Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENDIDIKAN INKLUSIF

KONSEP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN PENDIDIKAN


KEBUTUHAN KHUSUS

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Inklusif yang diampu oleh :

Moch. Restu Adiansyah, M.Pd.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 6

Rikrik Gemiati 18843003


Andi Rahman 18843014
Novia Kharisma Putri 18843017
Asti Sri Lestari 18843021

PROGRAM STUDI S1 PGSD

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU SOSIAL, BAHASA DAN SASTRA

INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA

TAHUN 2020-2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Konsep Anak
Berkebutuhan Khusus dan Pendidikan Kebutuhan Khusus” dapat terselesaikan.

Shalawat serta salam tidak lupa kita sampaikan untuk junjungan nabi kita, yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita
semua.

Sekaligus kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk


Bapak Moch. Restu Adiansyah, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Pendidikan Inklusif
yang telah menyerahkan kepercayaannya kepada kami guna menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu.

Kami juga berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat dalam
meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait mata kuliah Pendidikan
Inklusif. Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serat kekurangan di dalamnya. Untuk itu kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca makalah ini. Demikian, dan apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Garut, 2 November 2020

Kelompok 6
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Masalah dan Topik Bahasan.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................................3
A. Tipe Kebutuhan Khusus...............................................................................................3
B. Mengapa Terjadi atau hak-hak yang menjadikan Anak Berkebutuhan Khusus............4
C. Anak Luar Biasa VS Anak Berkebutuhan Khusus.....................................................11
D. Konsep Disabilitas Menurut ICF................................................................................12
E. Model Medis vs Model Sosial....................................................................................14
F. Pendidikan Luar Biasa VS Pendidikan Berkebutuhan Khusus...................................16
BAB III..................................................................................................................................18
PENUTUP.............................................................................................................................18
A. Kesimpulan................................................................................................................18
B. Saran..............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidak
mampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain:
tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar,
gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain
bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat.

Sejalan dengan gencarnya gerakan Hak Asasi Manusia muncul pandangan


baru bahwa semua anak berkebtuhan khusus harus dididik bersama-sama dengan
anak normal di tempat yang sama. Dengan maksud anak luar biasa tidak boleh
ditolak untuk belajar sekolah umum yang mereka inginkan. Pendidikan Inklusif
dapat diartikan sebagai model penyelenggaraan pendidikan dimana anak yang
memiliki kelainan dan yang normal dapat belajar bersama-sama disekolah
umum. Bagi mereka yang memiliki kesulitan sesuai kecacatannya disediakan
bantuan khusus. Hal ini mengandung makna bahwa setiap anak mempunyai
kebutuhan khusus baik yang permanen atau tidak permanen.

Tidak setiap anak yang dilahirkan di dunia ini selalu mengalami


perkembangan normal.Banyak di antara mereka yang dalam perkembangannya
mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki faktor-faktor resiko
sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan penanganan atau
intervensi khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak
berkebutuhan khusus atau anak luar biasa.

Dalam memahami anak berkebutuhan khusus atau anak luara biasa, sangat
diperlukan adanya pemahaman mengenai jenis-jenis kecacatan (anak
berkebutuhan khusus) dan akibat-akibat yang terjadi pada penderita. Anak
berkebutuhan khusus disebut sebagai anak yang cacat dikarenakan mereka
termasuk anak yang pertumbuhan dan perkembangannya mengalami
penyimpangan atau kelainan, baik dari segi fisik, mental, emosi, serta sosialnya
bila dibandingkan dengan nak yang normal.

B. Masalah dan Topik Bahasan


Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah
dalam pembahasan makalah ini adalah :

1. Apa saja tipe kebutuhan khusus itu ?


2. Apa saja hak-hak yang menjadikan anak berkebutuhan khusus ?
3. Bagaimana anak luar biasa vs anak berkebutuhan khusus ?
4. Bagaimana konsep disabilitas menurut ICF ?
5. Bagaimana model medis vs model sosial ?
6. Bagaimana pendidikan luar biasa vs pendidikan kebutuhan khusus ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis untuk membuat makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tipe kebutuhan khusus itu ?


