Soal B Sulis :
1. Pengertian komunikasi terapeutik pada dewasa dan keluarga (pilih saah satu)
3. Permasalahan yang sering terjadi saat komunikasi terapeutik pada dewasa dan keluarga
(pilih salah satu)
4. Strategi komunikasi terapeutik pada orang dewasa dan keluarga pilih salah satu)
5. Buat sekenario penerapan komunikasi terpeutik pada orang dewasa dan keluarga (pilih
salah satu)
Soal bu indari :
Sebutkan dan jelaskan hambatan komunikasi pada pasien dengan gangguan jiwa (sertakan
contohnya)
Soal P Dion :
1. Sebutkan dan jelaskan salah satu gangguan kebutuhan khusus dan satu masalah
komunikasinya
2. Sebutkan dan jelaskan salah satu gangguan fisik yang dapat menyebabkan masalah
komunikasi
Bu. Sulis
1. Dewasa
Dari segi psikologis, Orang dewasa dalam situasi komunikasi mempunyai sikap-sikap
tertentuyaitu :
1. Komunikasi adalah sutu pengetahuan yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri,
maka orang dewasa tidak diajari tetapi dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang
lebih muktahir.
2. Komunikasi adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus, manusia punya
perasaan dan pikiran.
3. Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling memberi dan
menerima, akan belajar banyak, karena pertukaran pengalaman, saling mengungkapkan
reaksi dan tanggapannya mengenai suatu masalah.
Komunikasi pada dewasa awal mengalami puncaknya pada kematangan fisik, mental
dan kemampuan social mencapai optimal.Peran dan tanggung jawab serta tuntutan
social telah membentuk orang dewasa.melakukan komunikasi dengan orang lain, baik
pada setting professional ketika mereka bekerja atau pada saat mereka berada di
lingkungan keluarga dan masyarakat umum.
Teknik komunikasi yang dikembangkan pada masa dewasa telah mencapai tahap
optimal, baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Kemampuan untuk
mengembangkan komunikasi (sebagai media transfer informasi). Dalam menguasai
pesan yang diterima, individu dewasa tidak hanya melihat isi pesan, tetapi juga
mempersiapkan pesan tersebut dengan lebih baik serta menciptakan hubungan antar
pesan yang di terima dengan konteks atau situasi pesan tersebut disampaikan.Pesan
yang diterima individu dewasa kadang kala dipersepsikan bukan hanya dari konteks isi
pesan, tetapi lebih kompleks lagi disesuaikan dengan situasi dan keadaan yang
menyertai. Contoh: “sayang…” dari sepenggal kata tersebut ketika diungkapkan dengan
nada datar, akan memberi kesan yang menyesalkan. Kesan ini semakin kuat bila
penyampai pesan menunjukkan rasa penyesalan dari gerakan bibir, raut wajah, kepala
menunduk. Namun, bila ungkapan tersebut diucapkan dengan menggunakan bahasa
yang halus dan mendesah serta menyampaikan pesan dengan menunjukkan ekspresi
mata bersinar, wajah cerah atau normal, persepsi individu dewasa tersebut adalah
bahwa makna kata “sayang” tersebut adalah perasaan suka atau cinta. Kemampuan
untuk menilai respon verbal dan nonverbal yang disampaikan lingkungan memberi
keuntungan karena pesan yang kompleks dapat disampaikan secara sederhana.Namun,
kadang kala kemampuan kompleks untuk menangkap pesan ini menimbulkan kerugian
pada manusia karena kesalahan dalam menerima pesan menjadi lebih besar, akibat
pengguna persepsi dan lingkungan yang lebih kompleks.Contoh : seseorang yang
meludah didepan atau didekat orang seseorang kadang kala di persepsikan sebagai rasa
tidak suka atau benci terhadap orang tersebut, atau orang yang meludah tersebut tidak
bermaksud sebagaimana dipersepsikan orang lain. Situasi diatas selanjutnya
menimbulkan konflik antar individu atau kelompok.
2. Dewasa
Ikhlas (Genuiness)
Keikhlasan adalah karakteristik pertama yang bisa terlihat dari proses komunikasi
teraupeutik. Seorang perawat harus mampu menunjukkan sikap keikhlasan yang bisa
dirasakan oleh pasien, sehingga komunikasi yang dilakukan memiliki makna. Ini
merupakan modal awal dalam menjalin komunikasi kepada klien. Keikhlasan juga bisa
mencegah timbulnya hambatan-hambatan komunikasi tertentu.
Empati
Kehangatan
Suasana hangat dan permisif merupakan karakteristik yang bisa terlihat dari terjalinnya
suatu komunikasi terapeutik. Klien memiliki kebebasan untuk mengungkapkan cerita
dan pendapatnya tanpa ada batasan-batasan tertentu. Hal ini merupakan sesuatu yang
menjadikan komunikasi ini bisa menjadi salah satu bagian dari “terapi” untuk
mendorong kesembuhan klien.
Jujur
Karakteristik lain yang bisa muncul yaitu nilai kejujuran dalam komunikasi tersebut.
Kejujuran, sebagaimana dijelaskan pada poin tentang empati memiliki makna yang
menarik, karena seorang perawat harus bisa membangun kejujuran di dalamnya. Tentu
saja ini juga memungkinkan sikap terbuka dari klien, yang membuat tujuan dari
komunikasi terapeutik ini tercapai. Apalagi di dalamnya juga melibatkan sistem
komunikasi interpersonal.
Altruistik
Selain jujur, perawat juga harus bisa menerapkan altruisme di dalam komunikasi
terapeutik. Sifat altruisme adalah kepuasan ketika menolong orang lain. Pemahaman ini
tentu menjadi dasar, bahwa pada dasarnya komunikasi terapeutik bisa dilakukan apabila
ada rasa puas dari perawat manakala ia bisa menolong pasien.
Menggunakan etika
Etika komunikasi merupakan bagian yang juga penting dari komunikasi terapeutik. Ini
menjadi sebuah karakteristik yang khas dari tipe komunikasi. Memperhatikan etika
dalam berkomunikasi bisa menjadi strategi yang tepat untuk membina hubungan saling
percaya. Tentu saja ini merupakan salah satu hal yang bisa menjadi modal awal untuk
berkomunikasi dengan klien.
Bertanggung jawab
3. Dewasa
Mudah tersinggung
Beberapa pasien yang diajak berkomunikasi kadang kala menjadi sangat mudah
tersinggung. Hal ini bisa terjadi karena memang sifat pasien atau efek obat-obatan yang
membuatnya menjadi mudah emosi.
Kondisi pasien yang mudah tersinggung tentunya menjadi hambatan besar bagi perawat
karena harus memilih dengan baik setiap kalimat yang akan diucapkan.
Dalam komunikasi yang menyebabkan pasien menjadi mudah tersinggung seperti ini,
perawat sebaiknya lebih banyak meminta maaf agar pasien menjadi lebih nyaman
dalam berkomunikasi, bahkan meskipun perawat tersebut tidak memiliki kesalahan.
Pasien yang memiliki trauma pada masa lalunya juga akan menjadi hambatan dalam
komunikasi terapeutik yang dilaksanakan.
Trauma masa lalu bisa saja membuat pasien menjadi lebih mudah tersinggung, mudah
menangis, bahkan marah tanpa alasan pada perawat.
Maka dari itu, diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai riwayat medis atau latar
belakang pasien sebelum melakukan komunikasi terapeutik.
Sebisa mungkin hindari pembicaraan yang mengingatkan pasien pada masa lalunya dan
yakinkan bahwa masa depannya begitu indah.
. Sepele
Beberapa pasien sering menganggap remeh atau sepele pada perawat yang berusaha
melakukan komunikasi dengannya.
Sikap sepele ini biasanya sering ditemukan pada pasien yang telah lanjut usia. Merasa
lebih tua dan lebih bijak dalam menghadapi kehidupan membuat mereka sering cuek
dan tidak peduli pada perawat yang lebih muda sehingga terkesan sepele.
Sikap sepele ini hanya bisa diatasi dengan kelembutan dan kesabaran dari perawat yang
melakukan komunikasi terapeutik.
Dengan kesabaran dan ketelatenan dalam merawat pasien, maka pasien akan mengerti
dengan sendirinya.
Wawasan yang kurang
Komunikasi terapeutik yang baik juga harus didukung dengan wawasan yang baik oleh
perawat.Wawasan disini maksudnya adalah kemampuan dalam menggunakan dan
mengaplikasikan ilmu dalam komunikasi terapeutik.Setiap perawat tentunya telah
mendapatkan bekal mengenai cara menghadapi pasien yang baik dan benar.Jika
wawasan perawat kurang, maka komunikasi terapeutik yang dilakukan tentunya juga
tidak dapat berjalan dengan baik.
4. Dewasa
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaryhi tingkah laku manusia
kearah yang lebih baik sehinggga perawat perlu untuk menguasai tekhnik komunikasi
yang tepat untuk setiap karakteristik klien
Orang dewasa memiliki pengetahuan, sikap, dan keeterampialan yang menetap
dalam dirinya yang sukar untuk dirubah dalam waktu yang singkat sehingga perlu
model komunikasi yang tepat agar tujuan dapat tercapai.
Model konsep komunikasi yang sesuai untuk klien dewasa adalah interaksi king
dan model komunikasi kesehatan yang menekankan hubungan relationship yang
saling memberi dan menerima serta adanya feedback untuk mengevakuasi
apakah informmasi yang disampaikan sesuai dengan yang ingin dicapai.
5. Dewasa
STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PADA DEWASA
- Saya menyiapkan
peralatannya dulu ya
mbak - Baiklah kalau
begitu bu saya
bersedia
- Baik bu saya
setuju
2. Kerja - Sebelum saya memulai - Apakah perawatan
kerja, apa ada yang ingin luka ini penting bu
ditanyakan dulu bu? dan berapa
frekuensi
pergantian
perbannya?
