Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam ilmu kesehatan, komunikasi tidak bisa dipisahkan dengan peranan perawat sebagai
petugas kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan
komunikasi.Sehingga sekarang ilmu komunikasi berkembang pesat. Salah satu kajian ilmu
komunikasi ialah komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik antara
tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan dan penyakit,
tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut atau
partisipasi profesional dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat
kesehatan melaui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan timbal balik melalui
perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih
baik. Kenyataaanya memang komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari
kehidupan kita, tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan
dengan orang lain. Entah itu pasien, sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya.
Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan
perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Komunikasi merupakan alat untuk
membina hubungan terapeutik karena komunikasi mencakup pencapaian informasi,
pertukaran pikiran dan perasaan. Proses komunikasi terapeutik sering kali meliputi
kemampuan dan komitmen yang tulus pada pihak perawat untuk membantuk klien mencapai
keberhasilan keperawatan bersama. Komunikasi yang berlangsung di tatanan kelompok
ataupun komunitas biasanya lebih efektif dalam mengkomunikasikan tentang kesehatan oleh
petugas kesehatan seperti perawat salah satunya.

B. Tujuan Penulisan

Makalah ini dibuat agar mahasiswa mengetahui dan memahami komunikasi terapeutik
serta penerapan komunikasi terapeutik pada klien dan keluarga ditatanan komunitas dalam
program pengefektivan kebersihan diri dan lingkungan  dalam masyarakat.

C. Sistematika penulisan
Makalah ini di bagi menjadi empat bab yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Tujuan penulisan

C. Sistematika penulisan

BAB II KONSEP-KONSEP KOMUNIKASI

BAB III KOMUNIKASI KLIEN DAN KELUARGA DALAM MENJAGA KEBERSIHAN


DIRI DAN LINGKUNGAN DI MASYARAKAT

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

1
B. Saran

BAB II
KONSEP KOMUNIKASI
A.      PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi dalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang
untuk menetapkan,mempertahankan,dan meningkatkan kontak dengan orang lain. Karena
komunikasi dilakukan oleh seseorang setiap hari, orang sering sekali salah berfikir bahwa
komunikasi adalah sesuatu yang mudah.Namun sebenarnya komunikasi adalah proses
kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu
berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa
yang terus berlangsung secara dinamis.
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan
nonverbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada
perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan.Kebisuan juga merupakan
sebuah makna komunikasi. Misalnya seorang perawat yang yang menyimak kesedihan
seorang suami yang ditinggal mati istrinya.Komunikasi menyampaikan informasi , dan
merupakan suatu aksi saling berbagi. Komunikasi adalah sebuah faktor yang paling penting,
yang digunakan untuk menetapkan hubungan terapeutik antara perawat dan klien.

B. TINGKATAN KOMUNIKASI
Komunikasi terjadi pada tingkatan intrapersonal, dan umum. Komunikasi intrapersonal
terjadi didalam diri individu,merupakan model bicara seorang diri atau dialog internal yang
terjadi secara konstan dan tanpa disadari. Tujuan dari komunikasi intrapersonal adalah
kesadaran diri yang mempengaruhi konsep diri dan perasaan dihargai. Konsep diri yang
positif dan kesadaran diri yang datang melalui dialog internal dapat membantu perawat
mengekspresikan diri secara tepat kepada orang lain.

a.Komunikasi interpersonal adalah interaksi antara dua orang atau didalam kelompok


kecil. Seringkali bersifat saling berhadapan dan merupakan tipe yang paling sering
digunakan dalam situasi keperawatan. Komunikasi individual bersifat terus menerus
memperhatikan lawannya. Komunikasi interpersonal yang sehat menimbulkan
terjadinya pemecahan masalah, berbagi ide, pengambilan keputusan dan perkembangan
pribadi. Dalam keperawatan , terdapat banyak situasi yang menantang kemampuan
komunikasi interpersonal. Menjadi anggota komite perawat memacu kemampuan
perawat untuk mengekspresikan ide-idenya dengan jelas dan meyakinkan. Komunikasi
interpersonal adalah inti dari praktik keperawatan. Seorang perrawat apat membantu
klien dalam tingkatan interpersonal yang bermakna.
b.Komunikasi publik adalah interaksi dengan sekumpulan orang dalam jumlah yang
besar. Memberikan kuliah pada sebuah ruangan yang dipenuhi pelajar dan berbicara
pada kelompok pelanggan pada promosi kegiatan adalah contoh dari komunikasi
publik. Menjadi seorang komunikasi yang kompeten yang menghadapi membutuhkan
kemampuan untuk membayangkan dirinya berbicara pada sebuah kelompok.
Kemampuan panggung khusus seperti penggunaan postur, gerakan tubuh, dan nada
bicara membantu pembicara untuk mengekspresikan ide-idenya.

C. ELEMEN PROSES KOMUNIKASI


Komunikasi terjadi pada suatu tingkat sosial ,diaman orang orang yang terlibat
didalamnya terlibat dalam kontak intreapersonal dan interpersonal. Proses ini sangat dinamis
dimana makna pesan dinegosiasikan oleh orang tersebut. Ketika komunikasi berlangsung ,
orang tersebut mungkin sadar dan mungkin juga tidak sadar akan setiap elemen komunikasi.

2
Pada percakapan sehari-hari, peserta tidak akan peduli untuk menganalisis makna setiap kata
atau isyarat. Misalnya seseorang mungkin menjadi lebih hidup, menggunakan tangannya
untuk mengekspresikan idenya tanpa berpikir secara sadar. “saya akan melambaikan tangan
untuk menekankan hal ini.” Namun seorang pearawat harus belajar untuk menyadari setian
elemen dari proses komunikasi.

1.       REFEREN
Referen atau stimulus memotivasi seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Referen dapat berupa objek, pengalaman , emosi, ide atau tindakan. Individu yang sadar
memperhitungkan referen dalam interpesonal aksi intrapersonal dapat dengan hati-hati
mengembangkan dan mengatur pesan.

2.       PENGIRIM
Yang disebut encorder, adalah orang yang memprakarsai pesan atau komunikasi
interpersonal. Pengirim menempatkan referen pada suatu bentuk yang dapat ditransmisikan
dan melaksanakan tanggung jawab untuk ketepatan isi dan nada emosional pada pesan
tersebut. Peran pengirim dapat diputar seterusnya antara peserta pada waktu informasi
ditransmisikan.

3.       PESAN
Pesan adalah informasi yang dikirimkan atau diekspresikan oleh pengirim. Pesan yang
paling efektif harus jelas dan terorganisasi serta diekspresikan dengan cara yang dikenal baik
oleh orang yang menerimanya. Misalnya jargon profesional (terminologi teknis yang
digunakan oleh pemberi perawatan kesehatan) harus disiapkan untuk interkasi antara
profesional dan bukan antara perawat dan klien .  pesan mungkin terdiri dari simbol bahasa
verbal dan nonverbal (misalnya,kata-kata yang diucapkan,ekspresi wajah,atau gerakan
tubuh). Sayangnya tidak semua simbol memiliki makna yang universal. Oleh karena itu
kesulitan dalam komunikasi mungkin terjadi pada pesan tersebut jika pengirim tidak waspada
terhadap faktor ini dan tidak mencoba untuk menjelaskan.

4.       SALURAN
Pesan dikirimkan melalui saluran komunikasi. Saluran bermaksud untuk membawa
pesan, seperti melalui saran visual, pendengaran dan taktil. Ekspresi wajah pengirim secara
visual menyampaikan pesan. Kata-kata yang diucapkan melalui saluran
pendengaran.meletakkan tangan pada individu pada waktu berkomunikasi menggunakan
saluran sentuhan. Secara umum, semakin banyak saluran yang digunakan oleh seorang
perawat untuk mengirimkan pesan, semakin baik pemahaman klien. Misalnya, ketika
berusaha untuk mengatasi rasa sakit , perawat sebaiknya menunjukkan perhatian verbal,
pengeksprsian rasa kasihan dan reposisi klien secara hati-hati untuk meringankan rasa sakit.

