Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Komunikasi merupakan aspek yang penting yang harus dimiliki
oleh perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien.
Komunikasi yang diterapkan oleh perawat kepada klien merupakan
komunikasi terapeutik. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama
memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar
(Abdalati,1989 dalam Abdul Nasir et al. 2009:142). Untuk itu perawat
memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yng mencangkup
keterampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal yang tercemin dalam
perilaku caring atau kasih sayang dan cinta (Jonhson,1989 dalam Abdul
Nasir et al.2011:142).
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien menurut Purwanto dalam Setiawan dan Tanjung (2011:21). Dalam
hubungan ini klien merasa dihargai, diterima, dan diarahkan. Klien dengan
sukarela akan mengekspresikan perasaan dan pikirannya, sehingga beban
emosi dan ketegangan yang dirasakannya dapat hilang sama sekali dan
kembali seperti semula. Pada saat anak beranjak remaja, kadang kala
orang tua menemukan kesulitan untuk melakukan komunikasi secara dua
arah dengan anak. Masa-masa remaja untuk setiap anak terkadang mejadi
periode yang sulit dan ini dikarenakan anak remaja mulai mengalami
beberapa hal dalam hidupnya seperti mengembangkan identitas mereka
sendiri secara individu. Adanya perubahan biologis dan fisiologis ,
menghadapi tekanan dari teman sebayanya, mengalami ketertarikan pada
lawan jenis, dan lain sebagainya. Sementara orang tua juga mulai
merasakan besarnya kekhawatiran pada anak remaja mereka, baik terhadap
pergaulannya maupun perkembangan kepribadiannya. Jadi, bagaimanakah
cara terbaik untuk mengatasinya?
Pendekatan terhadap orang tua adalah salah cara yang tepat
dilakukan. Komunikasi yang efektif antara orang tua dengan anak-anak
sangat penting dilakukan karena akan membuat hubungan antara orang tua
dan anak tetap terjalin dengan baik. Untuk menciptakan komunikasi yang
efektif orang tua perlu memahami karakteristik remaja.
Sebagai seorang perawat, perawat bisa memfasilitasi antara orang tua dan
remaja. Perawat bisa menggali masalah yang dihadapi remaja, dan
selanjutnya orang tua bisa diberitahukan cara mengatasi masalah anaknya.
Agar tindakan yang diberikan perawat bisa berjalan lancar, perawat perlu
menerapkan strategi pelaksanaan di setiap tindakan keperawatan. Pada
makalah ini, kami akan membahas mengenai komunikasi terapeutik pada
klien remaja.

1
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, masalah dalam makalah ini
dirumuskan menjadi limapertanyaan.
1. Bagaimana perkembangan komunikasi remaja?
2. Apa tujuan komunikasi remaja?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi komunikasi remaja?
4. Apa saja teknik komunikasi pada remaja?
5. Bagaimana penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada
remaja?
C.    Tujuan
Berdasarkan latar belakang, tujuan makalah ini yaitu untuk mengetahui:
1. perkembangan komunikasi remaja
2. tujuan komunikasi remaja
3. faktor yang mempengaruhi komunikasi remaja
4. teknik komunikasi remaja
5. penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada remaja

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Perkembangan Komunikasi Remaja


