Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“ KOMUNIKASI PADA ANAK DAN BAYI PADA KASUS DIARE ”

Pengajar : Sukmawati, S.Kep.Ns.M.Pd

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. TIARA RAMADHAN
2. MIRANDA
3. IRUL GUNAWAN
4. SISKA PUTRI WAHYUNI

KEMENTERIAN RI

POLTEKKES KEMENKES MATARAM

PRODI D-III KEPERAWATAN BIMA

TAHUN AJARAN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Seiring alunan kata Alhamdulillah, segala puji syukur semata-mata hanya


untuk Allah SWT. Yang telah melimpahkan karunia, taufik, dan hidayah-Nya
kepada penulis sehingga penulis dapat merampungkan makalah ini. Sholawat
serta salam semoga senantiasa tercurah atas junjungan Nabi besar Muhammad
SAW. Pembawa risalah kebenaran bagi seluruh umat di alam ini.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya makalah ini berkat


dorongan dan arahan dosen pembimbing teman-teman yang telah membantu
memberikan sumbang saran penulisan makalah ini.

Terlalu banyak yang penulis peroleh dari mereka. Untuk itu, semoga
amal dan kebaikan Ibu dan rekan-rekan mendapat balasan dari Allah SWT.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan yang ada pada penulis
sangat tebatas. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mohon
kepada pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang membangun demi
kebaikan penulisan makalah selanjutnya.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para


pembaca.

Bima, Februari 2023

penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2


DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................. 4
b. Rumusan masalah ............................................................................................ 5
C. Tujuan ............................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1. pengertian komunikasi .................................................................................. 6
2.2.Macam Komunikasi ...................................................................................... 4
2.3 Komunikasi Terapeutik Berdasarkan Tingkat Perkembangan Anak............ 8
2.4. Komunikasi dengan orang ketiga............................................................... 11
2.5 Aplikasi Teori .............................................................................................. 12
2.6 Pembahasan ................................................................................................. 12
2.7 Intervensi. .................................................................................................... 14
2.8 Implementasi. ...............................................................................................1 4
2.9 Evaluasi. ....................................................................................................... 15
BAB III PENUTUP .
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 16
3.2. Saran ........................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 18

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dalam menjalani hidupnya memerlukan interaksi dengan orang
lain. Untuk berinteraksi diperlukan adanya suatu komunikasi yang baik.
Anak adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum
mengalami masa pubertas. Masa remaja merupakan suatu periode atau masa
tumbuhnya seseorang dalam masa transisidari anak –anak menuju dewasa,
yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan
memasuki masa dewasa.
Menurut psikologi, anak adalah periode pekembangan yang merentang
dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya
disebut dengan periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan
tahun tahun sekolah dasar. Sehingga para orang tua harus lebih berhati-hati
dalam berkomunikasi dengan anak, karena anak sangatlah cepat untuk
mengingat apa yang sedang dilihat dan yang didengarnya.
Tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik, yaitu,
mempelajari atau mengajarkan sesuatu, mempengaruhi perilaku seseorang,
mengungkapkan perasaan, menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang
lain, berhubungan dengan orang lain, menyelesaian sebuah masalah,
mencapai sebuah tujuan, menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik,
menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain. (Hewitt, 1981)
Dengan hal tersebut maka sangatlah penting seorang perawat untuk
dapat melakukan komunikasi secara efektif. Peran perawat dalam
melakukan komunikasi pada anak dan remaja adalah hubungan yang
terapeutik antara perawat dan klien akan merupakan pengalaman belajar dan
juga merupakan pengalaman koreksi terhadap emosi klien. Disini perawat
sebagai tim pelaksana dalam melakukan penyusunan asuhan keperawatan
secara terapeutik, sepertirealisasidiri, penerimaan diri, peningkatan
penghormatan diri, kemampuan membina hubungan interpersonal yang
tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain, peningkatan
fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan

4
yang realistis, asaidentitas personal yang jelas dan peningkatan integritas
diri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Menjelaskan pengetian komunikasi pada anak
2. Mengetahui macam-macam komunikasi pada anak
3. Menjelaskan tahap-tahap perkembangan komunikasi pada anak
4. Menjelaskan teknik komunikasi pada anak

