KELAS : 3 F
KELOMPOK 2
2021
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang lagi maha pengasih lagi maha penyayang ,kami
panjatkan Puji syukur atas kehadirat-Nya,yang telah melimpahkan rahmat hidayah, dan
inayahnya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Observasi Pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus di SLB Negeri Kota Gorontalo.
Adapun Laporan ini disusun guna memenuhi tugas dari ibu Dr. Asni Ilham, M.Si mata kuliah
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Laporan ini telah kami usahakan semaksimal mungkin
dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan
ini.
Tentunya kami memohon maaf apabila dalam penyusunan laporan ini terdapat kekurangan,
untuk itu kami sangat terbuka terhadap berbagai kritikan sebagai bentuk penyempurna laporan
ini. Semoga kedepan laporan ini dapat bermanfaat sebagai bahan ajar mata kuliah Pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
JUDUL.................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1. Latar belakang............................................................................................................ 1
2. Rumusan masalah...................................................................................................... 1
3. Tujuan ....................................................................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN................................................................................................... 2
1. Profil sekolah............................................................................................................. 15
2. Data observasi............................................................................................................ 15
BAB IV : PENUTUP............................................................................................................ 24
1. Kesimpulan................................................................................................................ 24
2. Saran.......................................................................................................................... 24
LAMPIRAN....................................................................................................................... 26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna adalah manusia. Tetapi sering kali
manusia kurang bersyukur atas pemberian Tuhan. Terkadang mereka sampai melakukan
oprasi untuk memperindah bentuk tubuhnya atau agar mereka terlihat cantik atau tampan.
Bahkan ada juga yang sampai melakukan oprasi untuk mengubah jenis kelamin. Mereka
tidak pernah menyadari bahwa masih ada orang-orang diluar sana yang kurang beruntung
dibandingkan dirinya, misalnya saja orang-orang yang berkebutuhan khusus. Orang
menciptakan orang-orang berkebutuhan khusus bukan tanpa alasan. Melainkan Tuhan ingin
menyadarkan makhluk-makhluknya untuk tidak sombong dan selalu bersyukur.
Orang-orang yang berkrbutuhan khusus sering diolok-olok dan dikucilkan. Padahal
mereka juga memiliki hak yang sama dengan orang-orang nornal pada umumnya. Mereka
juga mempunyai hak untuk menuntut ilmu, akan tetapi mereka tidak bisa sekolah di sekolah
umum, melainkan di sekolah khusus untuk orang-orang yang berkebutuhan khusus (SLB).
Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi kita agar selelu bersyukur, karena
Tuhan menciptakan kita dengan kesempurnaan. Bukan hanya itu, kita juga hars bisa
menghargai mereka dengan tidak mengucilkan atau mengolok-oloknya.
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian dari anak berkebutuhan khusus.
2. Dapat mengetahui jenis-jenis dari anak berkebutuhan khusus.
3. Dapat mengetahui sistem pembelajaran yang digunakan untuk anak yang berkrbutuhan
khusus.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
Anak berkebutuhan khusus atau ABK adalah anak yang secara signifikan berbeda
dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka yang secara fisik,
psikologis, kognitif, atau sosial terhambat salam mencapai tujuan-tujuan / kebutuhan dan
potensinya secara maksimal meliputi mereka yang tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat,
mempunyai gangguan bicara, cacat tubuh, retardasi mental, gangguan emosional. Juga anak
anak yang berbakat dengan intelegensi tinggi, dapat dikategorikan sebagai anak khusus
karena memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga profesional (Suran dan Rizzo,
1979).
Frieda Mangunsong dalam buku “ Psikologi dan Pendidikan ABK”, 2009:4 Anak
Berkebutuhan Khusus atau AnakLuar Biasa adalah anak yang menyimpang dari rata-rata
anak normal dalam hal : ciri-ciri mental, kemampuan-kemampuan sensorik, fisik dan
neuromaskular, perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi, maupun
kombinasi dua atau lebih dari hal-hal diatas; sejauh ia memerlukan modifikasi dari tugas-
tugas sekolah, metode belajar atau pelayanan terkait lainnya, yang ditujukan untuk
pengembangan potensi atau kapasitasnya secara maksikmal.
v
penyesuaian sesuai dengan kebutuhaan dari anak ABK tersebut. Untuk itu maka sebagai
seorang guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai cara memberikan
layanan yang baik terhadap anak berkebutuhan khusus agar mereka dapat berkembang secara
optimal.
vi
Perlakuan yang kurang wajar dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang
berada di sekitarnya menyebabkan munculnya beberapa efek negatif seperti :
1) Perasaan rendah diri dan merasa diasingkan oleh keluarga atau masyarakat
2) Perasaan cemburu dan salah sangka diperlakukan tidak adil
3) Kurang menguasai irama gaya bahasa.
