22174018
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemerolehan Bahsa. Makalah ini disusun
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini khususnya Bapak Dr. Amril Amir, M.Pd., dan Ibu Dr. Irfani Basri,
M.Pd., yang telah membimbing penulis dengan sabar demi terselesaikan makalah ini. Penulis
berharap makalah yang sederhana dapat menjadi tambahan bagi pembaca yang ingin
Demikian sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan
sederhana ini semoga dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca. Khususnya bagi
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini telah banyak orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, namun
banyak diantaranya yang belum memahami anak mereka termasuk dalam kriteria
“kekhususan”yang mana. Disini akan dijelaskan secara singkat mengenai anak disinkronistas,
antara bunyi (suara) dengan sikap mulut atau mimik (tentang film). Disinkronisasi hal yang
biasa terjadi pada anak autis, terutama mengenai pemerolehan bahasa. Autisme adalah
perilaku, gangguan perasaan danemosi, interaksi social, gangguan dalam perasaan sensoris,
serta tingkah lakuyang berulang-ulang. Gangguan yang membuat seseorang menarik diri
daridunia luar dan menciptakan dunia fantasinya sendiri: berbicara, tertawa,menangis dan
marah-marah sendiri. Gejala autisme dapat terdeteksi pada usiasebelum 3 tahun. Anak autis
adalah penderita minor brain damage (kelainanatau kerusakan otak yang sangat mikro.
berbakatintelektual “gifted”. Namun kebanyakan orang mengira anak berbakat (gifted) adalah
anak bertalenta. Perbedaan anak berbakat dengan anak bertalenta adalah :Anak berbakat
(gifted) adalah anak yang memiliki kemampuan Inteligensiayang tinggi sedangkan anak
bertalenta (talented) adalah anak yang mempunyaikreatifitas tinggi. Anak Gifted merupakan
anak yang memiliki sebuahkekhususan atau keistimewaan, biasanya berupa kecerdasan yang
luar biasa.Dengan kata lain ia merupakan anak yang cerdas dan istimewa (gifted child).Anak
gifted juga seringkali disebut anak indigo karena dia memiliki instuisiyang tajam dan
4
beberapa diantaranya bisa melihat sesuatu yang akan terjadi.Dalam kesehariannya, mereka
kerapkali memperlihatkan sifat orang yang sudahdewasa dan tidak mau diperlakukan seperti
anak kecil. Sehingga, orang dewasa menganggap anak indigo sebagai anak yang memiliki
„kelainan‟. Hal ini yang menyebabkan anak-anak gifted balita mendapatkan kekeliruan
Beda antara perilaku autis dan gifted memang tipis. Malah hampir mirip. Anak autis
memiliki ketakutan yang lebih permanen dibanding anak gifted. Jika mendapat tugas dari
sekolah, anak gifted tidak mau mengerjakan tugas itukarena indera mata, telinga, dan
perabanya terlalu tajam sehingga konsentrasinya mudah buyar oleh sesuatu yang tiba-tiba
menarik hatinya. Lalu tingkat sangat aktifnya muncul. Sedang si anak autis tidak bisa diberi
tugaskarena kita tidak mampu menembus kontak dengannya.Oleh karena, didalam makalah
yang kami buat akan membahas mengenai anak-anak yang memiliki bakat diatas rata-rata
(Gifted), ADHD.
B. Rumusan Masalah
dalam menghadapinya, peran guru, permasalahan yang terjadi pada anak berbakat,
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui apa itu interverensi perkembangan bahasa dan stimulasi gangguan
5
3. Pengembangan Keberbakatan, Model Pendidikannya, Peran Orang Tua dalam
6
BAB II
PEMBAHASAN
Syalviana, dkk (2021:50), intervensi pada anak dengan gangguan bahasa dapat lebih
Pemberian language intervensi dapat diberikan kepada anak sejak dini melalui pendidikan
kepada orangtua. Pendidikan tersebut dapat diberikan secara langsung dengan memberikan
pengarahan, penjelasan beberapa strategi yang harus dilakukan orangtua, serta pendidikan
tidak langsung dengan menunjukkan dalam bentuk kegiatan dan orangtua dapat menirunya.