- Oh begitu bu
• Mudah Tersingguh
Beberapa pasien yang diajak berkomunikasi kadang kala menjadi sangat mudah tersinggung.
Hal ini sangat mempengaruhi dalam hal komunikasi dengan pasien jika kita tidak mengetahui
sifat dan karatkter pasien akan sangat mudah untuk tersinggung atau marah.
Contoh : ketika perawat dan pasien sedang melakukan komunikasi akan tetapi perwat tidak tau
jika kata kaa tersebut membuat kornban tersinggung dan merasa marah sehingga kita harus
berhati hati dan mencari luang atau celah dalam berkomunkasi
• Trauma Masa lalu
Pasien yang mengalami trauma pada masa lalu juga akan menjadi hambatan dalam komunikasi
terapeutik yang dilaksanakan, seseorang yang sedang mengalami trauma masa lalu kita harus
mengetahui riwayat dari pasien dan harus menjaga omongan yang membuat teringat akan
masa lalu pasien
Contoh : Di dalam pembicaraan komunikasi sebelum melakukan tindakan komunikasi kita harus
melihat riwayat dari pasien apa yang selalu membuat trauma pada masa lalu pasien , sehingga
kita bisa menjaga apa yang tidak menjadikan pengingat masa lalu pasien
Pak Dion
Menurut PP No.72 tahun 1991, anak tunagrahita diartikan sebagai anak-anak yang
memiliki kecerdasan di bawah rata-rata anak pada umumnya. Bandi (2006) secara
lebih lengkap mendefinisikan tunagrahita sebagai individu yang memiliki intelegensi
yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidak mampuan dalam
adaptasi prilaku, yang muncul dalam masa perkembangan. Payne & Payton (1981)
berpendapat bahwa skor IQ seseorang tunagrahita adalah 70.Definisi yang diberikan
Bandi tidak sekedar memberikan pengertiantentang tungrahita saja, tapi juga
memberikan pengertian bahwa tunagrahita merupakan suatu kondisi bukan penyakit
yang harus diobati secara medis. Tunagrahita juga bisa menjadi bagian dari satu kondisi
disabilitas seperti halnya pada kasus sindrom down (Hildebrand, 2000). Anak
tunagrahita seringkali memiliki masalah dalam pengendalian emosi, pengendalian fisik,
dan keterampilan sosial, tapi masih bisa belajar (Hildebrand, 2000). Proses
pembelajaran pada anak tunagrahita berbeda dengan anak pada umumnya.
Pembelajaran pada anak tunagrahita harus lebih sering diulang, menggunakan bahasa
yang jelas (mudah difahami). Intensitas pembelajaran yang semakin sering berperan
besar dalam peningkatan kemandirian dan ketrampilan kerjanya (Hildebrand, 2000).
Berikut pembagiantunagrahita menurut Sobur (2003)
2. Gangguan wicara
Gangguan wicara adalah ketidak mampuan seseorang untuk berbicara, dapat terjadi
akibat kerusakan organ lingual, kerusakan pita suara, ataupun gangguan persarafan.
Gangguan wicara dapat menghambat komunikasi karena kesulitan untuk langsung
mengatakan keluhan atau perasaan yang akan di ungkapkan
3. Masalah penglihatan
Masalah penglihatan pada pasien, terutama pasien lansia tentunya juga akan
memberikan pengaruh pada lambatnya komunikasi terapeutik yang dilakukan.
Penglihatan yang menjadi kabur atau bahkan tidak dapat melihat sama sekali tentunya
akan menghambat komunikasi non verbal atau bahasa tubuh yang digunakan.
Namun masalah ini dapat diatasi dengan lebih menaikkan volume suara yang digunakan
ketika berbicara selama indra pendengaran pasien masih berfungsi dengan baik.
Namun pastikan pula tidak menaikkan volume suara tidak terlalu menekan karena justru
akan lebih terdengar seperti membentak.
Mempermalukan perawat
Hambatan lain yang perlu diwaspadai adalah sikap pasien yang kadang justru
mempermalukan perawat.
Hal ini sering kali terjadi pada perawat yang merawat pasien dalam usia lanjut. Secara
sadar maupun tidak sadar, mereka berusaha terlihat lebih kuat dan lebih berwenang
dibandingkan dengan perawat.
Kondisi ini justru akan semakin memperburuk komunikasi terapeutik yang dilakukan
bahkan bisa saja komunikasi terputus begitu saja karena rasa sakit hati yang dialami
oleh perawat.
Lupa
Bagi perawat yang melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien lanjut usia, salah
satu hambatan yang sering dijumpai adalah penyakit lupa.
Lupa atau pikun yang dialami oleh pasien sering kali membuat perawat harus
mengulangi lagi apa yang telah dikatakannya. Bahkan terkadang puluhan kali berbicara
pun, pasien juga bisa lupa.
Kondisi ini sebaiknya harus dimaklumi oleh perawat karena merupakan hal di luar
kemampuan si pasien.
Pasien yang mengalami pikun sebaiknya diperlakukan dengan sangat lembut agar
komunikasi tetap berjalan dengan baik meskipun harus sering mengulang.