sah oleh seorang pria terhadap seorang wanita
yang dilakukan dengan paksaan dan bertentangan dengan kehendak wanita yang bersangkutan.
Pada kalimat ini terdapat unsur- unsur yang lebih lengkap, yaitu meliputi persetubuhan yang
tidak sah, seorang pria, terhadap seorang wanita, dilakukan dengan paksaan dan bertentangan
dengan kehendak wanita tersebut.
3. Perkosaan adalah perbuatan hubungan kelamin yang dilakukan oleh seorang pria terhadap
seorang wanita bukan istrinya dan tanpa persetujuannya, dilakukan ketika wanita tersebut
ketakutan atau di bawah kondisi ancaman lainnya. Definisi hampir sama dengan yang tertera
pada KUHP pasal 285.
B. Macam-macam pemerkosaan
1. Pemerkosaan saat berkencan
Pemerkosaan saat berkencan adalah hubungan seksual secara paksa tanpa persetujuan antara
orang-orang yang sudah kenal satu sama lain, misalnya teman, anggota keluarga, atau pacar.
Kebanyakan pemerkosaan dilakukan oleh orang yang mengenal korban.
2. Pemerkosaan dengan obat
Banyak obat-obatan digunakan oleh pemerkosa untuk membuat korbannya tidak sadar atau
kehilangan ingatan.
3. Pemerkosaan wanita
Walaupun jumlah tepat korban pemerkosaan wanita tidak diketahui, diperkirakan 1 dari 6 wanita
di AS adalah korban serangan seksual. Banyak wanita yang takut dipermalukan atau disalahkan,
sehingga tidak melaporkan pemerkosaan. Pemerkosaan terjadi karena si pelaku tidak bisa
menahan hasrat seksualnya melihat tubuh wanita
4. Pemerkosaan massal
Pemerkosaan massal terjadi bila sekelompok orang menyerang satu korban. Antara 10% sampai
20% pemerkosaan melibatkan lebih dari 1 penyerang. Di beberapa negara, pemerkosaan massal
diganjar lebih berat daripada pemerkosaan oleh satu orang.
5. Pemerkosaan terhadap laki-laki
Diperkirakan 1 dari 33 laki-laki adalah korban pelecehan seksual. Di banyak negara, hal ini tidak
diakui sebagai suatu kemungkinan. Misalnya, di Thailand hanya laki-laki yang dapat dituduh
memperkosa.

6. Pemerkosaan anak-anak
Jenis pemerkosaan ini adalah dianggap hubungan sumbang bila dilakukan oleh kerabat dekat,
misalnya orangtua, paman, bibi, kakek, atau nenek. Diperkirakan 40 juta orang dewasa di AS, di
antaranya 15 juta laki-laki, adalah korban pelecehan seksual saat masih anak-anak.
7. Pemerkosaan dalam perang
Dalam perang, pemerkosaan sering digunakan untuk mempermalukan musuh dan menurunkan
semangat juang mereka. Pemerkosaan dalam perang biasanya dilakukan secara sistematis, dan
pemimpin militer biasanya menyuruh tentaranya untuk memperkosa orang sipil.
8. Pemerkosaan oleh suami/istri
Pemerkosaan ini dilakukan dalam pasangan yang menikah. Di banyak negara hal ini dianggap
tidak mungkin terjadi karena dua orang yang menikah dapat berhubungan seks kapan saja.
Dalam kenyataannya banyak suami yang memaksa istrinya untuk berhubungan seks. Dalam
hukum islam, seorang istri dilarang menolak ajakan suami untuk berhubungan seksual, karena
hal ini telah diterangkan di hadits nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Akan tetapi suami dilarang
berhubungan seksual dengan istri lewat dubur dan ketika istri sedang haids.
C. Faktor-faktor terjadinya pemerkosaan
Berikut faktor-faktor terjadinya permasalahan pemerkosaan adalah sebagai berikut :
1. Faktor intern yaitu:
a. Keluarga,
b. Ekonomi keluarga,
c. Tingkat pendidikan,
d. Agama/moral,
2. Faktor ekstern,meliputi :
a. lingkungan sosial,
b. perkembangan ipteks,
c. kesempatan,
D. Dampak Sosial
Korban perkosaan dapat mengalami akibat yang sangat serius baik secara fisik maupun secara
kejiwaan (psikologis). Akibat fisik yang dapat dialami oleh korban antara lain:
1. kerusakan organ tubuh seperti robeknya selaput dara, pingsan, meninggal;
2. korban sangat mungkin terkena penyakit menular seksual (PMS);
3. kehamilan tidak dikehendaki.
Perkosaan sebagai salah satu bentuk kekerasan jelas dilakukan dengan adanya paksaan baik
secara halus maupun kasar. Hal ini akan menimbulkan dampak sosial bagi perempuan yang
menjadi korban perkosaan tersebut. Hubungan seksual seharusnya dilakukan dengan adanya
berbagai persiapan baik fisik maupun psikis dari pasangan yang akan melakukannya. Hubungan
yang dilakukan dengan cara tidak wajar, apalagi dengan cara paksaan akan menyebabkan
gangguan pada perilaku seksual (Koesnadi, 1992). Sementara itu, korban perkosaan berpotensi
untuk mengalami trauma yang cukup parah karena peristiwa perkosaan tersebut merupakan suatu
hal yang membuat shock bagi korban. Goncangan kejiwaan dapat dialami pada saat perkosaan
maupun sesudahnya.Goncangan kejiwaan dapat disertai dengan reaksi-reaksi fisik (Taslim,
1995). Secara umum peristiwa tersebut dapat menimbulkan dampak jangka pendek maupun
jangka panjang. Keduanya merupakan suatu proses adaptasi setelah seseorang mengalami
peristiwa traumatis (Hayati, 2000). Korban perkosaan dapat menjadi murung, menangis,
mengucilkan diri, menyesali diri, merasa takut, dan sebagainya

