Anda di halaman 1dari 161

KOMUNIKASI

Teori dan Aplikasi dalam


Asuhan Keperawatan Klien

Suprianto
Kata Pengantar

Ide menulis buku ini sebenarnya muncul ketika penulis


mendapat tugas untuk memberi kuliah komunikasi dalam
keperawatan pada program diploma III Keperawatan. Saat itu
untuk mendapatkan buku dan referensi yang representatif
terkait komunikasi masih tidak terlalu banyak bahkan boleh
dibilang kurang. Memang terdapat beberapa buku keperawatan
berbahasa Inggris di perpustakaan, tetapi kendala terbesar
adalah pada mahasiswa tugas belajar kiriman dari daerah-
daerah yang kemampuan berbahasa Inggris agak kurang.
Mulailah kami mengumpulkan beberapa referensi yang
berkaitan dengan komunikasi yang kemudian disusun menjadi
modul belajar, disesuaikan dengan kurikulum D-III
keperawatan yang saat itu sedang digunakan. Setelah 3 tahun
akademik modul digunakan dengan selalu melakukan revisi
terkait terbitnya buku-buku baru keperawatan, terpikirlah
untuk mengumpulkan modul belajar itu menjadi sesuatu yang
lebih bermanfaat bukan hanya di dalam kampus.
Memperhatikan kurikulum mata kuliah komunikasi
dalam keperawatan dan kondisi-kondisi praktik perawat di
fasilitas kesehatan, kami berharap buku ini dapat membantu
mahasiswa keperawatan baik diploma III maupun S-1
keperawatan dalam memahami komunikasi perawat maupun
para praktisi di lapangan.
Isi buku ini selain berfokus pada komponen dan proses
komunikasi juga menguraikan tentang cara-cara memperbaiki
kemampuan komunikasi individu perawat dan aplikasi pada
asuhan keperawatan klien dengan masalah-masalah
komunikasi.
Kami telah berusaha semaksimal mungkin dan ini
merupakan karya terbaik yang bisa kami tuliskan walaupun
kami percaya masih banyak yang perlu disempurnakan yang
merupakan tantangan.
Terima kasih disampaikan kepada semua pihak atas
bantuan buku dan dorongan moril sehingga kami
memberanikan diri untuk menulis buku yang masih jauh dari
harapan. Harapan kami semoga bermanfaat dan Allah SWT
senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita sekalian.

Persembahan
Karya ini kupersembahkan untuk para guru-guru kami atas
jasa-jasanya, kepada kedua orang tua, Yudan putraku dan
seluruh keluarga serta sejawat dosen dan staf eks. Program
Studi Keperawatan Anestesi Surabaya, Jurusan Keperawatan
Poltekkes Surabaya You’e a big my family
DAFTAR ISI

Halaman
Pendahuluan

Pengertian, Maksud dan Tujuan Komunikasi

Unsur-unsur dalam Komunikasi

Proses Komunikasi

Jenis Komunikasi

Prinsip-prinsip dalam Komunikasi

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses


Komunikasi

Masalah-masalah dan Hambatan Komunikasi


dalam Keperawatan

Strategi Pemecahan Masalah dalam Komunikasi


Keperawatan

Komunikasi Terapeutik

Komunikasi dalam Proses Keperawatan

Model-Model Intervensi Keperawatan pada Klien


dengan Masalah Komunikasi dan Interaksi
Sosial

Berkomunikasi dengan Klien yang Memiliki


Kebutuhan Khusus

Penutup
Pendahuluan
Manusia mempunyai suatu dorongan dari dalam
dirinya untuk saling berhubungan dengan sesamanya. Mereka
selalu bergaul dan secara terus-menerus mencari hubungan
antara sesama mereka. Demikian juga orang-orang yang telah
menarik dirinya dari pergaulan dengan orang-orang lain tetap
bersikap sebagaimana mereka telah mempelajarinya tentang
bergaul dengan orang lain.manusia saling tergantung
sesamanya, mereka saling membutuhkan untuk menjadi
manusia dan tetap sebagai manusia.
Sepanjang siklus kehidupan manusia, sesungguhnya
mereka melakukan komunikasi. Suatu keinginan kuat untuk
mengadakan kontak, mengarahkan bahwa manusia banyak
mempergunakan waktu dan tenaga untuk membantu dan
membina hubungan antar mereka. Daya tahan hidup seorang
bayi tergantung dari usahanya untuk mendapatkan perhatian
dari orang yang merawatnya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya. Keefektifan dan kebahagiaan orang dewasa
berhubungan langsung dengan kemampuannya untuk
membentuk hubungan-hubungan yang memuaskan. Jika
hubungan terputus atau menjadi sumber stress, pada
umumnya yang ditunjuk sebagai penyebab adalah komunikasi
yang buruk. “Saya tidak tahu harus bagaimana. Sepertinya ia
tidak ingin tahu apa yang saya sampaikan”. Karena itu
komuniasi tidak bisa dipisahkan dari setiap individu yang
hidup.
Seringkali masalah bukan berasal dari apa yang
dikomunikasikan, tetapi dari proses komunikasi itu sendiri.
“Bukan apa yang dikatakannya, tetapi cara dia
mengatakannyalah yang sangat berarti bagi saya”. Komunikasi
tidak hanya mengacu pada isi, tetapi juga pada perasaan dan
emosi individu yang menyampaikan hubungan. Kebisuan juga
merupakan sebuah makna komunikasi.
Komunikasi merupakan elemen dasar dari interaksi
manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan,
mempertahankan dan meningkatkan kontak dengan orang lain.
Mengabaikan orang lain dapat dikatakan sebagai
mengkomunikasikan sikap tidak bersahabat, ketegangan,
kesibukan dan kurang pengertian terhadap topik pembicaraan.
Komunikasi juga merupakan dasar bagi persepsi
seseorang, koordinasi interaksi, manajemen hubungan dengan
orang lain dan memudahkan merubah orang lain. Kadangkala
individu merasakan komunikasi menjadi tidak efektif karena
kesalahan dalam menafsirkan pesan yang diterimanya. Hal ini
disebabkan karena setiap manusia mempunyai keterbatasan
dalam menelaah komunikasi yang disampaikan. Kesalahan
dalam menafsirkan pesan ini bisa disebabkan karena persepsi
yang berbeda-beda.
Komunikasi dapat terjadi pada tingkat intrapersonal
dalam diri seseorang seperti halnya pada tingkat interpersonal
dan kelompok. Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi
yang anda lakukan pada diri sendiri, disebut juga dengan self
talk. Komunikasi intrapersonal dapat memengaruhi
kemampuan seseorang dalam memahami maksud orang lain.
Komunikasi berlangsung dalam tautan sosial yang
ditentukan oleh seperangkat aturan. Kebanyakan aturan ini
tidak dibicarakan dan merupakan hal yang khas bagi tiap
kelompok budaya masing-masing. Kelompok yang berbeda
menggunakan aturan yang berbeda untuk mengatur
komunikasi, demikian halnya profesi keperawatan.
Komunikasi adalah sebuah faktor yang paling penting yang
digunakan untuk menetapkan hubungan terapeutik antara
perawat dan klien. Proses komunikasi ditegakkan dengan suatu
hubungan saling percaya dengan klien dan orang-orang
terdekat.
Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih
bermakna karena merupakan metoda utama dalam
mengimplementasikan proses keperawatan. Keperawatan
didasarkan pada penetapan hubungan merawat dan membantu.
Hubungan ini adalah dasar dari interaksi perawat-klien untuk
menemukan dan membantu penyelesaian masalah. Perawat
yang berkomunikasi efektif akan dapat mengumpulkan data,
mengawali intervensi, mengevaluasi tujuan intervensi,
melakukan promosi kesehatan dan menghindari masalah-
masalah legal yang berhubungan dengan praktek keperawatan
secara lebih baik. Perawat mendengar, berbicara, bertindak
untuk menegosiasikan perubahan demi peningkatan kesehatan
klien.
Seorang perawat memerlukan pengetahuan mengenai
kegiatan komunikasi sebelum ia dapat membantu klien untuk
berkomunikasi. Oleh karena itu perawat memerlukan
kemampuan khusus yang salah satunya mencakup ketrampilan
dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perawat yang
memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak
saja akan mudah menjalin hubungan saling percaya dengan
klien, tetapi juga mampu mencegah terjadinya masalah legal,
memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan
keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta
cita tempat dia bekerja. Terlebih lagi adalah mampu
mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan
terhadap sesama manusia. Ketrampilan komunikasi yang baik
mutlak diperlukan dalam keperawatan, sebab bagaimana Anda
berkomunikasi mempengaruhi apa yang anda komunikasikan.
PENGERTIAN, MAKSUD DAN TUJUAN
KOMUNIKASI

Pengertian Komunikasi
Komunikasi dapat didefinisikan sebagai perubahan
informasi. Komunikasi adalah proses yang kompleks yang
melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan
individu berhubungan dengan orang lain dan lingkungan.
Istilah komunikasi mempunyai berbagai makna, tergantung
pada konteks dimana kata tersebut digunakan. Salah satu
diantaranya, komunikasi berarti pertukaran informasi antara 2
orang atau lebih, dengan kata lain pertukaran ide atau pikiran.
Komunikasi jenis ini menggunakan metode seperti bercakap-
cakap dan mendengarkan atau menulis dan membaca. Akan
tetapi, lukisan, sendratari, juga merupakan metode
komunikasi. Hal ini berarti bahwa pengungkapan pikiran tidak
hanya melalui bicara atau tulisan, tetapi juga bisa dengan
ekspresi dan gerakan tubuh.
Komunikasi dapat memiliki banyak makna bagi
seseorang lebih dari sekedar pertukaran ide atau pikiran.
Komunikasi dapat menjadi sarana pertukaran perasaan dan
sarana interaksi sosial. Sering terjadi, satu anggota keluarga
berpendapat bahwa tidak terjadi komunikasi diantara mereka.
Anak-anak mengeluh terjadi generation gap sehingga tidak
dapat saling memahami atau merasakan figur orang tua atau
orang berpengaruh yang lain. Kadang-kadang seorang perawat
berbicara tidak efektif tetapi jarang yang biasa disebut dengan
bedside manner. Maksud dari kalimat tersebut, kamunikasi
adalah terjadinya pertukaran informasi atau perasaan yang
berarti antara 2 orang atau lebih. Hal ini merupakan komponen
dasar interaksi manusia, termasuk perawat.

Maksud dan Tujuan Komunikasi


Maksud komunikasi adalah untuk memperoleh suatu
respon. Komunikasi adalah suatu proses, yang mempunyai dua
tujuan; mempengaruhi orang lain dan mendapatkan informasi.
Komunikasi dapat digambarkan sebagai hal yang berguna dan
tidak. Komunikasi mendorong terjadinya pertukaran
informasi, pikiran atau perasaan antara 2 orang atau lebih.

Pertanyaan Belajar :
1. Komunikasi berarti pertukaran informasi antara dua
orang atau lebih, yang dengan kata lain dapat dikatakan
sebagai sarana pertukaran :
a. ....................... atau ..............................
b. ..............................
c. ..............................
2. Selain bicara dan tulisan, pengungkapan pikiran dapat
dilakukan dengan :
a. ......................................
b. ......................................
3. Tujuan komunikasi adalah :
a. .......................................
b. .......................................
UNSUR-UNSUR DALAM KOMUNIKASI
Unit dasar komunikasi terdiri dari seorang
komunikator, komunikan dan sebuah pesan dalam konteks
tertentu. Ada empat variabel yang berinteraksi di dalam sebuah
komunikasi dan masing-masing berpengaruh pada arti sebuah
komunikasi.

Pengirim pesan (Komunikator)


Komunikator bermaksud mengirim sebuah pesan
tertentu tetapi bisa mengirim lebih banyak di luar kesadaran
langsungnya. Komunikator adalah sebuah atau sekelompok
orang yang mengawali mengirim pesan pada orang lain, dapat
dianggap sebagai sumber pembuat sandi (encode). Istilah ini
menggambarkan bahwa seorang komunikator harus
mempunyai ide atau perasaan dalam suatu bentuk yang dapat
disampaikan. Encoding meliputi pemilihan tanda atau simbol
(kode) spesifik untuk penyampaian pesan seperti bahasa atau
kata-kata, bagaimana menyusun kata-kata, nada suara dan
mimik yang akan diperagakan.

Pesan
Komponen kedua dari proses komunikasi adalah pesan.
Pesan adalah informasi yang dikomunikasikan pada orang lain.
Pesan dapat berupa verbal, vokal, nonverbal atau kombinasi
dari ketiganya.
Pesan itu sendiri mungkin sejalan dengan maksud yang
diinginkan atau mungkin agak bervariasi dengan maksud
tersebut. Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan
adalah saluran (chanel) yang dapat mencapai beberapa indera
penerima. Isi komunikasi yang tidak disadari atau
tersembunyi merupakan bagian integral dan penting dari
keseluruhan. Oleh karenanya penting bagi media untuk
memastikan pesan dan seharusnya membantu membuat pesan
menjadi lebih jelas.
Bercakap-cakap dengan seseorang mungkin lebih
efektif dalam beberapa situasi daripada pesan melalui telepon
atau surat. Mencatat pesan pada kaset atau berkomunikasi
melalui radio atau televisi mungkin lebih tepat untuk audien
dalam jumlah besar. Komunikasi tertulis lebih tepat untuk
penjelasan atau komunikasi hal-hal yang perlu disimpan.

Penerima pesan (Komunikan)


Komunikan, komponen ketiga dari proses komunikasi
adalah pendengar, yang harus mendengarkan, mengamati dan
memperhatikan. Orang ini adalah membaca sandi (decode),
yang harus merasakan apa yang dimaksudkan komunikan
dengan menggunakan semua indera penerima pesan. Decode
berarti menghubungkan pesan yang dirasakan pada gudang
pengetahuan dan pengalaman komunikan dan menentukan arti
pesan yang dimaksudkan. Pesan dapat dipahami secara tepat
oleh penerima sesuai dengan maksud pengirim, tergantung
pada latar belakang tingkat pengetahuan, pengalaman dan
sosial budaya. Komunikan bisa menangkap apa yang
dimaksudkan untuk dikirim, tetapi seringkali juga menerima
lebih banyak dari yang dimaksudkan, terutama komponen
yang tidak disadari. Jika pemahaman pesan sesuai dengan
maksud komunikator, komunikasi menjadi lebih efektif.
Ketidakefektifan dalam komunikasi terjadi ketika pesan
diartikan salah oleh penerimanya.

Respon (umpan balik)


Pesan dari sumber berita akan memberikan reaksi dari
penerima pesan. Dengan reaksi ini komunikan mengingini
suatu pesan balik yang disebut juga dengan respon. Respon
adalah pesan yang komunikan kembalikan kepada
komunikator. Dengan ini ia memberitahukan: bahwa ia
mengerti sesuatu, ia menyetujuinya, tidak mengerti mengapa
yang lain bersikap demikian. Tanda-tanda ini akan saling
menghubungkan kembali, yang disebut juga dengan umpan
balik. Umpan balik dapat berupa verbal, nonverbal atau
keduanya. Contoh nonverbal adalah anggukan kepala atau
menguap. Umpan balik memberikan kesempatan komunikator
untuk menilai atau memperbaiki pesan.
Umpan balik dibedakan antara dua jenis dalam
hubungannya dengan ketrampilan komunikasi. Umpan balik
intrinsik adalah bagian integral dari setiap interaksi. Informasi
akan tersedia dari orang lain yang terlibat selama suatu
interaksi yang menunjukkan respon mereka terhadap
intervensi tertentu. Belajar memperhatikan umpan balik
selama interaksi dan kemudian berespon sesuai dengannya
adalah suatu unsur yang penting dari komunikasi yang efektif.
Berusaha untuk memusatkan perhatian dengan peka terhadap
tanda dan respon dari orang yang berkomunikasi dengan anda
akan membantu memahami proses komunikasi dan memberi
informasi tentang pilihan respon yang dapat dibuat. Umpan
balik ekstrinsik adalah informasi eksplisit yang disediakan
orang lain yang secara langsung berhubungan dengan
interaksi. Misalnya seorang mahasiswa yang sedang praktek
kerja lapangan menemani pengawasnya dan memusatkan
perhatian secara khusus pada ketrampilan mendengar untuk
mengamati dan memberi komentar pada sebuah interaksi
dengan klien. Dalam kasus ini, umpan balik adalah tambahan
pada interaksi yang sebenarnya.
Kedua umpan balik itu merupakan unsur dasar untuk
memperbaiki ketrampilan komunikasi. Umpan balik akan
membantu hal-hal sebagai berikut:
 Memajukan kesadaran diri melalui asimilasi informasi
tentang bagaimana seseorang dilihat orang lain.
 Menambah pilihan. Lebih banyak informasi
menyediakan sudut pandang baru dan pilihan-pilihan yang
lain.
 Penguatan. Umpan balik yang positif cenderung
mempersering dilakukannya perilaku yang produktif.
 Dukungan dan motivasi. Budaya kerja yang
menggunakan umpan balik cenderung menyebabkan
pekerja merasa lebih dihargai.
Pertanyaan Belajar :
Komunikasi pada dasarnya terjadi karena interaksi empat
variabel, yaitu :
A. Komunikator
B. Pesan
C. Komunikan
D. Respon
Jawaban pertanyaan berikut (1 s/d 6) merupakan salah satu
dari variabel di atas.
1. Seseorang yang mendengarkan, mengamati dan
mendengarkan
2. Komunikasi menjadi tidak efektif jika pesan
disalahartikan oleh :
3. Seseorang mengatakan, “Saya memahami apa yang
Anda maksudkan”. Ungkapan ini mencerminkan :
4. Encode
5. Decode
6. Sesuatu yang dikatakan, ditulis atau diperagakan yang
memungkinkan orang lain memberikan tanggapan.
7. Umpan balik yang baik akan membantu dalam
hal ..........
PROSES KOMUNIKASI
Prosen komunikasi dipengaruhi oleh banyak faktor
yang berdampak pada efektif dan tidak efektifnya proses
komunikasi yang dilakukan. Faktor-faktor itu dapat dilihat
pada diagram berikut :

T Tidak berfikir sebelum Susunan pesan yang Memikirkan tentang


i berbicara jelek yang lain pada saat
Tidak berusaha Isyarat vokal atau berkomunikasi
d memahami lawan nonverbal yang tidak Perhatian terganggu
a bicara tepat suasana sekitar
k Tidak perhatian Tujuan yang tidak jelas Tidak tertarik dengan
terhadap pengaruh Pemilihan kosa kata pembicaraan
e pesan yang yang jelek
disampaikan
f
e
k
t
i
f Komunikator Pesan Komunikan

E Mempunyai tujuan Dipikirkan dengan baik Melihat lawan bicara


f Mengetahui apa yang Mempunyai tujuan Mendengarkan
e harus diketahui lawan Jelas dengan seksama
bicara Kosa kata sesuai Mengabaikan hal di
k Sensitif pada dampak Isyarat verbal dan luar pembicaraan
t isi pembicaraan nonverbal sesuai isi Mengijinkan lawan
i Merespon umpan balik pembicaraan bicara mengakhiri
f pembicaraan

Komunikasi tatap muka/langsung melibatkan pengirim


pesan, penerima dan respon/umpan balik. Dalam bentuk
sederhana, komunikasi adalah proses dua arah yang
melibatkan komunikator dan komunikan. Proses komunikasi
berjalan terus-menerus, penerima pesan kemudian menjadi
pengirim respon dan pengirim pesan utama kemudian menjadi
penerima pesan dan seterusnya.

Komunikator Komunikan

encode pesan encode

pesan
decode (umpan balik) decode

Banyak orang yang dalam teori setuju dengan


komunikasi dua arah, tetapi tidak mempraktekkannya.
Beberapa orang bersikap seakan-akan tidak perlu ada respon
terhadap apa yang mereka komunikasikan. Komunikasi satu
arah sangat sering terjadi, bahkan dalam situasi tatap muka
antara perawat dengan klien/dokter. “Anda tidak boleh turun
dari tempat tidur selama 24 jam”. Berikut ini alasan-alasan
mengapa perawat menggunakan komunikasi satu arah
meskipun mereka percaya pada efektifitas komunikasi dua
arah (Brandley dan Edinberg, 1990) :
 Komunikator mengendalikan komunikasi satu arah.
Jelas bahwa mendengarkan sebuah respon adalah tindakan
yang menuntut kemampuan perawat untuk beradaptasi
dengan hal yang tidak terduga dan akibatnya ia bisa
merasa lebih terbuka dan lebih akrab dengan klien.
 Komunikasi satu arah bisa lebih mudah terjadi sambil
melakukan pekerjaan lain, misalnya sambil membereskan
tempat tidur. Perhatian penuh dari penerima tidak selalu
diperhatikan.
 Para perawat berada dalam tekanan untuk melakukan
banyak pekerjaan. Komunikasi dua arah dapat menyita
waktu dari aspek-aspek penting lain dari perawatan klien.

Proses komunikasi dilihat dari isi komunikasi (pesan),


bisa dibedakan menjadi pengiriman pesan dan penerimaan
pesan.
1. Pengiriman pesan
Pesan adalah ide yang ingin disampaikan kepada
orang lain. Pesan dapat disampaikan secara verbal, vokal
dan nonverbal yang digunakan secara sendiri-sendiri
maupun gabungan dari ketiga-tiganya. Secara umum pesan
bisa disampaikan dalam bentuk percakapan dan tulisan.

a. Percakapan
Ketika mengirimkan pesan perawat
menggunakan kosa kata, tata bahasa, istilah
keperawatan dan medis, serta singkatan yang benar
saat berbicara. Percakapan yang jelas (menggunakan
ketrampilan vokal yang baik) dalam suara yang
menyenangkan, bahasa yang mudah dimengerti,
sederhana dan menjawab pertanyaan dengan jujur dan
menggunakan deskripsi yang tepat pada semua
pembicaraan menggambarkan pesan yang efektif.
Kata-kata yang digunakan dalam pembicaraan
harusnya yang dapat dipahami oleh lawan bicara.
Perawat mungkin memahami istilah medis, tetapi tidak
pada semua klien, sehingga penggunaan istilah itu
terkadang perlu ditambah pengertian yang sederhana.
Secara umum, agar pembicaraan mudah
dipahami, ikuti hal-hal sebagai berikut :
- Atur pikiran Anda sebelum berbicara
- Tetap berkonsentrasi selama berbicara
- Pertahankan nilai-nilai dan pendapat pribadi
ketika melakukan komunikasi
- Gunakan istilah teknis yang dipahami ketika
berkomunikasi dengan sejawat
- Berikan penjelasan yang lengkap dalam bahasa
klien sehingga ia bisa memahami
- Tanyakan pada lawan bicara apa pendapatnya
- Hindari menggunaan istilah yang
menimbulkana rasa kasih seperti sayang, yang, ma,
pa, honey dll ketika berbicara dengan klien dan
keluarga
- Hindari memperolok lawan bicara, khususnya
klien dan keluarga, bahkan walaupun bertujuan
untuk membangkitkan semangat

b. Tulisan
Pengiriman pesan tertulis dapat merupakan
bagian dari komunikasi verbal. Menulis pesan mungkin
kurang mengancam diri daripada berbicara langsung,
tetapi menulis memerlukan beberapa perhatian
sebagaimana berbicara. Menulis juga cara
mengkomunikasikan informasi yang berarti dalam
asuhan keperawatan, misalnya dalam pembuatan
rencana asuhan keperawatan, pencatatan tindakan
keperawatan model pencatatan lainnya

2. Penerimaan pesan
a. Membaca
Meskipun membaca tidak berhubungan
langsung dengan ketrampilan komunikasi, membaca
dapat memberikan informasi dan gagasan yang Anda
butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik.
Pendidikan Anda dari sekarang akan bergantung pada
seberapa baik dan apakah Anda membaca. Membaca
dibutuhkan dalam pendidikan dan pekerjaan Anda.
Mengembangkan kebiasaan membaca yang baik akan
membantu program pendidikan dan karier Anda
seluruhnya.
Seberapa baik Anda memahami apa yang Anda
baca tergantung perbendaharaan kosa kata yang Anda
kuasahi. Jika Anda mengetahui kata-kata, secara umum
Anda akan memahami apa yang dikatakan, tidak
mengetahui kata kunci dapat membuat pemahaman
kalimat menjadi rendah. Menguasahi perbendaharaan
kata adalah cara terbaik untuk memperbaiki
pemahaman. Perawat memerlukan 2 kosa kata, yang
masing-masing mempunyai kamus tersendiri; satu
untuk bahasa umum dan satunya adalah terminologi
medis

b. Mendengar secara aktif (listening)


Peran Anda sebagai penerima pesan adalah
mendengarkan pesan yang dikirim. Hearing
(mendengar) dan listening (mendengarkan secara aktif)
secara umum mempunyai arti sama, tetapi keduanya
adalah dua aktivitas yang berbeda. Mendengarkan
adalah biofisik dan terjadi ketika gelombang suara
mengenai struktur telinga tengah. Mendengarkan
secara aktif adalah proses aktif yang memerlukan
konsentrasi dan perhatian pada komponen pesan
verbal, vokal dan nonverbal.
Ketrampilan mendengar secara aktif atau
menjadi pendengar aktif dapat membuat perbedaan
utama dalam keahlian Anda sebagai seorang perawat.
Seberapa baik Anda dapat mendengarkan secara aktif
mempengaruhi komunikasi antara diri Anda sendiri
dengan orang lain, yang juga berpengaruh pada tingkat
kinerja. Dengan mendengarkan secara aktif yang baik
dan penuh perhatian, Anda akan mampu memfokuskan
perhatian Anda pada informasi yang dikomunikasikan
kepada Anda.
Ketrampilan mendengarkan secara aktif yang
baik tidak datang dengan sendiri pada setiap orang,
tetapi dapat dipelajari. Dalam percakapan atau
peristiwa lain dimana mendengar secara aktif penting,
hampir semua orang memfokuskan perhatian mereka
pada apakah diri mereka sendiri sedang berkata atau
berfikir dan tidak pada posisi sebagai pembicara.
Terdapat 3 tahap untuk dapat menjadi pendengar aktif
bagi perawat, yaitu :
- Fokuskan perhatian Anda pada pembicara dan
apa yang dikatakan
- Artikan apa yang dikatakan untuk memahami
apa yang dikerjakan
- Ulangi apakah Anda berfikir Anda mendengar
untuk meyakinkan diri Anda memahami pesan

Pertanyaan Belajar :
1. Komunikasi merupakan interaksi antara komunikator
dan komunikan dan pesan yang ada dalam proses tersebut.
Agar komunikasi berjalan efektif maka :
a. Komunikator : ...................
b. Komunikan : ...................
c. Pesan : ...................

2. Sebaliknya juga komunikasi menjadi tidak efektif


apabila :
a. Komunikator : .....................
b. Komunikan : .....................

3. Komunikasi dapat terjadi secara satu arah dan dua


arah. Dikatakan satu arah apabila : ...........

4. Dalam banyak situasi perawat banyak menggunakan


komunikasi satu arah. Hal ini dimungkinkan karena
dengan komunikasi dua arah (pilihlah jawaban yang benar)
:
A. Komunikator mengendalikan arah komunikasi
B. Perawat dituntut memiliki kemampuan
beradaptasi dengan hal yang tidak terduga dari respon
yang dikemukakan klien
C. Lebih mudah dilakukan sambil mengerjakan
pekerjaan yang lain
D. Para perawat berada dalam tekanan untuk
melakukan banyak pekerjaan
JENIS KOMUNIKASI
Terdapat dua jenis komunikasi, yaitu verbal dan
nonverbal. Komunikasi verbal menggunakan kata-kata atau
tulisan, komunikasi nonverbal menggunakan bentuk yang lain
seperti gerak atau ekspresi wajah dan sentuhan. Meskipun
kedua jenis komunikasi terjadi secara bersamaan, mayoritas
komunikasi adalah nonverbal. Mempelajari komunikasi
nonverbal penting bagi perawat dalam mengembangkan pola
komunikasi efektif dan hubungan dengan klien.

Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal atau oral adalah suatu pertukaran
informasi, ide atau perasaan yang diucapkan dengan
menggunakan kata-kata. Dalam penggunaan kata, terdapat
empat konsep terkait makna kata; (1) makna denotatif, (2)
makna konotatif, (3) makna pribadi dan (4) makna bersama.
Makna denotatif adalah makna kata yang biasanya digunakan
orang yang berbicara dengan bahasa umum. Makna konotatif
adalah makna kata yang berasal dari pengalaman pribadi
seseorang, misalnya kata cinta dapat memiliki makna yang
berbeda saat digunakan pada orang tua, anak, pasangan atau
kekasih atau untuk menggambarkan cita rasa makanan favorit,
benda-benda kesayangan seseorang. Makna pribadi adalah
makna yang dipegang oleh individu. Makna bersama adalah
pemahaman bersama akan kata atau kata-kata antara orang
yang mencoba berkomunikasi secara efektif.
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam
pelayanan keperawatan di rumah sakit pertukaran informasi
secara verbal, terutama pembicaraan dengan tatap muka.
Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu.
Komunikasi verbal sebagian besar dilakukan dengan
kesadaran penuh karena saat berkomunikasi orang memilih
kata-kata yang mereka gunakan. Komunikasi verbal
bergantung pada penguasaan bahasa. Penguasaan bahasa
termasuk kosakata dan tata bahasa. Kata adalah alat atau
simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan,
membangkitkan respon emosional atau menguraikan obyek,
observasi dan ingatan. Kata yang digunakan tiap individu
bervariasi menurut budaya, keadaan sosial ekonomi, usia dan
pendidikan. Karena faktor-faktor ini informasi dapat diberikan,
ide dapat dibahas dan perasaan diungkapkan dengan
menggunakan banyak kata yang berbeda. Akibatnya, terjadi
kemungkinan pertukaran ide yang tidak terhitung jumlahnya.
Banyak kata yang dapat digunakan untuk membuat pesan.
Disamping itu, perasaan dapat terbawa saat seseorang
berbicara.
Saat memilih kata-kata untuk disampaikan/ditulis,
perawat perlu mempertimbangkan (a) kecepatan dan intonasi,
(b) kesederhanaan, (c) kejelasan dan keringkasan, (d) waktu
dan relevansi, (e) kesesuaian, (f) kredibilitas, (g)
perbendaharaan kata, (h) arti denotatif dan konotatif, serta (i)
humor (Kozier et all, 2000).

a. Kecepatan dan Intonasi


Kecepatan mengacu pada kecepatan berbicara.

Intonasi adalah nada, aksen atau perubahan nada bicara

Kecepatan dan tempo berbicara turut menentukan

keberhasilan komunikasi verbal. Gaya berbicara yang

nampak dalam kecepatan/ritme dan intonasi akan

mengubah perasaan dan mempengaruhi pesan. Intonasi

dapat mengekspresikan perasaan gembira, sedih, marah

atau senang. Kecepatan bicara dapat menunjukkan minat,


kecemasan, bosan atau takut. Sebagai contoh, saat orang

berbicara dengan nada yang monoton, tidak mengubah

kecepatan atau nada bicara, mereka dapat

mengekspresikan kebosanan atau apati. Berbicara pelan-

pelan dan lemah pada klien yang gelisah dapat membantu

menenangkannya.

Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat dari

pokok pembicaraan ke yang lain mungkin akan

menimbulkan kesan bahwa perawat sedang

menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat

sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata

tidak jelas. Selaan juga digunakan untuk menekankan pada

hal-hal tertentu, memberi kesempatan kepada klien untuk

mendengarkan dan memahami apa yang disampaikan

perawat. Selaan yang tepat dapat dilakukan dengan

memikirkan apa yang akan dikatakan sebelum

mengucapkannya, menyimak isyarat nonverbal dari klien

yang mungkin ditampakkan. Perawat juga bisa


menanyakan kepada klien apakah ia berbicara terlalu

lambat atau terlalu cepat sehingga perlu diulang.

b. Kesederhanaan
Kesederhanaan meliputi penggunaan kata-kata

yang gampang dipahami, ringkas dan lengkap. Banyak

istilah-istilah tehnis yang menjadi kebiasaan pada perawat,

tetapi orang awam sering tidak memahami istilah tersebut.

Kata-kata seperti vasokonstriksi dan kolesistektomy berarti

bagi perawat dan biasa digunakan, tetapi buruk

diberitahukan pada klien. Perawat perlu belajar memilih

istilah yang mudah dipahami sesuai dengan umur,

pengetahuan, budaya dan tingkat pendidikan klien, dengan

menghindari terminologi medis yang kompeks saat

mendiskusikan penyakit atau cedera klien. Sebagai contoh,

daripada mengatakan kepada klien, “Perawat akan

memasang kateter pada Anda besok untuk menganalisa

kencing”, akan lebih tepat dan mudah dipahami bila

dikatakan, “Besok kita perlu mengambil contoh kencing


Anda, sehingga kita akan mengumpulkannya dengan

memasukkan slang kecil ke dalam kandung kencing

Anda”. Kalimat terakhir lebih memungkinkan untuk

mendapatkan respon klien kenapa hal tersebut dilakukan

dan apakah ini akan tidak menyenangkan, sebab klien

memahami pesan yang disampaikan perawat.

Kesederhanaan juga berarti perawat harus mengklarifikasi

bahwa klien memahami makna kata-kata dalam cara yang

sama dengan pemahaman perawat.

c. Jelas dan Ringkas


Pesan yang sebenarnya dan sederhana akan lebih

efektif. Jelas berarti pemilihan kata-kata yang diucapkan

tidak memiliki kesalahan makna. Kejelasan dapat dicapai

dengan berbicara secara lambat dan mengucapkan dengan

kata-kata dengan tegas. Penggunaan contoh bisa membuat

penjelasan lebih mudah dipahami. Ulang bagian yang

penting dari pesan yang disampaikan. Ringkas adalah

menggunakan kata-kata sedikit mungkin yang mampu

mengekspresikan ide secara sederhana.. Makin sedikit


kata-kata yang digunakan, makin kecil kemungkinan

terjadinya kerancuan. Hasil dari proses ini adalah pesan

yang sederhana dan jelas. Pertimbangan yang perlu

diperhatian pada aspek ini adalah kesesuaian atau

konsistensi, dimana perilaku perawat atau komunikasi

nonverbal sesuai dengan pembicaraan. Saat perawat

berbicara pada klien dengan mengatakan, “Saya tertarik

mendengarkan apa yang Anda katakan”, perilaku

nonverbal seharusnya meliputi ekspresi wajah perawat

kepada klien, membuat kontak mata dan berhadapan.

Tujuannya adalah untuk kejelasan pemahaman komunikasi

pada semua aspek. Jadi komunikasi yang jelas itu penting

agar pesan dipahami. Untuk itu, perawat perlu untuk

berbicara pelan dan mengungkapkan kata-kata dengan

hati-hati.

d. Waktu dan Relevansi


Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap
pesan. Bila klien sedang kesakitan, tidak waktunya untuk
menjelaskan biaya perawatan. Perawat perlu menyadari
antara relevansi dan waktu saat berkomunikasi dengan
klien. Seberapapun jelas dan singkatnya kata-kata yang
diucapkan atau ditulis, ketepatan waktu perlu diperhatikan
untuk memastikan kata-kata tersebut didengarkan. Selain
itu pesan harus menarik dan sesuai dengan orang yang
menerimanya. Oleh karena itu, perawat harus peka
terhadap ketepatan waktu dalam berkomunikasi.
Sebagai contoh, klien mengalami ketakutan
terhadap kanker mungkin tidak mendengarkan penjelasan
perawat tentang prosedur sebelum dan sesudah operasi
kandung kencing yang diharapkan. Dalam situasi ini yang
perawat lakukan pertama kali sebaiknya memberikan
dorongan kepada klien untuk mengungkapkan
ketakutannya dan kemudian memberikan cara pemecahan
masalah. Penjelasan hal-hal penting dapat diberikan lain
waktu saat klien siap untuk mendengar.
Masalah lain terkait waktu adalah mengajukan
beberapa pertanyaan sekaligus kepada klien. Sebagai
contoh, seorang perawat masuk ruang rawat klien dan
sekaligus berkata, “Selamat pagi, Pak Sugeng? Bagaimana
keadaannya pagi ini? Apakah Anda dapat tidur nyenyak
tadi malam? Benarkah istri Anda menjenguk sebelum
operasi kemarin?” Pola waktu yang jelek saat bertanya
adalah mengajukan pertanyaan dan tidak menunggu orang
lain menjawab, langsung mengajukan pertanyaan
berikutnya.

e. Kesesuaian
Menyampaikan pesan perlu menyesuaikan dengan
perilaku yang ditampakkan klien. Apa yang perawat
katakan dan bagaimana mengatakannya harus bersifat
individual dan dengan hati-hati. Keadaan ini memerlukan
pengkajian yang jeli dan sensitif bagi tugas perawat.
Sebagai contoh, seorang perawat yang biasanya tersenyum,
gembira dan menyapa kliennya dengan dengan antusias,
“Halo pak Sugeng?”, karena mengetahui bahwa kliennya
tidak tersenyum dan kelihatan sedih. Kondisi ini penting
bagi perawat untuk kemudian mengubah nada bicara dan
ekspresi wajahnya tertuju pada klien. Contoh lain adalah
ketika perawat memberikan pendidikan kesehatan. Ketika
klien tampak bingung setelah informasi diberikan, perawat
harus mengklarifikasi pemahaman mereka dengan
mengulang petunjuk atau mengatakan dengan orang lain.

f. Kredibilitas
Kredibilitas berarti dapat dipercaya, diyakini,
diandalkan dan sesuai. Kredibilitas merupakan kriteria
penting agar komuniksi menjadi efektif. Agar dipercaya
saat berkomunikasi, perawat harus konsisten, dapat
diandalkan dan jujur. Perawat harus memberikan informasi
yang akurat dan mau mengatakan saat ia tidak mengetahui
sesuatu atau tidak memiliki informasi. Akan lebih
dipercaya lagi jika perawat mengatakan,”Saya tidak tahu,
tapi saya akan mencari tahu untuk Anda,” dibandingkan
memberikan informasi yang tidak akurat yang harus
diperbaiki kemudian. Konsistensi penting saat
berkomunikasi untuk menghindari kebingungan atau salah
persepsi. Saat perawat konsisten dan akurat dalam
berkomunikasi, dia akan lebih dipercaya atau diandalkan.

g. Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil jika pengirim
pesan tidak mampu menterjemahkan kata dan ucapan.
Banyak istilah tehnis yang digunakan dalam keperawatan
dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien
dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti
petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan
pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada
mengatakan, “Tidur, saya akan mempalpasi heart rate
Anda”, akan lebih baik jika dikatakan, “Tidurlah,
sementara saya akan meraba denyut nadi di lengan Anda”.

h. Arti Denotatif dan Konotatif


Arti denotatif memberikan pengertian yang sama
terhadap kata yang disampaikan, sedangkan arti konotatif
merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam
suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu
kondisi yang mendekati kematian, tetapi perawat akan
menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang
mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien,
perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak
mudah untuk disalahtafsirkan, terutama sangat penting
ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.

i. Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa
membantu mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang
disebabkan oleh stress dan meningkatkan keberhasilan
perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap
klien. Penggunaan humor dapat menjadi sarana yang
positif dan ampuh dalam hubungan perawat klien, tetapi
harus digunakan dengan hati-hati. Humor dapat digunakan
untuk membantu klien menyesuaiakan diri dalam
mengatasi situasi yang sulit dan menyakitkan. Ekspresi
tertawa dapat menurunkan emosional dan fisik,
mengurangi ketegangan dengan memberikan penilaian
yang berbeda dan meningkatkan perasaat bugar. Sullivan
dan Deane (1988) melaporkan bahwa humor merangsang
produksi katekolamin dan hormon yang menimbulkan
perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit,
mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernafasan.
Tawa dapat melepaskan endorfin yang meningkatkan rasa
sejahtera. Akan tetapi perawat harus berhati-hati saat
menggunakan humor, terutama saat berkomunikasi dengan
orang-orang yang bahasa utamanya berbeda atau berasal
dari budaya yang berbeda. Suatu contoh, lelucon dapat
terasa lucu hanya saat digunakan dalam budaya tertentu;
lelucon dapat menyinggung atau tidak dipahami oleh
orang-orang dengan budaya yang berbeda. Humor bagi
perawat juga dapat digunakan untuk menutupi rasa takut
dan tidak enak atau menutupi ketidakmampuannya untuk
berkomunikasi dengan klien.

Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah pemindahan pesan tanpa
menggunakan kata-kata. Komunikasi nonverbal kadang-
kadang disebut dengan bahasa tubuh, yang meliputi sikap,
gerakan tubuh, sentuhan dan penampilan fisik termasuk cara
berdandan dan rias wajah. Komunikasi nonverbal merupakan
cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan
kepada orang lain. Komunikasi nonverbal sering
menggambarkan kepada orang lain apa yang dirasakan
daripada apa yang seharusnya dikatakan, sebab kontrol
perilaku nonverbal kurang disadari daripada perilaku verbal.
Komunikasi nonverbal dapat memperkuat atau
berlawanan dengan yang diucapkan. Sebagai contoh, jika
seorang perawat berkata kepada klien, “Saya senang duduk
disini dan sesekali bercerita dengan Anda”, akan tetapi masih
sebentar sudah memperhatikan jam. Tindakan ini berlawanan
dengan yang dikatakan. Klien lebih suka mempercayai
perilaku nonverbal, kemudian ia berkata, “Saya sangat sibuk
dan silakan ditinggal sendiri”.
Observasi dan interprestasi perilaku nonverbal klien
merupakan ketrampilan penting agar perawat berkembang.
Untuk dapat mengobservasi perilaku nonverbal secara efektif
perawat perlu melakukan pengkajian sistematis yang
menyeluruh, meliputi penampilan fisik, postur, ekspresi wajah
dan sikap. Kapan saja melakukan observasi, perawat perlu
berhati-hati dalam melakukan interprestasi, selalu
diklarifikasikan hasil observasi dengan klien.
Klien yang mengalami gangguan proses pikir seperti
pada skizofrenia mungkin mengalami kesulitan atau bahkan
tidak mungkin untuk mengungkapkan pengalamannya secara
verbal. Dalam kondisi seperti ini, perawat harus mampu
mengartikan perasaan atau emosi yang klien ekspresikan
secara nonverbal. Seorang perawat yang mengobservasi
dengan penuh perhatian sangat sering dapat merawat dengan
penuh perhatian pula dan diterima klien. Keadaan ini
mengawali untuk menegakkan hubungan saling percaya antara
perawat dan klien, bahkan pada klien yang mengalami
kesulitan komunikasi.
Komunikasi nonverbal mempunyai arti yang luas
dengan perbedaan budaya. Tersenyum dan jabat tangan dalam
budaya yang berbeda dapat berarti berbeda pula. Sebagai
contoh, pada orang Hispanik, senyum dan jabat tangan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari interaksi dan
penting untuk menegakkan rasa saling percaya. Hal yang sama
pada orang Rusia dipersepsikan sebagai hal yang sembrono
dan kurang ajar.
Perawat tidak dapat selalu percaya dengan interprestasi
ekspresi perasaan nonverbal. Perasaan yang sama dapat
diekspresikan dalam banyak cara secara nonverbal, bahkan
dalam kelompok budaya yang berbeda. Sebagai contoh, marah
dapat disampaikan dengan agresif (menyerang) atau gerakan
tubuh yang berlebihan bahkan dengan diam membisu. Dalam
beberapa budaya, tersenyum dapat digunakan untuk
menyembunyikan kemarahan. Oleh karena itu, interprestasi
seperti hal-hal di atas membutuhkan validasi dari klien.
Sebagai contoh, perawat bertanya, “Anda nampak seperti baru
menangis. Adakah sesuatu yang mengganggu Anda?”
Perawat perlu menyadari pesan verbal dan nonverbal
yang disampaikan klien mulai dari pengkajian sampai evaluasi
asuhan keperawatan, karena isyarat nonverbal menambah arti
pesan verbal. Perawat mendeteksi suatu kondisi dan
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Komunikasi
nonverbal teramati pada:

a. Penampilan
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal
pertama yang diperhatikan selama komunikasi
interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik
sampai 4 menit pertama. Sebanyak 84% dari kesan
terhadap seseorang berdasarkan penampilannya.
Pakaian dan dandanan dapat menjadi sumber
informasi tentang seseorang. Bentuk fisik, cara berpakaian
dan berdandan dapat menggambarkan status sosial dan
ekonomi, kepribadian, pekerjaan, budaya, agama,
organisasi dan konsep diri seseorang. Sebagai contoh,
dokter, perawat atau ahli terapi dapat memakai jas
laboratorium, bukan pakaian bisnis; adminstratur dapat
memakai setelan; asisten perawat dan petugas makanan
dapat memakai seragam yang dibutuhkan atau baju
pelapis. Keluwesan dan pesona dapat dilihat dari hiasan
yang dipakai atau dapat digunakan untuk tujuan proteksi
kesehatan. Perhiasan juga dapat memberikan informasi
mengenai seseorang. Perawat sering memakai pin atau
lencana lain yang menunjukkan posisi atau prest
Bagaimana seseorang berpakaian sering merupakan
indikator bagaimana perasaannya. Seseorang yang lelah
atau sakit mungkin tidak mempunyai energi atau hasrat
untuk mempertahankan kerapiannya. Saat melihat
seseorang tidak tampil rapi dalam berpakaian, perawat
dapat menduga adanya kehilangan harga diri atau sakit.
Perawat harus memastikan data nonverbal yang dilihatnya
dengan menanyakan pada klien. Pada klien dengan
penyakit akut di rumah sakit atau unit rawat inap lainnya,
perubahan dalam kebiasaan berdandan dapat menunjukkan
bahwa klien merasa lebih baik. Orang laki-laki mungkin
meminta alat cukur, sementara wanita meminta sampo atau
beberapa make-up.
Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya
dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif.
Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien
terhadap asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap
klien mempunyai pengharapan bagaimana penampilan
seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya
mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan
lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya
terhadap klien jika perawat tidak memenuhi pengharapan
klien.
b. Postur dan Cara berjalan
Cara seseorang melangkah dan membawa dirinya
sering dipercaya menunjukkan konsep diri, mood dan
kebugaran yang dialaminya. Postur yang tegak dan aktif
menunjukkan seseorang merasa bugar. Postur
membungkuk dan berjalan pelan-pelan, melangkah dengan
kaki diseret mengesankan adanya depresi atau
ketidaknyamanan fisik. Postur tegang dan berjalan cepat
menunjukkan marah atau cemas. Postur seseorang saat
duduk atau berbaring dapat juga menggambarkan perasaan
atau mood. Perawat dapat mengumpulkan informasi yang
bermanfaat dengan mengamati postur dan cara berjalan
klien. Cara berjalan dapat dipengaruhi oleh faktor fisik,
seperti rasa sakit, obat atau fraktur. Sekali lagi, perawat
memastikan arti perilaku yang diobservasi dengan
menjelaskan pada klien apa yang perawat saksikan dan
kemudian menanyakan apa arti dari hal itu atau apakah
benar interprestasi perawat. “Anda kelihatan sungguh
sangat susah untuk bergerak. Saya berpikir bagaimana
sakitnya Anda dan jika mungkin Anda memerlukan sesuatu
untuk membuat Anda merasa lebih baik?”

c. Sentuhan
Kasih sayang, dukungan emosional dan perhatian
disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan
bagian penting dalam hubungan perawat-klien, namun
harus memperhatikan norma sosial. Ketika memberikan
asuhan keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti
ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik atau
membantu mengenakan pakaian. Perlu disadari bahwa
keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat
untuk melakukan kontak personal sehingga sulit untuk
menghindari sentuhan. Walaupun sentuhan banyak
bermanfaat ketika membantu klien, tetapi perlu
diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat
dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga harus
dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati.
d. Ekspresi Wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan terdapat 6
keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah,
yaitu terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih.
Meskipun wajah dapat mengekspresikan emosi yang
sesungguhnya dari seseorang, ia mungkin juga dapat
mengontrol otot-otot wajah sehingga emosi yang
ditampakkan tidak merefleksikan apa yang dirasakan.
Ketika menerima pesan yang tidak jelas, mendapatkan
umpan balik dengan meyakinkan maksud dari apa yang
diekspresikan merupakan hal yang penting. Banyak
ekspresi wajah membawa arti yang universal. Tersenyum
mengekspresikan kegembiraan. Jijik diekspresikan dengan
mulut dipalingkan ke bawah, kepala dimiringkan ke
belakang dan mata diarahkan dibawah hidung. Satu
ekspresi tidak dapat diartikan secara benar tanpa
memperhatikan isyarat fisik yang lain pada saat peristiwa
itu terjadi, ekspresi yang lain dan latar belakang budaya
klien.
Perawat harus sadar ekspresi dirinya sendiri dan
apakah ekspresi itu disampaikan pada orang lain. Klien
segera memperhatikan ekspresi wajah perawat, terutama
ketika kien merasa tidak percaya atau tidak senang. Klien
yang menanyakan kepada perawat tentang
kekhawatirannya terhadap hasil diagnostik akan
mengamati apakah perawat mempertahankan kontak mata
atau memalingkan muka saat menjawab. Klien yang telah
menjalani operasi akan memeriksa tanda-tanda jijik dari
wajah perawat. Ada kemungkinan untuk mengontrol
semua ekspresi wajah, tetapi perawat harus belajar untuk
mengontrol perasaannya terhadap ekspresi seperti takut
atau jijik dalam beberapa keadaan.
Kontak mata adalah elemen komunikasi wajah lain
yang penting dalam komunikasi intrapersonal. Orang yang
mempertahankan kontak mata selama pembicaraan sering
diartikan sebagai orang yang dapat dipercaya dan
memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Dalam
beberapa budaya, saling kontak mata berarti penghargaan
pada orang lain dan kesediaan untuk mempertahankan
komunikasi. Seringkali seseorang mengawali kontak mata
dengan melihat sekilas kepada orang lain, melihat
keinginan orang lain untuk berkomunikasi. Seseorang yang
merasa lemah atau tidak berdaya sering menghindari
kontak mata, sehingga komunikasi tidak dapat sejalan atau
terlalu didoninasi seseorang.
Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah
ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu
ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak
tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan
dalam keadaan sejajar.

e. Intonasi
Intonasi pembicaraan mempunyai dampak yang
besar terhadap arti pesan yang dikirim, karena emosi
seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada
suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika
sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk
menyamakan rasa tertarik yang tulus terhadap klien dapat
terhalangi oleh nada suara perawat.

f. Isyarat
Isyarat tangan dan tubuh dapat menekankan dan
memperjelas pengucapan atau dapat terjadi tanpa kata-kata
untuk menyatakan perasaan tertentu atau untuk
menyampaikan suatu tanda. Seorang ayah menanti
informasi tentang anak perempuannya yang sedang operasi
mungkin meremas-remas tangannya, menepuk-tepuk
pahanya, mengorek-korek kukunya atau mondar-mandir
dan lainnya. Isyarat dapat lebih jelas menunjukkan ukuran
atau bentuk suatu benda.
Orang yang mempunyai masalah komunikasi
seperti tuli, tangan sangat berarti dalam komunikasi.
Banyak orang yang tuli belajar bahasa sandi. Orang sakit
yang tidak mampu menjawab secara verbal dapat
memikirkan untuk menggunakan tangan sebagai sistem
komunikasi. Simbul-simbul lain dapat dipikirkan untuk
digunakan oleh perawat dan klien untuk menyatakan arti
yang lain.

Komunikasi melalui Teknologi


Perawat semakin banyak menggunakan komputer
untuk meningkatkan komunikasi mereka. Perawat
menggunakan email untuk berkomunikasi dengan perawat
lain, departemen lain di tempat kerja mereka dan lebih luas
lagi. Perawat dapat menggunakan komputer untuk mengakses
informasi dan perkembangan keperawatan melalaui internet.
Banyak institusi perawatan kesehatan
mengimplementasikan program komputer untuk sistem catatan
klien. komputer disisi tempat tidur memungkinkan perawat
memeriksa instruksi segera sebelum memberikan terapi. Data
dari monitor di sisi tempat tidur dapat dengan mudah
dimasukkan ke catatan klien melalui komputer di sisi tempat
tidur. Sistem dokumentasi komputer mengurangi waktu yang
dibutuhkan dalam pencatatan dan meningkatkan legibilitas dan
akurasi informasi.

Pertanyaan Belajar :
Amati gaya komunikasi Anda. Dari apa yang biasa anda
lakukan saat berkomunikasi, identifikasi faktor-faktor yang
terkait dengan pelaksanaan komunikasi verbal dan nonverbal,
uraikan jawaban anda
PRINSIP-PRINSIP DALAM KOMUNIKASI
Watzlawick et al (1967) menguraikan 4 prinsip dasar
komunikasi sebagai berikut :
1. Seseorang tidak bisa tidak berkomunikasi.
Manusia selalu berkomunikasi dengan orang lain,
meskipun ini untuk sikap mereka sendiri. Semua
perilaku mempunyai sebuah pesan, seperti halnya kata-
kata atau sikap tubuh. Tidak berkata atau bertindak
apapun itu sendiri sudah merupakan sebuah pesan.
Tidak tersenyum adalah sebuah pesan yang sama
kuatnya seperti sebuah senyuman. Dalam pandangan
ini komunikasi bisa dibedakan menjadi komunikasi
bermaksud dan yang tidak bermaksud. Komunikasi
bermaksud sebagai contohnya jika kita akan
menanyakan sesuatu pada seseorang, atau akan
memulai suatu pembicaraan. Contoh lain adalah jika
seseorang sangat mengkonsentrasikan diri dalam
melakukan suatu aktivitas dan tidak melihat bahwa
seorang lain sedang memperhatikannya. Sedangkan
komunikasi tidak bermaksud adalah berhubungan erat
antara komunikasi yang diinginkan dan yang tidak
diinginkannya, maupun komunikasi secara sadar dan
secara tidak sadar.
2. Setiap komunikasi mempunyai sebuah isi dan
aspek hubungan dimana yang berikutnya
mengklarifikasi yang sebelumnya dan karenanya ada
sebuah metakomunikasi. Terdapat dua aspek dalam
komunikasi, yaitu verbal dan nonverbal yang kadang-
kadang terdapat ketidaksesuaian antara pesan verbal
dan nonverbal, seperti ketika seseorang yang ditanya
tentang begaimana perasaannya dan menjawab ia baik-
baik saja tetapi mengangkat bahu dan memalingkan
wajah. Ketika klien berkata, “Saya tidak mau minum
obat”, dan perawat menjawab, “Anda harus
meminumnya, ini perintah dokter”, maka kalimat
terakhir itu merupakan metakomunikasi, yaitu perilaku
yang mengacu pada komunikasi itu sendiri.
Metakomunikasi dapat juga menjadi sebuah penguatan.
Ini sering dilakukan oleh perawat. Contoh lain dari
meta komunikasi adalah tindakan menyilangkan jari-
jari di belakang punggung ketika seseorang berbohong.
Di sini, pesan nonverbalnya tidak akan terlalu
menyolok bagi orang kedua.
3. Sebuah seri komunikasi dapat dilihat sebagai
sebuah seri pembicaraan yang tidak terputus. Tidak
jelas mana awal dan mana akhir dari sebuah seri
pembicaraan. Setiap komunikasi antara dua orang
mempunyai masa lampau dan masa depan sendiri dan
dipengaruhi oleh totalitas pengalaman masa lampau
dari masing masing pihak. Pengalaman masa lampau
yang menyakitkan dapat membentuk sebuah pola
dimana ia tidak mau memperdulikan si penyerang,
selanjutnya si penyerangpun akan bersikap sama
sehingga situasi tersebut menjadi reaksi rantai
komunikasi yang tidak sehat.
4. Semua hubungan komunikasi adalah simetris
atau komplementer tergantung pada apakah mereka
didasarkan pada kesetaraan atau tidak. Pada dua
orang yang setara, kemungkinan besar interaksi
menjadi simetris. Dengan adanya perbedaan status atau
kekuasaan di antara dua orang, misalnya dosen dengan
mahasiswa, perawat-klien, hubungan komplementer
(yang satu superior dari yang lain) akan mempengaruhi
komunikasi di antara mereka.

