Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Pengembangan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Multimedia Presentasi


Microsoft PowerPoint Pada Materi Surat Lamaran Pekerjaan Untuk Anak Disleksia
SMA Inklusi Kelas XII

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah PLP Pengembangan Media


Pembelajaran

Dosen Pengampu:
Dr. Wiwik Widajati, M.Pd

Disusun oleh:
Dewi Evi Astutik (20010044066)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Yang mana telah memberikan
kami limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya. Sehingga kita dapat menyelesaikan
makalah ini dengan lancar. Kami sangat menyadari bahwa karena Allah makalah ini
bisa diselesaikan dengan tuntas. Tak lupa kami curahkan Shalawat serta salam kepada
junjungan nabi agung Nabi Muhammad SAW, semoga kita tetap diakui oleh beliau
kelak di hari akhir.

Makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah PLP Pengembangan Media


Pembelajaran ini saya susun dengan menelaah artikel dari sumber yang berasal dari
dosen pengampu mata kuliah kami, yaitu Dr. Wiwik Widajati M.Pd. Makalah ini juga
kami jadikan sebagai bahan pembelajaran kami pada mata kuliah PLP Pengembangan
Media Pembelajaran.

Makalah kami mungkin masih banyak kekurangan dan harus disempurnakan


lagi, oleh sebab itu kamu sangat mengharapkan kritik ataupun saran yang membangun
mengenai makalah kami agar dapat menjadikan bahan evaluasi kami dalam menyusun
makalah ke depannya.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 2

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 5

1.3 Tujuan...................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 6

2.1 Pembelajaran Menggunakan Multimedia Interaktif Berbasis Powerpoint Untuk


Anak Disleksia .................................................................................................................. 6