Meskipun demikian sesuai dengan kemampuannya, pelajaran bahasa perlu
diajarkan sebaik – baiknya, karena pergaulan biasa, apalagi komunikasi modern
sangat memerlukan penguasaan baik secara aktif maupun pasif.
Ciri – Ciri khas dari segi emosi
Kekurangan bahasa lisan dan tulisan seringkali menyebabkan siswa tuna rungu akan
menafsirkan sesuatu negative atau salah dalam hal pengertiannya. Hal ini disebabkan
karena tekanan pada emosinya
2. Tuna Daksa
Tunadaksa merupakan istilah lain dari cacat tubuh/tunafisik, yaitu berbagai
kelainan bentuk tubuh yang mengakibatkan kelainan fungsi dari tubuh untuk melakukan
gerakan-gerakan yang dibutuhkan. Anak tunadaksa sering disebut juga dengan istilah
anak cacat tubuh, cacat fisik, dan cacat ortopedi. Istilah tunadaksa berasal dari
kata tuna yang berarti rugi atau kurang dan daksa yang berarti tubuh. Maka, tunadaksa
adalah anak yang memiliki anggota tubuh tidak sempurna, sedangkan istilah cacat tubuh
dan cacat fisik dimaksudkan untuk menyebut anak cacat pada anggota tubuhnya.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya tunadaksa, antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Faktor kelahiran
Beberapa masalah dalam kelahiran yang menyebabkan tunadaksa yaitu, Pinggul ibu
yang terlalu sempit membuat bayi menjadi sulit keluar dan terjepit. Pemberian injeksi
yang berlebihan untuk mendorong bayi keluar mempengaruhi sistem saraf otaknya.
Treatment untuk mengeluarkan bayi yang dilakukan secara ditarik juga mempengaruhi
saraf bayi.
b. Faktor kecelakaan
Faktor kecelakaan bisa menjadi hal yang utama penyebab tunadaksa pada seseorang.
Kecelakaan bisa terjadi pada masa bayi, misalnya terjatuh pada saat digendong. Bisa juga
vii
terjadi pada saat anak sudah bisa berjalan, misal terjatuh dari tangga, terjatuh dari sepeda
atau mengalami kecelakaan dengan orang lain.
c. Terkena virus
Tunadaksa juga bisa disebabkan oleh virus yang mungkin menggerogoti tubuhnya.
Sehingga salah satu atau beberapa organ tubuh menjadi tidak berfungsi. Misalnya polio
dan beberapa virus lainnya.
Karakteristik anak yang tunadaksa
Adapun karakeristik anak tunadaksa, sebagai berikut:
a. Karakeristik Akademik
Pada umumnya tingkat kecerdasan anak tunadaksa yang mengalami kelainan pada
sistem otot dan rangka adalah normal, sehingga dapat mengikuti pelajaran yang sama
dengan anak normal, adapun anak tunadaksa yang mengalami kelainan pada sistem
cerebral, tingkat kecerdasannya berentang mulai dari tingkat idiocy sampai dengan gifted.