Komunikasi merupakan aspek yang penting yang harus dimiliki
oleh perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien.
Komunikasi yang diterapkan oleh perawat kepada klien merupakan
komunikasi terapeutik. Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi
lebih bermakna karena merupakan metode utama dalam
mengiplementasikan proses keperawatan. Pengalaman ilmu untuk
menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial
yang besar (Abdalati,1989 dalam Abdul Nasir et al. 2009:142). Untuk itu
perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang
mencangkup keterampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal yang
tercemin dalam perilaku caring atau kasih sayang dan cinta (Jonhson,1989
dalam Abdul Nasir et al.2009:142).
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien menurut Purwanto (1994) dalam Setiawan dan Tanjung (2001:21).
Dalam hubungan ini klien merasa dihargai, diterima, dan diarahkan. Klien
dengan sukarela akan mengekspresikan perasaan dan pikirannya, sehingga
beban emosi dan ketegangan yang dirasakannya dapat hilang sama sekali
dan kembali seperti semula. Komunikasi terapeutik memandang gangguan
kesehatan yang bersumber pada gangguan komunikasi, pada ketidak
mampuan pasien untuk mengungkapkan dirinya (Marhaeni, 2009:5). Oleh
karena itu, tujuan dari komunikasi terapeutik adalah membantu pasien
memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran, membantu
mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu memengaruhi
orang lain, lingkungan fisik, dan diri sendiri. Rumah Sakit Jiwa
merupakan satu-satunya rumah sakit yang menangani masalah penyakit
syaraf dan kejiwaan di Aceh. Pasien gangguan sakit jiwa adalah seseorang
yang mengalami ganguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi,
proses berfikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indra).
Gangguan jiwa ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita
(dan keluarganya). Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa
mengenal umur, ras, agama, maupun status sosial ekonomi. Gangguan
jiwa bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi. Perawat di Rumah Sakit
Jiwa Aceh dididik untuk dapat mengatasi hambatan komunikasi yang di
derita oleh pasien. Menurut Potter dan Perry (dalam Nurjannah, 2005:45)
ada 6 faktor penghambat komunikasi terapeutik, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah 6 faktor tersebut ada di Rumah Sakit Jiwa Aceh
atau ada faktor lain yang menghambat komunikasi terapeutik di Rumah

3
Sakit Jiwa Aceh yang menyebabkan terhambatnya perkembangan
kesembuhan pasien.

Fase Remaja adalah masa transisi atau peralihan dari anak-anak


menuju masa dewasa. Dengan demikian pola pikir dan tingkah lakunya
merupakan peralihan dari anak-anak menjadi orang dewasa. Anak harus
diberi kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara positif.
Apabila anak merasa cemas dan stress, jelaskan bahwa ia dapat mengajak
bicara teman sebayanya dan/atau orang dewasa yang ia percaya terutama
orang tua dan termasuk juga perawat yang selalu bersedia menemani dan
mendengarkan keluhannya. Menghargai keberadaan identitas diri dan
harga dirinya merupakan hal  yang prinsip untuk diperhatikan dalam
berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan tunjukkan ekspresi wajah
yang bersahabat dengannya, jangan memotong pembicaraan saat ia sedang
mengekspresikan perasaan dan pikirannya, menghargai pandangan remaja
serta menerima perbedaan. Hindari perkataan yang menyinggung harga
dirinya, hindari mengkritik atau menghakimi, hindari pertanyaan yang
menyelidiki atau interogasi. Kita harus menghormati privasinya dan
berikan dukungan atas hal yang telah dicapainya secara positif dengan
selalu memberikan reinforcement positif.

B.     Tujuan Komunikasi Remaja


Tujuan melakukan komunikasi terapeutik pada klien remaja adalah
sebagai berikut.
1. Membangun hubungan yang harmonis dengan remaja
2. Membentuk suasana keterrbukaan dan mendengar
3. Membuat remaja mau berbicara ketika mempunyai masalah
4. Membuat remaja mau mendengar dan menghargai saat mereka
berbicara
5. Membantu remaja menyelesaikan masalah
C.    Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Remaja
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi pada remaja,
yaitu sebagai berikut.

1. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka komunikasi
berlangsung secara efektif.
2. Pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan yang didapat maka komunikasi
berlangsung secara efektif.
3. Sikap
Bila komunikan bersifat pasif atau tertutup maka komunikasi tidak
berlangsung efektif.
4. Usia tumbang dan status kesehatan remaja.