2. Untuk mengetahui hak-hak yang menjadikan anak berkebutuhan khusus ?
3. Untuk mengetahui anak luar biasa vs anak berkebutuhan khusus ?
4. Untuk mengetahui konsep disabilitas menurut ICF ?
5. Untuk mengetahui model medis vs model sosial ?
6. Untuk mengetahui pendidikan luar biasa vs pendidikan kebutuhan khusus ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tipe Kebutuhan Khusus


Berikut ini adalah beberapa jenis atau tipe anak berkebutuhan khusus yang
membutuhkan penanganan khusus dari orangtuanya :

1. Tunagrahita
Tunagrahita adalah seseorang yang mengalami masalah di dalam
perkembangan mentalnya. Hal ini bahkan bisa saja berupa kondisi
keterbelakangan yang membuatnya mengalami masalah dalam berbagai
bidang, misalnya : kesulitan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi,
kesulitan dalam belajar dan memahami suatu masalah. Pada umumnya anak
tunagrahita memang membutuhkan penanganan khusus, meskipun tidak
tertutup kemungkinan mereka untuk belajar mandiri.
2. Tunanetra
Tunanetra adalah seseorang yang mengalami gangguan pada
penglihatannya, baik itu berupa gangguan total atau bahkan hanya sebagian
penglihatan saja. Dalam kondisi seperti ini, seorang anak haruslah
mendapatkan pendidikan kebutuhan khusus sejak dini, terutama jika kondisi
ini memang dibawa anak sejak lahir.
3. Tunarungu
Seseorang yang mengalami gangguan pada fungsi pendengaran disebut
tunarungu. Gangguan ini bisa saja berupa kehilangan seluruh fungsi
pendengaran atau bahkan sebagian saja. Pada umumnya, anak tunarungu akan
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, termasuk bersosialisasi dengan
orang lain dan lingkungannya.
4. Tunalaras

3
Tunalaras adalah seseorang yang mengalami kesulitan untuk beradaptasi
dengan baik terhadap lingkungan dan juga orang-orang di sekitarnya. Anak
tunalaras pada umumnya sulit untuk berkomunikasi dan memiliki emosi yang
tidak stabil, sehingga kerap tidak bisa bersosialisasi dengan lingkungan dan
orang-orang di sekitarnya.
5. Tunadaksa
Tunadaksa adalah seseorang yang mengalami masalah / kelainan pada
alat gerak tubuhnya. Kondisi ini bisa saja berupa cacat permanen, terutama
pada anak yang memang mengalami masalah tersebut sejak lahir. Seorang
anak tunadaksa biasanya akan membutuhkan seorang pendamping dan juga
pendidikan khusus untuk melatih gerak tubuhnya.

Apapun jenis kebutuhan khusus yang dialami oleh anak, orangtua tentu wajib
untuk memberikan semua yang terbaik bagi mereka, baik itu dalam bentuk
pendidikan khusus dan juga masa depan yang terjamin. Sangat penting untuk
selalu mencari informasi terbaik dan lengkap terkait dengan anak berkebutuhan
khusus ini, sehingga orangtua bisa melakukan berbagai tindakan yang paling
tepat dan bermanfaat positif di dalam perkembangan anak.

Saat ini, ada banyak komunitas bagi anak berkebutuhan khusus yang bisa
dikunjungi dengan mudah, atau bahkan melalui internet saja. Di sana, orangtua
dapat berinteraksi dan saling berbagi informasi yang bermanfaat bagi tumbuh
kembang anak tersebut. Hal ini juga memungkinkan anak untuk bertemu dengan
anak-anak berkebutuhan khusus lainnya.

B. Mengapa Terjadi atau hak-hak yang menjadikan Anak Berkebutuhan


Khusus
Setiap orang tua, pasti menginginkan buah hati yang sehat dan normal.
Namun ditiap-tiap kelahiran diseluruh dunia, pasti ada satu dari sekian bayi yang
memiliki kecacatan baik secara fisik maupun psikis, dan mempunyai faktor-
faktor sendiri yang melatarbelakangi. Anak tersebut kemudian lambat laun

4
memerlukan perlakuan khusus dalam setiap penanganannya bahkan hingga ia
dewasa. Oleh karenanya, mereka biasa disebut dengan anak berkebutuhan
khusus. Anak berkebutuhan khusus jika ditelaah maka dapat diartikan dengan
anak yang "spesial" karena memiliki hal-hal yang tidak biasa ditemukan pada
anak seusianya. Mereka cenderung berbeda dengan anak-anak pada umumnya
karena memiliki keterlambatan dalam pertumbuhan atau perkembangannya.

Banyak faktor penyebab terjadinya anak berkebutuhan khusus menjadi


tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, dan lain-lain. Banyak para pakar
telah mendapatkan faktor-faktor penyebab terjadinya hambatan/kelainan
sehingga dapat di bagi menjadi tiga fase yaitu: masa pre natal, natal dan post
natal. Dari berbagai kajian pustaka maupun pengalaman lapang, faktor-
faktor penyebab anak menjadi berkebutuhan khusus, dilihat dari waktu
kejadiannya dapat dibedakan menjadi tiga klasifikasi, yaitu kejadian sebelum
kelahiran, saat kelahiran dan penyebab yang terjadi lahir.

