Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah Subhanahuwataallah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Indra Febriani, S.Kep,
M.Kes selaku dosen mata kuliah Komunikasi yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami
untuk menyelesaikan tugas ini.

Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah
yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para
pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Palembang, 30 September 2019


Penyusun,

Kelompok 1

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................1

DAFTAR ISI......................................................................................................................2

I. PENDAHULUAN.........................................................................................................3

a.Latar belakang.................................................................................................................3

b.Rumusan masalah............................................................................................................3

c.Tujuan .............................................................................................................................3

II. ISI.................................................................................................................................4

2.1 Komunikasi Terapeutik.................................................................................................4

2.2 Komunikasi Pada Klien Dewasa..................................................................................4

III.PENUTUP ................................................................................................................18

Kesimpulan dan saran......................................................................................................18

Daftar Pustaka..................................................................................................................20

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.
Di masa ini pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang sangat penting di
pelajari sebagai bahan pedoman untuk mengetahui ciri – ciri ideal pertumbuhan pada masa
dewasa awal seperti perkembangan fisik, motorik, bahasa, dan adaptasi sosial. Sehingga kita
dapat memahami bagaimana normalnya tumbuh kembang pada usia bayi tersebut. Oleh
karena itu, pembahasan tentang tumbuh kembang sangat baik diangkat sebagai bahan
makalah sehingga kita tahu bagaimana perkembangan dan pertumbuhan dewasa awal sampai
lansia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara berkomunikasi pada orang dewasa?
2. Strategi apa yang dipakai dalam komunikasi terapeutik?
3. Apa saja konsep-konepnya?

C. TUJUAN
1. Menjelaskan bagaimana karakteristik dewasa awal.
2. Konsep-konsep terapeutik pada dewasa awal
3. Penerapan terpeutik pada dewasa awal.
4. Menjelaskan strategi komunikasi terapeutik pada orang dewasa.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Komunikasi merupakan komponen penting dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab


hanya dengan berkomunikasi, seseorang bisa menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya
kepada orang lain. Baik itu untuk menyampaikan informasi maupun untuk mendapatkan
informasi dan semacamnya. Dalam bidang keperawatan, komunikasi juga mutlak diperlukan.
Salah satunya komunikasi antara perawat dengan pasiennya.

Dalam bidang keperawatan, komunikasi merupakan metoda utama dalam


mengimplementasikan proses keperawatan. Dalam hal ini, perawat dituntut untuk memiliki
keterampilan berkomunikasi secara terapeutik. Kominikasi yang dijalin oleh perawat dengan
pasiennya dalam proses keperawatan ini disebut dengan komunikasi terapeutik.

Komunikasi terapeutik dalam keperawatan bukan hanya sekedar komunikasi biasa,


komunikasi ini dilakukan oleh perawat untuk membantu/ mendukung proses penyembuhan
pasien.

1. pengertian komunikasi terapeutik

Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan ( As
Hornby dalam Intan, 2005). Maka di sini dapat diartikan bahwa terapeutik adalah segala
sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan. Dan komunikasi terapeutik
merupakankomunikasi professional bagi perawat.
B. Tujuan komunikasi terapeutik
Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan lebih mudah
menjalin hubungan saling percaya dengan klien,memberikan kepuasan profesional dalam
pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan profesi.
C. Manfaat Komunikasi Terapeutik
Manfaat komunikasi terapeutik ( christina, ddk. 2003) adalah :

4
1) Mendorong dan menganjurkan kerja sama antarperawat dengan pasien melalui hubungan
perawat dan klien.
2) Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji masalah serta mengevaluasi
tindakan yang dilakukan oleh perawat.

