Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Komunikasi Terapeutik

Disusun Oleh :

TAZQIROTUL ULA

NIM: 433131420119017

Dosen : Ns.Lilis Suryani M.kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES HORIZON KARAWANG

TAHUN AKADEMIK 2020 – 2021

Jln. Pangkal Perjuangan KM 01 By Pass – Karawang


LAPORAN PENDAHULUAN

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN LANSIA

1. Pengertian Komunikasi Terapeutik


Indrawati (2003) mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar menukar
perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim terapeutik (Stuart
dan Sundeen).
Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan faktor fisik, psikologi, (lingkungan
dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping itu
juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.

2. Manfaat Komunikasi Terapeutik


Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama
antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi. mengungkap
perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat (Indrawati,
2003 : 50).

3. Karakteristik Lansia
Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia lanjut
menjadi empat macam meliputi:
 Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 samapai 59 tahun
 Usia lanjut (elderly) kelompok usia antara 60 samapai 70 tahun
 Usia lanjut usai (old) kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun
 Usaia tua (veryold)kelompk usia di atas 90 tahun

Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia namun perubahan-
perubahan akibat dari usai tersebut telah dapat di identifikasi, misalnya perubahan pada aspek
fisik berupa perubahan neurologi dan sensorik, perubahan visual, perubahan pendengaran.
Perubahan- perubahan tersebut dapat menghambat proses penerimaan dan interprestasi terhadap
maksud komunikasi. Perubahan ini juga menyebabkan klien lansia mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi. Belum lagi perubahan kognetif yang berpengaruh pada tingkat intelegensi,
kemampuan belajar, daya memori dan motivasi klien.
Perubahan emosi yang sering terlihat adalah berupa reaksi penolakan terhadap kondisi yang
terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya:
 Tidak percaya terhadap diagnose, gejala, perkembangan serta keterangan yang di berikan
petugas kesehatan
 Mengubah keterangan yang di berikan sedemikian rupa, sehinga di terima keliru
 Menolak membicarakan perawatanya di rumah sakit
 Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum khususnya tindakan yang
mengikut sertakan dirinya
 Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama bila
nasehat tersebut demi kenyamanan klien.

4. Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi


Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian, yang dialami,
peruban fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan di kembangkan serta
penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya. Pendekatan ini relative lebih mudah di laksanakan
dan di carikan solusinya karena riil dan mudah di observasi.
Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada perubahan prilaku, maka
umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini perawat
berperan sebagai konselor, advokat, supporter, interpreter terhadap sesuatu yang asing
atau sebagai penampung masalah-masalah yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi
klien.
Pendekatan social
Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi dalam
lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan-
kegiatan kelompok merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi
dengan sesama klien maupun dengan petugas kesehatan.
Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubunganya dengan Tuhan atau
agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam keadaan sakit.

Teknik Komunikasi Pada Lansia


Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman
yang memadai tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau  perawat juga harus
mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi yang di lakukan dapat berlangsung secara
lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Beberapa teknik komunikasi yang dapat di terapkan antara lain:
Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan
menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara
agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat di mengerti. Asertif merupakan pelaksanaan
dan etika berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan untuk menjaga
hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.
Responsif  
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakana bentuk
perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap atau
kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan
tersebut misalnya dengan mengajukan pertanyaan ‘apa yang sedang bapak/ibu fikirkan saat ini,
‘apa yang bisa bantu…?  berespon berarti bersikap aktif tidak menunggu permintaan bantuan
dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien.
Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi
yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan di luar materi yang di
inginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu di
perhatikan karena umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal yang mungkin tidak
relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.
Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara bertahap 
menyebabkan emosi klien relative menjadi labil perubahan ini perlu di sikapi dengan menjaga
kesetabilan emosi klien lansia, mesalnya dengan mengiyakan , senyum dan mengagukan kepala
ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat menghargai selama lansia
berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak
menjadi beban bagi keluarganya. Dengan demikaian di harapkan klien termotivasi untuk menjadi
dan berkarya sesuai dengan kemampuannya. Selama memberi dukungan baik secara materiil
maupun moril, petugas kesehatan jangan terkesan menggurui atau mangajari klien karena ini
dapat merendahan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya. Ungkapan-
ungkapan yang bisa memberi motivasi, meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa terkesan
menggurui atau mengajari misalnya: ‘saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk
itu bapak/ibu dapat melaksanakanya……. dan bila diperlukan kami dapat membantu’.

Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak
berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan memberi
penjelasan lebih dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat
di terima dan di persepsikan sama oleh klien ‘bapak/ibu bisa menerima apa yang saya sampaikan
tadi..? bisa minta tolong bapak/ibu untuk menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi…?.

Sabar dan Ikhlas


Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami perubahan-perubahan
yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini bila tidak di sikapai dengan
sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang di
lakukan tidak terapeutik, namun dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional dan
menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.
 Suasana Komunikasi Pada Klien Dewasa Dan lansia
Dengan adanya faktor tersebut yang mempengaruhi efektifitas komunikasi orang dewasa, maka
perhatian dicurahkan pada penciptaan suasana komunikasi yang diharapkan dapat mencapai
tujuan yang diinginkan. Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa adalah :

1.Suasana hormat menghormati

Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat pribadinya dihormati,
ia lebih senang kalau ia boleh turut berfikir dan mengemukakan pikirannya.

2. Suasana saling menghargai

Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, sistem nilai yang dan mengesampingkan harga
kendala dalam jalannya dianut perlu dihargai. Meremehkan diri mereka akan dapat menjadi
komunikasi.

3.Suasana saling percaya

Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan dapat membawa hasil
yang diharapkan.

4.Suasana saling terbuka

Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lain. Hanya dalam
suasana keterbukaan segala alternatif dapat tergali.

 Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia


Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan terganggu apabila
ada sikap agresif dan sikan nonasertif.

Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya di tandai dengan prilaku-prilaku di bawah
ini:
a) Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
b) Meremehkan orang lain
c) Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d) Menonjolkan diri sendiri
e) Pempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan maupun tindakan.

Non asertif
Tanda tanda dari non asertif ini antara lain :
a)     Menarik diri bila di ajak berbicara
b)    Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
c)     Merasa tidak berdaya
d)    Tidak berani mengungkap keyakinaan
e)     Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
f)     Tampil diam (pasif)
g)    Mengikuti kehendak orang lain
h) Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain.
           
          Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang wajar seiring dengan
menurunya fisik dan pskis klien namun sebagai tenaga kesehatan yang professional perawat di
tuntut mampu mengatasi hambatan tersebut untuk itu perlu adanya teknik atau tips-tips tertentu
yang perlu di perhatikan agar komunikasi berjalan gengan efektif antara lain
a) Selalu mulai komunikasi dengan mengecek pendengaran klien
b) Keraskan suara anda jika perlu
c) Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar dia dapat melihat mulut
anda.
d) Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik. Kurangi
gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya pencahayaan yang cukup.
e) Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat kelemahannya. Jangan
menganggap kemacetan komunikasi merupakan hasil bahwa klien tidak kooperatif.
f) Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan orang yang tidak
mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai partner yang tugasnya
memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan pemahamannya.
g) Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakan kalimat  pendek dengan
bahasa yang sederhana.
h) Bantulah kata-kata anda dengan isyarat visual.
i) Serasikan bahasa tubuh anda denagn pembicaraan anda, misalnya ketika melaporkan
hasil tes yang di inginkan, pesan yang menyatakan bahwa berita tersebut adalah bagus
seharusnya di buktikan dengan ekspresi, postur dan nada suara anda yang
menggembirakan (misalnya denagn senyum, ceria atau tertawa secukupnya).
j) Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.Berilah klien waktu
yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan anda.
k) Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya secara langsung, tahan keinginan
anda menyelesaikan kalimat.
l) Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkanya.
m) Arahkan ke suatu topic pada suatu saat.
n) Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat ruangan bersama anda. Orang ini
biasanya paling akrab dengan pola komunikasi klien dan dapat membantu proses
komunikasi.

5. Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan


          Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk mengakui secara sadar
terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadiaan-kejadian nyata atau sesuatu
yang merupakan ancaman. Penolakan merupakan reaksi ketidaksiapan lansia menerima
perubahan yang terjadi pada dirinya. Perawat dalam menjamin komunikasi perlu memahami
kondisi ini sehingga dapat menjalin komunikasi yang efektif, tidak menyinggung perasaan lansia
yang relatif sensitif.

          Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan
reaksi penolakan, antara lain :
1)  Kenali segera reaksi penolakan klien
Membiarkan klien lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu. Hal ini merupakan
mekanisme penyesuaian diri sejauh tidak membahayakan klien, orang lain serta lingkunganya.

2)  Orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri


Langkah tersebut bertujuan untuk mempermudah proses penerimaan klien terhadap perawatan
yang akan di lakukan serta upaya untuk memandirikan klien.
3)  Libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat
     Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan memperoleh sumber
informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana / tindakan dapat terealisasi dengan baik
dan tepat

 Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia


1.      Menunjukkan rasa hormat, seperti “bapak”, “ibu”, kecuali apabila sebelumnya pasien telah
meminta anda untuk memanggil panggilan kesukaannya.
2.       Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien
3.       Pertahankan kontak mata dengan pasien
4.      Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah kunci komunikasi
efektif
5.        Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya
6.       Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan bahasa dan kalimat yang
sederhana.
7.       Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien
8.      Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien
9.       Menyederhanakan atau menuliskan instruksi
10.  Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien
11.   Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri penerangan yang cukup
saat berinteraksi.
12.   Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan, atau bahu.
13.   Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi.
KOMUNIKASI TERAPUETIK PADA LANSIA

Komunikasi Terapeutik Pada Lanjut Usia (LANSIA)

Menurut WHO, batasan umur seseorang yang tergolong lanjut usia (lansia) adalah sebagai
berikut :

Middle age : 45 – 59 tahun

Elderly (lansia) : 60 – 70 tahun


Old (lansia tua) : 75 – 90 tahun

Very Old (lansia sangat tua) : >90 tahun

a) Prinsip Komunikasi untuk Lansia

Prinsip komunikasi untuk lansia (Ebersole dan Hess dalam Brunner dan Siddarth, 1996) adalah :

1. Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.

2.Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.

3. Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik (periksa baterai).

4.Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.

5. Jangan berbicara dengan keras atau berteriak, bicara langsung dengan telinga yang dapat
mendengar dengan lebih baik. Berdiri di depan klien.

6. Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana.

7. Beri kesempatan pada klien untuk mengenang.

8. Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan orang tua, kegiatan
rohani.

9. Membuat rujukan pada terapi wicara dan kegiatan sosial sesuai kebutuhan.

10.Berbicara pada tingkat pemahaman klien.

11. Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau keahlian.

b) Komuikasi Verbal dan Non Verbal

Komunikasi verbal dan non verbal yang digunakan untuk berkomunikasi dengan lansia antara
lain :

1. Saling mengenalkan nama dan jabat tangan, panggil klien dengan sapaan hormat dan nama
panggilan lengkap.
2.Gunakan sentuhan untuk memperkuat pesan verbal dan komunikasikan non verbal.

3. Menjelaskan tujuan dari pertemuan, diskusikan hanya satu topik.

4.Dimulailah dengan pertanyaan yang sederhana dan gunakan bahasa yang sering digunakan
oleh klien secara singkat dan terstruktur.

5.Gunakan pertanyaan terbuka – tertutup dan ciptakan suasana yang nyaman.

6. Klarifikasi pesan secara periodik, validasikan apakah klien sudah mengerti dengan maksud
perawat.

7. Pertahankan kontak mata, tingkatkan perhatian, dan mendorong untuk memberi informasi
yang jelas.

8. Bersikaplah empati, jaga selalu privasi klien.

9. Mintalah izin sebelum menanyakan status mental, memori dan kemampuan yang lain.

10.Tuliskan perintah atau hal – hal penting untuk diingat.

c) Komunikasi Terapeutik pada Lansia dengan Masalah Fisik Maupun Mental

1. Lansia dengan Gangguan Pendengaran :

a.Berdiri dekat menghadap klien.

b.Bertanya diarahkan pada telinga yang lebih baik.

c.Berikan perhatian dan tunjukkan wajah saudara.