4
Bila ingin berkomunikasi, maka harus sesuaikan dengan tingkat usia
agar komunikasi tersebut berlangsung efektif.
5. Saluran
Saluran sangat penting dalam berkomunikasi agar pesan dapat
tersampaikan ke komunikan dengan baik.
6. Lingkungan
Lingkungan juga sangan berperan penting dalm berkomunikasi.
Sekamin bagus atau indsh lingkungan yang di tempati maka dalam
berinteraksi akan terasa nyaman dan aman.
D.Faktor penghambat Komunikasi Terapeutik
Menurut Potter dan Perry (dalam Nurjannah, 2005:45), proses komunikasi
terapeutik dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
a.Perkembangan
Agar dapat berkomunikasi dengan efektif dengan pasien, perawat harus mengerti
pengaruh perkembangan usia baik dari sisi bahasa, maupun proses berfikir dari
orang tersebut
b.Emosi Emosi
seperti marah dan sedih mempengaruhi tenaga kesehatan dalam berkomunikasi
dengan orang lain.
c.Jenis Kelamin
Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang berbeda.
d.Peran dan Hubungan
Komunikasi antara tenaga kesehatan dan pasien terjadi secara formal karena
tuntutan profesionalisme.
e. Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi efektif.
f. Jarak
Jarak tertentu menyediakan rasa aman dan kontrol

E.    Teknik Komunikasi pada Remaja


Komunikasi dengan remaja merupakan sesuatu yang penting dalam
menjaga hubungan dengan remaja, melalui komunikasi ini pula perawat dapat
memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri remaja yang
selanjutnya dapat diambil dalam menentukan masalah keperawatan. Beberapa
cara yang digunakan dalam berkomunikasi dengan remaja, yaitu sebagai berikut.
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh remaja dalam
menumbuhkan kepercayaan diri remaja, dengan menghindari secara
langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung
yang sedangberada disamping anak. Selain itu dapat digunakan dengan
cara memberikan komentar tentang sesuatu.
2. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak remaja
dapat mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita,

5
tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan
disampaikan, yang akan diekspresikan melalui tulisan.
3. Memfasilitasi
Memfasilitasi adalah bagian cara berkomunikasi, malalui ini
ekspresi anak atau respon anak remaja terhadap pesan dapat diterima,
dalam memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan
tidak boleh dominan , tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan
yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan
jangan mereflisikan ungkapan negatif yang menunjukan kesan yang jelek
pada anak remaja tersebut.
4. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak dengan
meminta anak untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai
keluhan yang dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat menunjukan
persaan dan pikiran anak pada saat itu.
5. Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam
menentukkan atau mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan
mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan yang positif dan
negatif yang sesuai dengan pendapat anak remaja.
6. Penggunaan skala
Pengunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam
mengungkapkan perasaan sakit pada anak seperti pengguaan perasaan
nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk
mengekspresikan perasaan sakitnya.
7. Menulis
Melalui cara ini remaja akan dapat mengekspresikan dirinya
baik pada keadaan sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak
dilakukan pada remaja yang jengkel, marah dan diam.
Tahapan Komunikasi Terapeutik Menurut Abdul Nasir et al.
(2009:170), tahapan komunikasi terapeutik ada lima tahap.
a. Tahap Pra-Interaksi
b. Tahap Perkenalan
c. Tahap Orientasi
d. Tahap Kerja
e. Tahap Terminasi
F. Penerapan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik pada Remaja
Strategi pelaksanaan untuk mengatasi masalah remaja dapat diberikan
kepada remaja itu sendiri sebagai klien dan diberikan kepada orang tua
remaja.
1. Strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada remaja
Fase orientasi:
a. Salam terapeutik
Contoh:

