Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN OBSERVASI (TUNADAKSA)

DI SLB BERANDA ISTIMEWA GRUDO


Desa Grudo, Kec.Ngawi, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur 63214
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus
Dosen Pengampu: Tri Wardati Khusniyah, S.Kom., M.Pd

Disusun oleh :
Kelompok : 1 (satu)
1. Ainia Dyah Ika Putri F ( 20011001)
2. Alfi Lutfi Atunnizha (20011003)
3. Isnatul Audia ( 20011039)
4. Saputro Bekti Wibowo (20011068)
5. Titis Dewi Sekar N (20011083)
6. Widianingsih (20011087)
7. Zendi Bagus Pujiono (20011092)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


STKIP MODERN NGAWI
TAHUN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah
ini. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Tri Wardati Khusniyah, S.Kom., M.Pd. selaku dosen Pendidikan anak
berkebutuhan khusus yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan
makalah ini.
2. Teman-teman yang telah meberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dan semoga dengan selesainya maklah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan teman-teman. Aamiin.

Ngawi, 30 November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
LAPORAN OBSERVASI (TUNADAKSA)............................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Observasi 2
D. Manfaat Observasi 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA..................................................................................3

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus 3


B. Hakekat ABK Tuna Daksa 3
C. Penyebab Kelainan ABK Tuna Daksa 4
D. Klasifikasi ABK Tuna Daksa 5
E. Karakteristik ABK Tuna Daksa 7
F. Pendidikan Bagi ABK Tuna Daksa 8
G. Pendidikan bagi ABK Tuna Daksa di Indonesia 9
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................1

A. Hasil Observasi 1
B. Hasil Wawancara kepada Kepala Sekolah 5
C. Hasil Wawancara kepada Guru Pengampu Tuna Daksa 8
D. Hasil Wawancara kepada Siswa ABK Tuna Daksa 9
E. Pembahasan 9
BAB IV PENUTUP.................................................................................................1

A. Simpulan 1
B. Saran 1
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................2

DOKUMENTASI DAN LAMPIRAN.....................................................................3

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat umum yang telah memahami apa itu anak berkebutuhan
khusus masih sangat minim, kebanyakan dari mereka menganggap bahwa
anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang sangat kekurangan, tidak
memiliki kemampuan apapun. Salah satu dari anak berkebutuhan khusus
yaitu anak tuna daksa. Anak tuna daksa merupakan kondisi dimana anak
mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat (gerak, tulang,
sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan Pendidikan
khusus.
Anak tuna daksa sering disebut dengan cacat fisik, hal itu
mengakibatkan kesulitan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan
diperlukan layanan khusus untuk peningkatan fungsi fisiknya.
Namun walaupun demikian, anak tuna daksa juga memiliki hak yang
sama dengan anak normal lainnya. Salah satunya yaitu hak untuk
mendapatkan Pendidikan. Karena mereka juga memiliki potensi yang siap
untuk dikembangkan sesuai dengan kapasitas mereka masing-masing. Hal
tersebut diatur dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1, yang berbunyi “ Tiap-
tiap warga Negara berhak mendapatkan Pendidikan”. Hal tersebut
diperjelas dengan UU No.20 tahun2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada pasal 5 ayat , dan pasal 33 ayat , menyatakan bahwa warga
Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dana tau sosial
berhak memperoleh Pendidikan khusus. Oleh karena itu sangat diperlukan
Pendidikan khusus bagi anak tuna daksa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Anak Berkebutuhan Khusus?
2. Apa hakekat ABK tuna daksa?
3. Apa penyebab kelainan ABK tuna daksa?

1
4. Apa saja klasifikasi dalam ABK tuna daksa?
5. Apa saja karakteristik ABK tuna daksa?
6. Bagaimana Pendidikan bagi ABK tuna daksa?
7. Bagaimana Pendidikan bagi ABK tuna daksa di Indonesia?

C. Tujuan Observasi
1. Mengetahui pengertian ABK
2. Mengetahui hakekat ABK tuna daksa
3. Mengetahui penyebab kelainan ABK tuna daksa
4. Mengetahui klasifikasi ABK tuna daksa
5. Mengetahui karakteristik ABK tuna daksa
6. Mengetahui jalannya Pendidikan bagi ABK tuna daksa
7. Mengetahui jalannya pendidikan bagi ABK tuna daksa di Indonesia

D. Manfaat Observasi
Hasil observasi ini diharapkan bermanfaat bagi
Guru : Diharapakan dengan adanya laporan observasi ini guru dapat
mengetahui salah satu ciri dari anak berkebutuhan khusus.
Sehingga dapat memposisikan dan melakukan proses pembelajaran
sesuai dengan kemampuan anak didiknya serta dapat membantu
wali murid dalam mengetahui keadaan peserta didik. Apabila
terjadi permasalahan terhadap peserta didik dapat ditangani dengan
cepat.