2. KOMUNIKASI PADA KLIEN DEWASA

A.Komunikasi pada masa dewasa awal


Komunikasi pada dewasa awal mengalami puncaknya pada kematangan fisik, mental dan
kemampuan social mencapai optimal. Peran dan tanggung jawab serta tuntutan social telah
membentuk orang dewasa.
melakukan komunikasi dengan orang lain, baik pada setting professional ketika mereka
bekerja atau pada saat mereka berada di lingkungan keluarga dan masyarakat umum.
Teknik komunikasi yang dikembangkan pada masa dewasa telah mencapai tahap optimal,
baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Kemampuan untuk mengembangkan
komunikasi (sebagai media transfer informasi). Dalam menguasai pesan yang diterima,
individu dewasa tidak hanya melihat isi pesan, tetapi juga mempersiapkan pesan tersebut
dengan lebih baik serta menciptakan hubungan antar pesan yang di terima dengan konteks
atau situasi pesan tersebut disampaikan. Pesan yang diterima individu dewasa kadang kala di
persepsikan bukan hanya dari konteks isi pesan, tetapi lebih kompleks lagi disesuaikan
dengan situasi dan keadaan yang menyertai. Contoh: “sayang…” dari sepenggal kata tersebut
ketika di ungkapkan dengan nada datar, akan memberi kesan yang menyesalkan. Kesan ini
semakin kuat bila penyampai pesan menunjukkan rasa penyesalan dari gerakan bibir, raur
wajah, kepala menunduk. Namun, bila ungkapan tersebut di ucapkan dengan menggunakan
bahasa yang halus dan mendesah serta menyampaikan pesan dengan menunjukkan ekspresi
mata bersinar, wajah cerah atau normal, persepsi individu dewasa tersebut adalah bahwa
makna kata “sayang” tersebut adalah perasaan suka atau cinta.
Kemampuan untuk menilai respon verbal dan nonverbal yang disampaikan lingkungan
member keuntungan karena pesan yang kompleks dapat disampaikan secara sederhana.
Namun, kadang kala kemampuan kompleks untuk menangkap pesan ini menimbulkan
kerugian pada manusia karena kesalahan dalam menerima pesan menjadi lebih besar, akibat
pengguna persepsi dan lingkungan yang lebih kompleks. Contoh : seseorang yang meludah
didepan atau didekat orang seseorang kadang kala di persepsikan sebagai rasa tidak suka atau
benci terhadap orang tersebut, atau orang yang meludah tersebut tidak bermaksud
5
sebagaimana dipersepsikan orang lain. Situasi diatas selanjutnya menimbulkan konflik antar
individu atau kelompok.

B. Suasana Komunikasi

Agar komunikasi dengan klien dewasa efektif perlu memperhatikan terciptanya suasana
komunikasi yang mendukung tercapainya tujuan komunikasi seperti saling menghormati,
percaya dan terbuka.

2. Suasana saling menghormati


Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan klien dewasa, lawan komunikasi
(perawat/tenaga kesehatan) harus dapat menghormati pendapat pribadinya. Klien dewasa
akan merasa lebih senang apabila ia diperbolehkan untuk menyampaikan pemikiran atau
pendapat, ide, dan sistem nilai yang dianutnya. Apabila hal-hal tersebut diabaikan akan
menjadi kendala bagi keberlangsungan komunikasi.

3. Suasana saling percaya

Komunikasi dengan klien dewasa perlu memperhati- kan rasa saling percaya akan
kebenaran informasi yang dikomunikasikan. Apabila hal ini dapat diwujudkan maka tujuan
komunikasi akan lebih mudah tercapai.

4. Suasana saling terbuka

Keterbukaan untuk menerima hasil komunikasi dua arah, antara perawat atau tenaga
kesehatan dan klien dewasa akan memudahkan tercapainya tujuan komunikasi.
Klien dewasa yang menjalani perawatan di rumah sakit dapat merasa tidak berdaya, dan
tidak aman ketika berada di hadapan pribadi-pribadi yang mengatur sikap dan perilakunya.
Status kemandirian mereka berubah menjadi bergantung pada aturan dan ketetapan pihak
lain. Hal ini dapat menjadi suasanya yang dirasanya sebagai ancaman. Akumulasi perasaan
ini dapat terungkap dalam bentuk sikap emosional dan agresif.

6
Klien dewasa yang menjalani perawatan di rumah sakit dapat merasa tidak berdaya, dan
tidak aman ketika berada di hadapan pribadi-pribadi yang mengatur sikap dan perilakunya.
Status kemandirian mereka berubah menjadi bergantung pada aturan dan ketetapan pihak
lain. Hal ini dapat menjadi suasanya yang dirasanya sebagai ancaman. Akumulasi perasaan
ini dapat terungkap dalam bentuk sikap emosional dan agresif.

