Segala puji bagi Allah Subhanahuwataallah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Indra Febriani, S.Kep,
M.Kes selaku dosen mata kuliah Komunikasi yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami
untuk menyelesaikan tugas ini.
Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah
yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para
pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.
Kelompok 1
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
I. PENDAHULUAN.........................................................................................................3
a.Latar belakang.................................................................................................................3
b.Rumusan masalah............................................................................................................3
c.Tujuan .............................................................................................................................3
II. ISI.................................................................................................................................4
III.PENUTUP ................................................................................................................18
Daftar Pustaka..................................................................................................................20
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Di masa ini pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang sangat penting di
pelajari sebagai bahan pedoman untuk mengetahui ciri – ciri ideal pertumbuhan pada masa
dewasa awal seperti perkembangan fisik, motorik, bahasa, dan adaptasi sosial. Sehingga kita
dapat memahami bagaimana normalnya tumbuh kembang pada usia bayi tersebut. Oleh
karena itu, pembahasan tentang tumbuh kembang sangat baik diangkat sebagai bahan
makalah sehingga kita tahu bagaimana perkembangan dan pertumbuhan dewasa awal sampai
lansia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara berkomunikasi pada orang dewasa?
2. Strategi apa yang dipakai dalam komunikasi terapeutik?
3. Apa saja konsep-konepnya?
C. TUJUAN
1. Menjelaskan bagaimana karakteristik dewasa awal.
2. Konsep-konsep terapeutik pada dewasa awal
3. Penerapan terpeutik pada dewasa awal.
4. Menjelaskan strategi komunikasi terapeutik pada orang dewasa.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan ( As
Hornby dalam Intan, 2005). Maka di sini dapat diartikan bahwa terapeutik adalah segala
sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan. Dan komunikasi terapeutik
merupakankomunikasi professional bagi perawat.
B. Tujuan komunikasi terapeutik
Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan lebih mudah
menjalin hubungan saling percaya dengan klien,memberikan kepuasan profesional dalam
pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan profesi.
C. Manfaat Komunikasi Terapeutik
Manfaat komunikasi terapeutik ( christina, ddk. 2003) adalah :
4
1) Mendorong dan menganjurkan kerja sama antarperawat dengan pasien melalui hubungan
perawat dan klien.
2) Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji masalah serta mengevaluasi
tindakan yang dilakukan oleh perawat.
B. Suasana Komunikasi
Agar komunikasi dengan klien dewasa efektif perlu memperhatikan terciptanya suasana
komunikasi yang mendukung tercapainya tujuan komunikasi seperti saling menghormati,
percaya dan terbuka.
Komunikasi dengan klien dewasa perlu memperhati- kan rasa saling percaya akan
kebenaran informasi yang dikomunikasikan. Apabila hal ini dapat diwujudkan maka tujuan
komunikasi akan lebih mudah tercapai.
Keterbukaan untuk menerima hasil komunikasi dua arah, antara perawat atau tenaga
kesehatan dan klien dewasa akan memudahkan tercapainya tujuan komunikasi.
Klien dewasa yang menjalani perawatan di rumah sakit dapat merasa tidak berdaya, dan
tidak aman ketika berada di hadapan pribadi-pribadi yang mengatur sikap dan perilakunya.
Status kemandirian mereka berubah menjadi bergantung pada aturan dan ketetapan pihak
lain. Hal ini dapat menjadi suasanya yang dirasanya sebagai ancaman. Akumulasi perasaan
ini dapat terungkap dalam bentuk sikap emosional dan agresif.
6
Klien dewasa yang menjalani perawatan di rumah sakit dapat merasa tidak berdaya, dan
tidak aman ketika berada di hadapan pribadi-pribadi yang mengatur sikap dan perilakunya.
Status kemandirian mereka berubah menjadi bergantung pada aturan dan ketetapan pihak
lain. Hal ini dapat menjadi suasanya yang dirasanya sebagai ancaman. Akumulasi perasaan
ini dapat terungkap dalam bentuk sikap emosional dan agresif.
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan klien dewasa dapat diterapkan
beberapa model konsep komunikasi sebagai berikut:
Model Shanon & Weaver memperhatikan problem pada penyampaian pesan informasi
berdasarkan tingkat kecermatan. Model ini mengilustrasikan sumber dalam bentuk sandi.
