Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SISTEM PENCERNAAN USUS HALUS

DOSEN PEMBIMBING : KURNIADIN , S.Kep, Ns. M.Kes

Disusun Oleh :

NAMA : NABILA AYURI

NIM : P00620221027

TINGKAT : 1A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

PRODI D III KEPERAWATAN BIMA

TAHUN AJARAN 2021/2022

i
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridha-Nya
kami masih di beri kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.Terima kasih tak lupa kami
ucapkan pada semua pihak yang ikut serta mendukung atas pembuatan makalah ini sehingga
makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan dan juga jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis sangat
mengharap kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan terselesainya makalah ini dapat
memberikan ilmu, informasi, pengetahuan, dan wawasan baru yang bermanfaat, guna untuk
mengembankan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Amin.

Penyusun
Daftar isi

Kata pengantar ............................................................................................................................ i


Daftar isi ...................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ......................................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3.Tujuan....................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Anatomi Usus Halus.............................................................................................................2
2.2.Anatomi Dinding Usus Halus................................................................................................10
BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan ..........................................................................................................................20

Daftar pustaka

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Fungsi pencernaan dan penyerapan system gastrointestinal bergantung pada berbagai
mekanisme yang melunakkan makanan, mendorongnya di sepanjang saluran cerna, dan
mencampurnya dengan empedu hati yang disimpan di kandung empedu dan enzim
pencernaan yang disekresioleh kelenjar saliva dan pankreas.Beberapa mekanisme ini
bergantung pada sifat intrinsikotot polos usus.Mekanisme lainnya melibatkan kerja reflex,
termasuk kerja neuron intrinsic usus, berbagai reflek SSP, efek parakrin messenger kimiawi,
dan hormone saluran ceerna.Berbagai hormone tersebut merupakan zat umoral yang
disekresi oleh sel-sel di mukosa dan diangkut ke dalam sirkulasi untuk memengaruhi fungsi
usus, pankreas, dan kandung empedu. Hormone tersebut juga bekerja dengan cara parakrin.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja anatomi usus halus?

1.3. Tujuan
Agar mahasiswa dapat menjelaskan dan memahami anatomi fisiologi usus halus

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Anatomi Usus Halus

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Diameter usus halus kurang lebih 2,5 cm. Usus halus
(intestinum) merupakan tempat penyerapan sari makanan dan tempat terjadinya proses
pencernaan yang paling panjang. Usus halus terdiri dari tiga bagian, yaitu :
a. Usus dua belas jari (duodenum)
b. Usus kosong (jejunum)
c. Usus penyerap (ileum)

a. Usus 12 Jari
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).Bagian usus dua
belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus (25 – 30 cm) dimulai dari
bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua
belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama
duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum
melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan
Duodenum dibagi menjadi 4 bagian:
 Bagian pertama (duodenal cap)
Bebas bergerak dan ditutupi oleh peritoneum kecuali jika terdapat
ulkus duodenum. Bagian ini mempunyai cekungan mukosal longitudinal
sementara bagian lain hanya cekungan transversal. Lapisan anterior dan
posterior dari peritoneum yang meliputi bagian atas dari duodenal cap
akan melanjutkan diri menjadi ligamentum hepatoduodenale , yang berisi
Portal Triad ( duktus koledokus , arteri hepatika dan vena porta).
 Bagian kedua dari duodenum
retroperitoneal dan terfiksir karena adanya fusi dari peritoneum
visceral disebelah lateral peritoneum perietale lateral dinding abdomen.
Dengan membuka peritoneum pada sisi lateral kanan (manuver Kocher),
dapat memobilisasi duodenum desending sehingga dapat mencapai

2
3

retroduodenal dan saluran empedu intrapankreatik. Disebelah belakang


dari bagian kedua duodenum ini terletak ginjal kanan dan struktur
hilusnya, kelenjar adrenal dan vena cava. Tepat dipertengahan duodenum,
mesokolon akan melintang secara horizontal, karena bersatunya
peritoneum dari arah atas dan arah bawah.
 Bagian ketiga dari duodenum
panjangnya sekitar 12-13 cm, berjalan horizontal ke arah kiri di depan
dari aorta, vena cava inferior, columna vertebra L2 dan ureter, dan
berakhir pada sebelah kiri pada vertebra L3. Radiks yeyunoileum
menyilang dekat akhir duodenum bagian ketiga. Arteri mesenterika
superior berjalan kebawah diatas depan dari duodenum bagian ketiga dan
masuk kedalam radiks mesenterii. Arteri pankreatikoduodenale inferior
membatasi pankreas dan tepi atas dari duodenum bagian ketiga.
 Bagian keempat
duodenum berjalan kearah atas samping kiri sepanjang 2-3cm
disebelah kiri dari vertebra dan membentuk sudut duodenoyeyunal pada
radiks mesokolon transversal. Disebelah kiri dari vertebra lumbal II,
bagian terakhir dari duodenum menurun ke arah kiri depan dan
membentuk fleksura duodenoyeyunalis.
 Vaskularisasi
Vaskularisasai duodenum berasal dari cabang arteri
pankreatikoduodenal anterior dan posterior. Anastomosis antara arteri ini
akan menghubungkan sirkulasi antara trunkus seliakus dengan arteri
mesenterika superior. Arteri ini membagi aliran darahnya ke kaput
pankreas, sehingga reseksi terhadap pankreas atau duodenum secara
terpisah adalah satu hal yang hampir tidak mungkin dan dapat berakibat
fatal. Arteri pankreatikoduodenal superior adalah cabang dari arteri
gastroduodenale, dan arteri pankreatikoduodenal inferior adalah cabang
dari arteri mesenterika superior.
Vena tersusun paralel bersamaan dengan arteri pankreatikoduodenal
anterior dan posterior. Anastomosis cabang psterior berakhir di atas vena
porta, dibawahnya vena mesenterika superior (SMV). Vena
posterosuperiorpankreatikoduodenal mungkin akan mengikuti arterinya
disebelah depan dari saluran empedu, atau mungkin berjalan di belakang
saluran tadi.
Pembuluh arteri yang memperdarahi separuh bagian atas duodenum
adalah arteri pancreatikoduodenalis superior yang merupakan cabang dari
arteri gastroduodenalis. Separuh bagian bawah duodenum diperdarahi oleh
arteri pancreatikoduodenalis inferior yang merupakan cabang dari arteri
mesenterika superior..
4

 Pembuluh limfe
Aliran limfe pada duodenum umumnya berjalan bersama-sama
dengan vaskularisasinya. Pembuluh limfe duodenum mengikuti arteri dan
mengalirkan cairan limfe keatas melalui noduli lymphatici
pancreatikoduodenalis ke noduli lymphatici gastroduodenalis dan
kemudian ke noduli lymphatici coeliacus dan ke bawah melalui noduli
lymhaticipancreatico duodenalis ke noduli lymphatici mesentericus
superior sekitar pangkal arteri mesenterika superior.

 Innervasi
Persarafan GI tract diinervasi oleh sistem saraf otonom, yang dapat
dibedakan menjadi ekstrinsik dan intrinsik (sistem saraf enterik ). Inervasi
ekstrinsik dari duodenum adalah parasimpatis yang berasal dari nervus
Vagus ( anterior dan cabang celiac ) dan simpatis yang berasal dari nervus
splanikus pada ganglion celiac. Inervasi intrinsik dari plexus myenterikus
Aurbach’s dan dan plexus submucosal Meissner. Sel-sel saraf ini
menginervasi terget sel seperti sel-sel otot polos, sel-sel sekretorik dan
sel- sel absorptive, dan juga sel-sel saraf tersebut berhubungan dengan
reseptor-reseptor sensoris dan interdigitatif yang juga menerima inervasi
dari sel-sel saraf lain yang terletak baik didalam maupun di luar plexus.
Sehingga pathway dari sistim saraf enterik bisa saja multisinaptik, dan
integrasi aktifitasnya dapat berlangsung menyeluruh bersamaan dengan
sistim saraf enterik.
b. Usus Kosong (Jejunum)
Jejunum berasal dari bahasa Latin, jejunus, yang berarti "kosong". Usus kosong
atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus
halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah
bagian usus kosong.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus
(vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan
dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara histologis
pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak
Peyer. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara
makroskopis.
c. Usus Penyerapan (Ileum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ileum memiliki panjang sekitar 2 – 2,5 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7
5

dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-
garam empedu.
Salah satu modifikasi yang menarik yang kita lihat saat kita pindah ke ileum
adalah adanya koleksi lokal jaringan limfatik yang disebut patch Peyer. Peyer Patch
dinamai dari orang yang pertama kali menemukan mereka, seorang ahli anatomi
Swiss bernama Johann Conrad Peyer.Karena sistem limfatik membantu kita melawan
bakteri dan penyerbu asing lainnya, kita melihat bahwa adanya struktur limfatik di
sini pada ileum mencerminkan fakta bahwa sisa makanan yang telah jauh melewati
melalui saluran pencernaan ini mengandung sejumlah besar bakteri.Peyer Patch ini
bertindak untuk mencegah bakteri memasuki aliran darah.