Penulis : Dengan adanya observasi ini mahasiswa mampu mengenal lebih


dekat dengan anak berkebutuhan khusus. Mempelajari cara
mengajar, mendidik, dan menangani anak berkebutuhan khusus.
Mahasiswa dapat memahami karakteristik masing-masing anak
berkebutuhan khusus, sehingga dapat menambah pengalaman dan
pengetahuan ketika menjadi guru kelak.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus


Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan
atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional,
yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau
perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia
dengannya.
Menurut (Sabra : 2010) dalam (Ratnasari:2013) pada umumnya anak
berkebutuhan khusus memerlukan layanan pendidikan yang berbeda dengan
anakanak normal lainnya. Layanan yang diberikan untuk anak berkebutuhan
khusus adalah layanan yang telah diterapkan oleh pemerintah. Melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 tahun 2009, pemerintah
mencetuskan Pendidikan inklusi sebagai sistem layanan pendidikan untuk
anak-anak berkebutuhan khusus. Arum (dalam Azwandi, 2007 : 12)
menjelaskan bahwa ABK adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau
perkembangan secara signifikan mengalami kelainan atau penyimpangan
dalam kelainan fisik, mental intelektual, sosial atau emosi dibandingkan
dengan anak-anak lain seusianya. Menurut Prof. Dr. Bandhi Delphi dalam
buku “Pembelajaran Anak Tunagrahita” bahwa Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) merupakan istilah lain untuk anak luar biasa yang menandakan adanya
kelainan khusus.
B. Hakekat ABK Tuna Daksa
Istilah yang sering digunakan seperti cacat fisik, cacat tubuh, tunatubuh,
dan akhir-akhir ini muncul istilah cacat ortopedi. Istilah dalam bahasa asing
crippled, physically handicapped, physically disabled, nonambulatory, having
organic problems, orthopedically impairment dan orthopedically
handicapped.

3
Istilah tunadaksa berasal dari kata ”tuna yang berarti rugi, kurang dan
daksa berarti tubuh”. Tunadaksa ditujukan kepada mereka-mereka yang
memiliki anggota tubuh tidak sempurna, misalnya buntung dan cacat.
Sedangkan istilah cacat fisik dan cacat tubuh dimaksudkan untuk menyebut
mereka yang memiliki cacat pada anggota tubuhnya, bukan cacat pada
inderanya.
Istilah cacat ortopedi diterjemahkan dari bahasa Inggris “ortopedically
handicapped”, ortopedic berarti otot, tulang, dan persendian. Kelainannya
terletak pada aspek otot, tulang dan persendian. Kelainannya mungkin
merupakan bentuk primer (langsung berhubungan dengan aspek-aspek
tersebut) tetapi dapat pula bersifat sekunder yaitu adanya kelainan yang
terletak pada pusat pengatur sistem otot, tulang dan persendian.
Pengertian tentang anak tunadaksa dapat didefinisikan sebagai bentuk
kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang, dan persendian yang bersifat
primer atau sekunder yang dapat mengakibatkan gangguan koordinasi,
komunikasi, adaptasi, mobilisasi, dan gangguan perkembangan keutuhan
pribadi.
C. Penyebab Kelainan ABK Tuna Daksa
Terdapat 3 faktor penyebab Tuna Daksa, yakni Prenatal (sebelum
kelahiran), faktor Neonatal (saat lahir) dan Postnatal (setelah kelahiran)
1. Faktor Prenatal (sebelum kelahiran)
Kelainan fungsi anggota tubuh atau ketunadaksaan yang terjadi sebelum
bayi lahir atau ketika dalam kandungan dikarenakan faktor genetik dan
kerusakan pada sistem saraf pusat. Faktor yang menyebabkan bayi
mengalami kelainan saat dalam kandungan adalah: Anoxia prenatal, hal ini
disebabkan pemisahan bayi dari plasenta, penyakit anemia, kondisi jantung
yang gawat, shock, dan percobaan pengguguran kandungan atau aborsi,
gangguan metabolisme pada ibu, bayi dalam kandungan terkena radiasi,
radiasi langsung mempengaruhi sistem syaraf pusat sehingga sehingga
struktur maupun fungsinya terganggu, ibu mengalami trauma
(kecelakaan). Trauma ini dapat mempengaruhi sistem pembentukan syaraf