6
Selamat pagi/siang/malam. perkenalkan saya suster Ana Susanti, adik bisa
panggil saya suster Ana, saya yang bertugas pada pagi/siang/mala ini. Jika
boleh tahu nama adik siapa? Ramlan? Nama yang sangat bagus.
b. Evaluasi/validasi
Baiklah Dik, bagaimana keadaannya sekarang? Sudah lebih membaik?
Syukurlah kalau begitu.
c.  Kontrak topik, waktu, tempat
Nah Dik Ramlan, bagaimana kalau kita berbincang-bincang mengenai
masalah adik dan mengenai kecelakaan yang adik alami? Berapa lama
waktu yang kita butuhkan untuk berbincang-bincang? 20 menit cukup?
Baiklah. Dimana kita akan berbincang-bincang? Disini saja? Baiklah Dik
Ramlan
Fase kerja:
Nah Dik sekarang bisa ceritakan dengan saya, kenapa bisa terjadi kecelakaan?
Saya akan mendengarkannya dengan baik. Jadi adik ini kecelakaan gara-gara
balapan motor? Kenapa dik bisa ikut balapan motor? Apakah orang tua adik
mengetahui kalau adik sering ikut balapan motor? Lalu? Jadi adik ikut balapan
karena orang tua jarang memperhatikan adik? Saya mengerti apa yang Dik
Ramlan rasakan. Nah berdasarkan apa yang adik jelaskan tadi, saya bisa pahami
kalau masalah Dik Ramlan itu karena jarang berkomunikasi dan mendapat
perhatian dari orang tua, apa benar seperti itu? Iya, mungkin itu penyebab masalah
adik, tetapi kalau saya boleh berikan pemahaman, yang perlu Dik Ramlan ingat
adalah orang tua Adik itu sibuk bekerja untuk mecukupi kebutuhan adik juga. Itu
karena mereka sayang dengan adik. Tapi nanti saya juga akan beritahukan kepada
orang tua adik agar memberikan sedikit waktu untuk memberikan perhatian ke
adik ya. Nah kalau boleh saya sarankan, adik lebih baik berhenti ikut balapan liar,
karena seperti yang adik rasakan sekarang gak enak kan rasanya? Nah sebaiknya
Dik Ramlan melakukan hal-hal yang positif mumpung masih muda, seperti
mengembangkan hobi yang adik miliki, bermain musik, belajar yang giat, siapa
tahu adik bisa berprestasi, tentunya akan membanggakan orang tua dan secara
otomatis mereka pasti akan lebih perhatian dengan adik.
Fase terminasi:
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Bagaimana perasaan Dik Ramlan sekarang? Semoga bermanfaat. Nah apakah
adik masih ingat pesan saya tadi? Bagus sekali, adik sudah mengingatnya
dengan baik
b. Tindak lanjut klien
Nah Dik Ramlan untuk sekarang bisa beristirahat terlebih dahulu ya
c. Kontrak yang akan datang yaitu topik, waktu, tempat
Sebentar lagi saya akan kembali ke sini ya dik, saya akan memindahkan Dik
Ramlan ke ruangan perawatan, tentunya setelah urusan administrasi selesai ya.
Terimakasih atas perhatian adik. Selamat malam.
  

7
2.      Strategi pelaksanaan (SP) komunikasi terapeutik pada orang tua
Fase orientasi:
a.Salam terapeutik
Selamat pagi/siang/malam ibu. Bu perkenalkan saya suster Ana Susanti, ibu bisa
panggil saya suster Ana, saya yang bertugas pada pagi/siang/mala ini. Jika boleh
tahu nama ibu siapa? Ibu Susi? Nama yang sangat bagus.
b.Evaluasi/validasi
Baiklah Ibu Susi, bagaimana keadaan anaknya sekarang? Sudah lebih membaik?
Syukurlah kalau begitu.
c. Kontrak topik, waktu, tempat
Nah Ibu Susi, bagaimana kalau kita berbincang-bincang mengenai masalah anak
ibu? Berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk berbincang-bincang? 20 menit
cukup? Baiklah. Dimana kita akan berbincang-bincang? Disini saja? Baiklah Ibu
Susi