5.       PENERIMA
Penerima yang juga disebut deoder, adalah orang yang menerima pesan yang
dikirimkan. Supaya komunikasi dapat berjalan efektif , penerima harus merasa atau
mewaspadai pesan tersebut.  Pesan dari pengirim kemudian bertindak sebagai salah satu
penerima referen dan mengharuskan penerima secara tepat membaca sandi dan merespons
pesan pengirim.

6.       RESPONS
Komunikasi adalah proses yang terus menerus. Penerima membalas mengirimkan
pesan kepada pengirim. Respons ini membantu untuk mengungkapkan apakah makna dari
pesan tersebut tersampaikan. Respons verbal dan nonverbal dari penerima mengirimkan

3
respons  kepada pengirim menunjukkan pemahaman penerima tentang pesan tersebut. Demi
keefektifan , keduanya harus peka dan terbuka atas pesan satu sama lain.  Dalam hubungan
sosial , kedua belah pihak yang terlibat mengambil tanggung jawab yang sama untuk mencari
keterbukaan dan kejelasan, mengingat perawat memiliki tanggung jawab yang besar dalam
hubungan pearwat dan klien.

D.       BENTUK KOMUNIKASI
a.       KOMUNIKASI VERBAL
Meliputi kata-kata yang diucapkan maupun yang ditulis. Kata-kata adalah media atau
simbol yang digunakan untuk mengekspresikan ide atau perasaan., menimbulkan respons
emosional, atau menggambarkan objek atau observasi, kenangan atau kesimpulan. Kata-kata
juga digunakan untuk menyampaikan makna yang tersembunyi , menguji minat orang lain
atau tingkat kepedulian atau  untuk mengekspresikan kecemasan atau rasa takut. Bahasa akan
menjadi efektif hanya jika setiap orang yang berkomunikasi memahami pesan tersebut
dengan jelas.

b.      KOMUNIKASI NON-VERBAL
Tindakan sering kali dapat mengatakan lebih banyak daripada kata-kata. Komunikasi
non verbal adalah transmisi pesan tanpa menggunakan kata-kata.dan merupakan salah satu
cara yang terkuat bagi seseorang untuk mengirimkan pesan kepada oranglain. Kita secara
terus menerus berkomunikasi secara non verbal dalam pertemuan dimana kita saling
bertemu.gerakan tubuh memberikan makna yang jelas daripada kata-kata. Komunikasi non
verbal lebih kuat daripada komunikasi verbal. Perawat harus waspada akan adanya
komunikasi non verbal yang mengkuti pesan verbal yang disampaikan pada klien. Klien
mungkin merasakan adanya rsa ketidakpercayaan atau kecemasan ketika muncul
ketidaktepatan antara pesan verbal dan non verbal perawat. Ungkapan seperti, “Selamat pagi,
apa kabar?” dapat memberikan beberapa makna bagi klien jika nada bicara dan eksprsi wajah
perawat tidak sesuai dengan kata-kata yang diucapkannya. Pesan verbal harus menguatkan
atau diikuti oleh isyarat non-verbal yang tepat misalnya ketika perawat bertemu dengan klien,
pertahankan kontak mata dan bicara dengan suara yang tenang dan memberikan rasa aman
kepada klien.
Selama pengkajian, perawat harus mengamati pesan verbal dan non-verbal klien. Klien
yang mengatakan bahwa mereka merasa baik-baik saja namun menyeringai pada waktu
bergerak mengomunikasikan dua pesan yang berbeda. Menjadi pengamat tingkah laku non-
verbal membutuhkan waktu. Perawat yang merasakan pesan non-verbal memiliki
kemampuan yang lebih baik untuk memahami klien, mendeteksi peubahan kondisi dan
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.

E.   FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI


Persepsi, nilai, latar belakang budaya, pengetahuan, peran dan lokasi interaksi
mempengaruhi isi pesan dan cara bagaimana pesan itu disampaikan.komunikasi interpersonal
dibuat dengan lebih kompleks karena setiap orang dipengaruhi secara berbeda oleh variabel
interpersonal. Variabel interpersonal membuat setiap komunikasi interpersonal menjadi unik.
Setiap orang membuat asosiasi berbeda dan menginterpretasikan pesan secara berbeda.
Pemahanman faktor ini membantu seorang perawat untuk mengetahui alasan klien memiliki
kesulitan berkomunikasi dan strategi yang dibutuhkan untuk membantu.

a.       PERKEMBANGAN
Sebagian besar anak-anak lahir dengan mekanisme fisik dan kapasitas untuk
mengembangkan kemampuan berbicara dan berbahasa. Anak dengan kegagalan
perkembangan seperti paralisis cerebral, autisme dan sindrom Down akan memiliki tingkat

4
kapasitas yang berbeda untuk mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa. Tingkat
perkembangan berbicara bervariasi dan secara langsung berhubungan dengan perkembangan
neurologi dan intelektual (Whaley dan Wong, 1995). Lingkungan seorang anak harus juga
menawarkan stimulasi untuk perkembangan normal. Lingkungan yang disediakan oleh orang
tua memberikan pengaruh terhadap kemampuan untuk berkomunikasi. Perawat menggunakan
teknik khusus untuk berkomunikasi dengan anak-anak dari berbagai tingkat perkembangan
yang berbeda. Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan anak-anak, perawat harus
memahami pengaruh perkembangan bahasa dan proses berfikir. Keduanya akan
mempengaruhi cara anak berkomunikasi dan cara bagaimana perawat dapat berinteraksi
secara sukses dengan mereka.

b.      PERSEPSI
Setiap orang merasakan, menginterpretasikan, dan memahami kejadian secara berbeda.
Persepsi adalah pandangan pribadi atas apa yang terjadi. Seorang perawat mungkin berkata
“Saya perhatikan Anda menjadi diam sejak keluarga anda pergi. Apakah anda mau
membicarakannya?” persepsi klien terhadap maksud perawat akan mempengaruhi
keinginanya untuk berbicara. Persepsi terbentuk oleh apa yang diharapkan dari pengalaman.
Perbedaan dalam persepsi antar individu yang berinteraksi dapat menjadi kendala dalam
komunikasi.

c.       NILAI
Nilai adalah standar yang mempengaruhi tingkah laku. Nilai tersebut adalah apa yang
dianggap penting dalam hidup oleh seseorang dan pengaruh dari ekspresi pemikiran dan ide.
Nilai juga mempengaruhi interpretasi pesan. Karena nilai adalah panduan  umum tingkah
laku, sangat penting bagi seorang perawat untuk mengembangkan kepekaan dalam nilai
tersebut. Beberapa nilai mungkin diketahui dengan mudah dan tanpa konflik (misalnya,
kerahasiaan atau perawatan kulit bagi pasien yang tidak dapat melakukan mobilisasi)
sedangkan yang lain mungkin mengarah pada konflik tingkat tinggi dan menjadi sulit untuk
diartikulasikan (mis, nilai tentang kematian dan hak untuk mati). Memahami dan
menjelaskan nilai penting dalam membuat keputusan klinis interaksi. Perawat sebaiknya
tidak membiarkan nilai pribadi mempengaruhi hubungan profesional. Gerakan tubuh yang
menghakimi akan menghancurkan kepercayaan dan mengganggu komunikasi yang efektif.

d.      EMOSI
Emosi adalah perasaan subjektif seseorang mengenai peristiwa tertentu. Cara seorang
bersosialisasi atau berkomunikasi dengan orang lain dipengaruhi oleh emosi. Klien yang
marah mungkin melakukan reaksi yang berbeda atas perintah perawat dibandingkan mereka
yang ketakutan. Emosi mempengaruhi kemampuan untuk menerima pesan dengan sukses.
Emosi juga dapat menyebabkan seseorang salah menginterpretasikan sesuatu atau tidak
mendengar pesan. Jika klien melontarkan rasa marahnya,  seorang perawat tidak boleh
menganggapnya serius. Perawat dapat mengkaji emosi klien dengan mengamati interaksi
mereka dengan keluarga, dokter, atau perawat lainnya.