Dibutuhkan makanan sekitar 3-6 jam untuk menyelesaikan pencernaan memutar


melalui usus halus Anda.Pada saat makanan melewati duodenum, jejunum, dan
ileum, pencernaan selesai, dan sebagian besar penyerapan makanan telah terjadi.Sisa-
sisa makanan yang tersisa siap untuk melewati katup ileosekal, yang merupakan
katup antara usus halus dan usus besar yang mencegah materi mengalir kembali ke
usus halus.Kita melihat bahwa bagian pertama dari usus besar disebut sekum.Kita
juga tahu bahwa bagian terakhir dari usus halus disebut ileum. Oleh karena itu, nama
katup ini adalah mudah diingat karena katup yang terletak di antara ileum dan sekum.

Pada ileum atau usus penyerapan terdiri dari 4 lapisan, antara lain yaitu:

a. Lapisan Luar.
Pada lapisan luar ini terdapat membran-membran serosa yang fungsinya untuk
membalut usus dengan erat.
b. Lapisan Otot.
Pada lapisan ini terdapat berbagai macam otot.Dibagi menjadi 2 lapisan
serabut yaitu lapisan luar terdiri dari serabut longitudinal, dan lapisan dalam
yang terdiri dari serabut sirkuler.Diantara kedua lapisan serabut itu terdapat
pembuluh darah dan pembuluh limfa.
c. Lapisan Sub Mukosa.
Pada lapisan ini terdapat otot sirkuler dan lapisan terdalam merupakan
perbatasannya.Pada dinding sel mukosa terdiri dari atas jaringan areoral yang
berisi banyak pembuluh darah, saluran limfa, dan fleksus yang disebut fleksus
meissner.
d. Lapisan Mukosa.
Pada lapisan mukosa biasanya dindingnya itu tersusun berupa kerutan tetap
berupa jala yang memberi kesan seperti anyaman halus.Lapisan yang berupa
kerutan tersebut biasanya akan menambah luasnya permukaan sekresi dan
penyerapan.Pada lapisan mukosa juga terdapat villi yang memiliki tonjolan-
6

tonjolan yang disebut mikrovilus.Biasanya setiap villi terdiri dari ± 5000


mikrovilli.

1.1. Anatomi Dinding Usus Halus

1.1.1. Dinding Usus Halus

a. Vili
Pada dinding usus penyerap (ileum) terdapat jonjot-jonjot usus yang
disebut vili. Vili berfungsi memperluas daerah penyerapan usus halus
sehingga sari-sari makanan dapat terserap lebih banyak dan
cepat. Dinding vili banyak mengandung kapiler darah dan kapiler limfe
(pembuluh getah bening usus). Agar dapat mencapai darah, sari-sari
makanan harus menembus sel dinding usus halus yang selanjutnya masuk
pembuluh darah atau pembuluh limfe. Glukosa, asam amino, vitamin, dan
mineral setelah diserap oleh usus halus, melalui kapiler darah akan dibawa
oleh darah melalui pembuluh vena porta hepar ke hati. Selanjutnya, dari
hati ke jantung kemudian diedarkan ke seluruh tubuh.
b. Mikrovilli
Mikrovilli adalah tonjolan – tonjolan halus berbentuk jari – jari. Mikrovilli
berfungsi untuk memperluas permukaan sel – sel epitel yang berhubungan
dengan makanan, untuk memfasilitasi penyerapan nutrisi

1.1.2. Kelenjar

a. Kelenjar – kelenjar Usus (kripta Lieberkühn)


Tertanam dalam mukosa dan membuka diantara basis – basis villi. Kelenjar
ini mensekresi hormon dan enzim
b. Kelenjar Penghasil Mukus
 Sel Goblet terletak dalam epitelium di sepanjang usus halus. Sel goblet
menghasilkan mukus pelindung.
 Kelenjar Brunner terletak dalam submukosa duodenum yang berfungsi
menghasilkan glikoprotein netral untuk menetralkan HCl lambung,
melindungi mukosa duodenum terhadap pengaruh asam getah lambung,
dan mengubah isi usus halus ke pH optimal untuk kerja enzim-enzim
pankreas
 Jaringan Limfatik
Leukosit dan nodulus limfe ada di keseluruhan usus halus untuk
melindungi dinding usus terhadap invasi benda asing. Pengelompokkan
nodulus limfe membentuk struktur yang dinamakan bercak Peyer.
7

