Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KOMUNIKASI PADA ANAK


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas UTS
Mata kuliah : Keperawatan Anak 1 (semester IV)
Dosen Pengampu : Zainal Munir, Ns. M.kep

Disusun Oleh :

Noer Diana Putri (2031800029)

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS NURUL JADID PAITON - PROBOLINGGO
2022/2023
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGESAHAN MAKALAH KOMUNIKASI PADA ANAK
Dalam Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak I
S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS NURUL JADID
Tahun Pelajaran 2021/2022

Oleh :

S1 KEPERAWATAN MHS SMT IV

Mengetahui/Menyetuji

Dosen Pembimbing Nama

(Zainal Munir, Ns. M.kep) (Noer Diana Putri)

i
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain puji syukur Alhamdulillah kepada
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul KOMUNIKASI PADA ANAK.

Rasa terima kasih yang tak terhingga, terutama yang terhormat kepada:

1. Kedua orang tua yang tak henti – hentinya melantunkan doa

2. KH. Zuhri Zaini, BA, selaku pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid

3. Zainal Munir, Ns. M.Kep selaku Dosen Keperawatan Anak I

Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah
mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi
acuan agar kami bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Paiton, 30 Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................i
LEMBAR PERSETEJUAN ......................................................................ii
KATA PENGANTAR ...............................................................................iii
DAFTAR ISI ..............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................1
1.1. Latar Belakang ................................................................................1
1.2. Rumusah Masalah ...........................................................................4
1.3. Tujuan .............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................6
2.1. Aspek Penting Komunikasi pada Anak ..........................................6
2.2. Bentuk-bentuk Komunikasi pada Anak dan Bayi ..........................6
2.3. Teknik-teknik Komunikasi pada Anak ...........................................7
2.4. Penerapan Komunikasi Sesuai Tingkat perkembangan Remaja . . .10
BAB III PENUTUP ...................................................................................12
3.1. Kesimpulan ..........................................................................................12
3.2. Saran ....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi pada anak merupakan suatu proses penyampaian dan transfer informasi
yang melibatkan anak, baik sebagai pengirim pesan maupun penerima pesan. Dalam proses
ini melibatkan usaha-usaha untuk mengelompokkan, memilih dan mengirimkan lambang-
lambang sedemikian rupa yang dapat membantu seorang pendengar atau penerima berita
mengamati dan menyusun kembali dalam pikirannya arti dan makna yang terkandung dalam
pikiran komunikator.
Pada anak, komunikasi yang terjadi mempunyai perbedaan bila dibandingkan dengan
yang terjadi pada usia bayi, balita,remaja, maupun orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh
karakteristik khusus yang dimiliki anak tersebut sesuai dengan usia dan perkembangannya.
Komunikasi pada anak sangat penting karena pada proses tersebut mereka dapat saling
mengekspresikan perasaan dan pikiran, sehingga dapat diketahui oleh orang lain. Disamping
itu dengan berkomunikasi anak - anak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya .
Pada anak -anak yang dirawat dirumah sakit karena banyaknya permasalahan yang
dialaminya baik yang berhubungan dengan sakitnya maupun karena ketakutan dan
kecemasannya terhadap situasi maupun prosedur tindakan , sering komunikasi menjadi
terganggu. Anak menjadi lebih pendiam ataupun tidak berkomunikasi. Keadaan ini apabila
dibiarkan akan dapat memberikan efek yang kurang baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan disamping proses penyembuhan penyakitnya.
Perawat yang mempunyai banyak waktu dengan pasien , diharapkan dapat memulai
menciptakan komunikasi yang efektif. Keterlibatan perawat dalam berkomunikasi sangat
penting karena dengan demikian perawat mendapat informasi dan dapat membina rasa
percaya anak pada perawat serta membantu anak agar dapat mengekspresikan perasaannya
sehingga dapat dicari solusinya. Sehubungan dengan itu perawat dituntut untuk memiliki
kemampuan komunikasi dalam memberikan askep pada anak, menguasai teknik-teknik
komunikasi yang cocok bagi anak sesuai dengan perkembangannya.

1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebgai berikut :
1. Apa Saja Aspek penting komunikasi pada anak?
2. Bagaimna bentuk-bentuk komunikasi pada bayi-anak?
3. Apa saja Teknik komunikasi pada anak?
4. Bagaimna penerapan komunikasi sesuai tingkat perkembagan remaja?

4
1.3  Tujuan
Adapun tujuan yang penulisan makalah ini, antara lain :
1. Mahasiswa dapat mengetahui aspek penting komunikasi pada anak.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk komunikasi pada bayi-anak.
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi Teknik komunikasi pada anak.
4. Mahasiswa dapat mengidentifikasi penerapan komunikasi sesuai tingkat perkembangan
remaja.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aspek Penting Komunikasi pada Anak
Komunikasi adalah hubungan timbal balik antara komunikator dan komunika. Orang
dewasa berusaha melakukan komunikasi yang bisa di pahami anak, sebaliknya anak juga
menggunakan bahasa atau isyarat-isyarat yang bisa di pahami orang dewasa. Dalam
berkomunikasi dengan anak, orang dewasa harus memahami apa yang di pikirkan dan
perasaan apa yang akan di sampaikan anak dan berusaha memahamkan anak dengan bahasa
yang tepat.
Aspek penting dalam komunikasi supaya anak bisa paham komunikasi yaitu;
a. Orang dewasa harus menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi anak yang di ajak
berbicara, maksudnya:
1. Menggunakan isyarat seperti menunjuk ke objek secara jelas jika objek tersebut ingin di
lihat anak.
2. Memilih kata-kata secara tepat dan struktur bahasa yang mudah di pahami anak.
b. Anak berusaha agar komunikasinya juga di pahami orang lain.
1. Anak menggunakan isyarat-isyarat tertentu untuk menyampaikan keinginan atau
mengungkapkan perasaannya agar orang dewasa paham dengan apa yang dia inginkan.
2. Semakin bertambah besar anak, komunikasi dengan isyarat semakin kurang di perlukan
karena pemahaman komunikasi anak sudah lebih baik."
2.2 Bentuk-Bentuk Komunikas pada Bayi dan Anak
Sebelum bayi mampu menyampaikan ke inginan dengan kata-kata, bayi melakukan
komunikasi melalui kode-kode khusus untuk menyampaikan keinginannya sebagai bentuk
komunikasinya. Komunikasi yang demikian di sebut sebagai bentuk komunikasi pra bicara
(prespeech). Komunikasi ini bersifat sementara, berlangsung selama tahun pertama kelahiran
bayi dan akan berakhir seiring dengan perkembangan bayi atau anak telah menunjuka
kematangan fungsi mental emosionalnya. Berikut ini akan di uaraikan tentang 4 bentuk
komunikasi prabicara"
a. Tangisan
Tangisan kelahiran bayi yang memecahkan kesunyian, membuat segaris senyum
kesyukuran terpancar pada wajah seorang ibu. Tangisan seorang bayi merupakan bentuk
komunikasi dari seorang bayi kepada orang dewasa. Di mana dengan tangisan itu, bayi dapat
memberikan pesan dan orang dewasa menangkap pesan yang di berikan sang bayi.
Pada awal kehidupanpasca lahir, menangis merupakan salah satu cara pertama yang
dapat di lakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia luar.melalui tangisan dia memberi
tahu kebutuhannya seperti lapar, dingin, panas, lelah dan kebutuhan untuk di perhatikan. Bayi

6
hanya akan menangis bila dia merasa sakit atau tertekan. Bayi yang sehat dan normal
frekuensi tangisan menurun pada usia 6 bulan karena keinginan dan kebutuhan mereka cukup
terpenuhi. Frekuensi tangis seharusnya menurun sejalan dengan meningkatnya kemampuan
bicara. Perawat harus banyak berlatih mengenal macam-macam arti tangisan bayi untuk
memenuhi kebutuhannya dan mengajarkan kepada ibu, karena ibu mudah memerlukan
bantuan ini.
b. Ocehan dan celoteh
Bentuk komunikasi pra bicara di sebut “ocehan” (cooing) atau “celoteh” (babbling).
Ocehan timbul karena bunyi eksklosif awal yang di sebabkan oleh perubahan gerakan
mekanisme “suara”. Ocehan ini terjadi pada bulan awal kehidupan bayi seperti: merengek,
menjerit, menguap, bersin, menangis dan mengeluh.
Sebagian ocehan akan berkembang menjadi celoteh dan sebagian akan hilang.
Sebagian bayi mulai berceloteh pada awal bulan ke-2 kemudian meningkat cepat antara bulan
ke-6 dan ke-8. Celoteh merupakan indikator mekanisme perkembangan otot saraf bayi.
Nilai celoteh:
1. Berceloteh adalah praktek verbal sebagai dasar perkembangan gerakan terlatih yang
di kehendaki dalam bicara. Celoteh mempercepat keterampilan berbicara.
2. Celoteh mendorong keinginan berkomunikasi dengan orang lain. Berceloteh
membantu bayi merasakan bahwa dia bagian dari kelompok sosial.
c. Isyarat
Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai pengganti atau
pelengkap bicara. Bahasa isyarat bayi dapat mempercepat komunikasi dini pada anak contoh
isyarat umum pada masa bayi:
1. Putting susu dari mulut artinya kenyang atau tidak lapar
2. Tersenyum dan mengacungkan tangan yang berarti ingin di gendong
3. Menggeliat, meronta, menangis pada saat ibu mengenakan pakaiannya atau
memandikannya. Hal ini berarti bayi tidak suka akan pembatasan gerak.
d. Ungkapan emosional
Adalah ungakapan emosional melalui perubahan tubuh dan roman muka. Misalnya:
1. Tubuh yang mengejang atau gerakan-gerakan tangan/kaki di sertai jeritan dan wajah
tertawa adalah bentuk ekspresi kegembiraan pada bayi.
2. Menegangkan badan, gerakan membanting tangan dari kaki, roman muka Tegan
2.3 Teknik-teknik komunikasi pada anak
Anak adalah individu yang unik dan berespon secara berbeda-beda untuk kebutuhan
mereka. Anak dengan keunikannya mempunyai cara yang berbeda pula dalam menyatakan
keinginannya. Untuk berkomunikasi dengan anak, diperlukan pendekatan atau teknik khusus

7
agar hubungan yang dijalankan dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan tubuh
kembang anak.
Secara umum ada dua teknik berkomunikasi yang digunakan pada anak, yaitu teknik
komunikasi verbal dan nonverbal.
1. Teknik komunikasi nonverbal; teknik orang ketiga, Neuro Linguistic programming(N.LP),
facilitativa respondin, bercerita, bliotheraphe, fantasy, mimpi, pertanyaan “bagaimana bila“,
“tiga permintaan”,rating game, word association game, melengkapi kalimat dan teknik pro
dan kontrak.
2. Teknik komunikasi verbal dapat berupa: menulis, menggambar, gerakan gambar keluarga,
sociogram, menggambar bersama dalam keluarga dan teknik bermain. Komunikasi verbal
bagi kebanyakan anak dan orang tua sering mendapat kesulitan karena harus membicarakan
perasaan-perasaannya (mundakir 2006)

2.3.1 Teknik Verbal


a) Melalui orang atau pihak ketiga
Khususnya mengahadapi anak usia bayi dan todler, hindari berkomunikasi
secara langsung pada anak, melainkan gunakan pihak ketiga yaitu dengan cara
berbicara terlebih dahulu dengan orang tuanya yang sedang berapa disampingnya,
mengomentari pakaian yang sedang dikenakanya. Hal ini pada dasarnya adalah untuk
menanamkan rasa percaya anak pada perawatan terlebih dahulu sebelum melakukan
tindakan yang menjadi tujuan.(Yupi Supartini, 2004 : 86)
b) Bercerita sebagai alat komunikasi
Dengan bercerita kita bisa menyampaikan pesan tertentu pada anak misalnya,
bercerita tentang anak pintar dan saleh yang sedang sakit yang mematuhi nasihat
orang tua dan perawat sehingga diberi kesembuhan oleh ALLAH Yang Mahaesa.
Jadi, ini cerita harus disesuaikan dengan kondisi anak dan pesan yang ingin kita
sampaikan kepada anak. selama bercerita gunakan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti anak. penggunaan gambar-gambar yang menarik dan lucu saat bercerita
akan membuat penyampaian cerita lebih menarik bagi anak sehingga pesan yang
ingin disampaikan dapat diterima anak secara efektif. (Yupi Supartini, 2004 : 86-87)
c) Fasilitasi anak untuk berespons
Satu hal yang penting yang harus diingat, selama berkomunikasi jangan
menimbulkan kesan bahwa hanya kita yang dominan berbicara pada anak, tetapi
fasilitasi juga anak untuk berespons terhadap pesan yang kita sampaiakan. Dengarkan
ungkapanya dengan baik, tetapi hati-hati dalam merefleksikan ungkapan yang negatif.
Misalnya, saat anak bicara, “saya mau pulang, saya tidak ada suka tinggal di rumah
sakit “. Untuk merespons perkataan anak seperti ini katakan, “ tentu saja kamu akan
pulang jika... supaya kamu senang berada dirumah sakit bagaimana kalau kita buat
permainan yang lain setiap harinya. Suster akan merencanakanya kalau kamu setuju.
(Yupi Supartini, 2004 : 87)
d) Meminta anak untuk menyebutkan keinginanya

8
Untuk mengetahui apa yang sedang dikeluhkan anak, minta anak untuk
menyebutkan keinginanya. Katakan apabila suster menawarkan pilihan keinginan,
apa yang paling diinginkan anak saat itu. Keinginan yang diungkapkanya akan
meningkatkan perasaan dan pikirannya saat itu sehingga dapat mengetahui masalah
dan potensial yang dapat terjadi pada anak. (Yupi Supartini, 2004:
87)                                           
e) Biblioterapi
Buku atau majalah dapat juga digunakan untuk membantu anak
mengekspresikan pikiran dan perasaanya. Bantu anak mengekspresikan perasanya
dengan menceritakan isi buku atau majalah. Untuk itu perawat harus tahu terlebih
dahulu ini dari buku atau majalah tersebut dan simpulkan pesan yang ada didalamnya
sebelum bercerita pada anak. (Yupi Supartini, 2004 : 87)
f) Pilihan pro dan kontra
Cara lain untuk mengetahui perasaan dan pikiran anak adalah dengan
mengajukan satu situasi, biarkan anak menyimak dengan baik, kemudian mintalah
anak untuk memulihkan hal yang positif dan negatif memuat pendapatnya dari situasi
tersebut. (Yupi Supartini, 2004 : 88) 
g) Penggunaan skala peringkat
Skala peringkat digunakan untuk mengkaji kondisi tertentu, misalnya
mengkaji intensitas nyeri. Skala peringkat dapat berkisar antara 0 pada satu titik
ekstrim dan 10 pada satu titik ekstrim lainya. Nilai tingkat nyeri 1 sampai lima.
Kemudian kita tentukan kondisi anak berada pada angka berapa saat mengungkapkan
perasaan sedih, nyeri, dan cemas tersebut.
0 diartikan sebagai perasaan skala tidak nyeri
1-2 diartikan sebagai skala nyeri ringan
Lebih dari 3-7 diartikan sebagai skala nyeri sedang
Lebih dari 7- 9 diartikan nyeri yang sangat berat
Lebih dari 9-10 diartikan nyeri yang sangat hebat
 (Yupi Supartini, 2004 : 88)
2.3.2 Teknik Non Verbal
a) Menulis
Menulis adalah pendekatan komunikai yang secara efektif tiadak saja dilakukan
pada anak tetapi juga pada remaja.
Perwat dapat memulai komunikasi dengan anak dengan cara memeriksa atau
menyelidiki tentang tulisan dan mungkin juga meminta untuk membaca beberapa
bagian. Dengan menulis perawat dapat mengetahui apa yang dipikirkan anak dan
bagaimana perasaan anak.
b) Menggambar

9
Teknik ini dilakukan dengan cara meminta anak untuk menggambarkan sesuatu
terkait dengan dirinya, misalnya perasaan, apa yang dipikirkan, keinginan.
Pengembangan dari teknik menggambar ini adalah anak dapat menggambarkan
keluarganya dan dilakukan secara bersama antara keluarga (ibu/ayah) dengan anak.
c) Kontak mata, postur dan jarak fisik
Pembicaraan atau komunikasi akan teras lancar dan efektif jika kitan sejajar.
Saat berkomunikasi dengan anak, sikap ini dapat dilakukan dengan cara membungkuk
atau merendahkan posisi kita sejajar dengan anak. dengan posisi sejajar akan
memungkinkan kita dapat memungkinkan kontak mata dengan anak dan
mendengarkan secara jelas apa yang dikomunikasikan anak.
d) Ungkapan marah
Anak mengungkapakan perasaan marahnya dan dengarkanlah dengan baik dan
penuh perhatian apa yang menyebabkan ia merasa jengkel dan marah. Untuk
memberikan ketenangan anak pada saat marah, duduklah dekat dia, pegang tangannya
atau pundaknya atau peluklah dia.
e) Sentuhan
Adalah kontak fisik yang dilakukan dengan cara memegang sebagian tangan
atau bagian tubuh anak misalnya pundak, usapan di kepala, berjabat tangan atau
pelukan, bertujuan untuk memberikan perhatian dan penguatan terhadap komunikasi
yang dilakukan antara anak dan orang tua. (Kemenkes, 2013)
2.4 Penerapan Komunikasi Sesuai Tingkat Perkembangan Remaja
Berkomunikasi dengan anak sudah masuk usia remaja (pararemaja) sebenarnya lebih
mudah, pemahaman mereka sudah memadai unutk bicara tentang masalah yang kompleks.
Dalam berkomunikasi dengan remaja,kita tidak bisa mengendalikan alur pembicaraan,
mengatur atau memegang kendali secara otoriter. Remaja sudah punya pemikiran dan persaan
sendiri tentang hal yang ia bicarakan pada.
Contoh: repon yang sering diungkapkan oleh orang tua kepada anakanya yang bisa
menyebabkan terputusnya komunikasi adalah mengancam,memperingati,menilai- mengkritik
–tidak setuju-menyalahkan, menasehati-menyelesaikan masalah, menghindari-mengalihkan
perhatian-menertawakan,mendesak,memberi kuliah-mengajari,mencemooh-membuat malu,
menyelidiki-mengusut dan memuji-menyetujui.
a. Komunikasi terbuka “ Bagaimana penerapan komunikasi terapeutik pada remaja
membuatmu merasa senang hari ini disekolah?
b. Komunikasi Dua arah, yaitu bergantian yang berbicara dan yang mendengarkan.
Jangan mendominasi pembicaraan sediakan waktu untuk remaja untuk menyampaikan
pendapatnya.
c. Mendengar aktif artinya tidak hanya sekedar mendengar tapi juga memahami dan
menghargai apa yang terutama remaja. Terimadan refleksikan emosi yang ditunjukan
misalnya dengan mengatakan “ibu tahu, kamu merasa kesal karena diejek seperti itu.
d. Setidaknya waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan remaja, jika sedang tidak
bisa, katakan terus terang daripada anak tidak fokus dan memutus komunikasi. Anak

10
remaja sudah mulai memilki privasi yang tidak boleh diketahui orang lain termasuk
orang tuanya.
e. Jangan mekassa remaja untuk mengungkapkan sesuatu yang diarahasiakan karena
akan membuatnya tidak dan enggan berkomunikasi. Anak remaja sudahmulai
memilki privasi yang tidak boleh diketahui orang lain termasuk orang tuanya.
f. Utarakan persaan anda jika ada perilaku remaja yang kurang tepat dan jangan
memarahi atau membentak. Misalnya mama khawatir sekali kalau kamu tidak
langsunh pulang kerumah kalau mau kerumah teman, telepon dulu agar mama tenang
g. Dorong anak untuk mengatakan hal-hal positif tentang dirinya. Misalnya, “ aku
sedangberusaha menguasaai matematika” daripada”aku payah dalam matematika.”
h. Perhatikan bahasa tubuh remaja. Orang tua harus bisa menangkap sinyal-sinyal emosi
dari pada bahasa tubunya.
i. Hindari komentar menyindir atau meremehkan anak. Berikan pujian pada aspek
terbaik yang dia lakukan sekecil apapun.
j. Hindari ceramah panjang dan menyalahkan anak.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan
melalui lambang-lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan
ditujukan kepada penerima pesan. Tujuan komunikasi yaitu pesan yang disampaikan oleh
komunikator dapat dimengerti oleh si komunikan. Dalam melakukan komunikasi pada anak
dan remaja, perawat perlu memperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah cara
berkomunikasi dengan anak, komunikasi, tahapan komunikasi dan faktor yang
mempengaruhi komuikasi. Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam
menjaga hubungan dengan anak, melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan
mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam
penentuan masalah keperawatan atau tindakan keperawatan. Dalam proses berkomunikasi
dengan anak sangat perlu memperhatikan prinsip-prinsip, strategi tehnik, dan hambatan -
hambatan yang mungkin akan timbul / ada dalam komunikasi. Tehnik komunikasi dengan
anak sangatlah bervariasi, tergantung pada umur dari anak tersebut. Pembagian rentang 19
umur dapat dibedakan atas bayi (0- 1), toddler (1-3), anak-anak pra sekolah (3-5), anak usia
sekolah (5-12).
3.2. SARAN
Diharapkan mahasiswa bisa memahami dan mengerti tentang komunikasi teraprutik
pada anak dan teknik- teknik yang digunakan. Serta diharapkan mahasiswa bisa mendapatkan
tambahan ilmu pengetahuan dari makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA
Aeni, Q., & Nurwijayanti, A. M. (2019). Hubungan Komunikasiterapeutikperawat Dengan
Kecemasananak Usia Prasekolahakibathospitalisasi. JurnalIlmiah Permas, 9(2), 137-138.
Anjaswarni, t. (2013). KOmunikasi dalam Keperawatan. jakarta: KKRI.
Mundakir.2006. Komunikasi dalam Keperawatan Aplikasi dalam Pelayana Yogyakarta:
Graha Ilmu
Supartini, yupi. 2004. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta:EGC

13

Anda mungkin juga menyukai