2.3 Model Pengembangan ............................................................................................. 9

2.4 Desain Media Pembelajaran PowerPoint .............................................................. 14

1.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 17

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 17

1.2 Saran ...................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 18


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak berkesulitan belajar memiliki ketidakteraturan dalam proses fungsi mental dan fisik yang
bisa menghambat alur belajar yang normal, sehingga menyebabkan keterlambatan dalam kemampuan
preseptual- motorik tertentu atau kemampuan berbahasa. Subini (2012: 14) mengungkapkan bahwa
banyak sekali ragam kesulitan belajar yang ada disekitar kita, namun secara umum dibagi tiga kelompok,
yaitu kesulitan belajar dalam membaca (dyscalculia learning), kesulitan belajar dalam menulis
(dysgraphia learning), dan kesulitan dalam menghitung (dyscalculia learning). Ketiga macam kesulitan
belajar tersebut terjadi karena beberapa faktor, baik dari internal maupun eksternal peserta didik, yang
dapat menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan. Salah satunya adalah
kesulitan membaca. Kesulitan membaca bisa menjadi salah satu penyebab dari kesulitan menulis dan
berhitung karena kemampuan menulis membutuhkan perkembangan kemampuan lebih lanjut dari
membaca.
Banyak anak yang memiliki keterbatasan membaca atau sering diistilahkan “Kesulitan Belajar
Membaca”. Adanya kesulitan membaca akan mengakibatkan ketidakmampuan dalam menangkap
pesan-pesan tulisan, baik berupa huruf, angka, maupun simbol-simbol lainnya. Kesulitan belajar
membaca ini, secara global dikenal dengan istilah Disleksia, yakni yang berarti menderita kesulitan
dalam berhubungan dangan kata simbol-simbol tulis. Ketertinggalan ini sering dipersepsikan dalam
benak orang tua bahwa anaknya bodoh. Persepsi bodoh yang selama ini sering dilekatkan pada penderita
disleksia haruslah dihilangkan, karena pada kenyataanya intelegansi anak penderita disleksia umumnya
normal bahkan acap kali di atas rata-rata. Akibat persepsi ini menimbulkan rasa malu, kurang percaya
diri, rendah diri, dan tekanan psikologis pada anak disleksia yang diakibatkan oleh lingkungan di
sekitarnya. Akan tetapi, karena ketidaktahuan orang tua dan pendidik, anak yang mengalami masalah
disleksia sering diperlakukan sewajarnya atau dianggap hal yang biasa dan umum terjadi pada
kebanyakan peserta didik.
Penyandang disleksia memiliki stuktur otak yang berbeda dengan orang pada umumnya. Hal
inilah yang membuat penyandang disleksia memiliki cara yang beda dalam belajar. Jika orang lain
mempelajari sesuatu dengan simbol-simbol bahasa, maka anak disleksia belajar dengan mengalami atau
membayangkan gambar seperti bentuk aslinya (Rose dan Prianto, 2003: 156). Disleksia bukan
merupakan penyakit sehingga tidak ada cara pengobatannya. Mereka hanyalah orang yang kebetulan
memiliki cara belajar yang berbeda dengan kebanyakan orang. Maka dari itu orang tua dan guru harus
lebih tanggap dengan anak yang mengalami kesulitan dalam belajar membaca dengan
meningkatkanperkembangan kemampuan anak, situasi, kondisi, dan lingkungan yang ada di sekitar
anak. Jika hal ini tidak segera diatasi maka akan terus bertambah parah dan menyulitkan proses belajar
selanjutnya. Maka dari itu, guru diharapkan bisa menggali peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar, serta memahami faktor- faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar anak. Hal ini karena
kesulitan belajar akan bersumber pada faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Anak dyslexia tidak harus bersekolah di sekolah luar biasa. Karena anak dyslexia memiliki
intelegensi rata-rata hingga di atas rata-rata. Hanya saja memiliki hasil belajar yang rendah, dikarenakan
ketidakmampuannya dalam membaca dan memahami apa yang ia baca.(Firdausy & Wijiastuti, 2018).
Juel & Minden-cupp (Ruhaena, 2008: 194) yang menyatakan bahwa kemampuan anak untuk
mengenali kata saat membaca dipengaruhi oleh cara pengajaran atau metode mengajar yang digunakan
oleh guru. Phonics adalah jalan untuk mengkode atau menghubungkan huruf yang tertulis dan pelafalan
suara. Ma, X & Crocker (Phajane, 2014: 478) mengemukakan instruksi phonics mengajarkan anak
bahwa adanya hubungan antara huruf dari bahasa tertulis dan suara individu (bunyi) dari bahasa lisan.
Melihat keadaan Disleksia yang demikian menunjukkan bahwa anak Disleksia kesulitan belajar
dengan media yang memperlihatkan banyak tulisan. Sehingga menurut penulis, pembelajaran
menggunakan multimedia interaktif adalah sarana yang bisa dijadikan media untuk anak Disleksia
belajar. Berdasarkan juga penelitian dari ....
Karena itulah penulis memilih mengembangkan multimedia presentasi microsoft PowerPoint
sebagai media belajar siswa Disleksia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa nama media pembelajaran yang dikembangkan?


2. Apa metode yang digunakan dalam mengembangkan media pembelajaran?
3. Bagaimana desain media yang akan dikembangkan?

1.3 Tujuan

2. Untuk menjelaskan media pembelajaran yang cocok untuk anak disleksia.


3. Untuk mendeskripsikan metode yang digunakan dalam pengembangan media
pembelajaran.
4. Untuk mendeskripsikan desain media yang ingin dikembangkan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembelajaran menggunakan multimedia interaktif Berbasis Powerpoint untuk


anak Disleksia
Kemajuan komputer untuk secara cepat berinteraksi dengan individu,
menyimpan, dan memproses sejumlah besar informasi, dan bergabung dengan
media lain untuk menampilkan serangkaian besar stimulasi audio visual,
menjadikan komputer media yang dominan dalam bidang pembelajaran.

Komputer adalah alat elektronik yang termasuk kategori multimedia.


Komputer bisa dikatakan sebagai sumber belajar yang menyediakan berbagai
macam bentuk media yang memungkinkan peserta didik membuat desain dan
merekayasa suatu konsep dan ilmu pengetahuan, tidak hanya sebagai sarana
komputasi (menggunakan teknik komputer) dan pengolahan kata saja.

Dapat disimpulkan bahwa multimedia berbasis PowerPoint adalah media


yang mampu melibatkan banyak indera dan organ tubuh selama proses
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan perangkat computer berbasis
PowerPoint.

b. Manfaat Multimedia Berbasis Komputer dalam Pembelajaran

Menurut Hannafin dan Peck dalam Hamzah dan Nina Lamatenggo potensi
media komputer yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efektivitas proses
pembelajaran antara lain:

1) Memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta didik


dengan materi pembelajaran.

2) Proses belajar dapat berlangsung secara individual sesuai dengan


kemampuan belajar peserta didik.

3) Mampu menampilkan unsur audio visual untuk meningkatkan minat


belajar.

4) Dapat memberikan umpan balik terhadap respons peserta didikdengan


segera.
5) Mampu menciptakan proses belajar scara berkesinambungan.

Multimedia presentasi digunakan untuk menjelaskan materi-materi yang


sifatnya teoretis digunakan dalam pembelajaran klasikal, baik untuk kelompok
kecil maupun besar. Pemanfaatan multimedia dalam presentasi ini biasanya
menggunakan perangkat lunak yang paling tersohor, yakni PowerPoint yang
dikembangkan oleh Microsoft Inc. Pemanfaatan PowerPoint atau perangkat lunak
lainnya dalam presentasi menyebabkan kegiatan presentasi menjadi sangat mudah,
dinamis, dan sangat menarik.

2.2 Media Power Point


Media merupakan sebuah alat yang digunakan untuk menghantarkan atau
menyalurkan sebuah pesan. Pengertian media pembelajaran menurut Latuheru
(1988: 14) adalah semua alat (bantu) atau benda yang digunakan untuk kegiatan
belajar mengajar, dengan maksud menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran
dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (dalam hal ini anak didik
atau warga belajar). Sedangkan menurut Sadiman (2008: 7) mengemukakan bahwa
media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan. Dalam hal ini dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan oleh
guru/pendidik sebagai alat bantu mengajar yang bertujuan untuk memudahkan.
a. Pengertian Microsoft PowerPoint
Microsoft PowerPoint adalah sebuah program komputer untuk presentasi
yang dikembangkan oleh Microsoft di dalam paket aplikasi Microsoft Office.
Aplikasi ini sangat banyak digunakan, kalangan perkantoran, para pendidik, siswa,
dan trainer. Dimulai pada versi Microsoft Office System 2003, Microsoft
mengganti nama dari sebelumnya Microsoft PowerPoint saja menjadi Microsoft
Office PowerPoint. Versi terbaru dari PowerPoint adalah versi 12
(MicrosoftOffice PowerPoint 2007), yang tergabung ke dalam paket Microsoft
Office System 2007. Lebih terbaru kini hadir Microsoft Office PowerPoint 365.
Pengertian umum dari Microsoft PowerPoint merupakan program aplikasi untuk
presentasi. Untuk membuat presentasi diawali dengan membuat kerangka atau
outline, kemudian menyiapkan slide yang baik dengan tampilan yang menarik.
b. Fungsi Microsoft PowerPoint
Fungsi dari Microsoft PowerPoint atau program presentasi adala untuk
pengajar atau pembicara seminar yang biasanya membahas materi untuk
dipresentasikan. Microsoft PowerPoint dapat juga digunakan untuk membantu
merancang dan menyajikan presentasi. Presentasi yang dibuat dapat berisi
tampilan teks maupun grafis yang terbagi dalam slide."