1. Peristiwa Pre natal ( sebelum kelahiran )


Ketunaan yang terjadi pada anak ABK yang terjadi sebelum masa
kelahiran dapat disebabkan antara lain oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Karena Penyakit.
Berbagai penyakit khusus ditengarai dapat menyebabkan kelainan
pada janin yang masih berada dalam kandungan ibu diantaranya adalah
 Virus Liptospirosis, virus ini bersumber dari air kencing tikus, yang
masuk ke tubuh ibu yang sedang hamil. Jika virus ini merembet pada
janin yang sedang dikandungnya melalui placenta maka ada
kemungkinan anak mengalami kelainan.
 Virus maternal rubella atau dalam dunia awam disebut dengan morbili
atau campak Jerman. Virus retrolanta Fibroplasia (RLF) yang
menyerang ibu yang sedang hamil dan janin yang dikandungnya.
Penyakit ini merusak jaringan kulit sampai mengenai persyarafan
disertai demam tinggi dalam waktu lama, sehingga menggangu

5
pertumbuhan dan perkembangan janin, sehingga kemungkinan akan
timbul kecacatan pada bayi yang lahir.
 Penggunaan obat-obatan kontrasepsi yang salah pemakaian, dan tidak
dengan petunjuk ahlinya, dapat pula mengakibatkan pertumbuhan
janin terhambat, sehingga tidak       berkembang secara wajar.
 Keracunan darah (Toxaenia) pada ibu-ibu yang sedang hamil dapat
menyebabkan janin tidak dapat memperoleh oksigen secara maksimal,
sehingga mempengaruhi pertumbuhan syaraf-syaraf di otak yang dapat
menyebabkan gangguan pada sistem syaraf dan ketunaan pada bayi.
 Penyakit menahun seperti TBC dapat mengakibatkan kalainan pada
metabolisme ibu, kondidi ini dapat merusak sel-sel darah tertentu
selama pertumbuhan janin dalam kandungan, dan pada gilirannya akan
menyebabkan ketunaan pada aspek tertentu.
 Infeksi karena penyakit kotor ( penyakit kelamin /sipilis yang diderita
ayah atau ibu sehingga mempengaruhi terhadap janin sewaktu ibu
mengandung), toxoplasmosis( dari virus binatang seperti bulu kucing ),
trachoma dan tumor. Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan
dengan indera penglihatan akibatnya kerusakan pada bola mata , dan
pendengaran akibatnya kerusakan pada selaput gendang telinga.
 Kekurangan vitamin atau kelebihan zat besi /timbel sehingga ibu
keracunan yang mengakibatkan kelainan pada janin yang
menyebabkan gangguan pada mata. Juga kerusakan pada otak
sehingga menyebabkan terganggu fungsi berfikirnya atau verbal
komunikasi, kerusakan pada organ telinga sehingga hilangnya fungsi
pendengaran.

Penyebab Lain

 Faktor rhesus (Rh) anoxia prenatal, kekurangan oksigen pada calon


bayi di kandungan yang terjadi karena ada gangguan/infeksi pada
placenta,

6
 Pengalaman traumatic yang menimpa pada ibu yang sedang hamil
sehingga jiwanya menjadi goncang, tertekan yang secara langsung
dapat berimbas pada bayi dalam perut,
 Percobaan abortus yang gagal, sehingga janin yang dikandungnya
tidak dapat berkembang secara wajar.
 Terjadinya perdarahan pada saat ibu hamil dikarenakan kecelakaan /
jatuh atau kelainan pada kandungan yang mengakibatkan kerusakan
pada otak atau organ lainnya.
 Terjadi kelahiran muda ( premature ) atau bayi lahir kurang waktu,
bayi yang lahir sebelum waktunya, sering meninbulkan ketunaan
karena ada perkembangan janin yang mungkin belum semprna.
 Karena faktor keturunan. Hal ini pada umumnya terjadi dari hasil
perkawinan bersaudara sesama tunanetra,tuna rungu ataupun yang
lainnya, atau mempunyai orangtua yang cacat. Contohnya: akibat
tunanetra faktor dari penyakit pada retina yang umumnya merupakan
keturunan ( Retinitis Pigmentosa ), Penyakit ini sedikit demi sedikit
menyebabkan mundur atau memburuknya retina. Gejala pertama
biasanya sukar melihat di malam hari, diikuti dengan hilangnya
penglihatan periferal, dan sedikit saja penglihatan pusat yang
tertinggal.
 Beberapa pakar menyebutkan bahwa kecacatan disebabkan akibat
penggunaan sinar X pada waktu ibu hamil muda mengakibatkan
kerusakan pada organ telinga. Banyak bayi dilahirkan dengan kondisi
kepala kecil Microcepalic, cacat mental, cacat mata, cacat anggota
badan, dan celah langit-langit.Bukti yang sangat menyakinkan bahwa
radiasi menimbulkan cacat pada bayi dengan menaiknya frekuensi
cacat pada microcepalic dan cacat mental pada peristiwa meledaknya
bom atom di Hirosima.