Tanda-tanda orang yang mengalami pemerkosaan tersebut adalah:


1. sedih, suasana hati depres;
2. kurangnya nafsu makan dan berat badan berkurang, atau meningkatnya nafsu makan dan
bertambahnya berat badan;
3. kesukaran tidur (insomnia): tidak dapat segera tidur, tidak dapat kembali tidur sesudah
terbangun pada tengah malam, dan pagi-pagi sesudah terbangun; atau adanya keinginan untuk
tidur terus-menerus;
4. perubahan tingkat aktivitas;
5. hilangnya minat dan kesenanga n dalam aktivtas yang biasa dilakukan;
6. kehilangan energi dan merasa sangat lelah;
7. konsep diri negatif; menyalahkan diri sendiri, merasa tidak berguna dan bersalah;
8. sukar berkonsentrasi, seperti lamban dalam berpikir dan tidak mampu memutuskan sesuatu;
9. sering berpikir tentang bunuh diri atau mati. Menurut Georgette (dalam Warshaw, 1994)
sindrom tersebut dialami oleh korban, baik korban perkosaan dengan pelaku yang dikenal
maupun pelaku adalah orang asing.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkosaan sebagai salah satu bentuk kekerasan jelas dilakukan dengan adanya paksaan baik
secara halus maupun kasar. Pemerkosaan terjadi tidak semata-mata karena ada kesempatan,
namun pemerkosaan dapat terjadi karena pakaian yang dikenakan korban menimbulkan hasrat
pada sipelaku untuk melakukan tindakan pemerkosaan, serta pemerkosaan bisa juga disebabkan
karena rendahnya rasa nilai, moral, asusila dan nilai kesadaran beragama yang rendah yang
dimiliki pelaku pemerkosaan. Hal ini akan menimbulkan dampak sosial bagi perempuan yang
menjadi korban perkosaan tersebut.
Bentuk kekerasan terhadap perempuan bukan hanya kekerasan secara fisik, akan tetapi dapat
juga meliputi kekerasan terhadap perasaan atau psikologis, kekerasan ekonomi, dan juga
kekerasan seksual. Kekerasan pada dasarnya adalah semua bentuk perilaku, baik verbal maupun
non-verbal, yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, terhadap seseorang atau
sekelompok orang lainnya, sehingga menyebabkan efek negatif secara fisik, emosional, dan
psikologis

DAFTAR PUSTAKA

Abar, A. Z & Tulus Subardjono. 1998. Perkosaan dalam Wacana Pers National, kerjasama PPK
& Ford Foundation. Yogyakarta.
Davison, G. C, and Neale, J. M. 1990. Abnormal Psychology. New York: John Wiley & Sons.
Harkrisnowo, H. 2000. Hukum Pidana Dan Perspektif Kekerasan Terhadap Perempuan
Indonesia. Jurnal Studi Indonesia Volume 10 (2) Agustus 2000.
Haryanto. 1997. Dampak Sosio-Psikologis Korban Tindak Perkosaan Terhadap Wanita.
Yogyakarta: Pusat Studi Wanita Universitas Gadjah Mada.
Diposting oleh Unknown
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Pohon masalah
A. Latar Belakang
Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan dan berpengaruh sangat besar
terhadap perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga memerlukan
organisasi tersendiri dan perlu kepala rumah tangga sebagai tokoh penting yang memimpin keluarga disamping
beberapa anggota keluarga lainnya. Anggota keluarga terdiri dari Ayah, ibu, dan anak merupakan sebuah satu
kesatuan yang memiliki hubungan yang sangat baik. Hubungan baik ini ditandai dengan adanya keserasian
dalam hubungan timbal balik antar semua anggota/individu dalam keluarga. Sebuah keluarga disebut harmonis
apabila seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai dengan tidak adanya konflik, ketegangan,
kekecewaan dan kepuasan terhadap keadaan (fisik, mental, emosi dan sosial) seluruh anggota keluarga.
Keluarga disebut disharmonis apabila terjadi sebaliknya.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Kekerasan dalam Rumah Tangga ?
b. Apa saja bentuk-bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga ?

