Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDIDIKAN INKLUSI
Tentang
Anak Berkebutuhan Khusus

Disusun oleh Kelompok 6 :


1. Nandra Syakira (20022019)
2. Apriliani (20002002)
3. Anisa Putri Juliana (20022003)
4. Hidayatul Fajriyah (20022074)

Dosen Pengampu :
Hj. Armaini, S.Pd., M.Pd.

UNIVERSITAS NEGRI PADANG


2021
K ATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat,anugerah dan karunia-nya,sehingga dengan izin-nya kami telah dapat
menyelesaikan tugas makalah. Tidak lupa pula shalawat beriringan salam juga kami
panjatkan kepada junjungan Nabi Besar Muhamad SAW yang membawa rahmat bagi
semesta alam.makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah
PENDIDIKAN INKLUSI dengan baik dantepat waktu Makalah ini berjudul “ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS”. Penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa dalam
pembuatan makalah ini sangat jauh dari kata sempurna dan masih banyak lagi yang
harus di perbaiki,mengingat keterbatasan kemampuam dan pengetahuan yang penulis
miliki,untuk segala kritik dan saran yang sifatnya membangun,penulis sangat
mengharapkannya demi kesempurnaan makalah ini.

Padang 28 september 2021

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................ 2
A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ( ABK ) ......................................................... 2
B. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus ........................................................................ 4
C. Karakteristik Anak Kebutuhan Khusus ......................................................................... 7
BAB III PENUTUP ...............................................................................................................12
A. Kesimpulan ..................................................................................................................12
B. Saran ............................................................................................................................ .12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai makhluk beragama akan yakin bahwa anak berkebutuhan khusus lahir ke
dunia di samping sudah menjadi takdir Yang Maha Kuasa, tetapi sebagai manusia
yang berkecimpung di dunia keilmuan perlu mengkaji, dan mengidentifikasi mengapa
hal itu bisa terjadi. Karena di samping takdir bisa juga karena ada faktor-faktor
tertentu yang menjadi penyebabnya.
Mengkaji penyebab anak mengalami kelainan, dan ditambah dengan hasil-hasil riil
penelitian keilmuan dilapangan, juga upaya-upaya yang terus di lakukan oleh para
pelaku pendidikan dan ahli medis, akan lebih mencermati untuk mencari solusi
menuju ke arah kesembuhan, atau setidaknya mengupayakan optimalisasi
perkembangannya agar mereka dapat hidup mandiri, dan termotivasi untuk dalam
mengembangkan kemampuannya sebagai anggota masyarakat yang produktif.
Tidak setiap anak yang dilahirkan di dunia ini selalu mengalami perkembangan
normal.Banyak di antara mereka yang dalam perkembangannya mengalami
hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki faktor-faktor resiko sehingga untuk
mencapai perkembangan optimal diperlukan penanganan atau intervensi khusus.
Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus atau anak
luar biasa.
Dalam memahami anak berkebutuhan khusus atau anak luara biasa, sangat diperlukan
adanya pemahaman mengenai jenis-jenis kecacatan (anak berkebutuhan khusus) dan
akibat-akibat yang terjadi pada penderita.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ( ABK )
2. Apa saja Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus
3. Apa saja Karakteristik Anak Kebutuhan Khusus

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ( ABK )
2. Untuk mengetahui Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus
3. Untuk mengetahui Karakteristik Anak Kebutuhan Khusus

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ( ABK )