Fase kerja:
Boleh ibu jelaskan bagaimana kebiasaan ibu dan keluarga di rumah dengan
Ramlan? Saya mengerti dengan keadaan ibu. Anak usia remaja seperti Ramlan ini
terkadang perlu pengawasan yang lebih Bu Susi, karena mereka pada usia ini
sangat memerlukan pendampingan, karena jika dibiarkan tanpa pengawasan
takutnya anak salah memilih pergaulan. Iya bagus sekali komitmen Ibu Susi kalau
begitu, nah akan lebih baik lagi jika Ibu sering berkomunikasi dengan Ramlan bu.
Apakah ibu tahu bagaimana cara membangun komunikasi yang baik dengan
keluarga? Jadi ibu belum tahu? Baiklah akan saya jelaskan. Pada usia remaja
sebaiknya anak dianggap seperti sahabat, artinya Ibu perlu melibatkan,
mendengarkan dan menghargai pendapat dia dan mengarahkan hal-hal yang
kurang baik. Apakah ibu mengerti maksud saya? Iya bagus sekali Ibu Susi.

Fase terminasi:
1.      Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Bagaimana perasaan Ibu Susi sekarang? Semoga bermanfaat. Nah apakah ibu
masih ingat pesan saya tadi? Bagus sekali, ibu sudah mengingatnya dengan baik
2.      Tindak lanjut klien
Nah Ibu Susi sekarang dan selanjutnya bisa mencoba untuk membangun
komunikasi yang lebih baik dengan Ramlan ya.
3.      Kontrak yang akan datang yaitu topik, waktu, tempat
Ibu Susi untuk sekarang bisa ikut saya sebentar ke ruang perawat. Kita akan
membahas mengenai administrasi Ramlan kurang lebih 10-15 menit. Mari ibu,
ikut saya.

8
NASKAH ROLE PLAY KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN
REMAJA

Suatu hari ada seorang pemuda yang berusia 16 tahun yang bernama
Faisal mengikuti balap motor liar di jalan Cigangsa bersama teman-temannya,
namun naas Faisal mengalami kecelakaan yang menyebabkan kaki dan tangannya
luka. Seorang perempuan yang tepat melihat kejadian itu langsung membawa
Faisal ke IGD RS Siloam. Perawat dan dokter kemudian langsung memberikan
penanganan kepada Faisal. Setelah diberikan penanganan, kondisi Faisal membaik
dan dia masih ditempatkan di ruangan IGD karena keluarganya belum datang.
Perawat Ana kemudian menghampiri Faisal untuk menanyakan kondisinya.
Perawat Lusi : “Selamat Malam” (Tersenyum)
Faisal : “Malam suster’’ (Termenung)
Perawat Lusi : “Dik, perkenalkan disini ada saya perawat Lusi
Marifatun,perawat hilda dan risma,kita ngobrol ngobrol dlu ya dik
sebentar. Saya perawat yang bertugas pada malam ini. Jika boleh
tahu, nama adik siapa?”
Faisal : “Nama saya Faisal Indragiri suster, suster bisa panggil saya
faisal”
Perawat Lusi : “Baiklah dik faisal, bagaimana keadaannya sekarang?”
Faisal : “Ya masih begini-begini saja sus”
Perawat Lusi : “Maaf dik faisal, bisa dijelaskan lagi maksud dari kata kata
masih begini-begini saja itu apa?”
Faisal : “Bgini sus, tangan dan kaki saya masih sedikit sakit, tetapi saya
merasakan sudah lebih membaik setelah diberi tindakan tadi.”
Perawat Lusi : “Saya mengerti apa yang anda rasakan dik faisal. Nah, bagaimana
kalau kita berbincang-bincang mengenai masalah Adik, dan
mengenai kronologis kecelakaannya. Apakah dik faisal bersedia?”
Faisal : “Hmmmm….” (Ragu-ragu)
Perawat lusi : “dik faisal bisa menceritakannya kepada perawat hilda dan saya,
saya akan berusaha semampu saya untuk membantu”
(Mempertahankan kontak mata, sedikit membungkuk, bersikap
terbuka)
Faisal : “Baiklah saya bersedia suster Lusi”
Perawat lusi : “ Nah kalau begitu kita disini akan berbincang-bincang sealama
kurang lebih 20 menit ya dik faisal?”
Faisal : “Iya suster”
Perawat hilda : “Nah dik faisal sekarang bisa ceritakan dengan saya, kenapa bisa
terjadi kecelakaan? Saya akan mendengarkannya dengan baik.”
Faisal : “Hmmmm…Anu suster, tadi itu saya balapan motor dengan
teman-teman saya, nah pastikungan ban motor aya kepleset dan
akhirnya saya seperti ini” (Menggaruk-garuk kepala)
Perawat hilda : “Jadi dik faisal ini kecelakaan dara-gara balapan motor?”
Faisal : “Hehe… Iya suster” (Menggaruk-garuk kepala)
Perawat hilda : “Kenapa dik faisal bisa ikut balapan motor?”