PEMBAHASAN

A. Kekerasan dalam Rumah Tangga


Kekerasan dalam Rumah Tangga seperti yang tertuang dalam Undang-undang No.23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, memiliki arti setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Tindak kekerasan yang dilakukan suami terhadap isteri sebenarnya merupakan unsur yang berat dalam
tindak pidana, dasar hukumnya adalah KUHP (kitab undang-undang hukum pidana) pasal 356 yang secara garis
besar isi pasal yang berbunyi:
“Barang siapa yang melakukan penganiayaan terhadap ayah, ibu, isteri
atau anak diancam hukuman pidana”

B. Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga


Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tindak kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga
dibedakan kedalam 4 (empat) macam :
a. Kekerasan fisik
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat. Prilaku
kekerasan yang termasuk dalam golongan ini antara lain adalah menampar, memukul, meludahi, menarik rambut
(menjambak), menendang, menyudut dengan rokok, memukul/melukai dengan senjata, dan sebagainya.
Biasanya perlakuan ini akan nampak seperti bilur-bilur, muka lebam, gigi patah atau bekas luka lainnya.
b. Kekerasan psikologis / emosional
Kekerasan psikologis atau emosional adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa
percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan / atau penderitaan psikis berat pada
seseorang.
Perilaku kekerasan yang termasuk penganiayaan secara emosional adalah penghinaan, komentar-
komentar yang menyakitkan atau merendahkan harga diri, mengisolir istri dari dunia luar, mengancam atau
,menakut-nakuti sebagai sarana memaksakan kehendak.
c. Kekerasan seksual
Kekerasan jenis ini meliputi pengisolasian (menjauhkan) istri dari kebutuhan batinnya, memaksa melakukan
hubungan seksual, memaksa selera seksual sendiri, tidak memperhatikan kepuasan pihak istri.
d. Kekerasan ekonomi
Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang
berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau
pemeliharaan kepada orang tersebut. Contoh dari kekerasan jenis ini adalah tidak memberi nafkah istri, bahkan
menghabiskan uang istri (http://kompas.com., 2006).

C. Faktor-Faktor Penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga


Strauss A. Murray mengidentifikasi hal dominasi pria dalam konteks struktur masyarakat dan keluarga, yang
memungkinkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (marital violence) sebagai berikut:
a. Pembelaan atas kekuasaan laki-laki
Laki-laki dianggap sebagai superioritas sumber daya dibandingkan dengan wanita, sehingga mampu
mengatur dan mengendalikan wanita.
b. Diskriminasi dan pembatasan dibidang ekonomi
Diskriminasi dan pembatasan kesempatan bagi wanita untuk bekerja mengakibatkan wanita (istri)
ketergantungan terhadap suami, dan ketika suami kehilangan pekerjaan maka istri mengalami tindakan
kekerasan.
c. Beban pengasuhan anak
Istri yang tidak bekerja, menjadikannya menanggung beban sebagai pengasuh anak. Ketika terjadi hal yang
tidak diharapkan terhadap anak, maka suami akan menyalah-kan istri sehingga tejadi kekerasan dalam rumah
tangga.
d. Wanita sebagai anak-anak
Konsep wanita sebagai hak milik bagi laki-laki menurut hukum, mengakibatkan kele-luasaan laki-laki untuk
mengatur dan mengendalikan segala hak dan kewajiban wanita. Laki-laki merasa punya hak untuk melakukan
kekerasan sebagai seorang bapak melakukan kekerasan terhadap anaknya agar menjadi tertib.
e. Orientasi peradilan pidana pada laki-laki
Posisi wanita sebagai istri di dalam rumah tangga yang mengalami kekerasan oleh suaminya, diterima
sebagai pelanggaran hukum, sehingga penyelesaian kasusnya sering ditunda atau ditutup. Alasan yang lazim
dikemukakan oleh penegak hukum yaitu adanya legitimasi hukum bagi suami melakukan kekerasan sepanjang
bertindak dalam konteks harmoni keluarga.