Anak berkebutuhan khusus merupakan anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan
mental, emosi atau fisik. Lynch (1994:1) mendefinisikan anak yang membutuhkan
pendidikan khusus sebagai berikut.“Children with special educational needs as all
those who permanently or temporarity during their school careers have need of
special educational responses on the part of the teacher, the institution and/or the
system by dint of their physical, mental or multiple impairment or emotional
condition or for reasons of situasional disadvantage”Pernyataan di atas memberikan
makna bahwa anak yang membutuhkan pendidikan khusus merupakan anak yang
secara permanen (individu dengan hambatan sesori penglihatan, pendengaran,
perkembangan intelektual, fisik dan motorik, emosi dan perilaku, individu berbakat,
tunaganda, individu berkesulitan belajar individu dengan autisme dan individu
dengan hambatan konsenterasi dan perhatian) atau temporer (kondisi sosial-emosi,
ekonomi dan politik) selama jenjang sekolah mereka memerlukan penanganan
pendidikan khusus dari pihak guru, institusi, dan/atau sistem sebagai akibat kelainan
mereka baik secara fisik, mental, atau gabungannya, atau kondisi emosi, atau karena
alasan situasi yang kurang menguntungkan.
Sedangkan untuk situasi Indonesia, Kebijakan Direktorat Pendidikan Luar Biasa
tentang Layanan Pendidikan Inklusi bagi Anak Berkebutuhan Pendidikan Khusus
menjelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang tergolong luar
biasa, baik itu dalam arti berkelainan, lamban belajar, maupun yang berkesulitan
belajar. Berkelainan disini mempunyai arti sebagai anak yang mengalami kelainan
fisik dan atau mental dan atau kelainan perilaku. Kelainan fisik, meliputi tunanetra,
tunarungu, dan tunadaksa.Kelainan mental meliputi anak tunagrahita ringan dan
tunagrahita sedang. Sedangkan kelainan perilaku meliputi anak tunalaras.
Selanjutnya, dalam PP nomor 72/1991 dijelaskan bahwa jenis kelainan peserta didik
terdiri atas kelainan fisik dan/atau mental dan/atau kelainan perilaku.Kelainan fisik
meliputi tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa. Sedangkan kelainan mental meliputi
tunagrahita ringan dan tunagrahita sedang.

2
The exceptional child (anak berkebutuhan khusus) juga dapat diartikan sebagai anak
yang berbeda dari anak rata-rata atau normal dalam hal:
1) karakteristik mental
2) kemampuan sensori
3) kemampuan komunikasi
4) perilaku sosial, atau
5) karakteristik pisik.
Anak-anak seperti ini membutuhkan pelayanan pendidikan secara khusus untuk
mengembangkan kapasitasnya secara maksimum. Anak-anak yang memerlukan
pendidikan khusus yang disebabkan karena mereka mempunyai perbedaan yang
sangat mencolok dari anak-anak pada umumnya dalam satu hal atau lebih berikut
ME mentally retarded, gifted, learning disabled, emotionally disturb, physically
handicapped, atau mempunyai gangguan bicara atau bahasa, gangguan pendengaran,
atau gangguan penglihatan. Istilah ini dipandang lebih luas ruang lingkupnya dari
pada istilah sebelumnya, karena bukan saja anak yang berkekurangan atau anak
cacat, atau anak tuna, melainkan anak yang memiliki kelebihanpun (gifted) namun
memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus dapat dikategorikan sebagai anak
luar biasa. Anak luar biasa pun dapat didefinisikan sebagai anak berkebutuhan
khusus karena dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya anak ini
membutuhkan bantuan layanan pendidikan, layanan sosial layanan bimbingan dan
konseling dan berbagai jenis layanan lainnya yang bersifat khusus.
Berdasarkan pernyataan di atas, jelas bahwa kondisi-kondisi tersebut dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak balk jasmani, rohani, dan atau
sosialnya, sehingga mereka tidak dapat mengikuti pendidikan dengan wajar. Dengan
perkataan lain, mereka adalah anak-anak yang potensial bermasalah yang apabila
mendapat layanan bimbingan secara tepat, potensi merekaakan berkembang secara
optimal.
Anak berkebutuhan khusus juga dapatdidefinisikan sebagai anak yang memerlukan
pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan potensikemanusiaan
mereka secara sempurna. Anak yang tergolong berkebutuhan khusus merupakan
anak yang menyimpang dari rata-rata anak normal dalam hal: ciriciri mental,
kemampuan-kemampuan sensorik, fisik, neuromuscular, perilaku sosial dan
emosional, kemampuan komunikasi, maupun kombinasi dan sebagainya.

