Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENDIDIKAN ANAK KEBUTUHAN KHUSUS (ABK)


AUTIS

Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Dosen Pengampu: Juandra Prisma, M. SI

Disusun Oleh Kelompok 10


1. Ari Angguna Dedi D. (198620720751)
2. Siti Aisyah (10710720021)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) HAMZAR LOMBOK UTARA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Segala puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan karunia dan nikmat-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Tak lupa
shalawat beriring salam kita haturkan kepada suri tauladan umat, nabi besar Muhammad SAW.
Keluarganya, para sahabatnya, dan kita selaku umatnya.Aamiin.

Dalam makalah ini penyusun akan membahas tentang “Pengidap Autis Pada Anak
Berkebutuhan Khusus”. Teriring ucapan terima kasih kepada Bapak Juandra Prisma, M. SI
selaku dosen pengampu pada mata kuliah“Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus”.

Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik serta saran yang bersifat membangun guna
perbaikan dan peningkatan kualitas makalah ini, maka saran dari dosen pengampu dan teman-
teman sangat berharga bagi kami.

Demikian makalah ini saya susun, semoga bermanfaat bagi kita semua serta menjadi
tambahan referensi bagi penyusun makalah yang serupa diwaktu yang akan datang. Aamiin.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................2
C. Tujuan .........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................3

A. Pengertian autis..........................................................................3
B. Jenis – jenis pengidap autis........................................................3
C. Faktor – faktor pengidap Autis.................................................6

BAB III PENUTUP.................................................................................8

A. Kesimpulan..................................................................................8
B. Saran............................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan mutu
sumber daya manusia Indonesia. Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga pendidikan
baik formal, informal, dan non formal. Sekolah merupakan contoh dari lembaga
pendidikan yang bersifat formal. Dewasa ini, peran sekolah sangat penting. Sekolah tidak
hanya sebagai wahana untuk mencari ilmu pengetahuan saja, tetapi juga sebagai tempat
yang dapat memberi bekal keterampilan untuk hidup yang nanti diharapkan dapat
bermanfaat di dalam masyarakat. Di sekolah anak juga dibimbing untuk bersosialisasi
dengan orang lain. Keberadaan sekolah tidak saja penting bagi anak normal, melainkan
bermanfaat pula untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki keterbatasan dan
kekurangan ketika harus berinteraksi dengan orang lain. 1
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki karakteristik khusus.
Keadaan khusus membuat mereka berbeda dengan anak pada umumnya. Pada mulanya,
pengertian anak berkebutuhan khusus adalah anak cacat (difabel), baik cacat fisik maupun
cacat mental. Pengertian anak berkebutuhan khusus demikian berkembang menjadi anak
yang memiliki kebutuhan individual yang tidak bisa disamakan dengan anak yang normal.
Anak berkebutuhan khusus sering dikucilkan atau termaginalkan dari lingkungan
sekitar. Anak-anak berkebutuhan khusus sering menerima perlakuan yang diskriminatif
dari orang lain. Bahkan untuk menerima pendidikan saja mereka sulit. Beberapa sekolah
regular tidak mau menerima mereka sebagai siswa. Alasannya guru di sekolah tersebut
tidak memiliki kualifikasi yang memadai untuk membimbing anak berkebutuhan khusus.
Terkadang sekolah khusus letaknya jauh dari rumah mereka, sehingga banyak anak
berkebutuhan khusus yang tidak mengenyam pendidikan. 2

1
Mareza, L. 2016. Pengajaran Kreativitas Anak Berkebutuhan Khusus Pada Pendidikan Inklusi. Jurnal
Indigenous, Vol. 1(2).