untuk meningkatkan kepekaan, toleransi, dan empati antarbudaya terhadap berbagai budaya
individu. Selain itu, hal itu secara positif mempengaruhi kemampuan bahasa pelajar. Hal ini
didasarkan pada kombinasi dari strategi intervensi berakar pada model teoritis berikut:
harga diri dalam produksi bahasa asing, identitas dengan bahasa asing di bidang pelatihan
guru. Disebut program Intervensi karena unsur intinya adalah modifikasi dalam aspek-aspek
tertentu dari pembelajaran bahasa asing proses bahasa. Tujuannya adalah untuk mencapai
peningkatan tingkat kemahiran bahasa, serta tingkat antar budaya pendidikan, peningkatan
toleransi ambiguitas dalam berbagai situasi sosial di lingkungan bahasa asing juga sebagai
memperkuat kemampuan untuk mencapai struktur kognitif. Terlebih lagi, penelitian meneliti
7
a. Intervensi dini
Intervensi dini terkait gangguan belajar spesifik dapat dilakukan sesuai domain yang
terganggu. Misalnya gangguan belajar spesifik aspek membaca, dapat dilakukan intervensi
berfokus pada pengenalan fonologi di tingkat taman kanak-kanak yang mempunyai pengaruh
positif terhadap perkembangan membaca ketika anak sampai ke kelas satu sekolah dasar.
Namun, pada kasus ini tidak dilakukan intervensi dini sebelum anak masuk sekolah dasar
karena kesulitan membaca baru diketahui oleh orang tua setelah mendapatkan laporan dari
wali kelas.
Intervensi dini lainnya dilakukan pada anak dengan risiko tinggi, seperti bayi
prematur yang lahir dengan BBLSR. Beberapa modalitas stimulasi terdiri dari stimulasi
auditorik, yaitu dengan mendengaran suara ibu melalui inkubator saat bayi tidur, perawatan
metode kangguru dengan meningkat-kan sentuhan dan kontak antara ibu dan bayi serta
stimulasi taktil atau kinestetik, seperti pijat bayi. Intervensi dini berupa stimulasi segera
setelah lahir dan stimulasi belajar pada perkembangan selanjutnya diharapkan akan
b. Intervensi lanjutan
laksana di bidang medis maupun bidang pendidikan. Pasien mendapatkan psikoterapi suportif
untuk anak dan keluarganya sehingga mendapat pemahaman mengenai kesulitan yang ada
dan mengupayakan motivasi yang konsisten untuk mengatasi kesulitan belajar. Tata laksana
di bidang pendidikan pada pasien ini meliputi RTI sampai tingkat III (terapi intensif dan
remedial), yaitu bimbingan langsung dan berulang dengan metode belajar yang sudah
disesuaikan kemampuan dan kelemahan pasien. Anak pada kasus ini mengikuti pelajaran
intensif selama satu periode waktu oleh seorang guru yang kompeten. Pasien memiliki
kelemahan fonologi yang serius dan keterampilan pengenalan kata dan dekode yang buruk
8
sehingga respons intervensi lebih lambat dibanding teman sebayanya, tetapi pasien ini
mengalami kemajuan pada tiap tahapan belajar. Intervensi pada kasus ini meliputi
kemampuan identifikasi suku kata. Kesadaran ortografis merupakan kemampuan visual untuk
menerima urutan dan pola huruf, diantaranya pasien secara visual dilatih membedakan antara
„b‟ dan „d‟ ketika berusaha untuk mengodekan teks. Kesadaran morfologis membantu pasien
memahami arti suatu kata melalui ejaannya. Anak dengan gangguan belajar spesifik seperti
pada kasus ini dapat mengatasi hambatan serta meningkatkan kemampuannya melalui
Keterlambatan bahasa terjadi ketika keterampilan bahasa anak diperoleh dalam urutan