3. Anak Autisme
Anak autis adalah kondisi anak yang mengalami gangguan perkembangan fungsi otak
yang mencakup bidang sosial dan afektif, komunikasi verbal dan non-verbal, imajinasi,
fleksibilitas, minta, kognisi dan atensi. Ini suatu kelainan dengan ciri perkembangan yang
terlambat atau yang abnormal dari hubungan sosial dan bahasa. Hembing (2002, 1),
viii
menyatakan bahwa autis adalah gangguan perkembangan pada anak yaitu gangguan
perkembangan neurobiologis yang disertai dengan beberapa masalah seperti masalah
autoiminitas, gangguan pencernaan, dysbiosis pada usus, gangguan integrasi sensori,
keracunan logam berat, ketidakseimbangan asam amino dalam tubuh, jamur candida,
bocor usus, abnormalitas sosial dan komunikasi, keterbatasan aktivitas dan minat serta
masalah neorologis lainnya. Jadi anak autis adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan fungsi otan yang ditandai dengan adanya kesulitan pada kemampuan
interaksi sosial, komunikasi dengan lingkungan, perilaku dan adanya keterlambatan pada
bidang akademis.
Jenis-jenis Autis
Berdasarkan waktu munculnya gangguan perkembangan autis dapat dibedakan
sebagai berikut:
1) Autis sejak lahir
Gejala ini dapat di deteksi sejak umur 4-6 bulan, namun biasanya orangtua baru
tahu setelah anak berumur 2 tahun. Dicurigai adanya keterlambatan bicara dan
jika dapat diketahui sejak lahir maka peluang sembuh lebih besar.
2) Autis Regresif
Perkembangan anak sejak lahir normal seperti anak lainnya, tetapi setelah 1,5- 2
Tahun ada kemunduran dengan perkembangannya. Beberapa keterampilan yang
telah diperoleh tiba-tiba hilang dan muncul kemampuan baru. Kontak mata hilang
saat berbicara dengan orang lain, biasanya orang tua menyadari ketika umur anak
2 tahun dan membawanya ke dokter.
Sementara itu, Yatim (2002) mengelompokkan anak autis menjadi 3 jenis sebagai
berikut:
3) Autis persepsi
Autis persepsi dianggap autisme asli dan disebut juga autisme internal
(endogenous) karena kelainan sudah timbul sebelum lahir. Gejala yang dapat
diamati sebagai berikut:
Rangsangan dari luar yang kecil maupun yang kuat, akan menibulkan
kecemasan. Tubuh akan mengadakan mekanisme dan reaksi pertahanan
hingga terlihat pengembangan masalah.
ix
Banyaknya pengaruh rangsangan dari orang tua, tidak bisa ditentukan. Orang
tua tidak ingin peduli terhadap kebingungan dan kesengsaraan anak,
Pada kondisi begini orang tua baru peduli atas kelainan anaknya sambil
menimbulkan rangsangan-rangsangan yang dapat memperat kebingungan
anak,
Pada saat ini si bapak menyalahkan si ibu karena kurang memiliki kepekaan
naluri keibuan. Si bapak tidak menyadari halk tersebut malah memperberat
kebingungan anak.
4) Autis Reaktif
Pada autis reaktif penderita membuat gerakan-gerakan tertentu yang berulang-
ulang dan kadang-kadang disertai kejang-kejang.
5) Autis yang timbul kemudian
Kelainan di kenal setelah anak agak besar, sehingga sulit memberikan pelatihan
dan pendidikan untuk mengubah perilaku yang sudah melekat.
Penyebab Anak Autisme
Gangguan autistik disebabkan oleh:
Family (2 % pada saudara kandung lain),
Abnormalitas kromosom,
Prenatal, adanya beberapa penyakit tertentu seperti : Rubella, sipilis, Tuberus
sclerosis,
Neonatal, Lahir dengan alat bantu, premature, berat bayi lahir rendah, usia
kandungan yang kurang dari 9 bulan,
Pascanatal, jatuh pada syaraf tertentu maka pada hati-hati kalau jatuh jangan
sampai terkena kepala atau tulang belakang, dan penyakit tertentu seperti sipilis,
Anak autisme dapat diketahui faktor penyebabnya 20-30 %.
Karakteristik Anak Autis
Karakteristik anak autis merupakan prilaku khas yang meliputi pengetahuan, sikap
atau ucapan yang sering ditunjukkan jika dihadapkan pada suatu objek atau situasi
tertentu yang dapat mendorong tertunjuknya prilaku tersebut. Karakteristik anak
autisme disebut juga dengan trias autistik yang meliputi tiga gangguan yaitu:
x
Gangguan atau keanehan dalam berinteraksi dengan lingkungan (orang
sekitar, obyek dan situasi)
Gangguan dalam kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal
Gangguan atau keanehan dalam berprilaku motorik, minat yang terbatas dan
respon sensoris yang kurang memadai.