Ketika seorang perawat mengasuh klien, mereka harus mewaspadai emosi emosi
mereka sendiri. Sangat sulit untuk menghindari emosi. Klien sangat peka dan dapat
merasakan rasa marah, frustasi atau sedih. Umumnya tidak tepat untuk mendiskusikan emosi
pribadi dengan klien. Sistem pendukung sosial darin sejawat akan membantu perawat
mengekspresikan emosinya.  Pemanfaatan program asisten karyawan, pertemuan dengan
teman sebaya, dan penggunaan tim interdisiplin seperti pekerja sosial dan perawatan pastoral
membuat perawat dapat mengekspresikan emosinya dan perasaan pada tempat dan waktu

5
yang tepat. Hasil dari intervensi ini harus difokuskan untuk mendapatkan solusi untuk
mencapai atau mengidentifikasikan masalah dan apa yang menjadi perhatian perawat.

e.      LATAR BELAKANG SOSIOKULTURAL


Budaya adalah jumlah  total dari mempelajari cara berbuat, berpikir dan merasakan.
Budaya merupakan bentuk kondisi yang menunjukan dirinya  melalui tingkah laku. Bahasa,
pembawaan, nilai, dan gerakan tubuh merefleksikan asal budaya. Budaya mempengaruhi cara
klien dan perawat melakukan hubungan satu sama lain dalam berbagai situasi. Perawat
belajar untuk mengetahui makna budaya dalam proses komunikasi. Pengaruh kebudayaan
menetapkan batas bagaimana seseorang bertindak dan berkomunikasi.

Budaya juga mempengaruhi metoda komunikasi tentang gejala atau perasaan


menderita pada orang lain. Perbedaan muncul dalam penyingkapan diri atau ketika keinginan
untuk menunjukkan emosi dan informasi psikologis pada orang lain. Misalnya orang
Amerika dan Eropa lebih terbuka dan ingin mendiskusikan masalah keluarga yang pribadi
sedangkan orang Amerika Latin, Afrika dan Asia enggan untuk mengemukakan informasi
pribadi atau keluarga pada orang asing seperti perawat atau dokter. Pada beberapa kelompok
etnik, atau kelompok rasial, diam, rasa malu hanya terjadi jika ada orang asing atau
profesional dari budaya yang lebih dominanm kadang hal itu terjadi karena rasa
ketidakpercayaanhistoris yang berdasarkan pada diskriminasi. Pada kondisi lain dapat
dipengaruhi oleh kesetiaan pada keluarga dan persetujuan tidak akan membagi masalah pada
orang yang bukan amggota keluarga.

Perbedaan bahasa juga dapat merintangi komunikasi dan hubungan. Ketika perawat
melakukan perawatan pada klien yang berbicara dalam bahasa yang berbeda, mungkin
diperlukan seorang penarjemah. Perawat dapat mempelajari kata kunci seperti air, sakit, atau
kamar mandi untuk meyakinkan bahwa kebutuhan dasar pasien dikaji dan dipahami.

f.        JENDER
Perbedaan janis kelamin mempengaruhi proses komunikasi. Pria dan wanita memiliki
gaya komunikasi yang berbeda dan satu sama lain aling mempengaruhi proses komunikasi
secara unik. Tannen (1990) mendiskusikan gaya komunikasi yang berbeda bagi prai dan
wanita. Sejak usia 3 tahun, anak perempuan bermain dengan teman baiknya atau dalam
kelompok bermain kecil dan menggunakan bahasa untuk mencari konfirmasi, meminimalkan
perbedaan, dan menetapkan atau menguatkan keintiman. Sebaliknya anak laki-laki,
menggunakan bahasa untuk menetapkan kebebasab dan menegosiasikan aktivitas status
dalam kelompok yang besar, meskipun ketika mereka ingin berteman, mereka umumnya
melakukannya dengan adu otot. Ketika dewasa, pria dan wanita memiliki kesan yang sama
sekali berbeda mengenai perbincangan yang sama. Tannen (1990) menyatakan bahwa friksi
antar kedua jenis kelamin bangkit karena pria dan wanita tumbuh dalam budaya yang secara
esensial berbeda, maka akibatnya percakapan diantara mereka mengalami lintas kultural.
Pendekatan ini berbeda dari teori perbedaan dominasi bahwa justru menekankan pada pola
wanita predominan untuk mencari hubungan dan persahabatan dengan yang lain dan pola
predominan pria untuk menyelesaikan tugas dan mencari kebebasan serta status. Meskipun
pendekatan seperti ini tidak menjelaskan seluruh masalah yang muncul dalam hubungan
antara pria dan wanita, namun dapat menjelaskan ketidakpuasan tanpa menyalahkan dan
tanpa menghancurkan hubungan.

6
Tentu saja perawat perlu mewaspadai perbedaan ini ketika bekerja dengan klien atau
dengan anggota tim kesehatan lainnya yang berlawan jenis. Aktif menyimak dan mencari
kejelasan akan membantu mencegah salah persepsi dan salah paham (Ebersole dan Hess,
1994).

g.       PENGETAHUAN
Komunikasi dapat menjadi sulit ketika orang yang berkomunikasi memiliki tingkat
pengetahuan yang berbeda. Pesan akan menjadi tidak jelas ketika kata-kata dan ungkapan
yang digunakan tidak dikenal oleh pendengar. “insisi hampir sembuh tanpa ada cairan
abnormal” sama artinya dengan “insisi bersih dan akan segera sembuh”. Dalam hal ini
perkataan yang kedua akan lebih dipahami oleh pasien.

Perawat berkomunikasi dengan klien dan profesional yang memiliki tingkat


pengetahuan yang berbeda. Bahasa yang umum digunakan adalah esensial ketika
berkomunikasi dengan tingkat pengetahuan yang berbeda. Perawat mengkaji pengetahuan
klien dengan mencatat respon mereka atas pertanyaan, kemampuan untuk mendiskusikan
masalah kesehatan, dan pertanyaan yang mereka tanyakan. Setelah pengkajian, perawat
menggunakan terminologi dan ungkapan yang dipahami klien untuk meningkatkan perhatian
dan minat.

h.      PERAN DAN HUBUNGAN


Individu berkomunikasi dalam tatanan yang tepat menurut hubungan dan peran
mereka.Pelajar  menggunakan cara bicara yang berbeda ketika mereka bicara dengan teman
atau dengan instruktur,dokter atau rohaniawan.Kata-kata,ekspresi wajah,nada suara,dan
gerakan tubuh bergantung pada bagaimana orang tersebut menerima komunikasi.
Perawat mungkin merasa nyaman ketika berkomunikasi dengan teman sejawat,bercanda
mengenai kejadian sehari-hari dan berbagi cerita yang menyenangkan.Namun komunikasi
dengan klien yang memasuki klinik untuk pertama kalinya membutuhkan peran yang
berbeda.Dengan mengantisipasi keprihatinan,perawat menunjukan rasa hormat dengan
menggunakan nama keluarga klien dan menghindari humor sampai mereka dapat menetukan
reaksi pasien terhadapnya.Klien mungkin lebih mencari dukungan daripada cerita
lucu.Kemudian,ketika hubungan antara perawat dan klien semakin kuat,percakapan sehari-
hari dan memanggil klien dengan nama depan mungkin dapat dilakukan,teapi hanya atas
persetujuan klien (Wootsen,1993).
Seseorang akan merasa lebih nyaman ketika menunjukan ide untuk individu yang dapat
mengembangkan hubungan yang positif dan memuaskan.Ketika hubungan antara perawat
dan klien berkembang,perawat dan klien akan memiliki rasa percaya diri dalam
menghubungkan ide dengan perasaan.Komunikasi akan menjadi lebih efektif ketika masing-
masing pihak tetap waspada tentang peran mereka dalam suatu hubungan.Perawat harus
menghindari penggunaan terminologi seperti,‘’sayang’’ atau ‘’manis’’ ketika memanggil
klien manapun.Ungkapan seperti ini dapat diinterpretasikan tidak tepat dan ofensif oleh
pasien.

i.        LINGKUNGAN
Orang cenderung dapat berkomunikasi dengan lebih baik dalam lingkungan yang
nyaman.Ruangan yang hangat,bebas dari kebisingan dan gangguan adalah yang
terbaik.Kebisingan dan kurangnya kebebasan seseorang dapat mengakibatkan
kebingungan,ketegangan atau ketidak nyamanan.Misalnya,klien yang takut pada diagnosa
kanker akan keberatan untuk mendiskusikan penyakitnya dalam ruangantunggu yang sibuk

7
dan penuh sesak.Gangguan lingkungan dapat mengganggu pesan yang dikirimkan antara dua
orang.