yang seharusnya, tetapi tertinggal atau lebih lambat dari tonggak perkembangan bahasa anak
seusianya. Gangguan Bahasa ditandai dengan penguasaan bahasa yang atipikal yang secara
perkembangan bahasa:
Sebuah penelitian pada 2019 menunjukkan faktor risiko yang ditemukan untuk
keterlambatan bahasa dan bicara adalah gangguan kejang, asfiksia lahir, deformitas oro-
9
dan stimulasi yang tidak adekuat. Bila terdapat keterlambatan atau gangguan perkembangan
a. Anamnesis: riwayat kehamilan, kelahiran, penyakit yang pernah diderita, faktor risiko,
memengaruhi perkembangan kognitif atau kecerdasan pada anak usia 1-3 tahun. Selain itu,
dapat terjadi gangguan kesehatan mental, sosial dan gangguan luaran akademik di kemudian
hari. Orangtua harus kawatir bila ada gejala “red flag” atau tidak boleh ditunggu seperti pada
tabel berikut:
10
Sementara itu, gejala “red flag” untuk anak pengidap autisme adalah:
d. Tidak dapat membuat kalimat sendiri yang terdiri 2 kata pada usia 24 bulan
Buku KIA versi 2020 yang dapat diunduh dari www.kesga.kemkes.go.id atau menggunakan
Primaku yang dapat di unduh dari AppStore. Kedua perangkat ini berisi cara-cara
menstimulasi anak sesuai dengan usianya dan dapat digunakan untuk mengenal gejala
keterlambatan bahasa dan bicara serta aspek perkembangan lainnya sebelum konsultasi ke
dokter anak tumbuh kembang. Namun, jika Anda merasa adanya gejala keterlambatan
bahasa dan bicara serta aspek lainnya segera konsultasikan dengan dokter spesialis anak
1. Hakikat Keberbakatan
Keberbakatan merupakan bentuk dari karunia yang diberikan oleh Allah Yang Maha
Kuasa. Menurut Davis and Rimm (1985) keberbakatan merupakan suatu yang komplek. Hal
ini terdiri atas istilah Gifted dan Talent. Gifted digunakan untuk menjelaskan orang yang
berinteligensi tinggi, berbakat intelektual, dan talented untuk menunjukkan orang yang
memiliki keterampilan dan kemampuan. Penggambaran mengenai gifted ini, sering dikaitkan
11
dengan anugrah ataupun karunia yang diterima sejak lahir, hal ini mencakup intelegensi
ataupun intelektual.
keterampilan yang akan terus berkembang apabila terus diasah. Talent ini biasanya muncul
intelektual, artistik, dan sosial. Menurut Cohn‟s (1981) keberbakatan ini terbagi atas
keberbakatan yang sudah ada sejak lahir, karena keberbakatan intelektual ini berpusat pada
kognitif si anak. Keberbakatan artistik merupakan keberbakatan yang dimiliki oleh anak
keberbakatan yang dimiliki oleh anak yang dalam masa perkembangan si anak, namun
Keberbakatan ini memiliki beberapa tingkatan, yaitu di atas rata-rata, rata-rata, dan di bawah
rata-rata. Keberbakatan setiap anak itu tentunya memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Hal
ini berdasar pada pengaruh gifted dan talent yang merupakan bagian dari keberbakatan itu
sendiri. Dalam lingkungan sekolah, seorang pendidik tentunya bisa menilai kognitif si anak,
apakah anak tersebut termasuk ke dalam tingkatan di atas rata-rata, rata-rata, dan di bawah
rata-rata. Berkaitan dengan talenta ataupun keterampilan si anak, seseorang tentu bisa
menilai, misalnya di dalam kegiatan ekstrakulikuler, guru olahraga yang sekaligus pendidik
tentunya bisa menilai mana anak yang memiliki keterampilan di atas rata-rata, rata-rata, dan
di bawah rata-rata.
