Suprianto
Kata Pengantar
Persembahan
Karya ini kupersembahkan untuk para guru-guru kami atas
jasa-jasanya, kepada kedua orang tua, Yudan putraku dan
seluruh keluarga serta sejawat dosen dan staf eks. Program
Studi Keperawatan Anestesi Surabaya, Jurusan Keperawatan
Poltekkes Surabaya You’e a big my family
DAFTAR ISI
Halaman
Pendahuluan
Proses Komunikasi
Jenis Komunikasi
Komunikasi Terapeutik
Penutup
Pendahuluan
Manusia mempunyai suatu dorongan dari dalam
dirinya untuk saling berhubungan dengan sesamanya. Mereka
selalu bergaul dan secara terus-menerus mencari hubungan
antara sesama mereka. Demikian juga orang-orang yang telah
menarik dirinya dari pergaulan dengan orang-orang lain tetap
bersikap sebagaimana mereka telah mempelajarinya tentang
bergaul dengan orang lain.manusia saling tergantung
sesamanya, mereka saling membutuhkan untuk menjadi
manusia dan tetap sebagai manusia.
Sepanjang siklus kehidupan manusia, sesungguhnya
mereka melakukan komunikasi. Suatu keinginan kuat untuk
mengadakan kontak, mengarahkan bahwa manusia banyak
mempergunakan waktu dan tenaga untuk membantu dan
membina hubungan antar mereka. Daya tahan hidup seorang
bayi tergantung dari usahanya untuk mendapatkan perhatian
dari orang yang merawatnya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya. Keefektifan dan kebahagiaan orang dewasa
berhubungan langsung dengan kemampuannya untuk
membentuk hubungan-hubungan yang memuaskan. Jika
hubungan terputus atau menjadi sumber stress, pada
umumnya yang ditunjuk sebagai penyebab adalah komunikasi
yang buruk. “Saya tidak tahu harus bagaimana. Sepertinya ia
tidak ingin tahu apa yang saya sampaikan”. Karena itu
komuniasi tidak bisa dipisahkan dari setiap individu yang
hidup.
Seringkali masalah bukan berasal dari apa yang
dikomunikasikan, tetapi dari proses komunikasi itu sendiri.
“Bukan apa yang dikatakannya, tetapi cara dia
mengatakannyalah yang sangat berarti bagi saya”. Komunikasi
tidak hanya mengacu pada isi, tetapi juga pada perasaan dan
emosi individu yang menyampaikan hubungan. Kebisuan juga
merupakan sebuah makna komunikasi.
Komunikasi merupakan elemen dasar dari interaksi
manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan,
mempertahankan dan meningkatkan kontak dengan orang lain.
Mengabaikan orang lain dapat dikatakan sebagai
mengkomunikasikan sikap tidak bersahabat, ketegangan,
kesibukan dan kurang pengertian terhadap topik pembicaraan.
Komunikasi juga merupakan dasar bagi persepsi
seseorang, koordinasi interaksi, manajemen hubungan dengan
orang lain dan memudahkan merubah orang lain. Kadangkala
individu merasakan komunikasi menjadi tidak efektif karena
kesalahan dalam menafsirkan pesan yang diterimanya. Hal ini
disebabkan karena setiap manusia mempunyai keterbatasan
dalam menelaah komunikasi yang disampaikan. Kesalahan
dalam menafsirkan pesan ini bisa disebabkan karena persepsi
yang berbeda-beda.
Komunikasi dapat terjadi pada tingkat intrapersonal
dalam diri seseorang seperti halnya pada tingkat interpersonal
dan kelompok. Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi
yang anda lakukan pada diri sendiri, disebut juga dengan self
talk. Komunikasi intrapersonal dapat memengaruhi
kemampuan seseorang dalam memahami maksud orang lain.
Komunikasi berlangsung dalam tautan sosial yang
ditentukan oleh seperangkat aturan. Kebanyakan aturan ini
tidak dibicarakan dan merupakan hal yang khas bagi tiap
kelompok budaya masing-masing. Kelompok yang berbeda
menggunakan aturan yang berbeda untuk mengatur
komunikasi, demikian halnya profesi keperawatan.
Komunikasi adalah sebuah faktor yang paling penting yang
digunakan untuk menetapkan hubungan terapeutik antara
perawat dan klien. Proses komunikasi ditegakkan dengan suatu
hubungan saling percaya dengan klien dan orang-orang
terdekat.
Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih
bermakna karena merupakan metoda utama dalam
mengimplementasikan proses keperawatan. Keperawatan
didasarkan pada penetapan hubungan merawat dan membantu.
Hubungan ini adalah dasar dari interaksi perawat-klien untuk
menemukan dan membantu penyelesaian masalah. Perawat
yang berkomunikasi efektif akan dapat mengumpulkan data,
mengawali intervensi, mengevaluasi tujuan intervensi,
melakukan promosi kesehatan dan menghindari masalah-
masalah legal yang berhubungan dengan praktek keperawatan
secara lebih baik. Perawat mendengar, berbicara, bertindak
untuk menegosiasikan perubahan demi peningkatan kesehatan
klien.
Seorang perawat memerlukan pengetahuan mengenai
kegiatan komunikasi sebelum ia dapat membantu klien untuk
berkomunikasi. Oleh karena itu perawat memerlukan
kemampuan khusus yang salah satunya mencakup ketrampilan
dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perawat yang
memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak
saja akan mudah menjalin hubungan saling percaya dengan
klien, tetapi juga mampu mencegah terjadinya masalah legal,
memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan
keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta
cita tempat dia bekerja. Terlebih lagi adalah mampu
mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan
terhadap sesama manusia. Ketrampilan komunikasi yang baik
mutlak diperlukan dalam keperawatan, sebab bagaimana Anda
berkomunikasi mempengaruhi apa yang anda komunikasikan.
PENGERTIAN, MAKSUD DAN TUJUAN
KOMUNIKASI
Pengertian Komunikasi
Komunikasi dapat didefinisikan sebagai perubahan
informasi. Komunikasi adalah proses yang kompleks yang
melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan
individu berhubungan dengan orang lain dan lingkungan.
Istilah komunikasi mempunyai berbagai makna, tergantung
pada konteks dimana kata tersebut digunakan. Salah satu
diantaranya, komunikasi berarti pertukaran informasi antara 2
orang atau lebih, dengan kata lain pertukaran ide atau pikiran.
Komunikasi jenis ini menggunakan metode seperti bercakap-
cakap dan mendengarkan atau menulis dan membaca. Akan
tetapi, lukisan, sendratari, juga merupakan metode
komunikasi. Hal ini berarti bahwa pengungkapan pikiran tidak
hanya melalui bicara atau tulisan, tetapi juga bisa dengan
ekspresi dan gerakan tubuh.
Komunikasi dapat memiliki banyak makna bagi
seseorang lebih dari sekedar pertukaran ide atau pikiran.
Komunikasi dapat menjadi sarana pertukaran perasaan dan
sarana interaksi sosial. Sering terjadi, satu anggota keluarga
berpendapat bahwa tidak terjadi komunikasi diantara mereka.
Anak-anak mengeluh terjadi generation gap sehingga tidak
dapat saling memahami atau merasakan figur orang tua atau
orang berpengaruh yang lain. Kadang-kadang seorang perawat
berbicara tidak efektif tetapi jarang yang biasa disebut dengan
bedside manner. Maksud dari kalimat tersebut, kamunikasi
adalah terjadinya pertukaran informasi atau perasaan yang
berarti antara 2 orang atau lebih. Hal ini merupakan komponen
dasar interaksi manusia, termasuk perawat.
Pertanyaan Belajar :
1. Komunikasi berarti pertukaran informasi antara dua
orang atau lebih, yang dengan kata lain dapat dikatakan
sebagai sarana pertukaran :
a. ....................... atau ..............................
b. ..............................
c. ..............................
2. Selain bicara dan tulisan, pengungkapan pikiran dapat
dilakukan dengan :
a. ......................................
b. ......................................
3. Tujuan komunikasi adalah :
a. .......................................
b. .......................................
UNSUR-UNSUR DALAM KOMUNIKASI
Unit dasar komunikasi terdiri dari seorang
komunikator, komunikan dan sebuah pesan dalam konteks
tertentu. Ada empat variabel yang berinteraksi di dalam sebuah
komunikasi dan masing-masing berpengaruh pada arti sebuah
komunikasi.
Pesan
Komponen kedua dari proses komunikasi adalah pesan.
Pesan adalah informasi yang dikomunikasikan pada orang lain.
Pesan dapat berupa verbal, vokal, nonverbal atau kombinasi
dari ketiganya.
Pesan itu sendiri mungkin sejalan dengan maksud yang
diinginkan atau mungkin agak bervariasi dengan maksud
tersebut. Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan
adalah saluran (chanel) yang dapat mencapai beberapa indera
penerima. Isi komunikasi yang tidak disadari atau
tersembunyi merupakan bagian integral dan penting dari
keseluruhan. Oleh karenanya penting bagi media untuk
memastikan pesan dan seharusnya membantu membuat pesan
menjadi lebih jelas.
Bercakap-cakap dengan seseorang mungkin lebih
efektif dalam beberapa situasi daripada pesan melalui telepon
atau surat. Mencatat pesan pada kaset atau berkomunikasi
melalui radio atau televisi mungkin lebih tepat untuk audien
dalam jumlah besar. Komunikasi tertulis lebih tepat untuk
penjelasan atau komunikasi hal-hal yang perlu disimpan.
Komunikator Komunikan
pesan
decode (umpan balik) decode
a. Percakapan
Ketika mengirimkan pesan perawat
menggunakan kosa kata, tata bahasa, istilah
keperawatan dan medis, serta singkatan yang benar
saat berbicara. Percakapan yang jelas (menggunakan
ketrampilan vokal yang baik) dalam suara yang
menyenangkan, bahasa yang mudah dimengerti,
sederhana dan menjawab pertanyaan dengan jujur dan
menggunakan deskripsi yang tepat pada semua
pembicaraan menggambarkan pesan yang efektif.
Kata-kata yang digunakan dalam pembicaraan
harusnya yang dapat dipahami oleh lawan bicara.
Perawat mungkin memahami istilah medis, tetapi tidak
pada semua klien, sehingga penggunaan istilah itu
terkadang perlu ditambah pengertian yang sederhana.
Secara umum, agar pembicaraan mudah
dipahami, ikuti hal-hal sebagai berikut :
- Atur pikiran Anda sebelum berbicara
- Tetap berkonsentrasi selama berbicara
- Pertahankan nilai-nilai dan pendapat pribadi
ketika melakukan komunikasi
- Gunakan istilah teknis yang dipahami ketika
berkomunikasi dengan sejawat
- Berikan penjelasan yang lengkap dalam bahasa
klien sehingga ia bisa memahami
- Tanyakan pada lawan bicara apa pendapatnya
- Hindari menggunaan istilah yang
menimbulkana rasa kasih seperti sayang, yang, ma,
pa, honey dll ketika berbicara dengan klien dan
keluarga
- Hindari memperolok lawan bicara, khususnya
klien dan keluarga, bahkan walaupun bertujuan
untuk membangkitkan semangat
b. Tulisan
Pengiriman pesan tertulis dapat merupakan
bagian dari komunikasi verbal. Menulis pesan mungkin
kurang mengancam diri daripada berbicara langsung,
tetapi menulis memerlukan beberapa perhatian
sebagaimana berbicara. Menulis juga cara
mengkomunikasikan informasi yang berarti dalam
asuhan keperawatan, misalnya dalam pembuatan
rencana asuhan keperawatan, pencatatan tindakan
keperawatan model pencatatan lainnya
2. Penerimaan pesan
a. Membaca
Meskipun membaca tidak berhubungan
langsung dengan ketrampilan komunikasi, membaca
dapat memberikan informasi dan gagasan yang Anda
butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik.
Pendidikan Anda dari sekarang akan bergantung pada
seberapa baik dan apakah Anda membaca. Membaca
dibutuhkan dalam pendidikan dan pekerjaan Anda.
Mengembangkan kebiasaan membaca yang baik akan
membantu program pendidikan dan karier Anda
seluruhnya.
Seberapa baik Anda memahami apa yang Anda
baca tergantung perbendaharaan kosa kata yang Anda
kuasahi. Jika Anda mengetahui kata-kata, secara umum
Anda akan memahami apa yang dikatakan, tidak
mengetahui kata kunci dapat membuat pemahaman
kalimat menjadi rendah. Menguasahi perbendaharaan
kata adalah cara terbaik untuk memperbaiki
pemahaman. Perawat memerlukan 2 kosa kata, yang
masing-masing mempunyai kamus tersendiri; satu
untuk bahasa umum dan satunya adalah terminologi
medis
Pertanyaan Belajar :
1. Komunikasi merupakan interaksi antara komunikator
dan komunikan dan pesan yang ada dalam proses tersebut.
Agar komunikasi berjalan efektif maka :
a. Komunikator : ...................
b. Komunikan : ...................
c. Pesan : ...................
Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal atau oral adalah suatu pertukaran
informasi, ide atau perasaan yang diucapkan dengan
menggunakan kata-kata. Dalam penggunaan kata, terdapat
empat konsep terkait makna kata; (1) makna denotatif, (2)
makna konotatif, (3) makna pribadi dan (4) makna bersama.
Makna denotatif adalah makna kata yang biasanya digunakan
orang yang berbicara dengan bahasa umum. Makna konotatif
adalah makna kata yang berasal dari pengalaman pribadi
seseorang, misalnya kata cinta dapat memiliki makna yang
berbeda saat digunakan pada orang tua, anak, pasangan atau
kekasih atau untuk menggambarkan cita rasa makanan favorit,
benda-benda kesayangan seseorang. Makna pribadi adalah
makna yang dipegang oleh individu. Makna bersama adalah
pemahaman bersama akan kata atau kata-kata antara orang
yang mencoba berkomunikasi secara efektif.
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam
pelayanan keperawatan di rumah sakit pertukaran informasi
secara verbal, terutama pembicaraan dengan tatap muka.
Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu.
Komunikasi verbal sebagian besar dilakukan dengan
kesadaran penuh karena saat berkomunikasi orang memilih
kata-kata yang mereka gunakan. Komunikasi verbal
bergantung pada penguasaan bahasa. Penguasaan bahasa
termasuk kosakata dan tata bahasa. Kata adalah alat atau
simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan,
membangkitkan respon emosional atau menguraikan obyek,
observasi dan ingatan. Kata yang digunakan tiap individu
bervariasi menurut budaya, keadaan sosial ekonomi, usia dan
pendidikan. Karena faktor-faktor ini informasi dapat diberikan,
ide dapat dibahas dan perasaan diungkapkan dengan
menggunakan banyak kata yang berbeda. Akibatnya, terjadi
kemungkinan pertukaran ide yang tidak terhitung jumlahnya.
Banyak kata yang dapat digunakan untuk membuat pesan.
Disamping itu, perasaan dapat terbawa saat seseorang
berbicara.
Saat memilih kata-kata untuk disampaikan/ditulis,
perawat perlu mempertimbangkan (a) kecepatan dan intonasi,
(b) kesederhanaan, (c) kejelasan dan keringkasan, (d) waktu
dan relevansi, (e) kesesuaian, (f) kredibilitas, (g)
perbendaharaan kata, (h) arti denotatif dan konotatif, serta (i)
humor (Kozier et all, 2000).
menenangkannya.
b. Kesederhanaan
Kesederhanaan meliputi penggunaan kata-kata
hati-hati.
e. Kesesuaian
Menyampaikan pesan perlu menyesuaikan dengan
perilaku yang ditampakkan klien. Apa yang perawat
katakan dan bagaimana mengatakannya harus bersifat
individual dan dengan hati-hati. Keadaan ini memerlukan
pengkajian yang jeli dan sensitif bagi tugas perawat.
Sebagai contoh, seorang perawat yang biasanya tersenyum,
gembira dan menyapa kliennya dengan dengan antusias,
“Halo pak Sugeng?”, karena mengetahui bahwa kliennya
tidak tersenyum dan kelihatan sedih. Kondisi ini penting
bagi perawat untuk kemudian mengubah nada bicara dan
ekspresi wajahnya tertuju pada klien. Contoh lain adalah
ketika perawat memberikan pendidikan kesehatan. Ketika
klien tampak bingung setelah informasi diberikan, perawat
harus mengklarifikasi pemahaman mereka dengan
mengulang petunjuk atau mengatakan dengan orang lain.
f. Kredibilitas
Kredibilitas berarti dapat dipercaya, diyakini,
diandalkan dan sesuai. Kredibilitas merupakan kriteria
penting agar komuniksi menjadi efektif. Agar dipercaya
saat berkomunikasi, perawat harus konsisten, dapat
diandalkan dan jujur. Perawat harus memberikan informasi
yang akurat dan mau mengatakan saat ia tidak mengetahui
sesuatu atau tidak memiliki informasi. Akan lebih
dipercaya lagi jika perawat mengatakan,”Saya tidak tahu,
tapi saya akan mencari tahu untuk Anda,” dibandingkan
memberikan informasi yang tidak akurat yang harus
diperbaiki kemudian. Konsistensi penting saat
berkomunikasi untuk menghindari kebingungan atau salah
persepsi. Saat perawat konsisten dan akurat dalam
berkomunikasi, dia akan lebih dipercaya atau diandalkan.
g. Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil jika pengirim
pesan tidak mampu menterjemahkan kata dan ucapan.
Banyak istilah tehnis yang digunakan dalam keperawatan
dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien
dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti
petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan
pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada
mengatakan, “Tidur, saya akan mempalpasi heart rate
Anda”, akan lebih baik jika dikatakan, “Tidurlah,
sementara saya akan meraba denyut nadi di lengan Anda”.
i. Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa
membantu mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang
disebabkan oleh stress dan meningkatkan keberhasilan
perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap
klien. Penggunaan humor dapat menjadi sarana yang
positif dan ampuh dalam hubungan perawat klien, tetapi
harus digunakan dengan hati-hati. Humor dapat digunakan
untuk membantu klien menyesuaiakan diri dalam
mengatasi situasi yang sulit dan menyakitkan. Ekspresi
tertawa dapat menurunkan emosional dan fisik,
mengurangi ketegangan dengan memberikan penilaian
yang berbeda dan meningkatkan perasaat bugar. Sullivan
dan Deane (1988) melaporkan bahwa humor merangsang
produksi katekolamin dan hormon yang menimbulkan
perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit,
mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernafasan.
Tawa dapat melepaskan endorfin yang meningkatkan rasa
sejahtera. Akan tetapi perawat harus berhati-hati saat
menggunakan humor, terutama saat berkomunikasi dengan
orang-orang yang bahasa utamanya berbeda atau berasal
dari budaya yang berbeda. Suatu contoh, lelucon dapat
terasa lucu hanya saat digunakan dalam budaya tertentu;
lelucon dapat menyinggung atau tidak dipahami oleh
orang-orang dengan budaya yang berbeda. Humor bagi
perawat juga dapat digunakan untuk menutupi rasa takut
dan tidak enak atau menutupi ketidakmampuannya untuk
berkomunikasi dengan klien.
Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah pemindahan pesan tanpa
menggunakan kata-kata. Komunikasi nonverbal kadang-
kadang disebut dengan bahasa tubuh, yang meliputi sikap,
gerakan tubuh, sentuhan dan penampilan fisik termasuk cara
berdandan dan rias wajah. Komunikasi nonverbal merupakan
cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan
kepada orang lain. Komunikasi nonverbal sering
menggambarkan kepada orang lain apa yang dirasakan
daripada apa yang seharusnya dikatakan, sebab kontrol
perilaku nonverbal kurang disadari daripada perilaku verbal.
Komunikasi nonverbal dapat memperkuat atau
berlawanan dengan yang diucapkan. Sebagai contoh, jika
seorang perawat berkata kepada klien, “Saya senang duduk
disini dan sesekali bercerita dengan Anda”, akan tetapi masih
sebentar sudah memperhatikan jam. Tindakan ini berlawanan
dengan yang dikatakan. Klien lebih suka mempercayai
perilaku nonverbal, kemudian ia berkata, “Saya sangat sibuk
dan silakan ditinggal sendiri”.
Observasi dan interprestasi perilaku nonverbal klien
merupakan ketrampilan penting agar perawat berkembang.
Untuk dapat mengobservasi perilaku nonverbal secara efektif
perawat perlu melakukan pengkajian sistematis yang
menyeluruh, meliputi penampilan fisik, postur, ekspresi wajah
dan sikap. Kapan saja melakukan observasi, perawat perlu
berhati-hati dalam melakukan interprestasi, selalu
diklarifikasikan hasil observasi dengan klien.
Klien yang mengalami gangguan proses pikir seperti
pada skizofrenia mungkin mengalami kesulitan atau bahkan
tidak mungkin untuk mengungkapkan pengalamannya secara
verbal. Dalam kondisi seperti ini, perawat harus mampu
mengartikan perasaan atau emosi yang klien ekspresikan
secara nonverbal. Seorang perawat yang mengobservasi
dengan penuh perhatian sangat sering dapat merawat dengan
penuh perhatian pula dan diterima klien. Keadaan ini
mengawali untuk menegakkan hubungan saling percaya antara
perawat dan klien, bahkan pada klien yang mengalami
kesulitan komunikasi.
Komunikasi nonverbal mempunyai arti yang luas
dengan perbedaan budaya. Tersenyum dan jabat tangan dalam
budaya yang berbeda dapat berarti berbeda pula. Sebagai
contoh, pada orang Hispanik, senyum dan jabat tangan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari interaksi dan
penting untuk menegakkan rasa saling percaya. Hal yang sama
pada orang Rusia dipersepsikan sebagai hal yang sembrono
dan kurang ajar.
Perawat tidak dapat selalu percaya dengan interprestasi
ekspresi perasaan nonverbal. Perasaan yang sama dapat
diekspresikan dalam banyak cara secara nonverbal, bahkan
dalam kelompok budaya yang berbeda. Sebagai contoh, marah
dapat disampaikan dengan agresif (menyerang) atau gerakan
tubuh yang berlebihan bahkan dengan diam membisu. Dalam
beberapa budaya, tersenyum dapat digunakan untuk
menyembunyikan kemarahan. Oleh karena itu, interprestasi
seperti hal-hal di atas membutuhkan validasi dari klien.
Sebagai contoh, perawat bertanya, “Anda nampak seperti baru
menangis. Adakah sesuatu yang mengganggu Anda?”
Perawat perlu menyadari pesan verbal dan nonverbal
yang disampaikan klien mulai dari pengkajian sampai evaluasi
asuhan keperawatan, karena isyarat nonverbal menambah arti
pesan verbal. Perawat mendeteksi suatu kondisi dan
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Komunikasi
nonverbal teramati pada:
a. Penampilan
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal
pertama yang diperhatikan selama komunikasi
interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik
sampai 4 menit pertama. Sebanyak 84% dari kesan
terhadap seseorang berdasarkan penampilannya.
Pakaian dan dandanan dapat menjadi sumber
informasi tentang seseorang. Bentuk fisik, cara berpakaian
dan berdandan dapat menggambarkan status sosial dan
ekonomi, kepribadian, pekerjaan, budaya, agama,
organisasi dan konsep diri seseorang. Sebagai contoh,
dokter, perawat atau ahli terapi dapat memakai jas
laboratorium, bukan pakaian bisnis; adminstratur dapat
memakai setelan; asisten perawat dan petugas makanan
dapat memakai seragam yang dibutuhkan atau baju
pelapis. Keluwesan dan pesona dapat dilihat dari hiasan
yang dipakai atau dapat digunakan untuk tujuan proteksi
kesehatan. Perhiasan juga dapat memberikan informasi
mengenai seseorang. Perawat sering memakai pin atau
lencana lain yang menunjukkan posisi atau prest
Bagaimana seseorang berpakaian sering merupakan
indikator bagaimana perasaannya. Seseorang yang lelah
atau sakit mungkin tidak mempunyai energi atau hasrat
untuk mempertahankan kerapiannya. Saat melihat
seseorang tidak tampil rapi dalam berpakaian, perawat
dapat menduga adanya kehilangan harga diri atau sakit.
Perawat harus memastikan data nonverbal yang dilihatnya
dengan menanyakan pada klien. Pada klien dengan
penyakit akut di rumah sakit atau unit rawat inap lainnya,
perubahan dalam kebiasaan berdandan dapat menunjukkan
bahwa klien merasa lebih baik. Orang laki-laki mungkin
meminta alat cukur, sementara wanita meminta sampo atau
beberapa make-up.
Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya
dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif.
Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien
terhadap asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap
klien mempunyai pengharapan bagaimana penampilan
seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya
mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan
lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya
terhadap klien jika perawat tidak memenuhi pengharapan
klien.
b. Postur dan Cara berjalan
Cara seseorang melangkah dan membawa dirinya
sering dipercaya menunjukkan konsep diri, mood dan
kebugaran yang dialaminya. Postur yang tegak dan aktif
menunjukkan seseorang merasa bugar. Postur
membungkuk dan berjalan pelan-pelan, melangkah dengan
kaki diseret mengesankan adanya depresi atau
ketidaknyamanan fisik. Postur tegang dan berjalan cepat
menunjukkan marah atau cemas. Postur seseorang saat
duduk atau berbaring dapat juga menggambarkan perasaan
atau mood. Perawat dapat mengumpulkan informasi yang
bermanfaat dengan mengamati postur dan cara berjalan
klien. Cara berjalan dapat dipengaruhi oleh faktor fisik,
seperti rasa sakit, obat atau fraktur. Sekali lagi, perawat
memastikan arti perilaku yang diobservasi dengan
menjelaskan pada klien apa yang perawat saksikan dan
kemudian menanyakan apa arti dari hal itu atau apakah
benar interprestasi perawat. “Anda kelihatan sungguh
sangat susah untuk bergerak. Saya berpikir bagaimana
sakitnya Anda dan jika mungkin Anda memerlukan sesuatu
untuk membuat Anda merasa lebih baik?”
c. Sentuhan
Kasih sayang, dukungan emosional dan perhatian
disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan
bagian penting dalam hubungan perawat-klien, namun
harus memperhatikan norma sosial. Ketika memberikan
asuhan keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti
ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik atau
membantu mengenakan pakaian. Perlu disadari bahwa
keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat
untuk melakukan kontak personal sehingga sulit untuk
menghindari sentuhan. Walaupun sentuhan banyak
bermanfaat ketika membantu klien, tetapi perlu
diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat
dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga harus
dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati.
d. Ekspresi Wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan terdapat 6
keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah,
yaitu terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih.
Meskipun wajah dapat mengekspresikan emosi yang
sesungguhnya dari seseorang, ia mungkin juga dapat
mengontrol otot-otot wajah sehingga emosi yang
ditampakkan tidak merefleksikan apa yang dirasakan.
Ketika menerima pesan yang tidak jelas, mendapatkan
umpan balik dengan meyakinkan maksud dari apa yang
diekspresikan merupakan hal yang penting. Banyak
ekspresi wajah membawa arti yang universal. Tersenyum
mengekspresikan kegembiraan. Jijik diekspresikan dengan
mulut dipalingkan ke bawah, kepala dimiringkan ke
belakang dan mata diarahkan dibawah hidung. Satu
ekspresi tidak dapat diartikan secara benar tanpa
memperhatikan isyarat fisik yang lain pada saat peristiwa
itu terjadi, ekspresi yang lain dan latar belakang budaya
klien.
Perawat harus sadar ekspresi dirinya sendiri dan
apakah ekspresi itu disampaikan pada orang lain. Klien
segera memperhatikan ekspresi wajah perawat, terutama
ketika kien merasa tidak percaya atau tidak senang. Klien
yang menanyakan kepada perawat tentang
kekhawatirannya terhadap hasil diagnostik akan
mengamati apakah perawat mempertahankan kontak mata
atau memalingkan muka saat menjawab. Klien yang telah
menjalani operasi akan memeriksa tanda-tanda jijik dari
wajah perawat. Ada kemungkinan untuk mengontrol
semua ekspresi wajah, tetapi perawat harus belajar untuk
mengontrol perasaannya terhadap ekspresi seperti takut
atau jijik dalam beberapa keadaan.
Kontak mata adalah elemen komunikasi wajah lain
yang penting dalam komunikasi intrapersonal. Orang yang
mempertahankan kontak mata selama pembicaraan sering
diartikan sebagai orang yang dapat dipercaya dan
memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Dalam
beberapa budaya, saling kontak mata berarti penghargaan
pada orang lain dan kesediaan untuk mempertahankan
komunikasi. Seringkali seseorang mengawali kontak mata
dengan melihat sekilas kepada orang lain, melihat
keinginan orang lain untuk berkomunikasi. Seseorang yang
merasa lemah atau tidak berdaya sering menghindari
kontak mata, sehingga komunikasi tidak dapat sejalan atau
terlalu didoninasi seseorang.
Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah
ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu
ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak
tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan
dalam keadaan sejajar.
e. Intonasi
Intonasi pembicaraan mempunyai dampak yang
besar terhadap arti pesan yang dikirim, karena emosi
seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada
suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika
sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk
menyamakan rasa tertarik yang tulus terhadap klien dapat
terhalangi oleh nada suara perawat.
f. Isyarat
Isyarat tangan dan tubuh dapat menekankan dan
memperjelas pengucapan atau dapat terjadi tanpa kata-kata
untuk menyatakan perasaan tertentu atau untuk
menyampaikan suatu tanda. Seorang ayah menanti
informasi tentang anak perempuannya yang sedang operasi
mungkin meremas-remas tangannya, menepuk-tepuk
pahanya, mengorek-korek kukunya atau mondar-mandir
dan lainnya. Isyarat dapat lebih jelas menunjukkan ukuran
atau bentuk suatu benda.
Orang yang mempunyai masalah komunikasi
seperti tuli, tangan sangat berarti dalam komunikasi.
Banyak orang yang tuli belajar bahasa sandi. Orang sakit
yang tidak mampu menjawab secara verbal dapat
memikirkan untuk menggunakan tangan sebagai sistem
komunikasi. Simbul-simbul lain dapat dipikirkan untuk
digunakan oleh perawat dan klien untuk menyatakan arti
yang lain.
Pertanyaan Belajar :
Amati gaya komunikasi Anda. Dari apa yang biasa anda
lakukan saat berkomunikasi, identifikasi faktor-faktor yang
terkait dengan pelaksanaan komunikasi verbal dan nonverbal,
uraikan jawaban anda
PRINSIP-PRINSIP DALAM KOMUNIKASI
Watzlawick et al (1967) menguraikan 4 prinsip dasar
komunikasi sebagai berikut :
1. Seseorang tidak bisa tidak berkomunikasi.
Manusia selalu berkomunikasi dengan orang lain,
meskipun ini untuk sikap mereka sendiri. Semua
perilaku mempunyai sebuah pesan, seperti halnya kata-
kata atau sikap tubuh. Tidak berkata atau bertindak
apapun itu sendiri sudah merupakan sebuah pesan.
Tidak tersenyum adalah sebuah pesan yang sama
kuatnya seperti sebuah senyuman. Dalam pandangan
ini komunikasi bisa dibedakan menjadi komunikasi
bermaksud dan yang tidak bermaksud. Komunikasi
bermaksud sebagai contohnya jika kita akan
menanyakan sesuatu pada seseorang, atau akan
memulai suatu pembicaraan. Contoh lain adalah jika
seseorang sangat mengkonsentrasikan diri dalam
melakukan suatu aktivitas dan tidak melihat bahwa
seorang lain sedang memperhatikannya. Sedangkan
komunikasi tidak bermaksud adalah berhubungan erat
antara komunikasi yang diinginkan dan yang tidak
diinginkannya, maupun komunikasi secara sadar dan
secara tidak sadar.
2. Setiap komunikasi mempunyai sebuah isi dan
aspek hubungan dimana yang berikutnya
mengklarifikasi yang sebelumnya dan karenanya ada
sebuah metakomunikasi. Terdapat dua aspek dalam
komunikasi, yaitu verbal dan nonverbal yang kadang-
kadang terdapat ketidaksesuaian antara pesan verbal
dan nonverbal, seperti ketika seseorang yang ditanya
tentang begaimana perasaannya dan menjawab ia baik-
baik saja tetapi mengangkat bahu dan memalingkan
wajah. Ketika klien berkata, “Saya tidak mau minum
obat”, dan perawat menjawab, “Anda harus
meminumnya, ini perintah dokter”, maka kalimat
terakhir itu merupakan metakomunikasi, yaitu perilaku
yang mengacu pada komunikasi itu sendiri.
Metakomunikasi dapat juga menjadi sebuah penguatan.
Ini sering dilakukan oleh perawat. Contoh lain dari
meta komunikasi adalah tindakan menyilangkan jari-
jari di belakang punggung ketika seseorang berbohong.
Di sini, pesan nonverbalnya tidak akan terlalu
menyolok bagi orang kedua.
3. Sebuah seri komunikasi dapat dilihat sebagai
sebuah seri pembicaraan yang tidak terputus. Tidak
jelas mana awal dan mana akhir dari sebuah seri
pembicaraan. Setiap komunikasi antara dua orang
mempunyai masa lampau dan masa depan sendiri dan
dipengaruhi oleh totalitas pengalaman masa lampau
dari masing masing pihak. Pengalaman masa lampau
yang menyakitkan dapat membentuk sebuah pola
dimana ia tidak mau memperdulikan si penyerang,
selanjutnya si penyerangpun akan bersikap sama
sehingga situasi tersebut menjadi reaksi rantai
komunikasi yang tidak sehat.
4. Semua hubungan komunikasi adalah simetris
atau komplementer tergantung pada apakah mereka
didasarkan pada kesetaraan atau tidak. Pada dua
orang yang setara, kemungkinan besar interaksi
menjadi simetris. Dengan adanya perbedaan status atau
kekuasaan di antara dua orang, misalnya dosen dengan
mahasiswa, perawat-klien, hubungan komplementer
(yang satu superior dari yang lain) akan mempengaruhi
komunikasi di antara mereka.
Pertanyaan belajar :
1. Sebutkan 2 dari 4 prinsip komunikasi. Jelaskan
ke-2 prinsip itu dan beri contoh aplikasinya
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES
KOMUNIKASI
Banyak faktor yang mempengaruhi proses komunikasi.
Beberapa diantaranya adalah perkembangan, jenis kelamin,
keyakinan dan persepsi, teritorial, jarak personal, peran dan
hubungan, lingkungan, kongruen dan sikap interpersonal.
1. Perkembangan
Perkembangan bahasa, psikososial dan intelektual
terjadi sepanjang proses kehidupan. Pengetahuan terhadap
tingkat perkembangan klien akan membantu perawat
memodifikasi bagaiama ia melakukan komunikasi yang
tepat. Sebagian besar anak-anak lahir dengan mekanisme
fisik dan kapasitas untuk mengembangkan kemampuan
berbicara dan berbahasa. Tingkat perkembangan berbicara
bervariasi dan secara langsung berhubungan dengan
perkembangan neurologi dan intelektual. Lingkungan
mempengaruhi kemampuan anak untuk berkomunikasi.
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan anak-
anak, perawat harus memahami pengaruh perkembangan
bahasa dan proses berpikir anak. Menggunakan boneka
dan permainan dengan bahasa sederhana mungkin dapat
membantu menjelaskan suatu prosedur pada anak usia 8
tahun-an. Semakin dewasa, klien membutuhkan penjelasan
yang lebih detil tentang prosedur dan pada klien usia lanjut
yang telah banyak menerima pelayanan kesehatan
sehingga akan mempengaruhi pemahaman mereka tentang
prosedur yang diberikan padanya. Dengan adanya
penurunan penglihatan dan pendengaran juga akan
mempengaruhi interaksi perawat-klien.
2. Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi proses
komunikasi. Pria dan wanita memiliki gaya komunikasi
yang berbeda dan satu sama lain saling mempengaruhi
proses komunikasi. Anak wanita menggunakan bahasa
untuk mencari konfirmasi, meminimalkan perbedaan dan
menguatkan keintiman, sebaliknya anak laki-laki
menggunakan bahasa untuk menetapkan kebebasan dan
menegosiasikan aktivitas status dalam kelompok yang
besar. Saat dewasa, pria dan wanita memiliki kesan yang
sama sekali berbeda mengenai perbincangan yang sama.
Wanita lebih mencari hubungan dan persahabatan dengan
yang lain sedangkan pria untuk menyelesaikan tugas dan
mencari kebebasan serta status.
4. Teritorial
Teritorial adalah suatu konsep tentang ruang dan
benda-benda yang oleh individu dirasakan sebagai
miliknya atau mempunyai keterkaitan dengan dirinya.
Teritorial menetapkan makna dari hak seseorang pada
suatu area dan sekitarnya. Wilayah yang dikuasai mungkin
terlihat oleh orang lain. Sebagai contoh, klien di rumah
sakit sering menganggap wilayahnya sampai ujung tempat
tidur atau dinding ruang yang ditempatinya. Teritorial
sangat penting karena membuat orang merasa memiliki
identitas, keamanan dan kontrol. Seseorang merasa
terancam ketika orang lain memasuki teritorialnya karena
hal tersebut mengganggu homeostasis psikologis,
menimbulkan kecemasan dan memunculkan perasaan
kehilangan kontrol. Oleh karena itu perawat perlu meminta
ijin dari klien untuk memindahkan, menata kembali atau
membawa benda-benda dalam area rumah sakit yang disitu
ada klien.
5. Jarak Personal
Jarak personal adalah jarak yang disukai orang
untuk berkomunikasi. Hall (1969) mengemukakan istilah
proksemik, yaitu ilmu yang mempelajari penggunaan
ruang dalam hubungan interpersonal atau jarak antar
komunikator. Dalam interaksi sosial, orang secara sadar
mempertahankan jarak antar mereka sendiri. Ruang pribadi
adalah gelembung yang tidak tampak dan dapat berpindah
mengikuti orang tersebut. Perawat sering bekerja dengan
klien dalam situasi dimana ruang menjadi sangat penting.
Dengan sentuhan, jarak yang memisahkan perawat dengan
klien hanya dibatasi oleh situasi dan budaya. Hall
membedakan menjadi empat ruang di dalam
berkomunikasi. Jarak atau ruang intim adalah area 20cm
dimana orang saling bersentuhan atau kontak fisik.
Pengikatan secara fisik, resusitasi, menggendong bayi yang
sedang menangis dan tindakan invasi membutuhkan
ruangan yang intim. Klien sangat sensitif mengenai
bagaimana perawat menggunakan jarak.
Ketika jarak menjadi lebih besar, klien dan perawat
merasa semakin tenteram. Fleksibilitas lebih besar
dihasilkan ketika tidak diperlukan kontak intim. Duduk
dengan klien untuk melakukan wawancara, mendiskusikan
perasaan atau penyuluhan adalah contoh jarak personal
(20– 120 cm). Jika jarak fisik ditingkatkan, akan lebih
mundah bagi klien dan perawat untuk berkomunikasi
karena perawat menjadi tidak terlalu berperan. Jarak
sosial (1,2 – 3,6m) diperlukan ketika berhadapan dengan
suatu kelompok. Komunikasi pada jarak sosial tidak terlalu
mengancam jika dibandingkan komunikasi pada jarak
personal atau intim, karena saling berbagi pikiran secara
intim jarang terjadi. Jarak publik (> 3,6m) adalah jarak
yang dipertahankan untuk percakapan formal, misalnya
saat presentasi pada seminar atau kuliah.
7. Lingkungan
Orang biasanya berkomunikasi lebih efektif dalam
lingkungan yang nyaman. Suhu yang terlalu ekstrim, suara
gaduh dan ventilasi ruangan yang jelek dapat mengganggu
komunikasi. Kurangnya privacy mungkin juga
mengganggu dengan komunikasi klien terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan privacy klien. Sebagai contoh,
seorang klien yang merasa cemas tentang kemampuan
suaminya untuk merawat dirinya di rumah mungkin tidak
tepat untuk diajak berdiskusi masalah ini yang dapat
didengarkan oleh klien lain dalam ruangan. Lingkungan
yang kacau dapat mengganggu dan merusak komunikasi.
8. Keselarasan
Dalam komunikasi yang selaras, aspek pesan
verbal selaras dengan nonverbal. Klien lebih cepat
mempercayai perawat ketika mereka menerima
komunikasi perawat yang selaras. Hal ini dapat juga
membantu mencegah miskomunikasi. Keselarasan antara
ekspresi verbal dan nonverbal mudah dilihat oleh perawat
dan klien. Perawat diajari untuk mengkaji klien, tetapi
klien sering halnya seperti seorang ahli yang mampu
membaca bahasa tubuh atau ekspresi perawat. Jika ada
ketidakselarasan, bahasa tubuh atau komunikasi nonverbal
biasanya mempunyai kesamaan makna. Sebagai contoh,
ketika mengajari seorang klien bagaimana merawat
kolostomi, perawat mungkin berkata, “Anda tidak akan
mendapatkan masalah dengan hal ini,” tetapi jika perawat
terlihat jijik atau cemas saat berbicara, klien akan kurang
mempercayai kata-kata perawat.
9. Sikap Interpersonal
Sikap menyampaikan kepercayaan, pikiran dan
perasaan tentang sseorang atau kejadian. Sikap membuat
komunikasi lebih meyakinkan dan terjadi dengan cepat
dengan orang lain. Sikap seperti asuh, ramah, hormat dan
menerima membantu komunikasi sementara ramah pada
bawahan (kondensius), kurang minat dan dingin
menghambat komunikasi.
Asuh dan ramah menyampaikan suatu perasaan
kedekatan emosional, kontras pada suatu pendekatan
impersonal. Asuh lebih lama dan kuat dari ramah. Asuh
menyampaikan perhatian yang asli dan mendalam pada
seseorang, sementara ramah lebih pada persahabatan, yang
nampak pada senyum dan perhatian terhadap kenyamanan
fisik. Asuh meliputi pemberian perasaan, pikiran,
ketrampilan dan pengetahuan. Asuh membutuhkan energi
psikologis dan beresiko berimbas sedikit pada dirinya,
sekalipun bergitu dengan asuh, orang biasanya
memperoleh manfaat dari komunikasi dan pemahaman
yang lebih tinggi.
Hormat (respek) adalah suatu sikap yang
menekankan pada penghargaan seseorang pada orang lain
dan bersifat indidual. Respek dalam banyak cara
menyampaikan bahwa harapan dan perasaan seseorang
khusus dan unik meskipun mirip pada orang lain. Orang
mempunyai kebutuhan berbeda dari dan pada waktu yang
sama dengan orang lain. Menjadi terlalu berbeda dapat
terisolasi dan terancam. Seorang perawat memberikan
respek dengan bersedia mendengarkan apa yang orang lain
katakan, sekalipun perawat tidak setuju. Perawat dapat
belajar cara penerimaan situasi baru ketika perawat dengan
teliti mendengarkan perspektif dirinya terhadap orang lain.
Penerimaan tidak menekankan setuju atau tidak setuju.
Perawat dengan sepenuh hati menerima perasaan jujur
klien. Sikap menerima mengijinkan klien untuk
mengekspresikan perasaan seseorang secara bebas dan
menjadi dirinya sendiri. Perawat mungkin perlu membatasi
penerimaan dalam situasi dimana perilaku klien
membahayakan. Membantu klien untuk menemukan
perilaku yang sesuai pada perasaan sering merupakan
bagian dari penyuluhan klien.
MASALAH DAN HAMBATAN KOMUNIKASI DALAM
KEPERAWATAN
Keperawatan pada intinya adalah sebuah proses
interpersonal. Jika ini benar, maka perawat yang kompeten
harus menjadi komunikator yang efektif dan setiap perawat
mempunyai tanggung jawab untuk memperhatikan
perkembangannya sendiri dalam komunikasi. Ada empat
faktor utama yang menyumbang terjadinya masalah
komunikasi dalam keperawatan, yaitu :
kompetensi tercapai.
strategis.
berikut :
a. Membuat Streteotip
Contoh :
sesar.”
Contoh :
kliennya.”
c. Defensif
kelemahan personal.
Contoh :
satunya klien.”.
d. Menantang
Contoh :
Klien: “Saya merasa mual setelah menelan pil putih itu.”
e. Menyelidiki
Contoh :
Klien: “Saya mengebut sepanjang jalan dan tidak melihat
tanda berhenti.”
disini.”
f. Menguji
Contoh :
Contoh :
mengenai....”
sebutkan.”
istirahat.”
Contoh :
wanita lain?”
Contoh :
“Jangan khawatir.”
j. Memberi penilaian
Contoh :
Contoh :
rumah perawatan?”
kebutuhan sehari-hari.”
Pertanyaan belajar :
2. .............
3. ............
4. ............
1. ................
2. ................
3. ................
4. ...............
KOMUNIKASI KEPERAWATAN
dirinya.
1 2
diketahui oleh
orang lain
3 4
dikerahui oleh
orang lain
dikatakannya.
berbeda.
sementara itu.
Analisis Transaksi
Analisis transaksi merupakan kerangka kerja untuk
a. Orang Tua
Orang tua disetiap orang adalah sekumpulan
aturan dan instruksi yang diberikan orang tua atau
orang besar kepada seseorang yang pada saat itu masih
kecil atau selalu tergantung. Asumsi dibenak orang tua
adalah mereka selalu benar. Keadaan ego orang tua
mengacu pada ketika orang berperilaku, berpikir dan
merasa dengan cara-cara yang ia contoh dari orang
tuanya sendiri atau tokoh orang tua. Seseorang yang
pernah berbicara sendiri seperti “Perbuatan bodoh
melakukan itu” atau “Anda benar-benar tidak masuk
akal melakukannya”, berarti berperilaku sebagai orang
tua yang sedang melecehkan atau memuji anak.
Seseorang akan mewakili ego orang tua ketika
ia : menasehati, mengkritik, berdisiplin, berkotbah,
mendidik dan melindungi, membuat aturan dan
deregulasi, mengajar, menghakimi.
b. Dewasa
Dewasa merupakan bagian yang
mengambarkan sesuatu dengan mengkoleksi dan
melihat fakta suatu situasi. Keadaan ego orang dewasa
mengacu pada perilaku, pikiran dan perasaan yang
langsung dan berespon sesuai dengan saat ini dan
situasi ini. Orang dewasa mencari informasi,
menghormati orang lain dan bersikap konstruktif dan
nondogmatis.
Seseornag akan terlihat dewasa ketika :
menyimpan informasi, membuat rencana, mencari
alternatif, membuat keputusan, punya alasan,
mengingat informasi, membuat evaluasi, membuat
perkiraan dan menentukan batasan.
c. Anak
Anak terdiri dari rekaman informasi yang
disimpan di otak sejak lahir. Rekaman mencakup
semua dorongan ingin tahu, merasakan, menyentuh dan
mengalami dunia baru. Keadaan ego anak mengacu
pada sebuah perilaku, pikiran dan perasaan di masa
kanak-kanak yang dilakukan kembali. Perasaan
frustasi, bingung dan marah muncul ketika merasa
dilecehkan orang tua. Anak dibagi dua bagian, yaitu
anak pembebek dan anak bebas. Sifat anak pembebek
terlihat ketika seseorang mempunyai pola perilaku
yang otomatis meniru perilaku orang besar dalam
hidupnya. Sedangkan sifat anak bebas terlihat ketika
seseorang bersikap spontanitas tanpa terpengaruh
reaksi dari orang besar.
Ego anak akan terlihat ketika : takut, marah,
memberontak, ingin tahu, kreatif, percaya, cinta,
senang, agresif, gemar dan berwatak budak.
orang orang
tua S-2 tua
R-2
(S-R)1
saat ini”.
diharapkan.
Otoritatif Fasilitatif
- Preskriptif - Katarti
k
- Informatif
- Kataliti
- Konfrontatif
k
- Suporti
membutuhkannya.
5. Tujuan Interaksi
Apapun konteksnya, peran perawat mempunyai
banyak sisi. Setiap sisi dari peran tersebut membawa
tuntutan tersendiri pada perawat dan orang-orang yang
terlibat. Kiat keperawatan adalah peka pada apa yang
diperlukan dalam berbagai situasi dan memberikan respon
yang sesuai. Agar ada kejelasan dari tujuan interaksi, selain
teori-teori seperti analisis transaksional dan analisa enam
kategori intervensi, diperlukan ketrampilan interpersonal
untuk mendapatkan data dan informasi serta membuat
respon yang kompeten. Selain itu kemampuan menjalin
hubungan dengan orang lain yang didasarkan pada
kepekaan dan pengertian juga sangat diperlukan.
Interprestasi :
96 – 110 : Hampir setiap saat Anda mengkomunikasikan ide,
pendapat, perasaan dan harapan Anda secara terbuka dan
langsung. Gaya interaksi anda mempertahankan
penghormatan dan integritas. Anda mampu untuk
membawa bagaimana perilaku orang lain mempengaruhi
mempengaruhi anda. Maksud anda adalah untuk
menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan perlawanan.
Hasilnya adalah martabat, percaya diri dan hubungan
saling percaya.
81 – 95 : Gaya interaksi Anda sangat mirip dengan orang yang
skornya 96 – 110. Tantangannya adalah bagaimana anda
mampu mempertahankan gaya interaksi ini sementara
anda sedang marah atau stress. Ketika anda
mengkomunikasikan hal yang berbeda, anda mulai untuk
mengikis hubungan anda. Anda sering membangkitkan
dendam dan menghilangkan kepercayaan.
61 – 80 : Gaya interaksi anda bekerja untuk anda dalam
banyak situasi. Ketika anda mulai frustasi atau marah,
anda berkomunikasi dengan salah satu dari gaya berikut :
pasif, pasif agresif dan/atau agresif. Gaya perilaku ini
merusak hubungan saling percaya.
- Pasif : Anda tidak mengkomunikasikan ide,
pendapat, perasaan atau harapan anda dalam cara
yang dapat dipertanggungjawabkan ketika semuanya
itu terjadi. Tujuan anda tidak untuk memunculkan
konflik. Mempertahankan pendapat pribadi sulit
untuk membangun kepercayaan. Hasilnya adalah
kebencian pada diri sendiri dan orang lain yang
terlibat didalamnya.
- Pasif agesif : Komentar anda merendahkan diri
dan sarkastik. Perilaku seperti ini membingungkan
orang lain. Sekalipun orang lain mungkin tertawa,
mereka biasanya bertanya pada diri mereka sendiri,
apakah anda mengatakan yang sesungguhnya atau
tidak? Anda mungkin merasa lebih baik dalam
peristiwa ini tetapi anda masih tidak dapat
mengungkapkan perasaan tentang kebenaran atau
ketakutan. Ini bukan hubungan yang sehat.
- Agresif : interaksi anda bersifat diktaktorial dan
mengendalikan. Anda berfikir anda perlu untuk
menceritakan kepada orang lain apa yang dikerjakan
untuk mendapatkan hasil. Sebagian besar orang
bereaksi pada perintah anda. Mereka tidak merasa
dihargai atau diperhatikan. Perilaku ini merusak
kesehatan dan hubungan saling percaya.
Pertanyaan Belajar :
1. Untuk dapat memahami sejauh mana kesadaran diri
perawat, maka perawat arus bertanya kepada dirinya
sendiri :
a. .........................................
b. .........................................
2. Di dalam manusia terdapat ego anak, dewasa dan orang
tua yang akan terbawa dalam setiap interaksinya.
a. Dalam perkataan yang bagaimana dikatakan
anak, dewasa dan orang tua itu?
b. Buat contoh masing-masing 2 untuk setiap
pernyataan yang mencerminkan masing-masing ego
3. Yang dikatakan transaksi yang komplementer dalam
komunikasi adalah :
Transaksi komplementer diperlukan
agar ..............................
3. Perhatian
Perhatian adalah memiliki penghargaan positif
terhadap orang lain, merupakan dasar untuk hubungan
yang membantu. Sebagian besar klien secara langsung atau
tidak langsung menunjukkan keinginan untuk diperhatikan
pada waktu tertentu. Perawat menunjukkan perhatian
dengan menerima klien sebagaimana mereka a danya dan
menghargai mereka sebagai individu. Ketika klien merasa
diperhatikan, mereka merasa aman dari ancaman atau
situasi yang menyebabkan kecemasan. Perhatian juga
meningkatkan rasa percaya dan mengurangi kecemasan.
1. Fase Prainteraksi
Sebelum melakukan pertemuan pertama dengan
klien, perawat idealnya mencari informasi mengenai klien.
Informasi tersebut dapat meliputi riwayat keperawatan atau
medis, catatan perawatan mengenai catatan medis, atau
diskusi dengan perawat yang telah merawat sebelumnya.
Selama masa pengulangan ini, perawat berpikir mengenai
persoalan yang mungkin timbul. Misalnya, sebelum
melakukan hubungan dengan klien muda yang mengalami
gagal ginjal terminal, perawat memperhitungkan
bagaimana klien menyesuaikan diri dengan jadual
hemodialisa dan segala pembatasan yang diberikan.
Fase prainteraksi adalah waktu dimana perawat
merencanakan pendekatan. Proses ini membantu
menghindari terjadinya stereotip pada klien dan dan
membantu perawat untuk berpikir mengenai nilai atau
perasaan pribadi. Peserta didik keperawatan tingkat awal
harus mencari bantuan dari instruktur jika kecemasan
meningkat.
Langkah akhir dari fase prainteraksi adalah untuk
menentukan lokasi dan menetapkan kapan pertemuan
dengan klien dilakukan pertama kali. Lingkungan yang
nyaman, tersendiri dan menarik akan mempercepat
interaksi interpersonal. Perawat juga harus menyediakan
waktu yang cukup untuk diskusi.
2. Fase Orientasi
Fase orientasi dimulai ketika perawat dan klien
bertemu untuk pertama kalinya. Fase ini menentukan
bagaimana hubungan perawat-klien selanjutnya. Fase
interaksi sangat penting dan seringkali ditandai dengan
ketidakpastian dan eksplorasi.
Selama pertemuan pertama, kedua belah pihak
secara akrab saling mengkaji. Perawat dan klien membuat
kesimpulan dan penilaian atas tingkah laku masing-
masing. Komunikasi terapeutik akan menjadi efektif jika
perawat tulus, penuh empati dan perhatian.
Perawat dan klien bertemu dan saling mengenal
nama. Sangat bijak untuk menyebutkan klien secara formal
dengan menggunakan nama keluarga; misalnya perawat
dapat mengatakan, “Selamat pagi bapak Yudi, Saya nona
Yurika. Saya perawat mahasiswa yang ditugaskan untuk
merawat Anda hari ini”. Ketika hubungan terapeutik
dikembangkan, klien akan meminta perawat untuk menjadi
lebih santai. Kegagalan untuk memperkenalkan diri dapat
menyebabkan ketidakpastian karena klien sering kali
menemui banyak personel ketika melakukan perawatan
kesehatan.
Pada awal hubungan, tidak seorangpun dapat
merasakan keunikan orang lain. Perawat menerima
seseorang yang memiliki masalah yang berhubungan
dengan kesehatan. Klien menerima perawat sebagai salah
seorang dari ahli perawatan kesehatan yang bertugas untuk
membantu. Ikut dalam interaksi sosial akan membantu
perawat dan klien menjadi lebih santai. Contoh berikut
menunjukkan komunikasi untuk membuat klien menjadi
santai.
Perawat : Hari ini benar-benar menyenangkan Ibu
Hani.
Klien : Ya memang. Jika saya ada di rumah dan
merasa sehat, saya akan berkebun di pekarangan saya.
Perawat : Anda suka berkebun? Tanaman apa yang
suka Anda tanam?
Klien : Apa saja. Kalau musim sekarang ini ada
jagung, kacang panjang dan timun.
Perawat mengarahkan percakapan sehingga ia dan
ibu Hani merasa santai. Dengan segera mengarahkan pada
diskusi yang berorientasi ketika klien merasa nyaman tidak
akan membawa hasil apapun. Perawat dan klien dapat
memahami satu sama lain dan mulai membangun
hubungan yang bermakna jika interaksi sosial diarahkan
dengan benar.
Pengujian. Klien seringkali menguji perawat
selama fase orientasi. Hal ini disebabkan oleh kesulitan
klien dalam memahami kebutuhan untuk dibantu,
ketakutan untuk mengekspresikan perasaan yang
sesungguhnya dan kecemasan yang lebih besar daripada
keinginan untuk berubah. Perawat yang sadar akan apa
yang menjadi ketakutan klien harus menunjukkan rasa
percaya diri dan kemampuannya. Perawat tidak harus
bersikap terbuka dan ingin tahu tentang masalah klien.
Klien mungkin akan menjadi diam untuk menghindari
komunikasi. Perawat dapat menunjukkan keinginan untuk
membantu dengan menjelaskan tindakan yang diambil.
Membangun kepercayaan. Kepercayaan adalah
menyandarkan sesuatu kepada seseorang tanpa merasa
ragu atau bertanya-tanya. Percaya diri, mandiri,
kerahasiaan dan kredibilitas adalah hasil dari hubungan
yang saling mempercayai. Tidak mudah bagi klien untuk
merasakan adanya kebutuhan memerlukan bantuan atau
untuk memintanya. Seringkali klien mempercayai perawat
namun tidak sanggup untuk meminta bantuan.
Kepercayaan menyediakan dasar untuk komunikasi efektif
ketika masing-masing individu menjadi lebih terbuka dan
mengekspresikan perasaan dan pemikirannya.
Mempercayai seseorang memiliki resiko. Ketika
klien mulai membagi perasaan dan sikapnya dengan
perawat, mereka menjadi mudah dikritik. Klien harus
menjadi nyaman dalam mengungkapkan informasi pribadi.
Perawat yang tidak merasa nyaman dengan klien akan
memilik metode superfisial untuk membangun rasa
percaya; berbagi rahasia, menceritakan lelucon pribadi
atau mendorong klien untuk membangun hubungan yang
berdasarkan penyebutan dengan nama panggilan. Beberapa
klien dapat menerima perilaku ini, namun orang lain
mungkin keberatan diberlakukan berbeda. Mereka
bukannya menikmati perhatian ekstra dari perawat, malah
menjadi tidak percaya.
Perhatian yang tulus adalah metode yang kuat
untuk mendapatkan keperacayaan. Perawat menunjukkan
sensitifitas dan memahami kebutuhan klien. Menunjukkan
perhatian adalah salah satu cara untuk menetapkan rasa
percaya. Dengan menunjukkan perhatian, perawat
mendorong pertumbuhan dan perkembangan klien.
Mengidentifikasi Masalah dan Keberhasilan.
Dalam pertemuan pertama, perawat mulai mengkaji status
kesehatan klien. Melalui observasi dan interaksi, perawat
mulai membuat kesimpulan diagnosa. Masalah kesehatan
klien mungkin sederhana, seperti tidak dapat bergerak
dengan nyaman, kurang tidur atau masalah penurunan
nafsu makan. Hubungan dengan klien akan menguat jika
perawat mengetahui masalah klien yang penting. Selama
masal orientasi, perawat menggunakan tehnik komunikasi
yang dapat mengarahkan klien pada kewaspadaan masalah,
memfokuskan pada inti permasalahan dan mengkaji solusi
yang tepat. Setelah mengidentifikasi masalah, perawat dan
klien bersama-sama menentukan tujuan. Ketika klien telah
mampu turut serta dalam penyusunan tujuan dan melihat
keuntungan yang intervensi akan menjadi lebih efektif.
Identifikasi masalah dilakukan dengan tehnik
mendengar dengan penuh perhatian, pertanyaan yang tidak
terbatas, parafrase dan penjelasan. Pada awalnya perawat
menghindari pengidentifikasian sejumlah besar masalah
aktual ataupun potensial. Melomtarkan terlalu banyak
pertanyaan kepada klien mengakibatkan kepenatan fisik
dan emosional. Membatasi identifikasi masalah akan
membuat klien memahami peraturan klien dan perawat.
Menjelaskan Peran. Setelah hubungan yang
membantu dimulai, peran harus ditetapkan. Hal ini terjadi
melalui pertukaran informasi, meliputi kebutuhan
mendesak klien, persepsi klien terhadap kebutuhan
tersebut, pengukuran asuhan keperawatan yang harus
diadakan dan langkah untuk menjamin partisipasi klien
dalam perawatan. Perawat mengambil inisiatif dalam
menentukan sudut pandang klien. Klien bertindak sebagai
penerima perawatan, namun juga memegang peran sebagai
partisipan dalam perawatan dirinya.
Menetapkan Kontrak. Setelah tujuan dan peran
didefinisikan dengan dengan jelas, perawat dapat
menetapkan kontrak dengan klien. Fase ini membutuhkan
komunikasi verbal. Elemen kontrak meliputi lokasi,
frekuensi, panjangnya kontrak dan lamanya hubungan
berlangsung. Perawat seharusnya tidak melakukan kontrak
terlalu formal dengan klien, tetapi yang penting garis
besarnya saja. Perhatikan contoh berikut. Perawat : “Bu
Ilod, saya akan ke rumah Anda setiap hari selama 3 hari
mulai lusa. Setelah kita berlatih bersama mengenai
ketrampilan Anda, saya ingin Anda mau melakukannya
sendiri sesering mungkin tanpa menimbulkan rasa sakit
atau lemas.
Pemberitahuan kepada klien tentang kapan
hubungan diakhiri juga penting. Hal ini tidak selalu terjadi,
misalnya pemindahan ruang rawat bukan pada saat shift
Anda. jika hubungan tersebut berhasil perawat dan klien
sering kali berbagi rasa hormat dan perhatian. Semakin
dekat hubungan, semakin sulit mengakhiri hubungan.
Perawat mahasiswa seringkali menghabiskan waktu hanya
dengan satu atau dua klien, sehingga terjadi hubungan
yang akrab. Pengakhiran yang tidak direncanakan
seringkali dapat membuat klien merasa kecewa atau
marah.
3. Fase Bekerja
Pada fase ini perawat berupaya untuk mencapai
tujuan selama fase orientasi. Perawat dan klien bekerja
bersama. Hubungan berkembang dan menjadi lebih
fleksibel ketika klien dan perawat memiliki keinginan
untuk berbagi perasaan dan mendiskusikan masalah.
Perawat mendorong ekspresi perasaan klien secara
terbuka. Hal ini mungkin dapat dicapai dengan cara
mendengarkan. Jika klien tidak terbiasa berbagi perasaan,
perawat harus sabar dan penuh pemahaman. Empati dan
penghargaan perawat akan membantu menelusiri perasaan
dan pikiran klien yang sesungguhnya.
Ketika hubungan berkembang, klien ikut serta
dalam eksplorasi diri yang lebih terbuka dan dapat dengan
lebih baik mendiskusikan masalah dengan lebih relevan.
Perawat membantu klien untuk memahami perasaannya
sehingga terjadi perubahan dapat terjadi jika diperlukan.
jika fase ini berhasil, klien dapat bertindak berdasarkan ide
dan perasaan. Hal ini sering melibatkan resiko dan perawat
harus tetap bersifat suportif. Keinginan apapun untuk
melakukan perubahan harus dilakukan dalam batas
kemampuan klien. Perawat harus mendukung meskipun
perkembangannya sangat kecil.
Untuk dapat meningkatkan pertumbuhan klien,
dapat dilakukan dengan beberapa cara yang meliputi
konfrontasi, kesiapan dan pemaparan diri.
Konfrontasi. Perawat membuat klien menyadari
inkonsistensi dalam tingkah laku atau pemikiran yang
berhubungan dengan pemahaman diri. Tehnik ini
membantu klien mengenali pertumbuhan atau berhadapan
dengan hal-hal penting.
Kesiapan. Perawat memfokuskan interaksi pada situasi
sekarang antara perawat dan klien. Klien belajar untuk
memahami bagaimana mereka berinteraksi dengan orang
lain. Hal ini meliputi menarik perhatian pada tingkah laku
atau pernyataan klien.
Pemaparan diri. Perawat menunjukkan pengalaman,
pemikiran, ide, nilai atau perasaan personal dalam konteks
hubungan. Hal ini bukan terapi untuk perawat, tetapi
menunjukkan kepada klien bahwa pengalaman mereka
dapat dipahami.
Memadukan komunikasi dengan tindakan
keperawatan. Tindakan keperawatan dapat secara umum
dibagi ke dalam empat kelompok: fisiologis, psikologis,
spiritual dan sosial ekonomi. Tindakan fisiologis yang
menyertai kebutuhan fisik klien seperti nutrisi, eliminasi
dan kenyamanan memiliki visibilitas tinggi. Sebagian
besar tindakan fisiologis bersifat non-verbal dan dilakukan
secara rutin. Secara tradisional, penekanan dilakukan
kepada kemampuan perawat untuk menunjukkan tindakan
fisiologis. Visibilitas tinggi akan membantu klien
mengenali perawat sebagai pelaku praktik yang baik.
Tindakan keperawatan psikologis, sosioekonomik
dan spiritual memiliki visibilitas yang rendah. Tindakan
yang memiliki visibilitas yang rendah tidak dapat
diobservasi atau diukur oleh orang lain. Tindakan
psikologis memenuhi kebutuhan emosional. Tindakan
sosioekonomik seperti mengarahkan klien pada lembaga
kesehatan komunitas, membantu klien dalam beradaptasi
dengan lingkungan. Tindakan spiritual membantu klien
mendapatkan dukungan untuk sistem kepercayaan mereka.
Melalui komunikasi, perawat dapat menunjukkan
rasa percaya diri, kredibilitas dan pengetahuan yang
diharapkan klien. Komunikasi memudahkan semua
tindakan kesehatan perawat. Menggabungkan tugas-tugas
visibilitas tinggi dan rendah akan membantu keberhasilan
tindakan keperawatan secara simultan.
4. Fase Pemutusan
Selama fase interaksi, perawat mengatakan kepada
klien kapan ia memperkirakan berakhirnya hubungan.
Ketika pemutusan terjadi, klien tidak seharusnya terkejut.
Dengan tetap memperhitungkan keberhasilan hubungan,
klien harus siap berfungsi secara efektif tanpa dukungan
perawat. Tujuan utama pada akhir hubungan yang
menbantu apapun adalah pemutusan dengan cara yang
terencana dan memuaskan.
Evaluasi Hasil yang Telah Dicapai. Hal vital pada masa
pemutusan adalah evaluasi hasil. Perawat mendorong
dilakukannya pengkajian atas ketetapan dan menetapkan
hasil.
Perpisahan. Bergantung pada hubungan antara klien dan
perawat, klien mungkin akan merasa cemas atai ambivalen
ketika perpisahan makin dekat. Idealnya klien
mengekspresikan perasaan mengenai perpisahan. Perawat
merencanakan waktu sehingga klien dapat membagi
perhatian dan ketakutannya.
Jika klien tetap berada diruang rawat sedangkan
perawat yang meninggalkan lingkungan karena jadual
liburan atau cuti, klien mungkin akan merasa ditinggalkna.
Perawat harus meyakinkan bahwa perawatan klien tidak
akan terganggu dengan memperkenankan perawat baru
atau mengkomunikasikan kebutuhan klien dengan rencana
perawatan tertulis. Perawat dapat memberi informasi yang
mungkin membantu perkembangan hubungan yang
membantu antara perawat lainnya dengan klien.
1. Diam
Berhenti atau diam yang dapat berlangsung selama
beberapa detik atau menit tanpa menyisipkan respon verbal
apapun
Contoh :
Duduk tenang (atau berjalan dengan klien) dan menunggu
dengan penuh perhatian hingga klien mampu
menyampaikan pikiran dan perasaannya
5. Menggunakan sentuhan
Memberikan bentuk sentuhan yang tepat untuk
menguatkan perasaan peduli. Karena kontak taktil sangat
bervariasi pada setiap individu, keluarga dan budaya,
perawat harus sensitif terhadap perbedaan sikap dan
praktik klien dan diri sendiri
Contoh :
Meletakkan tangan Anda di bahu klien.
Menaruh tangan Anda di atas tangan klien
7. Mencari klarifikasi
Suatu metode yang membuat makna keseluruhan pesan
klien menjadi lebih dipahami. Metode ini digunakan saat
sulit untuk menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri
atau saat komunikasi bertele-tele atau berputar-putar.
Untuk mengklarifikasi pesan, perawat dapat menyatakan
kembali pesan dasar atau mengakui kebingungan dan
meminta klien untuk mengulangi atau menyatakan kembali
pesan.
Contoh :
“Saya tidak mengerti”.
“Saya tidak yakin bisa memahaminya”
“Bersediakah Anda untuk mengatakannya kembali?”
Perawat dapat juga mengklarifikasi pesan mereka sendiri
dengan pernyataan.
Contoh :
“Maksud saya ini, bukan itu”.
“Saya kira saya tidak jelas mengatakannya-saya akan
mengulanginya lagi”.
9. Menawarkan diri
Menunjukkan kehadiran, perhatian atau harapan untuk
memahami klien tanpa membuat suatu tuntutan atau
memberi kondisi yang harus dipatuhi klen untuk
mendapatkan perhatian perawat.
Contoh :
“Saya akan menemani Anda sampai saudara Anda datang.”
“Saya akan membantu Anda mencarikan taksi untuk
pulang ke rumah.”
11. Pengakuan
Memberikan pengakuan, dengan cara yang tidak dihakimi
terhadap perubahan perilaku, usaha yang dilakukan oleh
klien atau kontribusi terhadap komunitas. Pengakuan dapat
bersamaan atau tanpa pemahaman, verbal dan nonverbal.
Contoh :
“Anda memotong kuku tangan dan kaki Anda”
“Saya melihat bahwa Anda terus mengedipkan mata Anda.
Apa Anda merasakan aneh pada mata Anda?”
“Anda pagi ini makan lebih banyak dari hari kemarin.”
14. Memfokuskan
Membantu klien memperluas dan mengembangkan topik
penting. Perawat perlu menunggu hingga klien selesai
menyatakan masalah utama sebelum berusaha untuk fokus.
Fokus dapat berupa ide atau perasaan, namun perawat
sering menekankan perasaan untuk membantu klien
mengenali emosi yang tersembunyi dibalik kata-kata.
Contoh :
Klien: “Istri saya mengatakan ia akan merawat saya, tetapi
saya pikir dia tidak akan bisa, bagaimana dengan
pekerjaannya dan anak-anak yang masih perlu
diperhatikan, tentang makannya, pakaian, belajar dan
lainnya.”
Perawat: “Anda kawatir mengenai seberapa baik ia akan
mengatasinya.”
15. Merefleksikan
Mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan atau isi
kepada klien untuk memungkinkan mereka menggali ide
dan perasaan mereka sendiri mengenai situasi.
Contoh :
Klien: “Apa yang dapat saya lakukan?”
Perawat: “Menurut Anda apa yang dapat membantu?”
Klien: “Apa menurut Anda saya harus mengatakan pada
istri saya?”
Perawat: “Anda tampak tidak yakin untuk mengatakannya
pada istri Anda.”
Pertanyaan belajar
1. Dilihat dari fokusnya, komunikasi terapeutik
itu ...............
2. Empati berbeda dengan simpati. Dikatakan empati
apabila ..
3. Untuk dapat dipercaya, perawat harus ..................
4. Hubungan terapeutik terbagi dalam 4 fase. Identifikasi
tugas perawat dari tiap-tiap fase itu.
5. Komunikasi terapeutik dapat dilakukan dalam
beberapa cara. Sebut 3 dan berikan contohnya masing-
masing 2 ungkapan.
KOMUNIKASI DALAM PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
Wawancara dan pengambilan riwayat
Pemeriksaan fisik (penggunaan indera visual, auditori dan
taktil)
Observasi tingkah laku verbal dan non-verbal
Pengulangan catatan medis, literatur dan tes diagnostik.
Diagnosa Keperawatan
Analisa tertulis dari penemuan pengkajian
Diskusi kebutuhan perawatan kesehatan dan prioritas
denga klien dan keluarga
Perencanaan
Rencana asuhan tertulis
Sesi perencanaan tim kesehatan
Diskusi dengan klien dan keluarga untuk menentukan
metoda implementasi
Membuat rujukan
Implementasi
Diskusi dengan profesional kesehatan lain
Pengajaran kesehatan
Penetapan dukungan terapeutik
Kontak dengan sumber kesehatan lainnya
Catatan perkembangan klien dalam rencana
keperawatan dan catatan perawat
Evaluasi
Kemahiran untuk memberikan respon verbal dan
non-verbal
Hasil tertulis tentang akibat yang diharapkan
Memperbaharui rencana jkeperawatan tertulis
Penjelasan revisi kepada klien
PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pengumpulan secara sistematis dan
terus-menerus, organisasi, validasi dan dokumentasi terhadap
data (informasi). Pada hakekatnya pengkajian adalah proses
terus-menerus yang dilakukan dalam semua tahap proses
keperawatan. Sebagai contoh, dalam tahap evaluasi,
pengkajian dikerjakan untuk memastikan hasil dari strategi
keperawatan dan mengevaluasi pencapaian tujuan. Semua fase
proses keperawatan tergantung ketepatan dan kelengkapan
data yang dikumpulkan.
Pengkajian keperawatan terfokus pada respon klien
terhadap masalah kesehatannya. Pengkajian keperawatan
seharusnya meliputi kebutuhan yang dirasakan klien, masalah
kesehatan, hal-hal yang dialami klien yang berhubungan
dengan masalah kesehatan, praktik kesehatan, nilai dan gaya
hidup. Untuk membuat pengkajian lebih bermanfaat, data yang
dikumpulkan seharusnya relevan dengan masalah kesehatan
tertentu. Oleh karena itu, perawat seharusnya berfikir kritis
tentang apa yang dikaji.
Dalam kaitannya dengan masalah komunikasi,
pengkajian dapat dimulai dengan mengulang faktor-faktor
yang mempengaruhi komunikasi. Tingkat perkembangan,
persepsi, emosi, orientasi budaya dan pengetahuan klien
adalah pokok yang harus dipahami perawat sebelum
merencanakan metode untuk meningkatkan komunikasi.
Mungkin akan sulit untuk mengkaji seluruh faktor ini jika
klien memiliki kendala fisik dalam berkomunikasi. Keluarga
atau teman akan menjadi sangat penting untuk pengkajian
perawat.
Jika klien dalam keadaan sadar dan sakitnya tidak
terlalu parah, penilaian terhadap kemampuan untuk
berkomunikasi merupakan bagian dalam wawancara
pengumpulan data dasar. Komunikasi akan berupa proses dua
arah antara perawat dan klien. Jika klien mengenakan
pakaiannya sehari-hari, pakaian ini akan mengkomunikasikan
sebagian informasi non-verbal kepada perawat, yaitu ketepatan
berpakaian. Model dan warna pakaian akan
mengkomunikasikan sikap yang mengekspresikan seksualitas,
sebagaimana halnya dengan model serta warna rambut, make-
up dan parfum. Ekspresi wajah dan gerak-gerik tubuh akan
mengungkapkan perasaan yang ada dalam diri klien,
kecemasan dan seterusnya.
Komunikasi verbal diperiksa dengan memperhatikan
hal-hal seperti kata-kata yang digunakan (perbendaharaan
kata), konstruksi kalimat, pungtuasi dengan kalimat yang
berlebihan seperti maksud saya, anda tahu, kata-kata eeeh atau
kombinasi semuanya yang memberikan waktu bagi si
pembicara untuk mengumpukan isi pikirannya bagi kalimat
berikutnya atau semata-mata karena kebiasaan saja.
Klien mungkin akan mengalami perubahan fisik dan
psikologis yang membuat komunikasi tidak seimbang. Untuk
dapat berbicara dengan spontan dan jelas, seseorang harus
memiliki sistem pernafasan yang utuh, rongga oral dan nasal
yang normal serta pusat bicara dalam korteks serebral yang
berfungsi dengan baik. Persepsi normal dalam bahasa
membutuhkan sistem auditori yang utuh. Pengkajian
komunikasi juga tergantung pada tingkat perkembangan.
Pengkajian klien anak dalam berkomunikasi meliputi
observasi suara, gaya dan kosakata yang digunakan. Pada
orang dewasa yang mengalami masalah pendengaran,
kemampuan untuk menerima dan memahami pesan menjadi
tidak seimbang. Pengulangan riwayat medis dan pengkajian
fisik akan memberikan petunjuk pada kemampuan fisik klien
untuk berkomunikasi sebagaimana tabel berikut :
Mekaisme bicara Perubahan yang
dan bahasa mempengaruhi wicara
Sistem respirasi Dispnea ekstrem (nafas
pendek)
Jalan nafas buatan (ETT atau
trakeostomi)
Rongga oral dan Laringektomi
nasal Sumbing palatum
Gigi palsu longgar
Penyakit neurologis yang
mempengaruhi artukulasi
Pusat wicara (mis. Parkinson)
Afasia yang berhubungan
dengan cedera
Sistem auditorius serebrovaskular (Stroke) atau
tumor
Tuli konduksi atau ketulian
saraf
Data Obyektif
Data Subyektif
A. Kaji batasan karakteristik
1. Ketersediaan dan respon dari orang lain
Keluarga dan orang terdekat, apakah ada yang merasa
takur, frustasi, malu, marah dan putus harapan
2. Hubungan
a. Apakah ia mempunyai teman, teman dekat?
b. Apakah ia menghubungi atau menunggu
dihubungi temannya?
c. Apakah ia merasa nyaman/puas dalam interaksi
sosial?
d. Apa alasan ketidakpuasannya dalam hubungan
sosial ?
3. Ketrampilan koping; bagaimana responnya
terhadap stress, konflik:
- Penyalahgunaan zat
- Agesif (verbal atau fisik)
- Ide atau sikap bunuh diri
- Menarik diri
4. Riwayat hukum (dihukum atau menjadi
korban)
b. Rencana kehidupan
Kemampuan berpartisipasi dengan yang
lain dalam tugas kelompok, seperti menyiapkan
makanan, kebersihan
Melaksanakan tugas yang diberikan
Kebersihan diri yang cukup
Bagaimana ia menangani konflik?
ketergantungan
Pola tempat tinggal
Dimana ia tinggal? Di keluarga, kos, rumah
penampungan, asrama, dsb
Berapa lama?
Frekuensi relokasi
Alasan relokasi
Hambatan untuk fungsi komunitas
Kebersihan pribadi yang buruk
Harapan kepercayaan diri
Kurangnya aktivitas yang menyenangkan
Masalah hukum
Tidak bekerja
Tidak stabil, berpindah-pindah
Isolasi sosial
c. Kesenangan/rekreasi
“Apa yang Anda lakukan bila ada waktu
luang?”
“Dengan siapa Anda saling tukar
waktu?”
“Adakah aktivitas yang terstruktur?”
Apa yang mengganggu partisipasi Anda
dalam aktivitas rekreasi?
Apa aktivitas kelompok atau individual
Anda sebelumnya?
2. Stress kehidupan saat ini (gali hal-hal yang
menimbulkan stress/yang saat ini sangat menyita
perhatiannya)
Data Obyektif
B. Pola Komunikasi
1. Selama wawancara
Diam
Menarik diri
Bermusuhan
Kooperatif
Apatis
Hiperaktif
Mengembangkan hati
Egosentris
2. Isi pembicaraan
Tepat
Melantur
Apatis
Sangat gembira
Egosentrik
Terus-menerus memikirkan seksual
Kooperatif
Hiperaktif
3. Pola bicara
Tepat
Berputar-putar (tidak tahu isinya)
Blocking (tidak dapat menyelesaikan ide
pembicaraan)
Melompat-lompat dari satu topik ke topik yang
lain
Tidak tegas
Kata-kata baru
Kata-kata mentah
4. Kecepatan bicara
Tepat
Terlalu cepat
Lambat
Tertekan
C. Ketrampilan berhubungan
1. Sanggup mendengarkan dan berespon
secara tepat
2. Mempunyai ketrampilan percakapan
3. Tidak mencari interaksi
4. Menarik diri
5. Dapat hidup berdampingan dengan
orang lain
6. Memperlihatkan ketergantungan, pasif
7. kemauan/keinginan
8. Bermusuhan
9. Hambatan dalam hubungan yang
memuaskan, karena :
a. Isolasi sosial
b. Depresi berat
c. Gangguan proses
pikir
d. Penyakit mental
kronis
e. Terus-menerus
memikirkan sakitnya.
Pertanyaan Belajar :
1. Dilihat dari aspek arah komunikasi, dalam melakukan
wawancara saat pengkajian perawat menggunakan
komunikasi (pilih salah satu) :
A. Satu arah
B. Dua arah
2. Dalam kaitan dengan masalah komunikasi, yang perlu
dikaji dari klien adalah : .................
3. Identifikasi fokus pengkajian (Subyektif dan Obyektif)
pada klien dengan masalah komunikasi. Data apa saja yang
mungkin akan didapatkan dari jenis data itu.
4. Dari pengalaman praktik lapangan, seseorang dapat
mengalami gangguan komunikai apabila menderita ........
5. Buat kelompok dengan berpasangan 2-2. simulasikan
bagaimana cara melakukan pengkajian.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis adalah tahap kedua proses keperawatan.
Pada tahap ini perawat menggunakan ketrampilan berpikir
kritis untuk menginterprestasikan data pengkajian dan
mengidentifikasi kekuatan dan masalah. Diagnosis adalah
tahap yang sangat penting dalam proses keperawatan. Semua
aktivitas yang mendahului tahap ini diarahkan kepada
penyusunan diagnosis keperawatan, semua rencana asuhan
aktivitas sesudah tahap ini didasarkan pada diagnosis
keperawatan.
Ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan efektif
mempengaruhi kemampuan klien untuk mengekspresikan
kebutuhan atau bereaksi pada lingkungan. Setelah
mengumpulkan data pengkajian, perawat mengelompokkan
batasan karakteristik yang berhubungan untuk menentukan
pola masalah. Keberhasilan perawat dalam mengidentifikasi
masalah komunikasi klien menjamin perumusan diagnosa
keperawatan yang akurat. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan diagnosa harus difokuskan pada penyebab kegagalan
komunikasi sehingga intervensi yang tepat dapat dipilih.
Misalnya klien yang mengalami stroke dan afasia akan
membuat perawat melakukan diagnosa seperti hambatan
komunikasi verbal yang berhubungan dengan perubahan
ekspresi, pemahaman atau kombinasi keduanya. Faktor
pendukung yang akurat harus didefinisikan. Intervensi yang
berbeda akan digunakan jika permasalahannya adalah ekspresi
dan bukan pemahaman.
Perawat dapat juga mendiagnosa masalah pada klien
yang memiliki kesulitan untuk melakukan interaksi dengan
orang lain. Dalam situasi tersebut, kesulitan klien untuk
menunjukkan ekspresi atau perubahan dalam pola komunikasi
akan memacu perawat untuk membuat diagnosa.
Beberapa diagnosa berikut dapat sebagai contoh untuk
perumusan diagnosa yang berhubungan dengan perubahan
komunikasi :
Kerusakan komunikasi
Definisi :
Kerusakan komunikasi : keadaan dimana individu
mengalami atau mempunyai resiko terhadap penurunan
kemampuan untuk mengirim atau menerima pesan,
misalnya mempunyai kesukaran pertukaran pikiran, ide-ide
atau keinginan.
Maturasional
Anak/bayi
Berhubungan dengan tidak adequatnya stimulus
sensori
Lansia (hilangnya pendengaran)
Berhubungan dengan gangguan pendengaran
Berhubungan dengan gangguan kognitif
disebabkan oleh (uraikan)
Batasan Karakteristik :
Mayor (harus ada)
Keluhan ketidakmampuan membina dan/atau
memelihara hubungan yang stabil dan saling
mendukung.
Merasa tidak puas dengan jaringan kerja sosial
(Lansia)
Berhubungan dengan perubahan pola sosial
sekunder terhadap kematian pasangan dan
perubahan fungsi
Pertanyaan belajar :
1. Yang dimaksud dengan kerusakan komunikasi
verbal adalah : ............
2. Untuk dapat menetapkan diagnosis
keperawatan : Kerusakan komunikasi verbal, data yang
harus ada adalah : ....................
3. Perbedaan kerusakan komunikasi verbal dan
kerusakan interaksi sosial adalah .....................
PERENCANAAN
Intervensi keperawatan berlandaskan komunikasi
Perencanaan adalah suatu deliberative, tahap sistematik
proses keperawatan yang meliputi pembuatan keputusan dan
penyelesaian masalah. Dalam perencanaan, perawat
mendasarkan pada data pengkajian klien dan pernyataan
diagnosa untuk mengarahkan dalam perumusan tujuan klien
dan desain intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk
mencegah, mengurangi, atau menghilangkan masalah
kesehatan klien. Suatu intervensi keperawatan adalah
beberapa tindakan, yang didasarkan pada keputusan klinis dan
pengetahuan, yang dilaksanakan oleh seorang perawat untuk
mencapai tujuan klien (Mc. Closkey & Bulechek, 2000). Hasil
dari tahap perencanaan adalah suatu rencana asuhan klien.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa komunikasi
yang tepat dapat mengurangi kecemasan klien. Intervensi
keperawatan itu dalam ketentuan sebagai berikut :
- Informasi prosedural yang membantu klien memahami
apa yang sebenarnya terjadi selama dalam satu prosedur;
- Informasi sensasi yang membantu klien mengantisipasi
bagaimana atau apa yang akan sebenarnya mereka rasakan
selama atau sesudah suatu prosedur;
- Informasi instruksional yang membantu klien
mengontrol tindakan atau tingkah laku mereka secara
tepat;
- Latihan relaksasi yang membantu mereka rileks
perlahan-lahan dan mengurangi ketegangan otot, dan
- Latihan penanggulangan kognitif yang membantu klien
mengantisipasi dan menghadapi respon-respon psikologis
Diagnosa Keperawatan :
Kerusakan komunikasi
Kriteria Hasil
Individu akan :
Mengenakan alat bantu dengar (jika sesuai)
Menerima pesan-pesan melalui metode-metode
alternatif, misalnya komunikasi tertulis, bahasa isyarat,
bicara dengan jelas pada telinga yang baik.
Menghubungkan/memperlihatkan suatu peningkatan
kemampuan untuk berkomunikasi
Memperlihatkan peningkatan kemampuan untuk
mengerti
Mengatakan penurunan frustasi dengan komunikasi
Intervensi Generik
Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan
pendengaran dan pengertian
a. Bicara secara terang dan jelas, menghadap ke
arah klien
b. Kurangi suara-suara dalam ruangan yang tidak
perlu
c. Ulangi kemudian persingkat bila klien kelihatan
tidak mengerti semua maksud
d. Gunakan sentuhan dan gerakan untuk
meningkatkan komunikasi
e. Jika klien hanya dapat mengerti bahasa isyarat,
hadirkan interprer sesering mungkin
f. Jika klien berada dalam kelompok, misalnya
kelompok diabetes, tempatkan individu di barisan
terdepan dekat dengan guru.
g. Dekati seseorang dari sisi dimana pendengaran
lebih baik
h. Jika klien dapat membaca bibir, pandang
langsung klien dan bicara perlahan dan jelas
i. Kaji fungsi alat bantu dengar
Diagnosa keperawatan
Kerusakan komunikasi verbal
Hasil yang disarankan NOC:
Kemampuan komunikasi : kemampuan untuk menerima,
mengartikan dan mengungkapkan pesan yang dikatakan,
ditulis dan nonverbal
Komunikasi : Kemampuan ekspresif : kemampuan untuk
mengungkapkan dan mengartikan pesan verbal atau
nonverbal
Komunikasi : Kemampuan reseptik : kemampuan untuk
menerima dan mengartikan pesan verbal atau nonverbal
Tujuan/Kriteria Evaluasi
Menunjukkan kemampuan komunikasi yang dibuktikan
dengan indikator sebagai berikut :
Menggunakan metode aternatif untuk berkomunikasi
Memperlihatkan kemampuan yang meningkat untuk
mengekspresikan diri
Menggunakan ekspresi dalam bahasa yang tepat
Mengatakan menurunnya frustasi karena komunikasi
Aktivitas keperawatan
Identifikasi metode alternatif yang dapat digunakan
orang untuk mengkomunikasikan kebutuhan-kebutuhan
dasar.
Bicara dengan jelas dan lambat, gunakan kalimat yang
pendek dan sederhana. Ini akan membuat klien tetap fokus
pada sebuah ide ketika pengetahuan kosakata klien
terbatas kepada ya/tidak, menggunakan pertanyaan yang
sederhana dan pendek akan membantu dalam respon yang
akurat.
Gunakan tehnik menyimak. Menyimak akan
memampukan perawat untuk memahami pesan yang
dikirim klien dan juga menjembatani hubungan antara
perawat/klien.
Tujuan
Individu akan :
Menyatakan masalah dengan sosialisasi
Mengidentifikasi perilaku baru untuk meningkatkan
sosialisasi efektif
Melaporkan atau bermain peran terhadap penggunaan
perilaku pengganti yang konstruktif
Aktivitas keperawatan
Berikan individu hubungan suportif
Bantu untuk mengidentifikasi bagaimana stress dapat
mencetuskan masalah
Dukung pertahanan kesehatan
Bantu untuk mengidentifikasi alternatif tindakan
Bantu dalam menganalisa pendekatan yang berfungsi
paling baik
Bermain peran dalam situasi bermasalah. Diskusikan
perasaan-perasaan
Pertanyaan belajar :
1. Sebutkan 1 diagnosis keperawatan terkait
masalah komunikasi.
2. Susun rencana dari diagnosis itu yang meliputi
perumusan tujuan dan intervensi dengan memperhatikan
etiologi diagnosis keperawatan yang anda rumuskan.
IMPLEMENTASI
Implementasi adalah fase dimana perawat
melaksanakan intervensi keperawatan. Implementasi pada
hakekatnya terdiri dari melaksanakan dan mendokumentasikan
aktivitas keperawatan spesifik yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan intervensi (order perawat). Perawat
melaksanakan atau mengoperkan aktivitas keperawatan dari
intervensi yang dikembangkan dalam tahap perencanaan dan
kemudian menyimpulkan taham implementasi dengan
mencatat aktivitas keperawatan dan respon klien yang
dihasilkan.
Komunikasi bersifat individual. Perawat harus
mencoba untuk mengembangkan hubungan terapeutik yang
membantu. Bagi klien yang mempunyai hambatan dalam
kemampuan bicara, perawat harus terus mengajaknya bicara
dengan materi yang cocok dengan usia klien, taraf kecerdasan
dan pengalamannya. Klien kemudian akan merasa nyaman
dalam melakukan interaksi meskipun terjadi perubahan.
Pertimbangan Umum
Pertimbangan umum dalam melaksanakan intervensi pada
klien dengan masalah interaksi sosial adalah sebagai berikut :
1. Kompetensi sosial adalah kemampuan individu
untuk berinteraksi secara efektif dengan
lingkungannya
2. Untuk mengetahui kompetensi sosial individu
perlu pengujian realitas terhadap kemampuan
pemecahan masalah dan mekanisme koping
3. Antara individu dan lingkungan saling
menunjang untuk gangguan fungsi dalam satu
lingkungan atau situasi, tetapi tidak pada orang lain.
4. Fungsi sosial yang adekuat paling sering
dihubungkan dengan kehidupan perkawinan dan
pekerjaan yang stabil
Pertimbangan pediatrik
1. Gangguan emosional pada orang tua
mempunyai pengaruh yang nyata pada anak. Secara
emosional orang tua yang terganggu tidak dapat
menemui dokter atau memenuhi kebutuhan untuk
keamanan anak-anak mereka
2. Anak-anak yang muda tergantung pada orang
tua mereka untuk menginterprestasikan dunia. Orang
tua yang mengalami gangguan toleransi sosial dan/atau
perubahan proses pikir dapat tidak akuran
menginterprestasikan pengalamannya pada anak
3. Gangguan interaksi sosial dapat mengakibatkan
isolasi sosial
Pertimbangan gerontologi
1. Interaksi sosial yang efektif tergantung pada
harga diri yang positif. Tidak ada data yang
menunjukkan bahwa lansia mempunyai harga diri yang
rendah dibanding orang-orang yang lebih muda.
2. Pada lansia, tindakan yang umum pada harga
diri rendah meliputi devaluasi, dependensi, gangguan
fungsional dan berkurangnya kontrol
3. Lansia yang depresi kehilangan ketertarikan
pada aktivitas sosial dan tidak menunjukkan interaksi
yang positif ketika mereka melakukan interaksi
EVALUASI
Mengevaluasi adalah menilai. Evaluasi adalah tahap
ke-5 proses keperawatan. Dalam konteks ini evaluasi adalah
aktivitas terencana, berkelanjutan dan penuh arti dimana klien
dan profesional asuhan kesehatan menentukan (a)
perkembangan klien ke arah pencapaian tujuan dan (b)
efektivitas rencana asuhan keperawatan. Evaluasi adalah aspek
penting dalam proses keperawatan sebab kesimpulan yang
diambil dari evaluasi menentukan apakah intervensi
keperawatan seharusnya dihentikan, diteruskan atau diubah.
Evaluasi adalah terus-menerus. Evaluasi dikerjakan
selagi atau segera setelah melaksanakan instruksi keperawatan
memungkinkan perawat membuat dengan segera modifikasi
dalam suatu intervensi. Evaluasi dilakukan pada interval
tertentu (misalnya sekali seminggu untuk perawatan klien di
rumah) menunjukkan tingkat kemajuan kearah pencapaian
tujuan dan memungkinkan perawat untuk membenahi
beberapa kekurangan dan memodifikasi rencana asuhan jika
diperlukan. Evaluasi berlangsung sampai klien mencapai
tujuan kesehatan atau pulang. Evaluasi saat pulang meliputi
status pencapaian tujuan dan kemampuan klien dalam merawat
dirinya sendiri.
Melalui evaluasi, perawat mendemonstrasikan
tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap tindakannya,
menandai adanya minat terhadap dampak aktivitas
keperawatan dan mendemonstrasikan suatu keinginan tidak
untuk mengabadikan tindakan tidak efektif tetapi untuk
mengambil suatu tindakan yang lebih efektif.
Apakah komunikasi telah secara terapeutik membantu
klien dalam meningkatkan komunikasi dan membantu
hubungan antara perawat-klien? Apakah intervensi telah
efektif di dalah mengatasi masalah klien? Atau apakah
peribahan klien dihasilkan karena intervensi?
Komunikasi dievalusi melalui observasi perawat
terhadap interaksi klien. Perawat tidak hanya menetapkan
bahwa komunikasi terjadi, tetapi juga meyakinkan bahwa klien
puas dalam menerima pesan. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan berikut.
1. Apakah klien nampak nyaman secara fisik?
2. Apakah klien berbicara mengenai perasaan,
reaksi dan pikiran ataukan percakapannya bersifat
superfisial?
3. Apakah anggota tim yang tepat telah
dikonsultasikan?
Pertanyaan belajar :
1. Uraikan kembali apa yang harus dievaluasi
dalam kaitan melakukan komunikasi dengan klien dalam
berbagai situasi.
Mendengarkan Aktif
Mendengarkan aktif adalah mengikuti setiap tanda-
tanda pesan verbal dan nonverbal klien. Mendengarkan secara
aktif dapat dilakukan dengan aktivitas sebagai berikut :
Menegakkan tujuan interaksi
Menunjukkan ketertarikan pada klien
Menggunakan pertanyaan atau pernyataan untuk
mendorong ekspresi pikiran, perasaan dan perhatian
Memfokuskan secara menyeluruh pada interaksi
dengan menekan praduga, bias, asumsi, keasyikan personal
dan pengalihan perhatian yang lain
Menunjukkan kesadaran dan sensitivitas pada emosi
Menggunakan perilaku nonverbal untuk memfasilitasi
komunikasi
Mendengarkan dengan sama baiknya terhadap
percakapan dan perasaan serta pesan yang tidak terucap
Menghindari menggunakan kata-kata yang berlebihan,
seimbang antara pesan verbal dan nonverbal
Menyadari akan nada, tempo, volume, pola dan
perubahan suara
Identifikasi tema-tema utama
Menentukan arti pesan dengan refleksi pada sikap,
pengalaman yang lalu dan situasi saat ini
Kecepatan merespon yang menggambarkan
pemahaman terhadap pesan yang diterima
Klarifikasi pesan dengan menggunakan pertanyaan
atau umpan balik
Gunakan suatu seri interaksi untuk menemukan arti
dari suatu perilaku
Hindari penghalang untuk mendengar aktif, mis
meremehkan perasaan, menawarkan solusi sederhana,
interupsi, menceritakan diri sendiri dan mengakhiri
pembicaraan yang terlalu cepat
Menggunakan tehnik diam atau mendengarkan untuk
mendorong ekspresi perasaan, pikiran dan perhatian
Mengurangi kecemasan
Meminimalkan ketakutan, kekawatiran, prasangka atau
kegelisahan yang berhubungan dengan sumber bahaya yang
tidak dapat dikenali. Untuk mengurangi kecemasa, aktivitas
yang dapat dilakukan meliputi :
Tenang, gunakan suatu pendekatan yang
mententramkan hati
Nyatakan dengan jelas terhadap perilaku klien yang
diharapkan terjadi
Jelaskan semua prosedur, meliputi sensasi yang
mungkin diharapkan selama prosedur
Coba pahami pandangan klien terhadap situasi penuh
stress
Berikan informasi yang faktual mengenai diagnosis,
tindakan dan prognosis
Temani klien untuk meningkatkan keselamatan,
kenyamanan dan mengurangi ketakutan
Dorong keluarga untuk menemani klien sebisa
mungkin
Sediakan benda yang melambangkan kenyamanan
Berikan gosokan punggung atau leher dengan tepat
Dorong melakukan aktivitas nonpersaingan
Dengarkan dengan penuh perhatian
Kuatkan perilaku yang sesuai
Ciptakan suasana yang membantu hubungan saling
percaya
Dorong untuk mengungkapkan perasaan, persepsi dan
ketakutan
Identifikasi terjadinya perubahan kadar kecemasan
Berikan aktivitas hiburan yang ditujukan ke arah
pengurangan ketegangan
Bantu klien mengidentifikasi situasi yang mencetuskan
kecemasan
Kontrol rangsangan sesuai kebutuhan klien
Bantu klien menggunakan mekanisme pertahanan diri
yang sesuai
Bantu klien menggambarkan peristiwa yang nyata
dengan kata-kata
Tentukan kemampuan pengambilan keputusan klien
Instruksikan klien untuk menggunakan tehnik relaksasi
Berikan medikasi untuk menurunkan stress bila perlu
Observasi tanda kecemasan verbal dan nonverbal
Manajemen Lingkungan
Manipulasi sekeliling klien untuk tujuan terapeutik,
menarik sensori dan kesehatan psikologis. Aktivitas untuk
manajemen lingkungan dapat meliputi :
Menciptakan lingkungan yang aman bagi klien
Mengidentifikasi kebutuhan keselamatan klien
didasarkan pada fungsi fisik dan kognitif dan riwayat
perilaku
Menghilangkan / menyingkirkan bahaya lingkungan,
mis perabotan yang mudah bergerak dan karpet kecil
Menyinggirkan benda-benda berbahaya dari
lingkungan
Melindungi klien dengan memasang pengaman tempat
tidur bila memungkinkan
Mengantar klien selama aktivitas di luar tempat tidur
bila memungkinkan
Memberikan tempat tidur yang rendah bila mungkin
Menyediakan penglengkapan penyesuaian, seperti alat
bantu jalan untuk bayi, closet belajar
Menempatkan perabotan dalam ruangan yang
memungkinkan klien dapat bergerak bebas
Menempatkan benda-benda yang sering digunakan
klien berada dalam jangkauan klien
Jika ada indikasi, sediakan ruang pribadi
Menyediakan lingkungan dan tempat tidur yang bersih
dan nyaman
Sediakan matras yang kuat
Sediakan sprei dan gaun dalam keadaan baik, bebas
dari residu kotoran
Tempatkan tombol tempat tidur pada posisi yang
mudah diraih
Tempatkan alat-alat yang dibutuhkan klien untuk
eliminasi dalam satu tempat
Kurangi rangsangan lingkungan sebisa mungkin
Atur suhu lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan
klien
Hindari paparan udara, terlalu panas atau terlalu dingin
yang tidak diperlukan
Kontrol atau
cegah kegaduhan yang berlebihan
Sediakan
pilihan musik
Sediakan
headphone agar saat mendengarkan musik tidak
mengganggu klien lain
Manipulasi
pencahayaan untuk tujuan terapeutik
Sediakan
makanan dan snak dalam bentuk yang menarik
Bersihkan area
yang digunakan untuk makan dan minum sebelum klien
menempatinya
Batasi
pengunjung
Bawakan
benda-benda yang familiar dengan klien
Bantu klien
mengenakan perlengkapan pribadi, seperti baju tidur
Kehadiran
Untuk menciptakan kehadiran, aktivitas yang dapat
dilakukan meliputi :
Mendemonstras
ikan sikap menerima
Verbalisasi
komunikasi empati atau memahami pengalaman klien
Peka pada
tradisi dan keyakinan klien
Tegakkan
hubungan saling percaya dan sikap saling menghormati
Dengarkan
kekawatiran klien
Gunakan tehnik
diam bila perlu
Sentuh klien
untuk menggambarkan perhatian
Tetap hadir
secara fisik tanpa mengharapkan respon dari interaksi
Sediakan jarak
untuk klien dan keluarga bila perlu
Bantu klien
untuk
Pertanyaan belajar :
1. Mendengar aktif dapat dilakukan dengan
cara : ...........
2. Cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi
kecemasan agar proses komunikasi berjalan dengan
lancar adalah : ...
3. Yang dimaksud kehadiran dalam komunikasi
adalah .....
Pertanyaan belajar :
Apapun kondisi klien, komunikai harus tetap terjadi antara
perawat dan klien.
1. Komunikasi
dengan klien yang dipasang ETT dapat dilakukan dengan
cara : ....................
2. Uraikan cara
komunikasi yang dapat dilakukan pada kelompok klien
berikut :
a. Bayi
b. Toddler
c. Usia sekolah
d. Remaja
e. Lanjut usia
f. Berkomunikasi dengan orang tidak sadar
g. Berkomunikasi dengan orang cemas
PENUTUP
Setiap aktivitas profesional perawat tidak bisa lepas
dari komunikasi. Dalam praktik perawat berkolaburasi dengan
klien dan tenaga kesehatan lain dalam membantu klien
mengatasi masalah kesehatan. Mempunyai kemampuan
melakukan komunikasi yang efektif dengan penuh empati
mutlak bagi seorang perawat. Oleh karena itu perawat perlu
meningkatkan kesadaran diri, memahami interaksi setiap ego
dan belajar terus-menerus untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi dalam kaitan meningkatkan kapabilitas
profesional.
Referensi :