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu melakukan komunikasi pada anak dan
remaja.
2. Tujuan khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
a. Menjelaskan konsep komunikasi
b. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi komunikasi pada
anak dan remaja
c. Mengetahui cara berkomunikasi sesuai tumbuh kembang
d. Memahami dan mengaplikasikan tahapan komunikasi pada
anak dan remaja
e. Menerapkan tehnik komunikasi pada anak dan remaja
f. Mengaplikasikan komunikasi terapeutik pada anak dan
remaja.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang
untuk tujuan terapi. Seorang penolong atau perawat dapat membantu klien
mangatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi, (Suryani, 2005).
Menurut Purwanto yang dikutip oleh (Mundakir, 2006), komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Pada dasarnya komunikasi
terapeutik merupakan merupakan komunikasi profesional yang mengarah
pada tujuan yaitu penyembuhan pasien (Siti Fatmawati, 2010).

2.2 Macam komunikasi


Komunikasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (Mundakir, 2006) :
1. Komunikas verbal
Komunikasi verbal seperti vokal dalam bentuk tertawa, merintih,
berteriak atau menangis. Komunikasi verbal disebut juga suatu kebutuhan
kata – kata karena melalui kata – kata dapat membentuk suatu kenyataan.
Melalui kata – kata seseorang dapat merubah persepsinya.
Dalam komunikasi verbal, perawat harus memperhatikan avoidance
language (menghindari bahasa). Pada umumnya orang ingin mengubah
sesuatu kenyataan dengan menghindar dari keadaan yang sebenarnya.
Contoh ungkapan “meninggal” bagi manusia lebih enak dipakai daripada
ungkapan “mati”.
Satu hal lagi yang perlu perawat perhatikan dalam komunikasi verbal
adalah distancing language (menjauhi bahasa). Keadaan seseorang
menggunakan kata – kata yang tidak mengenai sasaran hanya untuk
melindungi mereka dari kenyataan yang menyakitkan. Contoh : Orang tua
mengatakan bahwa mereka kenal seseorang yang mempunyai anak
terbelakang dan mengatakan rasa khawatirnya akan keadaan anaknya.
Akan tetapi kadang – kadang perawat memerlukan “Distancing language”
ini karena apabila kita langsung pada pokok pembicaraan akan

6
menyakitkan klien atau orang tua dan keluarga. Dengan menggunakan
teknik orang ketiga atau bahasa Simbol mungkin akan lebih
“Therapeutik” dalam memberikan kesempatan kepada seseorang untuk
mendekati subjek secara tidak langsung dan menerima umpan balik.

2. Komunikasi Non Verbal


Komunikasi non verbal bersifat bahasa dan pesan – pesan disampaikan
dalam bentuk non verbal. Sifat – sifat bahasa ini termasuk pola nada suara,
jeda, intonasi, kecepatan, volume, dan tekanan dalam berbicara. Perawat
perlu berhati – hati dalam mengucapkan kata – kata, atau dalam
memperhatikan kata – kata, karena menjeda sebenarnya dapat berarti perlu
merumuskan pikiran, mengingat informasi atau mengarang sesuatu kisah.
Sering berkali – kali menjeda menimbulkan kesan si pembicara tidak pasti
akan dirinya. Menjadi terlalu lama dapat berarti seseorang butuh informasi
yang lebih banyak. Berbicara tentang lambat dengan nada yang mantap
dan menjeda pada saat yang tepat dapat menimbulkan kesan beribawa.
Terutama pada anak – anak, mereka akan memberi respon dengan
perhatian terhadap seseorang yang berbicara lambat, tenang dan dengan
suara yang mantap. Perilaku setuju seringkali berupa menganggukkan
kepala, menggunakan kontak mata langsung dan minta ulang. Sedang
perilaku tidak setuju, berupa mengetuk – ngetuk jari, tangan atau kaki,
berpaling dan berbicara, mungkin dari kontak mata atau memotong
pembicaraan.
3. Komunikasi Abstrak
Komunikasi abstrak seperti permainan, ekspresi artistik (seni), simbol,
photografi dan cara memilih pakaian. Hanya karena komunikasi abstrak
memungkinkan menggunakan penguasaan dan pengontrolan kesadaran
melebihi komunikasi verbal (bersifat subjektif), maka komunikasi abstrak
kurang dapat dipercaya untuk menunjukkan perasaan yang sebenarnya,
khususnya dalam berkomunikasi dengan anak – anak.
Salah satu bagian dari keberhasilan dalam wawancara adalah
tergantung pada keadaan fisik dan psikologis si pewawancara itu