C. Model Komunikasi dan Implententasinya pada Klien Dewasa

Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan klien dewasa dapat diterapkan
beberapa model konsep komunikasi sebagai berikut:

1. Model Shanon & Weaver

Model Shanon & Weaver memperhatikan problem pada penyampaian pesan informasi
berdasarkan tingkat kecermatan. Model ini mengilustrasikan sumber dalam bentuk sandi.
Diasumsikan bahwa sumber informasi menyampaikan sinyalyang sesuai dengan saluran
informasi yang digunakan. Gangguan yang timbul dapat mengganggu kecermatan pesan yang
disampaikan. Model ini dapat diterapkan pada konsep komunikasi antarpribadi. Faktor yang
menguntungkan dari implementasi model ini ialah pesan yang disampaikan dapat diterima
langsung oleh pihak penerima. Meskipun demikian, pada model ini pun ter dapat kelemahan
yang berupa hubungan antara sumber dan penerima pesan tidak kasat mata. Karena itu klien
dewasa lebih memilih komunikasi secara langsung karena penerapan komunikasi melalui
perantara dapat mengurangi kejelasan pesan yang dikomunikasikan.

2. Model Komunikasi Leary

Model komunikasi Leary menekankan pengaruh hubungan interaksi di antara dua pihak
yang berkomunikasi. Model ini mengamati perilaku klien yang dipengaruhi oleh lingkungan
di sekitarnya. Model komunikasi Leary diterapkan dalam bidang kesehatan berdasarkan
keseimbangan informasi yang terjadi dalamkomunikasi antara profesional dan klien. Dalam
pesan komunikasi pada model ini ada dua dimensi yang perlu diperhatikan dalam
penerapannya, yakni dimensi: penentu vs ditentukan, dan suka vs tidak suka.
Dalam jangka waktu tertentu pasien diposisikan sebagai penerima pesan yang ditentukan dan
harus dipatuhi di bawah dominasi profesional kesehatan. Dalam komunikasi seharusnya
terdapat keseimbangan kepercayaan di antara pengirim danpenerima pesan.

7
Apabila model komunikasi ini diterapkan pada klien dewasa hanya dapat dilakukan pada
kondisi darurat untuk menyelamatkan hidup klien karena dalam kondisi darurat klien harus
mentaati pesan yang disampaikan oleh perawat/profesional kesehatan. Tetapi pada
klien/pasien dalam kondisi kronik model komunikasi ini tidak tepat untuk diterapkan karena
klien dewasa mempunyai komitmen berdasarkan sikap dan pengetahuannya yang tidak
mudah dipengaruhi oleh perawat.

Pada kasus ini lebih tepat apabila diterapkan dimensi suka (hue) dalam kadar tertentu,
sebatas untuk sarana penyampaian pesan profesional. Model ini ditekankan pada pentingnya
hubungan dalam membantu klien pada pelayanan kesehatan secara langsung.

3. Model Interaksi King

Model interaksi King menekankan arti proses komunikasi antara perawat dan klien
dengan mengutamakan penerapan system perspektif untuk mengilustrasikan profesionalisme
perawat dalam memberikan bantuan kepada klien.
Model inimenekankan arti penting interaksi berkesinambungan di antara perawat dan
klien dalam pengambilan keputusan mengenai kondisi klien berdasarkan persepsi mereka
terhadap situasi.
Interaksi merupakan proses dinamis yang melibatkan hubungan timbal balik antara
persepsi, keputusan, dan tindakan perawat-klien. Umpan balik pada model ini nienunjuknya
arti penting hubungan antara perawat dan klien.

Komunikasi berdasarkan model interaksi King lebih sesuai diterapkan pada klien dewasa
karena model ini mempertimbangkan faktor intrinsik-ekstrinsik klien dewasa yang bertujuan
untuk menjalin transaksi. Umpan balik yang terjadi bermanfaat untuk mengetahui hasil
informasi yang disampaikan diterima dengan baik oleh klien.

D. Prinsip dasar komunikasi terapeutik

a. Hubungan perawat dengan kliein adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan.

b. Prinsip yang sama dengan komunikasi interpersonal devitoyaitu keterbukaan, empati, sifat
mendukung, sikap positif dan kesetaraan.

8
c. Kualitas hubungan perawat dan klien ditentukan oleh bagaimana perawat mendefinisikan
dirinya sebagai manusia

d. Perawat menggunakan dirinya dengan teknik pendekatan yang khusus untuk memberi
pengertian dan merubah prilaku klien.

e. Perawat harus menghargai keunikan klien.

f. Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri.