c. Tahap-tahap Membuat Presentasi


Ada beberapa tahap yang harus dipersiapkan di dalam pembuatan presentasi
yaitu:
1) Tahap Persiapan
Penggunaan presentasi diawali dengan membuat perencanaan terlebih
dahulu apa yang akan dipresentasikan atau materi yang akan dibahas untuk
pembuatan slide.
2) Tahap Pelaksanaan
Membuka aplikasi Microsoft PowerPoint pada komputer, pada menu start
kemudian membuat slide (luncuran) yang akan ditampilkan untuk membantu di
dalam menyampaikan materi pembelajaran tertentu.
3) Tahap akhir
Untuk melihat hasil pembuatan menggunakan slide show yang merupakan
tampilan seluruh halaman atau full screen presentasi. Dalam tampilan ini semua
efek dan komponen animasi dimainkan. Jadi tampilan pada slide show merupakan
tampilan akhir presentasi.
2.3 Model Pengembangan
Pada rencana pengembangan produk media pembelajaran ini, model pengembangan
yang digunakan yaitu dengan menggunakan model 4D (Define, Design, Develop,
Disseminate) Model 4D merupakan salah satu metode penelitian dan pengembangan.
Model 4D digunakan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran. Model 4D
dikembangkan oleh S. Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel pada
tahun 1974.

Tahap Model Penelitian Pengembangan ADDIE

Define (Pendefinisian) Design (Perancangan)


Define (Pendefinisian)
)

Desseminate (Penyebaran) Develop (Pengembangan)


Define (Pendefinisian) Define (Pendefinisian)
) )

1. Define
Dalam model penelitian pengembangan model 4D tahap pertama adalah
Define, tahap Define atau disebut tahap analisis kebutuhan. Dalam
pengembangan produk pengembang perlu mengacu kepada syarat
pengembangan, manganalisa dan mengumpulkan informasi sejauh mana
pengembangan perlu dilakukan. Tahap pendefinisian atau analisa
kebutuhan dapat dilakukan melalui analisa terhadap penelitian terdahulu
dan studi literatur. Thiagarajan dkk (1974) menyebut ada lima kegiatan
yang bisa dilakukan pada tahap define, yakni meliputi:
a. Front-end Analysis (Analisa Awal)
Analisa awal dilakukan untuk mengidentifikasi dan menentukan dasar
permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran sehingga
melatarbelakangi perlunya pengembangan (Thiagarajan, dkk 1974).
Dengan melakukan analisis awal peneliti/pengembang memperoleh
gambaran fakta dan alternatif penyelesaian. Hal ini dapat membantu
dalan menentukan dan pemilihan perangkat pembelajaran yang akan
dikembangkan.
b. Learner Analysis (Analisa Peserta Didik)
Analisa peserta didik merupakan kegiatan mengidentifikasi bagaimana
karakteristik peserta didik yang menjadi target atas pengembangan
perangkat pembelajaran. Karakteristik yang dimaksud ialah berkaitan
dengan kemampuan akademik, perkembangan kognitif, motivasi dan
keterampilan individu yang berkaitan dengan topik pembelajaran,
media, format, dan bahasa.
c. Task Analysis (Analisa Tugas)
Analisa tugas bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilan yang
dikaji peneliti untuk kemudian dianalisa ke dalam himpunan
keterampilan tambahan yang mungkin diperlukan (Thiagarajan, dkk
1974).Dalam hal ini, pendidik menganalisa tugas pokok yang harus
dikuasai peserta didik agar peserta didik bisa mencapai kompetensi
minimal yang ditetapkan.
d. Concept Analysis (Analisa Konsep)
Dalam analisa konsep dilakukan identifkasi konsep pokok yang akan
diajarkan, menuangkannya dalam bentuk hirarki, dan merinci konsep-
konsep individu ke dalam hal yang kritis dan tidak relevan
(Thiagarajan, dkk 1974). Analisa konsep selain menganalisis konsep
yang akan diajarkan juga menyusun langkah-langkah yang akan
dilakukan secara rasional.
Analisa konsep ini meliputi analisa standar kompetensi yang bertujuan
untuk menentukan jumlah dan jenis bahan ajar dan analisis sumber
belajar, yaitu identifikasi terhadap sumber-sumber yang mendukung
penyusunan bahan ajar.
e. Specifying Instructional Objectives (Perumusan Tujuan Pembelajaran)
Perumusan tujuan pembelajaran berguna untuk merangkum hasil dari
analisa konsep (concept analysis) dan analisa tugas (task analysis)
untuk menentukan perilaku objek penelitian (Thiagarajan, dkk 1974).
Rangkuman tersebut akan menjadi landasan dasar dalam menyusun tes
dan merancang perangkat pembelajaran untuk selanjutnya
diintegrasikan ke dalam materi perangkat pembelajaran yang akan
digunakan.
2. Design

