Anda di halaman 1dari 21

KEBUTUHAN KHUSUS DALAM BELAJAR

MATA KULIAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Dosen Pengampu :Dr.Khairunnisa.M.Pd

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4

ADRIAN MARPAUNG : 3231121009

ELSA MANORA SIMAREMARE :3232421014

SHELFYA FITRIANA :3231121006

WINDA NIDAWARTI GULO : 3231121012

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2024

1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi Karunia-Nya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.Dalam
Menyusun makalah ini,kami pahami bahwa pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki.Oleh karena itu,kami mengharapakan kritik dan saran dari dosen dan para pembaca
makalah yang bersifat membangun untuk penyajian dan pembuatan makalah yang lebih baik
di waktu yang akan datang.

Kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih atas perhatiannya kepada dosen
pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan Ibu Dr.Khairunnisa.M.Pd yang telah memberi
tugas kepada kami,sehingga tugas tersebut dapat memberikan implementasi dan kognifutas
dalam menambah wawasan dan pengetahuan.

Makalah ini akan menyajikan tentang Kebutuhan Khusus Dalam Belajar yang berisi
tentang Definisi,Pengkategorikan Kebutuhan Khusus,Belajar di SLB,dan Belajar di Sekolah
Inklusi.Dengan demikian kami akan menyajikannya secara relevan dan dengan Bahasa yang
mudah untuk dipahami tanpa menghilangkan fakta yang tertuang di dalamnya.

Medan,25 Maret 2024

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB 1.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................5

1.3 Tujuan..................................................................................................................................5

BAB 2.........................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.......................................................................................................................6

2.1 Definisi Kebutuhan Khusus dalam belajar......................................................................6

2.2 Pengkatagorian Kebutuhan Khusus................................................................................9

2.3 Tantangan yang mungkin dihadapi dalam pengkategorian kebutuhan khusus........11

2.4 Belajar di SLB..................................................................................................................12

2.5 Belajar di sekolah inklusi................................................................................................14

BAB 3.......................................................................................................................................18

PENUTUP...............................................................................................................................18

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................18

3.2 Saran..................................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tidak setiap anak yang dilahirkan di dunia ini selalu mengalami perkembangan
normal.Banyak di antara mereka yang dalam perkembangannya mengalami hambatan,
gangguan, kelambatan, atau memiliki faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai
perkembangan optimal diperlukan penanganan atau intervensi khusus. Kelompok inilah yang
kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa.

Dalam memahami anak berkebutuhan khusus atau anak luara biasa, sangat diperlukan
adanya pemahaman mengenai jenis-jenis kecacatan (anak berkebutuhan khusus) dan akibat-
akibat yang terjadi pada penderita. Anak berkebutuhan khusus disebut sebagai anak yang
cacat dikarenakan mereka termasuk anak yang pertumbuhan dan perkembangannya
mengalami penyimpangan atau kelainan, baik dari segi fisik, mental, emosi, serta sosialnya
bila dibandingkan dengan nak yang normal.

Karakteristik spesifik anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan dengan


Tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat
perkembangan sensorik motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep
diri, kemampuan berinteraksi social, serta kreatifitasnya. Adanya perbedaan karakteristik
setiap peserta didik berkebutuhan khusus, akan memerlukan kemampuan khusus guru. Guru
dituntut memiliki kemampuan beraitan dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat
setiap anak dalam beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi kemampuan berpikir,
melihat, mendengar, berbicara, dan cara besosialisasikan. Hal-hal tersebut diarahkan pada
keberhasilan dari tujuan akhir pembelajaran, yaitu perubahan perilaku kearah pendewasaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari kebutuhan khusus dalam belajar
2. Bagaimana penggolongan pengkategorian kebutuhan khusus di Indonesia?
3. Apa saja tantangan yang mungkin dihadapi dalam pengkategorian kebutuhan khusus?
4. Bagaimana cara menentukan metode pembelajaran yang sesuai untuk anak dengan
kebutuhan khusus?
5. Apa peran orang tua dalam mendukung pembelajaran anak dengan kebutuhan khusus
di SLB?

