Disusun oleh:
PKh 01 A
PENDIDIKAN KHUSUS
Laporan observasi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, yakni Bapak A. Hamjan selaku kepala sekolah SLB Negeri 1
Makassar. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih atas kontribusi bantuan dalam berbagai
bentuk.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan laporan observasi ini,
baik dari segi ejaan bahasa Indonesia, kosakata, tata bahasa, etika maupun isi. Maka dari itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca yang kemudian akan
penulis jadikan sebagai evaluasi.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak tunagrahita merupakan salah satu anak yang memiliki kelainan dalam
perkembangan mental yang disebabkan karena rendahnya tingkat kecerdasan. Bandi
Delpie (2006:17) memberikan definisi individu Dianggap mental retardation jika
memenuhi 2 kriteria. Kriteria tersebut yaitu keterbelakangan atau kekurangan dalam
adaptasi tingkah laku dan kekurangan penyesuaian diri dengan lingkungannya diukur
dengan taraf usia menurut kalender yang telah dicapai seorang anak. Keterbelakangan
tersebut meliputi komunikasi, menolong diri sendiri, keterampilan kehidupan di keluarga,
keterampilan sosial, kebiasaan di masyarakat, pengarahan diri, menjaga kesehatan dan
keamanan diri, akademik fungsional, dan waktu luang dan kerja.
Kondisi anak tunagrahita tersebut berakibat pada rendahnya kemampuan merawat
diri. Kondisi tersebut berakibat pada kondisi fisiknya kurang terawat dengan baik. Hal
tersebut bila dipandang terasa jorok dan berbau. Kondisi ini akan mengganggu suasana di
lingkungan hidupnya sehingga masyarakat banyak yang belum dapat menerima mereka
dengan baik.
Anak tunagrahita ringan merupakan salah satu dari anak yang mengalami gangguan
perkembangan dalam mentalnya dengan memiliki tingkat kecerdasan antara 50 sampai
75. Mereka memiliki kemampuan sosialisasi dan motorik yang baik, dan dalam
kemampuan akademis masih dapat menguasai sebatas pada bidang tertentu. Mulyono
Abdurrohaman (1994:26-27) mengungkapkan bahwa anak tunagrahita ringan adalah anak
tunagrahita dengan tingkat IQ 50 sampai 75, sekalipun dengan tingkat mental yang
subnormal demikian dipandang masih mempunyai potensi untuk menguasai mata
pelajaran di tingkat sekolah dasar. Potensi yang dimiliki anak tunagrahita Meskipun tidak
sempurna namun masih dikembangkan secara maksimal. Kompetensi yang dimiliki anak
tunagrahita memerlukan fasilitas untuk dapat ditingkatkan. Fasilitas yang diperlukan
meliputi fasilitas yang sifatnya fisik maupun non fisik. Hal tersebut dilakukan sebagai
upaya agar anak tunagrahita dapat berkembang secara maksimal. Selanjutnya Effendi 4
Muhammad (2006:90) mengemukakan anak tunagrahita mampu Didik adalah anak
tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih
memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya
tidak maksimal. Berdasarkan pendapat di atas anak tunagrahita dapat ditegaskan adalah
anak yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata yaitu IQ di bawah 70. Dengan IQ
yang rendah tersebut berakibat dalam keseluruhan aspek kehidupan mengalami
keterlambatan.
Keterbatasan kecerdasan anak tunagrahita berpengaruh sekali terhadap seluruh
aspek kehidupannya. Keterbatasan tersebut akan sangat terlihat dalam bidang akademik,
mental, komunikasi dan sosial. Keterbatasan tersebut berakibat anak tunagrahita tidak
dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dikarenakan Akibat dari rendahnya
kecerdasan anak tunagrahita. Hal yang sangat mencolok terlihat dari dalam kehidupan
pribadi anak tunagrahita dengan rendahnya kecerdasan ini adalah rendahnya merawat
tubuh dan berhias diri. Dengan kondisi tersebut anak terlihat kotor, bau, jorok, tidak
serasi dan sebagainya. Untuk itu kecerdasan anak tunagrahita sangat berpengaruh dalam
kehidupan pribadinya.
B. RUMUSAN MASALAH
RANCANGAN
Karakteristik anak tunagrahita ringan adalah, mereka termasuk yang mampu didik,
bisa dilihat dari segi pendidikan. Mereka pun tidak memperlihatkan kelainan fisik yang
mencolok, walaupun perkembangan fisiknya sedikit ada lambat daripada anak rata-rata.
Tinggi dan berat badan mereka tidak berbeda dengan anak-anak lain, tetapi berdasarkan
hasil observasi mereka kurang dalam hal kekuatan, kecepatan, dan koordinasi, serta
sering memiliki masalah kesehatan (Henson, 1996 dalam Hanson dan Aller, 1992, hal.
165).
Mereka masih bisa dididik di sekolah umum, meskipun sedikit lebih rendah
daripada anak-anak normal pada umumnya. Biasanya rentan perhatian mereka juga
pendek 7 sehingga sulit berkonsentrasi dalam jangka waktu lama. Mereka terkadang
mengalami frustasi ketika diminta berfungsi secara sosial atau akademis sesuai usia
mereka, sehingga tingkah laku mereka bisa menjadi tidak baik, misalnya acting out di
kelas atau menolak untuk melakukan tugas kelas (Hanson dan Aller, 1992, hal. 165).
Mereka kadang-kadang memperlihatkan rasa malu atau pendiam. Namun hal ini dapat
berubah, bila Mereka banyak diikutkan untuk berinteraksi dengan anak lainnya.
C. HASIL OBSERVASI
1. TEMPAT OBSERVASI
2. Profil Guru
Afifah Awaru merupakan murid asal Mamuju yang bersekolah di SLB Negeri 1
Makassar dikarena orangtuanya yang berpindah tugas dari Mamuju ke Makassar. Afifah adalah
penyangdang disabilitas tuna grahita ringan. Tahun ini umur Afifah sudah menginjak 9 tahun dan
telah duduk di bangku SD kelas 3. Walaupun dengan keterbatasannya tetapi Afifah masih
semangat menjalani hari-harinya walaun terkadang ia masih malu-malu untuk berbaur dengan
lingkungan sekitar.
D. PROGRAM INTERVENSI
Tunagrahita adalah sebutan bagi orang-orang dengan kemampuan intelektual dan kognitif yang
berada di bawah rata-rata dibandingkan orang pada umumnya. Hasil dari penelitian di atas jelas
bahwa Nurfadillah adalah Tunagrahita mampu didik yang di mana kita bisa mendidik dengan
sekreatif mungkin sehingga anak tidak jenuh dalam menjalani proses belajar. Seperti guru di
SLBN 1 Makassar melakukan proses mengajar yang kreatif dengan mengadakan lomba
mewarnai. Salah satu bentuk apresiasi sehingga Nurfadillah tambah semangat dan percaya diri
menjalani hari harinya dengan mengikuti lomba tersebut sehingga mendapatkan juara.
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. Karakteristik anak tunagrahita ringan adalah, mereka termasuk yang mampu didik,
bisa dilihat dari segi pendidikan. Mereka pun tidak memperlihatkan kelainan fisik
yang mencolok, walaupun perkembangan fisiknya sedikit ada lambat daripada anak
rata-rata. Tinggi dan berat badan mereka tidak berbeda dengan anak-anak lain, tetapi
berdasarkan hasil observasi mereka kurang dalam hal kekuatan, kecepatan, dan
koordinasi, serta sering memiliki masalah kesehatan
Peran guru dan orang tua sangat penting dalam mengembangkan kemampuan anak
tunagrahita. Guru tak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan saja tetapi
guru harus bisa melatih anak tunagrahita belajar keterampilan sesuai
dengan minat dan bakat yang mereka miliki. SLB Negeri 1 Makassar
memberikan pembelajaran keterampilan seperti keterampilan memasak,
keterampilan tangan keterampilan mewarnai dan menggambar, dan keterampilan
kecantikan. Anak tunagrahita dilatih dan dibimbing oleh guru dan orang tuanya dalam
mengembangkan minat dan bakat mereka sesuai dengan apa yang mereka
inginkan. Tujuan dari melatih anak tunagrahita untuk menjadi anak yang
terampilan dan mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Frieda, M. 2014. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Edisi ke-2.
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Penidikan Psikologi. Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia, Depok.
Agus Pratomo Andi, W., Rismawati. 2018. Perilaku Temper Tantrum Pada Anak
Tunagrahita Ringan Kelas XI di SMALB Pelaihari. Hal. 11-12.
LAMPIRAN