Pertanyaan belajar :
1. Sebutkan 2 dari 4 prinsip komunikasi. Jelaskan
ke-2 prinsip itu dan beri contoh aplikasinya
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES
KOMUNIKASI
Banyak faktor yang mempengaruhi proses komunikasi.
Beberapa diantaranya adalah perkembangan, jenis kelamin,
keyakinan dan persepsi, teritorial, jarak personal, peran dan
hubungan, lingkungan, kongruen dan sikap interpersonal.

1. Perkembangan
Perkembangan bahasa, psikososial dan intelektual
terjadi sepanjang proses kehidupan. Pengetahuan terhadap
tingkat perkembangan klien akan membantu perawat
memodifikasi bagaiama ia melakukan komunikasi yang
tepat. Sebagian besar anak-anak lahir dengan mekanisme
fisik dan kapasitas untuk mengembangkan kemampuan
berbicara dan berbahasa. Tingkat perkembangan berbicara
bervariasi dan secara langsung berhubungan dengan
perkembangan neurologi dan intelektual. Lingkungan
mempengaruhi kemampuan anak untuk berkomunikasi.
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan anak-
anak, perawat harus memahami pengaruh perkembangan
bahasa dan proses berpikir anak. Menggunakan boneka
dan permainan dengan bahasa sederhana mungkin dapat
membantu menjelaskan suatu prosedur pada anak usia 8
tahun-an. Semakin dewasa, klien membutuhkan penjelasan
yang lebih detil tentang prosedur dan pada klien usia lanjut
yang telah banyak menerima pelayanan kesehatan
sehingga akan mempengaruhi pemahaman mereka tentang
prosedur yang diberikan padanya. Dengan adanya
penurunan penglihatan dan pendengaran juga akan
mempengaruhi interaksi perawat-klien.

2. Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi proses
komunikasi. Pria dan wanita memiliki gaya komunikasi
yang berbeda dan satu sama lain saling mempengaruhi
proses komunikasi. Anak wanita menggunakan bahasa
untuk mencari konfirmasi, meminimalkan perbedaan dan
menguatkan keintiman, sebaliknya anak laki-laki
menggunakan bahasa untuk menetapkan kebebasan dan
menegosiasikan aktivitas status dalam kelompok yang
besar. Saat dewasa, pria dan wanita memiliki kesan yang
sama sekali berbeda mengenai perbincangan yang sama.
Wanita lebih mencari hubungan dan persahabatan dengan
yang lain sedangkan pria untuk menyelesaikan tugas dan
mencari kebebasan serta status.

3. Keyakinan dan Persepsi


Keyakinan adalah standar yang mempengaruhi
perilaku dan persepsi adalah pandangan pribadi atas apa
yang terjadi. Persepsi klien terhadap maksud perawat akan
mempengaruhi keinginan untuk berbicara. Persepsi
terbentuk dari apa yang diharapkan dan pengalaman.
Perbedaan dalam persepsi antar individu yang berinteraksi
dapat menjadi kendala dalam komunikasi.

4. Teritorial
Teritorial adalah suatu konsep tentang ruang dan
benda-benda yang oleh individu dirasakan sebagai
miliknya atau mempunyai keterkaitan dengan dirinya.
Teritorial menetapkan makna dari hak seseorang pada
suatu area dan sekitarnya. Wilayah yang dikuasai mungkin
terlihat oleh orang lain. Sebagai contoh, klien di rumah
sakit sering menganggap wilayahnya sampai ujung tempat
tidur atau dinding ruang yang ditempatinya. Teritorial
sangat penting karena membuat orang merasa memiliki
identitas, keamanan dan kontrol. Seseorang merasa
terancam ketika orang lain memasuki teritorialnya karena
hal tersebut mengganggu homeostasis psikologis,
menimbulkan kecemasan dan memunculkan perasaan
kehilangan kontrol. Oleh karena itu perawat perlu meminta
ijin dari klien untuk memindahkan, menata kembali atau
membawa benda-benda dalam area rumah sakit yang disitu
ada klien.

5. Jarak Personal
Jarak personal adalah jarak yang disukai orang
untuk berkomunikasi. Hall (1969) mengemukakan istilah
proksemik, yaitu ilmu yang mempelajari penggunaan
ruang dalam hubungan interpersonal atau jarak antar
komunikator. Dalam interaksi sosial, orang secara sadar
mempertahankan jarak antar mereka sendiri. Ruang pribadi
adalah gelembung yang tidak tampak dan dapat berpindah
mengikuti orang tersebut. Perawat sering bekerja dengan
klien dalam situasi dimana ruang menjadi sangat penting.
Dengan sentuhan, jarak yang memisahkan perawat dengan
klien hanya dibatasi oleh situasi dan budaya. Hall
membedakan menjadi empat ruang di dalam
berkomunikasi. Jarak atau ruang intim adalah area 20cm
dimana orang saling bersentuhan atau kontak fisik.
Pengikatan secara fisik, resusitasi, menggendong bayi yang
sedang menangis dan tindakan invasi membutuhkan
ruangan yang intim. Klien sangat sensitif mengenai
bagaimana perawat menggunakan jarak.
Ketika jarak menjadi lebih besar, klien dan perawat
merasa semakin tenteram. Fleksibilitas lebih besar
dihasilkan ketika tidak diperlukan kontak intim. Duduk
dengan klien untuk melakukan wawancara, mendiskusikan
perasaan atau penyuluhan adalah contoh jarak personal
(20– 120 cm). Jika jarak fisik ditingkatkan, akan lebih
mundah bagi klien dan perawat untuk berkomunikasi
karena perawat menjadi tidak terlalu berperan. Jarak
sosial (1,2 – 3,6m) diperlukan ketika berhadapan dengan
suatu kelompok. Komunikasi pada jarak sosial tidak terlalu
mengancam jika dibandingkan komunikasi pada jarak
personal atau intim, karena saling berbagi pikiran secara
intim jarang terjadi. Jarak publik (> 3,6m) adalah jarak
yang dipertahankan untuk percakapan formal, misalnya
saat presentasi pada seminar atau kuliah.

6. Peran dan Hubungan


Peran dan hubungan antara pengirim dan peneirma
pesan mempengaruhi proses komunikasi. Peran seperti
mahasiswa keperawatan dan instruktur, klien dan dokter
atau orang tua dan anak mempengaruhi isi dan respon
dalam proses komunikasi. Pemilihan kata, struktur kalimat,
nada suara sangat berhubungan dari peran ke peran.
Hubungan spesifik antar komunikator juga penting.
Perawat yang menemui klien pertama kali berbeda gaya
komunikainya dari perawat yang sebelumnya telah
menjalin hubungan baik dengan klien.

7. Lingkungan
Orang biasanya berkomunikasi lebih efektif dalam
lingkungan yang nyaman. Suhu yang terlalu ekstrim, suara
gaduh dan ventilasi ruangan yang jelek dapat mengganggu
komunikasi. Kurangnya privacy mungkin juga
mengganggu dengan komunikasi klien terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan privacy klien. Sebagai contoh,
seorang klien yang merasa cemas tentang kemampuan
suaminya untuk merawat dirinya di rumah mungkin tidak
tepat untuk diajak berdiskusi masalah ini yang dapat
didengarkan oleh klien lain dalam ruangan. Lingkungan
yang kacau dapat mengganggu dan merusak komunikasi.

8. Keselarasan
Dalam komunikasi yang selaras, aspek pesan
verbal selaras dengan nonverbal. Klien lebih cepat
mempercayai perawat ketika mereka menerima
komunikasi perawat yang selaras. Hal ini dapat juga
membantu mencegah miskomunikasi. Keselarasan antara
ekspresi verbal dan nonverbal mudah dilihat oleh perawat
dan klien. Perawat diajari untuk mengkaji klien, tetapi
klien sering halnya seperti seorang ahli yang mampu
membaca bahasa tubuh atau ekspresi perawat. Jika ada
ketidakselarasan, bahasa tubuh atau komunikasi nonverbal
biasanya mempunyai kesamaan makna. Sebagai contoh,
ketika mengajari seorang klien bagaimana merawat
kolostomi, perawat mungkin berkata, “Anda tidak akan
mendapatkan masalah dengan hal ini,” tetapi jika perawat
terlihat jijik atau cemas saat berbicara, klien akan kurang
mempercayai kata-kata perawat.

9. Sikap Interpersonal
Sikap menyampaikan kepercayaan, pikiran dan
perasaan tentang sseorang atau kejadian. Sikap membuat
komunikasi lebih meyakinkan dan terjadi dengan cepat
dengan orang lain. Sikap seperti asuh, ramah, hormat dan
menerima membantu komunikasi sementara ramah pada
bawahan (kondensius), kurang minat dan dingin
menghambat komunikasi.
Asuh dan ramah menyampaikan suatu perasaan
kedekatan emosional, kontras pada suatu pendekatan
impersonal. Asuh lebih lama dan kuat dari ramah. Asuh
menyampaikan perhatian yang asli dan mendalam pada
seseorang, sementara ramah lebih pada persahabatan, yang
nampak pada senyum dan perhatian terhadap kenyamanan
fisik. Asuh meliputi pemberian perasaan, pikiran,
ketrampilan dan pengetahuan. Asuh membutuhkan energi
psikologis dan beresiko berimbas sedikit pada dirinya,
sekalipun bergitu dengan asuh, orang biasanya
memperoleh manfaat dari komunikasi dan pemahaman
yang lebih tinggi.
Hormat (respek) adalah suatu sikap yang
menekankan pada penghargaan seseorang pada orang lain
dan bersifat indidual. Respek dalam banyak cara
menyampaikan bahwa harapan dan perasaan seseorang
khusus dan unik meskipun mirip pada orang lain. Orang
mempunyai kebutuhan berbeda dari dan pada waktu yang
sama dengan orang lain. Menjadi terlalu berbeda dapat
terisolasi dan terancam. Seorang perawat memberikan
respek dengan bersedia mendengarkan apa yang orang lain
katakan, sekalipun perawat tidak setuju. Perawat dapat
belajar cara penerimaan situasi baru ketika perawat dengan
teliti mendengarkan perspektif dirinya terhadap orang lain.
Penerimaan tidak menekankan setuju atau tidak setuju.
Perawat dengan sepenuh hati menerima perasaan jujur
klien. Sikap menerima mengijinkan klien untuk
mengekspresikan perasaan seseorang secara bebas dan
menjadi dirinya sendiri. Perawat mungkin perlu membatasi
penerimaan dalam situasi dimana perilaku klien
membahayakan. Membantu klien untuk menemukan
perilaku yang sesuai pada perasaan sering merupakan
bagian dari penyuluhan klien.
MASALAH DAN HAMBATAN KOMUNIKASI DALAM
KEPERAWATAN
Keperawatan pada intinya adalah sebuah proses
interpersonal. Jika ini benar, maka perawat yang kompeten
harus menjadi komunikator yang efektif dan setiap perawat
mempunyai tanggung jawab untuk memperhatikan
perkembangannya sendiri dalam komunikasi. Ada empat
faktor utama yang menyumbang terjadinya masalah
komunikasi dalam keperawatan, yaitu :

1. Kurangnya kesadaran diri


Satu alasan mengapa komunikasi tidak efektif

adalah kurangnya kesadaran akan aspek-aspek diri sendiri

yang akan mempengaruhi interaksi dengan orang lain. Sisi-

sisi seseorang yang berada di luar kesadaran juga akan

berada di luar kendali dan menjadi senjata yang tidak

terkendali yang dapat menembak dan menyakitkan

meskipun dengan maksud yang baik. Faktor-faktor pribadi

yang mempengaruhi komunikasi adalah sikap, nilai-nilai,

kepercayaan, perasaan dan perilaku. Peningkatan

kesadaran diri dalam area ini akan menghasilkan interaksi


yang lebih produktif dan penggunaan diri yang lebih

berarti. Peningkatan pemahaman diri ini akan mengubah

potensi kegagalan menjadi potensi aset.

Kesadaran bahwa citra yang seseorang punyai

terhadap dirinya bisa sangat berlawanan dengan bagaimana

ia dipersepsikan oleh orang lain adalah suatu pelajaran

yang sangat berarti dan menjadi dasar untuk

perkembangan diri menjadi seorang komunikator yang

baik orang cenderung mendapatkan suatu pandangan yang

subyektif tentang dunia yang berbeda dengan pandangan

orang lain dan banyak perilaku yang dimotivasi oleh

bawah sadar. Kedua pengamatan ini memberi arti bahwa

para perawat yang langsung terlibat dengan hubungan

interpersonal, perlu untuk memaksimalkan kesadaran diri

mereka dan penggunaan diri yang disadari.

Sebuah karakteristik yang penting dari komunikasi

manusia adalah bahwa tidak semua sinyal dan pesan

dikirim secara sengaja atau bahkan disadari. Seringkali


terdapat ketidaksesuaian antara apa yang dipersepsikan

oleh seseorang selama komunikasi dan pemahaman dari

orang lain. Ini mempunyai implikasi penting pada perawat

sebagai komunikator karena potensi ketidaksesuaian inilah

yang menjurus pada berbagai masalah dalam komunikasi.

Komunikasi yang efektif membutuhkan orang-orang yang

terlibat didalamnya untuk memaksimalkan kesadaran diri,

baik dalam hal bagaimana perilaku dipersepsikan oleh

orang lain maupun dalam pemahaman motivasi diri dan

hal-hal yang tidak terlihat.

2. Kurangnya pelatihan ketrampilan interpersonal


Penggunaan kata “sistematis” dan “pelatihan”

sangatlah berarti dan kontroversional dalam konteks

ketrampilan interpersonal. Komunikasi terdiri dari

sekumpulan ketrampilan. Mereka adalah alat-alat dari

pertukaran informasi. Karena itu, metode yang paling

efektif untuk menjadi kompeten dalam menggunakan alat-

alat tersebut adalah metode yang sama untuk semua


pelatihan ketrampilan lainnya. Tentu saja komunikasi

adalah lebih baik dari sekedar tehnologi, tetapi pelatihan

ketrampilan sistematik mempunyai peran dalam proses

menjadikan seorang komunikator yang efektif. Ada

keengganan untuk menerima kenyataan menerima

pernyataan ini karena ada kekhawatiran bahwa komunikasi

akan direndahkan menjadi sebuah seri perilaku dan

formula mekanis yang tidak manusiawi. Ini tidak berlaku

bagi aspek-aspek peran perawat lainnya, misalnya dalam

melakukan prosedur klinik yang kompleks. Pada aspek-

aspek lainnya, ketrampilan ini akan dipraktekkan sampai

kompetensi tercapai.

Jika dibuat struktur yang benar, pelatihan

ketrampilan interpersonal yang sistematis akan

menghasilkan para komunikator yang kompeten yang

mengintegrasikan ketrampilan yang sudah dikenalnya ke

dalam gaya komunikasi mereka yang unik. Pelatihan yang

sistematis dalam penggunaan ketrampilan mikro baru


merupakan langkah pertama dalam sebuah proses yang

harus menjurus ke pembentukan ketrampilan-ketrampilan

ini menjadi sifat alami kedua dari seseorang.

Di sisi lain, kita dapat mengkritik tidak adanya

pelatihan ketrampilan interpersonal yang sistematik, jika

anak-anak mendapatkan ketrampilan yang secara

kebetulan selama mereka tumbuh, maka mereka juga

cenderung mempelajari beberapa “kebiasaan buruk” dari

model peran mereka dan kekurangan kesadaran yang

diperlukan untuk membedakan mana interaksi yang

efektif dan mana yang tidak. Konsekuensinya bagi bidang

keperawatan sangatlah menonjol.

3. Kurangnya kerangka konseptual


Perawat kadang-kadang secara khusus dapat

menunjukkan kompetensi dalam penerapan ketrampilan

interpersonal. Untuk ini dibutuhkan sebuah kerangka

teoritis yang memberi informasi paada komunikasi dan

menyediakan sebuah struktur untuk analisis, refleksi dan


evaluasi interaksi. Karena kompleksitas komunikasi, upaya

untuk memahami komunikasi tanpa sebuah kerangka

adalah hal-hal yang bermasalah. perawat penting untuk

mampu mengkonseptualisasikan apa yang sedang mereka

lakukan untuk memastikan bahwa ketrampilan-ketrampilan

digunakan dengan cara yang koheren dan strategis.

Kerangka semacam ini akan menyediakan bahasa dan

pengaturan untuk memahami interaksi, baik yang sudah

terjadi maupun pada saat mereka terjadi.

4. Kurangnya kejelasan tujuan


Pada tingkat yang disadari, komunikasi melibatkan

penentuan pilihan. Komunikator yang efektif akan

mempunyai angka keberhasilan yang tinggi dalam

membuat pilihan yang benar pada situasi-situasi yang

dihadapinya karena ia mengetahui dengan jelas tentang

tujuan atau maksud dari setiap interaksi. Ini

memungkinkan komunikator yang efektif untuk

membedakan pilihan alternatif dan menentukan pilihan


yang cocok dengan situasi tertentu. Biasanya bukan

perawat yang menentukan tujuan interaksi, tetapi

kebutuhan klien. Proses ini membutuhkan kepekaan dan

empati agar perawat mampu membaca situasi secara tepat

dan menilai apa yang diperlukan. misalnya, ketrampilan

komunikasi yang dibutuhkan dalam pemberian nasehat

untuk subyek tertentu akan membedakaan dengan yang

dibutuhkan untuk mendengarkan orang yang sedang

merasa tertekan. Tanda komunikasi yang efektif adalah

mengembangkan kemampuan untuk membaca situasi,

mengetahui tujuan dengan jelas dan melakukannya secara

strategis.

Kozier et.al (2000, dikutip Blais, Kathleen Boenig,

et.al[2002]), mengidentifikasi “gagal untuk mendengar,

ketidaktepatan menginterprestikan pesan yang disampaikan

klien dan menempatkan kebutuhan perawat di atas kebutuhan

klien sebagai hambatan utama komunikasi. Hambatan-


hambatan dalam komunikasi efektif itu adalah sebagai

berikut :

a. Membuat Streteotip

Menawarkan keyakinan yang disamaratakan dan

terlalu disederhanakan mengenai kelompok orang-orang

yang berdasarkan pengalaman terlalu terbatas untuk valid.

Respon ini mengkategorikan klien dan meniadakan

keunikan mereka sebagai individu.

Contoh :

“Anak usia dua tahun adalah akan yang nakal.”

“Wanita adalah seorang pengeluh.”

“Pria tidak menangis.”

“Sebagian besar orang mengalami nyeri setelah operasi

sesar.”

b. Setuju dan tidak setuju


Sama dengan respon menghakimi, setuju dan tidak

setuju menyiratkan bahwa klien benar atau salah dan

perawat berada dalam posisi untuk menilai ini. Respon ini

menghalangi klien untuk berpikir dalam posisi mereka dan

dapat menyebabkan klien menjadi defensif.

Contoh :

Klien: “Saya tidak berpikir dr. Inu adalah dokter yang

sangat baik. Dia tampaknya tidak tertarik dengan

kliennya.”

Perawat: “Dr. Inu adalah kepala Departemen penyakit

dalam dan beliau adalah seorang dokter yang baik.”

c. Defensif

Usaha untuk melindungi seseorang atau layanan

keperawatan kesehatan dari komentar negatif. Respon ini

mencegah klien mengungkapkan masalah yang

sebenarnya. Perawat mengatakan, “Anda tidak punya hak

untuk mengeluh.” Respon defensif melindungi perawat


dari mengakui kelemahan layanan keperawatan, termasuk

kelemahan personal.

Contoh :

Klien: “Para perawat jaga malam itu kerjanya hanya tidur

sepanjang malam. Mereka tidak menjawab panggilan saya

selama lebih dari satu jam.”

Perawat: “Anda perlu tahu bahwa kami benar-benar

berkeliling pada malam hari. Anda tahu, Anda bukan satu-

satunya klien.”.

d. Menantang

Memberikan respon yang membuat klien

membuktikan pernyataan mereka atau sudut pandang

mereka. Respon ini mengidentifikasi bahwa perawat gagal

memperhatikan perasaan klien, yang membuat klien

merasa perlu untuk mempertahankannya.

Contoh :
Klien: “Saya merasa mual setelah menelan pil putih itu.”

Perawat: “Anda tidak berpikir bahwa saya memberi Anda

pil yang salah kah?”

Klien: “Saya merasa seperti akan mati.”

Perawat: “Bagaimana Anda dapat merasa seperti itu,

sedangkan denyut nadi Anda 60/menit.”

Klien: “Saya yakin suami sa ya tidak menyukai saya.”

Perawat: “Anda tidak boleh mengatakan demikian; lalu

mengapa dia mengunjungi Anda setiap hari.”

e. Menyelidiki

Menanyakan informasi terutama karena ingin tahu,

bukan karena ingin membantu klien. Respon ini dianggap

mencampuri dan melanggar privasi klien. Menanyakan

“mengapa” sering kali dianggap menyelidiki dan

menempatkan klien dalam posisi defensif.

Contoh :
Klien: “Saya mengebut sepanjang jalan dan tidak melihat

tanda berhenti.”

Perawat: “Mengapa Anda mengebut?”

Klien: “Saya tidak bertanya kepada dokter ketika dia

disini.”

Perawat: “Mengapa Anda tidak bertanya?”

f. Menguji

Mengajukan pertanyaan yang membuat klien

mengakui sesuatu. Respon ini memungkinkan klien

menjawab terbatas dan sering memenuhi kebutuhan

perawat, bukan kebutuhan klien.

Contoh :

“Anda berpikir Anda siapa?” (memaksa orang mengakui

status mereka, yaitu hanya sebagai klien)

“Anda pikir saya tidak sibut?” (memaksa klien untuk

mengakui bahwa perawat sangat sibut)


g. Menolak

Menolak untuk mendiskusikan topik-topik tertentu

dengan klien. Respon ini sering membuat klien merasa

bahwa perawat menolak tidak hanya komunikasi mereka,

tetapi juga menolak diri klien.

Contoh :

“Saya tidak mau mendiskusikannya. Mari membicakan

mengenai....”

“Mari mendiskusikan hal lain yang menarik bagi Anda

dibandingkan membicarakan dua masalah yang terus Anda

sebutkan.”

“Saya tidak bisa berbicara sekarang. Saya baru mau

istirahat.”

h. Mengubah topik dan subyek


Mengarahkan komunikasi ke dalam area

kepentingan diri perawat, bukan mementingkan masalah

klien sering kali merupakan suatu respon protektif diri

terhadap topik yang menyebabkan kecemasan. Respon ini

menyiratkan bahwa apa yang dianggap penting oleh

perawat akan didiskusikan dan bahwa klien sebaiknya

tidak mendiskusikan topik tertentu.

Contoh :

Klien: “Saya terpisah dari istri saya. Apakah menurut Anda

saya sebaiknya melakukan hubungan seksual dengan

wanita lain?”

Perawat: “Saya lihat Anda berusia 35 tahun dan Anda

menyukai kegiatan berkebun. Sinar matahari ini baik untuk

tanaman hias saya. Saya memiliki taman yang indah.”

i. Pemenangan yang tidak beralasan

Menggunakan kata-kata klise atau pernyataan

nasihat yang menenangkan sebagai cara untuk


menenangkan klien. Respon ini menutup sara takut,

perasaan dan pikiran lain klien.

Contoh :

“Anda akan segera merasa lebih baik.”

“Saya yakin semuanya akan kembali normal.”

“Jangan khawatir.”

j. Memberi penilaian

Memberikan pendapat dan menerima atau menolak

respon, membicarakan tentang moral, atau menyatakan

secara tidak langsung nilai diri. Respon ini menyiratkan

bahwa klien harus berpikir sebagaimana yang perawat

pikirkan, yang membantu perkembangan klien.

Contoh :

“Itu bagus (jeleks).”

“Anda seharusnya tidak melakukan itu.”

“Yang itu tidak cukup bagus.”


“Apa yang Anda lakukan itu sala (benar).”

k. Memberi nasihat umum

Mengatakan kepada klien apa yang harus

dilakukan. Respon ini menyangkal hal klien untuk menjadi

mitra sejajar. Ingat bahwa pemberian nasihat ahli itu

terapeutik, bukan nasihat umum.

Contoh :

Klien: “Apakah sebaiknya saya pindah dari rumah saya ke

rumah perawatan?”

Perawat: “Apabila Anda adalah saya, saya akan pindah ke

rumah perawatan, di sana Anda akan memperoleh layanan

kebutuhan sehari-hari.”

Pertanyaan belajar :

Terjadinya masalah komunikasi dalam keperawatan

dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yaitu :


1. .............

2. .............

3. ............

4. ............

Yang termasuk menjadi hambatan dalam melakukan

komunikasi keperawatan yang efektif adalah :

1. ................

2. ................

3. ................

4. ...............

Berilah masing-masing 1 pernyataan yang menjelaskan ke-4

hambatan komunikasi efektif di atas


STATEGI PEMECAHAN MASALAH DALAM

KOMUNIKASI KEPERAWATAN

Ketika dua orang terlibat dalam pembicaraan,


sebenarnya lebih banyak hal yang terjadi daripada yang
kelihatan. Setiap orang membawa dunia uniknya sendiri dan
persepsi terhadap interaksi dimana terlibat sejumlah besar
stimulus dan data yang berisi banyak hal. Sulit untuk
membayangkan bagaimana orang dapat melanjutkan
kehidupan sehari-hari jika mereka setiap menit harus memberi
perhatian pada rincian komunikasi.
Peplau (1988) mengatakan bahwa keperawatan pada
intinya adalah sebuah proses interpersonal. Jika ini benar,
maka perawat yang kompeten harus menjadi seorang
komunikator yang efektif. Terdapat kepercayaan bahwa setiap
orang bisa menjadi komunikator yang efektif dengan
memperbaiki pola komunikasi yang digunakan. Untuk
mencapai hal tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya :

1. Meningkatkan kesadaran diri


Kesadaran diri merupakan sebuah proses.

Kesadaran diri adalah kemampuan untuk berpikir tentang

proses berpikir itu sendiri. Kesadaran diri mengacu pada

proses memperhatikan dan menggali aspek-aspek diri,

apakah dari sudut perilaku, psikologis atau fisik yang

bertahap dan berlanjut dengan tujuan mengembangkan

pemahaman pribadi dan interpersonal. Memiliki

pemahaman yang lebih dalam pada diri sendiri adalah

memiliki gambaran yang lebih tajam dan jelas tentang apa

yang sedang terjadi pada orang lain, yang merupakan suatu

proses pembedaan (diskriminasi). Pembedaan dan


kesamaan dengan orang lain adalah suatu aspek karya

penting dalam pelayanan keperawatan.

Untuk dapat memahami sampai dimana kesadaran

diri sendiri, maka perawat harus dapat menjawab

pertanyaan “Siapa saya?” “Perawat seperti apa aku ini?”

barangkali orang lain atau profesi lain juga bisa bertanya

tentang siapa dirinya.

Pemahaman diri adalah prasyarat penting untuk

memahami orang lain. Konsep kesadaran diri lebih baik

dibayangkan sebagai suatu kisaran, dan tugas kita adalah

menelusuri setiap bagian dari kisaran itu dalam kesadaran

dan menerima bahwa akhir kisaran itu tidak akan pernah

dicapai. Setiap kemajuan dibuat melalui proses

introspektif, seperti refleksi, eksplorasi dan penilaian diri

serta aktivitas interaktif seperti pembukaan diri, diskusi

dan umpan balik. Selain itu beberapa orang memilih untuk

sengaja memasuki hubungan konseling atau psikoterapi


untuk dengan sengaja berusaha meningkatkan kesadaran

dirinya.