Diasumsikan bahwa sumber informasi menyampaikan sinyalyang sesuai dengan saluran
informasi yang digunakan. Gangguan yang timbul dapat mengganggu kecermatan pesan yang
disampaikan. Model ini dapat diterapkan pada konsep komunikasi antarpribadi. Faktor yang
menguntungkan dari implementasi model ini ialah pesan yang disampaikan dapat diterima
langsung oleh pihak penerima. Meskipun demikian, pada model ini pun ter dapat kelemahan
yang berupa hubungan antara sumber dan penerima pesan tidak kasat mata. Karena itu klien
dewasa lebih memilih komunikasi secara langsung karena penerapan komunikasi melalui
perantara dapat mengurangi kejelasan pesan yang dikomunikasikan.
Model komunikasi Leary menekankan pengaruh hubungan interaksi di antara dua pihak
yang berkomunikasi. Model ini mengamati perilaku klien yang dipengaruhi oleh lingkungan
di sekitarnya. Model komunikasi Leary diterapkan dalam bidang kesehatan berdasarkan
keseimbangan informasi yang terjadi dalamkomunikasi antara profesional dan klien. Dalam
pesan komunikasi pada model ini ada dua dimensi yang perlu diperhatikan dalam
penerapannya, yakni dimensi: penentu vs ditentukan, dan suka vs tidak suka.
Dalam jangka waktu tertentu pasien diposisikan sebagai penerima pesan yang ditentukan dan
harus dipatuhi di bawah dominasi profesional kesehatan. Dalam komunikasi seharusnya
terdapat keseimbangan kepercayaan di antara pengirim danpenerima pesan.
7
Apabila model komunikasi ini diterapkan pada klien dewasa hanya dapat dilakukan pada
kondisi darurat untuk menyelamatkan hidup klien karena dalam kondisi darurat klien harus
mentaati pesan yang disampaikan oleh perawat/profesional kesehatan. Tetapi pada
klien/pasien dalam kondisi kronik model komunikasi ini tidak tepat untuk diterapkan karena
klien dewasa mempunyai komitmen berdasarkan sikap dan pengetahuannya yang tidak
mudah dipengaruhi oleh perawat.
Pada kasus ini lebih tepat apabila diterapkan dimensi suka (hue) dalam kadar tertentu,
sebatas untuk sarana penyampaian pesan profesional. Model ini ditekankan pada pentingnya
hubungan dalam membantu klien pada pelayanan kesehatan secara langsung.
Model interaksi King menekankan arti proses komunikasi antara perawat dan klien
dengan mengutamakan penerapan system perspektif untuk mengilustrasikan profesionalisme
perawat dalam memberikan bantuan kepada klien.
Model inimenekankan arti penting interaksi berkesinambungan di antara perawat dan
klien dalam pengambilan keputusan mengenai kondisi klien berdasarkan persepsi mereka
terhadap situasi.
Interaksi merupakan proses dinamis yang melibatkan hubungan timbal balik antara
persepsi, keputusan, dan tindakan perawat-klien. Umpan balik pada model ini nienunjuknya
arti penting hubungan antara perawat dan klien.
Komunikasi berdasarkan model interaksi King lebih sesuai diterapkan pada klien dewasa
karena model ini mempertimbangkan faktor intrinsik-ekstrinsik klien dewasa yang bertujuan
untuk menjalin transaksi. Umpan balik yang terjadi bermanfaat untuk mengetahui hasil
informasi yang disampaikan diterima dengan baik oleh klien.
a. Hubungan perawat dengan kliein adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan.
b. Prinsip yang sama dengan komunikasi interpersonal devitoyaitu keterbukaan, empati, sifat
mendukung, sikap positif dan kesetaraan.
8
c. Kualitas hubungan perawat dan klien ditentukan oleh bagaimana perawat mendefinisikan
dirinya sebagai manusia
d. Perawat menggunakan dirinya dengan teknik pendekatan yang khusus untuk memberi
pengertian dan merubah prilaku klien.
E. Keberhasilan komunikasi
3. mampumengeksplorasikan perasaan
5. motifasi altruistic
Elemen pesan yang dapat menentukan keberhasilan komunikasi, juga harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
10
ROLE PLAY
A. GAMBARAN KASUS
Resiko kesehatan pada masa dewasa awal berasal dari komunitas, gaya hidup, dan
riwayat keluarga. Semua kebiasaan gaya hidup yang mempengaruhi respons terhadap
stresdapat menyebabkan resiko untuk mendapatkan penyakit. Merokok merupakan factor
resiko untuk penyakit paru-paru, jantung, dan pembuluh darah pada perokok aktif dan pasif.
Yang dapat mengakibatkan pada kerusakan atau kangker paru-paru, emfisemadan
bronchitis kronik.
Penyalahgunaan obat, baik secara langsung atau tidak langsung, dapat menyebabkan
moralitas pada individu dewasa awal.Dapat mengakibatkan keracunan, trauma, bahkan
himgga kematian, atau masalah lalu lintas.
1. Pra interaksi
Pra interaksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi
dengan klien. Anda perlu mengevaluasi diri tentang kemampuan yang anda miliki. Jika
saudara telah siap, maka anda perlu membuat rencana interaksi dengan klien.
1) Evaluasi diri
Coba pertanyaan berikut:
Apa pengetahuan yang saya miliki tentang keperawatan jiwa?
Apa yang akan saya ucapkan saat bertemu dengan klien?
Bagaimana respon selanjutnya jika klien diam, menolak,marah atau inkoheren?
Adakah pengalaman interaksi dengan klien yang negatif/buruk/tidak menyenangkan?
Jika ada lakukan dengan koreksi dengan cara membaca cara-cara berhubungan dengan klien.
Konsultasi dengan pembimbing klinik, diskusi dengan teman sekelompok.
Bagaimana tingkat kecemasan saya? Jika cemas ringan, lakukan interaksi. Jika cemas sedang,
usahakan sampai anda dapat mengatasi kecemasan.
1) Fase perkenalan
Perkenalan merupakan kegiatan yang pertama kita lakukan pertama kali bertemu dengan
klien. Hal yang perlu dilakukan adalah :
a) memberi salam
assalammua’laikum, selamat pagi, selamat siang, selamat sore, malam atau sesuai dengan
latar belakang social budaya yang disertai dengan mengulurkankan tangan untuk berjabat
tangan.
b) memperkenalkan diri perawat
Nama saya suster Santi, saya senang dipanggil suster Santi!
c) Mengenalkannama klien
Nama Bapak atau Ibu, saudara atau saudari atau senang dipanggil apa?
d. Menyepakati Pertemuan
Bunyi kesepakatan tentang pertemuan terkait dengan kebersediaan klien untuk bercakap-
cakap (tempat bercakap-cakap dan lama percakapan).
Contoh komunikasi :
“bagaimana kalau kita bercakap-cakap.”
“Ayo kita bercakap-cakap!”
“Dimana kita duduk?” (sebutkan)
“Ayo kita duduk disana.” (sebutkan)
Jika di klinik/rumah sakit langsung katakan “silahkan duduk!”.
Jika dikamar klien, saudara langsung duduk disamping klien.
e. Menghadapi kontrak
12
Pada pertemuan awal saudara perlu melengkapi penjelasan identitas saudara sehingga saat
interaksi klien percaya pada saudara.
Contoh komunikasi :
“Saya perawat yang bekerja di ….., saya yang akan merawat Angel selama 3 hari”. (contoh
bila nama kesenangan nya Angel).
“Dimulai saat ini sampai dengan ….., saya dating jam 07.00 dan pulang jam 14.00”.
Contoh komunikasi:
13
“Dari percakapan kita tadi tampaknya Yanti….”(sesuai dengan kesimpulan
masalah /kebutuhan yang dimiliki klien). Gunakan bahasa yang yang dimengerti klien,
misalnya:
“ tampaknyaYanti tidak nafsu makan karena nyeri pada ulu hati” (untuk masalah Gastritis).
“Tampaknya Yanti kelihatan sesak napas” (untuk masalah Asma).
h. menghindari perkenalan
a) Memberi Salam
sama dengan fase perkenalan
b) Memvalidasi Keadaan Klien
“bagai mana keadaan Yanti hari ini?”
“cobayanti ceritakan prasaan hari ini!”
“adakah hal yang terjadi,selama kita tidak bertemu? Coba ceritakan!”
c) Mengingat Kontrak
setiap berinteraksi dengan klien dikaitkan dengan kontrak pada pertemuan sebelumnya.
“Yanti masih ingatkah jam brapa kita bertemu?”
“sesuai dengan janji kita yang lalu akan bertemu pada jam …(sesuai perjanjian).”