4
6. Apa saja jenis terapis khusus yang dapat membantu anak-anak dengan kebutuhan
khusus di SLB?
7. Apa itu sekolah inklusi?
8. Bagaimana cara meningkatkan efektivitas pendekan pembelajran di sekolah inklusi
untuk memenuhi kemampuan belajar siswa dengn beragam kemampuan secara
efektif dan merata?
9. Apakah ada metode pembelajaran yang khusus yang dapat diterapkan di sekolah
inklusi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kebutuhan khusus dalam belajar
2. Untuk mengetahui pengkategorian kebutuhan khusus dalam belajar?
3. Untuk mengetahui tantangan yang mungkin dihadapi dalam pengkategorian
kebutuhan khusus
4. Untuk mengetahui menentukan metode pembelajaran yang sesuai untuk anak dengan
kebutuhan khusus
5. Untuk mengetahui peran orang tua dalam mendukung pembelajaran anak dengan
kebutuhan khusus di SLB
6. Untuk mengetahui jenis terapis khusus yang dapat membantu anak-anak dengan
kebutuhan khusus di SLB
7. Untuk mengetahui pengertian sekolah inklusi
8. Untuk mengetahui meningkatkan efektivitas pendekatan pembelajaran di sekolah
inklusi
9. Untuk mengetahui metode pembelajaran yang khusus yang dapat diterapkan di
sekolah inklusi

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kebutuhan Khusus dalam belajar


Peserta didik berkebutuhan khusus adalah peserta didik yang memiliki perbedaan
dengan peserta didik secara umum atau rata-rata anak seusianya. Peserta didik dikatakan
berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya.
Sementara menurut Heward, anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik
khususyang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memerlukan penanganan khusus


sehubungan dengan gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak. Mereka yang
digolongkan pada anak yang berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan berdasarkan
ganngguan atau kelainan pada aspek:

1. Fisik/motorik, antara lain cerebral palsi, polio


2. Kognitif mentalretardasi, anak unggul (berbakat)
3. Bahasa dan bicara
4. Pendengaran
5. Penglihatan
6. Sosial emosi

Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seorang anak yang memerlukan.
pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing secara
individual'.

Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidak mampuan
mental, emosi atau fisik. Yang termasuk ke dalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu,
tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, anak
dengan gangguan kesehatan. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar
biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan
bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi
mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi
tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.
6
Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan secara simpel
sebagai anak yang lambat (slow) atau mangalami gangguan (retarded) yang tidak akan pernah
berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya. Banyak istilah yang
dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus, seperti disability, impairment, dan
Handicap. Menurut World Health Organization (WHO), definisi masing-masing istilah adalah
sebagai berikut:

A. Disability keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang dihasilkan dari impairment)


untuk menampilkan aktivitas sesuai dengan aturannya atau masih dalam batas normal,
biasanya digunakan dalarn level individu.
B. Impairment. kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal psikologis, atau struktur anatomi
atau fungsinya, biasanya digunakan pada level organ.
C. Handicap Ketidak beruntungan individu yang dihasilkan dari impairment atau disability
yang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang normal pada individu.

Menurut pasal 15 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, bahwa jenis pendidikan
bagi Anak berkebutuan khusus adalah Pendidikan Khusus. Pasal 32 (1) UU No. 20 tahun
2003 memberikan batasan bahwa Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta
didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan
fisik, emosional,mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Teknis layanan pendidikan jenis Pendidikan Khusus untuk peserta didik yang berkelainan
atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat diselenggarakan secara inklusif
atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jadi
Pendidikan Khusus hanya ada pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Untuk jenjang
pendidikan tinggi secara khusus belum tersedia..

Pada PP No. 17 Tahun 2010 Pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa Peserta didik
berkelainan terdiri atas peserta didik yang a, tunanetra; b. tunarungu, e. tunawicara, d.
tunagrahita; e. tunadaksa; f. tunalaras; g. berkesulitan belajar, h. lamban belajar, i. autis;
j.memiliki gangguan motorik; k. menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang,
dan zat adiktif lain; dan 1. memiliki kelainan lain. Menurut pasal 130 (1) PP No. 17 Tahun
2010. Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan dapat diselenggarakan pada semua
jalur dan jenis pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. (2) Penyelenggaraan
pendidikan khusus dapat dilakukan melalui satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan
umurn, satuan pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan. Pasal 133 ayat

7
(4) menetapkan. bahwa Penyelenggaraan satuan pendidikan khusus dapat dilaksanakan secara
terintegrasi antarjenjang pendidikan dan/atau antar jenis kelainan.