E. Keberhasilan komunikasi

Komunukasi yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu peristiwa komunikasi tersebut


yaitu komunikator, pesan dan komunikan. Untuk mencapai komunikasi terapeutik dalam
hubungan perawat dan klien, kredibilitas perawat sebagai komunikatorakan menentukan
keberhasilan hubungan yang terapeutik. Karakteristik keberhasilan komunikasi yaitu :

1. memiliki kesadaran yang tinggi

2. mampu melaksanakan klarifikasi nilai

3. mampumengeksplorasikan perasaan

4. mampu untuk menjadi model peran

5. motifasi altruistic

6. rasa tanggung jawab dan etik.

Elemen pesan yang dapat menentukan keberhasilan komunikasi, juga harus memenuhi
syarat sebagai berikut :

1. pesan yang harus direncanakan

2. pesan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh kedua pihak

3. pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima

4. pesan harus berisi hal-hal yang dapat dipahami

5. pesan yang disampaikan tidak samar-samar

F. Faktor yang menghambat dalam proses terapeutik

1. kemampuan pemahaman yang berbeda

2. pengamatan atau penafsiran yang berbeda karena pengalaman masa lalu

3. komunikasi satu arah


9
4. kepentingan yang berbeda

5. memberikan jaminan yang tidak mungkin

6. memberi tahu apa yang harus dilakukan kepada penderita

7. membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi

8. menurut bukti, tantangan serta penjelasan dari pasien mengenai tindakan

9. menghentikan atau mengalihkan pembicaraan

10. memberikan kritik mengenai perasaan penderita

11. terlalu banyak bicara

12. memperlihatkan sifat jemu, bosan, dan pesimis.

G. Teknik-teknik Komunikasi Terapeutik


1. mendengarkan dengan penuh perhatian
2. menunjukkanpenarimaan
3. menanyakan pertanyaan yang berkaitan
4. pertanyaan terbuka
5. mengulang ucapan klien
6. mengklarifikasikan
7. memfokuskan
8. menyatakan hasil observasi
9. menawarkan informasi
10. diam atau memelihara ketenangan
11. meringkas
12. memberikan penghargaan
13. menawarkan diri
14. mengajukan untuk meneruskan pembicaraan
15. Menempatkan kejadian secara berurutan
16. memberikan nasehat
17. memberikan kesempatan
18. refleksi
19. assertive
20. humor

10
ROLE PLAY

A. GAMBARAN KASUS

Resiko kesehatan pada masa dewasa awal berasal dari komunitas, gaya hidup, dan
riwayat keluarga. Semua kebiasaan gaya hidup yang mempengaruhi respons terhadap
stresdapat menyebabkan resiko untuk mendapatkan penyakit. Merokok merupakan factor
resiko untuk penyakit paru-paru, jantung, dan pembuluh darah pada perokok aktif dan pasif.
Yang dapat mengakibatkan pada kerusakan atau kangker paru-paru, emfisemadan
bronchitis kronik.
Penyalahgunaan obat, baik secara langsung atau tidak langsung, dapat menyebabkan
moralitas pada individu dewasa awal.Dapat mengakibatkan keracunan, trauma, bahkan
himgga kematian, atau masalah lalu lintas.

B. STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI

1. Pra interaksi
Pra interaksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi
dengan klien. Anda perlu mengevaluasi diri tentang kemampuan yang anda miliki. Jika
saudara telah siap, maka anda perlu membuat rencana interaksi dengan klien.

1) Evaluasi diri
Coba pertanyaan berikut:
Apa pengetahuan yang saya miliki tentang keperawatan jiwa?
Apa yang akan saya ucapkan saat bertemu dengan klien?
Bagaimana respon selanjutnya jika klien diam, menolak,marah atau inkoheren?
Adakah pengalaman interaksi dengan klien yang negatif/buruk/tidak menyenangkan?
Jika ada lakukan dengan koreksi dengan cara membaca cara-cara berhubungan dengan klien.
Konsultasi dengan pembimbing klinik, diskusi dengan teman sekelompok.
Bagaimana tingkat kecemasan saya? Jika cemas ringan, lakukan interaksi. Jika cemas sedang,
usahakan sampai anda dapat mengatasi kecemasan.