2.3 Layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
1. Bentuk Layanan
Menurut Hallahan dan Kauffman (1991) bentuk penyelenggaraan pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus ada berbagai pilihan :
Regular Class Only (Kelas biasa dengan guru biasa)
Regular Class with Consultation (kelas biasa dengan konsultan guru PLB)
Intinerant Teacher (kelas biasa dengan guru kunjung)
Resource Teacher ( guru sumber, yaitu kelas biasa dengan guru biasa, namun
dalam beberapa kesempatan anak berada diruang sumber dengan guru sumber)
Pusat Diagnostik-Prescriptif
Hospital or Homebound Instruction (pendidikan di rumah atau di rumah sakit,
yakni kondisi anak yang memungkinkan belum masuk kesekolah biasa)
Self Contained Class (kelas khusus disekolah biasa bersama guru PLB)
Special Day School (sekolah luar biasa tanpa asrama)
Recidential School (sekolah luar biasa berasrama)
Bentuk layanan anak berkebutuhan khusus dikelompokkan menjadi 3 yaitu;
1) Bentuk Layanan Pendidikan Segregasi
Model layanan ini adalah merupakan system pendidikan yang paling tua. Pada
awal penyelenggaraan system ini dikarenakan adanya kekhawatiran atau keraguan
terhadap kemampuan anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama dengan anak
normal. Model layanan pendidikan segregasi merupakan system pendidikan yang
terpisah dari system pendidikan anak normal.
Model layanan pendidikan segregasi merupakan system pendidikan yang
terpisah dari system pendidikan anak normal. Pendidikan anak berkebutuhan khusus
melalui system segregasi maksudnya adalah penyelenggaraan pendidikan yang
xi
dilaksanakan secara khusus, dan terpisah dari penyelengaraan pendidikan untuk anak
normal, seperti Sekolah Luar Biasa.
a. Sekolah Luar Biasa (SLB) Sekolah ini merupakan bentuk sekolah yang paling tua yang
berbentuk unit pendidikan, yaitu artinya dalam penyelenggaraan sekolah mulai dari
tingkat persiapan sampai dengan tingkat lanjutan diselenggarakan dalam satu unit sekolah
dengan satu kepala sekolah. Pada awalnya penyelenggaraan sekolah dalam bentuk unit
ini berkembang sesuai dengan kelainan yang ada, seperti tanggung jawab SLB
terdekatnya. Tenaga guru yang bertugas di kelas tersebut berasal dari guru SLB-SLB di
dekatnya.
b. Sekolah Dasar Luar Biasa Dalam rangka menuntaskan kesempatan belajar bagi anak
berkebutuhan khusus, pemerintah mulai Pelita II menyelenggarakan Sekolah Dasar Luar
Biasa (SDLB). Di SDLB merupakan unit sekolah yang terdiri dari berbagai kelainan
yang dididik dalam satu atap. Dalam SDLB terdapat anak tunanetra , tunarungu,
tunagrahita, dan tunadaksa. Kurikulum yang digunakan di SDLB adalah kurikulum yang
digunakan di SLB untuk tingkat dasar yang disesuaikan dengan kekhususannya. Kegiatan
belajar dilakukan secara individual, kelompok, dan klasikal sesuai dengan ketunaan
masing-masing. Pendekatan yang dipakai juga lebih kependekataan individualisasi.
Selain diberikan pembelajaran juga mereka direhabilitasi sesuai dengan ketunaannya
masing-masing.
c. Sekolah luar biasa berasrama Sekolah luar biasa berasrama merupakan bentuk sekolah
luar biasa yang dilengkapi dengan fasilitas asrama. Peserta didik SLB berasrama tinggal
di asrama. Pengelolaan asrama menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan sekolah,
sehingga di SLB tersebut ada tingkatan persiapan, tingkat dasar dan tingkat lanjut serta
unit asrama. Bentuk satuan pendidikannya juga sama dengan bentuk SLB sehingga ada
SLB-A untuk anak tunanetra, SLB-B untuk anak tunadaksa, SLB-C untuk anak tunalaras
serta SLB-AB untuk anak tunanetra dan tunarungu.
d. Kelas jauh/kelas kunjung Kelas jauh/kelas kunjung adalah lembaga yang disediakan
untuk memberi pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang tinggal jauh
dari SLB atau SDLB. Penyelenggaraan kelas jauh/kelas kunjung merupakan
xii
kebijaksanaan pemerintah dalam rangka menuntaskan wajib belajar serta pemerataan
kesempatan belajar. Dengan adanya kelas jauh/kelas kunjung ini diharapkan layanan
pendidikan anak berkebutuhan khusus semakin luas.