7
b. Natal ( terjadi saat kelahiran )

Proses kelahiran hanya terjadi beberapa saat, namun penanganan yang


tidak tepat pada saat proses kelahiran, dapat membawa dampak yang
cukup menentukan dalam perkembangan anak. Pada proses melahirkan
berbagai resiko yang akan dialami oleh seorang ibu maupun bayinya.
Resiko tersebut bisa mengancam keselamatan jiwanya, maupun untuk
bayi. Misalnya pada waktu melahirkan, proses melahirkan sangat sulit
sehingga harus menggunakan peralatan yang digunakan untuk membantu
agar anak dapat lahir. Biasanya peralatan yang digunakan untuk
membantu melahirkan seperti vacuum yang dapat menarik kepala anak
sehingga anak bisa keluar dari rahim ibu. Dari alat tersebut kepala tertarik
sehingga mengakibatkan kerusakan fisik pada kepala, otak, dan sistem
saraf pusat dapat menyebabkan keterbelakangan mental.

 Aranatal noxia yaitu seorang bayi sebelum dilahirkan suplai oksigen


diperoleh dari ibu lewat plasenta dan tali pusar, akan tetapi setelah ia
dilahirkan, ia harus memperoleh oksigen dari udara bebas. Karena
leher bayi terbelit atau karena ada lendir pada jalan pernafasan,
akibatnya pernafasan bayi tidak dapat normal. Gangguan kerja
pernafasan ini dapat mengakibatkan otak kekurangan oksigen atau
jaringan otak menjadi mati. Kekurangan oksigen dapat juga karena
bayi lahir premature.

 Proses kelahiran yang menggunaklan Tang Verlossing (dengan


bantuan Tang). Cara ini dapat menyebabkan brain injury (luka pada
otak) sehingga pertumbhan otak kurang dapat berkembang secara
maksimal. Pendarahan otak disebabkan oleh karena luka yang terjadi
pada proses kelahiran. Pendarahan ini terjadi karena anoxia maupun
karena adanya luka secara fisik di otak. Luka di otak karena
penggunaan alat bantu persalinan yang salah dan ceroboh dan tidak

8
profesional, sehingga dapat mengakibatkan luka pada otak atau
menekan bagian syaraf tertentu yang dapat mengakibatkan adanya
gangguan fungsi syaraf penglihatan, pedengaran atau persyarafan lain
yang dapat mengakibatkan gangguan perkembangan otak.

 Placenta previa (jaringan yang melekat pada segmen bawah rahim dan


menutupi mulut rahim sebagian atau seluruhnya) Sehingga terjadi
pendarahan di otak.

 Proses kelahiran yang lama, karena pinggul ibu kecil sehingga sulit
melahirkan atau kekurangan air ketuban mengakibatkan bayi
kekurangan cairan sehingga berpengaruh terhadap penglihatan,
pendengaran, otak dan darah sehingga berpengaruh pada
perkembangan bayi.

 Disproporsi sefalopelvik ( tulang kemaluan ibu yang kurang


proposional), sehingga proses kelahiran dapat merusak sistem syaraf
otak. Proses kelahiran bayi yang terlalu lama sehingga mengakibatkan
bayi kekurangan zat asam/oksigen. Hal ini dapat mengganggu
pertumbuhan sel-sel di otak.Keadaan bayi yang lahir dalam keadaan
tercekik oleh ari-ari ibunya sehingga bayi tidak dapat secara leluasa
untuk bernafas yang pada gilirannya dapat mengganggu keadaan otak.

 Letak bayi sungsang sehingga kesulitan ibu melahirkan yang


mengakibatkan pengaruh perkembangan bayi. Kelahiran bayi pada
posisi sungsang sehingga bayi tidak dapat memperoleh oksigen cukup
yang akhirnya dapat mengganggu perkembangan sel di otak.

c. Post Natal

Berbagai peristiwa yang dialami anak dalam kehidupannya seringkali


dapat mengakibatkan seseorang kehilangan salah satu fungsi organ tubuh
atau fungsi otot, dan syaraf. Bahkan dapat pula kehilangan organ itu

9
sendiri. Penyebab ketunaan yang terjadi setelah kelahiran diantaranya
adalah :

 Seorang anak pada usia 2 tahun menderita penyakit panas sampai


satu minggu tidak turun suhu badannya , si ibu tidak segera
memeriksakan ke dokter sehingga terjadi luka-luka dan infeksi pada
telinga anaknya. Setelah mengetahui bahwa pada telinganya terjadi
pembengkakan yang diakibatkan karena luka tusukan benda kecil,
yang tidak diketahui sebelumnya. Beberapa hari kemudian dari
telinga anak tersebut terdapat cairan yang mengeluarkan bau tidak
sedap. Sehingga akibatnya organ telinga luar ( membrana tympani /
gendang telinga rusak ) pada masa kanak-kanak.