4
pusat. Misalnya ibu yang jatuh dan mengalami benturan keras pada
perutnya dan mengenai kepala bayi akan mengganggu sistem syaraf pusat,
infeksi atau virus yang menyerang ibu hamil sehingga mengganggu
perkembangan otak bayi yang dikandungnya.
2. Faktor Neonatal (saat lahir)
Mengalami kendala saat melahirkan, seperti: Kesulitan melahirkan
karena posisi bayi sungsang atau bentuk pinggul ibu yang terlalu kecil,
pendarahan pada otak saat kelahiran, kelahiran prematur, penggunaan alat
bantu kelahiran berupa tang karena mengalami kesulitan kelahiran yang
mengganggu fungsi otak pada bayi, gangguan plasenta yang
mengakibatkan kekurangan oksigen yang dapat mengakibatkan terjadinya
anoxia dan pemakaian anestasi yang melebihi ketentuan adalah contoh
faktor Neonatal penderita Tuna Daksa. Pemakaian anestasi yang
berlebihan ketika proses operasi juga dapat mempengaruhi sistem
persyarafan otak bayi yang berakibat pada disfungsi otak.
3. Postnatal (setelah kelahiran)
Walaupun proses melahirkan sudah berlalu, tidak ada jaminan seorang
individu untuk terbebas dari Tuna Daksa seumur hidupnya. Penyakit
seperti meningitis (radang selaput otak), enchepalitis (radang otak),
influenza, diphteria, dan partusis adalah beberapa penyakit yang dapat
berdampak fatal menyebabkan disfungsi otak. Selain itu, mengalami
benturan keras di bagian kepala, dan terjatuh dari tempat yang tinggi tanpa
menggunakan pengaman kepala juga merupakan faktor penyebab Tuna
Daksa.
D. Klasifikasi ABK Tuna Daksa
Klasifikasi dan Jenis Anak Tunadaksa :
1. Klasifikasi Anak Tunadaksa dilihat dari faktor-faktor penyebab kelainan
a) Cacat bawaan (congenital abnormalities)
Terjadi pada saat dalam kandungan (pra-natal) atau pada saat anak
dilahirkan.
b) Infeksi

5
Kelainan bersifat sekunder dan dapat menyebabkan kelainan pada
anggota gerak atau bagian tubuh lainnya. Misalnya poliomyeletis,
osteomyeletis.
c) Gangguan Metabolisme
Terjadi pada bayi dan anak-anak disebabkan faktor gizi (nutrisi),
sehingga mempengaruhi perkembangan tubuh dan mengakibatkan
kelainan pada sistem ortopedis dan fungsi intelektual.
d) Kecelakaan atau trauma
Dapat mengakibatkan kelainan ortopedis berupa kelainan
koordinasi, mobilisasi atau yang lainnya.
e) Penyakit yang progresif
Diperoleh melalui genetic (keturunan) atau penyakit. Misalnya DMP
(dystrophia musculorum progressiva) Tunadaksa yang tidak
diketahui penyebabnya
2. Klasifikasi Anak Tunadaksa dilihat dari sistem kelainannya :
a) Kelainan pada sistem serebral (cerebral system disorders)
Yaitu kelainan yang terletak di dalam sistem syaraf pusat (otot dan
sumsum tulang belakang) yang mengakibatkan bentuk kelainan
yang krusial, karena otak dan sumsum tulang belakang merupakan
pusat komputer dari aktivitas hidup manusia. Yang termasuk dalam
kelompok ini: cerebral palsy .
b) Golongan ringan
Yang termasuk golongan ringan adalah mereka yang dapat berjalan
tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya
sendiri dalam kehidupan sehari-hari.
c) Golongan sedang
Yang termasuk golongan sedang adalah mereka yang membutuhkan
tretmen/latihan khusus untuk berbicara, berjalan, dan mengurus
dirinya sendiri. Golongan ini memerlukan alat-alat khusus seperti
brace, crutches untuk memperbaiki cacatnya.
d) Golongan berat

6
Yang termasuk dalam golongan berat adalah anak-anak CP yang
tetap membutuhkan perawatan tetap dalam ambulasi, bicara, dan
menolong dirinya sendiri.

E. Karakteristik ABK Tuna Daksa


a. Gangguan Motorik
Gangguan motoriknya berupa kekakuan, kelumpuhan, gerakangerakan
yang tidak dapat dikendalikan, gerakan ritmis dan gangguan
keseimbangan. Gangguan motorik ini meliputi motorik kasar dan motorik
halus.
b. Gangguan Sensorik
Pusat sensoris pada manusia terleak otak, mengingat anak cerebral palsy
adalah anak yang mengalami kelainan di otak, maka sering anak cerebral
palsy disertai gangguan sensorik, beberapa gangguan sensorik antara lain
penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan perasa. Gangguan
penglihatan pada cerebral palsy terjadi karena ketidakseimbangan otot-otot
mata sebagai akibat kerusakan otak. Gangguan pendengaran pada anak
cerebral palsy sering dijumpai pada jenis athetoid.
c. Gangguan Tingkat
Kecerdasan Walaupun anak cerebral palsy disebabkan karena kelainan
otaknya tetapi keadaan kecerdasan anak cerebral palsy bervariasi, tingkat
kecerdasan anak cerebral palsy mulai dari tingkat yang paling rendah
sampai gifted. Sekitar 45% mengalami keterbelakangan mental, dan 35%
lagi mempunyai tingkat kecerdasan normal dan diatas rata-rata. Sedangkan
sisanya cenderung dibawah rata-rata (Hardman, 1990).
d. Kemampuan Berbicara
Anak cerebral palsy mengalami gangguan wicara yang disebabkan oleh
kelainan motorik otot-otot wicara terutama pada organ artikulasi seperti
lidah, bibir, dan rahang bawah, dan ada pula yang terjadi karena kurang
dan tidak terjadi proses interaksi dengan lingkungan. Dengan keadaan

7
yang demikian maka bicara anak-anak cerebral palsy menjadi tidak jelas
dan sulit diterima orang lain.
e. Emosi dan Penyesuaian Sosial
Respon dan sikap masyarakat terhadap kelainan pada anak cerebral palsy,
mempengaruhi pembentukan pribadi anak secara umum. Emosi anak
sangat bervariasi, tergantung rangsang yang diterimanya. Secara umum
tidak terlalu berbeda dengan anak–anak normal, kecuali beberapa
kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dapat menimbulkan emosi yang tidak
terkendali. Sikap atau penerimaan masyarakat terhadap anak cerebral palsy
dapat memunculkan keadaan anak yang merasa rendah diri atau
kepercayaan dirinya kurang, mudah tersinggung, dan suka menyendiri,
serta kurang dapat menyesuaiakan diri dan bergaul dengan lingkungan.

