Anda di halaman 1dari 21

DEFINISI, KLASIFIKASI, DAN KARAKTERISTIK ANAK DENGAN

HAMBATAN INTERAKSI, KOMUNIKASI, DAN PERILAKU

MAKALAH

ditujukkan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Program
Pendidikan Anak dengan Hambatan Interaksi, Komunikasi, dan Perilaku

oleh:

1. Amalia Maharaeni, S.Pd. NIM 2311783


2. Isnarabani, S.Pd. NIM 2311786

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penyusun sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini.
Alhamdulillah bahwasannya kami telah menyelesaikan makalah dengan
topik bahasan “Pengertian, Klasifikasi dan Karakteristik Anak dengan Hambatan
Interaksi, Komunikasi, dan Perilaku. Tugas ini diberikan di semester ganjil yang
mengontrak mata kuliah Pengembangan Program Pendidikan Anak dengan
Hambatan Interaksi, Komunikasi, dan Perilaku di Departemen Pendidikan Khusus
Fakultas Ilmu Pendidikan Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Selesainya penyusunan laporan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh
karena itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Imas Diana Aprilia, M.Pd. selaku dosen Mata Kuliah
Pengembangan Program Pendidikan Anak Dengan Hambatan Interaksi,
Komunikasi, dan Perilaku.
2. Ibu Dr. Oom Homdijah, M.Pd. selaku dosen Mata Kuliah
Pengembangan Program Pendidikan Anak Dengan Hambatan Interaksi,
Komunikasi, dan Perilaku.
3. Kepala Sekolah beserta Staf SLBN Banjar
4. Siswa-siswi SLBN Banjar
5. Keluarga, rekan-rekan yang telah membantu dalam terselesainya
penyusunan laporan ini.
Akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak yang membantu dan mendukung penyusunan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Bandung, …. September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah .........................................................................................2

C. Tujuan dan Kegunaan ...................................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................4

A. Definisi ADHIKP ..........................................................................................4

B. Klasifikasi ADHIKP ....................................................................................5

C. Karakteristik ADHIKP..................................................................................6

BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................11

A. Definisi ADHIKP ........................................................................................11

B. Klasifikasi ADHIKP ..................................................................................12

C. Karakteristik ADHIKP................................................................................12

BAB IV PENUTUP ..............................................................................................15

A. Kesimpulan ................................................................................................15

B. Saran ...........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................16

LAMPIRAN .......................................................................................................... iii

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan khusus adalah salah satu bidang pendidikan yang memiliki
fokus terhadap individu dengan kebutuhan khusus, termasuk autisme. Autisme
yang merupakan salah satu gangguan perkembangan neurobiologis kompleks
yang mempengaruhi tiga domain utama dalam kehidupan individu, yaitu
interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku. Anak dengan hambatan interaksi,
komunikasi, dan perilaku (ADHIKP) atau autisme cenderung mengalami
hambatan dalam ketiga domain tersebut, yang mengakibatkan berbagai
tantangan dalam akademik, perilaku, berinteraksi dan berhubungan sosial
dengan lingkungan sekitar. Tiga domain penting itu menjadi modal untuk
individu dapat secara mandiri berbaur dengan lingkungan.
Hambatan dalam tiga ranah domain membentuk karakteristik yang
heterogen bagi setiap individu dengan autisme. Hal ini membuat pemahaman
tentang konsep dasar anak autis dengan hambatan interaksi, komunikasi, dan
perilaku menjadi sangat penting. Tentunya perlu pemahaman yang utuh
mengenai konsep dasar anak dengan hambatan interaksi, komunikasi, dan
perilaku atau autisme yang secara tidak langsung berimplikasi besar terhadap
segala sudut aspek penyelenggaraan pendidikan untuk mendukung dan
mengoptimalkan kemampuan peserta didik berkebutuhan khusus.
Melalui telaah mandiri tentang konsep dasar ini, kita dapat mengembangkan
pemahaman yang lebih mendalam tentang autisme dari berbagai definisi,
karakteristik, dan identifikasi agar kita dapat mendukung mereka dalam
menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan sehari-hari.
Mengetahui arti autisme secara menyeluruh dapat diperoleh dengan
memahami definisi pemaknaan terhadap autism itu sendiri dari berbagai sumber
dan sudut pandang. Pemahaman ini dapat diperkuat dengan mengetahui
klasifikasi dan identifikasi autism. Klasifikasi menjadi Langkah selanjutnya
dalam memahami anak dengan hambatan interaksi, komunikasi, dan perilaku.
Setiap klasifikasi memiliki karakteristik unik yang memengaruhi cara anak
2