Integrasi antar jenjang dalam bentuk Sekolah Luar Biasa (SLB) satu atap, yakni satu
lembaga penyelenggara mengelola jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB dengan
seorang Kepala Sekolah. Sedangkan Integrasi antar jenis kelainan, maka dalam satu jenjang
pendidikan khusus diselenggarakan layanan pendidikan bagi beberapa jenis ketunaan.
Bentuknya terdiri dari TKLB; SDLB, SMPLB, dan SMALB masing-masing sebagai satuan
pendidikan yang berdiri sendiri masing-masing dengan seorang kepala sekolah. Altenatif
layanan yang paling baik untuk kepentingan mutu layanan adalah Integrasi Antar Jenis.
Keuntungan bagi penyelenggara (sekolah) dapat memberikan layanan yang terfokus sesuai
kebutuhan anak seirama perkembangan psikologis anak. Keuntungan bagi anak, anak
menerima layanan sesuai kebutuhan yang sebenarnya karena sekolah mampu membedakan
perlakuan karena memiliki fokus atas dasar kepentingan anak pada jenjang TKLB, SDLB,
SMPLB, dan SMALB.

Penyelenggaran pendidikan khusus saat ini masih banyak yang menggunakan Integrasi
antar jenjang (satu atap) bahkan digabung juga dengan integrasi antar jenis. Pola ini hanya
didasarkan pada effisiensi ekonomi padahal sebenarnya sangat merugikan anak karena dalam
prakteknya seorang guru yang mengajar di SDLB juga mengajar di SMPLB dan SMALB.
Jadi perlakuan yang diberikan kadang sama antara kepada siswa SDLB, SMPLB dan
SMALB. Secara kualitas materi pelajaran juga kurang berkualitas apalagi secara psikologis
karena tidak menghargai perbedaan karakteristik rentang usia.

Adapun bentuk satuan pendidikan/lembaga sesuai dengan kekhususannya di Indonesia


dikenal SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk
tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian
G untuk cacat ganda..

Anak tersebut membutuhkan metode, material, pelayanan dan peralatan yang khusus
agar dapat mencapai perkembangan yang optimal. Karena anak-anak tersebut mungkin akan
belajar dengan kecepatan yang berbeda dan juga dengan cara yang berbeda. Walaupun
mereka memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda dengan anak-anak secara umum,
mereka harus mendapat perlakuan dan kesempatan yang sama. Hal ini dapat dimulai dengan
cara penyebutan terhadap anak dengan kebutuhan khusus tersebut.

8
2.2 Pengkatagorian Kebutuhan Khusus
Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) yaitu peserta didik dengan karakteristik
khusus yang berbeda dengan peserta didik pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi ataupun fisik.

PDBK memiliki istilah lain yakni anak cacat/anak yang memiliki kecacatan, anak yang
memiliki kelainan, anak luar biasa, anak yang memiliki ketunaan, anak berkebutuhan khusus
atau children with special needs.Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia No. 70/2009 Pasal 3 ayat 1, penggolongan PDBK dibagi menjadi:

 Tunanetra
 Tunarungu
 Tunawicara
 Tunagrahita
 Tunadaksa
 Tunalaras
 Berkesulitan Belajar
 Lamban Belajar
 Autis
 Memiliki Hambatan Motorik
 Menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan adiktif lainnya
 Memiliki kelainan lainnya
 Tunaganda

Pengkatagoria PDBK

1. Hambatan Penglihatan

Hambatan penglihatan pada anak disebut dengan istilah tunanetra. Anak yang tergolong
tunanetra tidak dapat atau kurang dapat melihat.

 Karakteristik:
 Sering menabrak ketika bergerak
 Kesulitan membaca huruf pada buku bacaan atau tulisan pada papan tulis
 Kesulitan menulis pada garis lurus
 Memegang buku dekat dengan muka ketika membaca

9
 Sering mengeluh kepala pusing, mata gatal atau berair
2. Hambatan Pendengaran

Hambatan pendengaran dikenal dengan istilah tunarungu. Anak yang memiliki hambatan
pendengaran tidak dapat atau kurang dapat mendengar. Kesulitan untuk mendengarkan,
kebayakan diikuti dengan kesulitan untuk berbicara, sehingga anak-anak yang mengalami
gangguan pendengaran kebanyakan juga mengalami gangguan bicara.

