Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN INKLUSI

Tentang

KEBERAGAMAN PESERTA DIDIK DENGAN BERBAGAI LATAR BELAKANG

Oleh Kelompok 5 :

Annisa Ramadhani Armita 2330108007

Dini Rahhayu 2330108018

Dosen Pengampu :

Dr. Masril, M.PD., Kons,

RENDY AMORA JOFIPAS, M.Pd,

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR 2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan
Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam kami mohonkan kepada Allah
SWT agar senantiasa tercurah kepada pimpinan umat islam sedunia yakni nabi besar
Muhammad SAW, yang telah menyampaikan risalah islam kepada umat manusia untuk
keselamatan dan ilmu pengetahuan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembina mata kuliah Etika Profesi
Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang dibina oleh Bapak Dr. Masril, M.PD., Kons, Dan
Bapak RENDY AMORA JOFIPAS, M.Pd, yang telah memberikan bimbingan dan arahan
hingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Berdasarkan hal itu, kami berupaya
untuk menyelesaikan makalah demi memenuhi tuntutan tugas serta memahami materi yang
ditugaskan kepada kami.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini banyak mengalami kekurangan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, pengalaman, keterbatasan wawasan serta
kemampuan kami. Oleh karena itu, kami dengan senang hati menerima kritik dan saran dari
pembaca untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam penulisan makalah selanjutnya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
iDAFTAR ISI ii

BAB I PEDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...........................................................................................1


B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Ekonomi....................................................................................................................3
B. Sosial.........................................................................................................................4
C. Budaya......................................................................................................................4
D. Daerah.......................................................................................................................5
E. Fisik...........................................................................................................................6
F. Mental........................................................................................................................7
G. Emosi........................................................................................................................7
H. Perilaku dll pada ABK..............................................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................................................9
B. Saran.........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................10

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memahami keberagaman peserta didik dengan berbagai latar belakang yang


melibatkan pemahaman tentang karakteristik individu yang berbeda dalam gaya belajar,
kemampuan mengaktualisasikan berbagai kemampuan dan keterampilan, perbedaan gender,
kekuatan fisik, perkembangan psikoseksual, minat belajar pada bidang berlainan, ketekunan,
ketelitian, kecenderungan metode pembelajaran yang lebih sesuai untuk masing-masing jenis
kelamin, dan seterusnya. Pendekatan pembelajaran berdiferensiasi memerlukan guru
mendesain pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti sistem ekologi pada setiap individu, kecerdasan majemuk, zona
perkembangan proksimal (ZPD), modalitas belajar atau gaya belajar, dan masih banyak
perbedaan. Guru perlu melakukan pemetaan terhadap peserta didik agar dapat memilih
strategi yang tepat untuk proses pembelajaran di kelas.

Keberagaman peserta didik di kelas inklusif memiliki karakteristik tersendiri, baik


pada peserta didik reguler maupun pada peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK).
Keberadaan PDBK dipayungi Undang Undang Dasar 1945 pasal 31, ayat 1 mengamanatkan
bahwa; "Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan" dan ayat 2; "Setiap warga
Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya'. Dengan
demikian, peserta didik dalam kelas walaupun berbeda keyakinan, fisik, gender, latar
belakang keluarga, harapan, kemampuan, kelebihan peserta didik memiliki hak untuk belajar.

Implementasi di kelas, guru secara perlahan dan pasti memberikan penanaman sikap
simpati dan empati kepada peserta didik reguler bahwa dalam masyarakat itu memiliki
karakteristik keragaman bentuk, keyakinan, sosial, dan karakter peserta didik berkebutuhan
khusus. Dengan demikian, ciptakan susana kebersamaan dalam berbagai aktivitas agar
seluruh peserta didik membaur dan saling interaksi, sehingga akan tampak mereka
bersosialisasi dan saling tolong menolong antarsesama.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa keberagaman peserta didik dengan berbagai latar belakang ?
a. Ekonomi
b. Sosial
c. Budaya
d. Daerah
e. Fisik
f. Mental
g. Emosi
h. Perilaku