Gambaran kesadaran diri ditunjukkan dengan

Jendela Johari, yang terdiri dari 4 kuadran :

1 2

Diketahui diri dan orang lain Hanya

diketahui oleh

orang lain

3 4

Hanya diketahui diri sendiri Tidak

dikerahui oleh

diri sendiri dan

orang lain

Setiap kuadran terdiri dari tingkah laku, pikiran dan

perasaan seseorang. Kuadran satu disebut kuadran

terbuka, karena tingkah laku, pikiran dan perasaan


seseorang diketahui oleh diri sendiri dan orang lain.

Kuadran dua disebut kuadran buta, karena tingkah laku,

pikiran dan perasaan seseorang diketahui oleh orang lain

tetapi dirinya sendiri tidak mengetahuinya. Kuadran tiga

disebut kuadran tersembunyi karena tingkah laku,

pikiran dan perasaan seseorang tentang dirinya hanya dia

sendir yang mengetahui, sedangkan kuadran empat adalah

kuadran yang tidak diketahui, yang berisi aspek yang

tidak diketahui oleh diri sendiri dan orang lain. Kuadran

empat besar pada orang yang mengalami gangguan jiwa.

Cara untuk meningkatkan kesadaran diri salah

satunya adalah dengan mendengarkan diri sendiri. Disini

berarti individu mengijinkan emosi untuk dialami,

misalnya mengijinkan diri untuk merasa sedih karena

sesuatu sebab, individu mengidentifikasi kebutuhan diri

dan kebebasan dalam bergerak, dengan cara merenung dan

menilai diri sendiri dalam 4 aspek yaitu aspek psikologis,

fisik, sosiokultural dan spiritual.


Tahap kedua adalah proses untuk mengecilkan

ukuran kuadran 2 dengan mendengarkan dan belajar dari

orang lain. Pengetahuan terhadap diri tidak mungkin

dilaksanakan sendirian. Bersama dengan orang lain kita

mempelajari diri sendiri tetapi juga belajar mendengar dan

menerima pendapat dengan meminta teman menilai

berbagai aspek apakah fisik anda seorang yang kuat,

gagah, cantik, perkasa, berhidung pesek, mancung dan

lain-lain. Secara filosofis dan sosial apakah anda seorang

yang disenangi, dibenci, mungkin menyebalkan dan lain-

lain. Mintalah teman untuk menilai dengan jujur dengan

catatan anda tidak boleh marah terhadap apapun yang

dikatakannya.

Tahap terakhir adalah mengecilkan kuadran 3

dengan cara membuka diri, yaitu menyatakan pada orang

lain aspek penting atau kemampuan yang kita miliki.

Membuka diri adalah tanda dari pribadi yang sehat.


Perawat dalam kesehariannya akan berhadapan

dengan klien dengan bermacam-macam emosi dan

perilaku. Dalam menghadapi keanekaragaman tingkah laku

dan emosi tersebut tentu akan mempengaruhi emosi dan

perilaku perawat. Stimulus yang sangat banyak tersebut

tentunya perlu direspon oleh perawat. Dengan kesadaran

diri yang tinggi dan berdasarkan nilai-nilai yang

dimilikinya diharapkan perawat mampu memberikan

respon yang tepat dan terapeutik untuk setiap stimulus

yang dialami oleh perawat.

2. Belajar melalui refleksi


Refleksi melibatkan aktivitas kedalam dan keluar.

Aktivitas kedalam adalah memberi perhatian pada pikiran

dan perasaan, sedangkan fokus eksternalnya adalah pada

situasi dan perilaku. Mengajukan pertanyaan, membuat

hipotesa, menguji realita dan mengevaluasi; semuanya

adalah aktivitas yang berkaitan erat dengan konsep

refleksi. Semuanya akan produktif jika kita memainkan


ulang interaksi dimana kita terlibat. Secara cukup rinci,

menggambarkan diri kita berada kembali dalam situasi dan

proses yang telah terjadi. Penulisan reflektif adalah media

yang produktif untuk mencatat dan menganalisis interaksi.

3. Pelatihan Ketrampilan Interpersonal


Mempelajari ketrampilan apapun memerlukan

kemajuan melalui beberapa tahapan, mulai dari identifikasi

ketrampilan individu sampai penguasaan dan integrasi

ketrampilan tersebut. Tahap-tahap berikut mewakili sebuah

proses pelatihan interpersonal :

a. Identifikasi ketrampilan mikro verbal dan

non-verbal seseorang sesuai dengan konteks

komunikasi. Tahap ini menghasilkan kejelasan

pemahaman tentang apakah ketrampilan itu dalam hal

definisi, perilaku, tujuan dan penerapannya. Ini dicapai

melalui membaca, kuliah dan diskusi.

b. Pengetahuan tentang bagaimana

menggunakan ketrampilan tersebut. Ini dicapai


melalui pengamatan dari demonstrasi orang lain yang

menggunakan ketrampilan tersebut. Ini bisa berbentuk

demonstrasi hidup, rekaman video atau pita kaset.

Tahap ini memfasilitasi kemajuan dari pemahaman

konseptual ke pemahaman perilaku.

c. Praktik ketrampilan. Kesempatan untuk

mencoba menggunakan ketrampilan dengan teman-

teman kelompok dalam sesi pelatihan yang terstruktur

dapat menggunakan metode bermain peran atau lebih

baik dalam isu-isu yang sebenarnya.

d. Evaluasi praktik ketrampilan melalui

umpan balik yang terfokus. Tahap ini

memungkinkan refleksi pada penampilan diri

seseorang dan umpan balik yang konstruktif dari

teman-teman kelompok dan dosen. Tujuannya adalah

untuk menguatkan apa yang sudah dilakukan dengan

baik dan memperbaiki apa yang belum baik yang

sering dilakukan teman-teman kelompok dengan


mengamati interaksi dan secara spesifik

memperhatikan apa yang sedang terjadi.

e. Evaluasi proses pelatihan. Evaluasi secara

berkala kemajuan umum seseorang dan pengalaman

tentang proses pelatihan akan berguna untuk

mengkosulidasikan berbagai pengalaman yang

berbeda.

f. Penerapan di dunia nyata. Menyatukan

semua ketrampilan di dalam konteks keperawatan

adalah tahap terakhir. Pindah dari lingkungan belajar

yang formal ke tatanan praktik dan secara bertahap

mengintegrasikan apa yang telah dipelajari sehingga

mereka bisa menjadi kebiasaan. Proses ini dipermudah

dengan pengawasan efektif, refleksi introspektif dan

mekanisme umpan balik. Seringkali perawat merasa

kecil hati oleh perasaan ketidakmampuan yang

sementara itu.

4. Pengetahuan tentang Teori Fragmatis


Pengetahuan tentang teori fragmatis dari

komunikasi memungkinkan perawat untuk

mengkonseptualisasikan apa yang sedang mereka lakukan

dan menyediakan suatu cara untuk membahas interaksi.

Dua teori yang dapat memenuhi tujuan-tujuan ini adalah

analisis transaksi dan analisis enam teori intervensi

Analisis Transaksi
Analisis transaksi merupakan kerangka kerja untuk

memahami perilaku diri sendiri dan orang lain. Dr. Eric

Berne, pakar terapi psikiatri mengembangkan teori pada

tahun 1950-an tentang kepribadian dan perkembangan

kepribadian yang juga suatu pendekatan psikoterapi.

Kekuatan dari teori ini terletak pada konsep-konsep yang

kuat tapi sederhana dan penerapannya yang luas pada

hubungan manusia. Teorinya mengatakan bahwa semua

perasaan dan pengalaman yang ditunjukkan orang secara

tidak sengaja sama dengan perasaan dan pengalaman yang

direkam di otak selama masa bayi dan masa kanak-kanak.


Pesan yang direkam ini sangat mempengaruhi perilaku

hidup dikemudian hari.

Konsep utama analisis transaksi adalah kekuatan


ego. Pada saat kapanpun orang memanifestasikan sebuah
bagian dari kepribadian mereka dalam sebuah perilaku,
pikiran dan perasaan yang konsisten. Pola khas ini dikenal
sebagai keadaan ego. Berne menyarankan bahwa setiap
manusia mempunyai tiga ego: orang tua, dewasa dan anak.

a. Orang Tua
Orang tua disetiap orang adalah sekumpulan
aturan dan instruksi yang diberikan orang tua atau
orang besar kepada seseorang yang pada saat itu masih
kecil atau selalu tergantung. Asumsi dibenak orang tua
adalah mereka selalu benar. Keadaan ego orang tua
mengacu pada ketika orang berperilaku, berpikir dan
merasa dengan cara-cara yang ia contoh dari orang
tuanya sendiri atau tokoh orang tua. Seseorang yang
pernah berbicara sendiri seperti “Perbuatan bodoh
melakukan itu” atau “Anda benar-benar tidak masuk
akal melakukannya”, berarti berperilaku sebagai orang
tua yang sedang melecehkan atau memuji anak.
Seseorang akan mewakili ego orang tua ketika
ia : menasehati, mengkritik, berdisiplin, berkotbah,
mendidik dan melindungi, membuat aturan dan
deregulasi, mengajar, menghakimi.

b. Dewasa
Dewasa merupakan bagian yang
mengambarkan sesuatu dengan mengkoleksi dan
melihat fakta suatu situasi. Keadaan ego orang dewasa
mengacu pada perilaku, pikiran dan perasaan yang
langsung dan berespon sesuai dengan saat ini dan
situasi ini. Orang dewasa mencari informasi,
menghormati orang lain dan bersikap konstruktif dan
nondogmatis.
Seseornag akan terlihat dewasa ketika :
menyimpan informasi, membuat rencana, mencari
alternatif, membuat keputusan, punya alasan,
mengingat informasi, membuat evaluasi, membuat
perkiraan dan menentukan batasan.

c. Anak
Anak terdiri dari rekaman informasi yang
disimpan di otak sejak lahir. Rekaman mencakup
semua dorongan ingin tahu, merasakan, menyentuh dan
mengalami dunia baru. Keadaan ego anak mengacu
pada sebuah perilaku, pikiran dan perasaan di masa
kanak-kanak yang dilakukan kembali. Perasaan
frustasi, bingung dan marah muncul ketika merasa
dilecehkan orang tua. Anak dibagi dua bagian, yaitu
anak pembebek dan anak bebas. Sifat anak pembebek
terlihat ketika seseorang mempunyai pola perilaku
yang otomatis meniru perilaku orang besar dalam
hidupnya. Sedangkan sifat anak bebas terlihat ketika
seseorang bersikap spontanitas tanpa terpengaruh
reaksi dari orang besar.
Ego anak akan terlihat ketika : takut, marah,
memberontak, ingin tahu, kreatif, percaya, cinta,
senang, agresif, gemar dan berwatak budak.

Seseorang dapat mengenali ego sebagai orang tua,


anak dan dewasa dengan mendengarkan tiga suara ini
dalam dirinya. Ketiga keadaan ego ini tidak berhubungan
dengan waktu atau apakah orang itu sebenarnya orang tua,
orang dewasa atau anak-anak. Anak kecil yang sedang
bermain sering berperilaku dan berhubungan satu sama
lain seakan-akan yang seorang menjadi orang tua dan yang
lainnya menjadi anaknya. Begitu pula orang dewasa
kadang-kadang berperilaku seperti anak-anak.
Steward dan Joines (1987) mengatakan bahwa
kepribadian yang sehat dan seimbang memerlukan ketiga
keadaan ego ini. Ketika orang hendak bertindak, berbicara
atau bergerak dengan perilaku orang tua, maka ia bertindak
dengan ego orang tua. Orang tua untuk menghadapi
masyarakat dan peraturan-peraturan, ego anak
mempengaruhi emosi dan memungkinkan spontanitas,
kreativitas dan intuisi. Ego orang dewasa mengumpulkan
dan mengatur informasi, memprediksi konsekuensi
berbagai tindakan, membuat keputusan yang
memungkinkan terjadinya penyelesaian masalah.
Penggunaan orang dewasa dapat meningkatkan potensi
penyelesaian masalah. Akan tetapi, biasanya ada salah satu
keadaan ego yang dominan dalam suatu interaksi.
Thomas Harris, penganut Eric Berne dalam buku
I’m Ok You’re Ok menyarankan berbagai cara menganalisa
komunikasi dan membangun ego orang dewasa yang kuat
sebagai berikut :

 Belajarlah mengenali ego anak kecil dalam


diri Anda, baik kerentanan, maupun ketakutan dalam
mengekspresikan perasaan. Latihlah ego anak kecil
dalam diri Anda dengan menunjukkan antusiasisme
dengan energi dan daya tarik ketika orang berbicara
dengan Anda.
 Belajarlah mengenali ego orang tua dalam
diri Anda. Baik aturan, gagasan yang terpaku dan
berbagai cara mengekspresikan perintah dan posisi
orang tua.
 Sensitiflah terhadap anak kecil dalam ego
pihak lain. Tanggapi anak kecil dengan memberikan
pujian, senyum, menyatakan nama seseorang dan
memberi perhatian.
 Hitunglah sampai sepuluh, jika perlu. Untuk
memberikan waktu orang dewasa guna menyortir ego
orang tua dan anak kecil dari realita.
 Jika ragu, tinggalkan. Jika situasi menjadi
sulit dan apa yang akan dikatakan tidak bisa diterima
orang dewasa, jangan dikatakan. Anda tidak akan
dicerca oleh apa yang tidak Anda katakan.

Semakin terampil mendalami karakteristik orang

tua, orang dewasa dan anak, semakin sadar terhadap

berbagai karakteristik mereka di dalam diri Anda, juga

dapat memperoleh petunjuk tentang bagaimana

menghadapi orang lain dengan mengidentifikasi

bagaimana cara mereka berinteraksi.

Ketika dua orang berinteraksi satu sama lain,

mereka melakukannya dari salah satu ketiga keadaan ego.

Untuk mengamati dan mendengarkan mereka, kita dapat

membedakan keadaan ego yang sedang dominan dan

melihat peralihan yang terjadi. Secara konseptual, ada

sebuah cara untuk menganalisa interaksi. Sebuah transaksi

melibatkan sebuah stimulus (rangsangan) dan sebuah

respon. Perhatikan bagan berikut :

orang orang
tua S-2 tua

R-2

dewasa stimulus respon dewasa

(S-R)1

anak R-3 anak

Sebuah contoh dari transaksi komplementer antara

orang dewasa dengan orang dewasa lainnya ditunjukkan

oleh (S-R)1. stimulusnya adalah sebuah pertanyaan yang

mengundang respon dari ego orang dewasa, yang berupa

jawaban terhadap pertanyaan tersebut. Transaksi

komplementer adalah pertukaran-pertukaran dimana

panahnya sejajar dan keadaan ego yang ditujulah yang

memberikan respon. Stimulus bertanya, “Dimana

nyerinya?”, respon menjawab, “Di pergelangan kaki saya”.

Contoh lain adalah transaksi komplementer antara ego

yang berbeda, tetapi panahnya sejajar seperti pada (S-R)2.


Stimulus bertanya, “Anda kembalilah ke tempat tidur, saya

akan menerangkan kepada dokter dimana nyeri Anda”.

Respon : “Terima kasih, saya rasa saya butuh perhatian

saat ini”.

Jika transaksi komplementer, percakapannya

cenderung mengalir bolak-balik secara konsisten. Tetapi

jika di dalam sebuah transaksi panahnya tidak sejajar

melainkan bersilangan, maka biasanya terdapat interupsi

atau gangguan pada komunikasi sementara orang-orangnya

menggeser keadaan ego seperti pada (S-R)3. stimulus,

“Dimana nyerinya?”, respon, “Jika Anda tidak keberatan,

saya ingin bicara dengan dokter tentang hal ini”.

Transaksi silang terjadi ketika penerima pesan

memberikan respon di luar keadaan ego yang diharapkan

oleh pengirim pesan. Contoh sebuah transaksi silang

menunjukkan apa yang terjadi ketika keadaan ego yang

dituju bukanlah yang memberikan respon. Biasanya timbul

perasaan terkejut ketika hal ini terjadi. Responnya


mengundang orang lain untuk beralih ke keadaan ego

anak, karena kelancaran komunikasi paling mungkin

terjadi pada transaksi kompelementer, walaupun mungkin

ada perasaan direndahkan dan terluka. Contoh pengirim

pesan: “Ambilkan buku belanja”, penerima pesan. “Saya

lagi sibuk belajar bahasa Inggris”.

Transaksi tersembunyi adalah transaksi yang

terjadi dimana pengirim pesan menyampaikan pesan dari

ego tertentu tetapi dibalik itu ia menyampaikan pesan dari

ego yang lain. Pada transaksi ini terdapat motivasi

tersembunyi dan juga maksud-maksud lain. Contohnya

pada seorang klien yang ingin mendapatkan nasehat dari

perawat tetapi setiap perawat memberikan nasehat ia selalu

membantah penjelasan perawat, yang sebenarnya klien

tersebut hanya ingin membuktikan bahwa perawat tidak

cakap, sehingga perawat menjadi diam.

Pemahaman tentang kerangka analisis ini akan

menyediakan bahasa dan konsep untuk mengartikan


interaksi sehari-hari. Tanpa kerangka semacam ini,

komunikasi seringkali sulit untuk diproses dengan cara

yang koheren. Model keadaan ego juga menyediakan

pilihan-pilihan bagi komunikator. Jika ada bahasa untuk

menjelaskan apa yang sedang terjadi, maka ada

kemungkinan untuk melihat alternatif-alternatif yang

tersedia selama interaksi. Model ini menyediakan sebuah

struktur untuk analisis retrospektif dan untuk memberi

informasi pada komunikasi yang mengarah ke tujuan yang

diharapkan.

Analisis Enam Kategori Intervensi

Bagi perawat, analisis ini menyediakan sebuah

kerangka yang sangat berguna untuk memeriksa interaksi

mereka dengan orang lain. Seperti analisis transaksional,

model ini menawarkan sebuah struktur konseptual untuk


membantu pengolahan dan untuk menginformasikan

pilihan-pilihan dalam komunikasi keperawatan. Heron

(1990) menyatakan bahwa analisis enam kategori

intervensi sebagai jenis intervensi utama yang valid dan

mendalam yang perlu dilakukan oleh semua praktisi dalam

hubungan dengan klien. Intervensi tersebut merupakan

perilaku verbal dan/atau nonverbal yang bisa dikenali

sebagai bagian dari pelayanan kepada klien. Enam kategori

intervensi tersebut adalah

Otoritatif Fasilitatif
- Preskriptif - Katarti

k
- Informatif

- Kataliti
- Konfrontatif
k

- Suporti

Intervensi otoritatif adalah kategori yang lebih

mengarahkan, dalam arti bahwa perawat mengambil


tanggung jawab untuk klien. Kategori fasilitatif

memampukan klien untuk mengambil tanggung jawab

sendiri. Ini adalah konteks yang akan menentukan kategori

mana yang tepat untuk digunakan. Setiap kategori adalah

sama validnya, sejauh mereka cocok dengan peran

perawat, kebutuhan dan tujuan intervensi.

 Intervensi preskriptif, melibatkan komunikasi


yang bertujuan untuk mengarahkan perilaku, misalnya
mendlegasikan tugas kepada rekan sejawat atau
menasehatkan klien untuk minum obat.
 Intervensi informatif, mengacu pada interaksi
yang bertujuan memberi informasi, pengetahuan atau
arti. Informasi berbeda dengan nasehat, karena ia
cenderung lebih netral dan faktual serta tidak terlalu
mempengaruhi, misalnya menjelaskan tentang sebuah
prosedur klinis tertentu.

 Intervensi konfrontatif, bertujuan menantang


sudut pandang, sikap atau perilaku yang terbatas,
misalnya dengan cara yang peka menunjukkan pola
perilaku yang mengecilkan arti diri klien. intervensi
katartik, memungkinkan orang lain untuk
mengungkapkan emosinya, misalnya jika diperlukan
mengajak keluarga yang berduka untuk
mengungkapkan perasaan pereka yang berkaitan
dengan kehilangannya.

 Intervensi katalitik, membantu mengeluarkan


informasi dan memajukan penemuan serta pemahaman
diri.
 Intervensi suportif, menguatkan arti diri orang
lain dan menunjukkan penghargaan serta penerimaan.
Contohnya adalah penguatan ketrampilan konseling
atau menyelenggarakan suatu kelompok pendukung.

Kekuatan dari kerangka ini adalah bahwa ia

membantu perawat untuk bisa mengerti dengan jelas

tujuan dari setiap komunikasi yang dilakukan, salah satu

cara untuk membayangkan intervensi-intervensi ini adalah

membandingkannya dengan suatu permainan kartu seperti

contoh dalam kotak berikut :

Analisis enam kategori intervensi


Joko adalah seorang perawat yang berpengalaman bekerja di

ruang anak, ketika melakukan pekerjaannya, ia bertemu

banyak orang. Pengalaman, ketrampilan dan pendidikannya

telah membantu dia untuk memilih dengan tepat bagaimana

berespon terhadap orang yang ditemui. Jika anda

mengamatinya dengan menggunakan enam kategori

intervensi, anda akan melihat bagaimana ia memberi nasehat


pada orang tua tentang cara perawatan di rumah, memberi

informasi kepada anak-anak dengan cara yang dapat mereka

mengerti, menghadapi anak yang nakal tentang perilakunya

yang mengganggu anak-anak lain, mendorong orang tua

untuk mengungkapkan rasa takut mereka tentang operasi,

membujuk dan mendukung anak untuk menjelaskan

situasinya selama pemeiksaan, menyediakan waktu untuk

menunjukkan penghargaannya kepada rekan-rekan kerjanya

atas kerja keras mereka. Yang membuat Joko efektif di dalam

perannya adalah kemampuannya untuk mencocokkan respon-

respon yang terampil dengan situasi tertentu.

Komunikator yang terampil akan mahir pada

keenam kategori intervensi ini dan mampu beralih dari satu

kategori ke kategori lainnya ketika situasi

membutuhkannya.

5. Tujuan Interaksi
Apapun konteksnya, peran perawat mempunyai
banyak sisi. Setiap sisi dari peran tersebut membawa
tuntutan tersendiri pada perawat dan orang-orang yang
terlibat. Kiat keperawatan adalah peka pada apa yang
diperlukan dalam berbagai situasi dan memberikan respon
yang sesuai. Agar ada kejelasan dari tujuan interaksi, selain
teori-teori seperti analisis transaksional dan analisa enam
kategori intervensi, diperlukan ketrampilan interpersonal
untuk mendapatkan data dan informasi serta membuat
respon yang kompeten. Selain itu kemampuan menjalin
hubungan dengan orang lain yang didasarkan pada
kepekaan dan pengertian juga sangat diperlukan.

Memperbaiki Ketrampilan Komunikasi


Mengkaji cara sekarang anda berkomunikasi penting
untuk memahami apakah anda perlu untuk belajar menjadi
komunikator yang lebih baik. Lengkapi tes pengukuran diri
“Seberapa Efektif Gaya Komunikasi Anda?” untuk
menentukan efektifitas gaya komunikasi anda saat ini.

Pilih salah satu


No Pernyatan Jarang - Selalu
1 2 3 4 5
1. Saya meminta langsung kerja sama
2. Saya menggambarkan tindakan saya
dengan menggunakan pernyataan yang
nyata daripada yang tidak jelas
3. Saya meminta mengubah dengan
menggambarkan hasil atau perilaku
yang diharapkan
4. Saya mengungkapkan keinginan,
perasaan dan pengharapan saya secara
jelas dan langsung
5. Saya mampu mengatasi masalah dengan
penuh percaya diri
6. Saya lebih percaya dan mengerti ketika
saya memberi dan menerima umpan
balik
7. Saya percaya dengan lawan berbicara
saya
8. Saya mempertahankan topik
pembicaraan
9. Saya meminta informasi dalam rangka
meningkatkan percaya diri dan kerja
sama
10. Saya memberikan alternatif pemecahan
masalah
11. Saya bertanggung jawab terhadap isi
pembicaraan saya
12. Saya terbuka terhadap kritik dan saran

13. Saya menginginkan informasi yang


jelas dan memahami sudut pandang
orang lain
14. Dalam menyelesaikan masalah saya
lebih memilih berkomunikasi daripada
mengabaikan masalah

15. Saya mendapatkan lebih banyak


informasi dengan mengajukan
pertanyaan
16. Saya menceritakan tentang apa yang
saya rasakan dengan percaya diri
walaupun dalam situasi sulit
17. Saya menyampaikan tujuan saya kepada
keluarga, teman dan rekan kerja
18. Saya menghormati semua lawan bicara
saya
19. Saya menyelesaikan masalah tanpa
mendominasi
20. Saya meminta langsung kerja sama
21. Saya memberi dan menerima umpan
balik tanpa memanang lawan bicara
22. Saya menanyakan informasi dan
mendengarkan lawan bicara sampai
selesai bicara

Interprestasi :
96 – 110 : Hampir setiap saat Anda mengkomunikasikan ide,
pendapat, perasaan dan harapan Anda secara terbuka dan
langsung. Gaya interaksi anda mempertahankan
penghormatan dan integritas. Anda mampu untuk
membawa bagaimana perilaku orang lain mempengaruhi
mempengaruhi anda. Maksud anda adalah untuk
menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan perlawanan.
Hasilnya adalah martabat, percaya diri dan hubungan
saling percaya.
81 – 95 : Gaya interaksi Anda sangat mirip dengan orang yang
skornya 96 – 110. Tantangannya adalah bagaimana anda
mampu mempertahankan gaya interaksi ini sementara
anda sedang marah atau stress. Ketika anda
mengkomunikasikan hal yang berbeda, anda mulai untuk
mengikis hubungan anda. Anda sering membangkitkan
dendam dan menghilangkan kepercayaan.
61 – 80 : Gaya interaksi anda bekerja untuk anda dalam
banyak situasi. Ketika anda mulai frustasi atau marah,
anda berkomunikasi dengan salah satu dari gaya berikut :
pasif, pasif agresif dan/atau agresif. Gaya perilaku ini
merusak hubungan saling percaya.
- Pasif : Anda tidak mengkomunikasikan ide,
pendapat, perasaan atau harapan anda dalam cara
yang dapat dipertanggungjawabkan ketika semuanya
itu terjadi. Tujuan anda tidak untuk memunculkan
konflik. Mempertahankan pendapat pribadi sulit
untuk membangun kepercayaan. Hasilnya adalah
kebencian pada diri sendiri dan orang lain yang
terlibat didalamnya.
- Pasif agesif : Komentar anda merendahkan diri
dan sarkastik. Perilaku seperti ini membingungkan
orang lain. Sekalipun orang lain mungkin tertawa,
mereka biasanya bertanya pada diri mereka sendiri,
apakah anda mengatakan yang sesungguhnya atau
tidak? Anda mungkin merasa lebih baik dalam
peristiwa ini tetapi anda masih tidak dapat
mengungkapkan perasaan tentang kebenaran atau
ketakutan. Ini bukan hubungan yang sehat.
- Agresif : interaksi anda bersifat diktaktorial dan
mengendalikan. Anda berfikir anda perlu untuk
menceritakan kepada orang lain apa yang dikerjakan
untuk mendapatkan hasil. Sebagian besar orang
bereaksi pada perintah anda. Mereka tidak merasa
dihargai atau diperhatikan. Perilaku ini merusak
kesehatan dan hubungan saling percaya.

59 atau kurang. Anda mungkin merasa sangat gembira dan


marah. Kondisi ini kemungkinan besar membuat anda
menjadi emosi. Hasilnya adalah anda tidak merasa
dihargai atau dihormati. Anda mungkin bertindak dengan
mengamuk atau anda mungkin menarik diri dan menjadi
depresi. Pada kondisi ini sangat sulit untuk membina
hubungan yang sehat dengan diri sendiri dan orang lain.

Beberapa caya dapat digunakan untuk memperabaiki tehnik


komunikasi anda. Anda dapat :
- Belajar lebih banyak tentang bagaimana orang
berkomunikasi
- Mempraktikkan cara mengirim pesan yang jelas
- Mempraktikkan cara mendengarkan pesan dari orang
lain
- Belajar tentang bagaimana berkomunikasi dengan yang
yang mempunyai kebutuhan khusus
- Bertanya kepada teman dan pembimbing untuk
memperbaiki cara menyampaikan kritik yang konstruktif.

Pertanyaan Belajar :
1. Untuk dapat memahami sejauh mana kesadaran diri
perawat, maka perawat arus bertanya kepada dirinya
sendiri :
a. .........................................
b. .........................................
2. Di dalam manusia terdapat ego anak, dewasa dan orang
tua yang akan terbawa dalam setiap interaksinya.
a. Dalam perkataan yang bagaimana dikatakan
anak, dewasa dan orang tua itu?
b. Buat contoh masing-masing 2 untuk setiap
pernyataan yang mencerminkan masing-masing ego
3. Yang dikatakan transaksi yang komplementer dalam
komunikasi adalah :
Transaksi komplementer diperlukan
agar ..............................

4. Apa maksud dan bagaimana aplikasinya bagi perawat :


a. Intervensi preskriptif
b. Intervensi informatif
c. Intervensi konfrontatif
d. Intervensi katartik
e. Intervensi katalitik
f. Intervensi suportif
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Komunikasi terapeutik didefinisikan sebagai suatu
proses interaktif antara klien dan perawat yang membantu
klien mengatasi stress sementara untuk hidup harmonis dengan
orang lain, menyesuaikan dengan sesuatu yang tidak dapat
diubah dan mengatasi hambatan psikologis yang menghalangi
relaksasi diri (Kozier et al., 2000) Komunikasi terapeutik
adalah proses dimana perawat dengan menggunakan
pendekatan terencana mempelajari klien.
Komunikasi terapeutik berbeda dari komunikasi sosial,
yaitu pada komunikasi terapeutik selalu terdapat tujuan atau
arah yang spesifik untuk komunikasi. Proses memfokuskan
pada klien, namun direncanakan dan dipimpin oleh seorang
profesional (Keltner, Schweeke dan Bostrom, 1991).
Komunikasi terapeutik mengembangkan hubungan
interpersonal antara perawat dan klien. Proses ini meliputi
kemampuan khusus, karena perawat harus memperhatikan
pada berbagai interaksi dan perilaku non-verbal.
Komunikasi terapeutik berlangsung ketika klien dan
perawat keduanya menunjukkan sikap hormat akan
individualitas dan harga diri (Frisch dan Frisch, 1998).
Komunikasi terapeutik disampaikan secara rahasia, karena
klien tahu bahwa semua informasi yang disampaikan pada
perawat menjadi bagian dari catatan medis dan tidak
disebarkan sebagai gosip, maka klien merasa nyaman untuk
memaparkan hal-hal yang berhubungan dengan data
kesehatan, apa yang menjadi perhatian, ketakutan atau
masalah yang dihadapi. Perawat harus mewaspadai keinginan
klien untuk berbagi informasi. Perawat dengan sengaja
membagi informasi untuk kepentingan klien dan
memaksimalkan rencana keperawatan.
Kehadiran atau sikap benar-benar ada untuk klien,
adalah bagian dari komunikasi terapeutik. Perawat tidak boleh
terlihat bingung; sebaliknya, klien harus merasa bahwa dia
merupakan fokus utama perawat selama interaksi. Hadir untuk
klien ditunjukkan dengan postur terbuka dan santai serta
mencondongkan tubuh ke arah klien. Perawat menghadap ke
klien dan mempertahankan kontak mata. Hubungan perawat-
klien bersifat lebih dari hubungan mutual. Hubungan tersebut
merupakan proses dimana perawat diminta campur tangan
dalam kehidupan klien untuk membantu klien menetapkan
tingkah laku yang lebih efektif. Hubungan perawat klien
adalah suatu proses dinamis yang meliputi usaha kolaburasi
perawat dan klien untuk mengatasi masalah dan untuk
meningkatkan kesehatan dan kemampuan adaptasi. Perawat
menggunakan kemampuan komunikasi interpersonal untuk
mengembangkan hubungan dengan klien yang dapat
meningkatkan pemahaman mereka sebagai manusia
seutuhnya. Meskipun perawat akan mendapat banyak
kepuasan dari hubungan ini, klien harus menjadi penerima
utama dan penentu keuntungan (client centered).

Dimensi Hubungan Terapeutik


Bentuk umum hubungan yang membantu adalah cara
percaya, empati, perhatian, autonomi, dan mutualisme. Sifat-
sifat tersebut penting diperhatikan jika perawat ingin
menetapkan hubungan yang positif dan suportif dengan klien.
1. Rasa Percaya
Rasa percaya dapat didefinisikan sebagai
kepercayaan bahwa orang lain akan memberi bantuan
ketika membutuhkan dan tertekan. Hubungan yang
mempercayai ini tidak dapat berkembang kecuali jika klien
percaya bahwa perawat ingin merawat demi kebaikan klien
itu sendiri. Rasa percaya akan membentuk komunikasi
terapeutik yang terbuka. Pengalaman yang telah lalu
mungkin akan mempengaruhi keinginan klien untuk
mempercayai perawat. Untuk meningkatkan rasa percaya,
perawat harus bertindak secara konsisten, dapat dipercaya
dan kompeten. Kejujuran dalam memberikan informasi
kepada klien juga dapat membantu terciptanya rasa
percaya. Tanpa rasa percaya, hubungan perawat-klien tidak
akan memiliki kemajuan lebih dari interaksi sosial dan
hanya untuk memenuhi kebutuhan superfisial.

2. Empati dan Simpati


Empati telah diterima secara luas sebagai
komponen klinis dalam hubungan yang membantu. Empati
adalah kamampuan untuk mencoba memahami dan
memasuki kerangka referensi klien (Haber et al, 1994).
Empati adalah merasakan, memahami dan membagi
kerangka referensi klien, dimulai dengan masalah yang
dihadapi klien. Empati adalah kemampuan menempatkan
diri kita pada diri orang lain dan bahwa kita telah
memahami bagaimana perasaan orang lain dan apa yang
menyebabkan reaksi mereka tanpa emosi kita terlarut
dalam emosi orang lain.
Beberapa askep dari empati adalah sebagai berikut :
a. Aspek mental
Kemampuan melihat dunia lain dengan menggunakan
paradigma orang lain tersebut. Aspek mental juga
berarti memahami orang tersebut secara emosional dan
intelektual
b. Aspek verbal
Kemampuan mengungkapkan secara verbal
pemahaman terhadap perasaan dan alasan reaksi emosi
klien. Aspek verbal memerlukan keakuratan, kejelasan
dan naturalisasi
c. Aspek nonverbal, yang diperlukan adalah
kemampuan menunjukkan empati dengan kehangatan
dan kesejatian

Terdapat enam tahap dalam melakukan empati, yaitu :


a. Membersihkan pikiran kita dari agenda yang
mengganggu pikiran, seperti kekawatiran, tekanan
teman, kejenuhan kerja.
b. Dengarkan. Bukan bermaksud untuk
menjawab, tetapi untuk mengerti
c. Mengkonsentrasikan pesan verbal dan
nonverbal untuk mengerti perasaan dan alasan reaksi
klien
d. Mengatakan pada diri sendiri, ”Orang ini ingin
saya mendengarkan apa yang dikatakan”.
e. Menyampaikan respon empati, yang mencakup
keakuratan, kejelasan, kealamian, kehangatan dan
kesejatian.
f. Mengecek apakah respon empati yang kita
lakukan tersebut efektif.
Empati membantu klien untuk memperjelas dan
mengkaji perasaan mereka sehingga pemecahan masalah
dapat terjadi. Untuk mengembangkan empati dalam suatu
hubungan, tentu membutuhkan waktu. Perawat tidak dapat
secara otomatis memahami perasaan atau pengalaman
klien.
Kebalikan dari empati, simpati adalah ekspresi
perasaan seseorang mengenai keadaan sulit yang lain.
Simpati merupakan perasaan perhatian, kesedihan atau
rasa kasihan yang ditunjukkan oleh perawat kepada klien
dimana kebutuhan klien dilihat sebagai kebutuhan perawat.
Simpati dapat menyebabkan kesulitan karena mencegah
berkembangnya hubungan membantu yang efektif.
Misalnya perawat menggunakan kemampuan komunikasi
ketika menunjukkan rasa belasungkawa kepada keluarga
yang kehilangan kerabatnya. “Saya turut berduka cita
karena ayah Anda meninggal sedemikian cepat. Ayah Saya
juga meninggal seperti itu. Jika ada sesuatu yang dapat
Saya lakukan, jangan ragu untuk mencari saya.” Dengan
pesan seperti itu, perawat menggunakan konsep simpati
dan empati dengan menawarkan pertolongan dan berbagi
kerangka referensi klien.

3. Perhatian
Perhatian adalah memiliki penghargaan positif
terhadap orang lain, merupakan dasar untuk hubungan
yang membantu. Sebagian besar klien secara langsung atau
tidak langsung menunjukkan keinginan untuk diperhatikan
pada waktu tertentu. Perawat menunjukkan perhatian
dengan menerima klien sebagaimana mereka a danya dan
menghargai mereka sebagai individu. Ketika klien merasa
diperhatikan, mereka merasa aman dari ancaman atau
situasi yang menyebabkan kecemasan. Perhatian juga
meningkatkan rasa percaya dan mengurangi kecemasan.

4. Otonomi dan Mutualitas


Otonomi adalah kemampuan untuk mengontrol
diri. Mutualitas meliputi perasaan untuk berbagi dengan
sesama. Keduanya sangat penting dalam hubungan yang
saling membantu. Perawat dan klien bekerja sebagai tim
yang ikut serta dalam perawatan. Perawat menawarkan
kesempatan untuk mengambil keputusan, sekalipun untuk
hal-hal yang sangat sepele seperti menentukan waktu
untuk mandi. Ketika klien menjadi lebih mandiri, perawat
menawarkan lebih banyak kesempatan untuk mengambil
keputusan.

Fase Hubungan Terapeutik


Hubungan terapeutik ditetapkan dan dipertahankan
oleh perawat profesional dan meliputi fase prainteraksi,
orientasi, bekerja dan terminasi (pemutusan).

1. Fase Prainteraksi
Sebelum melakukan pertemuan pertama dengan
klien, perawat idealnya mencari informasi mengenai klien.
Informasi tersebut dapat meliputi riwayat keperawatan atau
medis, catatan perawatan mengenai catatan medis, atau
diskusi dengan perawat yang telah merawat sebelumnya.
Selama masa pengulangan ini, perawat berpikir mengenai
persoalan yang mungkin timbul. Misalnya, sebelum
melakukan hubungan dengan klien muda yang mengalami
gagal ginjal terminal, perawat memperhitungkan
bagaimana klien menyesuaikan diri dengan jadual
hemodialisa dan segala pembatasan yang diberikan.
Fase prainteraksi adalah waktu dimana perawat
merencanakan pendekatan. Proses ini membantu
menghindari terjadinya stereotip pada klien dan dan
membantu perawat untuk berpikir mengenai nilai atau
perasaan pribadi. Peserta didik keperawatan tingkat awal
harus mencari bantuan dari instruktur jika kecemasan
meningkat.
Langkah akhir dari fase prainteraksi adalah untuk
menentukan lokasi dan menetapkan kapan pertemuan
dengan klien dilakukan pertama kali. Lingkungan yang
nyaman, tersendiri dan menarik akan mempercepat
interaksi interpersonal. Perawat juga harus menyediakan
waktu yang cukup untuk diskusi.

2. Fase Orientasi
Fase orientasi dimulai ketika perawat dan klien
bertemu untuk pertama kalinya. Fase ini menentukan
bagaimana hubungan perawat-klien selanjutnya. Fase
interaksi sangat penting dan seringkali ditandai dengan
ketidakpastian dan eksplorasi.
Selama pertemuan pertama, kedua belah pihak
secara akrab saling mengkaji. Perawat dan klien membuat
kesimpulan dan penilaian atas tingkah laku masing-
masing. Komunikasi terapeutik akan menjadi efektif jika
perawat tulus, penuh empati dan perhatian.
Perawat dan klien bertemu dan saling mengenal
nama. Sangat bijak untuk menyebutkan klien secara formal
dengan menggunakan nama keluarga; misalnya perawat
dapat mengatakan, “Selamat pagi bapak Yudi, Saya nona
Yurika. Saya perawat mahasiswa yang ditugaskan untuk
merawat Anda hari ini”. Ketika hubungan terapeutik
dikembangkan, klien akan meminta perawat untuk menjadi
lebih santai. Kegagalan untuk memperkenalkan diri dapat
menyebabkan ketidakpastian karena klien sering kali
menemui banyak personel ketika melakukan perawatan
kesehatan.
Pada awal hubungan, tidak seorangpun dapat
merasakan keunikan orang lain. Perawat menerima
seseorang yang memiliki masalah yang berhubungan
dengan kesehatan. Klien menerima perawat sebagai salah
seorang dari ahli perawatan kesehatan yang bertugas untuk
membantu. Ikut dalam interaksi sosial akan membantu
perawat dan klien menjadi lebih santai. Contoh berikut
menunjukkan komunikasi untuk membuat klien menjadi
santai.
Perawat : Hari ini benar-benar menyenangkan Ibu
Hani.
Klien : Ya memang. Jika saya ada di rumah dan
merasa sehat, saya akan berkebun di pekarangan saya.
Perawat : Anda suka berkebun? Tanaman apa yang
suka Anda tanam?
Klien : Apa saja. Kalau musim sekarang ini ada
jagung, kacang panjang dan timun.
Perawat mengarahkan percakapan sehingga ia dan
ibu Hani merasa santai. Dengan segera mengarahkan pada
diskusi yang berorientasi ketika klien merasa nyaman tidak
akan membawa hasil apapun. Perawat dan klien dapat
memahami satu sama lain dan mulai membangun
hubungan yang bermakna jika interaksi sosial diarahkan
dengan benar.
Pengujian. Klien seringkali menguji perawat
selama fase orientasi. Hal ini disebabkan oleh kesulitan
klien dalam memahami kebutuhan untuk dibantu,
ketakutan untuk mengekspresikan perasaan yang
sesungguhnya dan kecemasan yang lebih besar daripada
keinginan untuk berubah. Perawat yang sadar akan apa
yang menjadi ketakutan klien harus menunjukkan rasa
percaya diri dan kemampuannya. Perawat tidak harus
bersikap terbuka dan ingin tahu tentang masalah klien.
Klien mungkin akan menjadi diam untuk menghindari
komunikasi. Perawat dapat menunjukkan keinginan untuk
membantu dengan menjelaskan tindakan yang diambil.
Membangun kepercayaan. Kepercayaan adalah
menyandarkan sesuatu kepada seseorang tanpa merasa
ragu atau bertanya-tanya. Percaya diri, mandiri,
kerahasiaan dan kredibilitas adalah hasil dari hubungan
yang saling mempercayai. Tidak mudah bagi klien untuk
merasakan adanya kebutuhan memerlukan bantuan atau
untuk memintanya. Seringkali klien mempercayai perawat
namun tidak sanggup untuk meminta bantuan.
Kepercayaan menyediakan dasar untuk komunikasi efektif
ketika masing-masing individu menjadi lebih terbuka dan
mengekspresikan perasaan dan pemikirannya.
Mempercayai seseorang memiliki resiko. Ketika
klien mulai membagi perasaan dan sikapnya dengan
perawat, mereka menjadi mudah dikritik. Klien harus
menjadi nyaman dalam mengungkapkan informasi pribadi.
Perawat yang tidak merasa nyaman dengan klien akan
memilik metode superfisial untuk membangun rasa
percaya; berbagi rahasia, menceritakan lelucon pribadi
atau mendorong klien untuk membangun hubungan yang
berdasarkan penyebutan dengan nama panggilan. Beberapa
klien dapat menerima perilaku ini, namun orang lain
mungkin keberatan diberlakukan berbeda. Mereka
bukannya menikmati perhatian ekstra dari perawat, malah
menjadi tidak percaya.
Perhatian yang tulus adalah metode yang kuat
untuk mendapatkan keperacayaan. Perawat menunjukkan
sensitifitas dan memahami kebutuhan klien. Menunjukkan
perhatian adalah salah satu cara untuk menetapkan rasa
percaya. Dengan menunjukkan perhatian, perawat
mendorong pertumbuhan dan perkembangan klien.
Mengidentifikasi Masalah dan Keberhasilan.
Dalam pertemuan pertama, perawat mulai mengkaji status
kesehatan klien. Melalui observasi dan interaksi, perawat
mulai membuat kesimpulan diagnosa. Masalah kesehatan
klien mungkin sederhana, seperti tidak dapat bergerak
dengan nyaman, kurang tidur atau masalah penurunan
nafsu makan. Hubungan dengan klien akan menguat jika
perawat mengetahui masalah klien yang penting. Selama
masal orientasi, perawat menggunakan tehnik komunikasi
yang dapat mengarahkan klien pada kewaspadaan masalah,
memfokuskan pada inti permasalahan dan mengkaji solusi
yang tepat. Setelah mengidentifikasi masalah, perawat dan
klien bersama-sama menentukan tujuan. Ketika klien telah
mampu turut serta dalam penyusunan tujuan dan melihat
keuntungan yang intervensi akan menjadi lebih efektif.
Identifikasi masalah dilakukan dengan tehnik
mendengar dengan penuh perhatian, pertanyaan yang tidak
terbatas, parafrase dan penjelasan. Pada awalnya perawat
menghindari pengidentifikasian sejumlah besar masalah
aktual ataupun potensial. Melomtarkan terlalu banyak
pertanyaan kepada klien mengakibatkan kepenatan fisik
dan emosional. Membatasi identifikasi masalah akan
membuat klien memahami peraturan klien dan perawat.
Menjelaskan Peran. Setelah hubungan yang
membantu dimulai, peran harus ditetapkan. Hal ini terjadi
melalui pertukaran informasi, meliputi kebutuhan
mendesak klien, persepsi klien terhadap kebutuhan
tersebut, pengukuran asuhan keperawatan yang harus
diadakan dan langkah untuk menjamin partisipasi klien
dalam perawatan. Perawat mengambil inisiatif dalam
menentukan sudut pandang klien. Klien bertindak sebagai
penerima perawatan, namun juga memegang peran sebagai
partisipan dalam perawatan dirinya.
Menetapkan Kontrak. Setelah tujuan dan peran
didefinisikan dengan dengan jelas, perawat dapat
menetapkan kontrak dengan klien. Fase ini membutuhkan
komunikasi verbal. Elemen kontrak meliputi lokasi,
frekuensi, panjangnya kontrak dan lamanya hubungan
berlangsung. Perawat seharusnya tidak melakukan kontrak
terlalu formal dengan klien, tetapi yang penting garis
besarnya saja. Perhatikan contoh berikut. Perawat : “Bu
Ilod, saya akan ke rumah Anda setiap hari selama 3 hari
mulai lusa. Setelah kita berlatih bersama mengenai
ketrampilan Anda, saya ingin Anda mau melakukannya
sendiri sesering mungkin tanpa menimbulkan rasa sakit
atau lemas.
Pemberitahuan kepada klien tentang kapan
hubungan diakhiri juga penting. Hal ini tidak selalu terjadi,
misalnya pemindahan ruang rawat bukan pada saat shift
Anda. jika hubungan tersebut berhasil perawat dan klien
sering kali berbagi rasa hormat dan perhatian. Semakin
dekat hubungan, semakin sulit mengakhiri hubungan.
Perawat mahasiswa seringkali menghabiskan waktu hanya
dengan satu atau dua klien, sehingga terjadi hubungan
yang akrab. Pengakhiran yang tidak direncanakan
seringkali dapat membuat klien merasa kecewa atau
marah.

3. Fase Bekerja
Pada fase ini perawat berupaya untuk mencapai
tujuan selama fase orientasi. Perawat dan klien bekerja
bersama. Hubungan berkembang dan menjadi lebih
fleksibel ketika klien dan perawat memiliki keinginan
untuk berbagi perasaan dan mendiskusikan masalah.
Perawat mendorong ekspresi perasaan klien secara
terbuka. Hal ini mungkin dapat dicapai dengan cara
mendengarkan. Jika klien tidak terbiasa berbagi perasaan,
perawat harus sabar dan penuh pemahaman. Empati dan
penghargaan perawat akan membantu menelusiri perasaan
dan pikiran klien yang sesungguhnya.
Ketika hubungan berkembang, klien ikut serta
dalam eksplorasi diri yang lebih terbuka dan dapat dengan
lebih baik mendiskusikan masalah dengan lebih relevan.
Perawat membantu klien untuk memahami perasaannya
sehingga terjadi perubahan dapat terjadi jika diperlukan.
jika fase ini berhasil, klien dapat bertindak berdasarkan ide
dan perasaan. Hal ini sering melibatkan resiko dan perawat
harus tetap bersifat suportif. Keinginan apapun untuk
melakukan perubahan harus dilakukan dalam batas
kemampuan klien. Perawat harus mendukung meskipun
perkembangannya sangat kecil.
Untuk dapat meningkatkan pertumbuhan klien,
dapat dilakukan dengan beberapa cara yang meliputi
konfrontasi, kesiapan dan pemaparan diri.
Konfrontasi. Perawat membuat klien menyadari
inkonsistensi dalam tingkah laku atau pemikiran yang
berhubungan dengan pemahaman diri. Tehnik ini
membantu klien mengenali pertumbuhan atau berhadapan
dengan hal-hal penting.
Kesiapan. Perawat memfokuskan interaksi pada situasi
sekarang antara perawat dan klien. Klien belajar untuk
memahami bagaimana mereka berinteraksi dengan orang
lain. Hal ini meliputi menarik perhatian pada tingkah laku
atau pernyataan klien.
Pemaparan diri. Perawat menunjukkan pengalaman,
pemikiran, ide, nilai atau perasaan personal dalam konteks
hubungan. Hal ini bukan terapi untuk perawat, tetapi
menunjukkan kepada klien bahwa pengalaman mereka
dapat dipahami.
Memadukan komunikasi dengan tindakan
keperawatan. Tindakan keperawatan dapat secara umum
dibagi ke dalam empat kelompok: fisiologis, psikologis,
spiritual dan sosial ekonomi. Tindakan fisiologis yang
menyertai kebutuhan fisik klien seperti nutrisi, eliminasi
dan kenyamanan memiliki visibilitas tinggi. Sebagian
besar tindakan fisiologis bersifat non-verbal dan dilakukan
secara rutin. Secara tradisional, penekanan dilakukan
kepada kemampuan perawat untuk menunjukkan tindakan
fisiologis. Visibilitas tinggi akan membantu klien
mengenali perawat sebagai pelaku praktik yang baik.
Tindakan keperawatan psikologis, sosioekonomik
dan spiritual memiliki visibilitas yang rendah. Tindakan
yang memiliki visibilitas yang rendah tidak dapat
diobservasi atau diukur oleh orang lain. Tindakan
psikologis memenuhi kebutuhan emosional. Tindakan
sosioekonomik seperti mengarahkan klien pada lembaga
kesehatan komunitas, membantu klien dalam beradaptasi
dengan lingkungan. Tindakan spiritual membantu klien
mendapatkan dukungan untuk sistem kepercayaan mereka.
Melalui komunikasi, perawat dapat menunjukkan
rasa percaya diri, kredibilitas dan pengetahuan yang
diharapkan klien. Komunikasi memudahkan semua
tindakan kesehatan perawat. Menggabungkan tugas-tugas
visibilitas tinggi dan rendah akan membantu keberhasilan
tindakan keperawatan secara simultan.

4. Fase Pemutusan
Selama fase interaksi, perawat mengatakan kepada
klien kapan ia memperkirakan berakhirnya hubungan.
Ketika pemutusan terjadi, klien tidak seharusnya terkejut.
Dengan tetap memperhitungkan keberhasilan hubungan,
klien harus siap berfungsi secara efektif tanpa dukungan
perawat. Tujuan utama pada akhir hubungan yang
menbantu apapun adalah pemutusan dengan cara yang
terencana dan memuaskan.
Evaluasi Hasil yang Telah Dicapai. Hal vital pada masa
pemutusan adalah evaluasi hasil. Perawat mendorong
dilakukannya pengkajian atas ketetapan dan menetapkan
hasil.
Perpisahan. Bergantung pada hubungan antara klien dan
perawat, klien mungkin akan merasa cemas atai ambivalen
ketika perpisahan makin dekat. Idealnya klien
mengekspresikan perasaan mengenai perpisahan. Perawat
merencanakan waktu sehingga klien dapat membagi
perhatian dan ketakutannya.
Jika klien tetap berada diruang rawat sedangkan
perawat yang meninggalkan lingkungan karena jadual
liburan atau cuti, klien mungkin akan merasa ditinggalkna.
Perawat harus meyakinkan bahwa perawatan klien tidak
akan terganggu dengan memperkenankan perawat baru
atau mengkomunikasikan kebutuhan klien dengan rencana
perawatan tertulis. Perawat dapat memberi informasi yang
mungkin membantu perkembangan hubungan yang
membantu antara perawat lainnya dengan klien.

Tehnik Komunikasi Terapeutik


Tehnik komunikasi terapeutik memfasilitasi
komunikasi efektif dan meningkatkan interaksi perwat klien.
Komunikasi ini berfokus pada pikiran dan perasaan.
Beberapa tehnik komunikasi terapeutik dapat diuraikan
sebagai berikut:

1. Diam
Berhenti atau diam yang dapat berlangsung selama
beberapa detik atau menit tanpa menyisipkan respon verbal
apapun
Contoh :
Duduk tenang (atau berjalan dengan klien) dan menunggu
dengan penuh perhatian hingga klien mampu
menyampaikan pikiran dan perasaannya

2. Memberikan arahan umum


Menggunakan pernyataan atau pertanyaan yang (a)
mendorong klien untuk berbicara; (b) memilih topik
percakapan; dan (c) memfasilitasi kelanjutan pembicaraan.
Contoh :
“Mungkin Anda ingin membicarakan mengenai ...”
“Apakah dengan mendiskusikan perasaan Anda akan
membantu mengatasi sesuatu yang Anda pikirkan?”
“Dari mana Anda ingin memulai?”
“Lalu apa?”
“Saya mengikuti apa yang Anda bicarakan”
3. Spesifik dan tentatif
Membuat pernyataan spesifik bukan yang umum dan
tentatif bukan mutlak
Contoh :
“Anda mencubit tangan saya.” (pernyataan spesifik)
“Anda sama canggungnya dengan sapi jantan.”
(pernyataan umum)
“Anda tampak tidak khawatir mengenai putra Anda.”
(pernyataan tentatif)
“Anda tidak khawatir mengenai putra Anda dan tidak akan
pernah mengkhawatirkannya.” (pernyataan mutlak)

4. Menggunakan pertanyaan terbuka


Mengajukan pertanyaan yang luas yang mengarahkan klien
atau mengajak klien untuk menggali (merinci,
mengklarifikasi, menggambarkan, membandingkan atau
mengilustrasikan) pikiran atau perasaan. Pertanyaan
terbuka hanya mengidentifikasi topik yang akan
didiskusikan dan meminta jawaban yang lebih panjag dari
satu atau dua kata.
Contoh :
“Saya ingin mendengar lebih banyak mengenai hal
tersebut”
“Katakan pada saya mengenai....”
“Bagaimana perasaan Anda akhir-akhir ini?”
“Apa yang menyebabkan Anda masuk rumah sakit?”
“Apa pendapat Anda mengenai...?”
“Kemarin Anda mengatakan sangat ketakutan. Bagaimana
perasaan Anda sekarang?”

5. Menggunakan sentuhan
Memberikan bentuk sentuhan yang tepat untuk
menguatkan perasaan peduli. Karena kontak taktil sangat
bervariasi pada setiap individu, keluarga dan budaya,
perawat harus sensitif terhadap perbedaan sikap dan
praktik klien dan diri sendiri
Contoh :
Meletakkan tangan Anda di bahu klien.
Menaruh tangan Anda di atas tangan klien

6. Menyatakan kembali atau menyebutkan kembali


dengan kata-kata sendiri (parafrase)
Mendengarkan secara aktif pesan dasar klien dan
kemudian menyampaikan kembali pikiran dan/atau
perasaan tersebut dengan kata-kata serupa. Hal ini
menunjukkan bahwa perawat mendengarkan dan
memahami pesan dasar klien dan juga menawarkan klien
ide yang lebih jelas mengenai apa yang telah mereka
katakan.
Contoh :
Klien: ”Saya memiliki masalah berbicara dengan orang
lain daerah.”
Perawat: “Anda mengalami kesulitan berbicara dengan
orang yang tidak Anda kenal.”

7. Mencari klarifikasi
Suatu metode yang membuat makna keseluruhan pesan
klien menjadi lebih dipahami. Metode ini digunakan saat
sulit untuk menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri
atau saat komunikasi bertele-tele atau berputar-putar.
Untuk mengklarifikasi pesan, perawat dapat menyatakan
kembali pesan dasar atau mengakui kebingungan dan
meminta klien untuk mengulangi atau menyatakan kembali
pesan.
Contoh :
“Saya tidak mengerti”.
“Saya tidak yakin bisa memahaminya”
“Bersediakah Anda untuk mengatakannya kembali?”
Perawat dapat juga mengklarifikasi pesan mereka sendiri
dengan pernyataan.
Contoh :
“Maksud saya ini, bukan itu”.
“Saya kira saya tidak jelas mengatakannya-saya akan
mengulanginya lagi”.

8. Memeriksa persepsi atau mencari validasi


kesepakatan
Suatu metode yang sama dengan klarifikasi yang
memverifikasi makna kata-kata spesifik, bukan makna
keseluruhan pesan
Contoh :
Klien: “Suami saya tidak pernah memberi saya hadiah”.
Perawat: “Maksud Anda dia tidak pernah memberi Anda
hadiah pada hari ulang tahun atau hari raya?”
Kien: “Mmh, bukannya tidak pernah. Dia memang
memberi saya sesuatu pada hari hari-hari itu, tetapi dia
tidak pernah berpikir untuk memberi saya sesuatu pada
hari lain.”

9. Menawarkan diri
Menunjukkan kehadiran, perhatian atau harapan untuk
memahami klien tanpa membuat suatu tuntutan atau
memberi kondisi yang harus dipatuhi klen untuk
mendapatkan perhatian perawat.
Contoh :
“Saya akan menemani Anda sampai saudara Anda datang.”
“Saya akan membantu Anda mencarikan taksi untuk
pulang ke rumah.”

10. Memberikan informasi


Memberikan dengan cara yang sederhana dan langsung,
informasi faktual spesifik yang bisa atau tidak diminta
klen. Saat informasi tidak diketahui, perawat
mengatakannya dan menunjukkan siapa yang memiliki
informasi tersebut atau mengatakannya kapan perawat
akan mendapatkannya.
Contoh :
“Operasi Anda dijadualkan jam 9 besok.”
“Anda akan merasakan tarikan saat slang dicabut dari alat
kelamin Anda.”
“Saya tidak mengetahui jawabannya, tetapi saya akan
mencari tahu pada perawat Hadi, kepala jaga pagi ini.”

11. Pengakuan
Memberikan pengakuan, dengan cara yang tidak dihakimi
terhadap perubahan perilaku, usaha yang dilakukan oleh
klien atau kontribusi terhadap komunitas. Pengakuan dapat
bersamaan atau tanpa pemahaman, verbal dan nonverbal.
Contoh :
“Anda memotong kuku tangan dan kaki Anda”
“Saya melihat bahwa Anda terus mengedipkan mata Anda.
Apa Anda merasakan aneh pada mata Anda?”
“Anda pagi ini makan lebih banyak dari hari kemarin.”

12. Klarifikasi waktu atau urutan


Membantu klien mengklarifikasi suatu kejadian, situasi
atau peristiwa dalam hubungannya dengan waktu.
Contoh :
Klien: “Saya muntah pagi ini.”
Perawat: “Apakah muntahnya sesudah gosok gigi?”
Klien: “Saya merasa bahwa saya sudah tidur selama
berhari-hari.”
Perawat: “Anda telah menjalani operasi pada hari Selasa
dan hari ini adalah hari Rabu.”

13. Menyampaikan kenyataan


Membantu klien membedakan antara yang nyata dan tidak
nyata.
Contoh :
“Motor Anda ada di garasi belakang, bukan dicuri.”
“Suara telepon itu berasal dari acara radio.”

14. Memfokuskan
Membantu klien memperluas dan mengembangkan topik
penting. Perawat perlu menunggu hingga klien selesai
menyatakan masalah utama sebelum berusaha untuk fokus.
Fokus dapat berupa ide atau perasaan, namun perawat
sering menekankan perasaan untuk membantu klien
mengenali emosi yang tersembunyi dibalik kata-kata.
Contoh :
Klien: “Istri saya mengatakan ia akan merawat saya, tetapi
saya pikir dia tidak akan bisa, bagaimana dengan
pekerjaannya dan anak-anak yang masih perlu
diperhatikan, tentang makannya, pakaian, belajar dan
lainnya.”
Perawat: “Anda kawatir mengenai seberapa baik ia akan
mengatasinya.”
15. Merefleksikan
Mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan atau isi
kepada klien untuk memungkinkan mereka menggali ide
dan perasaan mereka sendiri mengenai situasi.
Contoh :
Klien: “Apa yang dapat saya lakukan?”
Perawat: “Menurut Anda apa yang dapat membantu?”
Klien: “Apa menurut Anda saya harus mengatakan pada
istri saya?”
Perawat: “Anda tampak tidak yakin untuk mengatakannya
pada istri Anda.”

16. Merangkum dan merencanakan


Mengatakan inti utama diskusi untuk mengklarifikasi topik
relevan yang dibicarakan. Tehnik ini bermanfaat pada
akhir wawancara atau untuk meninjau sesi penyuluhan
kesehatan. Tehnik ini sering kali bermanfaat sebagai
pendahuluan untuk rencana perawatan berikutnya.
Contoh :
“Selama tiga puluh menit ini kita telah membicarakan
mengenai ....”
“Besok pagi kita akan membahasnya lebih jauh.”
“Dalam beberapa hari saya akan meninjau apa yang telah
Anda pelajari mengenai kerja dan pengaruh insulin yang
Anda gunakan.”

Pertanyaan belajar
1. Dilihat dari fokusnya, komunikasi terapeutik
itu ...............
2. Empati berbeda dengan simpati. Dikatakan empati
apabila ..
3. Untuk dapat dipercaya, perawat harus ..................
4. Hubungan terapeutik terbagi dalam 4 fase. Identifikasi
tugas perawat dari tiap-tiap fase itu.
5. Komunikasi terapeutik dapat dilakukan dalam
beberapa cara. Sebut 3 dan berikan contohnya masing-
masing 2 ungkapan.
KOMUNIKASI DALAM PROSES KEPERAWATAN

Komunikasi sangat penting dalam proses keperawatan.


Proses keperawatan merupakan metode dalam memfokuskan
masalah komunikasi pada diri klien. Tujuan dari proses
keperawatan adalah untuk mengidentifikasi status kesehatan
klien dan masalah / kebutuhan perawatan kesehatan
aktual/potensial, untuk menegakkan rencana guna memenuhi
kebutuhan yang telah teridentifikasi dan untuk melaksanakan
tindakan keperawatan spesifik guna memenuhi kebutuhan
tersebut. Perawat menggunakan kemampuan komunikasi pada
setiap langkah proses keperawatan, yang meliputi pengkajian,
diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Hal ini
tergambar dalam tabel berikut :

Pengkajian
 Wawancara dan pengambilan riwayat
 Pemeriksaan fisik (penggunaan indera visual, auditori dan
taktil)
 Observasi tingkah laku verbal dan non-verbal
 Pengulangan catatan medis, literatur dan tes diagnostik.
Diagnosa Keperawatan
 Analisa tertulis dari penemuan pengkajian
 Diskusi kebutuhan perawatan kesehatan dan prioritas
denga klien dan keluarga
Perencanaan
 Rencana asuhan tertulis
 Sesi perencanaan tim kesehatan
 Diskusi dengan klien dan keluarga untuk menentukan
metoda implementasi
 Membuat rujukan
Implementasi
 Diskusi dengan profesional kesehatan lain
 Pengajaran kesehatan
 Penetapan dukungan terapeutik
 Kontak dengan sumber kesehatan lainnya
 Catatan perkembangan klien dalam rencana
keperawatan dan catatan perawat

Evaluasi
 Kemahiran untuk memberikan respon verbal dan
non-verbal
 Hasil tertulis tentang akibat yang diharapkan
 Memperbaharui rencana jkeperawatan tertulis
 Penjelasan revisi kepada klien

Keberhasilan dalam pengkajian, ketepatan dalam


perumusan diagnosa, perencanaan, implementasi keperawatan
dan evaluasi perawatan klien tergantung pada komunikasi
efektif yang dilakukan perawat dengan klien, keluarga dan tim
perawatan kesehatan.
Komunikasi juga penting ketika merawat klien dengan
masalah komunikasi. Jika klien tidak dapat berinteraksi
dengan orang lain karena penyakit, keterlambatan
perkembangan, keterbatasan fisik, gangguan karena terapi atau
alasan emosi, perawat harus mampu mendorong terjadinya
komunikasi. Perawat penggunakan proses keperawatan untuk
menjamin bahwa klien berkomunikasi dengan baik dan efektif.

PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pengumpulan secara sistematis dan
terus-menerus, organisasi, validasi dan dokumentasi terhadap
data (informasi). Pada hakekatnya pengkajian adalah proses
terus-menerus yang dilakukan dalam semua tahap proses
keperawatan. Sebagai contoh, dalam tahap evaluasi,
pengkajian dikerjakan untuk memastikan hasil dari strategi
keperawatan dan mengevaluasi pencapaian tujuan. Semua fase
proses keperawatan tergantung ketepatan dan kelengkapan
data yang dikumpulkan.
Pengkajian keperawatan terfokus pada respon klien
terhadap masalah kesehatannya. Pengkajian keperawatan
seharusnya meliputi kebutuhan yang dirasakan klien, masalah
kesehatan, hal-hal yang dialami klien yang berhubungan
dengan masalah kesehatan, praktik kesehatan, nilai dan gaya
hidup. Untuk membuat pengkajian lebih bermanfaat, data yang
dikumpulkan seharusnya relevan dengan masalah kesehatan
tertentu. Oleh karena itu, perawat seharusnya berfikir kritis
tentang apa yang dikaji.
Dalam kaitannya dengan masalah komunikasi,
pengkajian dapat dimulai dengan mengulang faktor-faktor
yang mempengaruhi komunikasi. Tingkat perkembangan,
persepsi, emosi, orientasi budaya dan pengetahuan klien
adalah pokok yang harus dipahami perawat sebelum
merencanakan metode untuk meningkatkan komunikasi.
Mungkin akan sulit untuk mengkaji seluruh faktor ini jika
klien memiliki kendala fisik dalam berkomunikasi. Keluarga
atau teman akan menjadi sangat penting untuk pengkajian
perawat.
Jika klien dalam keadaan sadar dan sakitnya tidak
terlalu parah, penilaian terhadap kemampuan untuk
berkomunikasi merupakan bagian dalam wawancara
pengumpulan data dasar. Komunikasi akan berupa proses dua
arah antara perawat dan klien. Jika klien mengenakan
pakaiannya sehari-hari, pakaian ini akan mengkomunikasikan
sebagian informasi non-verbal kepada perawat, yaitu ketepatan
berpakaian. Model dan warna pakaian akan
mengkomunikasikan sikap yang mengekspresikan seksualitas,
sebagaimana halnya dengan model serta warna rambut, make-
up dan parfum. Ekspresi wajah dan gerak-gerik tubuh akan
mengungkapkan perasaan yang ada dalam diri klien,
kecemasan dan seterusnya.
Komunikasi verbal diperiksa dengan memperhatikan
hal-hal seperti kata-kata yang digunakan (perbendaharaan
kata), konstruksi kalimat, pungtuasi dengan kalimat yang
berlebihan seperti maksud saya, anda tahu, kata-kata eeeh atau
kombinasi semuanya yang memberikan waktu bagi si
pembicara untuk mengumpukan isi pikirannya bagi kalimat
berikutnya atau semata-mata karena kebiasaan saja.
Klien mungkin akan mengalami perubahan fisik dan
psikologis yang membuat komunikasi tidak seimbang. Untuk
dapat berbicara dengan spontan dan jelas, seseorang harus
memiliki sistem pernafasan yang utuh, rongga oral dan nasal
yang normal serta pusat bicara dalam korteks serebral yang
berfungsi dengan baik. Persepsi normal dalam bahasa
membutuhkan sistem auditori yang utuh. Pengkajian
komunikasi juga tergantung pada tingkat perkembangan.
Pengkajian klien anak dalam berkomunikasi meliputi
observasi suara, gaya dan kosakata yang digunakan. Pada
orang dewasa yang mengalami masalah pendengaran,
kemampuan untuk menerima dan memahami pesan menjadi
tidak seimbang. Pengulangan riwayat medis dan pengkajian
fisik akan memberikan petunjuk pada kemampuan fisik klien
untuk berkomunikasi sebagaimana tabel berikut :
Mekaisme bicara Perubahan yang
dan bahasa mempengaruhi wicara
Sistem respirasi Dispnea ekstrem (nafas
pendek)
Jalan nafas buatan (ETT atau
trakeostomi)
Rongga oral dan Laringektomi
nasal Sumbing palatum
Gigi palsu longgar
Penyakit neurologis yang
mempengaruhi artukulasi
Pusat wicara (mis. Parkinson)
Afasia yang berhubungan
dengan cedera
Sistem auditorius serebrovaskular (Stroke) atau
tumor
Tuli konduksi atau ketulian
saraf

Kendala fisik menyebabkan ketidakmampuan untuk


berbicara, ketidakseimbangan dalam artikulasi atau
ketidakmampuan untuk menemukan nama atau kata.
Ketidakseimbangan neurologis seperti paralisis serebral atau
autisme dapat menghambat perkembangan kemampuan bicara
secara normal atau kemampuan bahasa. Ketidakmampuan
seperti ini membutuhkan formula komunikasi alternatif,
seperti papan tulis, komputer atau bahasa isyarat.
Perawat juga harus mempertimbangkan apakah klien
menjalani pengobatan yang menyebabkan kerusakan wicara.
Beberapa pengobatan seperti antodepresan, neuroplastik atau
sedativ dapat menyebabkan klien menggunakan kalimat yang
tidak lengkap. Perawat harus mengenali efek samping dari
pengobatan yang didapatkan klien.
Beberapa penyakit psikologis seperti psikosa dan
depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk
berkomunikasi. Klien dapat menunjukkan ide-ide samar,
verbalisasi konstan dari kata atau frase yang sama atau asosiasi
samar (longgar) dari ide-ide itu. Perawat harus bisa
membedakan dengan betul penyebab psikologis masalah
wicara dengan penyebab neurologis yang mungkin.

Kriteria Fokus Pengkajian untuk masalah hambatan


komunikasi verbal
Data Subyektif
A. Kaji Batasan Karakteristik
Catat pola komunikasi umum yang biasa dipakai oleh
individu atau keluarga :
Sangat verbal
Berbicara bila akan perlu
Seringkali verbal
Tidak berbicara atau berespon
Menggunakan bahasa isyarat
Respon tidak cocok
Hanya menulis
Hanya bahasa tubuh
1. Apakah individu merasa mempunyai kesulitan
untuk mendengar atau tidak pernah memakai alat bantu
dengar?
2. Apakah individu merasa dapat berkomunikasi
dengan baik?
3. Jika tidak, apakah ia merasa memerlukan
bantuan untuk berkomunikasi?
4. Apakah ada individu khusus yang ia sukai
untuk bicara atau yang dapat membantunya untuk
mengekspresikan ide?

B. Kaji faktor yang berhubungan


Apakah individu merasa ada hambatan tersembunyi dalam
kemampuannya untuk berkomunikasi?
Kurang privasi
Takut akan hal tidak nyata
Takut akan menjadi tidak sesuai atau bodoh
Tidak cukup waktu untuk mengumpulkan pikiran dan
mengajukan pertanyaan
Kebutuhan terhadap adanya orang terdekat atau sikap
kekeluargaan
Bahasa, dialek atau hambatan budaya (uraikan)
Kurang pengerahuan tentang masalah yang
didiskusikan
Nyeri, stress atau kelelahan

Data Obyektif

A. Kaji batasan karakteristik


1. Jelaskan kemampuan untuk membentuk kata
Tidak dapat cukup baik Baik
2. Masalah khusus
Bicara perlahan Hambatan bahasa
Terbata-bata Gagap
Suara lemah/mendatar
3. Jelaskan kemampuan individu untuk bekerja
sama
Mengikuti perintah atau ide sederhana
Dapat mengikuti isntruksi atau ide kompeks
Seringkali dapat mengikuti instruksi atau ide
Tidak dapat mengikuti instruksi atau ide sederhana
Mengikuti perintah dan ide hanya jika alat bantu
dengar bekerja
Mengikuti perintah dan ide hanya jika ia dapat melihat
mulut Anda (bahasa bibir)
Lebih banyak bicara daripada mendengar
4. Apa tingkat perkembangan individu?
Anak Dewasa
Remaja Lansia
5. Jelaskan kemampuan untuk membuat kalimat
Baik Ide tidak jelas
Lambat Tidak jelas atau bingung
Tidak dapat Hambatan bahasa
Dapat membuat kalimat pendek dan singkat
6. Apakah individu mempertahankan kontak mata
Ya Tidak Kdang-kadang
Sering Buta/kerusakan penglihatan

B. Kaji faktor yang berhubungan


1. Hambatan :
Kesulitan menelan
Trakeostomi
Selang ET atau NGT
2. Bagaimana afek atau sikap individu menurut
Anda?
Gugup Ketakutan Marah
Cemas Menarik diri Tidak nyaman
Perhatian Datar Menyenangkan
3. Apakah ada faktor penunjang yang dapat
menghambat kemampuan individu untuk
berkomunikasi (lihat faktor-faktor yang berhubungan).

Kriteria fokus pengkajian untuk masalah kerusakan


interaksi sosial

Data Subyektif
A. Kaji batasan karakteristik
1. Ketersediaan dan respon dari orang lain
Keluarga dan orang terdekat, apakah ada yang merasa
takur, frustasi, malu, marah dan putus harapan
2. Hubungan
a. Apakah ia mempunyai teman, teman dekat?
b. Apakah ia menghubungi atau menunggu
dihubungi temannya?
c. Apakah ia merasa nyaman/puas dalam interaksi
sosial?
d. Apa alasan ketidakpuasannya dalam hubungan
sosial ?
3. Ketrampilan koping; bagaimana responnya
terhadap stress, konflik:
- Penyalahgunaan zat
- Agesif (verbal atau fisik)
- Ide atau sikap bunuh diri
- Menarik diri
4. Riwayat hukum (dihukum atau menjadi
korban)

B. Kaji faktor-faktor yang berhubungan


1. Ketrampilan dan pola interaksi
a. Berhubungan dengan pekerjaan
 Ketrampilan wawancara dan mencari
pekerjaan
Kemampuan mengidentifikasi pekerjaannya
sendiri yang berhubungan dengan aset
Berpakaian dengan pantas
Mengajukan pertanyaan yang pantas
Mengidentifikasi sumber-sumber pekerjaan
Kemampuan melengkapi sebuah daftar
Harapan pekerjaan realistis
 Status pekerjaan
Pekerja tetap atau honorer
 Riwayat pekerjaan
Lama bekerja
Alasan keluar (masalah dengan teman sekerja
atau penyelia pekerjaan)
Frekuensi ganti pekerjaan
 Interaksi dengan teman sekerja
Menghubungi di luar pekerjaan?

b. Rencana kehidupan
 Kemampuan berpartisipasi dengan yang
lain dalam tugas kelompok, seperti menyiapkan
makanan, kebersihan
Melaksanakan tugas yang diberikan
Kebersihan diri yang cukup
Bagaimana ia menangani konflik?
ketergantungan
 Pola tempat tinggal
Dimana ia tinggal? Di keluarga, kos, rumah
penampungan, asrama, dsb
Berapa lama?
Frekuensi relokasi
Alasan relokasi
 Hambatan untuk fungsi komunitas
Kebersihan pribadi yang buruk
Harapan kepercayaan diri
Kurangnya aktivitas yang menyenangkan
Masalah hukum
Tidak bekerja
Tidak stabil, berpindah-pindah
Isolasi sosial

c. Kesenangan/rekreasi
 “Apa yang Anda lakukan bila ada waktu
luang?”
 “Dengan siapa Anda saling tukar
waktu?”
 “Adakah aktivitas yang terstruktur?”
 Apa yang mengganggu partisipasi Anda
dalam aktivitas rekreasi?
 Apa aktivitas kelompok atau individual
Anda sebelumnya?
2. Stress kehidupan saat ini (gali hal-hal yang
menimbulkan stress/yang saat ini sangat menyita
perhatiannya)
Data Obyektif

Kaji faktor-faktor yang berhubungan


A. Penampilan umum
1. Ekspresi wajah (misalnya sedih,
gembira, murung)
2. Pakaian (misal rapi, eksentrik, kumal)
3. Kebersihan diri; bersih, rapi, pakaian
tepat, sesuai kondisi

B. Pola Komunikasi
1. Selama wawancara
Diam
Menarik diri
Bermusuhan
Kooperatif
Apatis
Hiperaktif
Mengembangkan hati
Egosentris
2. Isi pembicaraan
Tepat
Melantur
Apatis
Sangat gembira
Egosentrik
Terus-menerus memikirkan seksual
Kooperatif
Hiperaktif

3. Pola bicara
Tepat
Berputar-putar (tidak tahu isinya)
Blocking (tidak dapat menyelesaikan ide
pembicaraan)
Melompat-lompat dari satu topik ke topik yang
lain
Tidak tegas
Kata-kata baru
Kata-kata mentah
4. Kecepatan bicara
Tepat
Terlalu cepat
Lambat
Tertekan
C. Ketrampilan berhubungan
1. Sanggup mendengarkan dan berespon
secara tepat
2. Mempunyai ketrampilan percakapan
3. Tidak mencari interaksi
4. Menarik diri
5. Dapat hidup berdampingan dengan
orang lain
6. Memperlihatkan ketergantungan, pasif
7. kemauan/keinginan
8. Bermusuhan
9. Hambatan dalam hubungan yang
memuaskan, karena :
a. Isolasi sosial
b. Depresi berat
c. Gangguan proses
pikir
d. Penyakit mental
kronis
e. Terus-menerus
memikirkan sakitnya.

Pertanyaan Belajar :
1. Dilihat dari aspek arah komunikasi, dalam melakukan
wawancara saat pengkajian perawat menggunakan
komunikasi (pilih salah satu) :
A. Satu arah
B. Dua arah
2. Dalam kaitan dengan masalah komunikasi, yang perlu
dikaji dari klien adalah : .................
3. Identifikasi fokus pengkajian (Subyektif dan Obyektif)
pada klien dengan masalah komunikasi. Data apa saja yang
mungkin akan didapatkan dari jenis data itu.
4. Dari pengalaman praktik lapangan, seseorang dapat
mengalami gangguan komunikai apabila menderita ........
5. Buat kelompok dengan berpasangan 2-2. simulasikan
bagaimana cara melakukan pengkajian.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis adalah tahap kedua proses keperawatan.
Pada tahap ini perawat menggunakan ketrampilan berpikir
kritis untuk menginterprestasikan data pengkajian dan
mengidentifikasi kekuatan dan masalah. Diagnosis adalah
tahap yang sangat penting dalam proses keperawatan. Semua
aktivitas yang mendahului tahap ini diarahkan kepada
penyusunan diagnosis keperawatan, semua rencana asuhan
aktivitas sesudah tahap ini didasarkan pada diagnosis
keperawatan.
Ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan efektif
mempengaruhi kemampuan klien untuk mengekspresikan
kebutuhan atau bereaksi pada lingkungan. Setelah
mengumpulkan data pengkajian, perawat mengelompokkan
batasan karakteristik yang berhubungan untuk menentukan
pola masalah. Keberhasilan perawat dalam mengidentifikasi
masalah komunikasi klien menjamin perumusan diagnosa
keperawatan yang akurat. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan diagnosa harus difokuskan pada penyebab kegagalan
komunikasi sehingga intervensi yang tepat dapat dipilih.
Misalnya klien yang mengalami stroke dan afasia akan
membuat perawat melakukan diagnosa seperti hambatan
komunikasi verbal yang berhubungan dengan perubahan
ekspresi, pemahaman atau kombinasi keduanya. Faktor
pendukung yang akurat harus didefinisikan. Intervensi yang
berbeda akan digunakan jika permasalahannya adalah ekspresi
dan bukan pemahaman.
Perawat dapat juga mendiagnosa masalah pada klien
yang memiliki kesulitan untuk melakukan interaksi dengan
orang lain. Dalam situasi tersebut, kesulitan klien untuk
menunjukkan ekspresi atau perubahan dalam pola komunikasi
akan memacu perawat untuk membuat diagnosa.
Beberapa diagnosa berikut dapat sebagai contoh untuk
perumusan diagnosa yang berhubungan dengan perubahan
komunikasi :

Kerusakan komunikasi
Definisi :
Kerusakan komunikasi : keadaan dimana individu
mengalami atau mempunyai resiko terhadap penurunan
kemampuan untuk mengirim atau menerima pesan,
misalnya mempunyai kesukaran pertukaran pikiran, ide-ide
atau keinginan.

Batasan karakteristik (kriteria untuk menetapkan


diagnosa)
Mayor (harus terdapat salah satu dari)
Tidak sesuai atau tidak ada bicara atau respon
Kerusakan kemampuan untuk bicara
Minor (mungkin terdapat)
Tidak cocok antara pesan verbal dan nonverbal
Terbata-bata
Lambat
Masalah dalammendapatkan kata yang benar dalam
bicara
Suara lemah atau tidak ada
Pernyataan tidak mengerti atau menjadi tidak mengerti
Disartia
Afasia
Faktor-faktor yang berhubungan dengan :
 Patofisiologis
Berhubungan dengan kelainan, berfikir tidak realistis
sekunder terhadap :
Kelainan skizofrenia
Kelainan waham
Kelainan psikotik
Kelainan paranoid
Berhubungan dengan gangguan fungsi motorik dari
otot bicara sekunder terdapat :
Atau
Berhubungan dengan iskemia lobus temporal sekunder
terhadap:
Kerusakan serebral : afasia ekspresif atau represif
Cedera serebrovaskular
Kerusakan otak, misalnya trauma lahir/kepala
Sistem saraf pusat : depresi / peningkatan TIK
Tumor (kepala, leher atau korda spinal)
Ketidakmampuan mental
Hipoksia kronis/penurunan aliran darah serebral
Kerusakan neurologis

Berhubungan dengan kerusakan kemampuan untuk


berbicara sekunder terhadap:
Kerusakan pernafasan
Edema laring / infeksi

Berhubungan dengan kerusakan pendengaran

 Tindakan yang berhubungan


Berhubungan dengan kerusakan kemampuan
menghasilkan bicara sekunder terhadap:
Intubasi endotrakeal
Trakeostomi/trakeotomi/laringektomi
Bedah kepala, wajah, leher atau mulut
Nyeri khususnya pada mulut atau tenggorok
Letargi akabat depresi SSP, anestesia
 Situasional
Berhubungan dengan menurunnya perhatian sekunder
terhadap:
Kelelahan (mempengaruhi kemampuan untuk
mendengar)
Marah
Ansietas
Nyeri
Berhubungan dengan tidak ada akses pada alat
bantu /malfungsi alat pendengaran
Berhubungan dengan hambatan psikologis, misalnya
takut, malu
Berhubungan dengan hilangnya privasi
Berhubungan dengan hilangnya ingatan memori saat
ini

 Maturasional
Anak/bayi
Berhubungan dengan tidak adequatnya stimulus
sensori
Lansia (hilangnya pendengaran)
Berhubungan dengan gangguan pendengaran
Berhubungan dengan gangguan kognitif
disebabkan oleh (uraikan)

Kerusakan komunikasi verbal


Definisi :
Keadaan dimana individu mengalami atau pada tingkat
resiko tinggi untuk mengalami penurunan kemampuan
untuk bicara, tetapi dapat memahami pembicaraan orang
lain.
Keadaan seorang individu yang mengalami penurunan,
penundaan atau tidak adanya kemampuan untuk menerima,
memproses, menghantarkan dan menggunakan sisem
simbul segala sesuatu yang mempunyai arti
Batasan Karakteristik
Mayor (harus terdapat)
Ketidakmampuan untuk mengucapkan kata-kata tetapi
dapat mengerti orang lain, atau
Defisit artikulasi atau perencanaan motoris

Minor (mungkin terdapat)


Nafas pendek

Faktor-faktor yang berhubungan


Lihat Kerusakan komunikasi

Kerusakan interaksi sosial


Definisi:
Suatu keadaan dimana individu mengalami atau beresiko
mengalami pengalaman yang negatif, insufisiensi atau
respon yang tidak memuaskan dalam interaksi
Keadaan seorang individu, berpartisipasi dalam perubahan
sosial yang kuantitasnya berlebihan, kekurangan atau
kualitasnya tidak efektif

Batasan Karakteristik :
Mayor (harus ada)
Keluhan ketidakmampuan membina dan/atau
memelihara hubungan yang stabil dan saling
mendukung.
Merasa tidak puas dengan jaringan kerja sosial

Minor (mungkin terdapat)


Menghindari orang lain
Kesulitan hubungan interpersonal di tempat kerja
Keluhan orang lain tentang masala pola interaksi
Perasaan menjadi salah mengerti
Merasa ditolak
Menyalahkan orang lain untuk masalah interpersonal
Isolasi sosial
Hubungan yang sangat dangkal

Faktor-faktor yang berhubungan


 Patofisiologis
Berhubungan dengan keadaan yang memalukan,
keterbatasan energi dan gerak sekunder terhadap :
Kehilangan fungsi tubuh
Penyakit terminal
Kehilangan sebagian tubuh
Berhubungan dengan hambatan komunikasi sekunder
terhadap :
Kehilangan pendengaran
Retardasi mental
Defisit penglihatan
Kesulitan bicara
Penyakit mental kronis

 Tindakan yang berhubungan


Berhubungan dengan kecacatan pembedahan
Berhubungan dengan terapi isolasi
 Situasional (personal, lingkungan)
Berhubungan dengan pengasingan dari orang lain
sekunder terhadap :
Keluhan yang menetap
Melamun
Sikap sangat bermusuhan
Perilaku manipulatif
Tidak percaya atau curiga
Ide yang tidak logis
Tingkah laku egosentris
Emosi yang tidak matang
Agresif
Ansietas tinggi
Tingkah laku manipulatif
Delusi, halusinasi
Perubahan proses pikir
Keadaan depresif
Berhubungan dengan hambatan budaya/bahasa
Berhubungan dengan kurangnya kemampuan
hubungan sosial
Berhubungan dengan perubahan pola hubungan sosial
sekunder terhadap:
Perceraian
Relokasi
Kematian
 Maturasional
(Anak-anak/remaja)
Berhubungan dengan tidak edekuatnya
stimulasi sensori
Berhubungan dengan perubahan penampilan
Berhubungan dengan kesukaran berbicara
(Dewasa)
Berhubungan dengan kehilangan kemampuan
melaksanakan pekerjaan

(Lansia)
Berhubungan dengan perubahan pola sosial
sekunder terhadap kematian pasangan dan
perubahan fungsi

Pertanyaan belajar :
1. Yang dimaksud dengan kerusakan komunikasi
verbal adalah : ............
2. Untuk dapat menetapkan diagnosis
keperawatan : Kerusakan komunikasi verbal, data yang
harus ada adalah : ....................
3. Perbedaan kerusakan komunikasi verbal dan
kerusakan interaksi sosial adalah .....................
PERENCANAAN
Intervensi keperawatan berlandaskan komunikasi
Perencanaan adalah suatu deliberative, tahap sistematik
proses keperawatan yang meliputi pembuatan keputusan dan
penyelesaian masalah. Dalam perencanaan, perawat
mendasarkan pada data pengkajian klien dan pernyataan
diagnosa untuk mengarahkan dalam perumusan tujuan klien
dan desain intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk
mencegah, mengurangi, atau menghilangkan masalah
kesehatan klien. Suatu intervensi keperawatan adalah
beberapa tindakan, yang didasarkan pada keputusan klinis dan
pengetahuan, yang dilaksanakan oleh seorang perawat untuk
mencapai tujuan klien (Mc. Closkey & Bulechek, 2000). Hasil
dari tahap perencanaan adalah suatu rencana asuhan klien.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa komunikasi
yang tepat dapat mengurangi kecemasan klien. Intervensi
keperawatan itu dalam ketentuan sebagai berikut :
- Informasi prosedural yang membantu klien memahami
apa yang sebenarnya terjadi selama dalam satu prosedur;
- Informasi sensasi yang membantu klien mengantisipasi
bagaimana atau apa yang akan sebenarnya mereka rasakan
selama atau sesudah suatu prosedur;
- Informasi instruksional yang membantu klien
mengontrol tindakan atau tingkah laku mereka secara
tepat;
- Latihan relaksasi yang membantu mereka rileks
perlahan-lahan dan mengurangi ketegangan otot, dan
- Latihan penanggulangan kognitif yang membantu klien
mengantisipasi dan menghadapi respon-respon psikologis

Intervensi Keperawatan pada masalah komunikasi


Komunikasi efektif membutuhkan latihan dan
konsentrasi. Perawat melakukan usaha sadar dalam mencari
cara untuk membantu klien dan keluarganya
mengkomunikasikan pemikiran dan perasaan dengan lebih
efektif. Merencanakan tempat yang sesuai dan mengatur
perawatan dengan waktu yang tepat sangat penting agar
komunikasi efektif. Selain itu pemberian intervensi da tehnik
komunikasi yang sesuai dengan latar belakang budaya dan
umur klien juga harus dipertimbangkan. Bantuan komunikasi,
seperti papan tulis untuk klien yang menjalani trakeostomi
atau lampu panggilan khusus untuk klien yang lumpuh akan
berguna. Perawat juga perlu mengenali keluarga dan tim
kesehatan lainnya untuk mengkomunikasikan masalah atau
untuk membantu perawat dalam mengatur strategi komunikasi
yang tepat. Rujukan tertentu mungkin diperlukan, seperti
mencari seorang penterjemah.
Keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan klien
dalam berkomunikasi bergantung tidak hanya pada partisipasi
klien dalam menetapkan keberhasilan, tetapi juga pada gaya
perawat melakukan komunikasi dan kemampuan untuk
menetapkan hubungan yang membantu. Penggunaan
kemampuan komunikasi terapeutik akan membantu perawat
merasakan, bereaksi dan menghargai kekhasan klien.
Komunikasi interpersonal yang berhasil akan dapat memenuhi
tujuan perawatan klien di bawah ini :
 Menstransmisikan pesan yang jelas, ringkas dan dapat
dipahami
 Klien meningkatkan rasa percaya pada perawat sebagai
pemberi asuhan perawatan
 Perawat dan klien memberi dan menerima respon
Dari diagnosa yang ada pada sub diagnosa diatas dapat
dibuat rencana asuhan sebagai berikut :

Diagnosa Keperawatan :
Kerusakan komunikasi

Kriteria Hasil
Individu akan :
 Mengenakan alat bantu dengar (jika sesuai)
 Menerima pesan-pesan melalui metode-metode
alternatif, misalnya komunikasi tertulis, bahasa isyarat,
bicara dengan jelas pada telinga yang baik.
 Menghubungkan/memperlihatkan suatu peningkatan
kemampuan untuk berkomunikasi
 Memperlihatkan peningkatan kemampuan untuk
mengerti
 Mengatakan penurunan frustasi dengan komunikasi

Intervensi Generik
 Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan
pendengaran dan pengertian
a. Bicara secara terang dan jelas, menghadap ke
arah klien
b. Kurangi suara-suara dalam ruangan yang tidak
perlu
c. Ulangi kemudian persingkat bila klien kelihatan
tidak mengerti semua maksud
d. Gunakan sentuhan dan gerakan untuk
meningkatkan komunikasi
e. Jika klien hanya dapat mengerti bahasa isyarat,
hadirkan interprer sesering mungkin
f. Jika klien berada dalam kelompok, misalnya
kelompok diabetes, tempatkan individu di barisan
terdepan dekat dengan guru.
g. Dekati seseorang dari sisi dimana pendengaran
lebih baik
h. Jika klien dapat membaca bibir, pandang
langsung klien dan bicara perlahan dan jelas
i. Kaji fungsi alat bantu dengar

 Berikan metode alternatif komunikasi


a. Gunakan kertas dan pensil, huruf alfabet,
isyarat tangan, kedipan mata, anggukan kepala dan
isyarat bel
b. Buat kartu-kartu dengan gambar-gambar atau
kata-kata yang mengungkapkan frase yang biasa
digunakan; misalnya “basahi bibir saya”, “pindahkan
kaki saya”, segelas air, pispot dll.
c. Anjurkan klien untuk menunjuk, gunakan
gerakan dan pantomim

 Berikan lingkungan yang tenang


a. Gunakan tingkat kebisingan suara normal dan
bicara tidak terburu-buru dengan frase singkat
b. Anjurkan orang untuk menggunakan waktu
bicara yang cukup dan mengucapkan kata-kata secara
hati-hati dengan gerakan bibir yang jelas
c. Kurangi gangguan eksternal
d. Tunda percakapan jika klien lelah

 Gunakan tehnik-tehnik untuk meningkatkan pengertian


a. Gunakan perintah satu tahap yang tidak rumit
dan langsung
b. Anjurkan penggunaan gerakan dan pantomim
c. Cocokkan kata-kata dengan gerakan; gunakan
gambar-gambar
d. Akhiri percakapan dengan catatan sukses (mis.
Kembali pada pokok yang lebih mudah).
e. Gunakan kata-kata yang sama untuk tugas-
tugas yang sama
 Buat suatu upaya bersama untuk mengerti saat individu
berbicara
a. Berikan waktu yang cukup untuk mendengar
jika individu berbicara perlahan
b. Ulangi pesan individu dengan keras untuk
memastikan dapat dipahami (mis. “saya benar-benar
tidak tahu apa yang Anda katakan. Dapatkah Anda
mencoba mengatakannya sekali lagi?”)
c. Abaikan kesalahan dan kata-kata yang tidak
sopan
d. Jangan berpura-pura mengerti jika Anda tidak
mengerti
e. Berikan individu waktu untuk berespon, jangan
memotong; berikan kata-kata hanya kadang-kadang.

 Ajarkan tehnik-tehnik untuk memperbaiki bicara


a. Minta klien untuk memperlambat bicara dan
ucapkan setiap kata dengan jelas sambil memberikan
contoh.
b. Anjurkan klien untuk berbicara dalam frase
yang singkat
c. Anjurkan untuk berbicara dengan kecepatan
lebih lambat atau bernafas sebelum berbicara
d. Anjurkan klien untuk mengambil wakti dan
berkonsentrasi pada pembentukan kata-kata
e. Mintalah klien untuk menulis pesan atau
membuat gambar jika sukar untuk melakukan
komunikasi verbal
f. Anjurkan individu untuk berbicara dalam
kalimat pendek
g. Ajukan pertanyaan yang dapat dijawab dengan
ya atau tidak
h. Fokuskan pada saat sekarang, hindari topik-
topik kontroversial, emosional, abstrak atau terlalu
panjang

 Ungkapkan masalah frustasi terhadap ketidakmampuan


untuk berkomunikasi dan jelaskan bahwa kesabaran
diperlukan oleh perawat maupun klien yang sedang
mencoba untuk berbicara.

Diagnosa keperawatan
Kerusakan komunikasi verbal
Hasil yang disarankan NOC:
Kemampuan komunikasi : kemampuan untuk menerima,
mengartikan dan mengungkapkan pesan yang dikatakan,
ditulis dan nonverbal
Komunikasi : Kemampuan ekspresif : kemampuan untuk
mengungkapkan dan mengartikan pesan verbal atau
nonverbal
Komunikasi : Kemampuan reseptik : kemampuan untuk
menerima dan mengartikan pesan verbal atau nonverbal

Tujuan/Kriteria Evaluasi
Menunjukkan kemampuan komunikasi yang dibuktikan
dengan indikator sebagai berikut :
 Menggunakan metode aternatif untuk berkomunikasi
 Memperlihatkan kemampuan yang meningkat untuk
mengekspresikan diri
 Menggunakan ekspresi dalam bahasa yang tepat
 Mengatakan menurunnya frustasi karena komunikasi

Intervensi Prioritas NIC:


Pendengar aktif : hadir secara dekat dengan dan terikat secara
bermakna terhadap pesan verbal dan nonverbal dari klien
Pencapaian komunikasi, defisit pendengaran : bantuan
dalam menerima dan belajar metode alternatif untuk hidup
dengan keterbatasan pendengaran
Pencapaian komunikasi, defisit wicara : bantuan dalam
menerima dan belajar metode alternatif untuk hidup
dengan gangguan berbicara

Aktivitas keperawatan
 Identifikasi metode alternatif yang dapat digunakan
orang untuk mengkomunikasikan kebutuhan-kebutuhan
dasar.
 Bicara dengan jelas dan lambat, gunakan kalimat yang
pendek dan sederhana. Ini akan membuat klien tetap fokus
pada sebuah ide ketika pengetahuan kosakata klien
terbatas kepada ya/tidak, menggunakan pertanyaan yang
sederhana dan pendek akan membantu dalam respon yang
akurat.
 Gunakan tehnik menyimak. Menyimak akan
memampukan perawat untuk memahami pesan yang
dikirim klien dan juga menjembatani hubungan antara
perawat/klien.

 Gunakan metode komunikasi alternatif, yang meliputi :


a. Papan komunikasi dengan bahasa Indonesia,
berkorespondensi dengan kata-kata bahasa daerah,
menggunakan penerjemah, isyarat-isyarat tangan,
kedipan mata, anggukan kepala dan isyarat bel.
Pemahaman bersama komunikasi dapat ditingkatkan
baik dengan pesan verbal maupun non-verbal.
Informasi penting harus ditulis untuk pengulangan dan
digunakan oleh anggota perawatan kesehatan lainnya.
b. Buat kartu-kartu dengan gambar-gambar atau
kata-kata yang menggambarkan frase yang sering
digunakan, misalnya basahi bibir saya, pindahkan kaki
saya, segelas air dan pispot
c. Anjurkan orang menunjuk, menggunakan
gerakan dan pantomim

 Dorong klien dan keluarga untuk mengajarkan staf


beberapa kalimat dalam bahasa daerah yang dapat
digunakan dalam perawatan dasar atau dalam memberikan
salam. Komunikasi yang biasa dilakukan klien akan
menghilangkan kesalahpahaman di antara klien dan
perawat.
 Gunakan Isyarat non-verbal dengan pesan verbal.
Komunikasi non-verbal lebih kuat menyampaikan pesan
pada klien. Gerakan wajah, kontak mata dan posisi badan
menambah perasaan pada pesan verbal.

 Untuk Individu dengan disartria :


a. Kurangi kebisingan lingkungan
b. Anjurkan individu untuk membuat suatu upaya
yang disadari untuk memperlambat bicara dan
berbicara lebih keras, misalnya dengan mengambil
naas diantara kalimat-kalimat.
c. Mintalah individu untuk mengulangi kata-kata
yang tidak jelas
d. Jika individu lelah, ajukan pertanyaan yang
hanya membutuhkan jawaban-jawaban pendek.
e. Jika berbicara tidak dapat dipahami, ajarkan
individu untuk menggunakan gerakan tubuh, pesan-
pesan tertulis dan kartu-kartu komunikasi

 Jangan ubah ucapan, intonasi, atau jenis pesan Anda.


Kemampuan individu untuk memahami pesan akan
terganggu dengan perubahan itu.
 Ungkapkan masalah frustasi terhadap ketidakmampuan
untuk berkomunikasi dan jelaskan bahwa kesabaran
diperlukan oleh perawat maupun individu yang sedang
mencoba untuk berbicara.
 Tulis metode komunikasi yang digunakan pada rencana
keperawatan agar perawat lain menggunakan metode
yang sama setiap akan berkomunikasi dengan klien.
 Ajarkan pada orang-orang terdekat tehnik-tehnik dan
pendekatan berulang untuk meningkatkan komunikasi.

 Untuk individu dengan hambatan bahasa :


a. Berkomunikasi
tanpa tergesa-gesa, cara yang halus, sopan dan formal.
b. Berbicara
dengan suara pelan, sedang. Dengarkan dengan cermat,
validasikan pemahaman yang sama-sama
menguntungkan.
c. Gunakan
gerakan tubuh dan gambar-gambar.
d. Pertahankan
agar pesan tetap sederhana, jangan gunakan istilah
medis atau tehnis
Diagnosa keperawatan
Kerusakan interaksi sosial

Hasil yang disarankan NOC


Perkembangan Anak : usia 2,4,6 dan 12 bulan; usia 2,3,4
dan 5 tahun; masa kanak-kanak pertengahan (6 – 11
tahun) dan remaja (12 – 17 tahun) : tahapan penting
perkembangan fisik, kognitif dan psikososial sesuai usia
Partisipasi bermain : penggunaan aktivitas yang diperlukan
untuk kesenangan, hiburan dan perkembangan anak
Penampilan peran : kesesuaian perilaku peran individu
dengan harapan peran
Ketrampilan interaksi sosial : penggunaan perilaku interaksi
sosial yang efektif
Keterlibatan sosial : interaksi sosial individu yang sering
dengan orang lain, kelompok atau organisasi

Tujuan
Individu akan :
 Menyatakan masalah dengan sosialisasi
 Mengidentifikasi perilaku baru untuk meningkatkan
sosialisasi efektif
 Melaporkan atau bermain peran terhadap penggunaan
perilaku pengganti yang konstruktif

Intervensi prioritas NIC


Peningkatan sosialisasi : fasilitasi kemampuan seseorang
untuk berinteraksi dengan orang lain.

Aktivitas keperawatan
 Berikan individu hubungan suportif
 Bantu untuk mengidentifikasi bagaimana stress dapat
mencetuskan masalah
 Dukung pertahanan kesehatan
 Bantu untuk mengidentifikasi alternatif tindakan
 Bantu dalam menganalisa pendekatan yang berfungsi
paling baik
 Bermain peran dalam situasi bermasalah. Diskusikan
perasaan-perasaan

 Jika dalam terapi kelompok :


a. Fokuskan pada
saat ini dan sekarang
b. Tentukan norma
kelompok untuk mengurangi perilaku yang tidak sesuai
c. Dorong
pengujian terhadap perilaku sosial baru
d. Gunakan
makanan ringan atau kopi untuk menurunkan ansietas
selama jangka waktu tertentu
e. Model peran
tertentu yang menerima perilaku sosial, misalnya
berespon secara ramah versus mengabaikannya
f. Pelihara
perkembangan hubungan diantara anggota melalui
pengungkapan dan keikhlasan diri
g. Gunakan
pertanyaan dan observasi untuk mendorong individu
dengan keterbatasan ketrampilan interaksi
h. Dorong anggota
untuk memastikan persepsi mereka dengan orang lain
i. Identifikasi
kekuatan diantara anggota dan abaikan kelemahan
tertentu

Intervensi pada anak


 Jika kontrol impuls menjadi masalah :
a. Susun batasan
ketat dan bertanggung jawab
b. Jangan
mengajari
c. Nyatakan
batasan sederhana dan kembali pada batasan
d. Pertahankan
rutinitas
e. Batasi bermain
untuk satu teman bermain untuk belajar ketrampilan
yang tepat
f. Secara bertahap
tingkatkan jumlah teman bermain
g. Berikan umpan
balik segera dan konstan

 Ajarkan orang tua untuk :


a. Menghindari
kritisme kasar
b. Jangan tidak
setuju di depan anak
c. Tetapkan
kontak mata sebelum memberikan instruksi dan minta
anak untuk mengulangi apa yang dikatakan
 Ajarkan anak yang lebih besar untuk memantau sendiri
perilaku anak yang lebih kecil dan untuk mengembangkan
kepercayaan diri

 Bila ada perilaku antisosial, bantu untuk :


a. Menggambarka
n perilaku yang mempengaruhi sosialisasi
b. Bermain peran
sesuai respon
c. Membatasi
siklus sosial untuk ukuran yang dapat diatasi
d. Munculkan
umpan balik sebaya untuk perilaku positif dan negatif

Pertanyaan belajar :
1. Sebutkan 1 diagnosis keperawatan terkait
masalah komunikasi.
2. Susun rencana dari diagnosis itu yang meliputi
perumusan tujuan dan intervensi dengan memperhatikan
etiologi diagnosis keperawatan yang anda rumuskan.

IMPLEMENTASI
Implementasi adalah fase dimana perawat
melaksanakan intervensi keperawatan. Implementasi pada
hakekatnya terdiri dari melaksanakan dan mendokumentasikan
aktivitas keperawatan spesifik yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan intervensi (order perawat). Perawat
melaksanakan atau mengoperkan aktivitas keperawatan dari
intervensi yang dikembangkan dalam tahap perencanaan dan
kemudian menyimpulkan taham implementasi dengan
mencatat aktivitas keperawatan dan respon klien yang
dihasilkan.
Komunikasi bersifat individual. Perawat harus
mencoba untuk mengembangkan hubungan terapeutik yang
membantu. Bagi klien yang mempunyai hambatan dalam
kemampuan bicara, perawat harus terus mengajaknya bicara
dengan materi yang cocok dengan usia klien, taraf kecerdasan
dan pengalamannya. Klien kemudian akan merasa nyaman
dalam melakukan interaksi meskipun terjadi perubahan.

Kerusakan komunikasi verbal


Pertimbangan umum dalam melakukan melaksanakan
intervensi pada klien dengan gangguan komunikasi adalah
sebagai berikut :
1. Komunikasi efektif adalah proses interaktif
yang melibatkan pertukaran sejumlah informasi yang
berarti (ide, pikiran, perasaan dan persepsi) antara 2
individu atau lebih proses ini dapat disertai masalah
pengiriman atau penerimaan pesan atau keduanya.
2. Dalam komunikasi mata, semua perilaku adalah
komunikasi
3. Sesudah kelangsungan hidup, mungkin
kebutuhan dasar yang paling penting adalah
komunikasi dengan orang lain. Komunikasi
memberikan perasaan aman untuk klien sehingga
mereka merasa tidak sendiri dan ada individu yang
akan mendengarkan. Komunikasi yang buruk dapat
menyebabkan perasaan frustasi, marah, bermusuhan,
depresi, takut, bingung dan isolasi.
4. Bicara menyajikan kebutuhan ekspresi manusia
yang paling dasar, keputusan dan perasaan. Oleh
karena itu jika hanya satu individu mengespresikan
keterangan tanpa umpan balik dari individu lain
(pendengar), maka komunikasi efektif tidak terjadi.

5. Masalah dengan pengiriman informasi dapat


menyebabkan hal-hal sebagai berikut :
a. Ketidakmampuan atau kegagalan untuk
mengirim pesan dapat dijelaskan pengertiannya
oleh pendengar, misalnya karena masalah
pengertian kata.
b. Takut mendengar yang berlebihan, memutuskan
atau salah pengertian. Misalnya kuatir kehilangan
privasi dan kepercayaan.
c. Perhatikan respon terhadap apa yang dikatakan,
sejalan atau tidak.
d. Gunakan kata yang merendah untuk individu
yang menerima pesan.
e. Masalah fisik yang mempengaruhi kemampuan
untuk melihat, bicara dan berpindah.

6. Arti dari pesan tidak hanya dipengaruhi oleh


pilihan kata, tetapi juga oleh intonasi, kedekatan dari
pembicara, penggunaan bahasa tubuh, kontak mata dan
gerak tubuh. Kata-kata yang mengekspresikan
penolakan atau penerimaan dapat ditekankan oleh
bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata.
7. Pemahaman bersama terhadap komunikasi
dapat ditingkatkan dengan menggunakan pesan verbal
dan non verbal. Informasi penting harus digarisbawahi,
didiskusikan bersama dan tersedia referensi.
8. Komunikasi yang baik juga pendengar yang
baik, yang mendengarkan dan merasakan kenyatan.
9. Melakukan komunikasi terapeutik dimulai
dengan mengungkapan hal positif yang tak terkondisi,
perasaan dasar kehangatan seseorang yang dapat
membantu.
10. Melakukan komunikasi terapeutik memerlukan
kapasitas untuk mengerti perasaan klien dalam
kerangka yang paling dalam dan kemampuan dari
manusia yang nyata.

Kerusakan Interaksi Sosial

Pertimbangan Umum
Pertimbangan umum dalam melaksanakan intervensi pada
klien dengan masalah interaksi sosial adalah sebagai berikut :
1. Kompetensi sosial adalah kemampuan individu
untuk berinteraksi secara efektif dengan
lingkungannya
2. Untuk mengetahui kompetensi sosial individu
perlu pengujian realitas terhadap kemampuan
pemecahan masalah dan mekanisme koping
3. Antara individu dan lingkungan saling
menunjang untuk gangguan fungsi dalam satu
lingkungan atau situasi, tetapi tidak pada orang lain.
4. Fungsi sosial yang adekuat paling sering
dihubungkan dengan kehidupan perkawinan dan
pekerjaan yang stabil
Pertimbangan pediatrik
1. Gangguan emosional pada orang tua
mempunyai pengaruh yang nyata pada anak. Secara
emosional orang tua yang terganggu tidak dapat
menemui dokter atau memenuhi kebutuhan untuk
keamanan anak-anak mereka
2. Anak-anak yang muda tergantung pada orang
tua mereka untuk menginterprestasikan dunia. Orang
tua yang mengalami gangguan toleransi sosial dan/atau
perubahan proses pikir dapat tidak akuran
menginterprestasikan pengalamannya pada anak
3. Gangguan interaksi sosial dapat mengakibatkan
isolasi sosial

Pertimbangan gerontologi
1. Interaksi sosial yang efektif tergantung pada
harga diri yang positif. Tidak ada data yang
menunjukkan bahwa lansia mempunyai harga diri yang
rendah dibanding orang-orang yang lebih muda.
2. Pada lansia, tindakan yang umum pada harga
diri rendah meliputi devaluasi, dependensi, gangguan
fungsional dan berkurangnya kontrol
3. Lansia yang depresi kehilangan ketertarikan
pada aktivitas sosial dan tidak menunjukkan interaksi
yang positif ketika mereka melakukan interaksi

EVALUASI
Mengevaluasi adalah menilai. Evaluasi adalah tahap
ke-5 proses keperawatan. Dalam konteks ini evaluasi adalah
aktivitas terencana, berkelanjutan dan penuh arti dimana klien
dan profesional asuhan kesehatan menentukan (a)
perkembangan klien ke arah pencapaian tujuan dan (b)
efektivitas rencana asuhan keperawatan. Evaluasi adalah aspek
penting dalam proses keperawatan sebab kesimpulan yang
diambil dari evaluasi menentukan apakah intervensi
keperawatan seharusnya dihentikan, diteruskan atau diubah.
Evaluasi adalah terus-menerus. Evaluasi dikerjakan
selagi atau segera setelah melaksanakan instruksi keperawatan
memungkinkan perawat membuat dengan segera modifikasi
dalam suatu intervensi. Evaluasi dilakukan pada interval
tertentu (misalnya sekali seminggu untuk perawatan klien di
rumah) menunjukkan tingkat kemajuan kearah pencapaian
tujuan dan memungkinkan perawat untuk membenahi
beberapa kekurangan dan memodifikasi rencana asuhan jika
diperlukan. Evaluasi berlangsung sampai klien mencapai
tujuan kesehatan atau pulang. Evaluasi saat pulang meliputi
status pencapaian tujuan dan kemampuan klien dalam merawat
dirinya sendiri.
Melalui evaluasi, perawat mendemonstrasikan
tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap tindakannya,
menandai adanya minat terhadap dampak aktivitas
keperawatan dan mendemonstrasikan suatu keinginan tidak
untuk mengabadikan tindakan tidak efektif tetapi untuk
mengambil suatu tindakan yang lebih efektif.
Apakah komunikasi telah secara terapeutik membantu
klien dalam meningkatkan komunikasi dan membantu
hubungan antara perawat-klien? Apakah intervensi telah
efektif di dalah mengatasi masalah klien? Atau apakah
peribahan klien dihasilkan karena intervensi?
Komunikasi dievalusi melalui observasi perawat
terhadap interaksi klien. Perawat tidak hanya menetapkan
bahwa komunikasi terjadi, tetapi juga meyakinkan bahwa klien
puas dalam menerima pesan. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan berikut.
1. Apakah klien nampak nyaman secara fisik?
2. Apakah klien berbicara mengenai perasaan,
reaksi dan pikiran ataukan percakapannya bersifat
superfisial?
3. Apakah anggota tim yang tepat telah
dikonsultasikan?

Perawat membandingkan hasil aktual dengan hasil


yang diharapkan ketika menentukan keberhasilan atau
efektivitas intervensi. Intervensi dan respon kemudian dapat
diteliti oleh perawat atau oleh pakar komunikasi. Jika hasil
yang diharapkan tidak sesuai atau perkembangan yang terjadi
tidak memuaskan menurut klien, perawat harus mengkaji
ulang dan memodifikasi rencana perawatan.

Pertanyaan belajar :
1. Uraikan kembali apa yang harus dievaluasi
dalam kaitan melakukan komunikasi dengan klien dalam
berbagai situasi.

MODEL-MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN PADA


KLIEN DENGAN MASALAH KOMUNIKASI DAN
INTERAKSI SOSIAL

Beberapa model intervensi keperawatan yang dapat


dilakukan untuk mengatasi masalah kerusakan komunikasi
verbal meliputi menjadi pendengar aktif, pengurangan
kecemasan, manajemen lingkungan, kehadiran, bantuan
perawatan diri, surveilan terhadap keselamatan, sentuhan,
perbaikan komunikasi pada klien dengan defisit pendengaran,
pengucapan dan visual. Sedangkan untuk masalah interaksi
sosial dapat dilakukan dengan mengembangkan ketrampilan
sosial dan mengontrol lingkungan.

Mendengarkan Aktif
Mendengarkan aktif adalah mengikuti setiap tanda-
tanda pesan verbal dan nonverbal klien. Mendengarkan secara
aktif dapat dilakukan dengan aktivitas sebagai berikut :
 Menegakkan tujuan interaksi
 Menunjukkan ketertarikan pada klien
 Menggunakan pertanyaan atau pernyataan untuk
mendorong ekspresi pikiran, perasaan dan perhatian
 Memfokuskan secara menyeluruh pada interaksi
dengan menekan praduga, bias, asumsi, keasyikan personal
dan pengalihan perhatian yang lain
 Menunjukkan kesadaran dan sensitivitas pada emosi
 Menggunakan perilaku nonverbal untuk memfasilitasi
komunikasi
 Mendengarkan dengan sama baiknya terhadap
percakapan dan perasaan serta pesan yang tidak terucap
 Menghindari menggunakan kata-kata yang berlebihan,
seimbang antara pesan verbal dan nonverbal
 Menyadari akan nada, tempo, volume, pola dan
perubahan suara
 Identifikasi tema-tema utama
 Menentukan arti pesan dengan refleksi pada sikap,
pengalaman yang lalu dan situasi saat ini
 Kecepatan merespon yang menggambarkan
pemahaman terhadap pesan yang diterima
 Klarifikasi pesan dengan menggunakan pertanyaan
atau umpan balik
 Gunakan suatu seri interaksi untuk menemukan arti
dari suatu perilaku
 Hindari penghalang untuk mendengar aktif, mis
meremehkan perasaan, menawarkan solusi sederhana,
interupsi, menceritakan diri sendiri dan mengakhiri
pembicaraan yang terlalu cepat
 Menggunakan tehnik diam atau mendengarkan untuk
mendorong ekspresi perasaan, pikiran dan perhatian

Mengurangi kecemasan
Meminimalkan ketakutan, kekawatiran, prasangka atau
kegelisahan yang berhubungan dengan sumber bahaya yang
tidak dapat dikenali. Untuk mengurangi kecemasa, aktivitas
yang dapat dilakukan meliputi :
 Tenang, gunakan suatu pendekatan yang
mententramkan hati
 Nyatakan dengan jelas terhadap perilaku klien yang
diharapkan terjadi
 Jelaskan semua prosedur, meliputi sensasi yang
mungkin diharapkan selama prosedur
 Coba pahami pandangan klien terhadap situasi penuh
stress
 Berikan informasi yang faktual mengenai diagnosis,
tindakan dan prognosis
 Temani klien untuk meningkatkan keselamatan,
kenyamanan dan mengurangi ketakutan
 Dorong keluarga untuk menemani klien sebisa
mungkin
 Sediakan benda yang melambangkan kenyamanan
 Berikan gosokan punggung atau leher dengan tepat
 Dorong melakukan aktivitas nonpersaingan
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Kuatkan perilaku yang sesuai
 Ciptakan suasana yang membantu hubungan saling
percaya
 Dorong untuk mengungkapkan perasaan, persepsi dan
ketakutan
 Identifikasi terjadinya perubahan kadar kecemasan
 Berikan aktivitas hiburan yang ditujukan ke arah
pengurangan ketegangan
 Bantu klien mengidentifikasi situasi yang mencetuskan
kecemasan
 Kontrol rangsangan sesuai kebutuhan klien
 Bantu klien menggunakan mekanisme pertahanan diri
yang sesuai
 Bantu klien menggambarkan peristiwa yang nyata
dengan kata-kata
 Tentukan kemampuan pengambilan keputusan klien
 Instruksikan klien untuk menggunakan tehnik relaksasi
 Berikan medikasi untuk menurunkan stress bila perlu
 Observasi tanda kecemasan verbal dan nonverbal

Manajemen Lingkungan
Manipulasi sekeliling klien untuk tujuan terapeutik,
menarik sensori dan kesehatan psikologis. Aktivitas untuk
manajemen lingkungan dapat meliputi :
 Menciptakan lingkungan yang aman bagi klien
 Mengidentifikasi kebutuhan keselamatan klien
didasarkan pada fungsi fisik dan kognitif dan riwayat
perilaku
 Menghilangkan / menyingkirkan bahaya lingkungan,
mis perabotan yang mudah bergerak dan karpet kecil
 Menyinggirkan benda-benda berbahaya dari
lingkungan
 Melindungi klien dengan memasang pengaman tempat
tidur bila memungkinkan
 Mengantar klien selama aktivitas di luar tempat tidur
bila memungkinkan
 Memberikan tempat tidur yang rendah bila mungkin
 Menyediakan penglengkapan penyesuaian, seperti alat
bantu jalan untuk bayi, closet belajar
 Menempatkan perabotan dalam ruangan yang
memungkinkan klien dapat bergerak bebas
 Menempatkan benda-benda yang sering digunakan
klien berada dalam jangkauan klien
 Jika ada indikasi, sediakan ruang pribadi
 Menyediakan lingkungan dan tempat tidur yang bersih
dan nyaman
 Sediakan matras yang kuat
 Sediakan sprei dan gaun dalam keadaan baik, bebas
dari residu kotoran
 Tempatkan tombol tempat tidur pada posisi yang
mudah diraih
 Tempatkan alat-alat yang dibutuhkan klien untuk
eliminasi dalam satu tempat
 Kurangi rangsangan lingkungan sebisa mungkin
 Atur suhu lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan
klien
 Hindari paparan udara, terlalu panas atau terlalu dingin
yang tidak diperlukan
 Kontrol atau
cegah kegaduhan yang berlebihan
 Sediakan
pilihan musik
 Sediakan
headphone agar saat mendengarkan musik tidak
mengganggu klien lain
 Manipulasi
pencahayaan untuk tujuan terapeutik
 Sediakan
makanan dan snak dalam bentuk yang menarik
 Bersihkan area
yang digunakan untuk makan dan minum sebelum klien
menempatinya
 Batasi
pengunjung
 Bawakan
benda-benda yang familiar dengan klien
 Bantu klien
mengenakan perlengkapan pribadi, seperti baju tidur

Kehadiran
Untuk menciptakan kehadiran, aktivitas yang dapat
dilakukan meliputi :
 Mendemonstras
ikan sikap menerima
 Verbalisasi
komunikasi empati atau memahami pengalaman klien
 Peka pada
tradisi dan keyakinan klien
 Tegakkan
hubungan saling percaya dan sikap saling menghormati
 Dengarkan
kekawatiran klien
 Gunakan tehnik
diam bila perlu
 Sentuh klien
untuk menggambarkan perhatian
 Tetap hadir
secara fisik tanpa mengharapkan respon dari interaksi
 Sediakan jarak
untuk klien dan keluarga bila perlu
 Bantu klien
untuk

Pertanyaan belajar :
1. Mendengar aktif dapat dilakukan dengan
cara : ...........
2. Cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi
kecemasan agar proses komunikasi berjalan dengan
lancar adalah : ...
3. Yang dimaksud kehadiran dalam komunikasi
adalah .....

MENGEMBANGKAN KETRAMPILAN SOSIAL


Jika terjadi interaksi sosial yang tidak seimbang,
intervensi perawat harus difokuskan pada membantu klien
melakukan hal-hal di bawah ini:
1. Mengekspresikan perasaan dan kebutuhan
2. Mengembangkan kemampuan bercakap-cakap
3. Mengkomunikasikan pemikiran dan perasaan
secara verbal dan non-verbal dengan jelas
4. Menunjukkan ketegasan
5. Memecahkan masalah, dan
6. Menjembatani pembicaraan dengan rekan
sejawat dan staf.
Perawat yang memiliki lebih banyak pengalaman
kemampuan berkomunikasi dan dinamika interpersonal akan
dapat membantu klien melewati lapang permainan. Hal ini
akan membantu klien melatih situasi dimana mereka
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Interaksi
sederhana berikut dapat juga bermanfaat untuk meningkatkan
usaha dalam interaksi :
1. Mendorong partisipasi dalam aktivitas sosial
yang normal
2. Mendiskusikan topik atau subyek yang netral
dimana klien memiliki minat.
3. Memberikan bantuan positif untuk itneraksi
sosial yang dapat diterima
4. Membantu klien mengidentifikasi seseorang
dengan siapa ia merasa nyaman dan mendorong
interaksi di antara mereka
5. Mengubah oeraturan tempat tidur atau ruang
tidur (di rumah sakit) untuk mendorong persahabatan
atau mengisolasikan minat yang sama
6. Meminimalkan waktu klien untuk bermalas-
malasan
MENGONTROL LINGKUNGAN
Apapun masalahnya, jika lingkungan tidak nyaman
atau menganggu, klien akan mendapatkan kesulitan dalam
berkomunikasi. Perawat dapat mengontrol lingkungan
sehingga menjadi kondusif untuk interaksi interpersonal.
Metode pengontrolan lingkungan dapat meliputi hal-hal
sebagai berikut :
1. Mengatur temperatur ruangan pada tingkat
yang nyaman
2. Menghilangkan atau mengurangi suara yang
gaduh dalam ruangan
3. Membuat klien merasa nyaman
4. Meminta pada anggota staf atau keluarga agar
tidak memasuki ruangan selama aktivitas perawatan
5. Mengurangi sinar
Pertanyaan Belajar :
1. Lingkungan mempengaruhi proses komunikasi.
Agar komunikasi dapat berjalan dengan kondusif, maka
ruangan perlu dikontrol dengan cara :.............
BERKOMUNIKASI DENGAN KLIEN YANG
MEMILIKI KEBUTUHAN KHUSUS

Pada saat tertentu, sangat perlu bagi perawat untuk


menggunakan tehnik komunikasi khusus untuk keberhasilan
berinteraksi dengan klien. Klien dengan ketidakseimbangan
sensorik dan motorik, anak-anak dan lansia membutuhkan
pendekatan individual dalam berkomunikasi
Klien dengan kendala komunikasi fisik, misalnya klien
dengan laringektomi atau ETT; mungkin tidak dapat berbicara
atau bicara dengan tidak jelas, sehingga membutuhkan metode
komunikasi alternatif. Untuk klien dengan seperti ini perawat
harus menyediakan metode yang sederhana untuk digunakan.
Perawat harus sabar ketika klien mencoba komunikasi. Syarat
lain adalah klien secara fisik sanggup menggunakan metode
yang disediakan perawat.
Untuk meningkatkan komunikasi, tehnik dan alat
berikut dapat digunakan :
 Papan komunikasi dengan kata-kata, huruf atau gambar
yang menunjukkan kebutuhan dasar (toilet, air, piring dll)
 Kertas dan pensil untuk menunjukkan eksresi
kebutuhan dan pemikiran
 Penggunaan penerjemah untuk bahasa isyarat atau
untuk klien dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua
 Melibatkan keluarga dan teman dalam pengiriman
perawat jika dibutuhkan
 Menjaga agar bel pemanggil atau saklar lampu dalam
jangkauan
 Penggunaan sikap nonverbal seperti kedipan mata atau
gerakan jari untuk respon ya/tidak
 Menggunakan kata yang dapat dipahami klien,
menghindari terminologi medis
 Menjaga agar lingkungan tetap tenang dan bebas dari
gangguan
 Selalu menjadi pendengar yang baik

Berkomunikasi dengan Anak Kecil


Komunikasi dengan anak kecil membutuhkan
pertimbangan khusus sehingga perawat dapat mengembangkan
hubungan kerja yang baik dengan anak maupun keluarga.
Perawat menerima banyak informasi dari orang tua. Karena
kontak antara orang tua dan anak umumnya akrab, informasi
yang diberikan orang tua dapat diasumsikan sebagai dapat
sesuatu hal yang dapat diandalkan. Namun, beberapa orang tua
mungkin berlebihan. Jika klien adalah seorang anak,
memberikan mainan atau material untuk bermain akan dapat
membantu sehingga orang tua dapat memberikan perhatian
penuh kepada anak. Perawat memberikan perhatian periodik
kepada bayi dan anak ketika bermain untuk membuat mereka
berpartisipasi. Anak yang lebih besar dapat secara aktif terlibat
dalam komunikasi.
Anak-anak, terutama yang masih sangat kecil,
umumnya responsif terhadap pesan non-verbal. Gerakan yang
tiba-tiba atau mengancam akan membuat mereka takut.
Perawat memasuki ruang tes dengan senyum yang lebar dan
gerakan tangan tertentu akan menghalangi terbentuknya
hubungan. Perawat yang tetap tenang dan anggun. Lebih
dahulu membiarkan anak bertindak akan sangat membantu
dalam hubungan interpersonal. Nada suara yang tenang,
bersahabat dan yakin adalah yang terbaik.
Anak tidak suka dipandangi. Orang dewasa yang
meremehkan mereka akan membuat mereka gundah. Ketika
berkomunikasi dengan anak kecil, perawat harus melakukan
kontak mata. Anak kecil seringkali merasa tidak dapat berbuat
apa-apa terutama dalam situasi yang meliputi interaksi dengan
personel perawatan.
Perawat harus menggunakan bahaa yang langsung dan
sederhana ketika memberikan penjelasan atau petunjuk.
Perawat harus jujur kepada anak. Membohongi anak-anak
dengan mengatakan bahwa prosedur yang menyakitkan itu
tidak menyakitkan hanya akan membuat mereka marah. Untuk
meminimalkan ketakutan dan kecemasan, perawat harus selalu
dengan segera mengatakan pada mereka apa yang akan
terjadi.
Tehnik komunikasi dengan anak bervariasi, bergantung
pada umur. Cara yang efektif untuk berkomunikasi dengan
anak aalah menggambar dan bermain. Menggambar akan
memberikan kesempatan akan untuk berkomunikasi secara
non-verbal dan verbal. Gambar hasil karya anak-anak
selanjutnya dapat digunakan oleh perawat sebagai bahan untuk
memulai komunikasi.
Dari uraian diatas, sebagai pertimbangan pediatrik
dapat dirangkum sebagai berikut :
- Berkomunikasi dengan anak-anak harus
memperhitungkan tahap perkembangan, kemampuan
berbahasa dan tingkat kognitif
- Berkomunikasi dengan anak-anak melibatkan aspek
verbal dan nonverbal, walaupun matoritas komunikasi
verbal terjadi antara perawat dan klien dewasa, masukan
verbal anak sebaiknya tidak diacuhkan. Menulis,
menggambar, bermain dan menggunakan bahasa tubuh
(ekspresi wajah, isyarat) adalah bentuk komunikasi non
verbal yang digunakan anak.
- Terapi bermain dapat menjadi alat yang tidak ternilai
untuk membangun hubungan dan komunikasi perasaan
yang sungguh-sungguh terhadap anak.
- Di masa kanak-kanak, bahasa diterima selalu maju dari
bahasa yang dieksresikan anak-anak untuk mengerti lebih
dari apa yang mereka katakan.
- Kerusakan komunikasi diakibatkan dari
ketidakmampuan belajar, gangguan bicara dan hilangnya
pendengaran
- Anak dengan kehilangan pendengaran dapat
menunjukkan respon seperti respon orientasi (misalnya
ketidakadaan rfleks terkejut terhadap suara keras),
menyuarakan atau memproduksi suara (misalnya kurang
celoteh pada usia 7 bulan), perhatian visual misalnay lebih
berespon pada ekspresi wajah dari pada penjelasan verbal
dan perilaku sosial/emosional, misalnya mudah
tersinggung karena ketidakmampuan untuk membuat diri
sendiri mengerti.
Fokus untuk komunikasi dengan akan dapat dibedakan
menurut kelompok usia sebagai berikut:

Bayi (0-1 tahun)


 Bayi umumnya berkomunikasi hanya secara nonverbal
(misalnya menangis), karena bayi tidak dapat
menggunakan kata-kata
 Bayi merespon tingkah laku non-verbal pemberi
perawatan. Mereka akan tenang dengan kontak fisik yang
dekat.
 Bayi akan mendapatkan kenyamanan dari suara yang
lembut meskipun kata-katanya tidak dimengerti
 Suara yang keras dan kasar akan membuat bayi
ketakutan
 Bayi yang agak besar (6 bulan) mengalami kecemasan
karena berpisah, oleh karena itu orang tua harus
mengawasi ketika bayi digendong oleh orang lain

Todler (1-3 tahun) atau Anak Pra-Sekolah (3-5 tahun)


 Anak berkomunikasi secara verbal maupun non-verbal
 Anak bersifat egosentris dan hanya memahami hal-hal
yang berhubungan dengan dirinya
 Anak tidak dapat membedakan fantasi dan kenyataan
 Anak memahami analogi hanya secara literal (misalnya
anak harus diizinkan untuk melakukan eksplorasi pada
lingkungan, seperti memegang stetoskop)
 Anak memahami kalimat yang pendek dan sederhana,
kata-kata yang dipahami dan penjelasan konkret

Anak Usia Sekolah (umur 5 – 12 tahun)


 Anak mencari alasan dan penjelasan atas segala
sesuatu namun tidak membutuhkan pengesahan
 Anak tertarik dalam aspek fungsional obyek dan
kegiatan (apa yang akan terjadi, kenapa hal itu terjadi)
 Anak memperhatikan integritas tubuh
 Anak harus diizinkan untuk memanipulasi
perlengkapan (misalnya memegang palu perkusi)
 Anak memahami penjelasan sederhana dan
mendemonstrasikannya
 Anak harus diizinkan untuk mengekspresikan rasa
takut dan keheranan

Remaja (umur 13 – 18 tahun)


 Remaja berpikir dengan lebih abstrak, fluktuasi antara
tigkah laku berpikir kekanak-kanakan dan dewasa
 Perawat harus menghindari sikap menilai atau
menghakimi
 Remaja harus diijinkan untuk berbicara mengenai
perasaan mereka
 Remaja menghindar untuk menjawab (perawat harus
menghindari pertanaan yang memalukan)
 Remaja berkeinginan untuk mendiskusikan apa yang
menjadi perhatian dengan orang dewasa selain keluarga.
 Remaja menggunakan bahasa mereka sendiri;
terminologi yang tidak umum harus dijelaskan kepada
remaja tersebut
 Penjelasan tentang sudut pandang remaja dan orang tua
sangat penting.

Berkomunikasi dengan Lansia


Proses komunikasi dengan lansia membutuhkan
perhatian khusus. Perawat harus waspada terhadap perubahan
fisik, psikologi, emosi dan sosial yang mempengaruhi pola
komunikasi. Perubahan yang berhubungan dengan umur dalam
sistem auditorius dapat mengakibatkan kerusakan
pendengaran. Perubahan pada telinga bagian dalam dan tengah
menghalangi lansia sehingga tidak toleran terhadap suara keras
dan dapat menyebabkan masalah yang berhubungan dengan
diskriminasi suara berfrekuensi tinggi dan rendah. Kerusakan
pada saraf optik akan menyebabkan terjadinya tinitus, suara
dengung yang konstan dalam telinga. Gangguan motor seperti
disartria akan mengganggu kejelasan pengucapan. Ketajaman
penglihatan dan akomodasi berubah sebagai bagian yang
normal dari proses penuaan. Proses ini mempengaruhi
komunikasi non-verbal ketika lansia tersebut mengalami
kesulitan dalam membedakan tulisan atau obyek yang serupa.
Kendala sosial seperti kehilangan pasangan atau hal-hal serupa
akan memungkinkan kerusakan komunikasi.
Secara umup prinsip berkomunikasi dengan lansia
adalah sebagai berikut :
 Menjaga agar tingkat kebisingan minimum
 Menjadi pendengar yang setia. Sediakan waktu untuk
mengobrol
 Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan
baik
 Bila dapat mendengar dengan satu telinga, bicara
dengan perlahan dan jelas pada telinga yang baik.
 Yakinkan bahwa kaca mata bersih dan pas
 Jangan berbicara dengan keras atau berteriak, bicara
langsung dengan telinga yang dapat mendengar dengan
lebih baik. Berdiri di depan klien.
 Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan
sederhana
 Beri kesempatan bagi klien untuk mengenang
 Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti
perkumpulan orang tua, kegiatan rohani
 Membuat rujukan pada terapi wicara dan kegiatan
sosial sesuai kebutuhan
 Berbicara pada tingkat pemahaman klien. Validasi
pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang
memerlukan jawaban “ya” atau “tidak”. Hinari
menanyakan “Anda mengerti?”
 Selalu menanyakan respon, terutama ketika
mengajarkan suatu tugas atau keahlian.
 Bila ia dapat membaca dan menulis, berikan
papan/buku dan pensil setiap waktu
 Kaji apakah ada sumbatan serumen yang mengganggu
pendengaran.

Berkomunikasi dengan Klien Tidak Sadar


Orang yang tidak sadar atau tidak responsif masih
dapat menerima rangsang. Pendengaran dianggap sebagai
sensari terakhir yang hilang dengan hilangnya kesadaran dan
menjadi pertama berfungsi pada waktu sadar. Oleh karena itu
perawat harus berhati-hati untuk tidak mengatakan sesuatu
pada klien yang tidak sadar atau pada jarak pendengaran.
Intervensi keperawatan penting lainnya meliputi berbicara
kepada klien ketika melakakukan prosedur perawatan,
menjelaskan prosedur, menyediakan informasi orientasi seperti
nama perawat, tempat, tanggal dan hari serta menghindari
percakapan di samping tempat tidur mengenai kondisi klien.

Berkomunikasi dengan klien yang cemas


Orang yang berani sekalipun dapat mengalami
kecemasan ketika menghadapi suasana ruang perawatan yang
asing baginya. Dalam salah satu penelitian, kecemasan klien
diukur dan ditemukan paling tinggi derajatnya dalam 24 jam
pertama. Dalam penelitian lain menemukan bahwa mayoritas
klien menyangkal pernyataan bahwa “Perawat
memberitahukan apa yang akan terjadi pada diri saya”.
Penyangkalan ini merupakan suatu upaya untuk menampik
bahwa telah terjadi kecemasan pada diri klien, karena dengan
penjelasan mengenai apa yang terjadi pada dirinya dapat
mengurangi kadar kecemasannya.
Perawat harus waspada terhadap kenyataan bahwa
kecemasan dan kesalahan informasi sebelumnya dapat
menghalangi pemahaman. Karena itu, pada akhir instruksi
harus disampaikan ringkasan hal-hal yang penting untuk
diketahui. Cara ini bukan saja menyegarkan ingatan klien
tentang semua kenyataan yang disebutkan tetapi juga
informasi tersebut lebih besar kemungkinannya untuk
“tertanam” jika diulangi. Kadang-kadang perawat perlu
menggunakan kata-kata yang lebih banyak daripada yang
diperlukan jika pengulangan dapat membuat pesan lebih
tertanam dalam ingatan klien. Misalkan saja kalimat “Ruang
pribadi, jangan masuk”. Istilah “ruang pribadi” sebenarnya
sudh cukup, dan frase “dilarang masuk” tampak berlebihan.
Namun kesemuanya dapat menguatkan pemahaman. Cara-cara
ini merupakan metode komunikasi yang lebih berhasil
ketimbang memberikan informasi singkat yang sekali saja.

Pertanyaan belajar :
Apapun kondisi klien, komunikai harus tetap terjadi antara
perawat dan klien.
1. Komunikasi
dengan klien yang dipasang ETT dapat dilakukan dengan
cara : ....................
2. Uraikan cara
komunikasi yang dapat dilakukan pada kelompok klien
berikut :
a. Bayi
b. Toddler
c. Usia sekolah
d. Remaja
e. Lanjut usia
f. Berkomunikasi dengan orang tidak sadar
g. Berkomunikasi dengan orang cemas
PENUTUP
Setiap aktivitas profesional perawat tidak bisa lepas
dari komunikasi. Dalam praktik perawat berkolaburasi dengan
klien dan tenaga kesehatan lain dalam membantu klien
mengatasi masalah kesehatan. Mempunyai kemampuan
melakukan komunikasi yang efektif dengan penuh empati
mutlak bagi seorang perawat. Oleh karena itu perawat perlu
meningkatkan kesadaran diri, memahami interaksi setiap ego
dan belajar terus-menerus untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi dalam kaitan meningkatkan kapabilitas
profesional.
Referensi :

Abraham, Charles; 1997; Psikologi Sosial untuk Perawat, alih


bahasa Leoni Sally Maitimu; EGC; Jakarta
Blais, Kathleen Koeing, et.al; 2002; Profesional Nursing
Practice; consepts and perspektif, 4th edition; Person
Education, Inc; New Jersey.
Carpenito, Lynda Juall; 1995; Nursing Diagnosis, Application
to Clinical Practice; J.B. Lippincott; Philadelphia
Carpenito, Lynda Juall; 1999; Handbook of Nursing
Diagnoses, 8/E; J.B. Lippincott; Philadelphia
........ . 2000; Komunikasi Interpersonal dalam Keperawatan,
Teori dan Praktik / editor, Roger B Ellis, Robert J Gates,
Neil Kenworth, alih bahasa Susi Purwoko; EGC; Jakarta
Kurzen, Corrine; 2001; Contemporary Practical/Vocational
Nursing, 4th ed; J.B. Lippincott; Philadelphia
Niven Neil; 1994; Health Psychology, An Introduction for
Nurses and Other Health Care Professionals, 2 ed;
Pearson Professional Limited, London
Potter, Patricia A dan Perry, Anne Griffin; 1997; Fundamental
of Nursing: Concepts, Process and Practice; Mosby.
Roper, Nancy; 1996; Prinsip-prinsip Keperawatan,
penterjemah Dr. Andry Hartono, D.A. Nutr; Andi;
Yogyakarta.
Strevens, P.J.M, et.al; 2000; Ilmu Keperawatan Jilid 1, ed.2,
Alih Bahasa J.A. T omasowa, EGC; Jakarta.
Wilkonson, Judith; 2001; Nursing Handbook with NIC
Intervention and NOC Outcome, 7th ed; Pearson
Education; New Jersey

Anda mungkin juga menyukai