F. Pendidikan Bagi ABK Tuna Daksa


Pengembangan Tujuan pendidikan anak tunadaksa bersifat ganda (dual
purpose ), yaitu:
1. Berhubungan dengan aspek rehabilitasi dan Pengembangan fungsi fisik
tujuannya adalah untuk mengatasi permasalahan yang timbul sebagai
akibat langsung atau tidak langsung dari kecacatannya
2. Berkaitan dengan pendidikan, tujuannya adalah untuk membantu
menyiapkan peserta didik agar mampu mengembangkan sikap,
pengetahuan dan keterampilan
Aspek yang perlu dikembangkan dalam Pendidikan ABK tuna daksa ada 7
yaitu : Intelektual dan akademik, membantu perkembangan fisik,
meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri anak, mematangkan
aspek sosial, mematangkan moral dan spiritual, meningkatkan ekspresi diri,
dan mempersiapkan masa depan anak.
Adaptasi pendidikan anak tunadaksa apabila ditempatkan di sekolah umum
adalah sebagai berikut :
1. Pendidikan Integrasi (Terpadu)

8
Penempatan di kelas regular Hal- hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut. Menyiapkan lingkungan belajar tambahan sehingga
memungkinkan anak tunadaksa untuk bergerak sesuai dengan
kebutuhannya, misalnya membangun trotoar, pintu agak besar sehingga
anak dapat menggunakan kursi roda;Menyiapkan program khusus untuk
mengejar ketinggalan anak tunadaksa karena anak sering tidak masuk
sekolah.
Guru harus mengadakan kontak secara intensif dengan siswanya untuk
melihat masalah fisiknya secara langsung;Perlu mengadakan rujukan ke
ahli terkait apabila timbul masalah fisik dan kesehatan yang lebih parah2.
Penempatan di ruang sumber belajar dan kelas khususMurid yang
mengalami ketinggalan dari temannya di kelas reguler karena ia sakit-
sakitan diberi layanan tambahan oleh guru di ruang sumber. Murid yang
datang ke ruang sumber tergantung pada materi pelajaran yang menjadi
ketinggalannya.
2. Pendidikan Segregasi (Terpisah)
Penyelenggaraan pendidikan bagi anak tunadaksa yang ditempatkan di
tempat khusus seperti sekolah khusus adalah menggunakan kurikulum
Pendidikan Luar Biasa Anak Tunadaksa.

G. Pendidikan bagi ABK Tuna Daksa di Indonesia


Pemerintah mengambil langkah dengan menyediakan sekolah inklusif bagi
anak-anak berkebutuhan khusus termasuk tunadaksa. Sekali lagi langkah ini
berhadapan dengan kendala seperti jumlah siswa yang melebihi batas
tampung, ketidaksiapan tenaga pendidik, dan terjadinya bullying akibat
ketidaksiapan dari teman sebaya dalam menerima anak atau siswa ABK. Dari
tindakan bullying tersebut sangat jelas bahwa masyarakat difabel belum
diterima secara penuh ditengah masyarakat bahkan di dalam sistem layanan
pendidikan inklusif.
Sekolah dituntut melakukan berbagai inovasi dan terobosan model
penyelenggaraan pendidikan inklusif yang tepat di sekolah. Harus disadari
bahwa konsep dan model inklusif yang dilakukan di sekolah lain belum tentu

9
dapat diterapkan secara sama persis di sekolah. Walaupun sekolah itu
memiliki latar belakang siswa dan persamaan geografis atau kondisi sosial
yang sama. Dengan demikian berbagai upaya sebagai proses pembaharuan
harus segera dimulai, agar kelak penyelenggaraan inklusif yang dimaksud
dapat tercapai dengan efektif dan efisien.
Sebagaimana terinspirasi oleh buku reinventing education, maka
keberterimaan pendidikan inklusif sebagai salah satu pilar pembaharuan
pendidikan ini dapat dilakukan:
1. Sekolah harus segera menetapkan tujuan secara jelas, dan lakukan
pengukuran kemajuannya, bagaimana perencanaan, pelaksanaan
pendidikan inklusif yang telah dilakukan, lakukan evaluasi secara terus
menerus sehingga ditemukan berbagai masukan untuk penyempurnaan dan
perbaikan penyelenggaraan pendidikan inklusif dimaksud.
2. Sekolah harus segera merealisasikan tanggung jawab kepemimpinannya
kepada semua personil yang terlibat di sekolah baik secara langsung
ataupun tidak dalam memberikan layanan pendidikan inklusif.
3. Temukan model pendidikan inklusif yang tepat untuk masing-masing
sekolah, dan tanamkan bahwa sekolah itu dapat, dan mampu
menyelenggarakan pendidikan inklusif secara baik. Penguatan itu perlu
ditanamkan kepada para personil, dan selalu tanaman kepada mereka,
berikan penguatan kepada mereka secara terus-menerus.
4. Tanamkan budaya untuk peningkatan produktivitas sekolah dalam rangka
penyelenggaraan pendidikan inklusif.
5. Ciptakan kerjasama sinergis atau hubungan harmonis antara sekolah,
orang tua, dan masyarakat.
6. Ikut sertakan, ajak, atau libatkan para siswa, bahwa mereka juga sangat
berperan dalam menyukseskan terselenggaranya pendidikan inklusif.
Keberterimaan sesama siswa tentu akan mempercepat terlaksananya
pendidikan inklusif.