tersebut dalam belajar, berinteraksi, dan berperilaku. Pemahaman yang baik


tentang klasifikasi ini akan membantu pendidik dan profesional pendukung
dalam merancang program pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak-
anak tersebut. Selain itu memahami identifikasi autisme juga diperlukan. Tanpa
identifikasi yang tepat, anak-anak ini mungkin tidak akan mendapatkan layanan
dan dukungan yang mereka perlukan untuk mencapai potensi penuh mereka
dalam pembelajaran dan perkembangan.
Dengan demikian, makalah telaah mandiri ini akan membahas konsep dasar
anak autis dengan hambatan interaksi, komunikasi, dan perilaku, termasuk
definisi, klasifikasi, dan identifikasi, sehingga dapat memberikan wawasan
yang komprehensif tentang autisme dalam konteks pendidikan khusus. Oleh
karena itu, telaah mandiri mengenai konsep dasar ini akan membantu
mahasiswa pascasarjana pendidikan khusus untuk memahami lebih dalam
tantangan yang dihadapi oleh anak-anak dengan hambatan ini, serta bagaimana
mereka dapat membantu anak-anak tersebut untuk berkembang secara optimal.
Diharapkan bahwa pemahaman yang lebih baik tentang autisme akan
berkontribusi pada peningkatan pelayanan pendidikan dan sosial bagi anak-
anak dengan autisme.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, pada makalah kali ini penulis membuat
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pendapat para ahli mengenai definisi autis?
2. Bagaimana ruang lingkup karakteristik autis?
3. Bagaimana klasifikasi autis dilihat dari berbagai sumber?

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN


Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk memperoleh pemahaman yang komperhensif tentang anak
dengan hambatan komunikasi interaksi, dan perilaku. Dengan
pemahaman ini akan dapat membantu mengidentifikasi dan
memahami hambatan ini dengan lebih baik.
3

2. Mahasiswa mampu memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan


menganalisis berbagai sumber untuk mencari konsep dasar anak
dengan hambatan interaksi, komunikasi dan soaial perilaku.
3. Memberikan panduan mengenai identifikasi dan karakteristik anak
dengan hambatan interaksi, komunikasi, dan perilaku
Adapun kegunaan yang didapatkan dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Sebagai bahan referensi untuk bahan pembelajaran pihak yang
terkait.
2. Sebagai pembanding dari makalah lainnya yang sejenis untuk
menambah keragaman pembahasan.
3. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai anak dengan
hambatan interaksi, komunikasi dan perilaku.
4

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi ADHIKP
Di kehidupan sehari-hari, seringkali kata autis didengungkan dengan
konotasi yang berkaitan dengan menyendiri atau asik dengan dunianya sendiri.
Berlawanan dari hal itu, mereka yang disebut-sebut dengan julukan autis ia
masih tetap bersosialisasi, berkomunikasi, dan berprilaku seperti biasanya.
Dalam pengantar ini, akan dijelaskan definisi autisme dari beberapa perspektif
ahli.
Chaplin (dalam Desiningrum, 2016, hlm. 36) mengatakan bahwa Autis
berasal dari kata autos yang artinya segala sesuatu yang mengarah pada diri
sendiri. Dalam Kamus Lengkap Psikologi, autisme didefinisikan sebagai; (1)
cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau oleh diri sendiri,
(2) menanggapi dunia berdasarkan penglihatan, harapan sendiri, dan menolak
realitas (3) keasyikan ekstrim dengan pikiran dan fantasi sendiri.
Autisme adalah gangguan perkembangan pada anak yang berakibat tidak
dapat berkomunikasi dan tidak dapat mengekspresikan perasaan dan
keinginannya sehingga perilaku hubungan dengan orang lain terganggu (KBBI.
2023. kbbi.kemdikbud.go.id, 19 September 2023).
Autisme diartikan sebagai kelainan perkembangan yang secara signifikan
berpengaruh terhadap komunikasi verbal, non verbal serta interaksi sosial, yang
berpengaruh terhadap keberhasilannya dalam belajar. Karakter lain yang
menyertai autis yaitu melakukan kegiatan berulang–ulang dan gerakan
stereotype, penolakan terhadap perubahan lingkungan dan memberikan respon
yang tidak semestinya terhadap pengalaman sensori (IDEA dalam Kurniawati
& Madechan, 2013).
Selain itu autis merupakan gangguan perkembangan komunikasi, kognitif,
perilaku, 2 kemampuan sosialisasi, sensoris, dan belajar). Beberapa diantara
anak autis menunjukkan sikap antisosial, gangguan perilaku dan hambatan
motorik kasar dimana sering berlari tanpa tujuan (Handoyo dalam Estri,
Amsyaruddin & Sopandi, 2013).
5