 Penyakit radang selaput otak (meningitis) dan radang otak


(Enchepalitis) yang diakibatkan karena penyakit yang diderita pada
masa kanak-kanak misalnya radang selaput otak akibat radiasi
seperti infeksi pada selaput otak, radang otak, infeksi pada organ
telinga pada kasus diatas atau akibat kecelakaan yang
mengakibatkan kerusakan fungsi pendengaran, fungsi organ tubuh
yag lainnya., yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan
sel-sel otak menjadi terganggu. Berbagai penyakit yang diderita
pada masa kanak-kanak dapat menyebabkan Anak Berkebutuhan
Khusus.

 Terjadi incident (kecelakaan) yang melukai kepala dan menekan


otak bagian dalam sehingga keadaan otak menjadi terganggu.
Traumatik disebabkan oleh pukulan ,tusukan, benturan benda yang
mengakibatkan organ tubuh menjadi tidak berfungsi, atau operasi
tulang temporal pada telinga, kerusakan tulang-tulang pendengaran
yang mengakibatan anak menjadi tuli atau goncangan keras pada

10
kepala dapat menyebabkan kerusakan otak sehingga menjadi anak
terbelakang mental.

 Kekurangan gizi /vitamin pada usia balita sehingga perkembangan


dan pertumbuhan organ tubuh ( otak, telinga, dan bagian tubuh
yang lain) akan terhambat sehingga mengakibatkan kelainan .

 Diabetes Melitus. Jenis penyakit ini termasuk penyakit berat


menahun yang mengenai selurh bagian tubuh manusia melalui
pembuluh darah, akibat tertimbunnya gula darah dalam
tubuh.Penyakit ini dapat berkomplikasi bersamaan dengan
munculnya penyakit lain, pada organ mata apat menyebabkan
penyakit berupa retinopathia dan cataracta.Sehingga penderita
diabetes mengakibatkan kerusakan pada lensa mata mengakibatkan
gangguan penglihatan atau berpengaruh terhadap kebutaan.

 Hipertensi. Seseorang yang memiliki kasus hipertensi dapat


mengakibatkan arteriosclerosis, penyempitan pembuluh darah atau
bahkan pecahnya pembuluh darah pada otak yang memberikan
gejala exudasi dan pendarahan retina serta penyumbatan arteri
atau vena centralis reina, sehingga mengakibatkan gangguan
penglihatan dari tingkat ringan sampai menjadi buta.

 Penyakit panas tinggi dan kejang-kejang (stuip), radang telinga


(otitis media), malaria tropicana, yang dapat berpengaruh terhadap
kondisi badan.

C. Anak Luar Biasa VS Anak Berkebutuhan Khusus


Anak Luar Biasa ialah anak yang dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan fisik, mental atau emosi dan sosialnya mengalami penyimpangan
(deviasi) bila dibandingkan dengan anak normal yang sebaya, sehingga mereka
memerlukan pelayanan dan alat-alat kusus sesuai dengan penyimpangannya atau

11
kelainannya. Atau di Amerika yang dikatakan anak luar biasa adalah : Those who
deviate from what is supposed to be average in physical, mental, emotional or
social characteristics to such an extent. Yaitu mereka yang menyimpang dari
yang seharusnya menjadi rata-rata dalam karakteristik fisik, mental, emosional
atau sosial sedemikian rupa

Sedangkan anak berkebutuhan khusus lebih pada kebutuhan anak untuk


mencapai prestasi sesuai dengan potensinya.

D. Konsep Disabilitas Menurut ICF


Dalam International Classification of Impairments, Disabilities and Handicaps
(ICIDH – WHO, 1980), Organisasi Kesehatan Dunia mendefinisikan istilah
“impairment”, “disability” dan “handicap”; tetapi dalam International
Classification of Functioning, Disability and Health (ICF), WHO (2001) istilah
handicap itu dihilangkan dan konsepnya diintegrasikan ke dalam konsep
disability.

Dalam ICF (WHO, 2001) “itmpairmen” didefinisikan sebagai “problems in


body function and structure such as significant deviation or loss”. Itu artinya
impairment adalah masalah yang terjadi pada fungsi dan struktur tubuh. Masalah
tersebut dapat diakibatkan karena kehilangan suatu organ tubuh atau karena
adanya penyimpangan yang signifikan dalam struktur dan/atau fungsinya. ICF
menjelaskan bahwa fungsi tubuh adalah fungsi fisiologis pada system tubuh
(termasuk fungsi psikologis); sedangkan yang dimaksud dengan struktur tubuh
adalah bagian-bagian anatomi tubuh seperti organ-organ tubuh, anggota badan
dan komponen-komponennya.