10
11
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Observasi
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Observasi
Waktu : Selasa, 30 November 2021
Tempat : SLB Beranda Istimewa Grudo

NARASUMBER
Narasumber 1
Nama : Ibu Reny Purwitasari
Jabatan : Kepala Sekolah

Narasumber 2
Nama : Ibu Alfiana
Jabatan : Guru pendamping ABK Tuna Daksa

1. Profil Sekolah
a. Identitas Sekolah
1) Nama SLB : SLB Beranda Istimewa Grudo
2) Nomor SK pendirian : -
3) Tahun berdiri : 2017
4) Nomor Statistik Sekolah : -
5) Alamat Sekolah
Dusun : Ngronggi
Desa : Grudo
Kecamatan : Ngawi
Kabupaten : Ngawi
Provinsi : Jawa Timur

1
Kode Pos : 63214
6) No. Telepon : 08125586474
7) Email :-
8) Web :-
9) Status : Swasta
10) Nama yayasan : Beranda Istimewa Ngawi
11) Jumlah Peserta Didik : 24
12) Jumlah Tenaga Pendidik : 11
13) Visi Sekolah :
Visi sekolah adalah imajinasi moral yang dijadikan dasar
atau rujukan dalam menentukan tujuan atau keadaan masa depan
sekolah yang secara khusus diharapkan oleh sekolah. Visi sekolah
merupakan turunan dari visi Pendidikan nasional, yang dijadikan
dasar atau rujukan untuk merumuskan misi, tujuan sasaran untuk
pengembangan sekolah dimasa depan yang di impikan dan terus
terjaga kelangsungan hidup dan perkembanngannya.
Adapun visi SLB Beranda Istimewah Grudo :
Mengembangkan sumber daya yang beriman, bertakwa, berakhlak
mulia, memahami kelebihan dan kekurangan, mandiri mempunyai
keterampilan sosial serta menjadi pelopor peduli Pendidikan
inklusi.
14) Misi Sekolah :
Adapun misi SLB Beranda Istimewa Grudo:
1. Menciptakan siswa beriman, bertakawa dan berahklak mulia
2. Menumbuhkan rasa percaya diri dan rasa sosial yang tinggi
3. Belajar menghormati realitas keberagaman dalam masyarakat
4. Mengembangkan secara optimal potensi kemampuan anak
berkebutuhan khusus
15) Tujuan Sekolah :
Tujuan Pendidikan SLB Beranda Istimewa Grudo baik jenjang
Pendidikan dasar maupun menengah adalah menetekan dasar

2
kecerdasan, pengetahuan, kpribadian kemajuan dalam
mengembangkan keterampilan, kecakapan, kemandirian, berahklak
mulia berdasarkan iman dan Taqwa Kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
a. Tujuan jangka pendek sekolah
1. Pembinaan guru dan karyawan pada setiap hari senin
setelah kegiatan pembelajaran usai.
2. Program kerja peningkatan kualitas mutu Pendidikan yang
di evaluasi setiap akhir pekan.
3. Masalah ketertiban linkungan sekolah yang menyangkut
kebersihan, tata tertib.
4. Masalah keamanan lingkungan sekolah.
b. Program jangka menengah
1. Masalah yang berkaitan dengan mutu Pendidikan
dilaksanakan setiap 3 bulan sekali.
2. Pembinaan dan motivasi kinerja guru dalam pembelajaran
demi tercapai nya tujuan Pendidikan yang dilaksanakan
setiap akhir bulan.
3. Upaya Pendidikan mutu lewat ulangan umum bersama
yang dilaksanakan setiap akhir semester.
4. Mengevaluasi semua program kegiatan yang sudah
dilaksanakan yaitu pengecekan program setiap 3 bulan
sekali.
c. Tujuan jangka Panjang
Berdasarkan visi dan misi yang telah dirumuskan dalam
kurun waktu 5 tahun kedepan, tujuan yang diharapkan tercapai
oleh sekolah pada 2021/2022:
1. Mengevaluasi kinerja guru dan karyawan serta mutu
produk dan kinerja agar dapat ditingkat kan lagi.
2. Penyelenggaraan acara nasional seperti ujian
nasional/ujian sekolah.

