PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Lanjut usia adalah seseorang yang usianya mencapai lebih dari sama
dengan 60 tahun berdasarkan Undang Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia (Kemenkes, 2016). Menurut WHO, lansia dibagi
menjadi tiga kategori yaitu, usia lanjut (60-70 tahun), usia tua (75-89 tahun) dan
usia sangat lanjut (>90 tahun). Seorang lansia akan mengalami kemunduran
secara fisik dan psikis. Kemunduran psikis pada lansia akan menyebabkan
perubahan pada sifat dan perilaku yang dapat memunculkan permasalahan pada
lansia. Masalah yang sering ditemukan pada lansia ialah penurunan daya ingat,
pikun, depresi, mudah marah, tersinggung, dan curiga. Hal ini bisa terjadi karena
hubungan interpersonal yang tidak adekuat.
Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih
sayang dari lingkungan, terutama keluarga. Suasana aman, tidak gaduh, dan
memberikan kebebasan melakukan hobi lansia harus selalu diciptakan (Bandiyah,
2009). Semua hal tersebut dapat diciptakan melalui komunikasi yang tepat pada
lansia agar tidak menimbulkan perbedaan persepsi. Komunikasi merupakan alat
untuk mengembangkan hubungan sesama manusia (Musliha & Fatmawati, 2010).
Komunikasi pada lansia membutuhkan perhatian khusus dan memperhatikan
faktor fisik, psikologi, lingkungan, pemikiran penuh, dan waktu yang tepat
(Aspiani, 2014). Akan tetapi, orang dewasa menganggap lansia pelupa, mudah
bingung, kaku, pembosan, tidak bersahabat, dan tidak dapat menerima informasi
baru. Ada pula yang menganggap pengetahuan dan pengalaman lansia kuno
sehingga masyarakat maupun keluarga itu sendiri tidak mau mendengarkan lansia
dan mengabaikannya (Potter & Perry, 2009). Oleh karena itu, dukungan keluarga
berupa komunikasi sangat penting. Dengan adanya komunikasi, seseorang dapat
menciptakan hubungan sosial dalam lingkungannya. Komunikasi tidak hanya
mengacu pada isi tetapi pada perasaan dan emosi. Dalam berkomunikasi dengan
1
lansia harus diwaspadai terhadap 3 perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial
yang dapat memengaruhi pola komunikasi.
Komunikasi adalah bagian yang penting dalam kehidupan dan menyatu
dengan kehidupan kita. Setiap saat, manusia selalu berkomunikasi dan
menggunakannya dalam berinteraksi dengan manusia lain. Komunikasi
merupakan komponen dari pengalaman individu dengan ekspresi seperti emosi,
ide, verbal dan nonverbal. Komunikasi merupakan komponen essensial pokok
yang membuat hubungan interpersonal yang baik (George, 2014). Pada proses
keperawatan, komunikasi menjadi sangat penting karena merupakan faktor
penentu dalam keberhasilan memberikan asuhan keperawatan kepada klien (Rika
Sarfika, 2018).
Perawat perlu memiliki keterampilan komunikasi terapeutik dalam
menjalankan perannya sehingga dapat menentukan keberhasilan pelayanan yang
professional dengan memperhatikan kebutuhan holistik pasien (Misi, 2016).
Kompetensi kemampuan komunikasi terapeutik merupakan komponen yang harus
dimiliki oleh perawat dan asisten perawat dalam melaksanakan tugasnya untuk
melayani pasien.
Modul ini menjelaskan tentang teori dan konsep komunikasi secara umum
dan komunikasi terapeutik dalam keperawatan pada Lansia. Peserta didik akan
belajar tentang memahami Modul ini juga menyajikan pendahuluan (kaitannya
dengan KD, indikator dan tujuan pembelajaran berbasis Problem Based learning),
rangkuman materi, tes sumatif, dan kunci jawaban tes sumatif. Modul ini dibuat
untuk membantu peserta didik lebih mudah dalam memahami komunikasi pada
lansia. Modul ini dibuat agar peserta didik dapat belajar secara individual tanpa
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi pada lansia.