Perawat memiliki semacam kontrol ketika memilih lingkungan untuk melakukan komunikasi
dengan klien.Kantor atau ruang duduk yang tenang sangat ideal.Ketika klien dikunjungi
dirumah,kamar tidur atau ruang baca mungkin yang terbaik.

Dalam lingkungan perawatan kesehatan sekarang ini,seringkali tidak ada waktu untuk
dihabiskan bersama klien.Dalam pengaturan keperawatan akut,perawat harus mempelajari
bagaimana menggunakan waktu dengan klien secara bijak karena waktu rawat inap dirumah
sakit yang pendek.
Usaha perawat untuk memberikan informasi tidak boleh dihalangi oleh distraksi
lingkungan.Komunikasi harus tepat dan relevan,berdasarkan pada rencana pasien untuk
perawatan.Proses komunikasi ini terus berlanjut ketika pasien memasuki fase pasca
rawat inap.Klien kerap kali dipindahkan ke lingkungan yang bervariasi.Komunikasi harus
terus berlanjut pada lingkungan yang bervariasi ini,seperti unit perawat yang terlatih di
rumah.Metode yang kreatif seperti interaksi telepon atau referensi fax komputer umumnya
muncul sebagai fasilitator proses komunikasi dalam lingkungan perawatan kesehatan yang
terus berubah dewasa ini.
j.        RUANG DAN TERITORIAL
Teritorial menetapkan makna dari hak seseorang pada suatu area dan sekitarnya.Teritorial
sangat penting karena membuat seseorang memiliki identitas,keamanan dan kontrol.Dengan
kata lain,seseorang merasa terancam ketika orang lain memasuki teritorialnya karena hal
tersebut mengganggu homeostatis psikologis,menimbulkan kecemasan,dan menyebabkan
munculnya perasaan kehilangan kontrol.Dalam teks klasik,Hall (1969) mengemukan istilah
proksemik yang artinya penggunaan ruang dalam hubungan inerpersonal atau jarak
antar komunikator.Dalam interaksi sosial,orang secara sadar mempertahankan jarak antar-
mereka sendiri.Ruang pribadi adalah ‘’gelembung’’yang tidak tampak dan dapat
berpindah,mengikuti orang tersebut.Teritorial dapat dipisahkan dan menjadi tampak bagi
orang lain,seperti halaman yang berpagar,handuk dipantai,atau tempat tidur dirumah sakit.
1.      Sikap Berkomunikasi
Gerakan Tubuh :
—   Sikap tubuh

—   Ekspresi wajah

—   Tersenyum

—   Kontak mata

—   Tidak melipat tangan

—   Tidak menyilangkan kaki

—   Tidak memasukkan tangan ke kantong

—   Sedikit membungkuk

Sentuhan:
—  Bersalaman

8
—  Menepuk bahu

—  Mengangkat jempol

—  Tepuk tangan

—  Memegang tangan pasien yg sedang sedih

—  Hal-hal yang harus diperhatikan\

—  Korban aniaya

—  Larangan budaya

—  Curiga

Volume dan Nada Suara:


—   Untuk Lansia : volume suara tinggi,  nada rendah

—   Untuk Perilau Kekerasan : volume dan nada rendah, tegas

Jarak:
—  Ruang intim : s.d. 50 cm

—  Pribadi : 50 – 120 cm

—  Konsultasi sosial : 275 – 365 cm

—  Diam:

—  Mendengar aktif

—  Kontak mata

—  Digunakan untuk pasien isolasi sosial, memberi kesempatan berfikir

Proses komunikasi, menurut Cultlip dan Center, komunikasi yang efektif harus


dilaksanakan dengan melalui empat tahap, yaitu: fact finding, planning, communicating,
dan evaluation.
1.        Fact Finding
Mencarikan dan mengumpulkan fakta dan data sebelum seseorang melakukan kegiatan
komunikasi. Untuk berbicara di depan suatu masyarakat perlu dicari fakta dan data tentang
masyarakat tersebut, keinginannya, komposisinya dan sebagainya.

2.        Planning


Berdasarkan fakta dan data itu dibuatkan rencana tentang apa yang akan dikemukakan
dan bagaimana mengemukakannya. Bagi suatu masyarakat yang agraris tentu saja
pengemukaan komunikasi haruslah menggunakan cara yang sesuai dengan ciri-ciri agraris.

3.        Communicating


Setelah planning disusun maka tahap selanjutnya adalah communicating/berkomunikasi.
4.        Evaluation
Penilaian dan analisis kembali diperlukan untuk melihat bagaimana hasil komunikasi
tersebut. Ini kemudian menjadi bahan bagi perencanaan melakukan komunikasi selanjutnya.

9
F.      Komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah proses dimana perawat yang menggunakan pendekatan
terencana mempelajari klien. Proses memfokuskan pada klien namun direncanakan dan
dipimpin oleh seorang professional (Keltner,Schweche,dan Bostrom 1991 ). Komunikasi
terapeutik mengembangkan hubungan interpersonal antara klien dan perawat. Proses ini
meliputi kemampuan khusus karena perawat harus memperhatikan pada berbagai interaksi
dan tingkah laku non-verbal. Komunikasi terapeutik disampaikan secara rahasia karena klien
tahu bahwa semua informasi yang disampaikan perawat menjadi bagian dari catatan medis
dan tidak disebarkan sebagai gossip,maka klien merasa nyaman untuk memapaparkan hal-hal
yang berhubungan dengan data kesehatab,apa yang menjadi perhatian ,ketakutan atau
masalah keluarga.Hanya tim perawat kesehatan yang secara langsung terlibat pada renacana
klien untuk perawatan yang memiliki tanggung jawab pada informasi tersebut. Komunikasi
terapeutik pada akhirnya menentukan perawat untuk menetapkan hubungan kerja dengan
klien dan keluarganya.
1.       Interaksi Sosial
Usaha pertama dalam berkomunikasi dengan klien umumnya meliputi interaksi social
yang singkat. Pesan yang disampaikan bersifat dangkal dimana baik perawat ataupun klien
tidak mendiskusikan masalah atau pandangan pribadi secara mendalam. Interaksi superficial
membuat mereka yang ikut serta merasa aman karena diskusi tidak memiliki keinginan
tersembunyi untuk pemaparan pribadi. Perawat sering kali menggukan interaksi social
superficial pada awa pembicaraan dengan klien untuk memberikan dasar bagi hubungan yang
lebih dekat. Misalnya perawat menyapa klien ‘Selamat pagi Ny.C senang bertemu dengan
anda hari ini”.

2.       Menyimak dengan penuh perhatian


Menyimak adalah salah satu tehnik komunikasi terapeutik yang paling efektif.
Menyimak merupakan metoda non verbal untuk menunjukan minat pada
kebutuhan,pandangan dan masalah klien. Menyimak adalah proses aktif dan penuh pelajaran
sedangkan mendengarka adalah proses neurologis yang pasif untuk menerima informasi.

3.       Menunjukan penerimaan
Penunjukan penerimaan artinya bukan menghakimi orang lain dan menunjukan
kegiatan pewawancara untuk menyimak kepercayaan,penghargaan dan latihan klien. Hal ini
kadang sulit karena perawat menghadapi klien dengan latarbelakang yang bervariasi.
Penerimaan tidak sama dengan persetujuan. Penerimaan dalah keinginan untuk mendegar
seseorang tanpa menunjukan keraguan atau ketidaksetujuan.

4.       Mengajukan pertanyaan yang berhubungan


Bertanya adalah metode langsung dari komunikasi tujuan perawat adalah untuk
memperoleh infrmasi spesifik mengenai klien. Pertanyaan digunakan selama percakapan,
untuk menetapkan nada interaksi verbal dan mengontrol tujuannya. Pertanyaan yang paling
efektif jika berkaitan dengan topic atau subjek yang didskusikan dan menggunakan kata-kata
dan pola-pola dalam konteks sosiokultural klien yang normal.

Susunan pertanyaan perawat membantu klien mengungkapkan sebuah cerita. Setiap


pertanyaan berfokus pada aspek khusus cerita tersebut.perawat memilih pertanyaan
berdasarkan pada respons pasien yang sebelumnya sehingga informasi tersebut menjadi logis.
Mengajukan pertanyaan terbuka kepada klien akan mendorong perawat mengkaji beberapa
faktor.

5.       Parafrase

10
Parafrase adalah mengulang pesan klien dengan kata-kata perawat sendiri. Melalui
paraphrase perawat mengirim respons yang membuat klien tahu apakah pesan mereka di
pahami dan mengacu pada komunikasi lebih lanjut. Ilustrasi :

Klien      : saya sudah muak dokter saya tidak mau mengatakan kepada saya apa yang terjadi.
Dia tampaknya tidak peduli apa yang saya fikirkan

Perawat : anda frustasi karena anda dan dokter anda tidak membicarakan diagnose?

Klien      : Ya,dia jelas tidak tau bagaimana rasanya sakit

6.       Menjelaskan
Menjelaskan dalam hal ini mungkin didefinisikan sebagai tindakan yang menyatakan
ulang sebuah pertanyaan yang sudah diutarakan  atau dikirimkan oleh pengirim pesan. Tanpa
penjelasan,informasi penting dapat menjadi hilang. Informasi sangat penting untuk rencana
perawatan klien  dan dapat menjadi tidak lengkap kecuali jika data yang membinggungkan
atau kontradiksi dapat dijelaskan. Dengan menjelaskan pesan secara lebih spesifik
kemungkinan untuk dipahami menjad lebih besar.

7.       Fokus
Focus dapat didefiniskan sebagai memusatkan informasi pada elemen atau konsep
kunci dari pesan yang dikirimkan. Pemfokuskan akan menghilang ketidak jelasan dalam
komunikasi dengan membatasi area diskusi.

8.       Menetapkan observasi
Ketika berkomunikasi orang sering kali tidak sadar bagaimana pesan mereka terima.
Respon dari orang lain memberitahu mereka apakah mereka mengkomunikasikan pesan yang
dikehendaki. Salah satu supaya perawat dapat memberikan respon adalah bersama dengan
klien berbagi observasi tentang tingkah laku merka selam berkomunikasi.

9.       Memberikan informasi
Dalam interaksi dengan klien perawat seringkali memberikan informasi yang member
klien data tambahan atau masukan.perawat harus menghindari memberikan nasihat pada
klien ketika memberikan informasi sehingga tidak mempengaruhi proses pengambilan
keputusan klien. Perawat menyediakan informasi yang akan mambantu klien mencapai
keputusan yang menurut mereka dapat mengoptimalkan tingkat kesehatan mereka.

10.   Mempertahankan ketenangan
                Kegunaan ketengan dapat menjadi efektif namun dapat menjadi sulit karena jeda
dalam percakapan yang berlangsung selama beberapa detik atau menit dapat menybabkan
kejanggalan. Penggunaan ketengan membtuhkan keterampilan dan waktu. Ketenagan secara
khusus bergua ketika klien berhadapan dengan keputusan sulit dimana mereka tidak yakin
bagaimana membaginya dengan perawat.
11.   Penyimpulan
Penyimpulan adalah pengulangan ringkas ide – ide  utama yang telah didiskusikan.
Penyimpulan kan membatu perawatmengulang aspek-aspek kunci interaksi. Dengan
penyimpulan klien akan mampu mengurangi informasi dan menambahkan atau mengoreksi.

12.   Pemberian pendapat
Dengan memberikan  pendapat akan membutuhkan pengambilan keputusan yang
dilakukan jauh dari klien.sering kali klien hanya membutuhkan kesempatan untuk

11
menunjukan perasaanya.. pemberian pendapat akan menghalangi pasien mengembangkan
solusi utnk memcahkan masalanya.

13.   Memberikan penentraman semu


Penentraman yang tulus dan dapat dipercaya sangat penting dan dapat membantu
menetapkan harga diri da harapan klien. Bradley dan edinberg (1990) telah mengidentifikasi
6 konsep dasar dimana penemtrman secra verbal dapat diberikan klien dapat diyakinkan
bahwa:

1. Masih ada harapan


2.  Perawat selal mendengarkan
3. Pengobtan tersedia
4. Perubahan tertentu yang tidak diinginkan dapat terjadi (mis : kehilangan rambut
karena kemoterapi )
5. Klien akan iperlakukan sebagai individu
6. Masalah klien telah dipahami
14.   Bersikap defentif
Defentif adalah respons untuk mengkritik , untuk menunjukan bahwa klien tidak
memiliki hak untuk memberikan opini. Ketika perawat menjadi defentif apa yang menjadi
kekhawatiran klien sering kali terabaikan.

15.   Menunjukan persetujuan atau ketidakpersetujuan


Menunjukan persetujuan yang berlebuhan dapat menimbulkan bahaya untuk hubungan
pasien dan perawat begitupun juga dengan ketidaksetujuan. Memberikan pujian yang
berlebihpun dapat menunjukan tingkah laku yang dipuji adalah satu-satunya yang diterima.

16.   Bertanya mengapa

Jika perawat menginginka informasi tambahan, terdapat cara cara lain yang lebih
efektif untuk menetapkan pertanyaan. Misalnya, daripada betanya “kenapa anda tidak
melakukan latihan ?” perawat dapat mengatakan , “Anda tidak melakukan latihan anda.
Apakah ada masalah ?

17.   Mengubah subjek pembicaraan secara tidak tepat


Komentar perawat yang  menunjukan ketidakinginan untuk mendiskusikan ketidak
nyamanan klien. Perubahan pengkajian terapeutik ketidaknyamanan telah hilang. Dalam
contoh ini, mengubah subjek tidak terapeutik karena perawat tidak mengindahkan masalah
serius yang potensial.

Mengubah subjek menghalangi kemajuan dalam komunikasi terapeutik. Pemikiran dan


spontianintas klien menjadi terganggu, ide-idenya menjadi kusut dan sebagai akibatnya
informasi yang tersedia menjadi tidak adekuat.

18.   Membantu hubungan
Hubungan klien – perawat adalah suatu proses dinamis yang meliputi usaha kolaborasi
perawat-klien untuk mengatasi masalh dan untuk meningkatkan kesehatan dan kemampuan
adaptasi hubungan yang membantu ini adalah terapeutik yang meningkatakan iklim
psikologis yang membawa perubahan dan pertumbuhan klien yang positif . penciptaan
lingkungan yang terapeutik bergantung pada kemampuan perawat untuk menyediakan
kenyamanan fisik dan psikososial pada klien .

a.        Fase komunikasi therapeutic

12
Struktur dalam komunikasi terapeutik, menurut Stuart,G.W.,1998,Terdiri dari 4
fase,Antara lain:

1)      Fase preinteraksi
Tahap ini adalah masa persiapan sebelum memulai berhubungan dengan klien. Tugas
perawat pada fase ini yaitu :

a)      Mengeksplorasi perasaan,harapan dan kecemasannya;

b)      Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri ia akan terlatih untuk
memaksimalkan dirinya agar bernilai tera[eutik bagi klien, jika merasa tidak siap maka perlu
belajar kembali, diskusi teman kelompok;

c)      Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat rencana interaksi;

d)       Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan di implementasikan saat
bertemu dengan klien.