9
Faisal : “Ya beginilah anak muda suster, biar bisa dibilang gaul gitu loh”
Perawat hilda : “Nah, terus apakah orang tua dik faisal mengetahui kalau adik
sering ikut balapan?”
Faisal : “Orang tua saya itu tidak peduli dengan saya”
Perawat hilda : “(Diam dan mempertahankan kontak mata)”
Faisal : “Mereka itu sangat jarang dirumah suster, mereka sibuk sendiri
denggan pekerjaan mereka”
Perawat Lusi : “Lalu?”
Faisal : “Ya saya cari kesibukan juga dong, mendingan saya kumpul
dengan anak mmotor daripada saya dirumah sumpek sendiri”
Perawat Lusi : “Jadi apakah adik sering ikut balapan karna orang tua adik jarang
memperhatikan adik”
Faisal : “Iya bisa dibilang begitu suster, Apalagi mereka itu falak,
kerjaannya ceramahi saya terus. Ya saya jadi kurang betah
dirumah”
Perawat Lusi : “Iya, saya mengerti apa yang dik faisal rasakan. Kalau saya
perhatikan adik dari tadi bisa tersenym menjawab pertanyaan saya,
tapi saya rasa ada yang adik pikirkan”
Faisal : “Iya benar suster” (Menunduk)
Perawat lusi : “Apa yang adik pikirkan kalau begitu?”
Faisal : “Ya tentang tadi itu suster, nanti kalau mereka datang pasti akan
marah-marah”
Perawat lusi : “Mengenai masalah itu, nanti saya akan bicarakan dengan orang
tua Adik ya, jadi tidak usah cemas dulu, sementara kita tunggu
kedatangan dari orang tua Dik faisal, tadi sudah dihubungi pihak
rumah sakit”
Faisal : “Iya suster”
Perawat lusi : “Nah berdasarkan apa yang Adik jelaskan tadi, saya bisa pahami
kalau masalah Dik faisal itu sebenarnya karena jarang
berkomunikasi dan mendapat perhatian dari orang tua, apakah
benar seperti itu?”
Faisal : “Benar sus” (Menunduk)
Perawat hilda : “Iya mungkin itu penyebab adik merasa kurang nyaman di rumah,
tetapi kalau saya boleh berikan pemahaman, yang perlu Dik faisal
ingat adalah orang tua Adik itu sibuk bekerja untuk mecukupi
kebutuhan adik juga. Itu karena mereka sayang dengan adik. Tapi
nanti saya juga akan beritahukan kepada orang tua adik agar
memberikan sedikit waktu untuk memberikan perhatian ke adik ya.
Nah kalau boleh saya sarankan, adik lebih baik berhenti ikut
balapan liar, karena seperti yang adik rasakan sekarang gak enak
kan rasanya?”
Faisal : “Iya sus, saya menyesal” (Menunduk)
Perawat lusi : “Nah sebaiknya Dik faisal melakukan hal-hal yang positif
mumpung masih muda, seperti mengembangkan hobi yang adik
miliki, bermain musik, belajar yang giat, siapa tahu adik bisa

10
berprestasi, tentunya akan membanggakan orang tua dan secara
otomatis mereka pasti akan lebih perhatian dengan adik”
Faisal : “Iya suster, saya akan coba untuk berubah”

Saat Perawat lusi dan faisal sedang berbincang-bincang,


kemudian akhirnya Ibu faisal datang dan menemui faisal.