2) Penetapan tahapan hubungan/interaksi


Berikut perlu di tetapkan tahapan hubungan anda berikutnya:
Apakah pertemuan/kontak pertama?
Apakah pertemuan lanjutan?
Apa tujuan pertemuan? Mengkaji/observasi/pemantauan/tindakan keperawatan terminasi?
Apa tindakan yang saya lakukan?
Bagaimana cara melakukannya?
11
3) Rencana interaksi
Siapakan secara tertulis rencana percakapan yang akan anda lakukan pada saat berhubungan
dengan berkomunikasi bersama klien.
Teknik komunikasi apa yang anda akan terapkan,kaitkan dengan tujuan anda melakukan
hubungan dengan klien. Hal ini berhubungan dengan tahapan hubungan yang akan dilakukan.
Teknik observasi apa yang perlu saudara lakukan selama berhubungan dengan klien.

2. Fase perkenalan atau Orientasi

1) Fase perkenalan
Perkenalan merupakan kegiatan yang pertama kita lakukan pertama kali bertemu dengan
klien. Hal yang perlu dilakukan adalah :
a) memberi salam
assalammua’laikum, selamat pagi, selamat siang, selamat sore, malam atau sesuai dengan
latar belakang social budaya yang disertai dengan mengulurkankan tangan untuk berjabat
tangan.
b) memperkenalkan diri perawat
Nama saya suster Santi, saya senang dipanggil suster Santi!

c) Mengenalkannama klien
Nama Bapak atau Ibu, saudara atau saudari atau senang dipanggil apa?

d. Menyepakati Pertemuan
Bunyi kesepakatan tentang pertemuan terkait dengan kebersediaan klien untuk bercakap-
cakap (tempat bercakap-cakap dan lama percakapan).
Contoh komunikasi :
“bagaimana kalau kita bercakap-cakap.”
“Ayo kita bercakap-cakap!”
“Dimana kita duduk?” (sebutkan)
“Ayo kita duduk disana.” (sebutkan)
Jika di klinik/rumah sakit langsung katakan “silahkan duduk!”.
Jika dikamar klien, saudara langsung duduk disamping klien.

e. Menghadapi kontrak

12
Pada pertemuan awal saudara perlu melengkapi penjelasan identitas saudara sehingga saat
interaksi klien percaya pada saudara.
Contoh komunikasi :
“Saya perawat yang bekerja di ….., saya yang akan merawat Angel selama 3 hari”. (contoh
bila nama kesenangan nya Angel).
“Dimulai saat ini sampai dengan ….., saya dating jam 07.00 dan pulang jam 14.00”.

Klien menyepakati tujuan interaksi :


“Saya akan membantu Angel untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi”.
“Kita bersama-sama menyelesaikan masalah yang dihadapi Angel”.

f. Memulai percakapan awal


Pada awalnya focus percakapan adalah pengkajian keluhan utama atau alas
an masuk rumah sakit. Kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait dengan keluhan
utama. Jika mungkin melengkapi format pengkajian proses Keperawatan.
Contoh komunikasi untuk mengkaji keluhan utama.
Untuk melengkapi identitas saudara :
“Apa yang terjadi dirumah sampai Angel dibawa kemari?”
“Apa yang Angel rasakan sampai datang kemari?”
“Apa yang Angel susahkan saat ini?”
“Apa masalah yang Angel rasakan saat ini?”
Jika klien menjawab, lanjutkan eksplorasi sesuai dengan format
pengkajian terutama hal-hal terkait dengan keluhan utama.
Jika klien tidak menjawab :
“Saya tidak dapat membantu jika Angel tidak mau menceritakan hal yang
Angel hadapi.Tampaknya Angel belum mau cerita, kita duduk saja bersama.”(10 menit).

g. Menyepakati Masalah klien


setelah pengkajian, jika mungkin pada akhir wawancara sepakati masalah
atau kebutuhan klien.

