Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1


1. Cristanesa Rindra Winaldha (21123003P)
2. Desi Fatmasari (21123004P)
3. Nabila Dwi Novrianti (21123011P)
4. Wanggi Adela Novriyanti (21123020P)
5. Septhi Sri Wahyuni (21123026P)

DOSEN PENGAMPU :
Ayu Dekawati,S.Kep.,Ns.,M.Kep.

INSTITUSI ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH


PALEMBANG FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan
Rahmat dan karunia-Nya kepada kita yang tak mungkin kita dapat menghitungnya. Shalawat
beriring salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta para
sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.
Alhamdulilah kami dapat menyelesaikan penyunanan tugas Makalah Asuhan
Keperawatan Pada Anak Berkebutuhan Khusus sebagai pemenuhan tugas nilai mata kuliah
keperawatan psikiatri. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati kami
menyampaikan terima kasih kepeda ibu selaku dosen mata kuliah keperawatan psikiatri.
Semoga semua sumbangsihnya menjadi amal ibadah disisi Allah SWT. Akhirnya
kami tetap berharap makalah Asuhan Keperawatan Pada Anak Berkebutuhan Khusus ini
dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan segenap pihak yang terkait dalam melakukan Asuhan
Keperawatan Pada Anak Berkebutuhan Khusus. Kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat kami hargai untuk kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 05 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... Error! Bookmark not defined.


A. Latar Belakang .................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 2
C. Tujuan .................................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS ........................................................... Error! Bookmark not defined.
A. Definisi.................................................................................................................................. 3
B. Etiologi ................................................................................................................................. 3
C. Klasifikasi ............................................................................................................................. 4
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................... Error! Bookmark not defined.
A. Pengkajian............................................................................................................................ 7
B. Analisa Data ......................................................................................................................... 8
C. Diagnosis .............................................................................................................................. 9
D. Intervensi ............................................................................................................................. 9
E. Implementasi ...................................................................................................................... 11
F. Evaluasi .............................................................................................................................. 12
BAB IV PENUTUP.............................................................................. Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 13
B. Saran .................................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... Error! Bookmark not defined.

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan
anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus (dulu di sebut sebagai anak
luar biasa) didefinisikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan layanan
khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna.
Anak-anak berkebutuhan khusus ini tidak memiliki ciri-ciri perkembangan psikis
ataupun fisik dengan rata-rata anak seusianya. Namun meskipun berbeda, ada juga
anak-anak berkebutuhan khusus menunjukan ketidakmampuan emosi, mental, atau
fisiknya pada lingkungan sosial. Terdapat beberapa jenis anak berkebutuhan khusus
yang seringnya kita temui yaitu tunarungu, tunanetra, tunadaksa, tunagrahita,
tunalaras, autis, down syndrome, dan retradasi mental (kemunduran mental).
(Hallahan dan Kauffman, 2021)
Proses pengolahan ilmu di otak anak-anak berkebutuhan khusus itu relatif
kurang. Pada awal kehidupan sel-sel otak mulanya sedikit, ketika usia 6 tahun, sel-sel
otak mulai bertahmbah, hingga akhirnya pada usia 14 tahun dapat berkembang lebih
pesat. Anak berkebutuhan khusus hanya tertuju pada 1 pusat perhatian (topik
menarik) dalam proses otak. Yang berinteligensi tinggi akan menghadapi kesulitan
dalam pembelajaran normal, suka merasa bosan dan cenderung main-main sendiri.
Sedangkan yang inteligensinya rendah akan kesulitan dalam memahami materi
pembelajaran dan kerap membutuhkan banyak pengulangan dalam membahas suatu
pembelajaran (Santoso: 2020).
Slameto (2010: 54) berpendapat bahwa ada tiga faktor yang dapat
mempengaruhi minat belajar, yakni faktor jasmani, faktor psikologis dan faktor
kelelahan Beberapa hal yang harus dikuasai anak tunagrahita dalam motivasi belajar
yaitu ketekunan belajar, keuletan dalam belajar, minat/perhatian dalam belajar, tidak
bosan belajar, belajar dan senang belajar. Berdasarkan keterbatasan tersebut maka
diperlukan pelayanan pendidikan khusus untuk mengembangkan motivasi anak.
Di Indonesia, perkembangan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dan
pendidikan khusus lainnya, mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam dua
dasa warsa terakhir. Dengan lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No.2 tahun 1989 yang kemudian disempurnakan menjadi UU No.20/ 2003,

1
pendidikan luar biasa tidak saja diselenggarakan melalui sistem persekolahan khusus
(SLB), namun juga dapat 4 diselenggarakan secara inklusif di sekolah reguler pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah (Solopos, Pendidikan, Selasa 27 Nopember
2012).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan judul penelitian diatas, maka rumusan
permasalahan yang akan diteliti yaitu adakah pengaruh motivasi orang tua terhadap
minat belajar anak berkebutuhan khusus?