Menurut Gunarsa (2004) ada beberapa pembagian karakteristik pada anak berbakat,
12
a. Karakteristik Fisik : Anak Berbakat cenderung lebih tinggi, berat, kuat, bertenaga, dan
sehat.
b. Karakteristik Sosial dan Emosional : Anak Berbakat cenderung lebih gembira, disenangi
c. Karakteristik Pendidikan : Anak Berbakat cenderung lebih maju daripada anak normal
Pendidikan bagi anak berbakat dapat dilaksanakan dengan berbagai model, seperti
Akselarasi tidah hanya diartikan sebagai cara untuk mempercepat penyelesaian studi
agar lulus lebih awal, tetapi lebih menekankan kepada kebutuhan belajar siswa berbakat agar
meningkatkan produktivitas, efisiensi dan evektivitas belajar mereka, percepatan yang terjadi
dalam belajar tanpa intervensi pendidikan dan mengurangi kebosanan atau kejenuhan dalam
untuk menghasilkan peserta didik yang unggul, melalui pemberian perhatian, perlakuan dan
layanan pendidikan berdasarkan bakat minat dan kemampuannya. Model akselarasi dapat
a) Loncat Kelas
Usia mental para anak berbakat lebih tinggi dari usia sebenarnya, maka mudah timbul
perasaan tidak puas belajar bersama dengan anak-anak seumurnya. Meskipun banyak aspek
perkembangan lain pada anak ternyata memang lebih maju daripada anak-anak seumurnya
misal aspek sosial. Akan tetapi cara percepatan dengan meloncat anak pada kelas-kelas yang
lebih tinggi dianggap kurang baik, antara lain karena mempermudah timbulnya masalah-
13
masalah penyesuaian, baik di sekolah, dirumah maupun dilingkungan sosialnya. Kecuali
norma yang dipakai adalah norma yang diikuti bukan norma dari anak berbakat itu
sendiri.
Cara ini tergolong cara yang baik karena diberikan berdasarkan keadaan, kebutuhan
dan kemampuan anak itu sendiri. Kesulitannya ialah pengaturan andsminitrasi sekolah yang
individual kepada anak. Pada anak sendiri dikhawatirkan akan timbul kesulitan dalam
penyesuai diri, baik sosial maupun emosional karena terbatasnya hubungan-hubungan sosial
Siswa memiliki peluang untuk mengikuti mata pelajaran tertentu yang diprogramkan
di kelas yang lebih tinggi. Pelung yang diberikan itu dapat mempercepat penyelesaian studi
siswa.
b. Model Pengayaan
Melayani siswa yang memiliki kemampuan unggul, dapat dilakukan dengan program
pengayaan yaitu memberikan tugas-tugas tambahan yang relevan dengan bidang studi yang
diterimanya. Model pengayaan ini dapat memenuhi harapan atau kebutuhan siswa dalam
teman sekelasnya.
Siswa yang diidentifikasi berbakat dari semua tingkat kelas yang sama disuatu
sekolah dikelompokan ke dalam satu kelas. Kelompok tersebut terdapat lima atau delapan
anak. Jika lebih dari delapan anak sebaiknya mereka dikelompokan menjadi dua kelompok.
14
Setiap kelompok dibimbing oleh guru yang memiliki kemampuan atau keterampilan khusus
untuk mengajar atau membimbing para siswa yang berkemampuan luar biasa.
a) Sekolah khusus
Berdasarkan sudut administrasi sekolah mudah diatur. Namun dari sudut anak banyak
kerugiannya karena dengan mengikuti pendidikan khusus, anak terlempar jauh dari
lingkungan sosialnya dan menjadi anggota kelompok sosial khusus dan istimewa.
anak untuk mendefinisikan aspek-aspek kepribadian seluas-luasnya. Dalam hal ini bisa
dicapai melaui pergaulan, nilai sebagai anggota masyarakat, ia akan mudah merasa sebagai
b) Kelas khusus
Pada model ini kurikulum dibuat khusus demikian pula dengan guru-gurunya.