2)      Fase orientasi
Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan klien. Pada saat pertama kali
bertemu dengan klien fase ini digunakan perawat untuk berkenalan dengan klien dan
merupakan langkah awal dalam membina hubungan saling percaya. Tugas utama perawat
pada tahap ini adalah memberikan situasi lingkungan yang peka dan menunjukkan
penerimaan, serta membantu klien dalam mengekspresikan perasaan dan pikirannya. Tugas-
tugas perawat pada tahap ini antara lain :

a)      Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap penerimaan dan komunikasi
terbuka. Untuk membina hubungan saling percaya perawat harus bersikap terbuka, jujur,
ihklas, menerima klien apa danya, menepati janji, dan menghargai klien;

b)      Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak penting untuk menjaga kelangsungan
sebuah interaksi.Kontrak yang harus disetujui bersama dengan klien yaitu, tempat, waktu dan
topik pertemuan;

c)      Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien. Untuk mendorong
klien mengekspresikan perasaannya, maka tekhnik yang digunakan adalah pertanyaan
terbuka;

d)      Merumuskan tujuan dengan klien. Tujuan dirumuskan setelah masalah klien
teridentifikasi. Bila tahap ini gagal dicapai akan menimbulkan kegagalan pada keseluruhan
interaksi.

1. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini antara lain :


A. Memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan tangan jabatan tangan
B. Memperkenalkan diri perawat
C. Menyepakati kontrak. Kesepakatan berkaitan dengan kesediaan klien untuk
berkomunikasi, topik, tempat, dan lamanya pertemuan.
D. Melengkapi kontrak. Pada pertemuan pertama perawat perlu melengkapi
penjelasan tentang identitas serta tujuan interaksi agar klien percaya kepada
perawat.

13
E. Evaluasi dan validasi. Berisikan pengkajian keluhan utama, alasan atau
kejadian yang membuat klien meminta bantuan. Evaluasi ini juga digunakan
untuk mendapatkan fokus pengkajian lebih lanjut, kemudian dilanjutkan dengan
hal-hal yang terkait dengan keluhan utama. Pada pertemuan lanjutan
evaluasi/validasi digunakan untuk mengetahui kondisi dan kemajuan klien hasil
interaksi sebelumnya.
F. Menyepakati masalah. Dengan tekhnik memfokuskan perawat bersama klien
mengidentifikasi masalah dan kebutuhan klien.
Selanjutnya setiap awal pertemuan lanjutan dengan klien lakukan orientasi. Tujuan
orientasi adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan
klien saat ini dan mengevaluasi tindakan pertemuan sebelumnya.

3)      Fase kerja
Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi teraeutik.Tahap ini
perawat bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi klien.Perawat dan klien
mengeksplorasi stressor dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan
menghubungkan persepsi, perasaan dan perilaku klien.Tahap ini berkaitan dengan
pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan.Tekhnik komunikasi terapeutik yang
sering digunakan perawat antara lain mengeksplorasi, mendengarkan dengan aktif, refleksi,
berbagai persepsi, memfokuskan dan menyimpulkan.
4)      Fase terminasi
Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan saling percaya sudah
terbina dan berada pada tingkat optimal. Perawat dan klien keduanya merasa kehilangan.
Terminasi dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau saat klien
akan pulang. Perawat dan klien bersama-sama meninjau kembali proses keperawatan yang
telah dilalui dan pencapaian tujuan. Untuk melalui fase ini dengan sukses dan bernilai
terapeutik, perawat menggunakan konsep kehilangan. Terminasi merupakan akhir dari
pertemuan perawat, yang dibagi dua yaitu:
1. Terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan.
2.  Terminasi akhir, terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara
menyeluruh.
Tugas perawat pada fase ini yaitu :

1. Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah dilakukan, evaluasi ini disebut
evaluasi objektif. Brammer & Mc Donald (1996) menyatakan bahwa meminta klien
menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan atau respon objektif setelah
tindakan dilakukan sangat berguna pada tahap terminasi
2. Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan menanyakan perasaan
3. klien setalah berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu;
Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Hal ini sering
disebut pekerjaan rumah (planning klien). Tindak lanjut yang diberikan harus relevan
dengan interaksi yang baru dilakukan atau yang akan dilakukan pada pertemuan
berikutnya. Dengan tindak lanjut klien tidak akan pernah kosong menerima proses
keperawatan dalam 24 jam;
4. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak yang perlu disepakati adalah
topik, waktu dan tempat pertemuan. Perbedaan antara terminasi sementara dan
terminasi akhir, adalah bahwa pada terminasi akhir yaitu mencakup keseluruhan hasil
yang telah dicapai selama interaksi.
19.  Teknik Komunikasi Terapeutik.
Ada dua persyaratan dasar untuk komunikasi yang efektif  yaitu :

14
1. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi maupun
penerima pesan.
2. Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan lebih dahulu
sebelum memberikan saran, informasi maupun masukan.
 

G. HAMBATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK


Dalam hal kemajuan hubungan perawat-klien terdiri dari tiga jenisà utama : resistens,
transferens, dan kontertransferens (Hamid, 1998). Ini timbul dari berbagai alasan dan
mungkin terjadi dalam bentuk yang berbeda, tetapi semuanya menghambat komunikasi
terapeutik. Perawat harus segera mengatasinya. Oleh karena itu hambatan ini menimbulkan
perasaan tegang baik bagi perawat maupun bagi klien.

a.        Resisten.


Resisten adalah upaya klien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab ansietas yang
dialaminya. Resisten merupakan keengganan alamiah atau penghindaran verbalisasi yang
dipelajari atau mengalami peristiwa yang menimbulkan masalah aspek diri seseorang.
Resisten sering merupakan akibat dari ketidaksediaan klien untuk berubah ketika kebutuhan
untuk berubah telah dirasakan. Perilaku resistens biasanya diperlihatkan oleh klien selama
fase kerja, karena fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaian masalah.

b.        .Transferens.


Transferens adalah respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan sikap
terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dalam kehidupannya di masa lalu.
Sifat yang paling menonjol adalah ketidaktepatan respon klien dalam intensitas dan
penggunaan mekanisme pertahanan pengisaran (displacement) yang maladaptif. Ada dua
jenis utama reaksi bermusuhan dan tergantung.

c.         .Kontertransferens.


Yaitu kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh perawat bukan oleh klien.
Konterrtransferens merujuk pada respon emosional spesifik oleh perawat terhadap klien yang
tidak tepat dalam isi maupun konteks hubungan terapeutik atau ketidaktepatan dalam
intensitas emosi. Reaksi ini biasanya berbentuk salah satu dari tiga jenis reaksi sangat
mencintai, reaksi sangat bermusuhan atau membenci dan reaksi sangat cemas sering kali
digunakan sebagai respon terhadap resisten klien.

Untuk mengatasi hambatan komunikasi terapeutik, perawat harus siap untuk


mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks hubungan perawat-
klien (Hamid, 1998). Awalnya, perawat harus mempunyai pengetahuan tentang hambatan
komunikasi terapeutik dan mengenali perilaku yang menunjukkan adanya hambatan tersebut.
Latar belakang perilaku digali baik klien atau perawat bertanggung jawab terhadap hambatan
terapeutik dan dampak negative pada proses terapeutik.

C.       Komunikasi Terapeutik pada kelompok


Interaksi dengan kelompok besar ( > 12 orang) untuk mempengaruhi masyarakat
untuk  mengadopsi perilaku sehat dengan cara memberikan pendidikan kesehatan tentang 
kesehatan/keperawatan.

.  Teknik komunikasi kelompok masyarakat :


a)  Brainstorming/curah pendapat
15
1) Beri kebebasan  mengungkapkan  ide dan mendiskusikan dalam kelompok besar

2) Beri kesempatan pada anggota untuk

3) Mengidentifikasi isu dan mencari solusi

b)  Program Komunitas

1)Pendekatan individu/kelompok program, dilakukan melalui perencanaan sistematis

c) Demonstrasi

1)  Memperlihatkan secara langsung tindakan yang harus dilakukan

d)  Ceramah

Menyampaikan informasi secara verbal (tatap muka)

1)      Pembicara harus berpengalaman, nyaman,  punya kemampuan berbicara, memberikan 


penekanan pd point yg penting

2)      Kombinasikan dengan media

3)      Batasi umpan balik peserta karena waktu    yang terbatas

i.      Role Play (bermain peran)

1)      Efektif dlm mempengaruhi sikap dan opini masyarakat.

2)      Dapat mengembangkan kemampuan peserta  dalam menyelesaikan masalah dan


berpikir kritis

3)      Optimalkan partisipasi setiap anggota

4)      Kombinasikan dengan metode ceramah &  diskusi

 
Tujuan:

1. Membantu anggota kelompok berinteraksi dengan orang lain


2. Membantu anggota kelompok merubah perilaku
 
D.      KOMUNIKASI MASSA
Joseph A.Devito mendefinisikan komunikasi massa sebagai berikut :

Pertama-tama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada khalayak


banyak, kepada pendengar dalam jumlah yang luar biasa besar. Pendengar yang dimaksud di
sini bukan semua atau setiap orang yang membaca atau menonton televisi, melainkan jumlah
penonton yang besar dan umumnya agak sulit di definisikan. Kedua, komunikasi massa
adalah komunikasi yang di perantai oleh alat pentransmisi audio dan atau visual. Bentuk
komuniksi massa yang kemungkinana paling mudah dan paling logis adalah : televisi, radio,
surat kabar, majalah, buku, film, dan kaset.

16
Selanjutnya, mengacu pada pemahaman komunikasi menurut Werner I. Severin dan
James W. Tankard Jr., komunikasi diartikan sebagai berikut :

Komunikasi massa sebagian merupakan keterampilan, sebagian seni, dan sebagian


lagi ilmu pengetahuan. Dikatakan suatu keterampilan karena komunikasi ini melibatkan
teknik dasar tertentu yang dapat di pelajari, misalnya, memfokuskan kamera televisi,
mengoprasikan tape recorder , atau melakukan pencatatan pada suatu wawancara. Dalam
pengertian sebagai seni, komunikasi ini menciptakan tantangan, missal, menulis skrip untuk
program televise, mengembangkan suatu tata ruang yang estetis untuk majalah dan atau
mengusulkan suatu lead yang menarik perhatian untuk isi berita. Komunikasi merupakan
suatu ilmu pengetahuan dalam arti bahwa ada prinsip tertentu yang terlibat, yang
memungkinkan komunikasi berlangsung, dan dapat di verifikasi serta digunakan untuk
mengupayakan sesuatu menjadi lebih baik.
Berdasarkan pemahaman diatas, komunikasi massa sesungguhnya merupakan
komunikasi media massa. Komunikasi massa merupakan komunikasi  yang memiliki ciri-ciri,
yaitu berlangsung satu arah, media komunikasi massa menimbulkan keserempakan, dan
komunikan komunikasi massa bersifat heterogen.

1.      Berlangsung Satu Arah


Berbeda dari komunikasi interpersonal yang berlangsung dua arah, komunikasi massa
berlangsung satu arah, yang berarti tidak ada arus balik dari komunikan kepada komunikator.
Situasi ini dapat diasumsikan bahwa setelah pesan sampai kepada massa, persepsi atau
penerimaan massa terhadap informasi yang disebarkan sangat bergantung pada massa dan
komunikator tidak dapat memantau atau mengontrol penerimaan massa terhadap informasi
tersebut. Situasi ini tentulah tidak menguntungkan karena memungkinkan kesalah persepsi
yang besifat missal dan meluas. Contohnya, iklan atau propaganda tentang HIV/AIDS yang
ditayangkan televisi: “Gunakan kondom untuk menghindari HIV/AIDS.” Pernyataan ini
dapat menimbulkan persepsi bahwa seks bebas diperkenanka selama HIV/AIDS dapat
dicegah.

Konsekuensi kemungkinan pesan atau informasi dipersepsikan salah adalah bahwa


komunikator harus melakukan perencanaan dan persiapan sedemikian rupa sehingga pesan
yang disampaikan kepada komunikan harus komunikatif, dalam arti kata dapat diterima
secara inderawi (received) dan secara rohani (accepted) pada satu kli penyiaran. Dengan
demikian, pesan komunikasi harus jelas sehingga dapat dibaca, didengar, ataupun dilihat, dan
dipahami maknanya serta tidak bertentangan dengan kebudayaan komunikan yang menjadi
sasaran komunikasi.

Pada masa ini, sering kali kita melihat acara Talk Show atau wawancara yang disiarkan
melalui televisi. Apakah komunikasi yang terjadi merupakan komunikasi massa ?
Televisi atau radio sering menayangkan komunikasi antara pendengar/pemirsa dan
penyiar melalui fasilitas telepon. Apakah komunikasi diatas berlangsung searah? Atau
merupakan suatu komunikasi massa?

2.      Komunikator pada Komunikasi Massa Lembaga


Media massa sebagai saluran komunikasi merupakan lembaga bagi suatu intitusi atau
organisasi. Oleh karena itu, komunikatornya merupakan suatu lembaga (institutionalized
communicator atau organized communication). Komunikator pada komunikasi massa

17
misalnya wartawa surat kabar atau penyiar televisi, karena media yang digunakan adalah
suatu lembaga. Dalam menyebarkan pesan , komunikator bertindak atas nama lembaga,
sehingga informasi yang disampaikan harus selaras dengan kebijakan surat kabar atau stasiun
televisi yang diwakilinya. Komunikator pada komunikasi massa ini tidak memiliki kebebasan
individu untuk mengeluarkan pendapat (freedom of expression atau freedom of opinion),
hanya memiliki kebebasan yang dibatasi  (restricted freedom).

Konsekuensi yang timbul dari komunikator adalah lembaga ini bahwa perannya dalam
proses komunikasi didukung orang-orang lain. Pemunculannya pada media komunikasi tidak
sendirian, tetapi bersama orang lain yang berperan mengatur teknik penyampaian, perbaikan
isi informasi, atau penambahan dan perluasan isi informasi sehingga informasi menjadi lebih
menarik dan sesuai dengan visi dan kebijakan lembaga penyedia informasi. Seorang
wartawan ketika menyampaikan informasi dalam Koran, memerlukan tim editor agar
tulisannya menjadi lebih baik, memerlukan penata letak dalam penulisan dikoran atau
majalah, dan mungkin juga memerlukan tambahan informasi dari wartawan lain agar berita
yang disampaikannya menjadi lebih komprehensip, luas, dan mendalam.

Berdasarkan kenyataan diatas, komunikator yang terlibat dalam komunikasi massa disebut
komunikator kolektif karena penyebaran pesan merupakan hasil kerja sama sejumlah personil
dalam penyampaian informasi.

3.      Pesan pada Komunikasi Massa Bersifat Umum


Pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum (publik) karena ditujukan
pada khalayak umum dan menyangkut kepentingan umum. Dengan demikian, majalah
organisasi, film documenter, dan televise kabel tidak dapat di katakana sebagai komunikasi
massa. Media massa tidak akan menyiarkan suatu pesan yang tidak menyangkut kepentingan
umum, misalnya, berita pernikahan artis, undangan seminar khusus  alumni sekolah, dan
sebagainya. Pemberitaan dengan tema-tema ini dalam bidang jurnalistik
disebut human interest, kisah yang oleh media massa dianggap menarik untuk diketahui
masyarakat.
4.      Media Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan
Ciri lain komunikasi massa adalah menimbulkan keserempakan (simultaneity) pada
masyarakat dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan karena pesan yang disampaikan
dapat diterima secara bersama-sama pada suatu waktu. Pada komunikasi melalui televisi atau
radio serta surat kabar, informasi atau pesan dapat diakses oleh masyarakat secara serempak.
Bandingkan dengan penggunaan poster atau papan pengumuman. Informasi dari poster atau
pengumuman serta buku, dikemas dalam oplah kecil sehingga tidak dapat diakses secaara
bersamaan, melainkan seca bergiliran.

Menurut Harold D. Lasswell, fungsi komunikasi massa adalah:


 Mengamati/mengawasi lingkungan;
 Mengorelasi unsur-unsur masyarakat dalam menanggapi lingkungan;
 Menyebarkan warisan sosial.
5.       Komunikan Komunikasi Massa Bersifat Heterogen
Komunikan atau masyarakat penerima informasi bersifat heterogen. Heterogenitas ini
terlihat mulai dari tempat tinggal hingga karakteristik penerima informasi. Sifat heterogenitas
khalayak menimbulkan kesulitan bagi seorang komunikator dalam menyebarkan pesannya
melalui media massa karena setiap individu dalam masyarakat menghendaki keinginannya
dipenuhi. Bagi para pengelola media massa, tidaklah sulit memenuhi hal itu. Satu-satunya
pendekatan untuk memenuhi keinginan seluruh khalayak sepenuhnya ialah mengelompokkan

18
mereka menurut jenis kelaminn, usia, agama, pekerjaan, pendidikan, kebudayaan, hobby, dan
sebagainya.

Pengelompokkan tersebut telah dilaksanakan oleh berbagai media massa melalui


penyelenggaraan rubrik atau acara tertentu untuk kelompok komunikan tertentu, misalnya,
menggelar acara khusus untuk anak , ceramah islam, acara khusus pengetahuan untuk
kalangan mahasiswa, dan sebagainya. Melaluipengelompokan ini, sejumlah rubrik atau acara
dapat ditujukan khusus bagi kelompok tertentu sehingga sasaran dapat dicapai.

19
BAB III
Penerapan komunikasi terapeutik pada klien dan keluarga ditatanan komunitas dalam
mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue
 Fase-fase Komunikasi Terapeutik

Topik

Peran

Tujuan

Media

Pra Interaksi

1. Mengadakan kunjungan pertama atau survey ke desa A

2. Mengadakan rapat dengan kepala desa

3. Mengajukan proposal perijinan kepada kepala desa

Perawat 1 : Dyah ayu NS

Perawat 2 :

Afani Widiati

Kepala desa :

Heryanto Wibowo

Warga :

– Sherly Junia

– Angesty

– Wulan Maulina

1. Mengetahui kondisi desa A sebelum melakukan penyuluhan

2. Berkoordinasi dengan kepala desa untuk mengadakan penyuluhan

3. sebagai bukti legalisasi perizinan untuk melaksanakan kegiatan

20
– Meja

– Kursi

– Proposal

– Alat tulis

– Jadwal (tanggalan)

Orientasi

1. Menggunakan media komunikasi untuk menyebarkan informasi tentang penyuluhan


kepada warga

2. Mempersiapakan setting tempat sebelum acara dilaksanakan

3. Memastikan alat peraga yang di butuhkan dalam penyuluhan

Perawat 1 : Dyah ayu NS

Perawat 2 :

Afani Widiati

Perawat 3:

Heryanto Wibowo

Warga :

– Sherly Junia

– Angesty

– Wulan Maulina

1. Untuk memanggil warga agar dapat memberikan pengumuman lebih efektif di desa A

2. Agar Setting tempat lebih siap sebelum penyuluhan berlangsung

3. Agar pada saat pelaksanaan alat peraga tidak ada yang kurang

– Toa

– Kentongan

21
– Kertas jadwal

Kerja

1. Sambutan kepala desa

2. Menjelaskan tentang pentingnya kebersihan lingkungan untuk

Mencegah penyakit DBD kepada masyarakat

3. Mendemonstrasikan salah satu teknik pencegahan yaitu 3M

Perawat 1 : Dyah ayu NS

Perawat 2 :

Afani Widiati

Kepala desa:

Heryanto Wibowo

Warga :

– Sherly Junia

– Angesty

– Wulan Maulina

1. Memperoleh dukungan atas penyuluhan ini

2. Masyarakat bisa mengerti tentang kebersihan lingkungan untuk mencegah DBD

3. Masyarakat dapat melihat langsung penerapan teknik kebersihan lingkungan

– Kursi

– Meja

– Mic

– Alat peraga

Terminasi

1. Perawat melakukan Tanya jawab dengan masyarakat

22
2. Perawat meminta salah satu masyarakat untuk redemonstrasi teknik 3M

3. Memberikan booklet sebagai panduan masyarakat.tentang bahaya dan pencegahan DBD

Perawat 1 : Dyah ayu NS

Perawat 2 :

Afani Widiati

Pak kepala desa:

Heryanto Wibowo

Warga :

– Sherly Junia

– Angesty

– Wulan Maulina

Perawat memvalidasi bahwa masyarakat mengerti dan memahami teknik 3M


perawat dapat mengetahui bahwa masyarakat bisa mengaplikasi kan teknik 3M
Masyarakat bisa memberikan pengetahuan kepada masyarakat lain sehingga masyarakat desa
yang tidak hadir bisa tetap mengaplikasikan teknik 3M
 

23
BAB IV
PEMBAHASAN
 
Komunikasi terapeutik dalam mengefektifkan kebersihan diri dan
lingkungan  diharapkan dapat bermanfaat khususnya dalam mempengaruhi kesehatan dan
kesejahteraan  anggota keluarga, ini juga tidak lepas dari peran perawat dalam
penyampaiannya ditatanan komunitas. Selain itu diperlukan dukungan
para masyarakat  untuk:
1.      Menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar kita
2.      Istirahat / Tidur yang cukup
3.      Berolahraga secara teratur
4.      Makan makanan yang sehat dan sesuai aturan
5.      Hindari hubungan seks diluar nikah
Program kebersihan diri dan lingkunngan akan lebih efektif apabila dapat secara tepat
mengkomunikasikannya kepada seluruh komunitas. Jika ingin program kebersihan diri dan
lingkungan berhasil meningkatkan kesehatan warga , maka harus meningkatkan pengetahuan
kesehatan dan mengetahui dampak yang buruk dari reaksi tidak menjaga kebersihan diri dan
lingkungan antara lain.
1.      Dapat menyebabkan penyakit kulit, diare, disentri dan penyakit yang
berhubungan dengan pencernaan dan kulit
2.      Lingkungan bisa menjadi longsor atau banjir
3.      Bisa timbul ketidak percayaan masyarakat atas barang/makanan yang diproduksi
dari desa bila desa dan warganya tidak bersih

24
BAB V
PENUTUP
 
A.    Simpulan
            Sesuai hasil dari perumusan masalah dan tujuan penulisan yang berdasarkan
pembahasan, didapat kesimpulan dari penulisan ini yaitu, komunikasi merupakan proses
belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat mempunyai peran penting dalam menjaga
kesehatan dan kebahagian khususnya dalam memberikan komunikasi dalam mengefektifkan
keluarga berencana. Komunitas adalah suatu kumpulan orang yang berbagi beberapa atribut
kehidupan mereka. Keperawatan kesehatan komunitas adalah praktik keperawatan dalam
komunitas, dengan fokus primer pada pelayanan kesehatan individu, keluarga, dan kelompok
dalam komunitas. Tujuannya adalah untuk menjaga, melindungi, memajukan, atau
memelihara kesehatan.
 
B.     Saran
Adapun saran yang akan disampaikan berhubungan dengan penulisan yaitu:
·         Perawat perlu melakukan penyuluhan pada klien dan keluarga ditatanan komunitas dalam
mengefektifkan keluaga berencana secara tepat dalam melakukan komunikasi.
 
 
 
 
 
 

25
 
 
 
Daftar Pustaka
 
Perry, AN. And Potter, PA (2005) Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Suryani. (2006). Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktek. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Tamsuri,Anas.2005.Buku Saku Komunikasi Dalam Keperawatan.Jakarta : EGC  


http://entegila.wordpress.com/2012/06/05/penyakit-penyakit-yang-paling-sering-muncul-
akibat-kurangnya-menjaga-kebersihan-dan-kesehatan/                                                                
                                                                                                                                                       
                 

26

Anda mungkin juga menyukai