7
sendiri.perkenalan yang tepat, penjelasan peranan, menerangkan alas an
wawancara serta menjamin kebebasan dan rahasia. Untuk mempermudah
kelangsungan berkomunikasi dengan anak, maka perawat tidak dapat
melepas pendekatan pada keluarga. Untuk itu agar intervensi tindakan
keperawatan dapat dilaksanakan dengan baik, maka sebelum
berkomunikasi dengan anak perawat harus berkomunikasi dengan
keluarga.

2.3 Komunikasi Terapeutik Berdasarkan Tingkat Perkembangan Anak


Saat perawat melakukan komunikasi pada pasien anak, perawat harus
memperhatikan karateristik anak sesuai dengan tingkat perkembangan (Yupi
Supartini, 2004) :

1. Usia Bayi / Infacy (0-1 tahun)


Bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan
kata kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak
menggunakan jenis komunikasi non verbal.
Pada saat lapar, haus, basah, dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi
hanya bisa mengekspresikan dengan cara menangis. Walaupun demikian,
sebenarnya bayi dapat berespon terhadap tingkah laku orang dewasa yang
berkomunikasi dengannya secara non verbal, misalnya memberikan
sentuhan, mendekap, menggendong, dan berbicara dengan lemah lembut.
Ada beberapa respons non verbal yang bisa ditunjukkan bayi, misalnya
menggerakkan badan, tangan, dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi
usia kurang dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang.Stanger
anxiety atau cemas dengan orang asing yang tidak dikenalnya adalah ciri
pada diri dan ibunya. Jangan langsung ingin menggendong atau
memengkunya karena bayi akan merasa takut. Lakukan komunikasi
terlebih dahulu dengan ibunya, dan atau memainkan yang dipegangnya.
Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik dengannya dan
ibunya.

8
2. Tooddler ( 1-3 tahun) dan Early Childhood / Usia Prasekolah (3-5 tahun)
Karateristik anak pada masa ini (terutama anak usia dibawah tiga tahun
atau tooddler) adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai
perasaan takut pada ketidaktahuannya sehingga anak perlu diberitahu
tentang apa yang terjadi padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu,
anak akan merasa takut melihat alat yang akan ditempelkan tubuhnya.
Oleh karena itu, jelaskan bagaimana anak akan merasakannya. Beri
kesempatan padanya untuk memegang termometer sampai ia yakin bahwa
alat tersebut tidak berbahaya untuknya.
Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara secara fasih. Hal ini
disebabkan karena perbendaharaan kata – kata yang sederhana kira – kira
900 – 1200 kata. Oleh karena itu saat menjelaskan, gunakan kata – kata
yang sederhana, singkat, dan gunakan istilah yang dikenalnya.
Berkomunikasi dengan anak melalui objek tradisional seperti boneka,
puppet atau boneka binatang sebelum bertanya langsung pada anak.
Berbicara dengan orang tua bila anak malu – malu. Beri kesempatan pada
anak yang lebih besar untuk berbicara tanpa keberadaan orang tua.
Posisi tubuh baik saat berbicara padanya adalah jongkok, duduk di
kursi kecil, atau berlutut sehingga pandangan mata kita akan sejajar
dengannya.Satu hal yang akan mendorong anak untuk meningkatkan
kemampuanny dalam berkomunikasi adalah dengan memberikan pujian
atas apa yang telah dicapainya atau ditunjukkannya terhadap perawat dan
orang tuanya. Perawat juga harus konsisten dalam berkomunikasi secara
verbal maupun non verbal. Jadi, jangan tertawa atau tersenyum saat
dilakukan tindakan yang menimbulkan rasa nyeri pada anak, misalnya
diambil darah, dipasang infus, dan lain – lain. Berbicara dengan kalimat
yang singkat, jelas, dan spesifik menggunakan kata – kata sederhana dan
konkret.