KESIMPULAN

Seharusnya seorang suami dan istri harus banyak bertanya dan belajar, seperti membaca buku yang
memang isi bukunya itu bercerita tentang bagaimana cara menerapkan sebuah keluarga yang sakinah,
mawaddah dan warahmah.

Di dalam sebuah rumah tangga butuh komunikasi yang baik antara suami dan istri, agar tercipta sebuah
rumah tangga yang rukun dan harmonis. Jika di dalam sebuah rumah tangga tidak ada keharmonisan dan
kerukunan diantara kedua belah pihak, itu juga bisa menjadi pemicu timbulnya kekerasan dalam rumah tangga.
Seharusnya seorang suami dan istri bisa mengimbangi kebutuhan psikis, di mana kebutuhan itu sangat
mempengaruhi keinginan kedua belah pihak yang bertentangan. Seorang suami atau istri harus bisa saling
menghargai pendapat pasangannya masing-masing.

Seperti halnya dalam berpacaran. Untuk mempertahankan sebuah hubungan, butuh rasa saling
percaya, pengertian, saling menghargai dan sebagainya. Begitu juga halnya dalam rumah tangga harus dilandasi
dengan rasa saling percaya. Jika sudah ada rasa saling percaya, maka mudah bagi kita untuk melakukan
aktivitas. Jika tidak ada rasa kepercayaan maka yang timbul adalah sifat cemburu yang kadang berlebih dan
rasa curiga yang kadang juga berlebih-lebihan. Tidak sedikit seorang suami yang sifat seperti itu, terkadang
suami juga melarang istrinya untuk beraktivitas di luar rumah. Karena mungkin takut istrinya diambil orang atau
yang lainnya. jika sudah begitu kegiatan seorang istri jadi terbatas. Kurang bergaul dan berbaur dengan orang
lain. Ini adalah dampak dari sikap seorang suami yang memiliki sifat cemburu yang terlalu tinggi. Banyak contoh
yang kita lihat dilingkungan kita, kajadian seperti itu. Sifat rasa cemburu bisa menimbukan kekerasan dalam
rumah tangga.

Maka dari itu, di dalam sebuah rumah tangga kedua belah pihak harus sama-sama menjaga agar tidak
terjadi konflik yang bisa menimbulkan kekerasan. Tidak hanya satu pihak yang bisa memicu konflik di dalam
rumah tangga, bisa suami maupun istri. Sebelum kita melihat kesalahan orang lain, marilah kita berkaca pada
diri kita sendiri. Sebenarnya apa yang terjadi pada diri kita, sehingga menimbulkan perubahan sifat yang terjadi
pada pasangan kita masing-masing.

CONTOH KASUS

Contoh Kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga yang terjadi dimasyarakat :


Contoh kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga yang kami ambil adalah Kekerasan dalam Rumah
Tangga yang dialami oleh Cici Paramida. Dimana dalam kasus KDRTnya ini, wajah Cici Paramida babak
belur akibat peristiwa penabarakan yang diduga dilakukan suaminya, Suhaebi. Peristiwa itu sendiri berawal
ketika Cici yang mencurigai suaminya membawa perempuan lain mencoba mengejar mobil suaminya hingga
ke kawasan puncak, Kabupaten Bogor. Saat kedua mobil tiba di kawasan Gang Semen, Jalan Raya Puncak,
Cisarua, mobil Cici menyalip.
Cici kemudian turun dari mobil. “Saat dia mau mendekati mobil itu, tiba-tiba mobil digas sehingga
menyerempet Cici. Akibatnya Cici Paramida tampak terluka di bagian wajah dan lengan seperti bekas
tersenggol. Kemudian atas Kekerasan yang dilakukan oleh Suhebi, Cici melaporkan tindakan kekerasan itu
polisi.
Dari contoh kasus diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa seorang suami seharusnya menjaga
kepercayaan yang diberikan oleh istrinya. Suatu hubungan akan berjalan harmonis apabila sebuah pasangan
dilandasi dengan percaya kepada pasangannya. Namun kejadian ini tidak akan terjadi apa bila sang istri
menanyaka secara baik baik kepada suaminya. Apakah benar ia bersama perempuan lain atau hanya sekedar
rekan kerjanya.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang tentang Penghapusan KDRT No. 23 tahun 2004,


Kenapa Laki-Laki Melakukan Tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT)? http://www.erwinmiradi.com/kenapa-laki-l... #erwinmiradi.com
Kekerasan pada Istri dalam rumah tangga
http://maureenlicious.wordpress.com/2011/04/28/kekerasan-pada-istri-dalam-rumah-tangga/
KDRT Cici Paramida, Suheaby diperiksa Polisi

Anda mungkin juga menyukai