C. Tujuan Masalah
1. Untuk menegtahui keberagaman peserta didik dengan berbagai latar belakang
a. Ekonomi
b. Sosial
c. Budaya
d. Daerah
e. Fisik
f. Mental
g. Emosi
h. Perilaku

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. EKONOMI

Keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pertama, sebab dalam lingkungan inilah
pertama-tama anak mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan dan latihan.
Bukan hanya menjadi tempat anak dipelihara dan dibesarkan, tetapi juga tempat anak hidup
dan dididik pertama kali. Permasalahan ekonomi dalam keluarga akan sangat mengganggu
kelancaran pendidikan bagi seorang anak, banyak siswa yang terpaksa berhenti sekolah
karena masalah biaya dan mereka harus mencari pekerjaan untuk membantu orang tua
memenuhi kebutuhan hidup.

Hal ini terjadi karena mereka tidak mampu membiayai sekolah dan membeli buku-buku
pelajaran. Tingkat pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, sikap keluarga terhadap
masalahmasalah sosial, realita kehidupan dan lain-lain merupakan faktor yang akan memberi
pengalaman kepada anak dan menimbulkan perbedaan dalam minat, apresiasi sikap dan
pemahaman ekonomis, perbendaharaan bahasa, abilitas berkomunikasi dengan orang lain,
motif berfikir, kebiasaan berbicara dan pola hubungan kerjasama dengan orang lain.
Perbedaan-perbedaan ini akan sangat berpengaruh dalam tingkah laku dan perbuatan dalam
kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Keterbatasan dana yang dimiliki oleh orang tua siswa kemungkinan dapat berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa karena tidak tersedianya fasilitas belajar yang memadai.
Penyediaan fasilitas belajar di rumah sangat memudahkan siswa dalam mencapai prestasi
yang diharapkan, hasil belajar yang telah dijalani selama proses belajar sangat penting
fungsinya untuk menentukan langkah selanjutnya dimasa yang akan datang sehingga siswa
akan semaksimal mungkin mendapatkan nilai yang baik. Status sosial orang tua pada suatu
ketika dapat menentukan sikap mereka terhadap pendidikan dan status ekonomi menentukan
kemampuan keluarga dalam menyediakan fasilitas belajar yang diperlukan anak dalam
menelaah bahan pelajaran disekolah. Lebih lanjut, prestasi anak-anak dalam keluarga yang

3
rendah status sosial ekonominya pada akhir kelas pertama lebih tinggi dari pada prestasi
anak-anak daripada keluarga dengan status ekonominya yang mencukupi.

B. SOSIAL

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi variasi individual dalam belajar di sekolah


kebanyakan berasal dari faktor internal siswa dari pada eksternal. Latar belakang sosial siswa
seperti latar belakang keluarga dan teman-temannya adalah merupakan faktor eksternal yang
mempengaruhi perbedaan individual siswa dalam belajar. Sedangkan faktor internal yang
mempengaruhi perbedaan individual dalam belajar adalah faktor-faktor yang berkaitan
dengan fisik, mental intelektual/kognitif dan faktor psikologis. Faktor fisik meliputi faktor
kesehatan/kesegaran fisik dan faktor alat indra (fungsi alat indra mata dan telinga). Faktor
mental intelektual terdiri dari faktor kecerdasan/ inteligensi dan faktor kognitif yang meliputi
faktor kemampuan mengenal/mengamati, berpikir, kemampuan mengingat serta faktor
appersepsi (dasar pengetahuan/ pengalaman yang dimiliki siswa). Faktor psikologis adalah
sikap, minat, dan motivasi siswa terhadap belajar/pelajaran.

Dari ketiga faktor di atas, dari faktor fisik, faktor mental intelektual dan faktor psikologis
yang banyak mempengaruhi perbedaan individual dalam menerima pelajaran, sedangkan
faktor-faktor yang akan mempengaruhi perbedaan individual dalam menyerap pelajaran
adalah faktor psikilogis dan faktor mental intelektual siswa.