2) Bentuk Layanan Pendidikan Terpandu/Integrasi
Bentuk pendidikan terpadu/integrasi dapat disebut juga system pendidikan terpadu,
yang system pendidikanya dibaur antara anak berkebutuhan khusus dengan anak
biasa (normal) di sekolah umum. Sistem ini memberikan kesempatan kepada anak
berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-sama dengan anak normal dalam suatu
atap. Adapun keterpaduanya bisa bersifat menyeluruh, sebagai, atau keterpaduan
dalam rangka sosialisasi.
Adapun bentuk keterpaduanya munurut Depdiknas (1980) ada tiga jenis yaitu: bentuk
kelas biasa , kelas biasa dengan ruang bimbingan khusus, dan bentuk kelas khusus.
a. Bentuk Kelas Biasa Pada bentuk keterpaduaan ini anak berkebutuhan khusus
belajar dikelas biasa secara penuh dengan menggunakan kurikulum biasa.
Oleh sebab itu sangat diharapakan adanya pelayanan dan bantuan guru kelas
atau guru kelas atau guru bidang studi semaksimal mungkin dengan
memperhatikan petunjuk-petunjuk khusus dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar di kelas biasa. Metode, pendekatan dan, cara penilaian yang
digunakan pada kelas biasa ini tidak berbeda dengan yang digunakan pada
sekolah umum. Tetapi untuk beberapa mata pelajaran harus disesuaikan
dengan ketentuanya. Bentuk keterpaduan ini disebut juga keterpaduan yang
bersifat penuh/menyeluruh.
b. Kelas Biasa Dengan Bimbingan Khusus Pada bentuk keterpaduan ini anak
berkebutuhan khusus belajar dikelas biasa dengan menggunakan kurikulum
biasa serta mengikuti pelajaran khusus untuk mata pelajaran tertentu yang
tidak dapat diikuti oleh anak berkebutuhan khusus bersama anak normal.
Pelaksanaanya diberikan diruang bimbingan khusus yang dilengkapi dengan
peralatan khusus untuk memberikan latihan oleh guru pembimbing khusus
(GPK), dengan menggunakan pendekatan individu dan metode peragaan
sesuai. Bentuk keterpaduaan ini biasa disebut keterpadauan yang bersifat
sebagaian.
xiii
c. Bentuk Kelas Khusus Pada bentuk ini anak berkebutuhan khusu mengikuti
pendidikan dengan menggunakan kurikulum SLB Secara penu dikelas khusus
pada sekolah umum yang melaksanakan program pendidikan terpadu. Guru
pembimbing khusus berfungsi sebagai pelaksanaan program dikelas khusus.
Pendekatan, metode dan cara penilaian menggunakan format yang biasa
digunakan SLB. Keterpaduan pada tinggkat ini hanya bersifat fisik dan sosial,
artinya anak berkebutuhan khusus dapat dipadukan untuk kegiatan yang
bersifat non akademik. Bentuk keterpaduan ini adalah keterpaduan dalam
rangka sosialisasi
xiv
BAB III
HASIL OBSERVASI
xv
Tinggi badan : 114 cm
Berat badan : 38 kg
Golongan darah :o
Penyakit yang pernah diderita : demam tinggi
Hoby : membaca
Cita-cita :Guru
Profil orang tua
Nama ayah : Jainudin
Umur :50thn
Pend.terakhir : SMA
Pekerjaan ayah : petani
Agama : islam
Nama ibu : Soleha
Umur :49 thn
Pend.terakhir : SMA
Pekerjaan Ibu : ibu rumah tangga
Agama :islam
B.A adalah seorang anak yang berkebutuhan khusus, yang bersekolah di SLBN
Gortalo yang beralamat di Jl Beringin Kec. Dungingi. Pada saat ini, siswa tersebut
berada di kelas 3.B,A lahir tidak normal atau dikenal dengan lahir prematur sehingga
mengalami kelumpuhan pada kakinya. Pertumbuhan dan perkembangan B.A juga
tidak berjalan dengan baik jika dilihat dari bentuk fisik B.A. Kelumpuhan B.A ini
membuat Bayu tidak bisa berjalan dengan normal seperti kakak dan adiknya. B.A
berjalan sengan merangkak menggunakan kedua tangan dan kedua kakinya yang
kurang sempurna. Sedikit demi sedikit akhirnya BA bisa berjalan tetapi berbeda
dengan anak yang lainnya. Bayu berjalan seperti kelainan kaki ”Leter X”, itupun
harus dibantu oleh orang lain dan biasa juga merambat lewat tembok atau pagar.