Ibu Faisal : “Ya ampun anakku, kamu tidak apa-apa kan?” (Cemas)
Faisal : (Mengangguk dan menunduk)
Perawat risma : “Selamat malam Ibu. Saya perawat risma. Kondisi anak ibu tidak
apa-apa, dia hanya mengalami luka lecet di tangan dan kaki saja,
kalau boleh saya tahu nama ibu siapa?”
Ibu Faisal : “Syukurlah Faisal tidak kenapa-kenapa, nama saya ayu sus. Le
leee, kamu itu kenapa toh lee..? Kok bisa seperti ini?”
Faisal : (Diam dan menunduk)
Perawat risma : “Begini Ibu ayu, tadi saya sudah berbincang-bincang dengan Dik
Faisal, adik ini ikut balapan motor dengan temannya dan akhirnya
kecelakaan”
Ibu Faisal : “Ya ampuun sal, ibu kan sudah sering peringati jangan ikut
balapan lagi, untung saja kamu tidak terjadi apa-apa”
Faisal : (Diam dan tertunduk)
Perawat risma : “Begini Ibu Ayu, Adik Faisal ini ikut balapan karena dia ingin
mencari perhatian dari lingkungannya, karena menurut dia di
rumah dia tidak pernah diperhatikan. Kalau boleh saya tahu
bagaimana kebiasaan ibu dan keluarga di rumah dengan Faisal?”
Ibu Faisal : “Saya di rumah dengan suami saya memang jarang bertemu lama
dengan Faisal karena saya dan suami sibuk dengan pekerjaan, tapi
sesekali saya juga sering menegurnya kalau ada kelakuan dia yang
menurut saya aneh. Tapi saya sangat sayang dengan anak saya ini”
Perawat risma : “Iya saya mengerti dengan keadaan ibu. Anak usia remaja seperti
Faisal ini terkadang perlu pengawasan yang lebih Bu Ayu, karena
mereka pada usia ini sangat memerlukan pendampingan, karena
jika dibiarkan tanpa pengawasan takutnya anak salah memilih
pergaulan”
Ibu Faisal : “Iya suster, mulai sekarang mungkin saya akan lebih memberikan
waktu untuk memperhatikan Faisal agar tidak terjadi hal seperti ini
lagi”
Perawat risma : “Iya bagus sekali komitmen Ibu Ayu kalau begitu, nah akan lebih
baik lagi jika Ibu sering berkomunikasi dengan Faisal bu”
Ibu Faisal : “Komunikasi yang bagaimana ya sebaiknya suster?”
Perawat risma : “Nah seperti ini ibu, pada usia remaja sebaiknya anak dianggap
seperti sahabat, artinya Ibu perlu melibatkan, mendengarkan dan
menghargai pendapat dia dan mengarahkan hal-hal yang kurang
baik, seperti itu Ibu”