C. BUDAYA

Budaya adalah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar untuk diubah, budaya
yang diterapkan di dalam keluarga sangat berpengaruh kepada perkembangan peserta didik.
Beberapa cara untuk orang tua agar dapat memfasilitasi perkembangan anak seperti
membimbing untuk belajar membaca, menulis, dan berperilaku baik dalam berhadapan
dengan orang lain. Hal yang harus di perhatikan dan menjadi sangat mendasar pada
perkembangan seorang anak adalah budaya yang mereka kembangkan di dalam suatu
keluarga dan biasanya anak yang berkembang di banyak budaya dapat memperoleh pelajaran
yang lebih mendasar tentang lingkungan mereka, lingkungan budaya juga membentuk cara
berpikir dan berprilaku.

4
Dari cara berpikir dan berprilaku sangat mempengaruhi anak dalam memperhatikan diri
sendiri atau hubungan mereka dengan orang lain untuk membentuk identitas mereka.
Perbedaan budaya juga sangat menojol pada karakteristik seorang anak contohnya dua orang
anak yang yang berumur 3 tahun sama-sama tinggal di Indonesia tetapi memiliki budaya
yang berbeda, seorang anak yang tinggal dengan orang tua yang berbicara menggunakan
bahasa Inggris dan yang tidak mengguķan bahasa Inggris perbedaannya sangat jelas, anak
yang sudah terbiasa tinggal dengan orang tua yang menggunakan bahasa Inggris sudah pasti
mereka bisa berbahsa inggis tetapi anak yang tinggal dengan orang tua yang berbahasa
Indonesia mereka belum bisa berbahasa inggris. Perkembangan yang telah tumbuh di dalam
diri seseorang akan terus berkembang setiap masyarakat meneruskan nilai-nilai dari satu
generasi ke generasi berikutnya, dan dengan cara seperti itulah peradaban berlangsung.

Perkembangan yang sangat menonjol antar lingkungan pendidikan misalnya, anak di


Indonesia berumur 8-14 tahun dengan anak di jepang, anak Indonesia sangat di utamakan
dalam pelajaaran membaca, menulis, menghitung, sedangkan anak di Jepang lebih
diutamakan kreatifitasnya di bandingkan pendidikan formal seperti yang di tekankan kepada
anak Indonesia. anak di jepang sangat bersemangat untuk sekolah sedangkan di Indonesia
anak-anak putus sekolah sangat banyak, dikarnakan budaya di Indonesia sudah banyak anak
putus sekolah dan tidak diberi ganjaran apapun oleh sebab itu budaya untuk lingkungan
pendidikan di Indonesia sangat keterbelakang. Budaya sengat berperan penting dalam
tumbuh kembangan anak oleh sebab itu orang tua harus lebih selektif terhadap budaya-
budaya yang anak di terima oleh anak di kalangan lingkungan social.

D. DAERAH

Pendidikan inkulsif adalah pendidikan yang mengakomodasi berbagai semua anak tanpa
mempedulikan keadaan fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa atau kondisi-kondisi lain,
termasuk anak-anak penyandang cacat, anak (gifted children), pekerja anak dan anak jalanan,
anak di daerah terpencil, anak kelompok etnis dan bahasa minoritas, anak yang tidak
beruntung dan terpinggirkan dari kelompok masyarakat. Konsep tentang pendidikan inklusif
ini mengandung arti bahwa sekolah akan menghadapi peserta didik yang lebih beragam/
bervariasi, lebih heterogen, melebihi variasi yang sudah ada selama ini. Kondisi ini tentu

5
membutuhkan persiapan, perencanaan, penyelenggaraan yang berbeda dari penyelenggaraan
pendidikan yang sudah lazim dilaksanakan oleh berbagai pihak yang terlibat di dalamnya.