1.1.3. Lapisan Dinding Halus

Dinding usus halus mempunyai empat lapisan, yaitu :


1. Lapisan mukosa terdiri atas:
 Epitel Pembatas
 Lamina Propria yang terdiri dari jaringan penyambung jarang yang
akan akan pembuluh darah kapiler dan limfe dan sel-sel otot polos,
kadang - kadang juga mengandung kelenjar-kelenjar dan jaringan
limfoid
 Muskularis Mukosae.
2. Lapisan Submukosa terdiri atas pembuluh darah, pembuluh limfe,
pleksus saraf submukosa (Meissner), jaringan limfoid.
3. Lapisan otot tersusun atas:
 Lapisan eksternal longitudinal, lapisan internal tebal serat sirkular
 Kumpulan saraf yang disebut pleksus mienterik (atau auerbach),
yang terletak antara 2 sublapisan otot.
 Pembuluh darah dan limfe.
4. Lapisan membran serosa merupakan lapisan tipis yang terdiri atas :
Jaringan penyambung jarang, kaya akan pembuluh darah dan jaringan
adiposa serta epitel pipih selapis (mesotel).
1.1.4. Motilitas Usus Halus

Merupakan gerakan usus halus mencampur isinya dengan enzim untuk


pencernaan, memungkinkan produk akhir pencernaan mengadakan kontak
dengan sel absorptif, dan mendorong zat sisa memasuki usus
besar. Pergerakan ini dipicu oleh peregangan dan secara refleks dikendalikan
oleh sistem saraf otonom. Motilitas usus halus terdiri atas :
1. Gerakan Segmentasi
Pergerakan Segmentasi adalah gerakan mencampur makanan dengan
enzim-enzim pencernaan agar mudah untuk dicerna dan
diabsorbsi. Otot yang berperan pada kontraksi segmentasi untuk
mencampur makanan adalah otot longitudinal. Bila bagian mengalami
distensi oleh makanan, dinding usus halus akan berkontraksi secara
lokal. Pada saat satu segmen usus halus yang berkontraksi mengalami
relaksasi, segmen lainnya segera akan memulai kontraksi, demikian
seterusnya. Gerakan ini berulang terus sehingga makanan akan
8

bercampur dengan enzim pencernaan dan mengadakan hubungan


dengan enzim mukosa dan selanjutnya terjadi absorbsi.
Kontraksi segmentasi berlangsung karena adanya gelombang lambat
yang merupakan basic electrical rhytm (BER) dari otot polos saluran
cerna. Proses kontraksi segmentasi berlangsung 8 sampai 12 kali/menit
pada duodenum, 9 kali/menit, dan sekitar 7 kali/menit pada ileum, dan
setiap kontraksi berlangsung 5 sampai 6 detik.
2. Gerakan Peristaltik
Pergerakan profulsif atau gerakan peristaltik mendorong makanan
kearah usus besar (colon). Pembagian pergerakan ini sebenarnya sulit
dibedakan oleh karena sebagian besar pergerakan usus halus
merupakan kombinasi dari kedua gerakan tersebut di atas.
Gerakan peristaltik pada usus halus mendorong makanan menuju
kearah kolon dengan kecepatan 0,5 sampai 2 cm/detik, dimana pada
bagian proksimal lebih cepat dibandingkan pada bagian distal.
Gerakan peristaltic ini sangat lemah dan biasanya menghilang setelah
berlangsungsekitar 3 sampai 5 cm, dan jarang lebih dari 10 cm. Rata-
rata pergerakan makanan pada usus halus hanya 1 cm/menit. Ini berarti
pada keadaan normal , makanan dari pilorus akan tiba di ileocaecal
junction dalam waktu 3-5 jam.

1.1.5. Sekresi Usus Halus

Usus menghasilkan mucus dan liur pencernaan yang berfungsi untuk


melindungi duodenum dari asam lambung.Mukus yang dihasilkan oleh
kelenjar mucus – kelenjar Brunner’s – yang berlokasi antara pylorus dan
papilla vater, dimana liur pankreas dan empedu masuk ke duodenum. Kelenjar
ini menghasilkan mucus akibat adanya rangsangan saraf vagus serta hormone
sekretin, saraf simpatis menghambat sekresi mucus.
Kriptus Lieberkühn (Crypts of Lieberkhn) menghasilkan liur pencernaan
1800 ml/hari. Cairan ini sedikit alkalis dengan pH 7,5 – 8,0 serta dengan cepat
diabsorbsi kembali oleh vili. Proses sekresi oleh kriptus Lieberkhn terjadi
melalui transport aktif. Toksin cholera dapat menyebabkan sekresi cairan,
terutama pada daerah jejunum sangat meningkat. Pada serangan cholera,
sekresi cairan dapat mencapai 5-10 liter sehingga menyebabkan syok akibat
dehidrasi berat.