Kondisi tubuh B,A sering melemah karena sering sakit-sakitan seperti penyakit Flek,
Mimisan, Flu, Batuk dan Pusing seperti yang dialami ke-3 saudaranya yang lain. Ini
dikarenakan faktor keturunan dari ibunya yang juga mengalami kelemahan secara
fisik. Walaupun berkelainan Bayu tetap memiliki cita-cita. Dia senang menekuni
xvi
bidang kesenian khususnya bernyanyi dan bermain gamelan. Tak menyangka disisi
kelemahannya ada banyak potensi yang dia miliki yang bisa dia kembangkan menjadi
sesuatu yang luar biasa. Selain itu, ia juga ingin menjadi seorang dokter menunjukkan
bahwa ia memiliki cita-cita yang tinggi dalam hidupnya. Hidup adalah proses, jika
bisa melewati langkah demi langkah dan mampu mengatasi pasti berhasil dan
mencapai tujuan yaitu sukses
2. Hasil Observasi Rahmatia Wulandari
Nama :B
Tempat tanggallahir :gorontalo, 6 febuari 2012
Jeniskelamin :laki-laki
Agama :islam
Status :anakkandung
Anakkedarijumlahsaudara :anakpertama
Namasekolah : SLB Negerikotagorontalo
Kelas :3
Alamat :kelurangandungingi
Tinggal :bersamadengankeduaorangtua
Keadaanrumah :baik
Tinggibadan : 119 cm
Beratbadan : 40 kg
Penyakit yang pernahdiderita :demam
Hobby :membaca
Cita-cita : pilot
Profil orang tua
Nama ayah :mukhtar
Umur : 54 tahun
Pend. Terakhir : SMA
Namaibu :nurlaela
Umur : 49
Pend. Terakhir : s1
Pekerjaanayah :petani
Pekerjaanibu : honor
Agama : islam
xvii
[07:40, 1/7/2021] Tia Wulandari: Karakteristik Anak Tunarungu
Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidakfungsian organ
pendengaran atau telinga seseorang anak. Kondisi ini menyebabkan mereka memiliki
karakteristik yang khas, berbeda dari anak normal pada umumnya. Beberapa
karakteristik anak tunarungu diantaranya adalah:
a. Segi Fisik
1) Cara berjalannya kaku dan agak membungkuk akibat terjadinya permasalahan
pada organ keseimbangan di telinga. Itulah sebabnya anak-anak tunarungu
mengalami kekurangan keseimbangan dalam aktivitas fisiknya.
2) Pernapasannya pendek dan tidak teratur. Anak-anak tunarungu tidak pernah
mendengarkan suara-suara dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana bersuara atau
mengucapkan kata-kata dengan intonasi yang baik, sehingga mereka juga tidak
terbiasa mengatur pernapasannya dengan baik, khususnya dalam berbicara.
3) Cara melihatnya agak beringas. Penglihatan merupakan salah satu indra yang
paling dominan bagi anak-anak penyandang tunarungu karena sebagian besar
pengalamannya diperoleh melalui penglihatan. Oleh karena itu anak-anak tunarungu
juga dikenal sebagai anak visual sehingga cara melihatnya selalu
menunjukkan keingintahuan yang besar dan terlihat beringas.
b. Segi Bahasa
1) Kosa kata yang dimiliki tidak banyak.
Fifi
2) Sulit mengartikan kata-kata yang mengandung ungkapan atau idiomatik.
3) Tata bahasanya kurang teratur
c. Intelektual
1) Kemampuan intelektualnya normal. Pada dasarnya anak-anak tunarungu tidak
mengalami permasalahan dalam segi intelektual. Namun akibat keterbatasan dalam
berkomunikasi dan berbahasa, perkembangan intelektualnya menjadi lamban
2) Perkembangan akademiknya lamban akibat keterbatasan bahasa. Sering terjadinya
keterlambanan dalam perkembangan intelektualnya akibat adanya hambatan dalam
berkomunikasi, dalam segi akademik anak tunarungu juga mengalami keterlambatan
d. Sosial-Emosional
1) Sering merasa curiga dan berprasangka. Sikap seperti ini terjadi akibat adanya
kelainan fungsi pendengarannya. Mereka tidak dapat memahami apa yang
dibicarakan orang lain sehingga anak-anak tunarungu menjadi mudah merasa curiga.
2) Sering bersikap agresif. Anak-anak tunarungu bersikap agresif karena mereka
merasa tidak bisa mengartikan apa yang dikatakan orang lain.
N (40) tak pernah menduga akan dikaruniai anak autis. Tapi apa daya, ia pun hanya bisa pasrah
kepada Tuhan. Hanya usaha yang bisa ia lakukan agar kelak putranya itu bisa hidup layaknya
anak normal. K adalah adalah anak pertama pernikahan N dengan U. Kini usianya beranjak 5
tahun. Kelainan pada bocah lelaki kelahiran gorontalo 1 Juni 2012 ini mulai nampak ketika ia
berusia dua tahun. Di usia itu ia belum bisa bicara dengan jelas. Namun hingga enam bulan
kemudian, K belum menampakkan perubahan. Bahkan, perilaku K tampak semakin tidak seperti
biasanya. Hal inilah yang akhirnya menyadarkan N bahwa ia perlu memeriksakan apa
sebenarnya yang terjadi pada anaknya itu. Karena kurangnya informasi tentang kelainan K, N
kemudian membawa K ke Palu. Kebetulan waktu itu dr M.B sedang berkunjung ke Palu. Dan
atas diagnosa sang dokter, K dijelasakan positif mengidap autis. Sayangnya, K hanya bisa
menjalani terapi selama enam bulan karena terkendala masalah biaya. Maka dengan terpaksa Nia
xx
pun kembali ke Grontalo dengan harapan mendapat dukungan dari orangtua dan keluarga.
Namun kenyataan yang terjadi justru sebaliknya. N tidak mendapat respon dan dukungan dari
mereka, yang bahkan tidak menerima kenyataan yang menimpa K. Bagi N,menerima kenyataan
memiliki anak menderita autis awalnya sangatlah tidak mudah. Apalagi K adalah putra
pertamanya dari perkawinan mudanya. Rasa minder pun sering dialaminya. Tapi perasaan itu
justru menyadarkannya bahwa ia harus menerima K bagaimanapun ia adanya. “Sikap menerima
adalah kunci ketabahan bagi setiap orangtua yang memiliki anak autis,” jelas N. Sikap yang pada
awalnya sulit ia lakukan. “Kalau bukan orangtua yang berusaha mendekatkan diri, maka semakin
sulit bagi penderita autis untuk hidup berkembang seperti yang diharapkan,” katanya. N pun
mengaku semakin sadar akan makna cinta sesungguhnya. Juga semakin sadar bahwa anak
adalah titipan Tuhan yang bagaimanapun ia adanya haruslah dijaga dan dibesarkan dengan
ikhlas. Bahkan dengan rasa syukur. “Jika K tidak menderita autis, mungkin cinta saya tidak
sebesar ini. Jika K tumbuh normal, mungkin saya tidak akan merasakan kebahagiaan yang pasti
tidak dirasakan orangtua lain,” tambahnya. Kebahagiaan orangtua yang memiliki anak autis
seperti N memang berbeda dengan kebahagiaan yang dirasakan oleh orangtua yang memiliki
anak normal. N mengaku akan bahagia jika misalanya, K menunjukkan ekspresinya ketika
dipanggil oleh ibunya; jika ia berbicara dengan baik atau ketika anaknya itu mampu melakukan