“Yanti masih ingatkah apa topic pembicaraan kita.”
“sesuai dengan perjanjian yang lalu saya akan memberikan suntikan lagi.”
“sesuai dengan perjanjian kita tadi,sekarangyanti akan saya bantu latihan secara efektif.”
3. Fase Kerja
Fase kerja merupakan inti hubungan keperawatan klien yang terkait erat dengan
pelaksaan rencana tindakan perwatan yang akan yang dilaksanakan sesui dengan tujuan yang
akan dicapai.
Tujuan tindakan keperawatan yaitu :
14
a) meningkatkan pengertian dan pengenalan klien akan dirinya, prilaku,prasaan, dan pikirannya,
tujuan ini sering disebut juga tujuan kognitif.
Contoh:
“apa yang menyebabkan yanti cemas?”
“apa tanda atau gejala yang yanti rasakan saat cemas?”
“kapan saja yanti merasakan cemas?”
Apa yang yanti rasakan saat merasa cemas?”
b) mengembangkan,mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien secara mandiri
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Tujuan ini sering disebut juga tujuan afektif dan
psikomotor.
Contoh:1
“Apa yangyanti lakukan saat cemas?”
“apa yang yanti lakukan saat jantung berdebar-debar?”
“apakah dengan masalah itu masalah yanti bias selesai?”
“apa kira-kira cara lain yang lebih baik?”
Bagaimana kalau kita bicarakan beberapa cara baru?’
c) melaksanakan terrapin atau tekhnikal keperawatan.
Contoh:
“Bagaimana rasa nyeri yanti?”
“saya bantu untuk mencoba cara mengurangi rasa nyeri.”
“Pertama: Yanti dapat mengalihkan pikiran pada pengalaman yang menyenangkan, atau
membaca, atau mendengar music, atau bercakap-cakap.”
“Kedua: Latihan napas dalam-dalam.” (beri contoh)
“Ketiga: mengusap daerah tertentu.” (beri contoh)
“Mari kita coba.”(Bantu klien melakukannya,beri pujian jika dapat melakukan)
“Bagaimana perasaan ibu?”
“Nah, ibu dapat mencobanya pada saat nyeri, namun jika tidak berhasil panggil perawat.”
d) melaksanakan pendidikan kesehatan
Contoh:
“Sesuai dengan anji kita tadi pagi,saya akan memberi penjelasan tentang cara merawat tali
pusat banyi baru lahir.”
Jelaskan tentang merawat tali pusat banyi baru lahir (jelaskan dengan alat bantu [lembar balik
atau leaflet atau booklet]).
“Ada pertanyaan Bu?Ada yang kurang jelas?”
15
“Ibu dan keluarga boleh mencoba melakukannya di rumah, terimakasih.”
e) melaksanakankolaborasi
Contoh:
“Bu,sekarang sudah pukul 12.00,saatnya ibu mendapat suntikan.”
“Ibu,miring ke sebelah kiri.”
“edikit sakit Bu (katakan ada saat akan menyuntik),tarik napas dalam Bu,ya,sudah.”
“Bagai mana Bu?”
f) melaksanakan observasi dan monitoring
“Bu,sesuai keadaan suhu Ibu yang tinggi maka setiap dua jam saya mengukur suhu, nadi, dan
pernapasan Ibu.”
“Sekarang saya akan ukur suhu Ibu diketiak.”Kemudian perawat meletakan thermometer di
ketiak klien, dan katakan pada klien:
“dijepit ya Bu!”
“Saya ambil ya Bu, sekarag Ibu istirahat lagi, nanti dua jam lagi saya datang.”
4. faseterminasi
a) terminasi sementara
yaitu merupakan akhir dari setiap pertemuan perawat dank lien. Terminasi terbagi menjadi
dua, yaitu:
1) evaluasi hasil
“coba yang disebutkan hal-hal yang sudah kita bicarakan.”
“apa saja yang telah Yantim dapat dari percakapan tadi?”
2) Tindak Lanjut
“bagaimanakaluaYantilakuakn nanti diryangan?”
“yang mana Yang ingin Yanti coba?”
ROLEPLAY
1. Tahap Orientasi
Pada tahap ini perawat sudah datang dan bertatap langsung dengan pasien dengan melihat
kondisinya secara langsung.