2
Silayasa, N. P., Dantes N., dan Suarni, N.K. 2015. Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Solving Berbantuan
Media Audio Terhadap Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar IPS Siswa SMALB di SLB A Negeri Denpasar. E-
Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 5(1).
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu disediakan berbagai layanan
pendidikan atau sekolah bagi anak berkebutuhan khusus, baik menyangkut sistem
pembelajaran, fasilitas yang mendukung, maupun peran guru yang sangat penting untuk
memberikan motivasi dan arahan yang bersifat membangun. Fokus permasalahan yang
ingin dikaji dalam hal ini adalah karakteristik dari anak berkebutuhan khusus yang
memerlukan layanan pendidikan dan model layanan pendidikan yang digunakan untuk
membantu anak berkebutuhan khusus dalam belajar dan mengembangkan kreativitasnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Autis?
2. Apa Saja Jenis-jenis Autis?
3. Apa Saja Faktor-faktor Penyebab Autis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Autis
2. Untuk mengetahui Jenis-jenis Pengidap Autis
3. Untuk mengetahui Faktor-faktor Penyebab Autis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Autis
Autisme adalah gangguan perilaku dan interaksi sosial akibat kelainan perkembangan
saraf otak. kondisi ini menyebabkan penderitanya sulit berkomunikasi, berhubungan sosial,
dan belajar. Autisme disebut juga sebagai gangguan spektrum autisme atau autisme
spectrum disorder (ASD). Istilah spektrum sendiri mengacu pada gejala dan tingkat
keparahan penyakit ini yang berbeda-beda pada tiap penderitanya. Gangguan yang
termasuk dalam ASD adalah sindrom Asperger, gangguan perkembangan pervasif (PPD-
NOS), gangguan autistik, dan childhood disintegrative disorder (sindrom Heller). Kondisi
ini sering kali dikaitkan juga dengan sindrom savant. Berdasarkan data yang dihimpun
oleh WHO, autisme terjadi pada 1 dari 160 anak di seluruh dunia. Sedangkan di
Indonesia, hingga saat ini belum ada data yang pasti mengenai jumlah penderita autisme.3
B. Jenis-jenis Autis
Gangguan spektrum autisme adalah penyakit bawaan yang membuat pengidapnya
kesulitan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi. Ternyata, autisme memiliki beberapa
jenis yang dibedakan atas gejalanya.
Gangguan spektrum autisme dibedakan menjadi 5 tipe, yaitu:

1. Autistic Disorder
Sering juga disebut dengan Kanner’s syndrome atau mindblindness, anak yang
mengidap jenis penyakit autis ini tidak memiliki kemampuan memahami permasalahan
dari sudut pandang orang lain. Hidup di dunianya sendiri dan tidak memahami peristiwa
yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Sebagian dikarenakan ketidakmampuan untuk
menafsirkan emosi. Anak-anak dengan ciri sikap seperti ini bukan berarti tidak memiliki
keunggulan, malahan banyak yang punya kemampuan berhitung, seni, musik dan memori
yang lebih tinggi dibanding anak-anak kebanyakan.