Contoh komunikasi:
13
“Dari percakapan kita tadi tampaknya Yanti….”(sesuai dengan kesimpulan
masalah /kebutuhan yang dimiliki klien). Gunakan bahasa yang yang dimengerti klien,
misalnya:
“ tampaknyaYanti tidak nafsu makan karena nyeri pada ulu hati” (untuk masalah Gastritis).
“Tampaknya Yanti kelihatan sesak napas” (untuk masalah Asma).

h. menghindari perkenalan

2). fese Orientasi


Fase Orientasi dilaksakan pada awal setiap pertemuan kedua dan
seterusnya. Tujuan fase orientasi adalah memvalidasi kekurangan data,rencana yang telah
dibuat dengan keadaan klien saat ini. Umumnya dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan
bersama klien.

a) Memberi Salam
sama dengan fase perkenalan
b) Memvalidasi Keadaan Klien
“bagai mana keadaan Yanti hari ini?”
“cobayanti ceritakan prasaan hari ini!”
“adakah hal yang terjadi,selama kita tidak bertemu? Coba ceritakan!”
c) Mengingat Kontrak
setiap berinteraksi dengan klien dikaitkan dengan kontrak pada pertemuan sebelumnya.
“Yanti masih ingatkah jam brapa kita bertemu?”
“sesuai dengan janji kita yang lalu akan bertemu pada jam …(sesuai perjanjian).”
“Yanti masih ingatkah apa topic pembicaraan kita.”
“sesuai dengan perjanjian yang lalu saya akan memberikan suntikan lagi.”
“sesuai dengan perjanjian kita tadi,sekarangyanti akan saya bantu latihan secara efektif.”

3. Fase Kerja

Fase kerja merupakan inti hubungan keperawatan klien yang terkait erat dengan
pelaksaan rencana tindakan perwatan yang akan yang dilaksanakan sesui dengan tujuan yang
akan dicapai.
Tujuan tindakan keperawatan yaitu :
14
a) meningkatkan pengertian dan pengenalan klien akan dirinya, prilaku,prasaan, dan pikirannya,
tujuan ini sering disebut juga tujuan kognitif.
Contoh:
“apa yang menyebabkan yanti cemas?”
“apa tanda atau gejala yang yanti rasakan saat cemas?”
“kapan saja yanti merasakan cemas?”
Apa yang yanti rasakan saat merasa cemas?”
b) mengembangkan,mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien secara mandiri
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Tujuan ini sering disebut juga tujuan afektif dan
psikomotor.
Contoh:1
“Apa yangyanti lakukan saat cemas?”
“apa yang yanti lakukan saat jantung berdebar-debar?”
“apakah dengan masalah itu masalah yanti bias selesai?”
“apa kira-kira cara lain yang lebih baik?”
Bagaimana kalau kita bicarakan beberapa cara baru?’
c) melaksanakan terrapin atau tekhnikal keperawatan.
Contoh:
“Bagaimana rasa nyeri yanti?”
“saya bantu untuk mencoba cara mengurangi rasa nyeri.”
“Pertama: Yanti dapat mengalihkan pikiran pada pengalaman yang menyenangkan, atau
membaca, atau mendengar music, atau bercakap-cakap.”
“Kedua: Latihan napas dalam-dalam.” (beri contoh)
“Ketiga: mengusap daerah tertentu.” (beri contoh)
“Mari kita coba.”(Bantu klien melakukannya,beri pujian jika dapat melakukan)
“Bagaimana perasaan ibu?”
“Nah, ibu dapat mencobanya pada saat nyeri, namun jika tidak berhasil panggil perawat.”
d) melaksanakan pendidikan kesehatan
Contoh:
“Sesuai dengan anji kita tadi pagi,saya akan memberi penjelasan tentang cara merawat tali
pusat banyi baru lahir.”
Jelaskan tentang merawat tali pusat banyi baru lahir (jelaskan dengan alat bantu [lembar balik
atau leaflet atau booklet]).
“Ada pertanyaan Bu?Ada yang kurang jelas?”
15
“Ibu dan keluarga boleh mencoba melakukannya di rumah, terimakasih.”
e) melaksanakankolaborasi
Contoh:
“Bu,sekarang sudah pukul 12.00,saatnya ibu mendapat suntikan.”
“Ibu,miring ke sebelah kiri.”
“edikit sakit Bu (katakan ada saat akan menyuntik),tarik napas dalam Bu,ya,sudah.”
“Bagai mana Bu?”
f) melaksanakan observasi dan monitoring
“Bu,sesuai keadaan suhu Ibu yang tinggi maka setiap dua jam saya mengukur suhu, nadi, dan
pernapasan Ibu.”
“Sekarang saya akan ukur suhu Ibu diketiak.”Kemudian perawat meletakan thermometer di
ketiak klien, dan katakan pada klien:
“dijepit ya Bu!”
“Saya ambil ya Bu, sekarag Ibu istirahat lagi, nanti dua jam lagi saya datang.”
4. faseterminasi
a) terminasi sementara
yaitu merupakan akhir dari setiap pertemuan perawat dank lien. Terminasi terbagi menjadi
dua, yaitu:
1) evaluasi hasil
“coba yang disebutkan hal-hal yang sudah kita bicarakan.”
“apa saja yang telah Yantim dapat dari percakapan tadi?”