Person (2014, hlm. 279) mengemukakan bahwa “Autisme adalah sebuah


label yang diciptakan pada awal abad ke-20 merujuk pada individu yang
melakukan penarikan diri dari tatanan kehidupan sosial ke dalam diri sendiri
dan memiliki interaksi yang terbatas dengan lingkungannya.”
Bila diamati beberapa definisi autisme di atas, maka nyata sekali pada
hakekatnya memberikan batasan yang sama. Sama-sama menyatakan bahwa
autisme merupakan gangguan proses perkembangan neurobiologis yang terjadi
dalam tiga tahun pertama kehidupan. Hal ini menyebabkan gangguan pada
bidang komunikasi, bahasa, kognitif, sosial dan perilaku, sehingga
menyebabkan anak-anak tersebut seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri.

B. Klasifikasi ADHIKP
Klasifikasi gangguan spektrum autisme yang direkomendasikan DSM-V
Menurut Kanner dalam Person (2014, hlm. 280) terdiri dari:
1. Autisme yang merupakan individu yang melakukan penarikan diri dari
pergaulan dan mengalami gangguan komunikasi, seperti stereotip,
penolakan terhadap perubahan, dan respons yang tidak biasa terhadap
pengalaman sensorik yang biasanya bermanifestasi sebelum usia 3 tahun
2. Asperger Sindrom mirip dengan autisme ringan, tetapi tanpa gangguan yang
signifikan dalam kognisi dan bahasa
3. Gangguan disintegratif pada masa kanak-kanak (Childhood disintegrative
disorder) dimana anak memiliki perkembangan normal selama setidaknya
2 dan hingga 10 tahun, diikuti oleh kehilangan keterampilan yang signifikan
dan lebih banyak terjadi pada laki-laki
4. Gangguan perkembangan pervasif (PDD-NOS), dimana orang yang
menunjukkan perilaku khas autisme tetapi pada tingkat yang lebih rendah
atau lebih lambat dari usia 3 tahun
Menurut Hallahan & Kauffman dalam Person (2014, hlm. 279)
mengklasifikasikan ASD sebagai berikut:
1. Autisme, yaitu penarikan diri yang ekstrem dari lingkungan sosialnya,
seperti berkomunikasi, serta tingkah laku yang terbatas dan berulang
6

(stereotipik) yang muncul sebelum usia 3 tahun dimana gangguan ini 3-4
kali lebih banyak pada anak lelaki daripada perempuan.
2. Asperger Syndrome (AS), yaitu abnormalitas yang secara kualitatif sama
seperti autisme. Dapat disebut sebagai mild autism, tanpa gangguan yang
signifikan dalam kognisi dan bahasa.
3. Rett Syndrome; sindrom ini umumnya dialami oleh anak perempuan.
Muncul pada usia 7-24 bulan, dimana sebelumnya terlihat perkembangan
yang normal, kemudian diikuti dengan kemunduran berupa hilangnya
kemampuan gerakan tangan yang bertujuan serta ketrampilan motorik yang
telah terlatih. Terjadi pula kehilangan atau hambatan pada seluruh atau
sebagian kemampuan berbahasa, gerakan seperti mencuci tangan yang
stereotipik dengan fleksi lengan di depan lengan atau dagu, lalu membasahi
tangan secara stereotipik dengan air liur, serta hambatan dalam fungsi
mengunyah makanan.
4. Childhood Disintegrative Disorder; perkembangan yang normal hingga
usia 2 sampai 10 tahun, yang kemudian diikuti dengan kehilangan
kemampuan yang signifikan. Terjadi kehilangan dalam ketrampilan terlatih
pada beberapa bidang perkembangan. Terjadi pula gangguan yang khas
dari fungsi sosial, komunikasi, dan perilaku. Pada beberapa kasus,
kehilangan bersifat progresif dan menetap. Kelainan ini umumnya dialami
anak laki-laki.
5. Pervasive Developmental Disorders not Otherwise Specified (PDD-NOS)
yaitu individu yang menampilkan perilaku autis, tetapi pada tingkat yang
lebih rendah atau baru muncul setelah usia tiga tahun atau lebih.

