Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
3 A REGULER
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah hasil observasi tentang "Anak
Autism".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penulis, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penulisan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini. Kami berharap semoga makalah yang penulis buat ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.
Nur Affni
NIM. F1081221009
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
1. Latar Belakang........................................................................................................1
2. Rumusan Masalah..................................................................................................2
3. Tujuan Pembahasan................................................................................................3
BAB 4 PEMBAHASAN...................................................................................................9
1. Identitas Sekolah....................................................................................................9
3. Identitas Pendidik...................................................................................................9
BAB 5 PENUTUP...........................................................................................................13
1. Kesimpulan...........................................................................................................13
2. Saran.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14
LAMPIRAN DOKUMENTASI......................................................................................14
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1
akademik, penyesuaian sosial dan berkembang bekerja. Slameto (2010: 54)
berpendapat bahwa ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar, yakni
faktor jasmani, faktor psikologis dan faktor kelelahan Beberapa hal yang harus
dikuasai anak tunagrahita dalam motivasi belajar yaitu ketekunan belajar, keuletan
dalam belajar, minat/perhatian dalam belajar, tidak bosan belajar, belajar dan senang
belajar. Berdasarkan keterbatasan tersebut maka diperlukan pelayanan pendidikan
khusus untuk mengembangkan motivasi anak.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini adalah:
1. Apa pengertian anak autism?
2. Bagaimana stimulus dan respon dari anak autism?
3. Bagaimana penangangan anak autism?
4. Bagaimana perkembangan anak autism selama persekolahan?
2
3. Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai pada makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari anak autism
2. Untuk mengetahui stimulus dan respon dari anak autism
3. Untuk mengetahui penanganan untuk anak autism
4. Untuk menjelaskan perkembangan anak autism selama persekolahan
3
BAB 2
KAJIAN TEORI
4
2. Ciri-Ciri Anak Autism
a. Perilaku
1) Cuek terhadap lingkungan.
2) Perilaku tak terarah; mondar mandir, lari-lari, manjat-manjat, berputar-putar,
lompat-lompat dan sebagainya.
3) Kelekatan terhadap benda tertentu
4) Perilaku tak terarah
5) Terpukau terhadap benda yang berputar atau benda yang bergerak (Yuwono,
2012).
b. Interaksi sosial
1) Tidak mau menjalin interaksi seperti :kontak mata, ekpresi muka, posisi tubuh
serta gerak gerik kurang setuju
2) Kesulitan dalam bermain dengan orang lain ataupun teman sebayanya.
3) Tidak empati, perilakunya hanya sebagai minat atau kesenangan
4) Kurang bisa melakukan interaksi sosial dan emosional 2 arah (Moore, 2010).
c. Komunikasi dan bahasa
1) Terlambat bicara
2) Tidak ada usaha untuk berkomunikasi secara non verbal dengan bahasa tubuh
3) Meracau dengan bahasa yang tidak dapat dipahami
3. Penyebab Anak Autism
1. Faktor Genetik
Lebih kurang 20% dari kasus- kasus autism disebabkan oleh factor genetic.
Penyakit genetik yang sering dihubungkan dengan autism adalah tuberous
sclerosis (17-58%) dan syndrome fragile X ( 20 – 30%). Disebut fragile X karena
secara sitogenik penyakit ini ditandai oleh adanya kerapuhan ( fragile) yang
tampak seperti patahan diujung akhir lengan panjang kromosom X 4. Syndrome
fragile X merupakan penyakit yang diwariskan secara X- linked ( X terangkai)
yaitu melalui kromosom X. pola penurunannya tidak umum, yaitu tidak seperti
penyakit dengan pewarisan X-linked lainnya, karena tidak bias digolongkon
sebagai dominan atau resesif, laki –laki dan perempuan dapat menjadi penderita
maupun pembawa sifat ( carier) (Dr. Sultan MH Faradz.
Pusponegoror,Spa(k),2003).