2) Tindak Lanjut
“bagaimanakaluaYantilakuakn nanti diryangan?”
“yang mana Yang ingin Yanti coba?”

3) Kontrak yang akan datang


Waktu :
“Kapan kita ketemu lagi?”
“bagai mana kalau nanti jam….kita bertemu lagi?”
“kita akan bertemu lagi besok pagi.”
Topic :
“apa saja yang akan kita bicarakan hari ini,nanti atau besok.”
b) Terminasi akhir
16
Terminasi akhir terjadi jika klien akan pulang darirumah sakit atau saudara selesai praktek
dirumah sakit.
1) Evaluasi hasil
“coba sebutkan kemampuan yang didapat setelah dirawat disini?”
“apa saja yang telah diketahui selama dirawat disini?”
2) Tindak lanjut
“Apa rencana kegiatan yantidirumah?”
“Apa gejala dan tanda yang perlu diperhatikan dirumah?”
3) Kontrak yang akan datang

ROLEPLAY

1. Tahap Orientasi

Pada tahap ini perawat sudah datang dan bertatap langsung dengan pasien dengan melihat
kondisinya secara langsung.

P.Regita : Selamat pagi ibu

Pasien : Pagi (tersenyum)

P.Regita : Apa ini benar dengan ibu Tiara?

Pasien : Iya benar sus

17
P.Regita : Perkenal kan bu saya perawat Regita dan ini rekan saya Perawat Lati. Saya
yang akan memeriksa ibu pagi hari ini dari jam 9 sampai jam 12 siang nanti menggantikan
piket nya Perawat Dina yang biasa memeriksa ibu (senyum lalu bertanya). Bagaimana
keadaan ibu hari ini?

Pasien : Oh iya, keadaan saya hari ini udah sedikit mendingan dari yang kemarin.

P.Regita : Syukur deh bu, berarti itu tanda nya ibu akan segera pulih kembali . Apakah
ibu sudah makan hari ini?

Ny. Tiara : Sudah sus


P.Regita : Makannya banyak atau sedikit bu?
Ny.Tiara : Saya hanya makan beberapa sendok saja sus
P.Regita : Nanti siang makanya sedikit dibanyakin dari pagi tadi ya bu, biar ibu cepat
sembuh
Ny.Tiara : Baik sus

2. Tahap Kerja

Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari komunikasi terapeutik. Pada tahap
ini sudah masuk pada rencana apa yang akan kita berikan sebagai seorang
perawat.

P.Regita : Baik bu, apakah saya boleh memeriksa ibu?

Pasien : Iya bisa sus Regita, tetapi apakah cucu saya boleh ikut masuk kesini?

P.Regita : Oh tentu saja boleh bu, sebentar ya bu rekan saya Lati akan memanggil cucu
ibu diluar
Pasein : Baik sus
Cucu pun memasuki ruangan tempat pemeriksaan neneknya
P.Lati : Ini cucu ibu bu
Pasien : Iya sus, silahkan periksa saya
P.Regita : Baiklah Ibu Tiara, berhubung sekarang cucu ibu sudah ada disini, sekarang
izinkan saya untuk memeriksa ibu, boleh bu Tiara?

Ny.Tiara : Iya boleh sus

18
P.Regita : Saya akan memulai dengan memeriksa tekanan darah ibu. Bisa kah ibu
menjulur kan tangan ibu.

Pasien : Oh iya bisa sus

P.Regita : Tekanan darah ibu saat ini 120/80 MmHg, lebih baik dari kemarin yang saya
lihat di catatan kemarin, darah ibu 140/90 MmHg..

Pasien : Oh iya? akan tetapi saya sedikit takut karna kepala saya sampai saat ini
masih terasa pusing seperti beputar – putar. Apakah itu tak mengapa sus ?