Di Indonesia pendidikan inklusif telah mulai dilaksanakan di sekolah tertentu. Hal ini
sesuai dengan adanya Surat Edaran Dirjen Dikdasmen no 380/C.66/MN/ 2003 tentang
pendirian pendidikan inklusi di tingkat kabupaten/kota. Pada tahun 2004 muncul deklarasi
Bandung yang berjudul "Indonesia Menuju Pendidikan Inklusi" yang dilanjutkan dengan
deklarasi Bukittinggi tahun 2005 tentang "Pendidikan untuk Semua" Kenyataan
menunjukkan bahwa pendidikan inklusif belum berkembang sebagaimana mestinya.
Kenyataan ini diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain belum adanya persepsi
yang sama tentang pendidikan inklusif bagi pihak penyelenggara pendidikan khususnya,
masyarakat pada umumnya. Belum dimilikinya pandangan yang sama, sudah barang tentu
berdampak kepada penyelenggaraan pendidikan inklusif itu sendiri, sehingga perlu dilakukan
upaya agar semua pihak memiliki persepsi yang sama, pandangan yang sama, sehingga pada
waktunya tindakan yang mereka lakukan sesuai dengan konsep-konsep, ketentuan dan
prosedur operasional sebagaimana mestinya.

E. FISIK

Ada beberapa peserta didik yang memiliki keberagaman seperti: Keberagaman Fisik:

 Ada peserta didik yang tinggi, sedang, pendek untuk ukuranpada kelasnya
 Ada peserta didik yang gemuk. Sedang, kurus untuk ukuranpada kelasnya
 Ada peserta didik jenis kelamin dan perempuan
 Ada peserta yang memiliki kelengkapan dan fungsi standar pada anggota tubuhnya,
 ada juga peserta didik yang memiliki hambatan dalam kelengkapan dan fungsi tinggi
badan, raut wajah, proporsi tubuhm yang dalam ini dipengaruhi oleh faktor keturunan.

Namun tidak dipungkiri fator lingkungan juga berpengaruh pada perbedaan individu segi
aspek fisik Salah satu permasalahan yang kerap timbul dari perbedaan individu dari segi
aspek adalah bullying. Bullying kerap terjadi antara peserta didik yang bertubuh besar
sebagai penguasa sedangkan peserta didik yang bertubuh kecil dan lemah. Peserta didik yang
bertubuh besar merasa lebih kuat dibandingkan yang lainsehingga ia merasa berkuasa untuk

6
menyakiti yang lebih lemah dan kecil dibancingkan dia, mulai dari mengejeknya di kelas,
memeras meminta uang saku, memakasa mengerjakan pekerjaan rumah, dan lain-lain.
Bullying sampai sekarang masih saja menjadi permasalahan yang belum dapat dipecahkan.
Salah satu langkah awal guru untuk mencegah bullyng di kelasnya adalahmenanamkan rasa
kebersamaan, mengeratkan indahnya perbedaan dalam pertemanan. Guru merangkul semua
peserta didik untuk saling menghormati satu sama lain dan menajarkan cara bertutur kata dan
besikap yang sopan.

F. MENTAL

Kondisi siswa adalah suatu situasi atau keadaan yang ada pada diri individu siswa baik itu
di luar maupun di dalam dirinya, seharusnya guru mampu memahami dengan mengenali ciri-
ciri fisik, pola tingkah laku, dan kondisi psikis siswa berkebutuahn khusus. Berdasarkan
beberapa penjelasan diatas menunjukkan bahwa guru dalam mengenali kondisi siswa
dikategorikan cukup dan sangat memiliki pemahaman tentang kondisi siswa baik secara fisik
maupun psikis, untuk responden yang kurang memiliki pemahaman tentang kondisi siswa
seharusnya guru memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dalam mengetahui dan memahami
berbagai kondisi siswa berkebutuhan khusus.

G. EMOSI

Emosionalitas siswa merupakan bagian penting yang perlu dikenali guru, sebab aktivitas
berpikir seseorang tidak terpisah dari emosi. Setidaknya ada dua unsur emosionalitas yang
perlu diperhatikan yaitu mood (suasana hati) dan emosionalitas secara umum. Suasana hati
adalah kondisi emosionalitas yang dapat berubah sewaktu- waktu. Suasana hati bersifat
temporer atau sementara. Misalnya saat udara panas, belum sarapan, dan tugas sekolah
banyak yang harus dikerjakan, maka suasana hati para siswa cenderung negatif.