9
Selain itu, komunikasi ada anak usia ini dapt dilakukan dengan :
a. Storytelling (Bercerita)
Gunakan bahasa anak untuk masuk ke dalam area berpikir mereka
sementara menembus batasan kesadaran atau rasa takut anak. Teknik
paling sederhana adalah meminta anak untuk menyebutkan cerita
tentang kejadian yang berhubungan, seperti “berada di rumah
sakit”.Pendekatan lainnya :
Tunjukkan pada anak sebuah gambar tentang kejadian tertentu,
seperti seorang anak di rumah sakit dengan orang lain di suatu ruangan,
dan minta mereka untuk menggambarkan situasinya, atau potong cerita
komik, buang kata – katanya, dan minta anak menambahkan pertanyaan
untuk ilustrasi tersebut.
b. Biblioterapi
Digunakan dalam proses terapeutik dan suportif. Beri kesempatan
pada anak untuk mengeksplorasi kejadian yang serupa dengan mereka
sendiri tetapi cukup berbeda, untuk memungkinkan mereka member
jarak jauh darinya dan tetap berada dalam kendali.
c. Pros and Cons (Pro dan Kontra / Baik Buruknya)
Libatkan pemilihan topik, “berada di rumah sakit”, dan minta anak
menyebutkan “lima hal yang paling baik dan lima hal yang paling
buruk” tentang hal tersebut. Merupakan teknik yang dapat diterima bila
diterapkan pada persahabatan, seperti sesuatu yang disukai anggota
keluarga dan yang tidak disukai satu sama lain.
d.Permainan Asosiasi Kata
Libatkan pertanyaan kata – kata kunci dan minta anak untuk
mengatakan pada kata pertama yang mereka pikirkan pada saat mereka
mendengar kata – kata tersebut. Mulailah dengan kata – kata netral dan
kemudian perkenalkan kata – kata yang lebih menimbulkan kecemasan,
seperti penyakit, jarum suntik, rumah sakit, dan operasi. Pilih kata –
kata kunci yang berhubungan dengan suatu kejadian yang relevan
dengan kehidupan anak.

10
e. Play (Bermain)
Merupakan bahasa umum dan “pekerjaan” anak. Ceritakan banyak
hal tentang anak – anak, karena mereka menunjukkan jati diri mereka
sendiri melalui aktivitas. Bermain spontan mencakup member anak
berbagai materi permainan dan memberi kesempatan untuk bermain.
Bermain dengan arahan mencakup arahan yang lebih spesifik, seperti
member peralatan medis atau boneka untuk memfokuskan alas an,
seperti menggali rasa takut anak terhadap injeksi atau menggali
hubungan keluarga.
2.4 Komunikasi dengan orang ketiga
Komunikasi Efektif dengan keluarga
Komunikasi dengan keluarga merupakan proses segitiga antara perawat,
orang tua dan anak. Walaupun orang tua merupakan fokus penting dalam
berkomunikasi segitiga. Saudara kandug, sanak keluarga lainnya dan
pengasuhnya juga merupakan bagian dari proses komunikasi.
Melaksanakan penjajakan terhadap anak memerlukan input dari anak itu
sendiri. (verbal dan non verbal), informasi dari orang tua dan observasi
perawat sendiri. Dalam proses komunikasi dalam keluaraga kita dapat
menggunakan langkah – langkah seperti : mendorong orang tua untuk
berbicara, mengarahkan pada pokok permasalahan, mendengar, diam sejenak,
meyakinkan, menentukan masalah, memecahkan masalah, mengantisipasi
bimbingan, dan menghindari hambatan – hambatan komunikasi. Selain itu,
dalam berkomunikasi orang ketiga perlu memperhatikan beberapa hal
diantaranya.
1. Mendorong Orang Tua Untuk Berbicara
2. Mengarahkan Pada Pokok Permasalahan
3. Mendengarkan
4. Diam Sejenak
5. Bersikap Empati
6. Meyakinkan
7. Menentukan Masalah
8. Memecahkan Masalah