P.Regita : Oh engga kok bu itu adalah hal yang wajar akan tetapi seiring dengan waktu
rasa pusing yang ibu rasa kan akan perlahan–lahan hilang.

Pasien : Apakah sebaik nya itu tidak diberikan obat saja oleh dokter sus ?

P.Regita : Oh engga perlu di berikan obat itu bu karna ditakutkan jika ibu banyak
mengonsumsi obat bukan malah sembuh penyakit ibu akan tetapi lebih parah.

Pasien : Oh iya sus ? baik lah jika begitu terima kasih untuk saran nya .

P.Regita : Sama – sama ibu

3. Tahap Terminasi

Tahapan Ini merupakan akhir dari pertemuan, dimana seorang perawat harus berpisah
dengan seorang pasien.

P.Lati : Apakah ibu masih ingin bertanya

Pasien : Tidak sus Lati

P.Regita : Baiklah, jika ibu sudah tidak ingin bertanya lagi maka saya izin permisi ya
ibu, nanti saya akan sering-sering melihat perkembangan ibu.

Pasien : Baik sus,terima kasih ya sus

P.Lati : Iya ibu sama-sama, Permisi ibu, selamat pagi

Pasien : Selamat pagi

3. Tahap Evaluasi
Setelah pasien bertanya tentang hal yang tidak diketahuinya kepada perawat, pasien akhirnya
mengerti dan lebih mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan.

19
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN DAN SARAN

Konsep komunikasi terapeutik sangat perlu dilakukan karena sangat membantu sekali
dalam penyembuhan pasien, terutama pada dewasa awal yang sering mengalami berbagai
masalah dalam kehidupannya, Agar seseorang berguna dalam kehidupannya, maka dari itu
merawat diri sendiri lebih baik dibandingkan menyusahkan orang lain.

20
Peran perawat juga sangat penting dalam komunikasi karena perawat sebagai pemberi
asuhan jadi yang banyak berperan dalam komunikasi terpeutik terdapat pada bagianperawat
juga.

Komunikasi terapeutik pada pasien dewasa adalah komunikasi yang dilakukan antara
perawat dan pasien (dewasa) yang direncanakan secara sadar. Bertujuan untuk mendukung
kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik juga berguna untuk membangun kerjasama antara
perawat dan pasien sehingga mendukung suksesnya proses tindakan keperawatan.
Komunikasi kepada pasien penting dilakukan untuk memberikan pengertian kepada pasien
agar pasien tidak salah paham terhadap tindakan yang dilakukan oleh perawat dan juga dapat
mengurangi beban perasaan dan pikiran, mengurangi keraguan dan menimbulkan rasa
nyamanan.

Faktor yang dapat mempengaruhi dalam melakukan komunikasi terapeutik


diantaranya sikap, waktu, tempat dan situasi. Sebagai contoh jika seseorang mengucapkan
kata “sayang” tapi dengan kepala menunduk dan dengan nada yang datar maka itu diartikan
sebagai ungkapan penyesalan. Seseorang meludah didepan orang dapat diartikan sebagai
ungkapan rasa benci atau tidak suka terhadap orang itu dan persepsi itu muncul walaupun si
pelaku tidak bermaksud seperti itu. Faktor yang dapat menghambat suksenya suatu
komunikasi terapeutik diantaranya, pemahaman yang beda, salah penafsiran, kepentingan
yang berbeda, mengalihkan pembicaraan, terlalu banyak bicara, memperlihatkan sikap jemu,
bosan dan pesimis.

B. SARAN

1. Mahasiswa mampu menerapkan teraupetik dalam pembelajaran serta praktik keperawatan


2. mahasiswa dapat mendeskripsikan apa yang di maksud dengan teraupetik
3. pemahaman mahasiswa sangat di perlukan dalam teraupetik.

21
DAFTAR PUSTAKA

Damalyanti, S.kep, Ns., Mukhrifah.2008. Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan. PT


Reflika Aditama : Bandung

repo.unand.ac.id › buku rika

https://jurnal.usu.ac.id › index.php › flow › article › viewFile

jurnal.uii.ac.id › jurnal-komunikasi › article › download

22
bppsdmk.kemkes.go.id › pusdiksdmk › wp-content › uploads › 2017/08

23

Anda mungkin juga menyukai