3
3. Perolehan nilai ujian nasional rata-rata naik memenuhi
standart kelulusan.
4. Mengikuti lomba-lomba untuk siswa-siswi anak
berkebutuhan khusus mulai dari tingkat kecamatan
samapi dengan tingkat provinsi.
5. Memiliki kegiatan ekstrakulikuler yang maju dan
berprestasi di segala bidang.
6. Mempersiapkan literasi(buku pelajaran) untuk anak
berkebutuhan khusus.
7. Terwujudnya disiplin yang tinggi dari seluruh warga
sekolah.
8. Terwujudnya suasana pergaulan sehari-hari yang
berlandaskan keimanan dan ketaqwaan.
9. Terwujudnya manajemen sekolah yang transparan dan
partisipatif, melibatkan seluruh warga sekolah dan
kelompok kepentingan terkait.
10. Menambah dan memperbaiki sarana prasarana yang
berkaitan dengan kebutuhan Lembaga sekolahan.
11. Mengikutsertakan guru dan siswa terhadap acara peting
mulai dari tingkat kecamatan sampai tingkat nasional.
12. Meningkatkan kesejahteraan seluruh warga sekolah
serta mengkondisikan situasi yang tertib dan harmonis.
13. Pembinaan kualitas professional guru melalui
penataran, diklat, yang di anjurkan pemerintahan.
14. Terwujudnya lingkungan sekolah yang bersih, indah,
dan asri.

4
B. Hasil Wawancara kepada Kepala Sekolah
1. Jenis ABK yang terdapat di SLB Beranda Istimewa Grudo ada 6 yaitu :
a) Tuna Daksa
b) Tuna wicara
c) Tuna Netra
d) Tuna Rungu
e) Tuna Grahita
f) Autism
2. Fasilitas di SLB Beranda Istimewa Grudo
a) Fasilitas Ruang : Masih terbatas
b) Perlengkapan atau Alat Peraga : Lengkap
3. Sarana dan Prasarana
Cara untuk mensiasati sarana dan prasarana yang kurang memadai yaitu
dengan pengoptimalan pada proses pembelajarannya.
4. Data Kepegawaian

No. Nama Mengajar Kelas

1. Renny Purwitasari,M.Pd.I Kepala Sekolah


Guru program khusus

2. Fatimatul Lutfiana Guru kelas TK

3. Ita Widyayanti,M.Pd Guru mapel Bahasa inggris


Guru pendamping

4. Karisma Anis Lestari Guru mapel olahraga


Guru pendamping

5. Mariyati Guru mapel Bahasa jawa


Guru pendamping

6. Bunga dwi oktaviana sari Guru mapel kesenian

5
Guru kelas

7. Alfiana wahyu kusumasari Guru mapel agama


Guru mapel ekstra
Guru pendamping

8. Flora aura zasmita Guru mapel ekstra


Guru pendamping

5. Data Siswa

No Jenis ketunaan Jumlah siswa

1. Tuna daksa 5

2. Tuna wicara -

3. Tuna netra 1

4. Tuna rungu 2

5. Tuna grahita 9

6. Autism 7

6. Identifikasi Pembagian Kelas


Kelas masih terbatas, dengan 1 guru mengampu 1 siswa
7. Waktu / Jam Pelajaran
Pembelajaran menggunakan aturan shift dikarenakan kelas yang terbatas
tadi dan guru pengampu juga terbatas
8. Kurikulum yang Digunakan

6
Menggunakan Kurikulum K13 dan sesuai kemampuan anak
9. Sistem Penerimaan Peserta Didik
Langsung mendaftar sesuai dengan ketunaan dengan cara pengisian
formulir pendaftaran dan pelengkapan administrasi
10. Identifikasi Pegawai dan Tenaga Pendidik
a) Masih dibutuhkan lagi pegawai dan tenaga pendidik di SLB ini
b) Kendala yang dialami yaitu sarana dan prasarana yang masih kurang
memadai
c) Upaya sekolah dalam mengatasi kendala tersebut yaitu dengan lebih
mengoptimalkan lagi dalma proses pembelajarannya
11. Upaya Pengembangan Potensi
Potensi dikembangkan sesuai dengan kemampuan anak
12. Kegiatan Ekstrakurikuler
Di SLB ini ada kegiatan ekstrakurikuler seperti hadroh, menari, dan
membuat sabun cuci
13. Prestasi yang Diraih
Juara 3 dalam lomba Dongeng
14. Sistem Evaluasi
Tetap ada penilaian dan menyesuaikan dengan adaptasi di sekolah,
evaluasi setiap 6 bulan
15. Hubungan Sekolah dengan Pihak Luar
Selalu menjalin hubungan dengan pihak luar,banyak yang membantu,
dari pihak puskesmas ngawi maupun pihak desa setempat.

C. Hasil Wawancara kepada Guru Pengampu Tuna Daksa


1. Jumlah ABK Tuna Daksa di SLB Beranda Istimewa Grudo yaitu 5 siswa
2. Karakteristik ABK Tuna Daksa yaitu adanya gangguan motoric, sensorik,
tingkat, kemampuan bicara, emosional dan penyesuaian sosial. Cara
membedakan nya dari sifat cara komunikasi tingkah laku dan emosi.