3
B. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Anak dengan kebutuhan khusus (ABK) merupakan anak yang secara
signifikan mengalami kelainan (phisik, mental-intelektual, social, emosional)
dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain
seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Dengan
demikian, meskipun seorang anak mengalami kelainan/ penyimpangan tertentu,
tetapi kelainan/penyimpangan tersebut tidak signifikan sehingga mereka tidak
memerlukan pelayanan pendidikan khusus, anak tersebut bukan termasuk anak dengan
kebutuhan khusus.
Ada bermacam-macam jenis anak dengan kebutuhan khusus, adapun jenisnya
adalah sebagai berikut:
1) Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan
Tuna artinya rusak, luka, kurang, tidak memmiliki, tanpa. sementara, sedangkan
netra artinya penglihatan (mata). Tunanetra adalah anak yang mengalami
gangguan daya penglihatannya, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian,
dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat bantu khusus masih
tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

2) Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran


Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya
pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara
verbal dan walaupun telah diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar
masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

3) Tunalaras/Anak yang Mengalami Gangguan Emosi dan Perilaku.


Tunalaras adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri
dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam
lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya, sehingga
merugikan dirinya maupun orang lain, dan karenanya memerlukan
pelayanan pendidikan khusus demi kesejahteraan dirinya maupun
lingkungannya.
4) Tunadaksa/mengalami kelainan angota tubuh/gerakan

4
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap
pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan
pelayanan pendidikan khusus.

5) Tunagrahita
Tunagrahita (retardasi mental) adalah anak yang secara nyata mengalami
hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental jauh di bawah rata-
rata(IQ dibawah 70) sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas
akademik, komunikasi maupun sosial, dan karenanya memerlukan layanan
pendidikan khusus. Hambatan ini terjadi sebelum umur 18 tahun.

6) Cerebral palsy
Gangguan / hambatan karena kerusakan otak (brain injury) sehingga
mempengaruhi pengendalian fungsi motoric

7) Gifted (anak berbakat)


Adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreatifitas, da
tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) diatas anak-anak
seusianya (anak normal).

8) Autistis
Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh
adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan
dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.

9) Asperger
Secara umum performa anak Asperger Disorder hampir sama dengan anak
autisme, yaitu memiliki gangguan pada kemampuan komunikasi, interaksi
sosial dan tingkah lakunya. Namun gangguan pada anak Asperger lebih
ringan dibandingkan anak autisme dan sering disebut dengan istilah ”High-
fuctioning autism”. Hal-hal yang paling membedakan antara anak Autisme dan
Asperger adalah pada kemampuan bahasa bicaranya.Kemampuan bahasa
bicara anak Asperger jauh lebih baik dibandingkan anak autisme.
Intonasi bicara anak asperger cendrung monoton, ekspresi muka kurang
5
hidup cendrung murung dan berbibicara hanya seputar pada minatnya saja.
Bila anak autisme tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, anak
asperger masih bisa dan memiliki kemauan untuk berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya. Kecerdasan anak asperger biasanya ada pada great
rata-rata keatas. Memiliki minat yang sangat tinggi pada buku
terutama yang bersifat ingatan/memori pada satu kategori. Misalnya
menghafal klasifikasi hewan/tumbuhan yang menggunakan nama-nama latin.

10) Rett’s Disorder


Rett’s Disorder adalah jenis gangguan perkembangan yang masuk kategori
ASD. Aspek perkembangan pada anak Rett’s Disorder mengalami kemuduran
sejak menginjak usia 18 bulan yang ditandai hilangnya kemampuan bahasa
bicara secara tiba-tiba. Koordinasi motorinya semakin memburuk dan
dibarengi dengan kemunduran dalam kemampuan sosialnya. Rett’s
Disorder hampir keseluruhan penderitanya adalah perempuan.

11) Attention deficit disorder with hyperactive (ADHD)


ADHD terkadang lebih dikenal dengan istilah anak hiperaktif, oleh karena
mereka selalu bergerak dari satu tempat ketempat yang lain. Tidak dapat duduk
diam di satu tempat selama ± 5-10 menit untuk melakukan suatu kegiatan
yang diberikan kepadanya. Rentang konsentrasinya sangat pendek, mudah
bingung dan pikirannya selalu kacau, sering mengabaikan perintah atau
arahan, sering tidak berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugas di sekolah.
Sering mengalami kesulitan mengeja atau menirukan ejaan huruf.