Karakteristik menurut UNESCO:

 Tidak menyadari adanya bunyi atau suara


 Tidak dapat melihat ke sumber suara
 Terlihat mendekatkan telinga pada sumber suara
 Sulit untuk berbicara atau berbicara dengan kata yang tidak jelas dengan suara keras
3. Hambatan Gerak

Istilah lain dari hambatan gerak dikenal dengan tunadaksa. Anak yang memiliki
hambatan gerak biasanya kurang dapat menggunakan tangan dan kakinya untuk bergerak.

 Tingkat hambatan:
a. Ringan: memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik, kualitas gerakan
motorik dapat meningkat melalui terapi
b. Sedang: memiliki keterbatasan motorik, mengalami gangguan koordinasi sensorik
c. Berat: memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik, tidak mampu mengontrol
gerakan fisik
 Karakteristik:
 Sulit menggerakan tubuh
 Sulit untuk berpindah dari suatu posisi ke posisi lain
 Sulit meraih/mengambil benda di tempat yang tinggi
 Gerakan tubuh kaku dan layu
 Sering terjatuh
4. Hambatan Intelektual

Berbagai istilah yang sering digunakan untuk hambatan intelektual yaitu retardasi
mental, cacat mental, gangguan intelektual, atau tunagrahita. Anak yang biasanya mengalami
perkembangan yang lambat secara fisik, memiliki kemampuan inteligensi yang signifikan
berada di bawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku.

10
 Karakteristik:
 Perilaku tidak sesuai dengan usia (kekanak-kanakan)
 Sulit memahami hal yang abstrak
 Sulit mengingat atau daya ingat lemah
 Sulit mengikuti instruksi panjang/rumit
 Membutuhkan pengulangan dalam belajar
5. Lambat Belajar
 Karakteristik:
 IQ di antara 70-90
 Proses belajar lambat sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama
 Nilai pada seluruh mata pelajaran rendah
6. AUTIS

Autis yaitu anak yang memiliki gangguan perkembangan yang secara signifikan
mempengaruhi kemampuan komunikasi verbal dan non-verbal serta interaksi sosialnya.

 Karakteristik:
 Memiliki aktivitas yang berulang-ulang
 Terlambat dalam perkembangan komunikasi/Bahasa
 Rentan terhadap perubahan lingkungan atau perubahan aktivitas rutin
 Tidak ada kontak mata
7. Tunalaras

Tunalaras memiliki arti yaitu individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan
emosi dan kontrol sosial.

8. Hambatan Wicara

Hambatan wicara dapat juga disebut dengan istilah tunawicara. Tunawicara yaitu
mereka yang menderita gangguan berbicara sehingga tidak dapat berbicara dengan jelas.

2.3 Tantangan yang mungkin dihadapi dalam pengkategorian kebutuhan khusus.

Dalam pengkategorian kebutuhan khusus, terdapat beberapa tantangan yang mungkin


dihadapi. Pertama, setiap individu dengan kebutuhan khusus memiliki keunikan dan
perbedaan yang perlu dipertimbangkan. Tantangan ini muncul karena tidak ada pendekatan

11
yang satu ukuran cocok untuk semua individu. Setiap individu membutuhkan penilaian dan
pendekatan yang individualistik, mengingat variasi kebutuhan mereka.

Kedua, pengkategorian kebutuhan khusus dapat menjadi subjektif dan rentan terhadap
penilaian yang tidak akurat. Pemahaman yang kurang jelas tentang kriteria pengkategorian
atau kurangnya pedoman yang konsisten dapat mengarah pada penilaian yang tidak konsisten
atau tidak adil. Hal ini dapat mempengaruhi penyediaan sumber daya dan dukungan yang
tepat bagi individu dengan kebutuhan khusus.

Selain itu, tantangan lainnya adalah adanya perubahan dalam kebutuhan individu
seiring waktu. Kebutuhan khusus seseorang dapat berubah sejalan dengan perkembangan dan
perubahan situasi kehidupan mereka. Oleh karena itu, pengkategorian kebutuhan khusus
haruslah fleksibel dan mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut.

Tantangan lainnya adalah kurangnya kesadaran dan pemahaman yang luas tentang
kebutuhan khusus di kalangan masyarakat umum. Hal ini dapat menyebabkan stigma dan
diskriminasi terhadap individu dengan kebutuhan khusus, serta kesulitan dalam memperoleh
dukungan yang mereka perlukan.