2. Gangguan Pada system syaraf
5
Banyak penelitian yang melaporkan bahwa anak autism memiliki kelainan
hampir pada seluruh struktur otak. Tetapi kelainan yang paling konsisten adalah
pada otak kecil. Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel purkinye di
otak kecil pada autism. Berkurangnya sel purkinye diduga dapat merangsang
pertumbuhan akson, glia dan myelin sehingga terjadi pertumbuhan otak yang
abnormal, atau sebaliknya pertumbuhan akson yang abnormal dapat menimbulkan
sel purkinye mati. (Dr. Sultan MH Faradz. Pusponegoror,Spa(k),2003). Otak kecil
berfungsi mengontrol fungsi luhur dan kegiatan motorik, juga sebagai sirkuit yang
mengatur perhatian dan penginderaan.jika sirkuit ini rusak atau terganggu maka
akan menggangggu fungsi bagian lain dari system saraf pusat, seperti misalnya
system limbic yang mengatur emosi dan perilaku.
3. Ketidakseimbangan kimiawi
Beberapa peneliti menemukan sejumlah kecil dari gejala autism berhubungan
makanan atau kekurangan kimiawi di badan. Alergi terhadapa makan tertentu,
seperti bahan – bahan yang mengandung susu, tepung gandum, daging, gula,
bahan pengawet, bahan pewarna, dan ragi. Untuk memastikan pernyataan
tersebut, dalam tahun 2000- 2001 telah dilakukan pemeriksaan terhadap 120orang
anak yang memenuhi criteria gangguan autism menurut DSM IV. Rentang umur
antara 1- 10 tahun, dari 120 orang itu 97 adalah anak laki – laki dan 23 adalah
anak perempuan. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa anak – anak ini
mengalami gangguan metabolism yang kompleks, dan setelah dilakukan
pemeriksaan untuk alergi, ternyata dari 120 orang anak yang di periksa : 100 anak
( 83,33%) menderita alergi susu sapi, gluten, dan makanan lain, 18 anak ( 15%)
alergi terhadap susu, dan makanan lain, 2 orang anak ( 1,66%0 alergi terhadapa
gluten dan makanan lain.( Dr. Melly Budiman, SpKJ, 2003). Penelitian lain
menghubungkan autism dengan ketidakseimbangan hormonal, peningkatan kadar
dari bahan kimiawi tertentu di otak, seperti opioid, yang menurunkan persepsi
snyeri dan motivasi.
4. Kemungkinan lain
Infeksi yang terjadi sebelum dan sesudah kelahiran dapat merusak otak seperti
virus rubella yang terjadi selama kehamilan dapat menyebabkan kerusakan otak.
Kemungkinan yang lain adalah faktor psikologis, karena kesibukan orang tuanya
sehingga tidak memliki waktu untuk berkomunikasi dengan anak, atau anakk
6
tidak pernah diajak bicara sejak kecil, itu juga dapat menyebabkan anak menderita
autisme.
7
bervariasi, oleh karena itu terapinya sangat individual dan tergantung keadaan dan
gejala yang timbul dan harus ditangani secara holistic oleh tim ahli.
Beberapa terapi untuk anak autism adalah terapi wicara, terapi biomedik, terapi
makanan, dan terapi perilaku.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Jenis data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diambil langsung oleh
si peneliti untuk mengetahui jenis penanganan anak-anak berkebutuhan khusus dengan cara
mengobservasi langsung sampel yang telah dipilih. Cara pengumpulan data menggunakan
wawancara, jadi peneliti akan mewawancarai Wali Kelas dan kepala Sekolah yang menangani
anak-anak berkebutuhan khusus di SLB Autism Kalbar.