Sementara mosionalitas secara umum merujuk pada emosi siswa yang diekspresikan
secara lebih persisten. Ada siswa yang lebih menyimpan perasaan, tenang, hati-hati, dan
pendiam (reserved). Ada pula yang lebih ekspresif atau spontan (loose or movable). Dengan
kemampuan memahami minat siswa, kita bisa memancing siswa yang pendiam menjadi lebih
aktif dalam aktivitas belajar. Apabila guru mengetahui minat siswa yang ekspresif maka

7
mereka dapat lebih berkonsentrasi belajar. Untuk itu guru perlu berlatih memperhatikan
suasana hati dan kecenderungan emosionalitas siswa.

H. PERILAKU

Anak berkebutuhan khusus juga memperoleh layanan pendidikan disesuaikan dengan


sikap dan perilaku yang di tunjukkan. Seperti variasi karakteristik dan model layanan
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dengan gangguan emosional dan perilaku. Anak
dengan gangguan emosi dan perilaku memiliki karakteristik meliputi inteligensi (kecerdasan)
dan prestasi belajar, karakteristik sosial dan emosi seperti immature (belum dewasa) serta
withdrawl behavior (menghindari kontak sosial).

Model layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) termasuk dengan anak
yang mengalami gangguan emosi dan perilaku dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu
layanan pendidikan segregrasi, layanan pendidikan terpadu/integrasi, dan pendidikan inklusi.
Berdasarkan permasalahan yang dialami anak berkebutuhan khusus perlu adanya bantuan
dari pemerintah dalam menyediakan fasilitas layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus di semua jenis jenjang pendidikan baik pedidikan dasar sampai pendidikan tinggi
dalam sistem pembelajaran, fasilitas yang mendukung, serta pera guru yang sangat penting
untuk memberikan motivasi dan arahan yang bersifat membangun kepada anak berkebutuhan
khusus. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang
Pengelolaan Penyelenggaraan Pendidikan pasal 133 yang berbunyi bahwa pemerintah
memberikan kesempatan bagi anak berkebutuhan khusus, untuk dapat memperoleh layanan
pendidikan yang sama dengan siswa reguler.

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika guru memahami adanya keberagaman peserta
didik dan melaksanakan pembelajaran tidak hanya berdasarkan karakteristik peserta didik
yang bersifat umum tetapi juga memperhatikan karakteristik peserta didik yang memiliki
kebutuhan khusus yang ada dalam kelas. Jika peserta didik memiliki perbedaan antara satu
dengan yang lain, maka penggunaan kurikulum yang sama dengan pembelajaran yang sama
dapat dikatakan sebagai suatu sistem pembelajaran yang tidak adil. Suatu pembelajaran
dikatakan adil jika setiap peserta didik memperoleh layanan pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhannya.

B. SARAN

Demikian makalah yang dapat pemakalah susun, makalah ini masih banyak kekurangan
dan kesalahan pemakalah Maka dari itu harap kritik dan saran, untuk kesempurnaan makalah
ini.semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, Y. (2017). Studi Deskriptif Peranan Guru Pendidik Khusus dalam Implementasi
Program Kebutuhan Khusus bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus. Jurnal
Pendidikan Khusus, 9(1), 1–10.
journal2.um.ac.id/index.php/jo/article/download/4406/2579

Hanifah, H., Susanti, S., & Adji, A. S. (2020). Perilaku Dan Karateristik Peserta Didik
Berdasarkan Tujuan Pembelajaran. Manazhim, 2(1), 105–117.
https://doi.org/10.36088/manazhim.v2i1.638

Jauhari, A. (2017). Pendidikan Inklusi Sebagai Alternatif Solusi MenJauhari, A. (2017).


Pendidikan Inklusi Sebagai Alternatif Solusi Mengatasi Permasalahan Sosial Anak
Penyandang Disabilitas. IJTIMAIYA: Journal of Social Science Teaching, 1(1).
https://doi.org/10.21043/ji.v1. IJTIMAIYA: Journal of Social Science Teaching, 1(1).

Rahim, A. (2016). Pendidikan Inklusif Sebagai Strategi Dalam Mewujudkan Pendidikan


Untuk Semua. Jurnal Pendidikan Ke-SD-An, 3(1), 68–71.

Yeni Hendriani. (2020). Mmodul Belajar Mandiri Calon Guru Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK). In Mmodul Belajar Mandiri Calon Guru Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

10

Anda mungkin juga menyukai