Selain itu, terdapat tantangan dalam mengukur efektivitas pengkategorian kebutuhan


khusus dan dampaknya terhadap individu yang bersangkutan. Evaluasi yang tepat diperlukan
untuk memastikan bahwa pengkategorian tersebut benar-benar memenuhi kebutuhan individu
dan memberikan manfaat yang diharapkan.

Dalam menghadapi tantangan-tantangan ini, penting untuk mengembangkan pedoman


yang jelas dan objektif dalam pengkategorian kebutuhan khusus, serta melibatkan berbagai
pemangku kepentingan seperti individu dengan kebutuhan khusus, keluarga, tenaga pendidik,
ahli terkait, dan masyarakat umum. Kolaborasi dan pemahaman yang lebih baik dapat
membantu mengatasi tantangan dalam pengkategorian kebutuhan khusus dan meningkatkan
kualitas hidup individu dengan kebutuhan khusus.

2.4 Belajar di SLB


SLB (Sekolah Luar Biasa) adalah lembaga pendidikan yang ditujukan untuk anak-anak
dengan kebutuhan khusus. Kebutuhan khusus ini mencakup berbagai kondisi seperti cacat
intelektual, cacat pendengaran, cacat penglihatan, gangguan perkembangan, dan gangguan
belajar lainnya. Dalam belajar di SLB, terdapat beberapa kebutuhan khusus yang perlu
diperhatikan, antara lain:

12
1. Pendekatan individual: Setiap anak dengan kebutuhan khusus memiliki keunikan dan
potensi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pendekatan individual dalam belajar sangat
penting. Guru dan staf pendidik di SLB perlu memahami kebutuhan serta kemampuan
masing-masing anak dan menyusun program pembelajaran yang sesuai.
2. Modifikasi kurikulum: Kurikulum di SLB perlu dimodifikasi agar sesuai dengan
kebutuhan anak-anak dengan kebutuhan khusus. Modifikasi ini dapat berupa penggunaan
metode pengajaran yang lebih visual atau praktis, penggunaan alat bantu pendengaran
atau penglihatan, serta integrasi terapi khusus ke dalam kegiatan pembelajaran.
3. Penggunaan metode dan media pembelajaran yang sesuai: Anak-anak dengan
kebutuhan khusus seringkali membutuhkan pendekatan pembelajaran yang berbeda.
Penggunaan metode pembelajaran yang aktif, berbasis pengalaman, dan melibatkan
indra-indra lain seperti pendengaran, penglihatan, atau perabaan dapat membantu mereka
dalam memahami materi pelajaran.
4. Dukungan khusus: Anak-anak dengan kebutuhan khusus mungkin memerlukan
dukungan khusus dalam belajar, seperti guru pendamping atau terapis. Guru pendamping
dapat membantu mereka dalam memahami materi, berinteraksi dengan teman sebaya, dan
mengatasi kesulitan dalam belajar. Terapis khusus, seperti terapis wicara atau terapis
fisik, juga dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan komunikasi atau
keterampilan motorik.
5. Lingkungan belajar yang inklusif: Penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang
inklusif di SLB, di mana anak-anak dengan kebutuhan khusus dapat berinteraksi dengan
anak-anak lainnya secara positif. Kolaborasi antara anak-anak dengan kebutuhan khusus
dan teman sebaya tanpa kebutuhan khusus dapat meningkatkan motivasi, empati, dan
pemahaman antarindividu.
6. Evaluasi kemajuan secara berkala: Evaluasi kemajuan yang dilakukan secara berkala
sangat penting untuk memonitor perkembangan belajar anak-anak dengan kebutuhan
khusus. Dengan mengevaluasi kemajuan mereka, dapat diidentifikasi area yang perlu
ditingkatkan dan strategi pembelajaran yang lebih efektif dapat disusun.

Selain itu, penting juga melibatkan orang tua atau wali murid dalam proses
pembelajaran di SLB. Kolaborasi antara guru, staf pendidik, dan orang tua dapat membantu
mengoptimalkan potensi belajar anak dengan kebutuhan khusus dan menciptakan lingkungan
yang mendukung perkembangan mereka.

13
2.5 Belajar di sekolah inklusi
Sekolah inklusi adalah jenis sekolah yang menerapkan pendekatan inklusif dalam
pendidikan. Dalam konteks pendidikan inklusif, semua siswa, termasuk mereka dengan
kebutuhan khusus, diberi kesempatan untuk belajar bersama dalam lingkungan yang sama.
Tujuan utama dari sekolah inklusi adalah mendukung keberagaman siswa dan menyediakan
pendidikan yang setara bagi semua individu. Sekolah inklusi bertujuan untuk menciptakan
lingkungan yang ramah dan mendukung bagi semua siswa, termasuk mereka dengan
kebutuhan khusus seperti siswa dengan disabilitas fisik, intelektual, atau perkembangan.
Dalam sekolah inklusi, siswa dengan kebutuhan khusus terlibat dalam kegiatan belajar yang
sama dengan siswa lainnya dan diberikan dukungan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan
mereka.

Salah satu prinsip utama dari sekolah inklusi adalah bahwa setiap individu memiliki
hak untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Dalam konteks ini, pendidikan inklusif
menekankan pentingnya mengakui dan menghargai perbedaan individu serta memastikan
bahwa semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang.
Pendekatan inklusif dalam pendidikan tidak hanya memberikan manfaat bagi siswa dengan
kebutuhan khusus, tetapi juga bagi siswa lainnya. Mereka dapat belajar menghargai
perbedaan, membangun hubungan sosial yang kuat, dan mengembangkan empati dan
pemahaman yang lebih baik terhadap orang lain.

Dalam sekolah inklusi, pendidik dan staf sekolah berperan penting dalam
merencanakan dan menyediakan lingkungan inklusif. Mereka bekerja sama dengan orang tua,
ahli pendidikan khusus, dan profesional lainnya untuk menciptakan program yang sesuai
dengan kebutuhan individu. Selain itu, fasilitas dan sumber daya sekolah juga diadaptasi
untuk menjamin aksesibilitas bagi semua siswa. Sekolah inklusi merupakan sebuah upaya
untuk membangun masyarakat yang inklusif, di mana setiap individu dihargai dan diberikan
kesempatan yang setara. Dengan pendekatan ini, diharapkan bahwa semua siswa dapat
tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi mereka, tanpa terkecuali.

Cara meningkatkan efektivitas pendekan pembelajran di sekolah inklusi untuk


memenuhi kemampuan belajar siswa dengn beragam kemampuan secara efektif dan merata

Untuk meningkatkan efektivitas pendekatan pembelajaran di sekolah inklusi guna


memenuhi kemampuan belajar siswa dengan beragam kemampuan secara efektif dan merata,
terdapat beberapa langkah yang dapat diambil.

14
Pertama, penting untuk mengadopsi pendekatan pembelajaran diferensial. Ini berarti
merencanakan dan menyampaikan materi pembelajaran dengan mempertimbangkan
kebutuhan individu setiap siswa. Guru perlu memahami perbedaan dalam gaya belajar,
tingkat pemahaman, dan kebutuhan dukungan yang berbeda-beda antara siswa-siswa mereka.
Dengan demikian, mereka dapat mengadaptasi metode pengajaran, memberikan bahan
referensi yang sesuai, dan menyediakan jenis dukungan yang dibutuhkan oleh masing-masing
siswa.

Kedua, kolaborasi antara guru dan ahli pendidikan khusus juga sangat penting. Guru
dan ahli pendidikan khusus harus bekerjasama dalam merencanakan dan melaksanakan
strategi pembelajaran yang efektif. Mereka dapat saling berbagi pengetahuan, pengalaman,
dan sumber daya untuk memastikan bahwa kebutuhan belajar siswa dengan beragam
kemampuan terpenuhi secara merata.

Selanjutnya, penggunaan teknologi pendidikan dapat memainkan peran yang


signifikan dalam meningkatkan efektivitas pendekatan pembelajaran di sekolah inklusi.
Teknologi yang tepat dapat membantu siswa dengan beragam kemampuan untuk belajar
secara mandiri dan memperoleh akses terhadap sumber daya pendidikan yang relevan.
Misalnya, ada aplikasi dan perangkat lunak yang dapat membantu dalam membaca, menulis,
atau mendengarkan bagi siswa dengan kesulitan membaca atau menulis. Selain itu, teknologi
juga dapat mendukung komunikasi dan kolaborasi antara siswa dan guru.

Terakhir, penting untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung di


sekolah. Hal ini melibatkan membangun budaya yang menerima keberagaman, menghormati
perbedaan, dan mendorong kerjasama antara siswa dengan beragam kemampuan.
Lingkungan yang inklusif juga harus menyediakan aksesibilitas fisik, seperti akses bagi siswa
dengan disabilitas yang menggunakan kursi roda atau peralatan bantu lainnya.

Dengan mengadopsi pendekatan diferensial, kolaborasi antara guru dan ahli


pendidikan khusus, memanfaatkan teknologi pendidikan, dan menciptakan lingkungan
inklusif, sekolah inklusi dapat meningkatkan efektivitas pendekatan pembelajaran dan
memenuhi kemampuan belajar siswa dengan beragam kemampuan secara efektif dan merata
metode pembelajaran yang khusus yang dapat diterapkan di sekolah inklusi yaitu

Model atau pola pembelajaran merupakan salah satu komponen utama dalam
menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM).

15
Model pembelajaran yang menarik dan variatif akan berimplikasi pada minat maupun
motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas.

Ada beberapa model atau pola pembelajaran yang digunakan di sekolah Inklusi Sada
Ibu terkait peserta didik berkebutuhan khusus dengan pelayanan pendidikan inklusi. Pola
pembelajaran yang diberikan tersebut antara lain: pola pembelajaran adaptif,kata adaptif
sendiri merupakan kata dari bahasa Inggris "adapt" yang mempunyai arti "menyesuaikan
dengan", maka pembelajaran adaptif bagi anak berkebutuhan khusus merupakan
pembelajaran yang menyesuaikan dengan kondisi siswa. Artinya yang menyesuaikan adalah
pembelajaran itu sendiri, baik bahan ajar, metode, alat/media pembelajaran, dan lingkungan
belajar, bukan siswanya. Jadi pembelajaran adaptif pada intinya adalah modifikasi aktivitas,
metode, alat, atau lingkungan pembelajaran yang bertujuan untuk menyediakan peluang dan
memberikan kemudahan kepada anak dengan kebutuhan khusus sehingga dapat mengikuti
program pembelajaran dengan tepat, efektif serta mencapai kepuasan.

Prinsip utama dalam modifikasi adalah dengan melihat karakteristik serta kebutuhan
peserta didik sehingga dapat ditemukan hasil modifikasi yang tepat. Penyesuaianaktivitas
pembelajaran yang disesuaikan dengan potensi siswa dalam melakukan aktivitas tersebut
akan membantu siswa untuk dapat menyelesaikan aktivitas tersebut. Ciri pembelajaran
adaptif sendiri sebagai berikut: Memperhatikan perbedaan individu siswa, Dapat
mengakomodasi pengembangan potensi. Prinsip pembelajaran adaptif sendiri sama dengan
prinsip pembelajaran pada umumnya yaitu Kesempatan Belajar. Motivasi, Latar/Konteks,
Keterarahan Menyenangkan, Hubungan social, Belajar sambil bekerja, Individualisasi,
Menemukan. Penerapan pembelajaran adaptif ini diharapkan dapat efektif dan mampu
memenuhi kebutuhan siswa apalagi jika dibarengi dengan kemauan, ketekunan, kerja keras
dan ketulus-ikhlasan guru dalam mendidik anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi Sada
Ibu ini.

Setiap orang tua menginginkan hal-hal yang terbaik untuk anaknya, termasuk dalam
hal pendidikan, begitupun orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus berharap ada
pendidikan yang dapat merangkul, menerima, dan mengetahui masalah sehingga mengetahui
jenis bantuan yang diperlukan untuk membantu anaknya. Selain itu juga diharapkan dapat
mengembangkan potensi pada diri anaknya dengan usaha yang maksimal. Untuk itu penulis
merasa perlu untuk mengetahui bagaimana respons anak dan orang tua terhadap pola
pembelajaran sekolah inklusi Sada Ibu.

16
Penulis dalam hal ini selain menggunakan teknik observasi dan wawancara kepada
orang tua, anak, guru dan kepala sekolah Sada Ibu, penulis juga menggunakan kuesioner
yang dibagikan kepada anak dan orang tua murid yang berjumlah 10 orang. Anak dan orang
tuamurid ini diambil secara acak dari kelas 1 sampai kelas 6. Penulis menyatukan respons
anak dan orang tua dikarenakan ada beberapa anak yang ketika berkomunikasi dengan orang
lain masih harus didampingi oleh orang tuanya.

