DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Dosen Pengampu :
Drs. Arifin Siregar, M.Pd.
195908161985031004
Santa Murni A. Situmorang, S.E., M.Pd.
Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan Nikmat serta Hidayah-Nya
terutama Nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah Psikologi Pendidikan dengan materi ‘Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus’.
Makalah ini dibuat bertujuan untuk menambah ilmu dan wawasan.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknik
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II2
PEMBAHASAN 2
1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus 2
2. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus 3
3. Cara Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus 10
BAB III 11
PENUTUP 11
1. Kesimpulan 11
2. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, istilah anak luar biasa yang kini disebut
sebagai anak berkebutuhan khusus masih disalah tafsirkan, yaitu anak luar biasa selalu
diartikan sebagai anak yang berkemampuan unggul atau berprestasi luar biasa. Padahal
pengertian anak luar biasa juga mengacu kepada pengertian yaitu anak yang
mengalami kelainan atau ketunaan, baik pada satu macam kelainan atau lebih dari satu
kelainan jenis kelainan.
B. Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud dengan anak berkebutuhan khusus?
- Bagaimana karakteristik anak berkebutuhan khusus?
- Bagaimana Cara Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus?
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan (bermakna)
mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual, sosial, emosional) dalam
proses pertumbuhan/perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya
sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Dengan demikian, meskipun
seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan tertentu, tetapi kelainan/penyimpangan
tersebut tidak signifikan sehingga mereka tidak memerlukan pelayanan pendidikan
khusus, anak tersebut bukan termasuk anak dengan kebutuhan khusus.
Anak yang berkebutuhan khusus secara umum dikenal masyarakat umum sebagai
anak luar biasa. Maka terlebih dahulu dibahas tentang hakekat anak luar biasa. Dalam
percakapan sehari-hari orang yang dijuluki sebagai “orang luar biasa” ialah mereka yang
memiliki kelebihan yang luar biasa, misalnya orang terkenal karena memiliki kemampuan
intelektual yang luar biasa, memiliki kreativitas yang tinggi dalam melahirkan suatu
temuan-temuan yang luar biasa di bidang IPTEK, religius, dan bidang-bidang kehidupan
lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat, dan orang yang mencapai prestasi yang
mnghebohkan dan spektakuler, misalnya orang yang berhasil menaklukkan gunung
tertinggi didunia, dan sebagainya.
Dalam dunia pendidikan, kata luar biasa juga merupakan julukan atau sebutan bagi
mereka yang memiliki kekurangan atau mengalami berbagai kelainan dan penyimpangan
yang tidak dialami orang normal pada umumnya. Kelainan atau kekurangan yang dimiliki
oleh mereka yang disebut luar biasa dapat berupa kelainan dari segi fisik, psikis, sosial dan
moral.
Kelainan dari segi fisik dapat berupa kecacatan fisik, misalnya orang tidak memiliki
kaki sebelah kiri, matanya buta sebelah, dan sejenisnya. Kelainan dari segi psikis, atau
aspek kejiwaan (psikologis, misalnya orang yang menderita keterbelakangan mental akibat
dari intelegensi yang dimiliki dibawah normal) (Abdul Hadis, 2006 : 4-5).
Anak berkebutuhan khusus (dulu disebut sebagai anak luar biasa) didefinisikan
sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan
potensi kemanusiaan mereka secara sempurna. (Hallahan dan Kauffman, 1986 dalam
Abdul Hadis, 2006 : 5-6). Anak luar biasa disebut anak yang berkebutuhan khusus, karena
2
dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan,
layanan pendidikan, layang sosial, layanan bimbingan konseling, dan berbagai jenis
layanan lainnya yang bersifat khusus.
3
Anak dengan hambatan perkembangan kognitif
Anak berbakat dan cerdas istimewa
a. Tuna Netra
Anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya, berupa kebutaan menyeluruh
atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat khusus, mereka
masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Ciri-ciri anak tuna netra :
b. Tuna Rungu
Anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga tidak
atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal dan walaupun telah diberikan
pertolongan dengan alat bantu dengar masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan
khusus.
Ciri-ciri anak tuna rungu:
4
c. Tuna Grahita
Anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan
mental intelektual jauh di bawah rata-rata sedemikian rupa sehingga mengalami kesulitan
dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial, dan karenanya memerlukan
layanan pendidikan khusus.
Ciri-ciri fisik dan penampilan anak tuna grahita :
d.Tuna Daksa
Anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang,
sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. jika
mereka mengalami ganguan gerakan karena kelayuan pada fungsi syaraf otak, mereka
disebut Cerebral Palsy (CP).
Ciri-ciri anak tuna daksa :
e. Lamban Belajar
5
Lamban belajar atau slow learner adalah anak yang memiliki potensi intelektual
sedikit dibawah normal tetapi belum termasuk tuna grahita biasanya memiliki IQ sekitar
70 – 90. Biasanya dalam hal mengalami hambatan atau keterlambatan berfikir, merespon
rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan tuna
grahita, lebih lamban dari yang normal. Mereka butuh waktu yang lebih lama dan
berulang-ulang untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik, dan
karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Ciri – ciri anak lamban belajar :
6
Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9
dsb
Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca
Tulisannya banyak salah/ terbalik/ada huruf yang hilang
Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris
h. Kelainan Emosi
Adalah anak yang mengalami gangguan pada tingkat emosinya. Hal ini berhubungan
dengan masalah psikologisnya. Anak yang mengalami kelainan emosi ini dibagi menjadi 3
macam yaitu :
a. Gangguan Prilaku, ciri-cirinya yaitu :
1) Suka mengganggu di kelas
2) Tidak sabaran, terlalu cepat beraksi
3) Tidak menghargai orang lain
4) Suka menentang
5) Suka menyalahkan orang lain
6) Sering melamun.