Desain. Tahap kedua dalam model 4D adalah perancangan (design). Ada 4


langkah yang harus dilalui pada tahap ini yakni constructing criterion-
referenced test (penyusunan standar tes), media selection (pemilihan
media), format selection (pemilihan format), dan initial design (rancangan
awal) (Thiagarajan, dkk 1974).
a. Constructing Criterion-Referenced Test(Penyusunan Standar Tes)
Penyusunan standar tes adalah langkah yang menghubungkan tahap
pendefinisan dengan tahap perancangan. Penyusunan standar tes
didasarkan pada hasil analisa spesifikasi tujuan pembelajaran dan
analisa peserta didik. Dari hal ini disusun kisi-kisi tes hasil belajar. Tes
disesuaikan dengan kemampuan kognitif peserta didik dan penskoran
hasil tes menggunakan panduan evaluasi yang memuat penduan
penskoran dan kunci jawaban soal.
b. Media Selection (Pemilihan Media)
Secara garis besar pemilihan media dilakukan untuk identifikasi media
pembelajaran yang sesuai/relevan dengan karakteristik materi.
Pemilihan media didasarkan kepada hasil analisa konsep, analisis tugas,
karakteristik peserta didik sebagai pengguna, serta rencana penyebaran
menggunakan variasi media yang beragam. Pemilihan media harus
didasari untuk memaksimalkan penggunaan bahan ajar dalam proses
pengembanan bahan ajar pada proses pembelajaran.
c. Format Selection (Pemilihan Format)
Pemilihan format dalam pengembangan perangkat pembelajaran
bertujuan untuk merumuskan rancangan media pembelajaran,
pemilihan strategi, pendekatan, metode, dan sumber pembelajaran.
d. Initial Design (Rancangan Awal)
Thiagarajan dkk (1974) menyebut bahwa rancangan awal adalah
keseluruhan rancangan perangkat pembelajaran yang harus dikerjakan
sebelum ujicoba dilakukan. Rancangan ini meliputi berbagai aktifitas
pembelajaran yang terstruktur dan praktik kemampuan pembelajaran
yang berbeda melalui praktik mengajar (Microteaching).

3. Development

Tahap ketiga dalam pengembangan perangkat pembelajaran model 4D adalah


pengembangan (develop). Tahap pengembangan merupakan tahap untuk
menghasilkan sebuah produk pengembangan. Tahap ini terdiri dari dua
langkah yaitu expert appraisal (penilaian ahli) yang disertai revisi dan
delopmental testing (uji coba pengembangan).
a. Expert Appraisal (Penilaian Ahli)
Expert appraisal merupakan teknik untuk mendapatkan saran
perbaikan materi Thiagarajan dkk (1974). Dengan melakukan
penilaian oleh ahli dan mendapatkan saran perbaikan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan selanjutnya direvisi sesuai saran
ahli. Penilaian ahli diharapkan membuat perangkat pembelajaran lebih
tepat, efektif, teruji, dan memiliki teknik yang tinggi.
b. Delopmental Testing (Uji Coba Pengembangan) Uji
coba pengembangan dilaksanakan untuk mendapatkan masukan
langsung berupa respon, reaksi, komentar peserta didik, para
pengamat atas perangkat pembelajaran yang sudah disusun. Uji coba
dan revisi dilakukan berulang dengan tujuan memperoleh perangkat
pembelajaran yang efektif dan konsisten (Thiagarajan dkk, 1974).