3
Graziano, D. 2012. Study Suggests Reading This Post Could Make You Blind.
http://bgr.com/2012/07/27/computer-screens-blindness-study diakses tanggal 21 November 2013
2. Asperger Syndrome
Tidak seperti autistic disorder, asperger syndrome lebih bisa berinteraksi
dengan orang lain dan tidak memiliki masalah dalam keterlambatan berbahasa.
Bahkan, beberapa
anak justru memiliki kemampuan berbahasa yang lebih baik, tetapi hanya pada bidang
yang memang disenanginya. Sekilas orang melihat kalau asperger syndrome ini tidak
memiliki empati.
Mereka memiliki empati, memahami sebuah peristiwa tapi tidak bisa memberikan respons
yang umum dilakukan orang-orang. Kalau secara penampakan fisik, anak-anak yang
mengidap jenis penyakit autis tipe ini masih bisa berkomunikasi secara normal tapi tidak
menampakkan ekspresi, kecenderungan mendiskusikan diri sendiri, ataupun hal-hal yang
dianggapnya menarik.
3. Childhood Disintegrative Disorder
Sebuah kondisi saat anak mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik,
bahasa, dan fungsi sosialnya. Biasanya anak yang mengidap jenis penyakit autis ini
mengalami perkembangan normal sampai di usia dua tahun. Setelah dua tahun, anak akan
kehilangan keterampilan yang diperolehnya secara perlahan menginjak usia tiga atau
empat bahkan 10 tahun.
Penyebab gangguan ini karena terjadi ketidaksinkronan kerja sistem saraf di dalam otak.
Banyak para ahli yang menganggap childhood disintegrative disorder adalah sebagai
bentuk perkembangan dari autis itu sendiri. Tidak seperti dua jenis autis sebelumnya,
justru anak sempat memiliki kemampuan-kemampuan verbal, motorik, dan interaksi
sosial, tetapi seiring pertambahan usia malah mengalami kemerosotan.
4. Pervasive Developmental Disorder
Biasanya syndrome ini menjadi hasil diagnosis terakhir ketika ada tambahan dari
gejala-gejala yang dialami anak, salah satunya adalah interaksi dengan teman-teman
imajinatif anak. Gejalanya lebih kompleks ketimbang tiga jenis autis yang diuraikan
sebelumnya. Contohnya, tidak bisa menanggapi perilaku orang baik secara lisan maupun
non-lisan, tahan terhadap perubahan dan sangat kaku dalam rutinitas, sulit mengingat
sesuatu, dan sebagainya.
5. Sindrom Rett
Gangguan spektrum autisme ini umumnya didiagnosis pada usia 6–18 bulan, lebih
tepatnya saat anak gagal mencapai tonggak perkembangan atau kehilangan kemampuan
yang diperoleh sebelumnya. Sindrom Rett adalah salah satu tipe autisme yang dapat
menyulitkan setiap elemen kehidupan anak. Gejalanya termasuk:
a. Kehilangan mobilitas atau kelainan gaya berjalan.
b. Tonus otot berkurang.
c. Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil).
d. Gangguan bicara.
e. Tangan kehilangan fungsinya.
f. Gerakan tangan yang tidak disengaja.
g. Kejang.
h. Sulit bernafas.
i. Masalah tidur.
j. Skoliosis.
Bagaimana Autisme Ditangani?
Sudah banyak para ahli, salah satunya dari Autism-Society yang menegaskan kalau
autis bukanlah sebuah kekurangan seperti gangguan berpikir ataupun kecerdasan. Di mata
orang-orang “normal” akan ada yang salah ataupun tidak biasa dari koordinasi indera-
indera anak autis, padahal sebenarnya justru kemampuan mereka mengolah informasi
lebih mumpuni ketimbang orang pada umumnya. 
Kesadaran pengetahuan dan penanganan autis yang perlu semakin digalakkan agar anak-
anak pengidap autis dapat punya kesempatan mengembangkan diri dan menjadi mandiri
seperti anak-anak lainnya. Meskipun autisme adalah penyakit bawaan yang tidak bisa
disembuhkan, tetapi ada sejumlah perawatan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan
kualitas hidup pengidapnya, seperti:
a. Terapi perilaku dan komunikasi. Jenis terapi ini bertujuan untuk mendidik
pengidap tentang cara berperilaku dan meningkatkan keterampilan
komunikasi. 
b. Terapi pendidikan. Program pendidikan yang sangat terorganisir dapat
meningkatkan keterampilan sosial, komunikasi, dan perilaku.
c. Terapi keluarga. Jenis terapi ini membutuhkan dukungan keluarga untuk
berinteraksi dengan anak-anak dan mengajari mereka keterampilan sosial,
disiplin, kehidupan sehari-hari, dan komunikasi.
d. Terapi lain. Psikolog dapat memberi tahu keluarga maupun pengasuh tentang
cara menangani perilaku pengidap yang bermasalah. Terapi wicara dan terapi
fisik dapat meningkatkan keterampilan komunikasi dan meningkatkan
mobilitas yang membantu kehidupan sehari-hari pengidap autisme.
e. Obat-obatan. Tidak ada obat untuk menyembuhkan autisme. Namun, pengidap
autisme dapat diberikan obat-obatan tertentu seperti obat antipsikotik dan
antidepresan tergantung pada gejalanya.4
C. Faktor-faktor Penyebab Autis
Faktor Penyebab Anak Autis Menurut Gayatri Pamoedji (2007) penyebab autis
adalah gangguan perkembangan pada anak yang disebabkan oleh gangguan pada fungsi
susunan otak. Penyebab utama dari gangguan ini hingga saat ini masih terus diselidiki
oleh para ahli meskipun beberapa penyebab seperti keracunan logam berat, genetik,
vaksinasi, populasi, komplikasi sebelum dan setelah melahirkan disebut-sebut memiliki
andil dalam terjadinya autisme. Menurut Para ahli penyebab autis dan diagnosa medisnya
adalah:
1. Konsumsi obat pada ibu menyusui Obat migrain, seperti ergotamine obat ini
mempunyai efek samping yang buruk pada bayi dan mengurangi jumlah ASI.
2. Faktor Kandungan (Pranatal) Kondisi kandungan juga dapat menyebabkan gejala
autisme. Pemicu autisme dalam kandungan dapat disebabkan oleh virus yang
menyerang pada trimester pertama. Yaitu syndroma rubella.
3. Faktor Kelahiran Bayi lahir dengan berat badan rendah, prematur, dan lama dalam
kandungan (lebih dari 9 bulan) beresiko mengidap autis. Selain itu bayi yang
mengalami gagal napas (hipoksa) saat lahir juga beresiko mengalami autis.
4. Peradangan dinding usus Sejumlah anak penderita gangguan autis, umumnya,
memiliki pencernaan buruk dan ditemukan adanya peradangan usus. Peradangan
tersebut diduga disebabkan oleh virus.
5. Faktor Genetika Gejala autis pada anak disebabkan oleh factor turunan.
Setidaknya telah ditemukan dua puluh gen yang terkait dengan autisme. Akan
tetapi, gejala autisme baru bisa muncul jika terjadi kombinasi banyak gen.