b. Gangguan Konsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder), gejala-gejalanya terjadi
paling sedikit selama 6 bulan. Gejala-gejala tersebut diantaranya yaitu :
1) Tidak mendengarkan orang lain berbicara
2) Sering gagal dalam memperhatikan objek tertentu
3) Sering tidak melaksanakan perintah dari orang lain.
c. Anak Hiperaktif (ADHD/Attention Deficit with Hiperactivity Disorder), gejala-
gejalanya yaitu :
8
1) Tidak bisa diam
2) Ketidakmampuan untuk memberi perhatian yang cukup lama
3) Hiperaktivitas
4) Canggung
i. Keterbelakangan Mental
Adalah anak yang memiliki mental yang sangat rendah, selalu membutuhkan
bantuan orang lain karena tidak mampu mengurus dirinya sendiri, kecerdasannya terbatas,
apatis, serta perhatiannya labil. Berdasarkan intelegensinya, anak yang terbelakang
mentalnya terbagi menjadi beberapa bagian yaitu :
a. Idiot, yaitu anak yang paling rendah taraf intelegensinya (IQ > 20), perkembangan
jiwanya tidak akan bertambah melebihi usia 3 tahun, meskipun pada dasarnya usianya
sudah remaja atau dewasa.
b. Imbesil, yaitu anak yang mempunyai (IQ 20-50), perkembangan jiwanya dapat
mencapai usia 7 tahun, bisa diajari untuk memelihara diri sendirivdalam kebutuhan
yang paling sederhana.
c. Debil atau moron, yaitu anak yang mempunyai (IQ 50-70), keterbelakangan Debil tidak
½
separah dua jenis diatas. Perkembangan jiwanya dapat mencapai hingga 10 tahun.
Orang Debil ini dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
j. Psikoneurosis
Anak yang mengalami psikoneurosis pada dasarnya adalah anak yang normal.
Mereka hanya mengalami ketegangan pribadi yang terus menerus, selain itu mereka tidak
bisa mengatasi masalahnya sendiri sehingga ketegangan tersebut tidak kunjung reda.
Psikoneurosis ini dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Psikoneurosis kekhawatiran, adalah anak yang mempunyai rasa khawatir yang
berlebihan dan tidak beralasan.
b. Histeris, adalah anak yang secara tidak sadar melumpuhkan salah satu anggota
tubuhnya, sesunguhnya secara organis tidak mengalami kelainan.
c. Psikoneurosis obsesif, adalah anak yang memiliki pikiran-pikiran dan dorongan-
dorongan tertentu yang terus menerus.
k. Psikosis
9
Psikosis disebut juga dengan kelainan kepribadian yang besar karena seluruh
kepribadian orang yang bersangkutan terkena dan orang tersebut tidak dapat hidup dengan
normal.
Cara praktis dalam pengajaran Anak Berkebutuhan Khusus memuat informasi yang
menunjang metode pengajaran guru. Untuk itu guru harus mengikuti pelatihan pendidikan
inklusif yang praktis dan komprehensif agar dapat memahami dan menerapkan lebih baik
strategi-strategi yang digunakan dalam pendidikan inklusif.
Dalam sekolah inklusi ada kurikulum individual yaitu kurikulum khusus individu
tertentu sehingga dengan metode seperti ini, sistem kurikulum mencoba mengembangkan
anak sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Tujuannya adalah membimbing anak untuk
sukses dalam kehidupan masyarakat dengan bakat yang mereka miliki. Walaupun sekolah
inklusi memiliki kurikulum individual bukan berarti kurikulum nasional diabaikan.
Kurikulum individual itu sebagai pelengkap atau penyempurna kurikulum nasional sehingga
perserta didik mampu lebih mengoptimalkan potensinya. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas
(Classical) disamping juga dilakukan dalam bentuk kegiatan luar kelas (Outing Class). Agar
siswa tidak merasa jenuh dan tumbuh rasa peka terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
Kegiatan luar kelas ini sangat berpengaruh besar terhadap psikomotorik siswa dan afektif
mereka.
Hal lain yang juga diharapkan dalam kegiatan Kelas Inklusi ABK adalah orang tua
ikut berperan serta aktif. Diharapkan adanya kepedulian dari orang tua masing-masing
sehingga setelah kegiatan ABK selesai orang tua dapat membimbing dirumah masing-masing
sebagai bentuk kerjasama yang berkesinambungan dan saling mempengaruhi.
Adapun cara mengajar anak berkebutuhan khusus adalah sebagai berikut :
10
7. Manfaatkan materi pengajaran yang ada sebaik mungkin
8. Beri penjelasan pada semua anak mengenai diabilitas
9. Buatlah kelas anda seaksesibel mungkin dan
10. Berbagilah pengalaman. Kesemua prinsip pengajaran tersebut juga dapat diterapkan pada
kelas regular.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Kita sebagai calon pendidik harus tahu bagaimana cara mendidik anak sesuai dengan
minat bakat, karakter dan tentunya anak yang berkebutuhan khusus. Agar kita lebih bijak
11
dalam memberikan pelayanan khusus dalam menghadapi kasus anak yang berkebutuhan
khusus tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Andi Wijaya. (2017, Juni 04). Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus. Diakses 24
2. Siti Nurjanah. (2015, Februari 17). Anak Berkebutuhan Khusus. Diakses 24 Februari 2020
dari : http://httpnurjannah.blogspot.com/2015/02/vbehaviorurldefaultvmlo.html
3. PSD GSC. (2018, Februari 26). Teknik Menangani Anak Berkebutuhan Khusus. Diakses
4. Sarlito, Wirawan Sarwono. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers.
12