Keuntungannya ialah mudah mengatur pelaksanaannya dan pada murid sendiri merasa ada
serta kecepatan dalam menyelesaiakan suatu mata pelajaran bisa disesuaikan dengan keadaan
dan kebutuhan anak. Kerugia akan terjadi pada anak-ana normal yang sebaya, sehingga
proses sosialisasi di sekolah menjadi berkurang. Perlakuan istimewa oleh pihak sekolah dan
guru-guru menimbulkan perasaan harga diri yang berlebihan. Karena dalam kenyataannya dia
berada dalam kelas yang eksekutif, tersendiri dan sulit menyesuaikan diri.
c) Kelas terintegrasi
Cara ini bisa dilakukan di setiap sekolah karena anak berbakat mengikuti secara
penuh acara di sekolah dan setelah itu memperoleh pelajaran tambahan dikelas khusus.
Waktu belajarnya bertambah dan mata pelajaran dasar atau yang berhubungan dengan
15
pendidikan model terintegrasi atau inklusi adalah bagaimana memberikan perhatian kepada
setiap individu anak dalam setting kelas yang relatif beragam kemampuannya.
Orang tua memegang peranan yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak
berbakat istimewa. Menurut Masnipal (2004) orang tua dan guru memiliki peran penting
terhadap pengembangan keberbakatan anak. Ada beberapa peran yang perlu dipahami oleh
b) Perlu dipahami bahwa anak yang memiliki potensi berbakat istimewa memerlukan
anaknya.
istimewa.
4. Peran Guru
a) Pertama-tama guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya
dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tetapi juga bagaimana guru melakukannya,
c) Guru anak berbakat hendaknya lebih banyak memberikan tantangan daripada tekanan
d) Guru anak berbakat tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi
e) Guru anak berbakat lebih baik memberikan umpan balik daripada penilaian
16
f) Guru anak berbakat harus menyediakan beberapa alternatif strategi belajar
g) Guru hendaknya dapat menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang rasa harga
diri anak serta dimana anak merasa aman dan berani mengambil resiko dalam
Kerentanan anak berbakat terletak dalam tingkat kemungkinan yang lebih tinggi akan
ketegangan emosional dan konflik sosial yang memerlukan tingkat adaptasi yang tinggi agar
tidak mengganggu kesehatan mental dan berfungsinya secara umum. Kerentanan ini tampak
pada semua anak berbakat, tetapi kebanyakan dari mereka mampu menggunakan kekuatan
intelektual unggul mereka untuk penyesuaian diri secara efektif. Namun, sebagian dari
mereka kurang berhasil dalam penyesuaian diri ini disebabkan oleh konflik yang mereka
alami.
a. Isolasi sosial
Karena kurang memahami ciri-ciri dan kebutuhan anak berbakat, orang dewasa dalam
sikap dan perilaku mereka dapat menunjukkan sentimen atau penolakan terhadap anak
berbakat. Demikian pula kelompok sebaya dapat memberi tekanan terhadap anggota
kelompokyang menyimpang dari mayoritas, yang kreatif dan berbakat. Kondisi ini dapat
menonjol dalam semua bidang. Kemudian pelibatan ego orang tua atau guru terhadap
17
c. Tidak tersedia pelayanan pendidikan yang sesuai
bagi anak berbakat. Akibat dari keterlantaran ini ialah bahwa siswa berbakat harus
menyelesaikan pendidikan formal mereka dalam sekolah yang lebih menekankan konformitas
terhadap “yang rata-rata”. Dalam iklim sosial ini anak “berbeda”, hal ini dapat mempunyai
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
antara bunyi (suara) dengan sikap mulut atau mimik. Disinkronisasi merupaka hal yang
2. Syalviana, dkk (2021:50), intervensi pada anak dengan gangguan bahasa dapat lebih
Pemberian language intervensi dapat diberikan kepada anak sejak dini melalui
orangtua, serta pendidikan tidak langsung dengan menunjukkan dalam bentuk kegiatan
3. Keterlambatan bahasa terjadi ketika keterampilan bahasa anak diperoleh dalam urutan
yang seharusnya, tetapi tertinggal atau lebih lambat dari tonggak perkembangan bahasa
anak seusianya. Gangguan Bahasa ditandai dengan penguasaan bahasa yang atipikal
4. Menurut Gunarsa (2004) ada beberapa pembagian karakteristik pada anak berbakat,
a. Karakteristik Fisik : Anak Berbakat cenderung lebih tinggi, berat, kuat, bertenaga, dan
sehat.