11
9. Mengadaptasi Bimbingan
10. Menghindari hambatan – hambatan komunikasi
2.5 Aplikasi Teori
Dalam proses komunikasi keperawatan kepada anak, dapat ditemui
beberapa kasus yang dimulai dari masa bayi hingga remaja.Berikut beberapa
contoh kasus yang dapat di aplikasikan dalam proses komunikasi terapeutik
pada anak seperti berikut :
1. Diare (Usia Bayi)
Pada saat menderita penyakit diare, menangis adalah cara utama bagi bayi
untuk berkomunikasi. Ini berarti, tangisan adalah satu – satunya cara yang
dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan orang yang berada
disekitarnya. Komunikasi itu bisa untuk menyatakan bahwa ia haus,
kedinginan atau mungkin hal yang lain beraitan dengan penyakit yang
dideritanya.
Salah satu teknik yang dapat dilakukan oleh perawat adalah dengan
memahami komunikasi nonverbal dari bayi. Dalam berkomunikasi dengan
bayi, perawat dapat melakukan beberapa cara seperti menenangkan
kerewelan dan kejeritan pada bayi. Dalam hal ini perawat diharapkan
mampu dan bisa memahami apa yang dirasakan oleh bayi.
2. Malnutrisi Energi protein (Usia Tooddler dan Early Childhood)
Pada kasus malnutrisi energi protein, anak yang menderita penyakit
tersebut cenderung pendiam, sehingga dalam memberikan asuhan
keperawatan, perawat dapat melakukan teknik komunikasi dengan cara
play (bermain). Dalam teknik bermain, perawat dapat melakukannya
dengan memberikan mainan sesuai dengan tumbuh kembangnya, sehingga
diharapkan anak dapat merasa lebih tenang dan lebih siap untuk
mengutarakan berbagai keluhan yang dirasakan.
2.6 Pembahasan
1. Usia Bayi / Infacy (0-1 tahun)
Diare
Pengkajian Keperawatan

12
Pada pengkajian ini dapat diidentifikasikan tanda dan gejala sebagai
berikut :
a).Frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali sehari.
b). Nafsu makan menurun
c). Feses berbentuk cair, kadang – kadang disertai lendir
Pemeriksaan Fisik
a). Frontanela (ubun – ubun cekung)
b). Penurunan berat badan
c). Membran mukosa kering
Diagnosis Keperawatan
a). Kurang volume cairan
b). Kurang pengetahuan (Keluarga)
c). Kecemasan atau Ketakutan
Tindakan Komunikasi Terapeutik
Selain menggunakan teknik nonverbal, perawat juga dapat melakukan
teknik komunikasi dengan pihak ketiga sebagai berikut :
a). Berikan penjelasan tentang masalah yang kurang dipahami atau
tidak dimengerti khususnya masalah diare.
b). Ajarkan dengan cara mendemonstrasikan upaya mengatasi diare
khususnya dalam penanganan diare serta cara pencegahannya.
Sedangkan untuk bayi, dapat juga dilakukan teknik play (bermain) seperti:
a). Menyediakan mainan sesuai dengan usia tumbuh kembang serta
dalam melakukan tindakan pengobatan dengan menjelaskan dan
mengijinkan untuk memegang alat – alat selama alat dalam kategori
dapat dipegang
b). Monitor terhadap perubahan tanda kecemasan seperti ungkapan
perasaan, gelisah, frekuensi jantung, dan pernapasan serta ketegangan
otot.
c). Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan.
d). Berikan dukungan pada keluarga untuk mengekspresikan
perasaannya.
2. Malnutrisi Energi Protein

13
Pengkajian Keperawatan
Pada pengkajian kwasiokor dapat ditemukan gejala seperti berikut :
a). Muka sembam
b). Letargi
c). Edema
d). Warna rambut pirang seperti rambut jagung
Pemeriksaan fisik
a). Melakukan pemeriksaan antropometri
Tindakan Komunikasi Terapeutik Dengan Pihak Ketiga
a). Ajarkan pada keluarga tentang cara pemenuhan kebutuhan nutrisi
dengan gizi yang seimbang dengan mendemonstrasikan atau
memberikan contoh bahan makanan, cara memilih dan memasak,
serta tunjukkan makanan pengganti protein hewani apabila dirasa
mahal seperti tempe, tahu, atau makanan yang terbuat dari kacang –
kacangan.
b). Anjurkan untuk aktif dalam kegiatan posyandu agar pemantauan
status gizi dan pemberian makanan tambahan dapat diatasi.
2.7 Intervensi.
Perawat merencanakan asuhan tertulis mendiskripsikan dengan klien
untuk menentukan metode implementasi, komunikasi interpersonal yang

1. memenuhi tujuan perawatan klien di bawah ini:


2. mentransmisikan pesan yang jelas, ringkas,dan dapat di pahami.
3. klien meningkatkan rasa percaya kepada perawat sebagai
pemberi perawatan.
4. perawat dank lien memberi dan menerima respon.