d.Tegurlah nama sebelum pembicaraan dimulai.

e. Gunakan pembicaraan yang keras, jelas, pelan, dan diarahkan langsung pada klien.

f. Hindari pergerakan bibir yang berlebihan.

g. Hindari memalingkan kepala, tidak berbalik atau berjalan saat bicara.

h. Jika klien belum memahami, ulangi dengan menggunakan kata – kata yeng berbeda.
i. Membatasi kegaduhan lingkungan.

j. Gunakan tekanan suara yang sesuai.

k. Berilah instruksi sederhana untuk mengevaluasi pembicaraan.

l. Hindari pertanyaan tertutup, gunakan kalimat pendek saat bertanya.

m. Gunakan bahasa tubuh yang sesuai dengan isi komunikasi.

2. Lansia dengan tidak dapat mendengar (deaf) :

Hampir sama dengan klien yang mengalami gangguan pendengaran, tetapi ditambah dengan
beberapa teknik, yaitu :

a.Menulis pesan jika klien dapat membaca.

b.Gunakan media (gambar) untuk membantu komunikasi.

c.Pernyataan dan pertanyaan yang singkat.

d.Gunakan berbagai macam metode untuk menyampaikan pesan, contoh : body language.

e. Sempatkanlah waktu bersama klien.

3. Lansia dengan gangguan penglihatan :

a.Perkenalkan diri, dekati klien dari depan.

b.Jelaskan kondisi tempat dan orang yang ada.

c.Bicaralah pada saat Anda mau meninggalkan tempat.

d.Pada saat saudara berbicara pastikan klien tahu tempat saudara.

e.Katakan pada klien apa yang dapat mebantunya seperti lampu, membacakan.

f. Biarkan klien memegang tangan saudara sebagai petunjuk dan jelaskan apa yang sedang
saudara kerjakan.

g.Jelaskan jalan – jalan apa bisa dilalui oleh klien.


h.Sanjunglah kemampuan beradaptasi dan kemandirian klien.

4. Lansia dengan Afasia

Afasia merupakan gangguan fungsi bahasa yang disebabkan cidera atau penyakit pusat otak. Ini
termasuk gangguan kemampuan membaca dan menulis dengan baik, demikian juga bercakap –
cakap, mendengar, berhitung, menyimpulkan dan pemahaman terhadap sikap tubuh. Dimana
penyebab afasia pertama adalah stroke, cedera kepala, dan tumor otak (Brunner dan Siddart,
2001).

Teknik Komunikasi yang digunakan adalah :

a. Menghadap ke pasien dan membuat kontak mata.

b. Sabar dan meluangkan waktu.

c. Harus jujur, temasuk ketika kita belum memahami pertanyaannya, sikap tubuh, gambar,
dan objek atau media lain yang dapat membantu untuk menjawab keinginannya.

d. Dipersilahkan lansia menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya.

e. Dorong lansia untuk menulis dan mengekspresikannya dan berikan kesempatan untuk
membaca dengan keras.

f. Gunakan gerakan isyarat terhadap objek pembicaraan jika mampu meningkatkan


pemahaman.

g. Gunakan sentuhan untuk memfokuskan pembicaraan, meningkatkan rasa aman.

5. Lansia dengan penyakit Alzheimer :

Penyakit Alzheimer (AD) kadang disebut sebagai demensia degeneratif primer atau demensia
senil jenis Alzheimer (SDAT) merupakan penyakit neurologis degeneratif, progresif, ireversibel,
yang muncul tiba – tiba dan ditandai dengan penurunan bertahap fungsi kognitif dan gangguan
perilaku dan efek (Brunner dan Siddart, 2001).

Keadaan yang terjadi pada pasien yang menderita Alzheimer diantaranya terjadi keadaan mudah
lupa dan kehilangan ingatan bahkan klien dapat kehilangan kemampuannya mengenal wajah,
tempat, dan objek yang sudah dikenalnya serta kehilangan suasana kekeluargaannya. Perubahan
kepribadian biasanya negatif. Pasien dapat menjadi depresif, curiga, paranoid, kasar, dan bahkan
kejam. Kemampuan berbicara buruk sampai pembentukan suku kata yang tidak masuk akal.
Perawatan diri memerlukan bantuan, termasuk makan dan toileting.