Sebagai contoh, seseorang dapat dikatakan sebagai menyandang “visual


impairment” apabila dia kehilangan bola matanya atau terdapat penyimpangan
yang signifikan dalam struktur dan fungsi matanya.

12
ICF (WHO, 2001), menyatakan bahwa “Disability is the umbrella term for
any or all of: an impairment of body structure or function, a limitation in
activities, or a restriction in participation”. Ini berarti bahwa seseorang
dikatakan menyandang “disability” apabila dia mengalami salah satu atau semua
hal berikut : ketunaan (impairment), keterbatasan dalam aktivitas, dan hambatan
partisipasi dalam kegiatan kehidupan di masyarakat.

Istilah “disabilitas” ini telah diadopsi dalam Undang-undang RI nomor 8


tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.

Kelompok tertentu memang lebih menyukai istilah “difabel” yang diserap dari
akronim “diffable” (differently able) yang pertama kali dilontarkan oleh
seseorang dari Thailand dalam the Asian Conference on Blindness di Singapura
pada tahun 1981.

Keterbatasan dalam aktivitas dan hambatan partisipasi dalam kegiatan


kehidupan di masyarakat yang dialami oleh para penyandang disabilitas sangat
ditentukan oleh factor lingkungan. Faktor lingkungan itu terdiri dari lingkungan
fisik, lingkungan sosial dan sikap masyarakat tempat individu tinggal dan
melaksanakan kegiatan kehidupannya. Sikap yang positif dan suportif serta
lingkungan fisik yang aksesibel dapat mengurangi kadar disabilitas seseorang
atau bahkan menghilangkannya.

Menurut konsep ICF, disabilitas seseorang itu merupakan interaksi yang


dinamis antara ketunaan dan factor lingkungan. Interaksi tersebut dapat
memfasilitasi ataupun menghambat keberfungsiannya di masyarakat.

Berdasarkan konsep di atas, Convention on the Rights of Persons with


Disabilities (CRPD, Resolusi PBB nomor 61/106 tahun 2006), menegaskan
bahwa "disability is an evolving concept and that disability results from the
interaction between persons with impairments and attitudinal and environmental
barriers that hinders their full and effective participation in society on an equal

13
basis with others". Semakin positif interaksi tersebut, maka akan semakin rendah
tingkat disabilitas itu.

E. Model Medis vs Model Sosial


Model Medis

Medical model of disability adalah sebuah model di mana disabilitas


dipandang sebagai akibat dari kondisi kelainan fisik semata-mata, yang
merupakan hakikat dari kondisi individu penyandangnya - yang merupakan
bagian intrinsik dari diri individu yang bersangkutan. Kondisi ini dapat
mengurangi kualitas kehidupan individu, dan jelas mengakibatkan kerugian bagi
individu tersebut. Akibatnya, mengatasi masalah disabilitas itu berkutat seputar
mengidentifikasi disabilitas itu, memahami dan meneliti cara mengontrol dan
mengubah penyebabnya. Potensi dan tanggung jawab profesi medis dalam
bidang ini adalah sentral.

Oleh karena itu, atas dasar rasa belas kasihan atau rasa keadilan, masyarakat
menginvestasikan sumber-sumber dalam bidang perawatan kesehatan dan
berbagai bentuk pelayanan terkait lainnya dalam upaya untuk "menyembuhkan"
disabilitas secara medis, mengembangkan fungsionalitas dan /atau meningkatkan
keberfungsian penyandang disabilitas sehingga memungkinkan mereka
mempunyai kehidupan yang lebih "normal".

Dengan pendekatan belas kasihan ini, para penyandang disabilitas cenderung


dipandang sebagai "objek" perlindungan, perlakuan dan bantuan daripada
sebagai subjek pemegang hak. Sebagai akibat dari pendekatan ini, para
penyandang disabilitas dipisahkan dari masyarakat umum, dan disediakan bagi
mereka sekolah khusus, "bengkel kerja terlindung" (sheltered workshop), dan di
masyarakat tertentu juga bahkan perumahan dan transportasi yang terpisah. Ini
dilakukan atas asumsi bahwa mereka tidak mampu menghadapi tantangan hidup
di masyarakat luas. Mereka sering tidak diberi kesamaan akses ke hak-hak
mendasar dan kebebasan fundamental (misalnya perawatan kesehatan yang