C. Tujuan
Setiap kegiatan penelitian tertentu mempunyai maksud dan tujuan,
berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah mengetahui adanya pengaruh motivasi orang tua terhadap minat
belajar anak berkebutuhan khusus.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Menurut Bachri (2019) anak
berkebutuhan khusus (ABK) adalah individu - individu yang memiliki karakteristik
berbeda dari individu lain yang dipandang normal oleh masyarakat pada umumnya.
Bachri (2019) juga mengemukakan bahwa anak berkebutuhan khusus menunjukkan
karakteristik fisik, intelektual, dan emosional yang lebih rendah atau lebih tinggi dari
anak normal sebayanya atau berada di luar standar normal yang berlaku di
masyarakat, sehingga mengalami hambatan dalam meraih sukses baik dari segi sosial,
personal, maupun aktivitas pendidikan.
Menurut Wardani, dkk (2018) anak berkebutuhan khusus merupakan anak
karena kelainan yang dimilikinya, memerlukan bantuan khusus dalam pembelajaran
agar mampu mengembangkan potensi secara optimal. Wardani, dkk (2018) juga
mengemukakan bahwa kelainan tersebut dapat berada di bawah normal, dapat juga
diatas normal, sehingga sebagai dampaknya diperlukan pengaturan khusus dalam
pelayanan pendidikan.
Menurut Direktorat Pendidikan Luar Biasa (dalam Erawati dkk, 2019) anak
berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang secara signifikan (bermakna)
mengalami kelainan atau penyimpangan (fisik, mental-intelektual, sosial, 13
emosional) dalam proses perkembangan dan pertumbuhan dibandingkan dengan anak-
anak lain seusianya, sehingga anak memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Berdasarkan beberapa definisi dari para ahli di atas tentang anak berkebutuhan
khusus dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan anak
yang mengalami penyimpangan atau perbedaan dari rata-rata anak normal lainnya.
Pada proses pertumbuhan atau perkembangannya terjadi kelainan seperti kelainan
fisik, intelektual, mental, sosial dan emosi. Anak berkebutuhan khusus juga memiliki
karakteristik yang berbeda antara satu dan lainnya atau memiliki perbedaan sesuai
dengan jenis kelainan yang dialami oleh anak

B. Etiologi
Etiologi Anak Berkebutuhan Khusus Menurut Irwanto, Kasim, dan Rahmi
(2020), secara garis besar faktor penyebab anak berkebutuhan khusus jika dilihat dari
masa terjadinya dapat dikelompokkan dalam 3 macam, yaitu :

3
a. Faktor penyebab anak berkebutuhan khusus yang terjadi pada pra kelahiran (sebelum
lahir) yaitu masa anak masih berada didalam kandungan telah diketahui mengalami
kelainan dan keturunan. Kelainan yang terjadi pada masa prenatal, berdasarkan
periodisasinya dapat terjadi pada periode embrio, periode janin muda, dan periode
aktini (sebuah protein yang penting dalam mempertahankan bentuk sel dan bertindak
bersama-sama dengan mionin untuk menghasilkan gerakan sel) (Delphie,2019).
Antara lain gangguan Genetika (kelainan kromosom, Transformas). Infeksi
kehamilan, usia ibu hamil, keracunan saat hamil, keguguran dan lahir prematur.
b. Faktor penyebab ABK yang terjadi selama proses kelahiran yang dimaksud adalah
anak mengalami kelaianan pada saat proses melahirkan. Ada beberapa sebab kelainan
saat anak dilahirkan, antara lain anak lahir sebelum waktunya, lahir dengan bantuan
alat, posisi bayi tidak normal, analgesik (penghilang nyeri) dan anesthesia (keadaan
nekrosis), kelainan ganda atau karena kesehatan bayi yang kurang baik. Proses
kelahiran lama, prematur, kekurangan oksigen, kelahiran dengan alat bantu dan
kehamilan terlalu lama >40 minggu.
c. Faktor penyebab ABK yang terjadi setelah proses kelahiran yaitu masa dimana
kelainan itu terjadi setelah bayi dilahirkan atau saat anak dalam
repository.unimus.ac.id 15 masa perkembangan. Ada beberapa sebab kelainan setelah
anak dilahirkan antara lain infeksi bakteri (TBC/virus). Kekurangan zat makanan
(guzi, nutrisi), kecelakaan dan keracunan.

C. Klasifikasi
Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus Secara umum klasifikasi anak
berkebutuhan khusus meliputi dua kategori yaitu anak yang memiliki kekhususan
permanen dan temporer (Ilahi, 2018). Anak berkebutuhan khusus yang memiliki
kekhususan permanen yaitu akibat dari kelainan tertentu seperti anak tunanetra.
Sedangkan anak yang memiliki kekhususan temporer yaitu mereka yang mengalami
hambatan belajar dan perkembangan karena kondisi dan situasi lingkungan misalnya
anak yang mengalami kedwibahasaan atau perbedaan bahasa yang digunakan dalam
dan di sekolah.
1. Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) Anak
berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah anak yang
mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan disebabkan oleh
faktor-faktor eksternal. Misalnya anak yang mengalami gangguan emosi karena

4
trauma akibat diperkosa sehingga anak ini tidak dapat belajar. Pengalaman
traumatis seperti itu bersifat sementara tetapi apabila anak ini tidak memperoleh
intervensi yang tepat boleh jadi akan menjadi permanen. Anak seperti ini
memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus, yaitu pendidikan yang
disesuaikan dengan hambatan yang dialaminya tetapi anak ini tidak perlu dilayani
di sekolah khusus. Di sekolah biasa banyak sekali anak-anak yang mempunyai
kebutuhan khusus yang bersifat temporer, dan oleh karena itu mereka memerlukan
pendidikan yang disesuaikan yang disebut pendidikan kebutuhan khusus. Contoh
lain, anak baru masuk kelas I Sekolah Dasar yang mengalami kehidupan dua
bahasa. Di rumah anak berkomunikasi dalam bahasa ibunya (contoh bahasa:
Sunda, Jawa, Bali atau Madura dsb.), akan tetapi ketika belajar di sekolah
terutama ketika belajar membaca permulaan, menggunakan bahasa Indonesia.
Kondisi seperti ini dapat menyebabkan munculnya kesulitan dalam belajar
membaca permulaan dalam bahasa Indonesia. Anak seperti ini pun dapat
dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus sementara (temporer), dan oleh
karena itu ia memerlukan layanan pendidikan yang disesuaikan (pendidikan
kebutuhan khusus). Apabila hambatan belajar membaca seperti itu tidak
mendapatkan intervensi yang tepat boleh jadi anak ini akan menjadi anak
berkebutuhan khusus permanen.
2. Anak Berkebutuhan Khusus yang Bersifat Menetap (Permanen) Anak
berkebutuhan khusus yang bersifat permanen adalah anakanak yang mengalami
hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang bersifat internal dan akibat
langsung dari kondisi kecacatan, yaitu seperti anak yang kehilangan fungsi
penglihatan, pendengaran, gangguan perkembangan kecerdasan dan kognisi,
gangguan gerak (motorik), gangguan interaksi-komunikasi, gangguan emosi,
social dan tingkah laku. Dengan kata lain anak berkebutuhan khusus yang bersifat
permanen sama artinya dengan anak penyandang kecacatan. Istilah anak
berkebutuhan khusus bukan merupakan terjemahan atau kata lain dari anak
penyandang cacat, tetapi anak berkebutuhan khusus mencakup spektrum yang luas
yaitu meliputi anak berkebutuhan khusus temporer dan anak berkebutuhan khusus
permanen (penyandang cacat). Oleh karena itu apabila menyebut anak
berkebutuhan khusus selalu harus diikuti ungkapan termasuk anak penyandang
cacat. Jadi anak penyandang cacat merupakan bagian atau anggota dari anak
berkebutuhan khusus. Oleh karena itu konsekuensi logisnya adalah lingkup

5
garapan pendidikan kebutuhan khusus menjadi sangat luas, berbeda dengan
lingkup garapan pendidikan khusus yang hanya menyangkut anak penyandang
cacat. Anak berkebutuhan khusus permanen meliputi: anak dengan gangguan
penglihatan (tunanetra); anak dengan gangguan pendengaran dan bicara
(tunarungu/tunawicara); anak dengan kelainan kecerdasan; anak dengan gangguan
anggota gerak (tunadaksa); anak dengan gangguan perilaku dan emosi (tunalaras);
anak dengan gangguan emosi taraf berat; anak gangguan belajar spesifik; anak
lamban belajar (slow learner) anak autis

6
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Identitas klien meliputi inisial klien, usia, jenis kelamin, suku, Bahasa dominan,
alamat,dsb.
2. Keluhan utama
3. Penampilan umum dan perilaku motoric
Penampilan umum klien meliputi berat bdan, tinggi badan, ttv, Riwayat pengobat
fisik, hasil pemeriksaan laboratorium, visum,dsb.
4. Tingkat ansietas
5. Tingkat ansietas anak menggunakan checklist perilaku yang positif dan yang
menyimpang contohnya perilaku yang positif anak bersikap tenang, ramah,
kooperatif,dsb. Sedangkan yang menyimpang seperti menarik diri,bingung,
disorientasi, obsesi,dsb
6. Keluarga
Keluarga membahas tentang genogram, hubungan klien dengan keluarga,
kebiasaan yang dilakukan keluarga, tipe keluarga, dan pengambilan keputusan
dalam keluarga.
7. Riwayat social
Riwayat social meliputi pola social klien, obat-obatan yang dikonsumsi, hambatan
dalam berhubungan dengan orang lain, dan peran serta dalam kelompok.
8. Status mental dan socialStatus mental dan social terdiri dari penampilan, tingkah
laku, pola komunikasi, mood dan afek, proses piker, persepsi,dan kognitif.
9. Ide-ide bunuh diri
Adakah ide-ide yang merusak diri sendiri dan orang lain.
10. Kultural dan spiritual
Kultural dan spiritual meliputi agama yang dianut, budaya yang diikuti, dan
tingkat perkembangan saat ini.

7
B. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1 DS:- Gangguan Efek
Tumbuh Kembang Ketidakmampuan
DO:-Tidak mampu melakukan
keterampilan atau perilaku khas
sesuai usia (fisik, Bahasa, motoric,
dan psikososial)
-Pertumbuhan fisik terganggu
-Tidak mampu melakukan
perawatan diri sesuai usia
-Afek datar
-Respon sosial lambat
-Kontak mata terbatas
-Nafsu makan menurun
-Lesu
-Mudah marah
-Regresi
-Pola tidur terganggu (pada bayi)
2 DS:-Mengekspresikan keinginan Kesiapan -
untuk meningkatkan peran Peningkatan
menjadi orang tua Menjadi Orang
-Anak atau anggota keluarga Tua
lainnya mengekspresikan
kepuasan dengan lingkungan
rumah
-Anak atau anggota keluarga
mengungkapkan harapan yang
realistis

DO:-Tampak adanya dukungan


emosi dan pengertian pada anak
atau anggota keluarga

8
-Kebutuhan fisik dan emosi
anak/anggota keluarga terpenuhi

C. Diagnosis
1. D.0106 Gangguan Tumbuh Kembang b.d Efek Ketidakmampuan
2. D.0122 Kesiapan Peningkatan Menjadi Orang Tua

D. Intervensi
No Diagnosis Tujuan & Intervensi Keperawatan
Kriteria Hasil
1 D.0106 Setelah I.10340 Promosi Perkembangan Anak
Gangguan dilakukan
Tumbuh Tindakan Observasi
Kembang b.d keperawatan -Identifikasi kebutuhan khusus anak dan
Efek selama …x… kemampuan adaptasi anak
Ketidakmampuan jam maka
L.10101 Status Terapeutik
Perkembangan -Fasilitasi hubungan anak dengan teman
membaik sebaya
dengan kriteria -Dukung anak berinteraksi dengan anak
hasil: lain
1.Keterampilan/ -Dukung anak mengekspresikan
perilaku sesuai perasaannya secara positif
usia meningkat -Dukung anak dalam bermimpi atau
2.Kemampuan berfantasi sewajarnya
melakukan -Dukung partisipasi anak di sekolah,
perawatn diri ekstrakulikuler dan aktivitas komunitas
meningkat -Berikan mainan yang sesuai dengan usia
3.Respon social anak
meningkat -Bernyanyi Bersama anak lagu-lagu yang
4.Kontak Mata disukai anak
meningkat -Bacakan cerita/dongeng untuk anak
5.Afek membaik -Diskusikan Bersama remaja tujuan dan

9
4.Pola tidur harapannya
membaik -Sediakan kesempatan dan alat-alat untuk
menggambar, melukis dan mewarnai
-Sediakan mainan berupa puzzle dan
maze

Edukasi
-Jelaskan nama-nama benda objek yang
ada di lingkungan sekitar
-Ajarkan pengasuh milestones
perkembangan dan perilaku yang
dibentuk
-Ajarkan sikap kooperatif, bukan
kompetisi diantara anak
-Ajarkan anak cara meminta bantuan dari
anak lain, jika perlu
-Ajarkan Teknik asertif pada anak dan
remaja
-Demonstrasikan kegiatan yang
meningkatkan perkembangan pada
pengasuh

Kolaborasi
-Rujuk untuk konseling, jika perlu
2 D.0122 Kesiapan Setelah I.13495 Promosi Pengasuhan
Peningkatan dilakukan
Menjadi Orang Tindakan Observasi
Tua keperawatan -Identifikasi keluarga risiko tinggi dalam
selama …x… program tindak lanjut
jam maka Peran -Monitor status Kesehatan anak dan
Menjadi Orang status imunisasi anak
Tua membaik
dengan kriteria Terapeutik

10
hasil: -Dukung ibu menerima dan melakukan
1.Bounding perawatan pre natal secara teratur dan
Attachment sedini mungkin
meningkat -Lakukan kunjungan rumah sesuai
2.Perilaku dengan tingkat risiko
positif menjadi -Fasilitasi orang tua dalam memiliki
orang tua harapan yang realistis sesuai dengan
meningkat tingkat kemampuan dan perkembangan
3. Interaksi anak
perawatan bayi -Fasilitasi orang tua dalam menerima
meningkat transisi peran
4.Kebutuhan -Berikan bimbingan antisipasi yang
fisik anak/ diperlukan sesuai dengan tahapan usia
anggota perkembangan anak
keluarga -Fasilitasi orang tua dalam mendapatkan
terpenuhi dukungan dan berpartisipasi dalam parent
5.Kebutuhan group programs
emosi anak/ -Fasilitasi orang tua dalam
anggota mengembangkan keterampilan
keluarga pengasuhan
terpenuhi -Fasilitasi orang tua dalam
6. Anak/ mengembangkan social dan koping
keluarga -Fasilitasi mengatur penitipan anak, jika
verbalisasi perlu
harapan yang -Fasilitasi penggunaan kontrasepsi
realistis
Edukasi
-Ajarkan orang tua untuk menanggapi
isyarat bayi

E. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu pasien dari masalah Kesehatan yang dihadapi, ke status
Kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

11
Dalam pelaksanaannya terbagi menjadi 3 yaitu independent/implementations,
interpendent/collaborative implementations, dan dependent implementations
(Leniwita,H.,Anggraini,Y,2019)

F. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah membandingkan secara sistematis dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan kenyataan yang
ada pada klien, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien,
dan tenaga Kesehatan lainnya (Leniwita,H.,Anggraini,Y,2019).

12
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak berkebutuhan khusus permanen meliputi: anak dengan gangguan
penglihatan (tunanetra); anak dengan gangguan pendengaran dan bicara
(tunarungu/tunawicara); anak dengan kelainan kecerdasan; anak dengan gangguan
anggota gerak (tunadaksa); anak dengan gangguan perilaku dan emosi (tunalaras);
anak dengan gangguan emosi taraf berat; anak gangguan belajar spesifik; anak
lamban belajar (slow learner) anak autis.

B. Saran
Berbagai pihak perlu melaksanakan program integrative yang diarahkan tidak
saja bagi anak berkebutuhan khusus, tetapi juga keluarga dan lingkungan dimana
mereka tinggal. Bagi anak jalanan, mereka perlu dilibatakan dalam program
pendidikan khusus yang dapat membuka wawasan mereka mengenai masa depan.
Bagi keluarga, terutama orang tua perlu diberikan penyuluhan yang dapat meluruskan
persepsi mereka mengenai kedudukan anak di dalam keluarga, lingkungan dan
masyarakat. Disamping itu program pengembangan sentra ekonomi di daerah asal
mereka perlu dikembangkan agar mereka dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan
tidak memposisikan kota sebagai satu-satunya tempat untuk kebutuhan hidupnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

PPNI(2018).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan IndikatorDiagnostik,


Edisi1, Jakarta:DPP PPNI

PPNI(2018).StandarIntervensiKeperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,


Edisi 1, Jakarta:DPP PPNI

PPNI(2018).StandarLuaranKeperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,


Edisi 1, Jakarta:DPP PPNI

Leniwita,H.,Anggraini,Y.(2019). Modul DokumentasiKeperawatan. Jakarta:Universitas


Kristen Indonesia

Sutejo.(2019).KeperawatanJiwa.Yogyakarta:PustakaBaru Press.

14

Anda mungkin juga menyukai