hal lain yang bisa dilakukan anak normal, meski tak banyak.“Mungkin kedengaran biasa saja
bagi orang lain. Tapi itulah kebagiaan saya sebagai orang tua yang memiliki anak pengidap
autis,” katanya dengan raut wajah sedih
xxi
Nama Ayah :S
Umur : 55 Tahun
Pend.terakhir : SMP
Nama Ibu :D
Umur : 48 Tahun
Pend.terakhir : SLTA
Pekerjaan Ayah : Petani
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat :-
L. U adalah seorang anak yang bersekolah di SLB kelas 3 Sd, L.U memiliki hambatan gerak
anggota kaki (lumpuh layu). L . U menaiki kursi roda dan memerlukan ikat pinggang/sabuk
untuk menhahan tubuhnya. L. U terlihat aktif dalam akifitasnya karena hanya terhambat pada
gerak kaki saja. L.U mampu belajar seperti anak pada umumnya dan terlihat cepat tanggap
dalam belajar. L. U diantar ayah nya ke sekolah. Di sekolah anak diajarkan mandiri dalam
beraktifitas. Baik memasang sepatu sendiri dan bermain walaupun tidak menggerakkan kaki.
xxii
- Mampu menggoyang-goyangkan kaki saat duduk di kursi
- Kaki anak tidak mampu di luruskan
- Bentuk kaki yang tidak seimbang
- Kalau ada kegiatan di lapangan sekolah memakai kursi roda
- Mampu menjalankan kursi roda sendiri
- Tidak dapat naik kursi sendiri
Perkembangan Interaksi Sosial
- Mampu berkomunikasi dengan baik
- Mempunyai pembendaharaan yang sama pada anak seusianya
- Aktif dalam bermain dengan teman
- Mampu menyebut nama-nama temannya
- Mempunyai rasa empati
- Mau bermain dengan teman-teman
- Mampu mendengarkan intruksi guru
- Dapat menerima kehadiran orang asing
- Percaya diri
- Suka bermain bola dengan tangan
- Tidak takut dengan orang baru di kenal
- Sayang dengan orang tua, guru dan teman-teman
- Mempunyai semangat yang tinggi
Keterampilan Akademik
- Anak duduk dikelas 1 SD
- Suka belajar
- Menerima pembelajaran di kelas dengan baik
- Melaksanakan perintah guru
- Aktif belajar, tetapi apabila bosan tidak semangat belajar
- Mendengarkan guru mengajar
- Dapat membantu teman untuk menulis
- Sudah mampu menunjuk dan mengenal huruf
- Sudah mampu mengenal angka
- Sudah mampu membaca perkata
BAB IV
PENUTUP
xxiii
4.1 Kesimpulan
Anak berkebutuhan khusus (ABK) mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan dan
memiliki kebutuhan yang berbeda dengan anak-anak normal lainnya. Anak-anak yang
mempunyai kebutuhan khusus ini bersekolah di Sekolah Luar Biasa atau yang biasa disingkat
dengan SLBPendidikan luar biasa bertujuan membantu peserta didik yang menyandang kelainan
fisik dan atau agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan sebagai pribadi
maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan
sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau
mengikuti pendidikan lanjutan.
4. 2 Saran
Sebagai calon guru kita sudah seharusnya lebih memahami cara mendidik dengan baik
sehingga menghasilkan hasil didik yang lebih optimal. Dan juga dengan mempelajari dan
mengobservasi pendidikan di Sekolah Berkebutuhan Khusus diharapkan pengalaman dan
pengetahuan yang kita dapatkan bisa kita implementasikan ke kehidupan kita sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
xxiv
Yogyakarta: Jalasutra https://www.alodokter.com/teknik-dasar-berkomunikasi-dengan-
penyandang-tunarungu
https://phierda.wordpress.com/2012/11/04/tuna-daksa-dan-layanan-pendidikannya/
https://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus
http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/karakteristik-dan-pendidikan-anak-tuna-rungu
http://syarkonipsi.blogspot.com/2011/07/karakteristik-anak-tuna-rungu.html
LAMPIRAN
xxv
1
xxvi
4
xxvii