19
b. Karakteristik Sosial dan Emosional : Anak Berbakat cenderung lebih gembira,
c. Karakteristik Pendidikan : Anak Berbakat cenderung lebih maju daripada anak normal
B. Saran
Anak, Autisme, ADHD, dan Gangguan Belajar” ini. Namun, dengan selesainya makalah ini
bukan berarti makalah ini telah sempurna, karena penulis sebagai manusia, sadar bahwa
dalam diri penulis tersimpan berbagai sifat kekurangan dan ketidak sempurnaan yang
tentunya sangat mempengaruhi terhadap kinerja penulis. Oleh karena itu, saran serta kritik
yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis perlukan guna penyempurnaan dalam
tugas berikutnya dan dijadikan suatu pertimbangan dalam setiap langkah sehingga penulis
terus termotivasi ke arah yang lebih baik dan semoga makalah kami ini bermanfaat bagi kita
semua.
20
DAFTAR PUSTAKA
Idris, R. (2009). Mengatasi Kesulitan Belajar dengan Pendekatan Psikologi Kognitif. Lentera
Pendidikan. Vol. 12, No. 2, pp. 152-172.
Davis, G. A., & Rimm, S. B. (1985). Education of the Gifted and Talented. Boston:
Pearson Education Press.
Gunarsa, D. Singgih. (2004). Dari anak sampai usia lanjut: bunga rampai psikologi
anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Lisinus, R., & Sembiring, P. (2020). Pembinaan Anak Berkebutuhan Khusus (Sebuah
Perspektif Bimbingan dan Konseling). Bandung: PT Rosdakarya.
Hasanah, C. W., Khairun, D. Y., & Nurmala, M. D. (2021). Kesulitan Belajar Membaca
(Dyslexia) dan Alternatif Penanganannya. Jurnal Bimbingan dan Konseling. Vol. 8,
No.1, pp. 20-38.
Mardhiyah, A., Nurhasanah, & Fajriani. (2019). Hambatan dan Upaya Guru dalam
Penanganan Siswa Disleksia di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Kejuruan Muda,
Aceh Tamiang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Vol. 4, No. 4, pp.
18 - 24.
Mutiani, R., & Suyadi. (2020). Diagnosa Diskalkulia Generasi Alpha: Masalah dan
Perkembangannya. Edumaspul: Jurnal Pendidikan. Vol. 4, No. 1, pp. 105-112 Sa‟adati,
T. I. (2015). Intervensi Psikologis pada Siswa dengan Kesulitan Belajar (Disleksia,
Disgrafia dan Diskalkulia). Jurnal Lentera. Vol. 13, No. 1, pp. 13-37.
Suparno. (2006). Model Layanan Pendidikan untuk Anak Berkesulitan Belajar. Jurnal
Pendidikan Khusus. Vol. 2, No. 2, pp. 44-60.
Sastradiharja, & Edy Junaedi. (2002). "Konsep dan Penerapan Program Percepatan
Belajar (Akselerasi) Bagi Anak Berbakat Intelektual di Sekolah". Jakarta.
21
Syalviana, Evie, dkk. 2021. Penerapan Language Intervention Activities dalam
Meningkatkan Kemampuan Bahasa Ekspresif pada Anak Usia Dini dengan Gangguan
Bahasa. Prosiding Temu Ilmiah Nasional (TEMILNAS XII) Ikatan Psikologi
Perkembangan Indonesia.
Tiel, Julia Maria van. 2009. Permasalahan Deteksi dan Penanganan Anak Cerdas Istimewa
Dengan Gangguan Perkembangan Bicara dan Bahasa Ekspresif (Gifted Visual-spatial
Learner). Jurnal Psikobuana. Vol.1, No.2, 128–146.
Wijaya, Ellen. 2020. Identifikasi dan Intervensi Gangguan Belajar Spesifik Pada Anak.
Damianus Journal of Medicine. Vol.19 No.1 Mei 2020. 70-79.
22