8
BAB 4
PEMBAHASAN
1. Identitas Sekolah
nama sekolah : SLB Autism Kalbar
alamat sekolah : Gang Pendidikan, Jalan Tanjung Raya 2, Pontianak
Timur
2. Identitas peserta didik
Nama peserta didik : Raditya Vigo Pratama
Gangguan yang dialami : Autism Sedang (Hyperaktif)
3. Identitas pendidik
1) Nama guru : Najmudin, M.Pd
Jabatan : Kepala Sekolah
2) Nama guru : Ana, S.Pd
Jabatan : Wali Kelas
4. Hasil dan pembahasan
Berdasarkan observasi yang telah saya lakukan di SLB Autism Kalbar, saya
merasa tertarik untuk mengobservasi atau meneliti anak dengan kebutuhan khusus
seperti autism. Menurut saya pengetahuan tentang ciri-ciri, klasifikasi, penyebab,
serta cara penanganan yang dilakukan adalah hal yang penting untuk diketahui
karena mengingat sudah banyak SD yang menerapkan Sekolah Inklusi.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini, saya memilih salah satu peserta didik
yang memiliki kebutuhan khusus yang berupa autism bernama Raditya Vigo
Pratama atau bisa dipanggil vigo. Ketika mengobservasi Vigo saya juga
berkesempatan untuk mewawancarai Wali Kelasnya yaitu Bu Ana, dari wawancara
dengan bu Ana, terdapat beberapa hal yang saya temukan:
1. Klasifikasi anak
Vigo adalah anak yang menyandang gangguan berupa autism sedang
(hyperaktif), yang berarti dia mengalami hambatan bidang komunikasi
9
(verbal/non-verbal), bidang interaksi sosial, hambatan dalam perilaku, dalam
bidang emosi/perasaan dan juga bidang persepsi.
2. Stimulus dan respon anak
Dari wawancara yang saya lakukan dengan bu Ana, dapat diketahui
bahwa Vigo telah memberikan respon yang baik terhadap stimulus yang
diberikan oleh bu Ana. Yang awalnya dia adalah anak yang tidak bisa diam,
membuat keributan dikelas, tidak mau makan sendiri, harus dibujuk untuk
melakukan sesuatu, dan setelah beberapa waktu diberikan stimulus seperti
ketika Vigo selesai mengerjakan tugas yang diberikan makan bu Ana akan
memberikan reward dengan memutar film kesukaannya. Sekarang Vigo sudah
bisa diam di kursinya sendiri, sudah mau makan walaupun kadang disuruh
terlebih dahulu, serta bisa mengerjakan perintah-perintah sederhana seperti
mengambil botol, memasukkan buku ke dalam tas, dan lainnya. Jadi, kondisi
Vigo sudah lebih baik dibanding sebelumnya dan di kelas bu Ana tidak perlu
melakukan stimulus secara berlebihan lagi karena anak-anak dikelasnya
termasuk Vigo telah memberikan respon yang baik.
3. Penanganan untuk anak
Dari wawancara dan observasi yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa pada penanganan untuk kasus Vigo ini tidak menggunakan terapi-terapi
khusus untuk autism karena dari yang bu Ana katakana kondisi Vigo sudah bisa
dibilang lumayan baik untuk disetarakan dengan anak normal tetapi tentu saja
perkembangannya akan lebih lambat dibanding anak normal lainnya, kondisi
Vigo ini bisa juga disebut dengan tahap akhir dari penanganan yang dilakukan
di SLB. Menurut bu Ana kondisi Vigo ini sudah lebih baik dibandingkan
sebelumnya dari yang selalu ribut, tidak bisa diam dikursinya, harus diberikan
mainan terlebih dahulu sebelum mengerjakan tugas ataupun perintah. Menjadi,
kondisi dimana dia sekarang sudah mau mengerjakan tugas yang diberikan
tanpa dibujuk, sudah mau makan sendiri dan sudah bisa mengerjakan perintah-
perintah sederhana.