Melalui modul ini, peserta didik akan memperoleh pengalaman belajar
yang terarah dengan didukung materi yang lengkap dan bentuk soal untuk
menguji kemampuan peserta didik. Setiap bagian modul ini baiknya diperhatikan
setiap poinnya dengan baik. Perhatikan uraian kegiatan dalam modul dengan
sebaik-baiknya dan mengerjakan latihan sesuai perintah yang ditetapkan.
Setelah mempelajari Mata Kuliah Komunikasi dalam Keperawatan ini,
mahasiswa mampu menerapkan komunikasi terapeutik dalam asuhan keperawatan
2
klien dalam rangka memberikan informasi yang akurat kepada lansia. Perawat jiga
mampu meberikan asuhan keperawatan kepada lansia.
B. Relevansi
Perawat merupakan tenaga profesional yang paling lama melakukan
kontak dengan pasien yaitu 24 jam/hari, sehingga perawatan yang di berikan oleh
perawat sangat berperan penting untuk proses kesembuhan pasien lansia. Perawat
berada dalam pekerjaan dimana komunikasi interpersonal merupakan inti
pekerjaan.
Komunikai memegang peran yang sangat penting dalam pelayanan
keperawatan, bahkan dapat dikatakan komunikasi merupakan kegiatan mutlak dan
sangat menentukan hubungan yang baik, akrab dan harmonis dengan pasien
lansia. Sehingga pasien dapat merasa nyaman berada di rumah sakit. Komunikasi
interpersonal biasanya lebih akurat dan tepat, serta juga merupakan komunikasi
yang berlangung dalam rangka membantu memecahkan masalah klien, dalam hal
ini pasien. Kenyataan menunjukan Minimnya komunikasi dan interaksi antara
perawat dan pasien masih banyak terjadi. Di lihat dari sisi komunikasi non verbal,
kebanyakan perawat saat melakukan tindakan asuhan keperawatan kepada pasien
cenderung tidak banyak bicara seperti tidak memperkenalkan diri, tidak
menjelaskan tujuan tindakan, tidak memberikan kesempatan bagi pasien untuk
bertanya dan hanya melakukan tindakan keperawatan tanpa andanya komunikasi
yang berarti dengan pasien. Dari sisi komunikasi non verbal, masih banyak
perawat yang tidak senyum, tidak ramah, perawat lebih memusatkan pandangan
dengan tindakan keperawatan tanpa adanya kontak mata dengan pasien, sehingga
sulit terbina hubungan yang intim antara perawat dan pasien.
Menurut perawat, berkomunikasi dengan pasien lansia jauh lebih sulit
dibandikan dengan pasien dewasa. Saat berkomunikasi dengan pasien lansia pesan
yang diperoleh lansia seringkali melengceng dari pesan yang sebenarnya dan
karena itu perawat harus mengulang-ngualang pesan yang hendak disampaikan.
Tidak jarang juga pasien lansia tidak mengerti bahasa Indonesia. karena
kesehariannya selalu menggunakan bahasa daerah sehingga komunikasi yang
dilakukan antara perawat dan pasien tidak berjalan efektif. Untuk mendapatkan
3
suatu komunikasi efektif yang bekerja selaras dengan pasien lanjut usia agar
mampu memberikan dampak positif yaitu penyembuhan. maka perlu adanya
dukungan peran lembaga kesehatan, dokter dan perawat yang mampu
menggunakan komunikasi sebagai perangkat (alat/media) pelayanan yang paling
efektif dan efesien untuk mengetahui kebutuhan dan mendapatkan keluhan pasien.
Proses komunikasi dengan lansia harus memperhatikan beberapa hal yaitu
faktor fisik, psikologi, dan lingkungan untuk menerapkan keterampilan
komunikasi yang tepat. Selain itu, juga harus menggunakan konsentrasi penuh
dalam berkomunikasi dengan lansia. Perubahan pada lansia juga mengakibatkan
lansia mengalami kesulitan dalam komunikasi (Zen, 2013). Erikson (1985) dalam
Stuart dan Sundeen (1998) menjelaskan bahwa pada orang dewasa terjadi
perkembangan psikososial, yaitu intimasi versus isolasi. Orang dewasa sudah
mempunyai sikap-sikap tertentu, pengetahuan tertentu, bahkan tidak jarang sikap
itu sudah sangat lama menetap dalam dirinya sehingga tidak mudah
mengubahnya. Pengetahuan yang selama ini dianggapnya benar dan bermanfaat
belum tentu mudah digantikan dengan pengetahuan baru jika kebetulan tidak
sejalan dengan yang lama.
Menurut Aspiani (2014), karakteristik lansia berbeda-beda sehingga kita
harus memahami lansia tersebut. Dalam berkomunikasi dengan lansia ada teknik-
teknik khusus agar komunikasi yang dilakukan berlangsung lancar dan sesuai
tujuan yang diinginkan. Berdasarakan hal tersebut perlu adanya materi
pembelajaran komunikasi pada lansia yang berjudul “Materi Ajar Berbasis
Problem Based Learning Bidang Studi Keperawatan Modul 1 Konsep Dasar
Keperawatan Kegiatan Belajar 2 Komunikasi Tahap perkembangan pada dewasa
dan lansia”. Materi pembelajaran dalam bahan ajar ini akan dibahas tentang
Permasalahan dan Perkembangan Komunikasi orang Dewasa, Sikap Komunikasi
pada orang Dewasa, Suasana Komunikasi pada Orang Dewasa dan Lansia, Teknik
Komunikasi pada Orang Dewasa dan Penerapannya, Hambatan Komunikasi,
mengatasi hambatan sehingga komunikasi efektif.
4
C. Petunjuk Belajar
Sebelum memulai pembelajaran dangan modul ini sebaiknya terlebih dahulu
mengetahui petunjuk teknis pembelajaran modul sebagai berikut:
1. Mengawali pembelajaran materi ajar ini diharapakan berdoa terlebih dahulu.
2. Pelajari materi ajar ini secara berurutan halaman demi halaman. Jangan paksakan
diri kalian menyelesaikan modul ini, sebelum menguasai bagian demi bagian
dalam materi ajar ini dengan baik;
3. Materi ajar ini dapat kalian pelajari secara mandiri atau kelompok, baik di sekolah
maupun diluar sekolah dengan cara diskusi, demonstrasi, simulasi dan tanya
jawab;
4. Anda pelajari materi ajar ini dengan membaca, melihat dan mengamati contoh-
contoh dari gambar atau jika memungkinkan kalian dapat mengakses informasi
dari website yang tertulis pada modul ini;
5. Pelajari sumber-sumber belajar lainnya yang berkaitan, pilih materi yang tepat
dan sesuaikan dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang diharapkan;
6. Jika ada kendalan dan mengalami kesulitan, diskusikan kembali dengan teman
Anda dan jika masih belum mendapatkan jawaban yang kurang memuaskan
tanyakan kepada guru atau pakar lainnya yang ada di sekitar Anda;
7. Kerjakan latihan yang ada pada setiap akhir uraian materi;
8. Mengakhiri pembelajaran materi ajar ini dapat ditutup dengan berdoa.
5
BAB II
INTI MATERI AJAR
A. Capaian Pembelajaran
Setelah menyelesaikan pembelajaran pada materi ajar tentang
komunikasi tahap perkembangan dewasa dan lansia ini diharapkan peserta didik
mampu mengdidentifikasi dan mempraktikkan komunikasi kepada dewasa dan
lansia yang tepat.
Capaian pembelajaran dalam materi ini mencakup beberapa hal berikut ini
diantaranya siswa mampu memahami:
1. Permasalahan dan Perkembangan Komunikasi orang Dewasa,
2. Pendekatan Dalam Komunikasi Dengan Lansia
3. Model dokumentasi pada orang dewasa
4. Sikap Komunikasi pada orang Dewasa,
5. Suasana Komunikasi pada Orang Dewasa dan Lansia,
6. Teknik Komunikasi pada Orang Dewasa dan Penerapannya,
7. Hambatan Komunikasi,
8. Mengatasi hambatan sehingga komunikasi efektif.
C. Uraian Materi
1. Permasalahan dan Perkembangan Komunikasi orang Dewasa dan Lansia
Erikson (1985) dalam Stuart dan Sundeen (1998) menjelaskan bahwa
pada orang dewasa terjadi perkembangan psikososial, yaitu intimasi versus
isolasi. Orang dewasa sudah mempunyai sikap-sikap tertentu, pengetahuan
tertentu, bahkan tidak jarang sikap itu sudah sangat lama menetap dalam dirinya
sehingga tidak mudah untuk mengubahnya. Pengetahuan yang selama ini
dianggapnya benar dan bermanfaat belum tentu mudah digantikan dengan
pengetahuan baru jika kebetulan tidak sejalan dengan yang lama.
6
Pada tahap ini, orang dewasa mampu belajar membagi perasaan cinta
kasih, minat, dan permasalahan dengan orang lain. Pada masa ini, orang dewasa
mempunyai cara-cara tersendiri dalam berkomunikasi dengan orang lain. Cara-
cara spesifik yang biasa mereka lakukan adalah terkait dengan pengetahuan,
pengalaman, sikap, kemapanan, harga diri, dan aktualisasi dirinya.
Kemampuan komunikasi pada lansia dapat mengalami penurunan akibat
penurunan funsi sebagai system organ, seperti penglihatan, pendengaran wicara
dan persepsi. Semua ini menyebabkan penurunan kemampuan lansia menangkap
pesan atau informasi dan melakukan transfer informasi. Penurunan kemampuan
melakukan komunikasi berlangsung bertahap dan bergantung pada seberapa jauh
gangguan indra dan gangguan otak yang dialami lansia.
Gangguan ingatan (dimensia) berdampak pada penerimaan dan pengiriman pesan.
Dampak pada penerimaan pesan antara lain: lanjut usia mudah lupa terhadap
pesan yang baru saja diterimanya, kurang mampu membuat kordinasi dan
mengaitkan pesan dengan konteks yang menyertai, dah bahkan salah menangkap
pesan.
7
3. Model – Model Komunikasi Pada Orang Dewasa
a. Model Shanon & weafer 1946
Suatu Model yang menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat
kecermatannya. Model ini melukiskan suatu sumber yang berupa sandi atau
menciptakan pesan dan menyampaikan melalui suatu saluran kepada penerima.
Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi suatu signal yang sesuai
dengan saluran yang digunakan.
Suatu konsep penting dalam model ini adalah adanya gangguan (Noise) yang
dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Model Shannon &
weafer dapat diterapkan kepada konsep komunikasi interpersonal.
b. Model komunikasi Laery
Refleksi dari model komunikasi interaksi dari leary (1950) ini menggabungkan
multidimensional yang ditekankan pada hubungan interaksional antara 2 (dua)
orang, dimana antara individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi. Leary
mengamati tingkah laku klien, diman didapatkan tingkah laku tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Dari gambaran model leary : pesan
komunikasi dapat terjadi dalam 2 dimensi : Dominan submission, dan Hate –
love.
Bila kedua model ini diterapkan kepada klien dewas, peran dominan oleh
perawat hanya mungkin dilakukan dalam keadan darurat/ akut untuk
menyelamatkan kehidupan klien. Sehingga klien harus patuh terhadap segala
yang dilakukan perawat.
8
4. Sikap Komunikasi pada orang Dewasa
9
5. Suasana Komunikasi pada Orang Dewasa
SUASANA
SALING
SALING
PERCAYA SUASANA
SUASANA
SALING
SALING
TERBUKA
TERBUKA
Sebagai perawat kita juga harus memperhatikan atau mampu menciptakan suasana
yang dapat mendorong efektivitas komunikasi pada kelompok usia dewasa
ataupun lansia. Upayakan penciptaan suasana komunikasi yang dapat mencapai
tujuan yang diinginkan
a. Suasana hormat menghormati pendapat pribadinya
Orang dewasa dan lansia akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila
pendapat pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berpikir dan
mengemukakan pikirannya.
b. Suasana saling menghargai Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, dan
sistem nilai yang dianut. Meremehkan dan menyampingkan harga diri mereka
akan dapat menjadi kendala dalam jalannya komunikasi.
c. Suasana saling percaya Saling memercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar
adanya akan dapat membawa hasil yang diharapkan. Jangan melakukan
penyangkalan pada apa yang dikomunikasikan oleh orang dewasa atau lansia,
karena mereka akan tidak percaya dengan Anda dan mengakibatkan tujuan
komunikasi tidak tercapai.
d. Suasana saling terbuka Keterbukaan dalam komunikasi sangat diperlukan, baik
bagi orang dewasa maupun lansia. Maksud terbuka adalah terbuka untuk
mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lain. Hanya dalam
suasana keterbukaan segala alternatif dapat tergali. Komunikasi verbal dan
10
nonverbal adalah bentuk komunikasi yang harus saling mendukung satu sama
lain. Seperti halnya komunikasi pada anak-anak, perilaku nonverbal sama
pentingnya pada orang dewasa dan juga lansia. Ekspresi wajah, gerakan tubuh,
dan nada suara memberi tanda tentang status emosional dari orang dewasa dan
lansia.
Orang dewasa yang sakit dan dirawat di rumah sakit bisa merasa tidak berdaya,
tidak aman, dan tidak mampu ketika dikelilingi oleh tokoh-tokoh yang
berwenang. Status kemandirian mereka telah berubah menjadi status ketika orang
lain memutuskan kapan mereka makan,dan kapan mereka tidur. Ini merupakan
pengalaman yang mengancam dirinya ketika orang dewas tidak berdaya dan
cemas sehingga dapat terungkap dalam bentuk kemarahan agresi.
11
komunikasi timbal balik dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya
salah persepsi. Hubungan dan komunikasi secara timbal balik ini
menunjukkan pentingnya arti hubungan perawat-klien.
12
Perubahan pada lansia yang terkadang merepotkan dan kekanakkanakan.
Apabila tidak disikapi dengan sabar dan ikhlas akan menimbulkan perasaan
jengkel sehingga komunikasi tidak berjalan dengan baik. Hal tersebut
menimbulkan kerusakan hubungan komunikasi.
Menurut Zen (2013), dalam berkomunikasi dengan lansia ada beberapa teknik
yang dapat dilakukan yaitu:
a. Pendekatan perawatan terhadap lansia baik secara fisik, psikologis, sosial,
dan spiritual serta menunjukkan rasa hormat dan keprihatinan;
b. Berkomunikasi menggunakan bahasa yang baik dengan menggunakna
kalimat sederhana dan pendek, kecepatan dan tekanan suara tepat, berikan
kesempatan lansia untuk bicara, hindari pertanyaan yang mengakibatkan
lansia menjawab “ya” dan “tidak” dan ubah topik pembicaraan jika lansia
sudah tidak tertarik;
c. Komunikasi nonverbal yang meliputi perilaku, kontak mata, ekspresi wajah,
postur dan tubuh, dan sentuhan;
d. Meningkatkan komunikasi dengan lansia yaitu dengan memulai kontak.
e. Suasana komunikasi harus diciptakan senyaman mungkin saat berkomunikasi
dengan lansia, misalnya posisi duduk berhadapan, jaga privasi, penerangan
yang cukup, dan kurangi kebisingan.
7. Hambatan Komunikasi
a. Sikap agresif ditandai dengan beberapa perilaku, diantaranya berusaha
mengontrol dan mendominasi orang lain, meremehkan orang lain,
memepertahankan haknya dengan menyerang orang lain, menonjolkan diri
sendiri, dan mempermalukan orang lain di depan umum.
b. Sikap non asertif diantaranya ialah menarik diri bila diajak berbicara, merasa
tidak sebaik orang lain, merasa tidak berdaya, tidak berani mengungkap
keyakinan, membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya, tampil
pasif (diam), mengkuti kehendak orang lain, mengorbankan kepentingan
dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain.
c. Gangguan neurologi yang menyebebkan gangguan bicara, penurunan daya
pikir, mudah tersinggung, sulit menjalin hubungan mudah percaya, gangguan
13
pendengaran, gangguan penglihatan, gangguan fisik, dan hambatan
lingkungan
(Aspiani, 2014).
D. RANGKUMAN
14
1. Komunikasi merupakan komponen essensial pokok yang membuat hubungan
interpersonal yang baik
2. Perawat perlu memiliki keterampilan komunikasi terapeutik dalam menjalankan perannya
sehingga dapat menentukan keberhasilan pelayanan yang professional dengan
memperhatikan kebutuhan holistik pasien (Misi, 2016).
3. Erikson (1985) dalam Stuart dan Sundeen (1998) menjelaskan bahwa pada orang dewasa
terjadi perkembangan psikososial, yaitu intimasi versus isolasi. Orang dewasa sudah
mempunyai sikap-sikap tertentu, pengetahuan tertentu, bahkan tidak jarang sikap itu
sudah sangat lama menetap dalam dirinya sehingga tidak mudah untuk mengubahnya.
4. Pendekatan Dalam Komunikasi Dengan Lansia
a) Melakukan pendekatan fisik
b) Pendekatan psikologis
c) Pendekatan sosial
d) Pendekatan spiritual
5. Suasana Komunikasi pada Orang Dewasa
a) Suasana hormat menghormati pendapat pribadinya
b) Suasana saling menghargai Segala pendapat,
c) Suasana saling percaya Saling memercayai
d) Suasana saling terbuka Keterbukaan
6. Teknik Komunikasi pada Orang Dewasa dan Penerapannya Menurut Aspiani
(2014) :
a) Teknik Asertif
b) Responsif
c) Fokus
d) Suportif
e) Klarifikasi
f) Sabar dan Ikhlas
7. Hambatan Komunikasi
a) Sikap agresif ditandai dengan beberapa perilaku
b) Sikap non asertif
c) Gangguan neurologi
15
E. TUGAS TERSTRUKTUR
Setelah membaca materi bahan ajar komunikasi pada dewasa dan lansia ini dan
berbagai sumber lainnya, komunikasi dengan beberapa lansia di sekeliling ananda,
kemudian tentukan permasalahan komunikasi dan solusi yang dihadapi sesuai
dengan kasus lansia tersebut.
F. FORUM DISKUSI
1) Buatlah kelompok yang beranggotakan terdiri dari 3 orang.
2) Diskusikan dengan kelompok kasus diatas
3) Bersama kelompok buatlah dialog percakapan komunikasi dengan dewasa
atau lansia.
4) Presentasikan hasil diskusi kelompok dan mintalah komentar dari teman
serta komentar dari guru
16
BAB III
PENUTUP
A. TES SUMATIF
17
b. Berbicara keras
c. Tidak memberi kesempatan klien bicara
d. Menegur klien jika salah
e. Mengacuhkan pasien
7. sikap yang dapat menerima dan memahami lansia dengan menunjukkan sikap
peduli dan sabar untuk mendengarkan dan memerhatikan
a. Responsif
b. Focus
c. Asertif
d. Afektif
e. Suportif
8. Perubahan yang terjadi pada lansia, baik aspek fisik maupun psikis secara
bertahap menyebabkan emosi lansia menjadi labil
a. Responsif
b. Focus
c. Asertif
d. Afektif
e. Suportif
9.
9. Dalam pendekatan ini perwat berperan sebagai konselor, advokat, supporter,
interpreter, sahabat dekat klien.
a) pendekatan fisik
b) Pendekatan psikologis
c) Pendekatan sosial
18
d) Pendekatan spiritual
10. Menarik diri bila diajak berbicara, merasa tidak sebaik orang lain, merasa tidak
berdaya
a) Sikap agresif ditandai dengan beberapa perilaku
b) Sikap non asertif
c) Gangguan neurologi
d) Psikologi
e) Asertif
Kunci jawaban
1. E
2. C
3. A
4. B
5. A
6. A
7. C
8. A
9. B
10. B
19
DAFTAR PUSTAKA
20