7
3. Kondisi ABK Tuna Daksa di SLB Beranda Istimewa Grudo yaitu dengan
kondisi anak sangat bagus dan berjalan sesuai kemampuan anak.
4. Yang dipersiapkan guru sebelum proses pembelajaran yaitu menyiapkan
kegiatan motoric kasar dan halus menyiapkan kegiatan bina diri.
5. Materi yang diberikan menggunakan media pembelajaran seperti visual
gambar / foto dan juga kartu huruf angka warna .
6. metode pembelajaran dengan cara menerangkan dengan sederhana dengan
menyesuaikan kemampuan anak dan juga metode pembelajaran dg
bermain.
7. Respon anak sangat bagus ketika proses pembelajaran berlangsung.
8. Hamabtan kosentrasi siswa kemudian perilaku siswa yang beragam
sebagai guru juga sesekali menjalani kesulitan memahami karna setiap
karakteristik siswa yang berubah-ubah.
9. cara mengatasi hambatsan selalu mengevaluasi diri dan juga memahami
konsep Menyusun yang lebih kreatif dan mudah dipahami. Dan juga
mengajak siswa siswi aktif berpartisipasi dalam menebangkan potesi anak
agar tidak merasakan jenuh saat kegiatan belajar mengajar.
10. Materi yang diberikan yaitu sesuai k13 dan juga menyesuaikan
kemampuan anak yang lebih sederhana dan mudah dipahami.
11. Kompetensi yang harus dikuasi oleh guru yaitu memantapkan mental,
ikhlas, dan juga konsisten dalam melaksanakan tugas.
12. Pendekatan layanan bagi ABK Tuna Daksa dengan berusaha memberikan
layanan kepada anak-anak sesuai ketunaanya.
13. Fasilitas yang ada yaitu berbagai fasilitas alat terapi untuk tuna daksa
standing backslap sepato afo. Juga berbagai macam alat permainan
edukatif.
14. Guru mengamati perkembangan masing masing siswa yaitu melihat dari
hasil karya dan perubahan daari cara perilaku
15. Di SLB ini belum pernah meluluskan siswa-siswi karena sekolah kami
baru sampai kelas 5.

8
D. Hasil Wawancara kepada Siswa ABK Tuna Daksa
Kesulitan yang di alami anak tuna daksa dalam belajar seperti:
 Susah untuk membaca dan menulis
 Memiliki masalah dalam kemampuan berhitung
 Susah untuk fokus
 Sulit untuk konsep tentang waktu
1. Kesulitan dalam penyesuian diri disebabkan karena keadaan atau kondisi
fisik yang dialami dan disebabkan oleh respon masyarakat atau linglingan.
2. Hambatan dalam perkembangan kognitif disebabkan oleh keterbatasan
funsi gerak sangat mempengaruhi eksplorasi lingkungan sehingga
menghambat perkembangan fungsi kognitif.
3. Gangguan perhatian.
4. Sulit untuk melakukan aktivitas dan harus dibantu dengan alat.

E. Pembahasan
1. Jenis ABK yang terbanyak di SLB Beranda Istimewa Grudo yaitu tuna
grahita dengan jumlah murit 9 orang.
2. Fasilitas ruang memang terbatas tetapi perlengkapan dan alat praga
sudah lengkap.
3. Sarana dan prasarana yang kurang mewadai di atasi dengan
pengoptimalan proses pembelajaran.
4. Satu guru mengampu 1 siswa dikarenakan keadaan siswa dan jumlah
siswa yang ada.kelas diterapkan aturan shift karena keterbatasan kelas
dan guru pengampu terbatas.
5. Kurikulum yang digunakan,menggunakan K-13 dan kemampuan anak.
6. System penerimaan peserta didik.
7. Pegawai dan tenaga pendidik masih dibutuhkan lagi di SLB ini,kendala
yang dialami yaitu sarana dan prasarana yang kurang memadai,upaya
mengatasi kendala tersebut dengan mengoptimalkan lagi proses
pembelajarannya.

9
8. Upaya pengembangan potensi ,potensi dikembangkan sesuai dengan
kemampuan anak.
9. Kegiatan ekstrakulikuler,di SLB ini ada kegiatan ekstrakulikuler seperti
hadroh,menari,dan membuat sabun cuci.potensi yang diraih yaitu juara
3 dalam lomba dongeng.
10. Sistem evaluasi tetap ada penilaian dan menyesuaikan dengan adaptasi
disekolah ,evaluasi setiap 6 bulan.
11. Hubungan sekolah dengan pihak luar,banyak yang membatu,dari pihak
puskesmas ngawi maupun pihak desa setempat.
12. ABK Tuna Daksa dapat dilihat secara langsung karena memiliki
karakteristik gangguan motoric pada tubuhnya. Tingkah laku dan cara
berkomunikasi ABK Tuna Daksa juga berbeda dengan yang lain.
13. Guru pendamping juga melakukan pelatihan pada saraf motoric siswa
seperti peregangan kaki sebelum memakai sepatu dll.
14. Penggunaan media pembelajaran sangat diperlukan untuk
memperlancar proses pembelajaran. Media yang digunakan merupakan
media yang ringan.
15. Perubahan sikap dan sifat siswa yang terjadi secara mendadak menjadi
hambatan setiap guru pendamping. Maka dari itu disiasati dengan 1
guru mengampu 1 siswa
16. Pengembangan permaianan ringan diperlukan untuk menambah
kreatifitas siswa dan juga keaktifannya. Potensi siswa juga dapat lebih
berkembang dengan adanya konsep pembelajaran yang lebih menarik.
17. Setiap guru harus konsisten dalam mengajar, mendidik, dan melatih
siswa. Maksudnya harus ikhlas secara lahir dan batin, siap mental dan
dapat menyesuaikan materi sesuai kemampuan siswa.
18. Guru pendamping selalu mengamati perkembangan setiap siswa yang
diampunya.

Untuk hasil pengamatan


Autism

10
1. Lebih cenderung ketergantungan terhadap sesuatu seperti barang
elektronik
2. Kemauan terhadap sesuatu sangat kuat
3. Susah untuk diajak berkomunikasi
4. Mengungkapkan semua yang di rasa tetapi terasa seperti bingung,
linglung
5. Mau mengikuti pembelajaran jika keinginannya dikabulkan terlebih
dahulu
6. Memperbanyak pujian agar termotivasi belajar
Tuna Daksa
1. Untuk yang ringan dan sedang bisa langsung dibimbing langsung lewat
kursi roda atau duduk biasa, untuk yang berat harus dengan 3 orang
pembimbing untuk menahan badan, dan membimbing.
2. Untuk permulaan bisa dengan memutarkan video music menyanyi
sebagai awal pembelajaran yang ringan, setelah itu disusul dengan
pembelajaran membaca. Jika kondisi memungkinkan bisa untuk
menulis akan di ajarkan menulis juga.
3. Untuk tuna daksa berat, diiringi dengan peregangan otot atau pelatihan
tubuh.
Tuna Rungu
1. Masih bisa mendengar tetapi dengan suara keras dan tegas.
2. Belajar menggunakan isyarat mulut dan tangan.
3. Pembelajaran menulis dilakukan dibuku yang sudah dibuat table-tabel
dengan tujuan pengulangan.
4. Susah berkonsentrasi dan masih sering melihat-lihat kesekitar.
5. Perlu dituntundengan lugas, jelas dan tegas tetapi tidak berlebihan

11
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Tuna Daksa merupakan bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem
otot, tulang, dan persendian yang bersifat primer atau sekunder yang dapat
mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi,
dan gangguan perkembangan keutuhan pribadi. Faktor penyebabnya yaitu
fase prenatal, neonatal dan postnatal. ABK tuna daksa diklasifikasikan
melalui faktor penyebabnya (cacat bawaan, infeksi, gangguan
metabolisme, kecelakaan atau trauma, penyakit yang progresif dan tidak
diketahui penyebabnya) dan sistem kelainannya (kelainan pada sistem
otak, dengan dikelompokkan lagi menjadi golongan ringan, sedang dan
berat. ABK tuna daksa memiliki karkteristik yaitu memiliki gangguan
motoric, gangguan sensorik, gangguan tingkat, gangguan kemampuan
berbicara, dan gangguan emosi dan penyesuaian sosialnya.
Pendidikan bagi ABK tuna daksa dapat dilaksanakan secara inklusif
atau digabung antara siswa normal dengan ABK tersebut, dengan
menggunakan sekolah khusus untuk ABK seperti di SLB pada umumnya.
Di Indonesia sekarang mulai banyak yang menerapkan Pendidikan Inklusi
sebagai pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus.

B. Saran
Jika seluruh pihak yang terlibat dalam pengembangan Pendidikan anak
berkebutuhan khusus dapat merubah cara pandangnya ke yang lebih baik
maka hal itu akna meningkatkan kualitas dalam proses pembebelajaran
atau pengembangan ABK. Dari penjelasan dalam makalah ini sudah dapat
diketahui sedikit karakteristik, sifat, dan sikap ABK sehingga kita dapat
sedikit merubah cara pandang.

1
DAFTAR PUSTAKA
Hhtp://rumahdifable.blogspot.com/2016/09/hakekat-anak-tuna-
daksa.html?=1
https://id.m.wikipedea.org.org/anak_berkebutuhan_khusus#tunadaksa
https://www.kajianpustaka.com/2020/07/tunadaksa.html?m=1
https://www.usd.ac.id/pusat/psibk/2018/11/28faktor-penyebab-tuna-daksa/
http://eprents.umm.ac.id/37194/3/jiptummpp-gdl-faradilara-48110-3-
babii.pdf
http://file.upi.edu/derektori/FPPMIPA/PRODI._ILMU_KOMPUTER/
196603252001121MUNIR/Multimedia/multimedia_bahan_ajar_PJJ/
Pendidikan+anak+kebutuhan+khusus+UNIT+4.pdf

2
DOKUMENTASI DAN LAMPIRAN

3
4

Anda mungkin juga menyukai