C. Karakteristik ADHIKP
Karakteristik sertiap individu memiliki ketidaksamaan satu dengan yang
lain karena sifatnya yang unik. Namun demikian pada anak dengan gangguan
interaksi komunikasi, dan perilaku memiliki garis besar kesaamaan yang dapat
menjadikan sebagai karakteristik autisme. Berikut merupakan karakteristik
autisme:
7

Menurut Kanner dalam Person (2014, hlm. 279) menyatakan bahwa


karakteristik anak autis meliputi:
1. Ketidakmampuan untuk berhubungan dengan orang lain dengan cara
yang biasa
2. Kesendirian autistik yang ekstrem (mengisolasi dari dunia luar)
3. Penolakan yang nyata untuk digendong
4. Defisit dalam bahasa termasuk dan echolalia.
5. Reaksi ketakutan yang berlebihan terhadap suara keras
6. Melakukan pengulangan dan rutinitas yang teratur
7. Sedikit aktivitas spontan seperti perilaku bermain yang khas
8. Gerakan fisik yang aneh dan berulang-ulang seperti berputar atau terus
menerus goyang
Karakteristik lain sering dikaitkan dengan autisme adalah keterlibatan
dalam aktivitas berulang dan gerakan stereotip, penolakan terhadap perubahan
lingkungan atau perubahan rutinitas sehari-hari, dan pengalaman sensorik yang
tidak biasa. Kemudian, di Inggris, Michael Rutter menemukan tiga
karakteristik yang hampir selalu ada pada anak-anak dengan autisme, tetapi
hanya kadang-kadang ada pada anak-anak dengan gangguan emosi:
1. Kegagalan untuk mengembangkan hubungan sosial
2. Keterbelakangan bahasa dengan gangguan pemahaman
3. Perilaku ritualistik atau kompulsif
Terdapat tiga karakteritik individu dengan Autistic Spectrum Disorder
(ASD), yaitu gangguan dalam interaksi, komunikasi, dan perilaku. Selain itu,
individu dengan ASD juga memiliki karakteristik-karakteristik tambahan,
yaitu gangguan dalam kognisi, persepsi sensori, motorik, mood, tingkah laku
agresif dan impulsif, serta gangguan tidur dan makan (Hallahan & Kauffman,
2006).
Menurut Desiningrum (2016, hlm. 30) gejala anak dengan ASD meliputi:
1. Gangguan Interaksi sosial, ditandai dengan:
a. Bayi atau balita autis tidak berespon normal ketika diangkat atau
dipeluk.
8

b. Bayi autis ketika disusui ibu tidak mau menatap mata ibu dan tidak
mau menjalin interaksi nonverbal dengan ibu.
c. Anak-anak autis tidak menunjukkan perbedaan respon ketika
berhadapan dengan orang tua, saudara kandung atau guru, dengan
orang asing.
d. Enggan berinteraksi secara aktif dengan orang lain. Ia tidak
berminat pada orang, melainkan asyik sendiri dengan benda-benda
dan lebih senang menyendiri.
e. Tidak tersenyum pada situasi sosial, tetapi tersenyum atau tertawa
ketika tidak ada sesuatu yang lucu menurutnya.
f. Tatapan mata berbeda, terkadang menghindari kontak mata atau
melihat sesuatu dari sudut matanya.
g. Tidak bermain seperti selayaknya anak normal.
2. Gangguan Komunikasi
Gangguan Komunikasi Anak dengan ASD memiliki keterbatasan
kemampuan berkomunikasi dengan ciri, sebagai berikut:
a. Tidak memiliki perhatian untuk berkomunikasi atau tidak ingin
berkomunikasi untuk tujuan sosial.
b. Gumaman yang biasanya muncul sebelum anak dapat berkata-kata
mungkin tidak nampak pada anak autis. Mereka yang berbicara
mengalami abnormalitas dalam intonasi, rate, volume, dan isi
bahasa. Misalnya berbicara seperti robot, echolalia, mengulang-
ulang apa yang didengar; reverse pronouns; sulit menggunakan
bahasa dalam interaksi sosial karena mereka tidak sadar terhadap
reaksi pendengarnya.
c. Sering tidak memahami ucapan yang ditujukan kepada mereka.
d. Sulit memahami bahwa satu kata mungkin memiliki banyak arti.
e. Menggunakan kata-kata yang aneh atau kiasan, seperti seorang
anak yang berkata “... sembilan” setiap kali melihat kereta api.
f. Terus mengulangi pertanyaan biarpun telah mengetahui
jawabannya atau memperpanjang pembicaraan mengenai topik
yang ia sukai tanpa peduli dengan lawan bicaranya.
9