Pada awalnya juga bu Ana harus memberikan pengajaran secara
individual, yang mana Vigo harus dipantau secara pribadi oleh bu Ana
mengenai hal-hal atau tugas yang dikerjakannya, karena dia pada awalnya
susah untuk fokus pada tugas yang diberikan dan malah tidak mau
mengerjakannya, tetapi sekarang bu Ana hanya perlu mengarahkan saja, serta
10
dipantau sedikit-sedikit. Pada awalnya Vigo juga mudah lupa dengan perintah
yang diberikan, karena itu bu Ana harus mengulang perintah dengan
mengeraskan suaranya sedikit agar Vigo ingat tentang perintah yang telah
diberikan.
11
dokter tumbuhkembang anak, terapis, maupun psikolog anak, sertaorang tua
harus melakukan pemantauan atas perkembangan anaknya dalam hal
apapun, orang tua yang memiliki harus tetap mengawasi asupan makan
yang diberikan untuk anaknya
12
BAB 5
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari banyak hal yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa autism
merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang berhubungan dengan
komunikasi , interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Terdapat beberapa faktor
penyebab terjadinya autism, bisa jadi disebabkan oleh faktor genetik, gangguan pada
sistem syaraf, ketidakseimbangan kimiawi, dan juga faktor lainnya. Dalam autism
juga terdapat beberapa klasifikasi yaitu berat, sedang dan ringan. Pada observasi yang
saya lakukan kegiatan stimulus dan respon antara guru dan juga siswa sudah
terlaksana dengan baik, jadi sekarang guru hanya perlu mengarahkan siswa saja. Pada
bagian penanganan, guru memberikan reward apabila siswa melaksanakan apa yang
guru suruh, guru juga memberikan pengajaran secara individual atau memantau
secara pribadi siswa yang masih tidak bisa mandiri. Jadi, dapat diketahui bahwa anak-
anak penyandang autis masih dapat diobati dan mampu menjadi anak yang normal
seperi anak-anak yang lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian dan bimbingan
penuh dari orang tua serta guru untuk dapat membantu meningkatkan perkembangan
diri anak autisme.
2. Saran
Untuk peneliti selanjutnya agar lebih mendekatkan diri kepada sampel dan
membantu-bantu guru dalam menenangkan kelas atau apapun yang sekiranya bisa
dibantu. Dan juga untuk pembaca, diharapkan untuk memberikan saran maupun
tanggapan terhadap makalah ini, agar bisa berkembang menjadi makalah yang lebih
baik dibandingkan yang sekarang, serta dapat menjadi referensi maupun ide untuk
membuat makalah yang serupa.
13
DAFTAR PUSTAKA
Novianto, Ipung. Pengaruh Motivasi Orang Tua Terhadap Minat Belajar Anak Berkebutuhan
Khusus Di SD Al-Firdaus Surakarta. Diss. Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2014.
Pratiwi, Marlita Isti, and Dera Alfiyanti. PENGARUH BERMAIN PERAN MIKRO
TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA DAN PERSONAL SOSIAL ANAK AUTIS
DI SLB NEGERI SEMARANG. Diss. Universitas Muhammadiyah Semarang, 2018.
Rahayu, Sri Muji. "Deteksi dan intervensi dini pada anak autis." Jurnal Pendidikan Anak 3.1
(2014).
Pelangi, Garris. "Kemampuan Berbahasa pada Anak Autis Ringan Usia 3, 5 Tahun (Studi
Kasus Autis Hiperaktif)." Deiksis 13.3 (2021): 214-221.
Suteja, Jaja. "Bentuk dan metode terapi terhadap anak autisme akibat bentukan perilaku
sosial." Edueksos Jurnal Pendidikan Sosial & Ekonomi 3.1 (2014).
Syaputri, Echa, and Rodia Afriza. "Peran Orang Tua Dalam Tumbuh Kembang Anak
Berkebutuhan Khusus (Autisme)." Educativo: Jurnal Pendidikan 1.2 (2022): 559-564.
LAMPIRAN DOKUMENTASI
https://drive.google.com/drive/folders/
1OnAZVhZfTDxOVsnQbMkUZGDh2FHob6Oe?usp=sharing
14
15