12) Lamban belajar (slow learner)


Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi
intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita.
Dalam beberapa hal mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir,
merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik
dibanding dengan yang tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan yang
normal, mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk
dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik, dan
karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
6
13) Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik
Anak yang berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang secara
nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus
(terutama dalam hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau
matematika), diduga disebabkan karena faktor disfungsi neugologis,
bukan disebabkan karena factor inteligensi (inteligensinya normal bahkan
ada yang di atas normal), sehingga memerlukan pelayanan pendidikan
khusus. Anak berkesulitan belajar spesifik dapat berupa kesulitan
belajar membaca (disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia), atau
kesulitan belajar berhitung (diskalkulia), sedangkan mata pelajaran lain mereka
tidak mengalami kesulitan yang signifikan (berarti).

C. Karakteristik Anak Kebutuhan Khusus


1. Karakteristik Tunarungu
Anak berkebutuhan khusus ini tampak dari simton-simton seperti:
(1) Ketidakmampuan memusatkan perhatian yang sifatnya kronis
(2) Kegagalan berespons apabila diajak berbicara
(3) Terlambat berbicara atau melakukan kesalahan artikulasi
(4) Mengalami keterbelakangan di sekolah
Adapun karakteristik yang kahas dari anak tunarungu diantaranya sebagai berikut.
a. Karakteristik segi intellegensi
Perkembangan intellegensi anak tunarungu tidak sama cepatnya dengan
mereka yang bisa mendengar, karena dengan pendengaran inilah yang
dapat membuat mereka berfikir. Rendahnya intellegensi anak tunarungu
bukan disebabkan karena IQ potensialnya yang tidak berkembang, tetapi
karena fungsinya yang kurang mendapat kesempatan untuk berkembang.
b. Karakteristik segi bahasa dan berbicara
Perkembangan bahasa bicara anak tunarungu sampai saat mendengar, tidak
mengalami hambatan, karena mendengar merupakan kegiatan yang alami,
dalam upaya melatih pernapasandan pita suara. Bahasa bagi seorang
tunarungu merupakan alat berfikir dan sarana utama seseorang dalam
berkomunikasi. Maka melalui mendenar mereka dilatih dan dididik secara
khusus.
7
c. Karakteristik segi emosi dan sosial
Dengan ketunarunguannya dapat mengakibatkan mereka kurang
kepercayaan diri dan merasa asing dari masyarakat tempat mereka tinggal,
sehingga tampak adanya kekurangan dalam interaksi sosial dengan
lingkungan tersebut. Dengan begitu, semua mengakibatkan pada diri
muncul adanya sesuatu keterasingan antara mereka dengan anak normal
yang bisa mendengar.

2. Karakteristik Tunanetra
Tuna artinya rusak, luka, kurang, tidak memmiliki, tanpa. sementara, sedangkan
netra artinya penglihatan (mata). Jadi arti dari tunanetra adalah orang yang rusak
matanya/ luka matanya/ tidak mempunyai mata yang berati buta atau kurang
dalam penglihatan.
Adapun karakteristik dari tuna netra adalah sebagai berikut:
(1) Tidak mampu melihat
(2) Tidak mempu mengenali orang pada jaarak enam meter
(3) Kerusakan nyata pada kedua bola mata
(4) Sering meraba-raba atau tersandung waktu berjalan
(5) Mengalami kesulitan mengambil benda kecil di sekitarnya
(6) Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/bersisik/kering
(7) Peradangan hebat di bagian bola mata
(8) Mata bergoyang-goyang terus.

3. Karakteristik Tunadaksa
Anak tunadaksa merupakan anak yang mempunyai gangguan gerak yang
disebabakan oleh kelainan neuromuskular dan struktur tulang yang bersifat
bawaan, sakit atau akibat kecelakaan. Adapun karakteristik anak dengan
tunadaksa adalah sebagai berikut:
(1) Anggota gerak tubuh kaku atau lemah/lumpuh
(2) Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak terkendali)
(3) Terdapat anggota gerak yang tidak sempurna
(4) Terdapat cacat pada alat gerak
(5) Jari tangan kaku dan tiak dapat menggnggam

8
(6) Kesulitan pada saat berdiri/ berjalan/ duduk dan menunjukkan sikap tumbuh
tidak normal
(7) Hiperaktif/ tidak dapat tenang.