11
Ibu Faisal : “Iya suster saya akan membiasakan hal seperti itu”
Faisal : “Ibu Faisal minta maaf ya selama ini banyak merepotkan ibu”
Ibu Faisal : “Iya sal, Ibu juga minta maaf sering tidak memperhatikan kamu”
Perawat risma : “Nah Dik Faisal seperti itu seharusnya ya, harus berbakti kepada
orang tua. Bagaimana perasaan adik sekarang?”
Faisal : “Terimakasih suster, sekarang saya sudah lega, akhirnya hal yang
saya tidak bisa sampaikan sekarang sudah diketahui ibu saya
langsung”
Perawat risma : “Iya, selanjutnya adik bisa lebih terbuka lagi dengan orang tua
ya”
Faisal : “Iya sus”
Perawat risma : “Nah Dik Faisal masih ingat tentang pesan saya tadi?”
Faisal : “Tentu sus, saya harus lebih terbuka dengan orang tua dan
melakukan hal yang positif dan harus bisa berprestasi”
Perawat risma : “Iya bagus sekali, nah kalau Ibu Susi bagaimana?”
Ibu Faisal : “Iya sus, saya dan suami akan lebih meluangkan waktu dan
membangun komunikasi yang baik denganFaisal”
Perawat risma : “Iya seperti itu ya bu. Nah adik sementara bisa istirahat dulu
sekarang, nanti adik dipindahkan ke ruangan agar diberi perawatan
hingga sembuh ya. Nah untuk Ibu Susi nanti bisa ikut saya sebentar
untuk mengurus administrasi ya bu”
Faisal : “Iya suster Ana”
Ibunya
Perawat risma : “Nah Dik Faisal sekarang saya akan ke ruangan perawat dulu
bersama Ibu adik ya, nanti kalau sudah selesai saya akan kembali
dan mengantar adik ke ruangan ya”
Faisal : “Iya, terimakasih banyak bantuannya ya suster”
Perawat risma : “Iya sama-sama Dik Faisal, Saya pamit ya, mari Ibu Susi ikut
saya sebentar”

Ilustrasi:
Perawat dan ibunya Ramlan kemudian menuju ruangan perawat
untuk menyelesaikan administrasi

  

12
BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan

Berdasarkan penjelasan pada bab II dapat disimpulkan sebagai berikut.


1. Remaja adalah fase transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa, oleh sebab
itu diperlukan strategi khusus untuk berkomunikasi dengan remaja.
2. Tujuan komunikasi pada remaja adalah untuk membangun hubungan yang
harmonis dengan remaja, membentuk suasana keterrbukaan dan mendengar,
membuat remaja mau berbicara ketika mempunyai masalah, membuat remaja mau
mendengar dan menghargai saat mereka berbicara dan membantu remaja
menyelesaikan masalah.
3. Faktor yang mempengaruhi komunikasi remaja yaitu pendidikan, pengetahuan,
sikap, usia tumbang status kesehatan remaja, saluran dan Lingkungan
4.  Teknik komunikasi pada remaja yaitu melalui orang lain atau pihak ketiga,
bercerita, memfasilitasi, meminta untuk menyebutkan keinginan, pilihan pro dan
kontra, penggunaan skala dan menulis.
5.   Penerapan strategi pelaksanaan untuk mengatasi masalah remaja dapat diberikan
kepada remaja itu sendiri sebagai klien dan diberikan kepada orang tua remaja.

B.     Saran
Berdasarkan uraian pada bab II, penulis mengusulkan saran kepada pihak
terkait sebagai berikut.
1. Kepada orang tua dan perawat ketika menghadapi remaja sangat perlu memahami
karakteristik remaja dan memiliki strategi untuk berkomunikasi agar komunikasi
yang terjadi dapat berjalan efektif
2. Orang tua dan remaja harus saling membangun hubungan komunikasi yang baik,
agar setiap permasalahan yang terjadi dapat bersama-sama diselesaikan antara
orang tua dan remaja.

13
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah. 2010. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik


Keperawatan. Bandung: PT Refika Aditama.
Http://haqqienea.blogspot.co.id. 2014. Komunikasi pada Usia Remaja. 13
November 2015. 
Abdul Nasir, dkk. 2009. Komunikasi Dalam Keperawatan Teori dan Aplikasi.
Jakarta:SalembaMedika.
Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Marhaeni, Fajar. 2009. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Jakarta : Graha Ilmu.
Nurjannah, Intansari. 2005. Komunikasi Terapeutik (Dasar-dasar Komunikasi
Bagi Perawat). Yogyakarta : Mocomedia. Setiawan, Tanjung M.S.2005. Jurnal
Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara : Efek Komunikasi Terapeutik Terhadap
Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan.
Volume I
West, Richard. 2008. Pengantar teori komunikasi : Teori dan Aplikasi.
Jakarta:SalembaHumanika.

14

Anda mungkin juga menyukai