4
Medicine Net. Diakses pada 2022. What Are the 5 Different Types of Autism?
Medical News Today. Diakses pada 2022. What are the types of autism?
WebMD. Diakses pada 2022. What Are the Types of Autism Spectrum Disorders?
6. Keracunan logam berat Kandungan logam berat penyebab autis karena adanya
sekresi logam berat dari tubuh terganggu secara genetis. Beberapa logam
berat,seperti arsetik (As), antimony (Sb), Cadmium (Cd), air raksa (Hg),dan
timbale (Pb), adalah racun yang sangat kuat.
7. Faktor Makanan Zat kimia yang terkandung dalam makanan sangat berbahaya
untuk kandungan. Salah satunya pestisida yang terpapar pada sayuran. Diketahui
bahwa pestisida mengganggu fungsi gen pada saraf pusat,menyebabkan anak
autis. Menurut Handojo (2008) penyebab autis adalah:
a. Pada kehamilan trimester pertama, yaitu 0-4 bulan, faktor pemicu inibisa
terdiri dari: infeksi (toksoplasmosis, rubella, candida, dsb),logam berat,
obat-obatan, muntah-muntah hebat(hiperemesis), perdarahan berat.
b. Proses kelahiran Proses kelahiran yang lama (partus lama) dimana terjadi
gangguan nutrisi dan oksigenasi pada janin.
c. Sesudah lahir (post partum) Infeksi berat-ringan pada bayi, imunisasi
MMR dan Hepatitis B, logam berat, MSG, pewarna, zat pengawet, protein
susu sapi (kasein) dan protein tepung terigu. 5

5
Restu RA. 2017. Diet GFCF (bebes gluten bebas kasein) http://repository.unimus.ac.id
BAB III
A. Kesimpulan
Autisme adalah gangguan perilaku dan interaksi sosial akibat kelainan perkembangan
saraf otak. kondisi ini menyebabkan penderitanya sulit berkomunikasi, berhubungan sosial,
dan belajar. Autisme disebut juga sebagai gangguan spektrum autisme atau autisme
spectrum disorder (ASD).
Gangguan spektrum autisme dibedakan menjadi 5 tipe, yaitu:

1. Autistic Disorder
2. Asperger Syndrome
3. Childhood Disintegrative Disorder
4. Pervasive Developmental Disorder
5. Sindrom Rett
. Menurut Para ahli penyebab autis dan diagnosa medisnya adalah:
1. Konsumsi obat pada ibu menyusui
2. Faktor Kandungan (Pranatal)
3. Faktor Kelahiran Bayi lahir
4. Peradangan dinding usus
5. Faktor Genetika
6. Keracunan logam berat
7. Faktor Makanan Zat kimia
B. Saran
Dengan ditulisnya makalah ini, penulis memberi saran kepada pembaca agar
menjadikan mootivasi dalam setiap pembuatan makalah yang lebih baik lagi. Maka dari
itu kami menghimbau teman-teman untuk terus berlatih dan mengembangkan penelitian
tentan Pendidikan ABK
DAFTAR PUSTAKA

Mareza, L. 2016. Pengajaran Kreativitas Anak Berkebutuhan Khusus Pada Pendidikan


Inklusi. Jurnal Indigenous, Vol. 1(2).

Silayasa, N. P., Dantes N., dan Suarni, N.K. 2015. Pengaruh Metode Pembelajaran
Problem Solving Berbantuan Media Audio Terhadap Motivasi Belajar dan Prestasi
Belajar IPS Siswa SMALB di SLB A Negeri Denpasar. E-Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 5(1).

Graziano, D. 2012. Study Suggests Reading This Post Could Make You Blind.
http://bgr.com/2012/07/27/computer-screens-blindness-study diakses tanggal 21
November 2013

Medicine Net. Diakses pada 2022. What Are the 5 Different Types of Autism?
Medical News Today. Diakses pada 2022. What are the types of autism?
WebMD. Diakses pada 2022. What Are the Types of Autism Spectrum Disorders?

Restu RA. 2017. Diet GFCF (bebes gluten bebas kasein) http://repository.unimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai