Anda di halaman 1dari 23

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA PERAWAT

DAN PASIEN RAWAT INAP

KELOMPOK 4
DANIEL DATU MANGA
I PUTU GEDE ARIGUNA
LAURA MELISA TARIGAN
MUHAMMAD SOLID ALIDI
PUTU LINDA NOVI YANTI
RIDHO PRIMARIO GUNAWAN

KELAS : A

D-IV ANASTESIOLOGI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI

2018
i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Komunikasi Interpersonal Antara Perawat Dan Pasien Rawat Inap”. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua dan untuk kepentingan proses belajar.

Penulis menyadari bahwa makalah masih jauh dari sempurna dan perlu pendalaman
lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan
kemajuan ilmu pengetahuan.
                                                               

Denpasar ,4November2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ……. ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Gambaran Umum Komunikasi Intepersonal 3


B. Pola Komunikasi Interpersonal Antara Perawat dan Pasien Di RumahSakit 4
C. Model Komunikasi Interpersonal 5
D. Komunikasi Interpersonal antara Perawat dan Pasien (Komunikasi Terapeutik). 8
E. Tehnik-tehnik Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien (Terapeutik) 9
F. Prinsip-prinsip Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat ………………………..11
G. Proses Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien (Terapeutik) ……………………..12
H. Contoh Komunikasi Terapeutik Perawat Di Ruang Inap…………………………..…….14

BAB III PENUTUP 17

A. Kesimpulan 17
B. Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan faktor yang paling mendukung untuk kesuksesan
seseorang.Begitupun didalam profesi keperawatan sangat dibutuhkan untuk membangun
dalam pelayanan kesehatan demi mengekspresikan peran dan fungsinya. Diantara banyak
kompetensi yang harus dimiliki seorang perawat adalah kepandaian dalam berkomunikasi
dengan efektif dan mudah di pahami dalam keperawatan. Kemampuan dalam
berkomunikasi akan menjadi dasar upaya dalam membantu pemecahan masalah pasien,
sehingga memudahkan dalam memberi bantuan baik dalam pelayanan secara medis
maupun psikologis.
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi diadik yang melibatkan hanya
dua orang secara tatap muka, baik secara verbal maupun non verbal, seperti suami-istri,
dua sahabat dekat,seorang perawat dan pasien. Komunikasi yang terjadi antara perawat
dan pasien adalah komunikasi dua arah yang mana komunikasi ini akan lebih efektif jika
komunikasi terjalin dengan terbuka, berempati, adanya dukungan, rasa positif, dan
kesetaraan antara perawat dan pasien.
Komunikasi diadik (dyadic communication) adalah komunikasi antar pribadi
yang berlangsung antara dua orang, yakni yang seorang adalah komunikator yang
menyampaikan pesan dan seorang lagi komunikan yang menerima pesan. Membangun
masyarakat sehat dan bermutu, sangat berupaya dengan semaksimal mungkin untuk
memberikan pelayanan kesehatan bukan hanya di bagian kota tetapi menyeluruh dengan
menitikberatkan pada kualitas pelayanan dan kenyamanan pasien dalam melakukan
pemeriksaan di rumah sakit tersebut.Pelayanan keperawatan merupakan bagian yang
terpadu dari berbagai pelayanan rumah sakit secara menyeluruh yang sekaligus menjadi
tolok ukur suatu keberhasilan dalam mencapai tujuan sebuah instansi rumah sakit.Bahkan
tak jarang menjadikan faktor penentu peranan rumah sakit dimata masyarakat.Perawat
diibaratkn sebagai ujung tombak pelayanan terhadap pasien selama melakukan perawatan
di rumah sakit tersebut.Seorang perawat harus memiliki keterbukaan komunikasi dengan
pasien siapapun tanpa harus memandang status sosial dalam melayani pasien,

1
menempatkan diri pada keadaan yang dialami oleh pasien, memberikan dukungan yang
baik untuk kesehatan pasien, membangkitkan rasa positif yang ada pada diri pasien meski
menderita penyakit berat, dan memberikan pemahaman kepada pasien bahwa antara
perawat dan pasien itu tidak ada status yang membedakan antara keduanya, sehingga
pasien menganggap ada dan dihargai.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah,sebagai
berikut :
1. Bagaimana gambaran umum komunikasi intepersonal?
2. Bagaumana pola komunikasi interpersonal antara perawat dan pasien di rumah sakit?
3. Bagaimana model komunikasi interpersonal ?
4. Bagaimana komunikasi interpersonal antara perawat dan pasien (Komunikasi
Terapeutik) ?
5. Bagaimana tehnik-tehnik komunikasi interpersonal perawat dan pasien?
6. Apa prinsip-prinsip komunikasi interpersonal (terapeutik) perawat ?
7. Bagaimana proses komunikasi interpersonal perawat dan pasien (terapeutik) ?
8. Bagaimana contoh komunikasi terapeutik perawat di ruang inap ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran umum komunikasi intepersonal
2. Untuk mengetahui pola komunikasi interpersonal antara perawat dan pasien di rumah
sakit
3. Untuk mengetahui model komunikasi interpersonal
4. Untuk mengetahuikomunikasi interpersonal antara perawat dan pasien (Komunikasi
Terapeutik)
5. Untuk mengetahui tehnik-tehnik komunikasi interpersonal perawat dan pasien
6. Untuk mengetahuiprinsip-prinsip komunikasi interpersonal (terapeutik) perawat
7. Untuk mengetahui proses komunikasi interpersonal perawat dan pasien (terapeutik)
8. Untuk mengetahui contoh komunikasi terapeutik perawat di ruang inap

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Komunikasi Intepersonal


Menurut Miller dan Steinberg terdapat tiga level analisis dalam melakukan
prediksi, yaitu kultural, sosiologis dan psikologis. Analisis pada level kultural Rani
Ulansari, Komunikasi Interpersonal Antara Perawat merupakan analisis yang hanya
bersifat pengenalan tentang budaya, nada suara, bermain, bercerita. Analisis pada level
ini sangat kurang untuk mencapai komunikasi interpersonal. Seorang perawat yang hanya
mengenal pasien yang dirawatnya berarti perawat tidak berhasil mengamalkan
komunikasi interpersonal, sebab level ini dapat dikatakan adalah level yang standar
dalam pertemuan kita dengan orang lain. Padahal dalam pelayanan perawat terhadap
pasien apalagi jika dilihat dari pasien yang melakukan rawat inap semestinya komunikasi
tidak hanya pada level tersebut.
Analisis pada level kedua yakni pada level sosiologis merupakan level yang sudah
mulai melakukan komunikasi dengan orang lain. Namun, pada level ini sepertinya terjadi
pilih-pilih karena orang-orang yang diajaknya berkomunikasi adalah orang-orang
memiliki karakter sama. Seorang perawat bilang merawat pasien dan hanya pada tingkat
sosiologis maka komunikasi interpersonal belum tercapai, karena perawat yang hanya
taraf ini sangat mengganggu bagi pasien, karena tidak mungkin bagi seorang perawat
melakukan pelayan komunikasi dengan baik hanya pada orang terdekatnya, orang yang
satu visi dan misi dengan dia, atau karena ada hubungan keluarga sehinggakedekatannya
itu sangat terlihat.
Sedangkan pada level yang ketiga adalah level psikologis yakni level ini adalah
level yang tinggi dan merupakan level yang menentukan akan terbentuknya komunikasi
interpersonal. Perawat yang mampu mengaplikasikan level ini, pasti pelayanannya tidak
hanya sekedar tahu saja pasiennya atau hanya berbicara pada pasiennya karena ada
hubungan keluarganya. Tapi pada level ini ingin dilihat bagaimana perawat mencapai
komunikasi interpersonal tanpa ada hubungan atau perkenalan terlebih dahulu. Pada level
ini perawat dilihat dari penerimaannya terhadap pasien, sesuai dengan pendapat DeVito

3
akan hubungan interpersonal dilihat dari rasa empati, sikap positif, dukungan,
keterbukaan dan kesetaraan.

B. Pola Komunikasi Interpersonal Antara Perawat dan Pasien Di RumahSakit

Pola komunikasi dapat dilihat dari simbol-simbol tertentu yang memiliki makna
berbeda-beda.Pemahaman tentang simbol-simbol komunikasi punya pengertian yang
sangat besar bagi pengguna simbol tersebut.Hampir didalam kehidupan ini komunikasi
tidak dapat dihindari.Terjadinya suatu komunikasi tidak ada yang mampu
menghindarinya dari kegiatan-kegiatan yang sedang dikerjakan. Setiap orang pasti akan
selalu mencari cara bagaimana agar dapat menemukan suatu interaksi sosial terutama
dalam bermasyarakat. Oleh sebab itu, disaat interaksi terjadi, maka komunikasi saat itu
tidak dapat dihindari dan faktanya akan ada kontak sosial. Kontak sosial yang terjadi pun
harus mampu memberikan arti tentang simbol-simbol komunikasi yang sedang
dilaksanakan untuk lebih membangun hubungan yang lebih dari sekedar interaksi.

Pertemuan antara perawat dan pasien memberikan tanda akan terjadinya suatu
komunikasi saat masing-masing mampu memberikan informasi dan menerima balasan
informasi itu. Salah satu bentuk pertemuan antara perawat dan pasien ketika baru tiba di
IGD merupakan pertemuan awal dan juga komunikasi awal dan disini akan memberikan
persepsi awal baik dari perawat ataupun pasien.

Memulai komunikasi awal tentunya perawatlah yang lebih mengisi kondisi saat-
saat itu karena pasien hanya akan menjadi sumber informasi tentang apa yang menjadi
keluhan pasien. Selain menjadi sebuah komunikator perawat juga dapat menjadi
komunikan yang aktif dalam arti umpan balik komunikasi setelah terjadinya face to face.

Wawancara pada pertemuan awal ini dilakukan untuk mengetahui tindakan apa
yang seharusnya diberikan pasien. Perilaku dalam berkomunikasi dengan menggunakan
simbol serta memberikan transaksional yang efektif demi untuk mencapai tujuan yang
dimaksud. Pasien yang diperiksa oleh perawat adalah manusia yang memiliki rasa (sakit,
sedih, senang, tenang, nyaman) bukan sebuah benda mati atau mahluk pasif yang tidak
memiliki kekuatan dan tenaga, bukan mesin serta bukan pula benda-benda yang non-

4
aktiflainnya. Namun pasien adalah mahluk yang aktif dengan siapa saja boleh
berkonsultasi tentang apa yang menjadi keluhannya baik pada perawat, dokter atau
paramedis lainnya.

Komunikasi yang menjadi alat interaksi dalam melakukan pelayanan terhadap


pasien.Pola komunikasi yang dibangun merupakan komunikasi yang tidak terputus dan
mengakibatkan saling mempengaruhi antara tindakan, pandangan, dan perasaan.Dilihat
selama ini komunikasi tidak dapat berdiri sendiri. Komunikasi antara perawat dan pasien
adalah membangun komunikasi persuasive yaitu komunikasi yang digunakan untuk
mempengaruhi, meyakinkan orang lain dan dengan persuasi pula setiap perawat mencoba
berusaha mempengaruhi kepercayaan dan harapan pasien. Komunikasi yang baik dapat
mewujudkan dan mendukung kestabilan kesembuhan pasien dalam artian bahwa saat
perawat mampu berkomunikasi dengan pasien, menyentuh pasien dengan kata-kata yang
santun dan punya isi motivasi atau boleh jadi perilaku seorang perawatyang santun secara
otomatis pasien akan menemukan cara cepat untuk sembuh.

Pola yang dibangun perawat ini merupakan pola wortel turantai karena
memberikan imbalan-imbalan kepada pasien dengan berupa pesan-pesan simbolik.
Perawat menggunakan kata-kata yang menyentuh pasien, memberikan motivasi-motivasi
untuk kesembuhannya atau memperlakukan pasien dengan cara yang bijaksana dapat
memabantu pasien menjalani perawatannya.

Pada tahap ini jika dianalisis level komunikasi maka sudah mulai masuk pada
level cultural karena perawat sudah mulai menyentuh pasien dengan kata-kata bahwa
perawat memperdengarkan suara lembutnya menyapa pasien sehingga pada tahap awal
pasien sudah dapat melihat prediksi tentang perawat kalau pelayanan komunikasinya
bagus, santun dan sopan.

C. Model Komunikasi Interpersonal


DeVito mengkonstruksikan model komunikasi interpersonal umum (A Model of
Some Universal of Interpersonal Communication) sebagai berikut :
1. Source-Receiver (Pengirim-Penerima)

5
Komunikasi Interpersonal terjadi karena setidaknya ada dua orang yang
sedangberkomunikasi.Tiap-tiap orang tersebut berfungsi sebagai source (penyusun
danpengirim pesan), dan receiver (penerima dan pentafsir pesan). Adapun
kegiatanmemproduksi pesan disebut encoding, sedangkan kegiatan menangkap
danmemberi makna pada pesan yang disampaikan disebut decoding. Orang
yangmelakukan encoding disebut encoder (source) sedangkan orang yang
melakukandecoding disebut decoder (receiver).Kegiatan encoding dan decoding
dilakukanuntuk menggambarkan bahwa dua aktifitas ini dilakukan sebagai kombinasi
ataspartisipasi manusia dalam komunikasi. Karena setiap orang dalam
proseskomunikasi bertindak sebagai encoder dan decoder sekaligus. Contoh
encodingadalah berbicara atau menulis, contoh decoding adalah mendengar atau
membaca.
Seseorang dikatakan melakukan kedua proses ini sekaligus karena saat
berbicara,manusia juga mendengar sendiri apa yang diucapkannya dan saat menulis,
ia jugamelihat apa yang ditulisnya.
2. Message (Pesan)
Message sendiri adalah sinyal yang bekerja sebagai stimulus bagi
komunikan(receiver).Pesan bisa berbentuk suara, tampilan visual, sentuhan, bau, rasa,
ataukombinasi dari tiap-tiap faktor diatas.Pesan bisa terjadi karena
disengaja(intentional), maksudnya lewat suatu pengaturan strategi yang
sudahdirencanakan, atau bahkan hanya karena asal berbicara, kegugupan, dan lain-
lainyang tidak disengaja (unintentional).Syarat utama terjadinya
komunikasiinterpersonal adalah dapat terkirim dan diterimanya pesan yang
mengekspresikanmaksud dan perasaan seseorang kepada lawan bicaranya.Biasanya
pesandisampaikan secara verbal atau non-verbal, namun pada umumnya pesan terjadi
melalui kombinasi keduanya.
3. Feedback (Umpan Balik)
Pesan yang disampaikan biasanya akan menerima umpan balik atau
feedback.Feedback adalah efek atau reaksi yang muncul dari pesan yang
disampaikan.Selain lawan bicara, penyampai pesan juga menerima feedback. Hal itu
terjadikarena penyampai pesan juga mendengar apa yang dikatakannya atau melihat

6
apayang ditulisnya. Feedback sendiri mempunyai lima dimensi penting yang
harusdiperhatikan, yaitu: positive-negative; person focused-message
focused;immediate-delayed; low monitoring-high monitoring; dan supportive-critical.
4. Feedforward message
Dalam bahasa sederhana adalah kalimat pembuka.Ini berarti, feedforward
adalahkumpulan informasi yang diberikan sebagai pengantar sebelum
sendermengirimkan informasi utama. Fungsi feedforward adalah antara lain,
sebagaipembuka medium komunikasi, sebagai pengantar pesan, untuk meyakinkan
pesantersampaikan dengan baik, untuk menempatkan receiver pada posisi
yangdiinginkan sender, dan lainnya.
5. Channel
Elemen berikutnya adalah media (channel). Media diartikan sebagai saluran
untukmenyampaikan pesan dari pengirim kepada penerima.Elemen inilah
yangmenjadi jembatan antara sender dan receiver. Media bisa berbentuk tatap muka,
telepon, e-mail, chat group dan lain-lain.
6. Noise (Hambatan)
Di dalam pelaksanaannya, proses komunikasi tidak selalu berjalan lancar,
makadikenal dengan hambatan dalam komunikasi (noise).Pada setiap elemennya,
akanterjadi noise.Gangguan/hambatan (noise) menghalangi penerima dalam
menerimapesan dan sumber dalam mengirimkan pesan.Noise dikatakan ada dalam
suatusistem komunikasi bila membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan
pesanyang diterima.Saat source memberikan pesan kepada receiver, noise bisa
munculdi komunikator (source) karena kendala kurang kerasnya suara
dalammenyampaikan kepada komunikan.Komunikan (receiver) juga
memilikihambatan seperti pemahaman dalam penerimaan pesan.Hambatan bisa
jugamuncul di elemen komunikasi pesan (message), karena pesan yang dibawa
tidakjelas maksudnya (bermakna ambigu).Bisa juga muncul hambatan pada
elemenkomunikasi saluran (channel), karena adanya bencana alam (gempa
bumi,tsunami) membuat semua saluran komunikasi terhambat.
7. Ethics (Etika)

7
Setiap proses komunikasi memiliki konsekuensi. Hal yang sama juga
berlakudalam komunikasi interpersonal. Ada moral dimensi yang terkandung
didalamnya, yaitu: kebenaran dan kesalahan.
8. Competence (Kompetensi)
Elemen terakhir adalah kompetensi (competence). Kompetensi
merupakankemampuan para pelaku komunikasi interpersonal untuk mengefektifkan
proseskomunikasi.

D. Komunikasi Interpersonal antara Perawat dan Pasien (Komunikasi Terapeutik).


Komunikasi interpersonal yang disebut juga komunikasi Terapeutik, merupakan
komunikasi yang dilakukan secara sadar, bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Tamsuri, 2004).Komunikasi
terapeutik tidak dapat berlangsung dengan sendirinya, tetapi harus direncanakan,
dipertimbangkan dan dilaksanakan secara profesional.Komunikasi terapeutik memegang
perananpenting dalm membantu pasien dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
Komuniikasi terapeutik adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik
secara verbal maupun non-verbal (Mulyana, 2002).
Defenisi lain menyebutkan komunikasi terapeutik merupakan suatu tehnik dalam
usaha mengajak pasien dan keluarga bertukar pikiran dan perasaan (Tamsuri, 2004).
Tehnik tersebut mencakup keterampilan berkomunikasi secara verbal dan non-verbal.
Potterdan Perry(Arwani. 2002) menyatakan bahwa keterampilan berkomunikasi ada
dua cara yaitu, komunikasi verbaldan non-verbal. Komunikasi verbal termasuk kedalam
pengguanan kata-kata atau tulisan dan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Kemaknaan (Denotative and Connotative Meaning)
Kemaknaaan sesungguhnya relatif lebih mudah ditangkap karenamenggunakan
makna dengan kata yang diucapkansesuai dengan kondisi.
2. Perbendaharaan kata (Vocabulary)
Perbendaharaan kata sangat berpengaruh terhadap jalannya komunikasi terapeutik,
apabila penerima tidak mampumengartikan kata-kata atau kalimat dari pengirimnya
(perawat), maka akan terjadi kesalah pahaman atau pasien tersebut tidak mengerti.

8
3. Kecepatan (Pacing)
Kecepatan ucapan adalah aspek lain yang mempengaruhi komunikasi verbal.
Berbicara dengan cepat dalam menyampaikan informasi atau sedang berbicara dapat
menyebabkan kebingungan pada pasien.
4. Intonasi/nada suara (Intonation)
Berkomunikasi atau berbicara dengan intonasi atau nada suara yang tinggi bias
memberikan penilaian bagi pasien bahwa perawat tersebut bernada marah dan
menimbulkan persepsi yang salah atau negatif. Sedangkan sebaliknya bila
intonasi/nada suara pelan, bisa-bisa tidak terdengar oleh pasien. Oleh karena itu
berintonasi/nada suara yang standard, tidak terlalu kuat dan tidak terlalu pelan.
Intonasi nada suara dipengaruhi oleh keadaan/kondisi emosi pada saat berkomunikasi
(berbicara).
5. Kejelasan dan keringkasan (Clarity and Brevity)
Kejelasan dan keringkasan pesan yang disampaikan dapat dikatakan efektif jika
disampaikan dengan cara yangsederhana. Semakin singkat kata yang digunakan,
semakin sedikit kebingungan yang timbul.Kejelasan pesan biasanya dapat dilakukan
melalui penggunaan kalimat yang mudah dimengerti.
6. Waktu dan relevansi (Timing and Relevance).
Penyampaian pesan yang penting, dengan cara yang baik dan emosi yang terkendali,
namun bila tidak dilakukan pada waktu yang tepat, maka pesan yang disampaikan
tidak diterima oleh pasien. Waktu menjadi sesuatu yang kritis bagi persepsi
seseorang terhadap pesan yang diterima. Sedangkan komunikasi yang bersifat non-
verbal merupakan ungkapan yang berupa isyarat-isyarat, bahasa tubuh yang
dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu, penampilan, postur dan cara berjalan,ekspresi
wajah, isyarat/gerak tangan, pandangan, sentuhan, dan jarak tubuh dan kedekatan.

E. Tehnik-tehnik Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien (Terapeutik)

9
Dalam menanggapi pesan yang disampaikan pasien, perawat dapat menggunakan
berbagai tehnik komunikasi interpersonal (Terapeutik).Menurut Stuartdan
Sunden(Tamsuri, 2004), tehnik-tehnik komunikasi interpersonal (terapeutik) terdiri dari:

1. Mendengarkan dengan aktif (Active Listening)


Seorang perawat semestinya mendengarkan secara aktif keluhan dari pasien.Dengan
mendegar perawat mengetahui perasaan pasien, memberikan kesempatan yang
banyak kepada pasien untuk berbicara dan mengungkapkan keluhannya.
2. Pertanyaan terbuka (Broad Opening)
Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaanya.
3. Mengulang kembali (Restating)
Mengulangi pokok pikiran yang diungkapkan pasien, untuk menguatkan ungkapan
pasien.
4. Klarifikasi (Clarification)
Klarifikasi dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau pasien malu
mengemukakan informasi atau keluhannya.
5. Refleksi isi dan perasaan
Refleksi merupakan reaksi perawat dan pasien selamaberlangsungnya
komunikasi.Refleksi isi merupakan gambaran, ide-ide pasien yang diekspresikan
pasien dan memberikan pengertian pada pasien.Sedangkan refleksi perasaan yaitu,
memberi respon pada perasaan pasien terhadap isi pembicaraan, agar pasien
mengetahui dan menerima perasaannya.
6. Mengarahkan/memfokuskan pembicaraan
Perawat membantu pasien untuk memfokuskan pembicaraan agar lebih spesifik dan
terarah.
7. Membagi persepsi
Perawat mengungkapkan persepsinya tentang pasien dan meminta umpan balik atau
meminta respon dari pasientersebut.
8. Identifikasi tema/Mengeksplorasi
Mengidentifikasi latar belakang masalah yang dialami pasien, untuk meningkatkan
pengertian dan mengeksplorasikanmasalah.

10
9. Diam (Silence)
Biasanya dilakukan setelah memberi pertanyaan.Tujuannya memberi kesempatan
berfikir dan memotivasi pasien untuk berbicara.

10. Memberi informasi (Informing)


Memberikan informasi kepada pasien mengenai hal-halyang belum
diketahuinya.Tehnik ini dapat membina hubungan saling percaya dengan pasien
sehingga menambah pengetahuanpasien yang berguna baginya untuk mengambil
tindakan dan keputusan.
11. Memberi saran
Memberi alternatif untuk pemecahan masalah. Merupakan tehnik yang baik
digunakan pada waktu yang tepat, sehingga pasien bisa memilih dan mengambil
keputusan.

F. Prinsip-prinsip Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat


Untuk mengetahui apakah komunikasi yang dilakukan perawat bersifat
interpersonal (terapeutik) atau tidak, maka dapat dilihat apakah komunikasi tersebut
sesuai dengan prinsip-prinsip komunikasi terapeutik.Menurut Carl Rogers(Tamsuri,
2004), prinsip-prinsip komunikasi terapeutik terdiri dari:
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya sendiri serta
nilai yang dianut.
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling
menghargai.
3. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien.
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasienbaik fisik maupun mental.
5. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkanpasien memiliki motivasi
untuk merubah dirinya, baik sikapmaupun tingkah laku pasien.
6. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui
dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, maupun frustasi.
7. Perawat mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan
konsistensinya.

11
8. Memahami betul arti simpati dan empati sebagai tindakan yang interpersonal.
9. Kejujuran dan komunikasi terbuka (sifat keterbukaan) merupakan dasar hubungan
interpersonal.
10. Mampu berperan sebagai Role Modelagar dapat menunjukkan dan meyakinkan
orang lain tentang kesehatan. Perawat perlu mempertahankan kondisi fisik tetap
sehat.
11. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan yang dianggap mengganggu.
12. Perawat harus menciptakan suasana pasien tidak takut agar komunikasi interpersonal
dapat berjalan dengan baik.
13. Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi.
14. Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin mengambil keputusan
berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia.
15. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri
atau tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain.
Komunikasi Terapeutik yang dilakukan oleh perawat kepada pasien, memiliki
tujuan, yaitu :
1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya
pada hal-hal yang diperlukan.
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan egonya.
3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal
penyembuhan dan peningkatan kesehatan.
4. Mempererat hubungaan atau interaksi antara pasien dengan terapis (tenaga kesehatan)
secara professional dalam rangkamembantu penyelesaian masalah pasien.

G. Proses Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien (Terapeutik)


Dalam membina hubungan interpersonal (terapeutik),terdapat proses yang terbina melalui
lima tahap dan setiap tahapnya mempunyai tugas yang harus dilaksanakan dan
diselesaikan oleh perawat. Menurut (Tamsuri, 2004), adapun tahapan komunikasi
interpersonal (terapeutik) yaitu :

12
1. Prainteraksi.
Prainteraksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi
dengan pasien. Perawat diharapkan tidak memiliki prasagka buruk kepada pasien,
karena akan menggangu dalam membina hubungan dan saling percaya. Seorang
perawat profesional harus belajar peka terhadap kebutuhan-kebutuhan pasien dan
mampu menciptakan hubungan interpersonal (terapeutik) yang baik, agar pasien
merasa senang dan merasa dihargai. Jika pasien belum bersedia untuk berkomunikasi,
perawat tidak boleh memaksa pasien untuk berbicara atau menungkapkan
perasaannya.
2. Perkenalan.
Perkenalan merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan oleh perawat terhadap
pasiennya yang baru memasuki rumahsakit. Pada tahap ini, perawat dan pasien mulai
mengembangkan hubungan komunikasi interpersonal yaitu, dengan memberikan
salam, senyum, memberikan keramah-tamahan kepada pasien, memperkenalkan
diri,menanyakan nama pasien dan menanyakan keluhan pasien, dan lain-lain.
3. Orientasi.
Tahap orientasi dilaksanakan pada awal pertemuan sampai seterusnya selama pasien
berada dirumah sakit.Tujuan tahap orientasi adalah memeriksa keadaan pasien,
menvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan pasien saat
itu, dan mengevaluasi hasil tindakan.Pada tahap ini sangat diperlukan sentuhan
hangat dari perawat dan perasaan simpati dan empati agar pasien merasa tenang dan
merasa dihargai.
4. Tahap kerja.
Tahap kerja merupakan inti hubungan perawat dan pasien yang terkait erat dengan
pelaksanaan komunikasi interpersonal. Perawat memfokuskan arah pembicaraan pada
masalah khusus yaitu tentang keaadan pasien, dan keluhan-keluhan pasien. Selain itu
hendaknya perawat juga melakukan komunikasi interpersonal yaitu, dengan
seringnya berkomunikasi dengan pasienmendengarkan keluhan pasien, memberikan
semangat dan dorongan kepada pasien, serta memberikan anjuran kepada pasien
untuk makan, minum obat yang teratur dan istirahat teratur, dengan tujuan adanya
penyembuhan.

13
5. Terminasi
Terminasi merupakan tahap akhir dalam komunikasi interpersonal dan akhir dari
pertemuan antara perawat dengan pasien.Terminasi terbagi dua yaitu terminasi
sementara dan terminasi akhir.
a. Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan antara perawat dan pasien,
dan sifatnya sementara, karena perawat akan menemui pasien lagi apakah satu
atau dua jam atau mungkin besok akan kembali melakukan interaksi.
b. Terminasi akhir, merupakan terminasi yang terjadi jika pasien akan keluar atau
pulang dari rumah sakit. Dalam terminasi akhir ini, hendaknya perawat tetap
memberikan semangat dan mengingatkan untuk tetap menjaga dan meningkatkan
kesehatan pasien. Sehingga komunikasi interpersonal perawat dan pasien terjalin
dengan baik. Dan pada tahap ini akan terlihat apakah pasien merasa senang dan
puas dengan perlakuan atau pelayanan yang diberikanperawat kepada pasien.

H. Contoh Komunikasi Terapeutik Perawat Di Ruang Inap

Berikut ini adalah contoh komunikasi terapeutik kepada lansia khususnya pasien yang
mengalami hipertensi. Dialog kami sajikan dari fase persiapan atau fase pra interaksi,
tahap perkenalan, tahap kerja, sampai pada tahap akhir yakni tahap terminasi. Berikut
penjelasan dan contoh dialognya:

1. Fase Pra Interaksi (Fase Persiapan)

Sebelum berjumpa dengan pasien sebaik nya perawat mengetahui terlebih dahulu
berbagai hal diantaranya: indentitas, alamat, pekerjaan dan penyakit yang saat ini
sedang diderita oleh pasien, sehingga perawat pada tahap ini secara tidak
langsung sudah berkenalan dengan pasien.

2. Tahap Orientasi (Tahap Perkenalan)

14
Pada tahap ini perawat sudah datang dan bertatap langsung dengan pasien dengan
melihat kondisinya secara langsung.Fase ini disebut juga dengan fase perkenalan.
Adapun contoh dialognya adalah sebagai berikut:

Perawat : Selamat pagi ibu….

Pasien    : Pagi ………..

Perawat : Apa ini benar dengan ibu Linda……….?

Pasien    : Ia benar na …..

Perawat : Perkenal kan bu’ saya perawat Daniel…. Saya yang akan memeriksa
ibu pagi hari menggantikan piket nya perawat Laura yang biasa memeriksa
ibu’…. (senyum lalu bertanya) “ Bagaimana keadaan ibu hari ini …?

Pasien    : Oh iya…., keadaan saya hari ini udah sedikit mendingan dari yang
kemarin…

Perawat : syukur deh bu…. berarti itu tanda nya ibu akan segera pulih kembali

Pada tahap ini walaupun kita telah mengetahui nama pasien akan tetapi agar lebih
dekat sebaiknya kita kembali menanyakan nama pasien, inilah titik awal kerja
sama antar perawat dengan pasien.

3. Tahap Kerja

Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari komunikasi terapeutik. Pada tahap ini
sudah masuk pada rencana apa yang akan kita berikan sebagai seorang perawat.

Perawat : Apakah saya bisa mulai memeriksa ibu’……

Pasien    : iya bisa na Daniel……

Perawat : Saya akan memulai dengan memeriksa tekanan darah ibu. Bisa kah ibu
menjulur kan tangan ibu..

Pasien    : Oh iya bisa na….

15
Perawat : tekanan darah ibu saat ini 120/80 MmHg ….. lebih baik dari kemarin…
yang saya lihat di catatan darah ibu’ 140/90 MmHg..

Pasien    : oohh iya ….? akan tetapi saya sedikit takut karna kepala saya sampai
saat ini masih terasa pusing seperti beputar – putar …. Apakah itu tak mengapa ?

Perawat : ooohhh ngga’ kok bu’ itu adalah hal yang wajar akan tetapi seiring
dengan waktu rasa pusing yang ibu rasa kan akan perlahan–lahan hilang.

Pasien    : Apakah sebaik nya itu tidak diberikan obat saja oleh dokter na
Daniel…. ?

Perawat : Oohh ngga’ perlu di berikan obat itu bu’ karna ditakutkan jika ibu
banyak mengonsumsi obat bukan malah sembuh penyakit ibu akan tetapi lebih
parah….

Pasien    : Ohh ya na… ?baik lah …. Jika begitu terima kasih untuk saran nya ….
Perawat  : Sama – sama ibu ….

4. Tahap Terminasi

Tahapan Ini merupakan akhir dari pertemuan, dimana seorang perawat harus
berpisah dengan seorang pasien.

Perawat : Apakah ibu masih ingin bertanya ….

Pasien    : Tidak na Daniel….

Perawat : baiklah, jika ibu sudah tidak ingin bertanya lagi maka saya izin permisi
ya ibu, nanti saya akan sering-sering melihat perkembangan ibu.

Pasien    : Baik na ….

Perawat : Permisi ibu, selamat pagi….

Pasien    : Selamat pagi….

16
Demikian secara sederhana contoh dialog komunikasi terapeutik pada lansia yang
pada contoh kali ini adalah dialog komunikasi terapeutik pada pasien hipertensi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Seorang perawat yang professional tidak hanya dilihat dari keahlian atau
ketarampilan yang dimiliki dalam dunia medis. Namun, keterampilan komunikasi juga
sangat dibutuhkan bagi seorang perawat dalam melayani pasien.Komunikasi
interpersonal yang terjadi antara perawat dan pasiennya jangan hanya sebatas
menjalankan tugas tapi perawat harus melihat pasien dengan senyum dan penuh
keramahan, mendengarkan keluhan pasien dengan sikap terbuka, empati, mendukung,
sikap positif dan mengingat akan kesetaraan sebagai mahluk Allah. Setelah
menyelesaikan makalah ini, maka penulismenyimpulkan bahwa :
1. Pola Komunikasi Interpersonal Antara Perawat dan Pasien di Rumah sakit adalah
pola komunikasi strategi katalisator. Lebih banyak menggunakan strategi katalisator
yakni memberikan motivasi-motivasi kepada pasien atau semangat untuk tetap
mempercepat penyembuhan pasien. Beberapa pola komunikasi perawat terhadap
pasien di rumah sakit, yakni komunikasi diri sendiri (Intrapersonal) adalah
komunikasi terhadap diri pasien akan sikap positifnya terhadap masalah yang
dihadapinya. Komunikasi dengan diri sendiri merupakan komunikasi yang dihasilkan
dari apa yang menjadi pengalaman. Sikap positif pasien timbul dari perawat yang
memberikan nuansa yang baik saat awal melayani dengan memberikan senyum.
Selainpola komunikasi diri sendiri pola komunikasi interpersonal menjadi kunci
pelayanan di rumah sakit. Komunikasi interpersonal antara perawat dan pasien
merupakan keseimbangan dalam pelayanan. Komunikasi yang baik akan

17
memaksimalkan pelayanan karena informasi tersampaikan dengan jelas, dan ada tiga
komunikasi interpersonal percakapan, dialog dan wawancara.
2. Efektivitas Komunikasi Interpersonal Antara Perawat dan Pasien di Rumah Sakit
sudah terlihat dengan hasil wawancara beberapa pasien tentang apa yang
dirasakannya saat berkomunikasi dengan perawat. Efektivitas dari komunikasi itu
sampai membantu pasien dalam proses penyembuhan penyakitnya. Pasien yang takut
akan memasuki ruang operasi tapi dengan bantuan perawat tetap memberikan
semangat dan motivasi yang kuat pada pasien. Pasien yang sedang mengalami sakit
Hipertensi merasa beban penyakitnya berkurang dan senang atas motivasi-motivasi
dari perawat. Efektifnya komunikasi perawat dan pasien terukur dari kecepatan
penyembuhan pasien, kenyamanan pasien dalam pelayanan serta perhatian dari
perawat menjadi sesuatu yang sangat penting pada masa perawatan ini.

B. Saran
Sudah sepatutnya tenaga medis dalam mengembangkan kompetensi komunikasi
interpersonal dalam rangka meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang berikan
pada klien dan keluarga. Peningkatan kompetensi ini harus dilakukan dan disiapkan
sejak proses pendidikan melalui pendidikan komunikasi interpersonal di kelas
maupun melalui pelatihan-pelatihan. Bagi rumah sakit dan tempat pelayanan
kesehatan lainnya, sangat perlu pelatihan dan penyegaran secara periodik.Perawat
harus memiliki kemampuan membangun komunikasi yang efektif, yang bertujuan
untuk meningkatkan kepuasan pasien sebagai penguna jasa di rumah sakit. Selain itu
komunikasi interpersonal merupakan awal untuk membuat rencana terhadap semua
keluhan pasien, sehingga kebutuhan mereka dapat terpenuhi secara adekuat. Hal
tersebut dapat dicapai dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan diadakannya
pelatihan tentang caramembangun komunikasi yang baik dan efektif khususnya
untukperawat pelaksana yang menerima pasien secara langsung. Diharapkan setiap
perawat dapat memiliki ketrampilan dan pengetahuan tentang komunikasi
interpersonal, serta mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal tersebut
sebagai upaya meningkatkan kualitas personal perawat. Perlu dikembangkan lebih
lanjut tentang faktor-faktor yang menentukan kepuasan pasien, ataupun analisis

18
faktor yang mempengaruhi motivasi perawat dalam menjalin komunikasi
interpersonal, sehingga pasien akan lebih merasa nyaman dalam menjalani perawatan
di rumah sakit. Pasien pada dasarnya selalu mengharapkan perhatian yang lebih
sehingga mereka dapat mengungkapkan semua keluhan serta harapan mereka ketika
menjalani perawatan, komunikasi yang dijalin perawat saat berinteraksi sangat
mereka harapkan khususnya komunikasi interpersonal perawat

DAFTAR PUSTAKA

Anderson Sylvia, Wilson Lorraine Mc Carty, 1995.Fisiologi Proses-Proses Penyakit. Jakarta.


Penerbit Buku Kedokteran.

Ardial.(2007). Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Arifin, Anwar. 1992. Ilmu Komunikasi (Suatu Pengantar Ringkas).Jakarta:Rajawali pers

Arwani. 2002. Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.

Brent D.Ruben, L. P. (2015). Komunikasi dan Perilaku Manusia. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

De Vito, Joseph. 1997. The Interpersonal Communication Book. New York: Book Harper Row

Doenges.(t.thn.). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan


Pendokumentasian Perawat Pasien.Journal Kesehatan , Buku Kedokteran EGC.

Hoetomo. (2005). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Mitra Pelajar.

Rachmania, P. (2012). Pola Komunikasi Dokter Terhadap Pasien Dalam Proses Penyembuhan Di
klinik Makmur Jaya.Skripsi.Saefullah, U. Kapita Selekta Komunikasi (pendekatan Budaya dan
Agama). Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Ulansari Rani., Jufri M., Iskandar. (2015). Efektivitas Komunikasi Interpersonal Anatar Perawat
dan Pasien. Profil Kota Parepare.Sulawesi.

19
20

Anda mungkin juga menyukai