17
P.Regita : Perkenal kan bu saya perawat Regita dan ini rekan saya Perawat Lati. Saya
yang akan memeriksa ibu pagi hari ini dari jam 9 sampai jam 12 siang nanti menggantikan
piket nya Perawat Dina yang biasa memeriksa ibu (senyum lalu bertanya). Bagaimana
keadaan ibu hari ini?
Pasien : Oh iya, keadaan saya hari ini udah sedikit mendingan dari yang kemarin.
P.Regita : Syukur deh bu, berarti itu tanda nya ibu akan segera pulih kembali . Apakah
ibu sudah makan hari ini?
2. Tahap Kerja
Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari komunikasi terapeutik. Pada tahap
ini sudah masuk pada rencana apa yang akan kita berikan sebagai seorang
perawat.
Pasien : Iya bisa sus Regita, tetapi apakah cucu saya boleh ikut masuk kesini?
P.Regita : Oh tentu saja boleh bu, sebentar ya bu rekan saya Lati akan memanggil cucu
ibu diluar
Pasein : Baik sus
Cucu pun memasuki ruangan tempat pemeriksaan neneknya
P.Lati : Ini cucu ibu bu
Pasien : Iya sus, silahkan periksa saya
P.Regita : Baiklah Ibu Tiara, berhubung sekarang cucu ibu sudah ada disini, sekarang
izinkan saya untuk memeriksa ibu, boleh bu Tiara?
18
P.Regita : Saya akan memulai dengan memeriksa tekanan darah ibu. Bisa kah ibu
menjulur kan tangan ibu.
P.Regita : Tekanan darah ibu saat ini 120/80 MmHg, lebih baik dari kemarin yang saya
lihat di catatan kemarin, darah ibu 140/90 MmHg..
Pasien : Oh iya? akan tetapi saya sedikit takut karna kepala saya sampai saat ini
masih terasa pusing seperti beputar – putar. Apakah itu tak mengapa sus ?
P.Regita : Oh engga kok bu itu adalah hal yang wajar akan tetapi seiring dengan waktu
rasa pusing yang ibu rasa kan akan perlahan–lahan hilang.
Pasien : Apakah sebaik nya itu tidak diberikan obat saja oleh dokter sus ?
P.Regita : Oh engga perlu di berikan obat itu bu karna ditakutkan jika ibu banyak
mengonsumsi obat bukan malah sembuh penyakit ibu akan tetapi lebih parah.
Pasien : Oh iya sus ? baik lah jika begitu terima kasih untuk saran nya .
3. Tahap Terminasi
Tahapan Ini merupakan akhir dari pertemuan, dimana seorang perawat harus berpisah
dengan seorang pasien.
P.Regita : Baiklah, jika ibu sudah tidak ingin bertanya lagi maka saya izin permisi ya
ibu, nanti saya akan sering-sering melihat perkembangan ibu.
3. Tahap Evaluasi
Setelah pasien bertanya tentang hal yang tidak diketahuinya kepada perawat, pasien akhirnya
mengerti dan lebih mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan.
19
BAB III
PENUTUP
Konsep komunikasi terapeutik sangat perlu dilakukan karena sangat membantu sekali
dalam penyembuhan pasien, terutama pada dewasa awal yang sering mengalami berbagai
masalah dalam kehidupannya, Agar seseorang berguna dalam kehidupannya, maka dari itu
merawat diri sendiri lebih baik dibandingkan menyusahkan orang lain.
20
Peran perawat juga sangat penting dalam komunikasi karena perawat sebagai pemberi
asuhan jadi yang banyak berperan dalam komunikasi terpeutik terdapat pada bagianperawat
juga.
Komunikasi terapeutik pada pasien dewasa adalah komunikasi yang dilakukan antara
perawat dan pasien (dewasa) yang direncanakan secara sadar. Bertujuan untuk mendukung
kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik juga berguna untuk membangun kerjasama antara
perawat dan pasien sehingga mendukung suksesnya proses tindakan keperawatan.
Komunikasi kepada pasien penting dilakukan untuk memberikan pengertian kepada pasien
agar pasien tidak salah paham terhadap tindakan yang dilakukan oleh perawat dan juga dapat
mengurangi beban perasaan dan pikiran, mengurangi keraguan dan menimbulkan rasa
nyamanan.
B. SARAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22
bppsdmk.kemkes.go.id › pusdiksdmk › wp-content › uploads › 2017/08
23