Setelah keberhasilan di tentukan bersama, hasil yang di harapkan di polakan


dan intervensispesifik di rencanakan.

2.8 Implementasi.
Perawat harus mencoba untuk mengembangkan hubungan terabiotik
yang membantu hal ini di harapkan, akan merasa nyaman dalam melakukan
interaksi meskipun terjadi perubahan selain itu yang harus di lakukan adalah

14
mendiskusikan dengan profesional kesehatan lainnya, pengajaran
kesehatan,penetapan dukungan terapeutik, kontak dengan sumber kesehatan
lainnya, mencTt perkembangan klien dalam rencana keperawatan dan catatan
perawat.

2.9 Evaluasi.

Komunikasi yang berhasil di evaluasi melalui observasi perawat terhadap


interaksi kx. Perawat mengevaluasi intervensi keperawatan berdasarkan
penetapan keberhasilan kx sebelumnya untuk menentukan apakah strategi atau
intervensi telah efektif dan apakah perubahan kx di hasilkan karena intervensi.
Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam mengevaluasi yaitu: kemahiran untuk
memberikan respon verbal dan non verbal, hasil tertulis tentang akibat yang di
harapkan, memperbaharui rencana tertulis, dan penjelasan revisi kepada anak.

15
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang
disampaikan melalui lambang-lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh
penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Tujuan komunikasi yaitu
pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dimengerti oleh si
komunikan. Dalam melakukan komunikasi pada anak, perawat perlu
memperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah cara berkomunikasi dengan
anak, tehnik komunikasi, tahapan komunikasi dan faktor yang mempengaruhi
komuikasi.
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga
hubungan dengan anak, melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan
mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya
digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan
keperawatan. Dalam proses berkomunikasi dengan anak sangat perlu
memperhatikan prinsip-prinsip, strategi / tehnik, dan hambatan - hambatan yang
mungkin akan timbul / ada dalam komunikasi. Tehnik komunikasi dengan anak
sangatlah bervariasi, tergantung pada umur dari anak tersebut. Pembagian rentang
umur dapat dibedakan atas bayi (0-1), toddler (1-3), anak-anak pra sekolah (3-5),
anak usia sekolah (5-12).

3.2 Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan dengan penulisan makalah ini
yaitu :
1. Mahasiswa
a. Mahasiswa mampu berkomunikasi pada anak dan remaja lebih efektif
karena telah mengetahui bagaimana prinsip dan strategi berkomunikasi
dengan anak dan remaja, serta mengetahui hambatan yang akan
ditemui pada saat akan berkomunikasi dengan anak.

16
b. Mahasiswa mampu menerapkan teknik-teknik komunikasi, cara
berkomunikasi, tahapan komunikasi serta faktor yang menghambat
komunikasi pada anak dan remaja.
c. Mahasiswa dapat menjelaskan komunikasi pada anak dan remaja.
2. Keluarga
a. Keluarga mampu memahami apa yang diinginkan oleh anak serta
dapat menerapkan komunikasi tanpa ada unsur kekerasan.
b. Keluarga mampu belajar lebih dalam tentang komunikasi terhadap
anak.
1. Anak
a. Anak mampu untuk mengendalikan emosinya dengan baik.
b. Anak mampu mengekspresikan perasaannya kepada keluarga dengan
baik.

17
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukhripah, S.kp. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik
Keperawatan, Penerbit PT Refika Aditama: Bandung.
Ernawati Dalami, S.kp., et all. (2009). Komunikasi Keperawatan, Penerbit :Trans
Info Media: Jakarta Timur
Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan, Penerbit
Graha Ilmu : Yogyakarta.
Wiryanto, DR., (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Ketiga, Penerbit :
PT Grasindo: Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai