Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERMASALAHAN KOMUNIKASI DALAM PAUD

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi dalam PAUD - UD403

Dosen pengampu :

Dr. Heri Yusuf Muslihin, M, Pd.

Nuraly Masum Aprily, M.Pd.

Disusun oleh :

Alfi Fahimiah (2009268)

Siti Sarah Nursa'bani (2003968)

Izmi Khalda Zahidah (2006888)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI UNIVERSITAS PENDIDIKAN

INDONESIA KAMPUS DAERAH TASIKMALAYA

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Komunikasi
dalam PAUD yang berjudul “Permasalahan Komunikasi dalam PAUD” dengan
tepat waktu. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi para
pembaca serta dapat memperluas pengetahuan tentang “Permasalahan
Komunikasi dalam PAUD”. Penulis juga menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam makalah ini dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
menjadi acuan agar penulis dapat lebih baik lagi di masa mendatang.

Tasikmalaya, 19 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Permasalahan Komunikasi dalam PAUD..................................................3

2.2 Permasalahan Komunikasi dari Faktor Internal........................................3

2.3 Permasalahan Komunikasi dari Faktor Eksternal.....................................8

BAB III PENUTUP..............................................................................................10

3.1 Kesimpulan...................................................................................................10

3.1 Saran.............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi sudah dibutuhkan oleh manusia sejak dalam kandungan, sehingga


pemberian stimulus dengan mengajak bayi berkomunikasi sangat disarankan.
Ketika lahir anak akan mengeluarkan tangisan sebagai tanda komunikasi
kemudian akan berkembang menjadi sebuah ocehan dan bahasa yang lebih
kompleks. Anak mendapatkan kemampuan berbahasa dipengaruhi oleh pemberian
stimulus serta kesempurnaan terhadap organ komunikasinya (Ganur et al., 2014,
hlm. 1–2).

Bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi yang bertujuan menyampaikan


pikiran maupun perasaan seseorang. Kebutuhan dan keinginan seseorang dapat
tersampaikan dengan berkomunikasi, dengan berkomunikasi akan adanya suatu
interaksi dan hubungan timbal balik dengan penerima informasi. Dalam
kehidupan sehari-hari, komunikasi memiliki peranan penting untuk tercapainya
suatu tujuan yang salah satunya dalam konteks pendidikan yang mana komunikasi
tersebut dijadikan sebagai media untuk penunjang jalannya pembelajaran (Bahri
H, 2018, hlm. 48).

Kemampuan seseorang dalam berbahasa dapat diberi stimulasi dengan baik


sedini mungkin. Oleh karena itu pendidikan memiliki perang penting dalam
pemberian stimulis terhadap setiap perkembangan anak. Salah satunya dalam
mengembangkan kemampuan berbahasa anak, akan tetapi tidak banyak dari orang
tua serta guru menyadari akan hal tersebut. Bahkan masyarakat menganggap
permasalahan berbahasa anak ialah hal yang wajar dan akan membaik dengan
sendirinya. Tetapi pada kenyataannya mengembangkan kemampuan berbahasa
anak bukan hal yang mudah, sulit untuk mendeteksi apakah anak tersebut
mengalami gangguan kabahasaan atau tidak. Jika hal tersebut dibiarkan, maka
anak akan kesulitan dalam menyusun kalimat-kalimat yang terstruktur, suara yang
tidak jelas, keterlambatan berbicara serta masalah artikulasi yang akan berlanjut
hingga usia dewasa yang dapat menyebabkan 2 gangguan dalam prestasi

1
akademik bahkan dapat membuat anak mengalami masalah perilaku dan
psikososial (Afifah & Latifah, 2022, hlm. 122–126).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu permasalahan komunikasi dalam PAUD?


2. Apa saja faktor internal permasalahan komunikasi dalam PAUD?
3. Apa saja faktor eksternal permasalahan komunikasi dalam PAUD?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian permasalahan komunikasi dalam PAUD.