1.1.6. Digesti Usus Halus


Digesti adalah perubahan fisik dan kimia dari makanan dengan
menggunakan bantuan enzim dan koenzim yang pengeluarannya diatur oleh
hormon dan syaraf, sehingga makanan menjadi molekul-molekul yang dapat
9

diabsorpsi kedalam aliran darah. Enzim – enzim usus dan cara kerjanya antara
lain:
 Enterokinase mengaktivasi tripsinogen pankreas menjadi tripsin, yang
kemudian mengurai protein dan peptida menjadi peptida yang lebih
kecil.
 Aminopeptidase, tetrapeptidase, tripeptidase, dan dipeptidase
mengurai peptida menjadi asam amino bebas
 Amilase Usus menghidrolisis zat tepung menjadi disakarida (maltosa,
sukrosa, dan laktosa)
 Maltase, Isomaltase, laktase, dan sukrase memecah disakarida maltosa,
laktosa, dan sukrosa, menjadi monosakarida
 Lipase usus memecah monogliserida menjadi asam lemak dan gliserol

1.1.7. Absorpsi Usus Halus


Semua produk pencernaan karbohidrat, protein dan lemak serta sebagian
besar elektrolit, vitamin dan air dalam keadaan normal diserap oleh usus
halus. Sebagian besar penyerapan berlangsung di duodenum dan jejenum, dan
sangat sedikit yang berlangsung di ileum.
a. Penyerapan Garam dan Air
Air diabsorpsi melalui mukosa usus ke dalam darah hampir seluruhnya
melalui osmosis. Natrium diserap secara transpor aktif dari dalam sel
epitel. Sebagian Na diabsorpsi bersama dengan ion klorida.
b. Penyerapan Karbohidrat
Karbohidrat diserap dalam bentuk disakarida maltosa, sukrosa, dan
laktosa. Disakaridase yang ada di brush border menguraikan disakarida ini
menjadi monosakarida yang dapat diserap yaitu glukosa, galaktosa dan
fruktosa. Glukosa dan galaktosa diserap oleh transportasi aktif sekunder
sedangkan fruktosa diserap melalui difusi terfasilitasi.
c. Penyerapan Protein
Protein diserap di usus halus dalam bentuk asam amino dan peptida,
asam amino diserap menembus sel usus halus melalui transpor aktif
sekunder, peptida masuk melalui bantuan pembawa lain dan diuraikan
menjadi konstituen asam aminonya oleh aminopeptidase di brush border
atau oleh peptidase intrasel, dan masuk ke jaringan kapiler yang ada di
dalam vilus.
Dengan demikian proses penyerapan karbohidrat dan protein
melibatkan sistem transportasi dkhusus yang diperantarai oleh pembawa
dan memerlukan pengeluaran energi serta transportasi Na.
d. Penyerapan Vitamin
10

Vitamin yang larut dalam air diabsorpsi secara pasif bersama air,
sedangkan yang larut dalam lemak diabsorpasi secara pasif dengan produk
akhir pencernaan lemak.
e. Penyerapan Lemak
Asam lemak larut lipid dan gliserol diabsorpsi dalam bentuk micelle,
yaitu suatu globulus garam empedu yang mengelilingi bagian berlemak.
Micelle membawa asam lemak dan monoglikoserida menuju sel epithelial,
tempatnya dilepas dan diabsorpsi melalui difusi pasif menuju membrane
sel usus
BAB III
PENUTUP

1.1. Kesimpulan
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Diameter usus halus kurang lebih 2,5 cm. Usus halus (intestinum)
merupakan tempat penyerapan sari makanan dan tempat terjadinya proses pencernaan yang
paling panjang. Pada manusia, umbai cacing berfungsi untuk melawan infeksi. Peradangan pada
umbai cacing disebut apendiksistis. Pada sekum terdapat sebuah klep yang disebut klep
ileosekum, yaitu semacam otot sfingter yang berfungsi untuk mencegah bakteri tidak kembali ke
usus halus.

11
Daftar Pustaka

Buranda, Theopilus Dkk. 2008. Anatomi Umum. Makassar: Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin.
Yusuf, Irawan. 2005. Fisiologi Sistem Gastro-Intestinal. Makassar: Bagian Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran, Universitas
Hasanuddin.

Anda mungkin juga menyukai