4. Disseminate

Tahap terakhir dalam pengembangan perangkat pembelajaran model 4D ialah


tahap penyebarluasan. (Thiagarajan dkk, 1974) menjelaskan bahwa tahap akhir
pengemasan akhir, difusi, dan adopsi adalah yang paling penting meskipun
paling sering diabaikan. Tahap penyebarluasan dilakukan untuk
mempromosikan produk hasil pengembangan adar diterima pengguna oleh
individu, kelompok, atau sistem. Pengemasan materi harus selektif agar
menghasilkan bentuk yang tepat. Menurut Thiagarajan (1974) ada tiga tahap
utama dalam tahap disseminate yakni validation testing, packaging, serta
diffusion and adoption. Dalam tahap validation testing, produk yang selesai
direvisi pada tahap pengembangan diimplementasikan pada target atau sasaran
sesungguhnya. Pada tahap ini juga dilakukan pengukuran ketercapaian tujuan
yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas produk yang dikembangkan.
Selanjutnya setelah diterapkan, peneliti/pengembang perlu mengamati hasil
pencapaian tujuan, tujuan yang belum dapat tercapai harus dijelaskan solusinya
agar tidak berulang saat setelah produk disebarluaskan. Pada tahap packaging
serta diffusion and adoption, pengemasan produk dilakukan dengan mencetak
buku panduan penerapan yang selanjutnya disebarluaskan agar dapat diserap
(difusi) atau dipahami orang lain dan dapat digunakan (diadopsi) pada kelas
mereka.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalm melaksanakan
diseminasi/penyebarluasan adalah analisa pengguna, strategi dan tema,
pemilihan waktu penyebaran, dan pemilihan media penyebaran.

2.4 Desain Media Pembelajaran PowerPoint

Design media pembelajaran ini menggunakan presentasi berbasis PowerPoint


dengan design yang menarik dan poin-poin pembahasan sehingga membuat siswa Disleksia
menjadi fokus dengan baik.
STORYBOARD
GAMBAR KETERANGAN

Awal pembukaan slide

Isi slide awal, menunjukkan topik pembahasan apa


saja yang akan dibahas

Tujuan pembelajaran dimasukkan guna siswa


mengerti target yang harus dicapai dalam
pembelajaran. Untuk memberikan fokus siswa
dalam pembelajaran

Setiap ganti topik aka nada sub judul ini untuk


membuat siswa bersiap.
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Anak Disleksia membutuhkan media pembelajaran yang dapat meeningkatkan


fokus pembelajaran, dan pada hal ini pembelajaran yang berbasis multisensory atau
pembelajaran yang dapat melibatkan seluruh inderalah yang paling cocok dengan
karakteristik anak disleksia. Salah satunya dengan media pembelajaran multimedia
berbasis PowerPoint ini.

1.2 Saran

Makalah yang disusun ini pastinya masih ada kekurangan maka dari itu kritik
dan saran dari para pembaca untuk menjadi bahan evaluasi agar untuk ke depannya
dalam menulis makalah bisa lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Raras, O. (2013). Penerapan Multimedia Berbasis Komputer Dalam Pembelajaran


Membaca Nyaring Pada Anak Disleksia Di Lembaga Bimbingan Belajar Studia
Center.

RARAS, Oktaviany, et al. Penerapan Multimedia Berbasis Komputer Dalam


Pembelajaran Membaca Nyaring Pada Anak Disleksia Di Lembaga Bimbingan
Belajar Studia Center. 2013

Nurjanah, S. (2021). Media Pembelajaran Interaktif Untuk Anak Kesulitan


Membaca (Disleksia) Menggunakan Metode Gillingham Berbasis Android Studi
Kasus SDS Pantara (Doctoral dissertation, Universitas Komputer Indonesia).

Zebua, Restuman, and Amin Otoni Harefa. "Pengembangan Media Powerpoint


Berbasis Penemuan dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SMP
Negeri 2 Gunungsitoli." Formosa Journal of Applied Sciences 1.4 (2022): 573-584.

Anda mungkin juga menyukai