2. Untuk mengetahui faktor internal permasalahan komunikasi dalam PAUD.
3. Untuk mengetahui faktor eksternal permasalahan komunikasi dalam
PAUD.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Permasalahan Komunikasi dalam PAUD

Permasalahan merupakan suatu kesenjangan antara harapan dengan


kenyataan, antara kebutuhan dengan tersedia, antara yang seharusnya dengan
yang terjadi. Komunikasi merupakan suatu proses dimana terjadinya sebuah
interaksi antara komunikator dan komunikan yang melakukan pertukaran
pesan didalamnya yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung
(Widya. A, 2017, hlm. 130).
Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini tertulis
pada pasal 1 ayat 14 yang berbunyi “Pendidian Anak Usia Dini adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa permasalahan
komunikasi dalam PAUD adalah suatu keadaan dimana informasi atau pesan
yang ingin disampaikan oleh komunikan (guru, orang tua dan anak) tidak
sampai kepada komunikator.

2.2 Permasalahan Komunikasi dari Faktor Internal

Setiap diri anak memiliki suatu perbedaan, contohnya dalam hal


perkembangan bahasa. Ada anak yang bisa mengucapkan artikulasi huruf
secara lengkap tetapi ada juga yang belum lengkap. Terdapat beberapa anak
yang sudah bisa menyampaikan keinginannya dan ide dengan menggunakan
bahasa yang sudah benar, tetapi ada sebagian anak yang hanya dengan
kalimat-kalimat pendek saja (Wahidah & Latipah, 2021, hlm. 48).
Berikut terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
bahasa anak yaitu:
1. Perkembangan otak dan kecerdasan

3
Perkembangan otak manusia dari sejak lahir sudah terhubung dengan
perkembangan bahasa. Tangisan bayi yang baru lahir diatur oleh
adanya brain sistem dan pons, yang merupakan bagian paling penting
dan paling cepat perkembang dalam otak manusia. Adanya hubungan
antara pengukuran kecerdasan dengan pengukuran kemampuan
berbahasa pada anak yang terdiri dari kosakata, kemampuan artikulasi
dan indikasi kematangan dalam kemampuan berbahasa. Menurut
Vygotsky, bahwa bahasa menjadi alat bantu dalam belajar, hasil dari
pembelajaran yang didapat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa
anak. Artinya anak yang mengalami perkembangan bahasa yang cepat
akan menjadi anak yang pandai. Tetapi, terdapat berbagai hal yang
harus dipertikan yaitu bahwa anak yang bicara dengan aktif bukan
menjadi tolak ukur kemampuan berbahasa yang baik. Begitu juga
dengan anak yang berbicara dengan pasif bukan berarti anak tersebut
kurang dalam aspek kognitif atau memiliki kemampuan berbahasa
yang rendah.
2. Kondisi fisik
Perkembangan serta pemerolehan bahasa mensyaratkan bermacam-
macam keadaan fisik diantaranya jika anak tersebut tidak memiliki
masalah pada organ bicaranya (tenggorokan, lidah, gigi, bibir, dan pita
suara) dan organ pendengaran (telinga). Agar perkembangan bahasa
anak dapat berjalan dengan normal, maka semua alat tersebut
diharuskan berfungsi dengan baik dan efektif.
3. Anak yang mengalami gangguan psikologis
Hambatan psikologis merupakan unsur-unsur dari hambatan psikis
pada manusia. Berbagai masalah psikologis dapat membatasi
kemampuan anak dalam berbicara dan mendalami bahasa. Bukan
hanya penderita autisme, anak yang terlalu pemalu juga berpotensi
mempunyai kesulitan dalam bahasanya, karena mereka akan
mengalami kesulitan menangkap ekspresi dalam berbahasa. Untuk
mengatasi hal ini orang tua sebaiknya berkonsultasi ke ahli medis.

4
Setiap perkebangan pada anak bisa terjadi suatu masalah atau gangguan,
begitu juga dengan perkembangan bahasa anak. Gangguan bahasa anak
merupakan tidak dapatnya anak atau keterbatasan anak dalam memakai simbol
linguistik saat melakukan komunikasi lisan atau ketertinggaan dalam
perkembangan bahasa dan bicara pada anak. Seorang anak dikatakan memiliki
ketertinggalan dalam komunikasi jika pengungkapan bahasa dan katanya
masih terletak rendah dari kemampuan individu anak pada seumurannya.
Adapun faktor internal yang cenderung menyebabkan terjadinya gangguan
komunikasi pada diri anak, diantaranya:
1. Gangguan pendengaran
Hambatan pada pendengaran berkaitan dengan keterlambatan
berbicara dan berbahasa pada anak. Jika anak mengalami kesulitan
dalam pendengarannya, mereka akan mengalami hambatan dalam
meniru, memahami, dan menggunakan bahasa. Salah satu penyebab
terjadinya hambatan dalam pendengaran anak ialah karena adanya
infeksi pada telinga. Dampak yang terjadi dari hambatan pendengaran
tersebut ialah anak menjadi kurang mampu mendengar apapun yang
diucapkan oleh orang lain, baik itu guru, orang tua maupun teman
sekelasnya. Sulinya dalam berkomunikasi dengan orang lain
menyebabkan anak mengambil langkah dengan membaca gerak bibir
lawan bicaranya ketika berbicara. Artikulasi dalam ujaran yang tidak
jelas merupakan dampak dari gangguan yang dideritanya (Martina,
2014, hlm. 33).
2. Gangguan atau kerusakan organ artikulasi
Menurut Masitoh (dalam Afifah & Latifah, 2022, hlm. 130),
gangguan artikulasi (Disartria) merupakan gangguan bahasa yang
terjadi karena kerusakan pada sistem saraf pusat yang bisa
mengakibatkan kelumpuhan, kelemahan, kekakuan, atau gangguan
koodinasi pada organ bicara atau otot-otot organ bicara. Gangguan
artikulasi terlihat pada pelafalan yang kurang jelas baik dari konsonan
maupun vokal. Kondisi tersebut dikarenakan otot-otot pada anak
tersebut aktif namun ketika berbicara menjadi lemah dan sulit

4
dikendalikan. Otot-otot yang dimaksud tersebut ialah otot bibir, lidah,
pita suara, dan diafragma. Gangguan pada otot bicara anak menjadi ciri
utama penyebab adanya gangguan dalam berkomunikasi. Meskipun
pengucapakan tidak terlalu jelas, terkadang otak sudah memerintahkan
untuk menjawab dengan benar tetapi yang dikeluarkan dari mulut
masih belum jelas.
Dalam contoh lain, masalah artikulasi bisa menunjukkan cacat
fisik, seperti bibir sumbing, sumbing kangit-langit, lidah terikat.
Masing-masing cacat fisik tersebut diakibatkan oleh ketidaknormalan
yang terjadi selama perkembangan pra kelahiran dan kemudian
mempengaruhi artikulasi. Bibir sumping merupakan terpisah atau
terbelahnya bibir bagian atas. Penyebab bibir sumping bisa genetic
atau pra-kelahiran (Moller, Starr & Johson, dalam Otto, 2015).
3. Gangguan Kefasihan
Gangguan kefasihan yang paling umum adalah gagap. Dimana
gagap merupakan pengulangan pada bunyi atau suku kata yang
terisolasi, bunyi diperpanjang, atau dijeda panjang pada suatu ujaran.
Biasanya ini terjadi pada awal kata. Menurut Weir & Bianchet (dalam
Otto, 2015) gagap menunjukkan kurangnya koordinasi antara maksud
maksud linguistic dan motoric artikulasi ketika anak belajar berbicara
dan berpikir di waktu yang sama.
Kegagapan sering kali ditunjukkan di wajah, bahasa tubuh yang
menunjukkan tekanan emosional, dan dengan nada yang naik atau
suara yang keras. Kegapapan dapat sembuh seiring terapi dan mediasi
yang dilakukan berulang. Di dalam kelas guru bisa mencontohkan
ucapan yang pelan dan tenang, memahami kapan ujaran itu susah
dilafalkan dan menciptakan waktu khusus untuk bercakap-cakap.
4. Gangguan Bahasa Khusus/Keterlambatan Berbahasa
Gangguan bahasa lebih tepat diterapkan kepada anak yang berusia
5 tahun ke atas. Anak dengan gangguan ini memiliki ciri yaitu kosa
kata yang dimiliki lebih sedikit (semantic), kalimat lebih kompleks

6
banyak kesalahan tata bahasa yang terjadi secara sering, dan
menunjukkan sedikit variasi (sintaksis). Gangguan ini biasnya
diidentifikasi sejak prasekolah, yaitu saat anak menunjukkan kesulitan
dalam percakapan, kesulitan dalam memahami dan menyusun baik
bahasa lisan maupun tulisan.
Menyiapkan lingkungan bahasa yang positif yang berfokus pada
komunikasi interaktif sangat diperlukan sebagai upaya yang bisa
dilakukan untuk menstimulus agar anak tidak terlambatan dalam aspek
perkembangan bahasanya. Selain itu memberikan pertanyaan juga bisa
digunakan untuk mendapatkan partisipasi linguistic dari anak.
5. Gangguan Kognitif
Faktor genetic seperti Down Syndrome, cedera otak atau pengaruh
lingkungan (kekurangan nutrisi seperti dalam kandungan)bisa menjadi
penyebab gangguan kognitif. Gejalanya anak yang memiliki gangguan
kognitif akan kurang dalam memperoleh bahasa yang efektif, kesulitan
dalam menaruh perhatian terhadap ujaran orang lain, memprosesnya
dan mengingat apa yang diuacapkan.
Cara yang bisa dilakukan oleh guru untuk anak yang memiliki
gangguan kognitif yaitu fokus terlebih dahuu pada tingkat linguistic
anak dibandingkan fokus pada usia mereka. Selain itu anak juga perlu
diberikan kesempatan untuk mengkomunikasikan kebutuhan dan
keinginannya .
6. Autisme
Menurut Pusponegoro (2014, hlm. 75) Autisme merupakan
gangguan perkembangan pervasif yang ditandai dengan gangguan
komunikasi dan interaksi sosial disertai perilaku, minat, dan aktivitas
yang terbatas dan repetitif. Gangguan bahasa pada autisme sangat
bervariasi, mulai daringangguan bahasa non-verbal yang sangat
mencolok, ekolalia, bicara dengan bahasa yang aneh, sampai tidak
dapat mempertahankan komunikasi untuk waktu yang lama. Autisme
bisa diidentifikasi awal melalui :
a) Kontak mata dan saling berbagai rujukan yang sama

7
b) Perilaku meniru baik tindakan maupun bunyi
c) Perilaku mencari perhatian yang dilakukan melalui bahasa
tubuh, tunjukkan atau bunyi
d) Giliran prakata pada interaksi menggunakan suara berisik atau
bahasa tubuh untuk berkomunikasi
e) Kebertanggapan pada namanya sendiri
f) Senyum sosial
g) Permainan sandiwara dan fungsional, justru pola permainan
berulang yang terjadi
Jika dihadapkan dengan anak autisme di dalam kelas guru bisa
memberikan stimulus atau membuat rencana penanganan yang
terfokus pada kemampuan interaksi dan komunikasi dengan
menyesuaikan kurikulum dan cara berinteraksi. Kegiatan yang bisa
dilakukan adalah dengan membacakan cerita dengan harapan saat
dibacakan cerita secara nyaring akan terjadi kontak mata antara guru
dan anak juga akan menstimulus bahasa tubuh anak. Selain itu, bisa
juga dengan melibatkan anak secara langsung dalam pembelajaran,
bisa melalui kegiatan bermain peran.

2.3 Permasalahan Komunikasi dari Faktor Eksternal

Faktor dari luar diri yang menyebabkan terjadinya gangguan komunikasi


pada diri anak antara lain :
1. Bilingualism (penggunaan dua bahasa dalam keluarga )
Bahasa yang pertama dikenalkan kepada anak adalah bahasa ibu.
Dahulu bilingualism dianggap sebagai suatu cacat pendidikan,
dipercaya bahwa anak-anak tidak dapat mempelajari bahasa kedua
ketika belajar dan memperhalus bahasa pertamanya. Berbagai
pandangan juga menyebutkan bahwa mempelajari bahasa kedua akan
menghilangkan kemampuan untuk berbicara bahasa pertama. Banyak
kasus yang ada di masyarakat, misalnya masyarakat daerah sunda pada
keluarga Z menggunakan bahasa sehari-hari pada anak menggunakan

7
bahasa Indonesia saja, padahal bahasa di lingkungan keluarga dan
masyarakatnya menggunakan bahasa sunda.
Penguasaan dua bahasa merupakan hal yang paling populer dan
menjadi trend belakangan ini. Orang tua khususnya di perkotaan besar
mulai berbondong-bondong memasukkan anaknya pada lembaga
sekolah yang menggunakan dua bahasa atau lebih dengan alasan agar
tidak tertinggal zaman. Yang menjadi maslah ialah apabila anak harus
"berbahsa dua‟ pada usia yang masih tergolong muda (kurang dari 2
tahun) pada saat perkembangan "bahasa ibu‟ belum sepenuhnya
mantap. Hal ini akan menyebabkan anak mengalami kesulitan pada
pengucapan kata (pronounciation) dan penguasaan kata (Lilis
Sumaryanti, 2017, pp. 83–84)
2. Lingkungan yang tidak menunjang perkembangan bicara anak
Lingkungan adalah tempat dimana seorang anak tumbuh dan
berkembang. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang yang
sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak karena pada
hakekatnya proses pemerolehan bahasa anak diawali dengan
kemampuan mendengar kemudian meniru suara yang didengarnya
yaitu dari lingkungan dimana tempat ia tinggal. Seorang anak tidak
akan mampu berbahasa dan berbicara jika anak tidak diberi
kesempatan untuk mengungkapkan yang pernah didengarnya. Oleh
karena itu keluarga merupakan salah satu lingkungan terdekat dimana
anggota keluarga harus memberi kesempatan kepada anak untuk
belajar dari pengalaman yang pernah didengarnya. Kemudian
berangsur-angsur ketika anak mampu mengekspresikan pengalaman,
baik dari pengalaman mendengar, melihat, membaca dan diungkapkan
kembali dengan bahasa lisan.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

permasalahan komunikasi dalam PAUD adalah suatu keadaan dimana


informasi atau pesan yang ingin disampaikan oleh komunikan (guru, orang tua
dan anak) tidak sampai kepada komunikator. Adanya permasalahan tersebut
tidak terlepas dari adanya beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Permasalahan komunikasi dari faktor internal meliputi gangguan
pendengaran, gangguan artikulasi, gangguan kefasihan, gangguan bahasa
khusus, gangguan kognitif, dan autisme. Sedangkan untuk faktor eksternal
meliputi Bilingualism dan lingkungan yang tidak menunjang perkembangan
bicara anak. Sehingga untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam
berbahasa dapat diberi stimulasi dengan baik sedini mungkin. Oleh karena itu
pendidikan memiliki peran penting dalam pemberian stimulis terhadap setiap
perkembangan anak.

3.1 Saran

Penulis menyarankan kepada siapapun yang membaca tulisan ini untuk


menerapkannya dikehidupan sehari-hari dan menyebarkannya kepada orang
lain agar mengetahui permasalahan komunikasi dalam PAUD dan bisa
meminimalisirnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, N., & Latifah, N. (2022). Gangguan Artikulasi pada Anak Usia 5-6
Tahun. 1, 121–140.

Bahri H. (2018). Strategi Komunikasi terhadap Anak Usia Dini. Nuansa, XI(1),
51–53.

Lilis Sumaryanti, M. P. (2017). PERAN LINGKUNGAN TERHADAP


PERKEMBANGAN BAHASA ANAK. 07(01), 1–14.

Ganur, M. H., Bunga, B. N., & Kiling, I. Y. (2014). Pola Komunikasi Anak Usia
Dini Tunarungu Bukan Bawaan. Jurnal Transformasi Edukasi, 3(2), 63–69.

Martina. (2014). Hambatan Berbahasa Anak Berkebutuhan Khusus di Bina Anak


Bangsa Pontianak. Kandai, 10(1), 28–40.
https://ojs.badanbahasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/kandai/article/
download/310/129

Natalina, D & Gandana, G. (2017). Komunikasi dalam PAUD. Tasikmalaya :


Ksatria Siliwangi.

Pusponegoro, H. D. (2014). What to do when you find a child with speech and
language delay. What l Why l How in Child Neurology, 70–78.

Wahidah, F. A. N., & Latipah, E. (2021). Pentingnya Mengetahui Perkembangan


Bahasa Anak Usia Dini Dan Stimulasinya. Jurnal Pendidikan, 4(1), 44–62.

Widya. A, S. (2017). HAMBATAN KOMUNIKASI DALAM PROSES


BELAJAR MENGAJAR ANTARA GURU DAN MURID YANG
BERBEDA BUDAYA DI SMP NEGERI 16 SIGI. Online Kinesik, 4(1), 1.

11

Anda mungkin juga menyukai