Sebagai pendukung hasil wawancara dan observasi, penulis juga melengkapinya


dengan kuesioner mengenai respons siswa terhadap pola pembelajaran sekolah inklusi, dari
hasil kuesioner dapat dibuktikan bahwa respons anak terhadap pola pembelajaran yang
terapkan sekolah Inklusi Sada Ibu sangat baik, sebanyak 100% responden yang diacak dari
siswa kelas

17
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Peserta didik berkebutuhan khusus adalah peserta didik yang memiliki perbedaan
dengan peserta didik secara umum atau rata-rata anak seusianya. Peserta didik dikatakan
berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya.
Sementara menurut Heward, anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik
khususyang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.PDBK memiliki istilah lain yakni anak cacat/anak
yang memiliki kecacatan, anak yang memiliki kelainan, anak luar biasa, anak yang memiliki
ketunaan, anak berkebutuhan khusus atau children with special needs.

SLB (Sekolah Luar Biasa) adalah lembaga pendidikan yang ditujukan untuk anak-anak
dengan kebutuhan khusus. Kebutuhan khusus ini mencakup berbagai kondisi seperti cacat
intelektual, cacat pendengaran, cacat penglihatan, gangguan perkembangan, dan gangguan
belajar lainnya. Sekolah inklusi adalah jenis sekolah yang menerapkan pendekatan inklusif
dalam pendidikan. Dalam konteks pendidikan inklusif, semua siswa, termasuk mereka
dengan kebutuhan khusus, diberi kesempatan untuk belajar bersama dalam lingkungan yang
sama. Tujuan utama dari sekolah inklusi adalah mendukung keberagaman siswa dan
menyediakan pendidikan yang setara bagi semua individu.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini,tidak terlepas dari beberapa-beberapa kesalahan.Oleh
karena itu,penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar kelak penulisan makalah
kedepannya akan menjadi lebih baik lagi.

18
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. (n.d). Jurnal Assessment dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus. J. David

Smith. Alih Bahasa: Denis dan Enrica. (2008). Inklusi, Sekolah Ramah Untuk

Semua. Jakarta; Nuansa.

Keller, H. (2014, April 24). Penggolongan Perserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK).
Retrieved from disdik.depok.go.id: https://disdik.depok.go.id/penggolongan-peserta-
didik-berkebutuhan-khusus-pdbk/

Aisyah, Dewi. (2018). Dampak Pola Pembelajaran Sekolah Inklusi Terhadap Anak

Berkebutuhan Khusus. Jurnal Propetic, Vol 1 No 1.

19
BIOGRAFI PENYUSUN

1. Nama :Shelfya Fitriana


Tempat/Tanggal lahir :Medan,25 November 2005
Alamat :Jl.Tuar 5 Blok XI Griya Martubung Kec Medab Labuhan Kota
Medan
Pada tahun 2017 lulus di SD Al-Wasliyah 30 Medan Labuhan. 2020 lulus di MTSPN 4
Medan. 2023 lulus di MAPN 4 Medan.Dan sekarang sedang menjalani perkuliahan di
Universitas Negeri Medan.
2 Nama : WINDA NIDARWATI GULO
Tempat/Tanggal Lahir : SUNGAI DERAS 26 MEI 2005
Alamat :PT.DLI KEBUN SEI DERAS
Pada Tahun 2017 lulus dari SDN 118435 Sei Tampang Bilah Hilir. 2020 lulus dari SMP
Negeri 1 Bilah Hilir Negeri Lama. 2023 lulus dari SMA Swasta Has Sepakat Bilah
Hilir.Dan sekarang sedang menjalani perkuliahan di Universitas Negeri Medan.
3 Nama : Elsa Manora Simaremare
Tempat/Tanggal lahir : Silando 20 Agustus 2005
Alamat : Jln durung no 178.
Pada tahun 2017 saya lulus dari SD negeri 177047 Silangit , 2020 lulus dari SMP negeri 2
SIBORONG-BORONG, 2023 saya lulus dari SMA negeri 2 SIBORONG-BORONG.
Dan pada saat ini saya sedang menjalani perkuliahan di Universitas Negeri Medan
Stambuk 2023.
4 Nama : Adrian Marpaung
Tempat / Tanggal Lahir : Lau Bekeri / 25-01-2005
Alamat : Jl. Gelugur Rimbun. Desa Lau Bekeri
Pada tahun 2017 lulus di SD N 105315 Lau Bekeri. 2020 lulus di SMP N 2 Kutalimbaru.
2023 lulus di SMAN 1 Kutalimbaru. Dan sekarang sedang menjalani perkuliahan di
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN.

20
21

Anda mungkin juga menyukai