g. Sering mengulangi kata-kata yang baru saja atau pernah mereka


dengar, tanpa maksud berkomunikasi. Mereka sering berbicara
pada diri sendiri atau mengulangi potongan kata atau cuplikan lagu
dari iklan di televisi dan mengucapkannya di muka orang lain
dalam suasana yang tidak sesuai.
h. Gangguan dalam komunikasi non verbal, misalnya tidak
menggunakan gerakan tubuh dalam berkomunikasi selayaknya
orang lain Ketika mengekspresikan perasaannya ataumerasakan
perasaan orang lain, seperti: menggelengkan kepala, melambaikan
tangan, mengangkat alis.
i. Tidak menunjuk atau memakai Gerakan tubuh untuk
menyampaikan keinginannya, melainkan mengambil tangan orang
tuanya untuk mengambil objek yang dimaksud.
3. Gangguan Perilaku
Perilaku anak dengan ASD juga mengalami gangguan, yaitu dalam bentuk:
a. Repetitif (pengulangan), misalnya: tingkah laku motorik ritual
seperti berputar-putar dengan cepat (twirling), memutar-mutar
objek, mengepak-ngepakkan tangan (flapping), bergerak maju
mundur atau kiri kanan (rocking).
b. Asyik sendiri atau preokupasi dengan objek dan memiliki rentang
minat yang terbatas, misalnya berjam-jam bermain dengan satu
objek saja. Sering memaksa orang tua untuk mengulang satu kata
atau potongan kata.
c. Mungkin sulit dipisahkan dari suatu benda yang tidak lazim dan
menolak meninggalkan rumah tanpa benda tersebut, misalnya
seorang anak laki-laki yang selalu membawa penghisap debu
kemanapun.
d. Tidak suka dengan perubahan yang ada di lingkungan atau
perubahan rutinitas. Seperti tidak mau melalui jalan yang tidak
biasa dilaluinya, tidak mau memakai baju baru atau tidak mau
makanmakanan yang tidak biasa dimakannya.
10

Dari beberapa pendapat ahli, karakteristik utama yang sering terkait


dengan autism meliputi interaksi, komunikasi, sosial. Hambatan dalam
interaksi sosial, komunikasi yang terbatas, dan perilaku berulang dapat
memengaruhi perkembangan anak-anak dengan autisme.
11

BAB III
PEMBAHASAN

A. Definisi ADHIKP
Secara keseluruhan, definisi anak dengan hambatan interaksi, komunikasi,
dan perilaku atau autism menurut pata ahli menggambarkan bahwa autisme
adalah gangguan perkembangan neurobiologis yang terjadi pada awal
kehidupan, memengaruhi berbagai aspek seperti komunikasi, sosialisasi,
kognisi, perilaku, dan interaksi dengan lingkungan. Anak-anak dengan autisme
seringkali mengalami hambatan dalam berhubungan dengan dunia luar dan
seringkali menciptakan dunia mereka sendiri. Definisi ini penting dalam
pemahaman dan penanganan anak-anak dengan autisme.
Dari definisi yang dapat disimpulkan jika dilihat di lapangan dimana
indikator yang di paparkan menggambarkan anak autisme setelah melakukan
pengamatan pada beberapa sampel diperoleh gambaran sebagai berikut:
1. RF berjenis kelamin perempuan yang diduga autisme tidak dapat
berkomunikasi secara verbal, tidak dapat melakukan kontak mata, tidak
dapat melakukan kontak sosial secara mandiri, perilaku berulang
dimana acapkali menggelengkan kepala, dan tidak mampu mengikuti
pembelajaran pada kurikulum SLB kelas 1.
2. GM berjenis kelamin laki-laki memiliki perilaku mengepakan tangan
dan menggigit pakaian secara berulang. Ia acapkali mengulangi kata-
kata yang tidak berarti, kurangnya kontak mata, dan tidak mampu
berbaur dengan lingkungan disekitarnya.
3. RK seorang laki-laki mampu melakukan kontak mata dalam waktu
singkat, sering kali mengepakan tangan dan mengoceh tidak berarti. Ia
juga terkadang tantrum dengan menggigit tangan. Ia tidak dapat
melakukan komunikasi secara verbal.
4. FG berjenis kelamin laki-laki memiliki sudara kembar yang juga diduga
autism ringan. Ia mampu melakukan kontak mata. Penggunaan bahasa
yang baku, memiliki kebiasaan dan rutinitas.
12