14
memadai, pekerjaan, pendidikan, pemilihan, partisipasi dalam kegiatan budaya);
mereka hanya diberi akses ke tempat-tempat yang disediakan khusus bagi
penyandang disabilitas. Dalam bidang pendidikan, model ini telah melahirkan
sistem segregasi yang memisahkan anak-anak penyandang disabilitas dari anak-
anak pada umumnya. Anak-anak penyandang disabilitas ditempatkan di sekolah-
sekolah khusus yang kita kenal dengan istilah sekolah luar biasa (SLB).
Akibatnya, para penyandang disabilitas cenderung diperlakukan sebagai orang
asing di dalam masyarakatnya sendiri. Masyarakat cenderung memandangnya
sebagai suatu keanehan apabila ada penyandang disabilitas yang berpartisipasi
dalam kegiatan yang tidak dirancang khusus baginya. Lebih jauh pendekatan ini
memunculkan diskriminasi terhadap para penyandang disabilitas.

Model Sosial

Social model of disability mengemukakan bahwa hambatan sistemik, sikap


negatifdan eksklusi oleh masyarakat (secara sengaja atau tidak sengaja)
merupakan faktor-faktor utama yang mendefinisikan siapa yang menyandang
disabilitas dan siapa yang tidak di dalam masyarakat tertentu.

Model ini mengakui bahwa sementara orang-orang tertentu mempunyai


variasi fisik, sensori, intelektual, atau psikologis, yang kadang-kadang dapat
mengakibatkan keterbatasan fungsi atau ketunaan pada individu, ini tidak harus
mengakibatkan disabilitas, kalau masyarakat dapat menghargai dan
menginklusikan semua orang tanpa memandang perbedaanperbedaan individu.

Model ini tidak menyangkal bahwa perbedaan-perbedaan individual tertentu


mengakibatkan keterbatasan individual atau ketunaan, tetapi hal ini tidak boleh
menjadi penyebab eksklusi.

Berdasarkan model sosial, disabilitas disebabkan oleh masyarakat tempat kita


tinggal dan bukan merupakan 'kesalahan' seorang individu penyandang
disabilitas itu, atau juga bukan merupakan konsekuensi yang tak dapat dihindari

15
dari keterbatasannya. Disabilitas merupakan akibat dari hambatan-hambatan
fisik, struktural dan sikap yang ada di dalam masyarakat, yang mengarah pada
diskriminasi. Oleh karena itu, pengubahan lingkungan demi menghilangkan
hambatan-hambatan tersebut diyakini dapat menghilangkan disabilitas -
sekurangkurangnya menurunkan tingkat disabilitas itu.

Model sosial memandang penyandang disabilitas sebagai bagian dari


ekonomi, lingkungan dan budaya masyarakat kita. Jika seorang individu
penyandang disabilitas tidak dapat ambil bagian dalam kegiatan di masyarakat,
yang merupakan masalah adalah hambatanhambatan yang mencegah individu itu
memainkan peran di dalam masyarakat itu, bukan sang individu itu sendiri. Satu
contoh sederhana adalah tentang seorang penguna kursi roda yang mengalami
hambatan mobilitas.

F. Pendidikan Luar Biasa VS Pendidikan Berkebutuhan Khusus


Pendidikan Luar Biasa

Istilah “pendidikan luar biasa” atau “pendidikan khusus” adalah terjemahan


dari “special education”. Hingga awal tahun 1970-an Special education
didefinisikan sebagai profesi yang dimaksudkan untuk mengelola variabel-
variabel pendidikan guna mencegah, mengurangi, atau menghilangkan kondisi-
kondisi yang mengakibatkan gangguan-gangguan yang signifikan terhadap
keberfungsian anak dalam bidang akademik, komunikasi, lokomotor, atau
penyesuaian, dan anak yang menjadi targetnya disebut “exceptional children”
(“anak berkelainan” atau “anak luar biasa” (Smith et al., 1975).

Sejak tahun 1980-an, fokus special education adalah kebutuhan khusus anak
dan intervensi lingkungan agar kebutuhan khusus anak itu dapat terpenuhi. Anak
yang menjadi fokus special education itu disebut “children with special needs”.
Oleh karena itu,

16
Pendidikan Berkebutuhan Khusus

Dalam konteks pendidikan inklusif, Pernyataan Salamanca (UNESCO, 1994)


memperluas konsep kebutuhan khusus itu sehingga tidak hanya kebutuhan
khusus akibat disabilitas dan keberbakatan tetapi juga mencakup “anak jalanan
dan anak pekerja, anak dari penduduk terpencil ataupun pengembara, anak dari
kelompok linguistik, etnik ataupun kebudayaan minoritas, serta anak dari daerah
atau kelompok lain yang tak beruntung”.

Kelompok disiplin ilmu yang mengkaji kebutuhan pendidikan dengan konsep


yang luas ini disebut “special needs education” (pendidikan kebutuhan khusus).

Pendidikan Luar Biasa Atau Pendidikan Khusus?

“Pendidikan khusus” merupakan terjemahan langsung dari frase “special


education”, sedangkan “pendidikan luar biasa” merupakan terjemahan yang
sudah disisipi nuansa rasa. Frase “luar biasa” selalu mengandung rasa yang
“dilebih-lebihkan” (exagerated). Oleh karenanya, anak yang menjadi kajian PLB
juga disebut “anak luar biasa”; padahal seharusnya kita menanamkan
pemahaman bahwa mereka sesungguhnya anak biasa seperti anak-anak lainnya
tetapi mereka memiliki kebutuhan khusus akibat disabilitasnya dan akibat
lingkungan yang tidak aksesibel.

Di atas semua itu, undang-undang RI membenarkan penggunaan istilah


pendidikan khusus. Istilah pendidikan khusus digunakan dalam Undang-undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 32 undang-
undang tersebut menggariskan bahwa “Pendidikan khusus merupakan pendidikan
bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa.”

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka makalah ini dapat disimpulkan :

1. Jenis atau tipe anak berkebutuhan khusus yang membutuhkan penanganan


khusus dari orangtuanya diantaranya : Tunagrahita, tunanetra, tunarungu,
tunalaras, dan tunadaksa.
2. Penyebab terjadinya anak berkebutuhan khusus diantaranya adalah :
Peristiwa Pre natal ( sebelum kelahiran ) disebabkan karena penyakit dan juga
penyebab-penyebab lainnya. Natal ( terjadi saat kelahiran ) dan Post natal.
3. Anak luar biasa ialah anak yang dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan fisik, mental atau emosi dan sosialnya mengalami
penyimpangan (deviasi) bila dibandingkan dengan anak normal yang sebaya,
sehingga mereka memerlukan pelayanan dan alat-alat kusus sesuai dengan
penyimpangannya atau kelainannya. Sedangkan anak berkebutuhan khusus
lebih pada kebutuhan anak untuk mencapai prestasi sesuai dengan potensinya.
4. Seseorang dikatakan menyandang “disability” apabila dia mengalami salah
satu atau semua hal berikut : ketunaan (impairment), keterbatasan dalam
aktivitas, dan hambatan partisipasi dalam kegiatan kehidupan di masyarakat.
5. Model medis adalah sebuah model di mana disabilitas dipandang sebagai
akibat dari kondisi kelainan fisik semata-mata, yang merupakan hakikat dari
kondisi individu penyandangnya - yang merupakan bagian intrinsik dari diri
individu yang bersangkutan. Sedangkan model sosial merupakan hambatan
sistemik, sikap negative dan eksklusi oleh masyarakat (secara sengaja atau
tidak sengaja) merupakan faktor-faktor utama yang mendefinisikan siapa yang
menyandang disabilitas dan siapa yang tidak di dalam masyarakat tertentu.
6. Pendidikan luar biasa yaitu sebagai profesi yang dimaksudkan untuk
mengelola variabel-variabel pendidikan guna mencegah, mengurangi, atau

18
menghilangkan kondisi-kondisi yang mengakibatkan gangguan-gangguan
yang signifikan terhadap keberfungsian anak dalam bidang akademik,
komunikasi, lokomotor, atau penyesuaian, dan anak yang menjadi targetnya
disebut “exceptional children” “anak berkelainan” atau “anak luar biasa”.
Sedangkan pedidikan berkebutuhan khusus yaitu kelompok disiplin ilmu yang
mengkaji kebutuhan pendidikan dengan konsep yang luas.

B. Saran
Apa yang dijelaskan penulis dalam makalah hanya sedikit tentang penjelasan
Konsep Anak Berkebutuhan Khusus Dan Pendidikan Kebutuhan Khusus. Oleh
karena itu, bagi para pembaca yang sudah membaca makalah ini diharapkan
membaca sumber lain yang berhubungan dengan materi ini. Khususnya bagi
mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

19
DAFTAR PUSTAKA
http://d-tarsidi.blogspot.com/2016/06/konsep-impairment-dan-
disability.html#:~:text=Menurut%20konsep%20ICF%2C%20disabilitas
%20seseorang,ataupun%20menghambat%20keberfungsiannya%20di%20masyarakat.
Wikipedia. (2009). Medical model of disability. (Online). Available:
http://en.wikipedia.org/wiki/Medical_model_of_disabilitv.
Wikipedia (2009). Social model of disability. (Online). Available:
http://en.wikipedia.org/wiki/Social_model_of_disability. Retrieved 7 April 2010

Wikipedia (2012). Special Education. (Online). Tersedia:


http://en.wikipedia.org/wiki/Special_education. Diakses 2 November 2020.

20

Anda mungkin juga menyukai