Anda di halaman 1dari 5

RESUME

KOMUNIKASI PADA LANJUT USIA


(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan gerontik)
Dosen Pengampu : Eki Pratidina, SKp.,MM

Oleh
MARISA NUR MELIANI
191FK01071
Tingkat 3C

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2021
KOMUNIKASI PADA LANJUT USIA
A. Pengertian Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun ke atas (Permensos 5 Tahun 2018
tentang Standar Nasional Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia)
B. Klasifikasi Lansia Menurut WHO
1. Middle age (usia pertengahan) kelompok usia 45-59 tahun
2. Erderly, antara 60-74 tahun
3. Usia antara 75-90 tahun
4. Very old, lebih dari 90 tahun
C. Perubahan Pada Lansia
1. Penurunan fungsi fisik
2. Perubahan aspek psikososial
3. Perubahan yang terkait pekerjaan
4. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat
D. Strategi Berkomunikasi Dengan Orang Yang Sudah Lanjut Usia
1. Karakteristik lanjut usia
2. Perkembangan komunikasi pada lanjut usia
3. Faktor faktor yang mempengaruhi komunikasi pada lansia
4. Hambatan komunikasi pada lansia dan cara mengatasi
E. Karakteristik Lanjut Usia
1. Komunikasi lansia sering dikaitkan dengan kemunduran fisik yang terjadi dan
penyakit akibat proses menua
2. Untuk mempermudah memahami bagaimana melakukan pendekatan ataupun
bagaimana strategi komunikasi pada lansia, perawat perlu tahu masalah dan penyakit
yang sering dihadapi oleh lansia
3. Gangguan komunikasi pada lansia yang terjadi karena masalah masalah fisik yang
dialami dan penurunan fungsi dari panca indranya, seperti penurunan penglihatan,
pendengaran, pengecapan, penciuman, dan perabaan.
F. Perkembangan Komunikasi pada Lansia
Terjadi perubahan aspek fisik berupa perubahan neurologis dan sensorik, perubahan
visual, dan pendengaran. Perubahan tersebut dapat menghambat proses penerimaan dan
interpretasi terhadap maksud komunikasi.
Menjadi penyebab lansia mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Penyebab kesulitan
komunikasi pada lansia adalah perubahan kognitif yang berpengaruh pada tingkat
intelegensia, kemampuan belajar, daya memori dan motivasi klien.
G. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Pada Lansia
1. Faktor Klien/Lansia
Meliputi kecemasan dan penurunan sensori (penurunan pendengaran dan penglihatan,
kurang hati hati, tema yang menetap, misal kepedulian terhadap kebugaran tubuh,
kehilangan reaksi, mengulangi kehidupan, takut kehilangan kontrol, dan kematian)
2. Faktor Perawat
Meliputi perilaku perawat terhadap lansia dan ketidakpahaman perawat.
3. Faktor Lingkungan
Meliputi lingkungan yang bising dapat menstimulasi kebingungan lansia dan
terganggunya penerimaan pesan yang disampaikan.
H. Hambatan Komunikasi pada Lansia dan Cara Mengatasinya
Berhubungan dengan keterbatasan fisik yang terjadi akibat dari proses menua (aging
process), antara lain fungsi pendengaran yang menurun, mata yang kabur, tidak adanya
gigi, suara yang mulai melemah, dan sebagainya. untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas berkomunikasi dengan lansia, diperlukan penguasaan terhadap cara cara
mengatasi hambatan komunikasi.
I. Cara Mengatasi Hambatan Berkomunikasi pada Lansia
 Menjaga agar tingkat kebisingan minimum
 Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol
 Menjamin alat bantu dengan yang berfungsi dengan baik
 Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas
 Jangan berbicara dengan keras/berteriak, berbicara langsung dengan telinga yang
dapat mendengar dengan lebih baik
 Berdiri di depan klien, jangan terlalu jauh dengan lansia
 Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana
 Beri kesempatan bagi klien untuk berfikir
 Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial, seperti perkumpulan orang tua,
kegiatan rohani
 Berbicara pada tingkat pemahaman klien
 Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau keahlian
J. 4 Aspek Pendekatan Komunikasi pada Lansia
1. Pendekatan aspek fisik
Mencari informasi tentang kesehatan, objektif, kebutuhan, kejadian yang dialami,
perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan
dikembangkan serta penyakit yang dapat dicegah progresitivitasnya.
2. Pendekatan aspek psikososial
Karena pendekatan ini sifatnya abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku,
umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan
ini, perawat berperan sebagai konselor, advokat, suporter, dan interpreter terhadap
segala sesuatu yang asing atau sebagai penampung masalah masalah rahasia yang
pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
3. Pendekatan aspek sosial
Untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi dengan lingkungan. Mengadakan
diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan kegiatan
kelompok meruakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi
dengan sesama lansia ataupun dengan petugas kesehatan.
4. Pendekatan aspek spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan
atau agama yang dianutnya, terutama klien dalam keadaan sakit atau mendekati
kematian. Pendekatan spiritual ini cukup efektif, terutama bagi klien yang mempunyai
kesadaran tinggi dan latar belakang keagamaan yang baik.
K. Teknik Komunikasi pada Lansia
1. Teknik asertif
Asertif adalah menyatakan yang sesungguhnya, terima klien apa adanya, perawat
bersikap menerima yang menunjukan sikap peduli dan sabar untuk mendegarkan dan
memperhatikan klien serta berusaha untuk mengerti/memahami klien. Sikap ini
membantu perawat untuk menjaga hubungan yang terapetik dengan lansia.
2. Responsif
Reaksi spontan perawat terhadap perubahan yang terjadi pada klien dan segera
melakukan klarifikasi tentang perubahan tersebut. Teknik ini merupakan bentuk
perhatian perawat kepada klien yang dilakukan secara aktif untuk memberikan
ketenangan klien. Berespon berarti bersikap aktif atau tidak menunggu permintaan
dari klien. Contoh :”Apa yang ibu pikirkan saat ini? Apakah yang bisa saya bantu
untuk ibu?
3. Fokus
Dalam berkomunikasi, sering kita jumpai lansia berbicara panjang lebar dan
mengungkapkan pernyataan pernyataan diluar materi dan tidak relevan dengan tujuan
terapi. Sehubungan dengan hal tersebut, perawat harus tetap fokus pada topik
pembicaraan dan mengarahkan kembali komunikasi lansia pada topik untuk mencapai
tujuan terapi. Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap
materi komunikasi yang diinginkan.
4. Suportif
Lansia sering menunjukan sikap labil berubah ubah. Perubahan ini perlu disikapi
dengan menjaga kestabilan emosi klien dengan cara memberikan dukungan (suportif).
Contoh : tersenyum dan mengangguk ketika lansia mengungkapkan perasaannya
sebagai sikap hormat dan menghargai lansia berbicara. Contph ungkapan ungkapan
yang bisa memberi support/motivasi kepada lansia sebagai berikut : “saya yakin
bapak dapat mampu melakukan tugas bapak dengan baik”, jika bapak memerlukan
saya siyap membantu”.
5. Klarifikasi
Klarifikasi adalah teknik yang digunakan perawat untuk memperjelas informasi yang
disampaikan klien. Hall ini penting dilakukan perawat karena seringnya perubahan
yang terjadi pada lansia dapat mengakitbatkan proses meminta klien memberi
penjelasan ulang dengan tujuan menyamakan persepsi.
Contoh : “coba ibu jelaskan kembali bagaimana perasaan ibu saat ini”.
6. Sabar dan Iklas
Perubahan yang terjadi pada lansia kadang merepotkan dan seperti kekanak kanakan.
Perubahan ini harus disikapi dengan sabar dan iklas agar hubungan antara perawat dan
klien lansia dapat efektif. Sabar dan iklas dilakukan supaya tidak muncul kejengkelan
perawat yang dapat merusak komunikasi dan hubungan perawat dan klien.

Anda mungkin juga menyukai