4. Karakteristik Autisme
Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan yang ditandai dengan adanya
gangguan pada omunikasi, perilaku, dan innteraksi sosial. Karaktersitiknya yaitu
sebagai berikut:
(1) Terlambat berbicara
(2) Kata-kata yang diucapkan sulit dimengerti
(3) Menggunakan kata-kata dalam konteks yang tidak sesuai
(4) Tidak senang dipeluk
(5) Tidak ada usaha berinterakasi dengan orang lain
(6) Dapat terlihat hiperaktif, memukul kepada sendiri
(7) Kadang terlihat diam sama sekali, bengong dan tatapan mata kosong

5. Karakteristik Tunagrahita (anak dengan keterbelakang mental)


a. Secara kognitif anak tersebut sangat berbeda dengan anak normal,
dari penggolongan IQ nya saja mereka dapat dikategorikan sebagai:
(1) Keterbelakangan mental ringan (IQ= 55 –69), Keterbelakangan mental
sedang (IQ = 40 -54)
(2) Keterbelakangan mental berat (IQ = 25 –39)
(3) Keterbelakangan mental sangat berat (IQ = di bawah 25)
b. Secara sosial, banyak anak dengan keterbelakangan mental mengalami
kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
c. Perilaku beradaptasi pun ada mengalami gangguan terutama dalam
hal komunikasi, merawat diri sendiri, keterampilan sosial, kehidupan
sehari-hari, menikmati waktu senggang, kesehatan dan
keselamatan, kemampuan mengarahkan diri, fungsi akademis, dan
keterlibatan di masyarakat.
d. Secara emosional, mereka seringkali terperosok dalam kondisi kesepian,
depresi.

9
e. Secara fisik dan medis, biasanya tidak ada kondisi fisik dan medis yang
sangat berbeda dengan anak kebanyakan.

6. Karakteristik Tunalaras (Gangguan Perilaku dan Emosi)


Seseorang dikatakan mengalami gangguan perilaku apabila memiliki satu
atau lebih dari lima karakteristik berikut dalam kurun waktu yang lama, yaitu:
a. ketidakmampuan untuk belajar yang bukan disebabkan oleh
faktor intelektualitas, alat indra maupun kesehatan.
b. ketidakmampuan untuk membangun atau memelihara kepuasan dalam
menjalin hubungan dengan teman sebaya dan pendidik.
c. Tipe perilaku yang tidak sesuai atau perasaan yang di bawah keadaan normal.
d. mudah terbawa suasana hati (emosi labil), ketidakbahagiaan, atau depresi.
e. kecenderungan untuk mengembangkan simtom-simtom fisik atau
ketakutan-ketakutanyang diasosiasikan dengan permasalahan
permasalahan pribadi atau sekolah.
Simptom gangguan emosi dan perilaku biasanya dibagi menjadi dua
macam, yaitu externalizing behavior dan internalizing behavior.
Externalizing behavior memiliki dampak langsung atau tidak langsung
terhadap orang lain, contohnya perilaku agresif, membangkang, tidak patuh,
berbohong, mencuri, dan kurangnya kendali diri. Internalizing behavior
mempengaruhi siswa dengan berbagai macam gangguan seperti kecemasan,
depresi, menarik diri dari interaksi sosial, gangguan makan, dan
kecenderungan untuk bunuh diri. Kedua tipe tersebut memiliki pengaruh yang
sama buruknya terhadap kegagalan dalam belajar di sekolah.

7. Karakteristik Tunaganda
Prilaku –prilaku yang dapat dianggap bahwa anak tersebut mengalami
gangguan Tunaganda adalah sebagai berikut :
a. Kurang komunikasi atau sama sekali tidak dapat berkomunikasi
Banyak yang tidak dapat berbicara, bila ada komunikasi mereka
tidak merespon.ini menyebakan pelayanan pendidikan menjadi sulit.
b. Perkembangan motorik dan fisik terbelakang
Sebagian besar anak tuna ganda mempunyai keteratasan dalam mobilitas
fisik contoh :tidak dapat berjalan.
10
c. Sering mempunyai prilaku aneh dan tidak bertujuan
contoh : menggosok-gosok jari ke wajah, melukai diri.
d. Kurang dalam keterampilan menolong diri sendiri.
Contoh : tidak dapat mengurus diri sendiri misalnya makan, berpakaian .
e. Jarang berprilaku dan berinteraksi yang sifatnya kontruktif

8. Karakteristik Gangguan Kesulitan Belajar


Berikut adalah karakteristik anak yang mengalami kesulitan belajar
dalam membaca, menulis dan berhitung:
a. Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)
(1) Perkembangan kemampuan membaca terlambat,
(2) Kemampuan memahami isi bacaan rendah,
(3) Kalau membaca sering banyak kesalahan
(4) Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2
dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya,
(5) Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca,
(6) Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang,
(7) Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
b. Anak yang mengalami kesulitan berhitung (diskalkula)
(1) Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan,
(2) Sering salah membilang dengan urut
(3) Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2
dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya,
(4) Sulit membedakan bangun-bangun geometri.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak berkebutuhan khusus merupakan anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan
mental, emosi atau fisik.
Anak-anak seperti ini membutuhkan pelayanan pendidikan secara khusus untuk
mengembangkan kapasitasnya secara maksimum. Anak-anak yang memerlukan
pendidikan khusus yang disebabkan karena mereka mempunyai perbedaan yang
sangat mencolok dari anak-anak pada umumnya dalam satu hal atau lebih berikut ME
mentally retarded, gifted, learning disabled, emotionally disturb, physically
handicapped, atau mempunyai gangguan bicara atau bahasa, gangguan pendengaran,
atau gangguan penglihatan.
Istilah ini dipandang lebih luas ruang lingkupnya dari pada istilah sebelumnya, karena
bukan saja anak yang berkekurangan atau anak cacat, atau anak tuna, melainkan anak
yang memiliki kelebihanpun (gifted) namun memerlukan pelayanan pendidikan
secara khusus dapat dikategorikan sebagai anak luar biasa. Anak luar biasa pun dapat
didefinisikan sebagai anak berkebutuhan khusus karena dalam rangka untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya anak ini membutuhkan bantuan layanan pendidikan,
layanan sosial layanan bimbingan dan konseling dan berbagai jenis layanan lainnya
yang bersifat khusus.

B. Saran
Demikianlah makalah kelompok ini kami buat ,kami juga menyadari bahwa dalam
penulisan terdapat banyak kesalahan untuk itu kritik dan saran untuk pembaca sangat
di perlukan agar dapat lebih baik lagi atas perhatian semua pembaca , saya ucapkan
terimakasih.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011.”klasifikasi atau karakteristik AABK: (online)


http://pendidikanl.blogspot.com/2011/09/klasifikasi-atau-karakteristik-abk.html.
Diakses pada tanggal 24 September 2021.

Anonim 2013.”klsifikasi anak berkebutuhan khusus”. (Online)


https://notako.wordpress.com/2013/10/06/klasifikasi-anak-berkebutuhan-khusus/.
Diakses pada tanggal 24 September 2021.

Anonim. 2021. “Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus yang Mengalami Kelainan


Akademik”.(online).http://membumikanpendidikan.blogspot.com/2014/10/karakteristi
k-anak-berkebutuhan-khusus.html. Diakses pada tanggal 24 September 2021.

Anonim. 2013. “Macam-macam Jenis ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)”. (online).


http://mievalid.blogspot.com/2013/10/macam-macam-jenis-abk-anak-
berkebutuhan.html. Diakses pada tanggal 24 September 2021.

Irdamurni. (2019). PENDIDIKAN INKLUSI Solusi dalam Mendidik Anak Berkebutuhan


Khusus. Jakarta: Prenamedia Group.

Kosasih, Ika Dewi. 2013. “Makalah ABK (Anak Bekebutuuhan Khusus)”. (online.
https://ikad49009.wordpress.com/2013/05/29/makalah-abk-anak-berkebutuhan-
khusus/. Diakses pada tanggal 24September 2021.

Pratiwi, Shinta. (2011). Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Semarang: Semarang


University Press.

Pynki, Cynthiya Devina. 2016. “Makalah Pendidikan Inklusi”. (online).


https://cynthiadevinapynki.wordpress.com/2016/06/01/makalah-pendidikan-inklusi/.
Diakses pada tanggal 24 September 2021.
https://studylibid.com/doc/141850/makalah-jenis--karakteristik-dan-klasifikasi-abk.Diakses
pada tanggal 24 September 2021.

13

Anda mungkin juga menyukai