Teknik komunikasi yang digunakan adalah :

a. Selalu berkomunikasi dari depan lansia.

b. Bicaralah dengan cara dan nada yang normal.

c. Bertatap muka.

d. Mnimalkan gerakan tangan.

e. Menghargai dan pertahankan jarak.

f. Cegah setting ruangan yang memberikan stimulasi yang banyak.

g. Pertahankan kontak mata dengan senyum.

h. Ikuti langkah klien dan bicaralah padanya.

i. Bertanyalah hanya dengan satu pertanyaan.

j. Mengangguklah dantersenyum bila memahami perkataannya.

6. Lansia yang menunnjukkan kemarahan :

a. Klarifikasi penyebab marah yang terjadi.

b. Bantu dan dorong klien mengungkapkan marah dengan konstruktif.

c. Gunakan pertanyaan terbuka.

d. Luangkan waktu setiap hari bersama klien.


e. Puji dan dukung setiap usaha dari klien.

7. Lansia yang mengalami kecemasan :

a. Dengarkan apa yang dibicarakan klien.

b. Berikan penjelasan secara ringkas dan jelas apa yang terjadi.

c. Identifikasi bersama klien sumber – sumber yang menyebabkan ketegangan atau


keemasan.

d. Libatkan staf dan anggota keluarga.

8. Lansia yang menunjukkan penolakan :

a. Kemukakan kenyataan perlahan lahan.

b. Jangan menyokong penolakan klien.

c. Bantu klien mengungkapkan keresahan atau perasaan sedihnya.

d. Libatkan keluaraga.

9. Lansia yang mengalami depresi :

a. Lakukan kontak sesering mungkin.

b. Beri perhatian terus – menerus.

c. Libatkan klien dalam menolong dirinya sendiri.

d. Gunakan pertanyaan terbuka.

e. Libatkan staf dan anggota dalam memberikan perhatian.

 Hambatan Komunikasi dangan Lansia

Saat perawat berkomunikasi dengan lansia tidak sedikit hambatan yang terjadi saat melakukan
komunikasi. Apanila hal ini dibiarkan terus akan menghambat kemajuan komunikasi. Hambatan
tersebut antara lain :
1. Internal Distraksi

Gangguan yang terjadi pada lansia saat melakukan omunikasi misalnya lansia mengantuk,
menguap atau mengatakan lapar saat melakukan kmunikasi dengan perawat.

2. Sensory Overload.

3. Gangguan neurologi.

4. Defisit pengetahuan.

5. Hambatan Verbal.

6. Setting yang tidak tepat.

7. Perbedaan budaya.

 Faktor yang memperngaruhi komunikasi pada lansia :


a. Factor klien meliputi : kecemasan,penurunan sensori, (penurunan,pendengaran dan
penglihatan,kurang hati- hati, tema yang menetap misalkan kepedulian terhadap kebugaran
tubuh,kehilangan reaksi mengulangi kehidupan,takut kehilangan control kematiaan)
b. Faktir perawat meliputi : perilaku perawat terhadap lansia dan ketidakpahaman perawat
c. Faktor lingkungan yang bising dapat menstimulasi kebingungan lansia dan keterganggunya
penerimaan pesan yang disampaikan
DAFTAR PUSTAKA

Badrussalih. 2008. Senam Bugar Lansia Propinsi DIY (SBL-2000). Yogyakarta: Citra Media
Pustaka.

Damayanti, M. 2010. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Bandung: PT. Refika
Aditama.

Darmojo, B. 2003. Buku Ajar Geriatri. Ilmu Kesehatan Lanjut Usia Edisi 3. Jakarta: Bala
Penerbit FKUI.

Departemen Kesehatan R.I. 2005. Petunjuk Pengukuran Kebugaran Jasman. Jakarta: Depkes RI.

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori dan Praktik.

Jakarta: EGC. Gruccione. 2000. Muscle and Its Desease. An Outline Primer of Basic Science

and Clinical Method, Year Book Medical Publisher, Inc. Chicago.

Anda mungkin juga menyukai