B. Klasifikasi ADHIKP
Dari beberapa uraian klasifikasi anak dengan hambatan interaksi,
komunikasi, dan perilaku atau autis mencerminkan variasi dalam spektrum
gangguan autisme, yang dapat mencakup berbagai tingkat keparahan dan
karakteristik. Klasifikasi ini membantu dalam pemahaman dan diagnosis
gangguan spektrum autisme serta merinci gejala-gejala yang mungkin ditemui
pada individu autism. Dari hasil pengamatan 4 sampel siswa yang diduga autism
maka diperoleh beberapa kesesuaian diantaranya:
1. Kurangnya kontak mata, kemampuan berkomunikasi, sosial, penolakan
terhadap perubahan, respon yang berlebihan terhadap situmulus sensorik
2. Terdapat anak yang diduga autis dengan bertambahnya usia dan diberikan
intervensi memberikan perkembangan yang cukup bagus dalam interaksi,
komunikasi, dan perilaku atau dikategorikan pada autism ringan
3. Beberapa anak memiliki kemunduran perkembangan pada usia lebih dari
dua tahun terutama pada anak dengan bawaan epilepsy
4. Delapan anak yang diduga autis 2 orang diantaranya berjenis kelamin
Perempuan dan 6 orang berjenis kelamin laki-laki

C. Karakteristik ADHIKP
Secara umum dari karakteristik-karakteristik autism menurut para ahli
mencakup hambatan dalam interaksi sosial, komunikasi yang terbatas atau
aneh, serta perilaku repetitif atau ritualistik. Anak-anak dengan autisme
seringkali menunjukkan kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain,
melakukan komunikasi yang tidak biasa, dan tingkah laku yang khas seperti
pengulangan dan kelekatan dengan objek. Keterbatasan dalam beradaptasi
dengan perubahan lingkungan atau rutinitas juga dapat menjadi karakteristik
yang signifikan. Dari hasil pengumpulan literatur karakteristik anak dengan
hambatan interaksi, komunikasi, dan perilaku serta pengamatan lapangan, maka
diperoleh sebagai berikut:
13

Tabel 3.1 Hasil Perbandingan Pengamatan ADHIKP Dengan Karakteristik Menurut Para Ahli
Identitas

No. Karakteristik RF GM RK FG
Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak
1. Menurut Kanner (dalam Person, 2014):
1. Ketidakmampuan untuk berhubungan dengan orang lain secara Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
biasa
2. Kesendirian autistik yang ekstrem. Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
3. Penolakan terhadap digendong. Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
4. Defisit dalam bahasa, termasuk echolalia. Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
5. Reaksi ketakutan yang berlebihan terhadap suara keras. Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
6. Melakukan pengulangan dan rutinitas yang teratur. Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
7. Sedikit aktivitas spontan seperti perilaku bermain yang khas. Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
8. Gerakan fisik yang aneh dan berulang-ulang seperti berputar atau Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
terus menerus goyang.
Total 6 2 7 1 1 1 6 2
2. Menurut Michael Rutter (di Inggris, dalam Person, 2014):
1. Kegagalan untuk mengembangkan hubungan sosial. Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
2. Keterbelakangan bahasa dengan gangguan pemahaman. Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
14

3. Perilaku ritualistik. Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
Total 3 - 3 - 3 - 2 1
3. Menurut Hallahan & Kauffman (2006):
1. Gangguan dalam interaksi sosial. Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
2. Gangguan dalam komunikasi. Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
3. Gangguan dalam perilaku. Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
Total 3 - 3 - 3 - 3 1
4. Menurut Desiningrum (2016):
1. Gangguan dalam interaksi sosial Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
2. Gangguan dalam komunikasi, seperti gagal memahami ucapan
yang ditujukan kepada mereka, penggunaan kata-kata aneh, dan Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
gangguan komunikasi non-verbal.
3. Gangguan perilaku, termasuk perilaku repetitif (pengulangan),
preokupasi dengan objek, dan kesulitan dengan perubahan Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
lingkungan atau rutinitas.
Total 3 - 3 - 3 - 2 1

Dari hasil pengamatan karakteritik maka bahwa Sanya perilaku-perilaku autistic yang dikemukakan oleh para ahli Nampak pada
peserta didik yang diduga anak dengan hambatan interaksi, komunikasi, perilaku yang ada di lapangan.
15

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil telaah mandiri yang kami lakukan dalam mengkaji
berbagai sumber dapat disimpulkan bahwa Autisme merupakan salah satu jenis
gangguan yang terdapat pada kelompok gangguan perkembangan pervasif,
yang biasanya muncul sebelum usia tiga tahun. Dapat disimpulkan pula
karakteristik utama yang sering terkait dengan autism ini berhubungan dengan
gangguan pada interaksi sosial, pola komunikasi, minat dan gerakan yang
terbatas, stereotipik dan diulang-ulang.

B. Saran
Berdasarkan telaah mandiri tentang pengertian, identifikasi dan klasifikasi
tentang ADHIKP, maka kami dapat memberikan beberapa saran antara lain:
1. Kepada Orang Tua
Diharapkan semua anggota keluarga baik keluarga inti (Ayah, Ibu dan
saudara kandung) maupun keluarga besar dapat menerima dan mendukung
atas segala aspek kepada anak autism sehingga tercipta keluarga yang
harmonis bahkan semua dukungan dan dorongan itu dapat menbuat anak
autism sampai dapat berprestasi.
2. Kepada Guru
Diharapkan dapat memberikan pembelajaran di kelas yang sesuai dengan
kebutuhan anak autism tersebut, selain itu juga guru harus selalu
berkomunikasi dengan orangtua murid autism dengan baik, agar orangtua
mengetahui perkembangan pembelajaran anak di sekolah dengan baik dan
dukungan yang diberikan oleh guru serta orangtua saling
berkesinambungan.
3. Kepada Masyarakat
Diharapkan semua masyarakat dapat memberikan dukungan yang positif
terhadap keluarga, khususnya orang tua yang memiliki anak berkebutuhan
16

khusus seperti autism dan juga memberikan dukungan yang positif pula
terhadap anak autism tersebut.
4. Kepada Pembaca
Diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan tentang
pengertian, identifikasi dan klasifikasi Autism bersdasarkan pendapat para
ahli.
17

DAFTAR PUSTAKA

Pearson. (2016). Person New Iinternational Edition. England: Associated


Companies throughout the world.
Mujahiddin. (2012). Memahami Dan Mendidik Anak Autis. Medan:
Mataniari.
Ratri, D.D (2016). Psikologi Anak Berkebutuhan Kkhusus. Yogyakarta:
Psikosain.
Suprajitno & Aida R. (2017). Bina Aktivitas Autis di Rumah. Malang: Media
Nusa Creative
Iswari, M.B & Nurhasturi (2018). Pendidikan Anak Autis. Kuningan: Goresan
Pena
Kurniawati, F., & Madechan 2013. Pembelajaran Tari Lenggang Alit Untuk
Mengurangi Hambatan Motorik Kasar Anak Autis Di Sdn Banyu Urip V
Surabaya. Jurnal Pendidikan Khusus, 2(2).
Http://Journal.Unnes.Ac.Id/Sju?Index.Php
Estri., A & Sopandi, A. A. 2013. Upaya Mengurangi Tantrum Melalui Bermain
Bola Bagi Anak Autis Di Slb Fan Redha Padang. E-Jupekhu (Jurnal Ilmiah
Pendidikan Khusus), 2(2). http://Ejournal.Unp.Ac.Id/Index.Ph p/Jupekhu.
Hal 280-288
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Kamus versi online/daring (Dalam
Jaringan). di akses pada 20 September. 2023. https://kbbi.web.id/didik
LAMPIRAN

A. Pelaksanaan Kegiatan Pengamatan di Lapangan

RF melakukan Gerakan berulang FG bisa tenang mengikuti kegiatan


menggelengkan kepala shalat duha

GN menutup telinga saat ada suara GM menggigit-gigit baju dan


keras atau sura ramai bertepuk-tepuk tangan

RK tidak ada kontak mata saat


dipanggil atau didekati

iii

Anda mungkin juga menyukai