Anda di halaman 1dari 29

IDEOLOGI PANCASILA UNTUK BANGSA MENUJU TUJUAN NASIONAL

DIHUBUNGKAN DENGAN NILAI-NILAI LUHUR PANCASILA DARI


SEJAK JAMAN BATU

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan


Dosen Pengampu : Dr. SEPRANADJA, SH., MH

DISUSUN OLEH

MARISA NUR MELIANI

191FK01071

TINGKAT 1C

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

2019/2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan dan berkat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pandangan Teoretis
Pembelajaran Bahasa Indonesia ini dengan baik. Makalah ini disusun sebagai salah
satu tugas mata kuliah Pembelajaran dan Pengembangan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Makalah ini menjelaskan Pandangan Teoretis Pembelajaran Bahasa
Indonesia dengan bahasa yang lebih mudah untuk dicerna dan dipahami.
Penulis berharap, makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam
hal ini dapat menambah wawasan mengenai Pandangan Teoretis Pembelajaran
Bahasa Indonesia, khususnya bagi penulis. Akhir kata, mungkin dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan. Kritik dan saran tentunya sangat penulis
harapkan demi perbaikan makalah ini Akhirnya , penulis mengucapkan terima kasih
yang setulus – tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan
makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Bandung, 31 Maret 2020

Penulis

DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 1
1.3 Tujuan..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
2.1 Pengertian Ideologi.................................................................................. 3
2.2 Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara............................................... 8
2.3 Tujuan Pancasila...................................................................................... 11
2.4 Nilai-Nilai Pancaasila Sebagai Ideologi Negara...................................... 12
2.5 Nilai-Nilai Pancasila Pada Masa Kejayaan Nasional............................... 13
2.5.1 Masa Kerajaan Sriwijaya.................................................................. 13
2.5.2 Masa Kerajaan Majapahit................................................................. 14
2.5.3 Masa Kerajaan Kutai........................................................................ 15
2.6 Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Sistem Penjajahan.................... 16
2.7 Perjuangan Sebelum abad ke-XX............................................................ 17
2.7.1 Kebangkitan Nasional 1908.............................................................. 18
2.7.2 Sumpah Pemuda 1928...................................................................... 20
2.8 Perjuangan Bangsa Indonesia Pada Masa Penjajahan Jepang.................. 21
2.8.1 Proklamasi Kemerdekaan 1945........................................................ 21
2.9 Proses Perumusan Pancasila dan UUD 1945........................................... 22
2.9.1 Mr.Muhammad Yamin (29 Mei 1945)............................................. 22
2.9.2 Mr. Soepomo (31 Mei 1945)............................................................ 23
2.9.3 Ir.Soekaro (1 Juni 1945)................................................................... 23
2.10 Proklamasi Kemerdekaan dan Maknanya.............................................. 24
2.11 Proses Pengesaha UUD 1945................................................................. 25

3
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 27
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 27
3.2 Saran .............................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila merupakan dasar Negara Republik Indonesia, sebelum pancasila


disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI, nilai-nilainya telah ada pada
masyarakat bangsa Indonesia, seperti nilai-nilai adat-istiadat, kebudayaan serta
nila-nilai religius. Nilai-nilai tersebut telah ada sejak zaman dahulu sebelum
Indonesia merdeka dan telah masyarakat amalkan dalam kehidupan sehari-hari
sebagai pandangan hidup, sehingga nilai-nilai pancasila sendiri berasal dari
masyarakat Indonesia sendiri. Nilai-nilai yang ada pada masyarakat tersebut
diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pejuang kemerdekaan menjadi
dasar negara republik Indonesia. Proses perumusuan dasar negara tersebut
dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI. Sidang BPUPKI pertama, sidang panitia
9, dilanjutkan dengan sidang kedua serta disahkannya pancasila sebagai dasar
filsafat negara Indonesia.

Di masa sekarang banyak yang mengganggap Pancasila hanya sebagai elit


politik yang digunakan para penguasa. Untuk itu perlunya bagi kita memahami
nilai-nilai Pancasila secara utuh terutama Pancasila sebagai jati diri Bangsa
Indonesia, diperlukan pemahaman dari sejarah perjuangan bangsa indonesia
membentuk suatu negara yang erat kaitannya dengan perumusan Pancasila
sebagai dasar Negara. Selain sebagai dasar negara Pancasila juga sebagai ruh
bangsa negara, pandangan hidup Bangsa, jiwa dan kepribadian hidup bangsa serta
sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia pada waktu para pejuang mendirikan
negara.

5
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana nilai-nilai Pancasila pada masa kejayaan ?
2. Bagaimana perjuangan bangsa Indonesia melawan sistem penjajahan ?
3. Bagaimana proses terjadinya Proklamasi Kemerdekaan 1945?
1.3 Tujuan
1. Dapat memahami nilai-nilai Pancasila pada masa kejayaan.
2. Dapat memahami perjuangan bangsa Indonesia melawan sistem penjajahan
3. Dapat memahami pproses terjadinya Proklamsi Kemerdekaan 1945.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN IDEOLOGI


Pengertian Ideologi merupakan sekumpulan ide dasar, gagasan,
kepercayaan sistematis dan keyakinan dengan tujuan dan arahan yang dapat
dicapai dengan suatu kehidupan nasional bernegara dan berbangsa.
Kata untuk ideologi berasal dari kata bahasa Inggris yakni idea dan
berarti konsep, ide, pemahaman dasar, cita-cita. Sedangkan kata (logi) dalam
bahasa Yunani yakni Logo berarti sains atau sains. Secara harfiah, makna
ideologi adalah pengetahuan tentang suatu gagasan, sains, ide, atau
pengajaran pemahaman dasar.

2.2 FUNGSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

1. Menyatukan bangsa Indonesia, memperkokoh dan memelihara kesatuan


dan persatuan.
2. Membimbing dan mengarahkan bangsa Indonesia unutk mencapai
tujuannya.
3. Memberikan kemauan untuk memelihara dan mengembangkan identitas
bangsa Indonesia
4. Menerangi dan mengawasi keadaan, serta kritis kepada adanya upaya
untuk mewujudkan cita-cita yang terkandung di dalam pancasila.
5. Sebagai pedoman bagi kehidupan bangsa Indonesia dalam upaya menjaga
keutuhan negara dan memperbaiki kehidupan dari bangsa Indonesia.

7
2.3 TUJUAN PANCASILA

Adapun tujuan dari pancasila adalah sebagai berikut:

1. Menghendaki Bangsa yang religius yang taat kepada Tuhan Yang


Maha Esa
2. Menjadi Bangsa yang adil secara sosial ekonomi
3. Menjadi Bangsa yang menghargai HAM (Hak Asasi Manusia)
4. Menghendaki Bangsa yang demokratis
5. Menghendaki menjadi Bangsa yang nasionalis yang mencintai tanah
air Indonesia

2.4 NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai Ketuhanan, Kemanusiaan,


Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Inilah nilai dasar untuk kehidupan
kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan.
Nilai Pancasila tergolong nilai kerohanian yang didalamnya terselip
nilai lainnya secara lengkap dan harmonis, baik nilai nilai vital, material, nilai
kebenaran(kenyataan) , nilai etis, nilai estetis, maupun nilai religius.
Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi sendiri bersifat objektif dan subjektif.

Nilai-nilai Pancasila yang bersifat objektif maksudnya:

 Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri mempunyai makna yang


ter-dalam.
 Pancasila yang tersimpan dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok
kaidah negara yang mendasar.
 Inti dari nilai Pancasila akan terus ada sepanjang masa dalam
kehidupan bangsa Indonesia.
Sedangkan nilai-nilai Pancasila yang bersifat subjektif menjelaskan bahwa
keberadaan nilai-nilai Pancasila bergantung pada bangsa Indonesia sendiri.
Dapat dijelaskan sebab:

 Nilai-nilai Pancasila itu timbul dari bangsa Indonesia.


 Nilai-nilai Pancasila di dalamnya memuat nilai- nilai kerohanian.
 Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia.
 Nilai-nilai Pancasila di dalamnya merupakan nilai yang digali ,
tumbuh dan berkembang dari budaya bangsa Indonesia

2.5 NILAI-NILAI PANCASILA PADA MASA KEJAYAAN NASIONAL

Menurut sejarah, kira-kira pada abad ke VII-XII bangsa


Indonesia mendirikan kerajaan telah mendirikan kerajaan Sriwijaya di
Sumatera Selatan dan kemudian pada abad ke XIII-XVI didirikan pula
kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Kedua zaman itu merupakan
tonggak sejarah bangsa Indonesia karena bangsa Indonesia pada masa
itu telah memenuhi syarat-syarat suatu bangsa yang mempunyai negara.
Kedua kerajaan itu merupakan negara-negara berdaulat, bersatu, serta
mempunyai wilayah yang meliputiseluruh nusantara ini. Pada zaman
tersebut, kedua kerajaan itu mengalami kehidupan masyarakat yang
sejahtera.

Menurut Mr.Muhammad Yamin, berdirinya negara kebangsaa


Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan lama yang
merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Negara
kebangsaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap. Pertama, zaman
Sriwijaya dibawah wangsa Syailendra (600-1400). Kedua, negara
kebangsaan zaman Majapahit (1293-1525). Kedua tahap negara

9
kebangsaan tersebut adalah negara kebangsaan lama. Ketiga, negara
kebangsaan modern, yaitu negara Indonesia merdeka 17 Agustus 1945.

2.5.1 Masa Kerajaan Sriwijaya


Pada abad ke VII berdirilah kerjaan Sriwijaya di bawah kekuasaan
wangsa Syailendra. Kerajaan yang berbahasa Melayu Kuno dengan
menggunakan huruf pallawa tersebuut dikenal juga sebagai kerajaan maritime
yang mengandalkan jalur perhubungan laut. Kerjaan Sriwijaya menguasai
Selan Sunda, kemudian Selat Malaka. System perdagangan telah diatur
dengan baik, dimana pemerintahan memlalui pegawai raja membentuk suatu
badan yang dapat mengumpulkan hasil kerajinan rakyat sehingga rakyat
mengalami kemudahan dalam pemasarannya. Dalam system pemerintahan
sudah terdapat pegawai pengurus pajak, harta benda kerjaan, rohaniawan yang
menjadi pengawas teknis pembangunan Gedung-gedung dan patung-patung
suci sehingga saat itu kerajaan dapat menjalankan system negaranya dengan
nilai-nilai ketuhanan.
Pada zaman sriwijaya telah dibuat universitas agama Budha yang sudah
dikenal di Asia. Pelajar dari universitas ini bias melanjutkan studinya ke
negara India, seperti Dharmakitri. Cita-cita kesejahteraan Bersama dalam
suatu negara telah tercermin pada kerajaan Sriwijaya, sebagaimana tersebut
dalam perkataan "marvuat vannua Criwijaya Siddhayatra Subhiksa" (suatu
ckita-cita negara yang adil dan makmur).
Unsur-unsur yang terdapat di dalam Pancasila, yaitu
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, tata pemerintahan atasa dasar
musyawarah dan keadilan social telah telah terdapat sebgai asas-asas
yang menjiwai bangsa Indonesia, yang dihayati serta dilaksanakan
pada waktu itu, hanya saja belum dirumuskan secara konkret.
Dokumen tertulis yang membuktikan terdapatnya unsur-unsur tersebut
adalah prasasti-prasasti di Talang Batu, Kedukan Bukit, Karang Brahi,
Talang Tuo, dan Kota Kapur.

Pada hakikatnya nilai-nilai budaya bangsa semasa kejayaan


Sriwijaya telah menunjukkan nilai-nilai Pancasila, yaitu sebagai
berikut.

1. Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya umat agama Budha


dan Hindu hidup berdampingan secara damai. Pada kerajaan
Sriwijaya terdapat pusat kegiatan pembinaan dan pengembangan
agama Budha.
2. Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dan India
(Dinasti Harsha). Pengiriman para pelajar untuk belajar di India.
Telah tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas dan aktif.
3. Nilai sila ketiga, sebagai negara maritime, Sriwijaya telah
menerapkan konsep negara kepulauan sesuai dengan konsepsi
wawasan nusantara.
4. Nilai sila keempat, Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang
sangat luas, meliputi (Indonesia sekarang) Siam, dan Semenanjung
Melayu.
5. Niai sila kelima, Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan
perdagangan, sehingga kehidupan rakyatnya sangan makmur.

2.5.2 Masa Kerajaan Majapahit


Sebelum kerajaan Majapahit berdiri telah muncul kerjaan-
kerjaan di Jawa Tengan dan Jawa Timur secara silih berganti, yaitu kerajaan
Kalingga (abad ke-VII) dan Sanjaya (abad ke-VIII), sebagai refleksi punjak
budaya dari kerajaan tersebut adalah dibangunnya Candi Borobudur (candi
agama Budha pada abad ke-IX) dan Candi Prambanan (candi agama Hindu

11
pada abad ke-X).
Di Jawa Timur muncul juga kerajaan-kerajaan, yaitu Isana
(abad ke-IX), Dharmawangsa (abad ke-X), dan Airlangga (abad ke-XI).
Agama yang diakui kerajaan adalah agama Budha, agama Wisnu, dan agama
Syiwa yang telah hidup berdampingan secara dami. Nilai-nilai kemanusiaan
telah tercermin dalam kerjaan ini, terbukti menrut prasasti Kelagen bahwa
Raja Airlangga telah mengadakan hubungan dangan dan bekerjasama dengan
Benggala, Chola, dan Champa. Nilai-nilai sila keempat telah terwujud yaitu
dengan diangkatnya Airlangga sebagai raja melalui musyawarah antara
pengikut Airlangga dengan rakyat dan kaum Bramhana. Sedangkan nilai-nilai
keadilan social terwujud pada saat Raja Airlangga memerintahkan untuk
membuat tanggul dan waduk demi kesejahteraan pertanian rakyat.
Bahkan, pafda masa kerajaan ini, istilah Pancasila dikenali yang
terdapat dalam buku Negarakertagama karangan Prapanca dan buku Sutasoma
karangan Empu Tantular. Dalam buku tersebur istilah Pancasila disampung
mempunyai arti "berbatu sendi lima" (dalam Bahasa Sansekerta), juga
mempunyai arti "pelaksana kesusilaan yang lima" (Pancasila Krama).
1. Tidak boleh melakukan kekerasan.
2. Tidak boleh mencuri.
3. Tidak boleh berjiwa dengki.
4. Tidak boleh berbohong.
5. Tidak boleh mabuk minuman keras.

Pada abad ke-XIII, berdiri kerajaan Singasari di Kedi, Jawa


Timur, yang ada hubungannya dengan berdirinya kerajaan Majapahit
(1293). Zaman keemas an kerajaan Majapahit terjadi pada masa
pemerintahan Raja Hayam Wuruk dengsan Mahapatih Gajah Mada.
Wilayah kekuasaan Majapahit semasa jayanya membentang dari
Semenanjung Melayu sampai ke Irian Jaya.
Pengamalan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa telah tebukti pada
waktu Hindu dan Budha hidup berdampingan secara damai. Empi
Prapanca menulis Negarakertagama (1365) yang didalamnya telah
terdapat istilah Pancasila. Empu Tantular mengarang buku Sutasoma
di mana dalam buku itu terdapat seloka persatuan nasional yang
berbunyi "Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua", artinya
walaupun berbeda-beda, namun satu jua dan tidak ada agama yang
memiliki tujuan berbeda. Hal ini menunjukan realitas beragama pada
saat itu. Seloka toleransi ini juga diterima kerajaan oleh Kerajaan Pasai
di Sumatera sebagai bagian Kerjaan Majapahit yang telah memeluk
agam Islam.

Sila kemanusiaan telah terjwujud, yaitu hubungab Raja Hayam


Wuruk dengan baik dengan kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa, dan
Kamboja. Disamping itu, juga mengadakan persahabatan dengan
negara-negara atas dasar Mitreka Satuta,

Perwujudan nilai-nilai perstauan Indonesia telah terwujud


dengan keutuhan kerajaan, khususnya Sumpah Palapa yang diucapkan
Gajah Mada yang diucapkannya pada siding Ratu dan Menteri-menteri
pada tahun 1331, yang berisi tentang cita-cita mempersatukan
nusantara raya yang berbunya "Saya baru akan berhenti puasa makan
palapa, jika seluruh nusantara bertakluk dibawah kekuasan negara, jika
gurun, Seram, Tanjung, Haru, Pahang, Dhampo, Bali, Sunda,
Palembang, dan Tumasik telah dikalahkan.

Sila kerakyatan (keempat) sebagai nilai-nilai musyawarah dan


mufakat juga telah dilakukan oleh system pemerintahan Kerajaan
Majapahit. Menurut Pasasti Brungbung (1329) dalam tata

13
pemerintahan Majapahit terdapat semacam penasehat kepada kerajaan,
seperti Rakyaan I Hino, I Shirikan dan I Halu yang berarti memmberi
nasehat kepada raja. Kerukunan gotong royong dalam kehidupan
masyarakat telah menambuhkan adat bermusyawarah untuk mufakat
dalam memutuskan maslah Bersama. Sedangkan perwujudan sila
keadilan social adalah sebagai wujud dan berdirinya kerajaan beberapa
abad yang tentunya ditopang dengan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyatnya.

Berdasarkan uraiain di atas dapat kita pahami bahwa zaman


Sriwijaya dan Mjapahit adalah sebagai tonggak sejarah perjuangan
bangsa Indonesia dalam menggapai cita-citanya.

2.5.3 Masa Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia dan se-asia


tenggara yang bercorak Hindu. Kerajaan Kutai terletak di muara
Kamam Kalimantan Timur di Sungai Mahakam. Raja pertama dan
sekaligus pendiri kerajaannya adalah raja Kudungga. Raja Kudungga
memiliki seorang anak yang bernama Aswawarman. Aswawarman
dijadikan raja oleh Kudungga. Setelah berpindah tangan, raja
Aswawarman memiliki tiga orang anak yang salah satunya bernama
Mulawarman. Mulawarman pada saat itu menggantikan Aswawarman.
Pada saat pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami
masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh
kawasan Kalimantan Timur. Pada saat itu raja mulawarman member
20.000 ekor lembu kepada para Brahmana. Atas kebaikannya itu, para
Brahmana membuatkan tujuh buah Yupa sebagai tanda terima kasih.
Hal tersebut menunjukan nilai social politik dan Ketuhanan telah ada
pada kerajaan Kutai. Dimana bentuk kerajaan dengan agama dijadikan
sebagai pengikat kewibawaan raja.

Nilai Pancasila:
a)      Nilai Ketuhanan    : Memeluk agama Hindu
b)      Nilai Kerakyatan   : Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur
c)      Nilai Persatuan      : Wilayah kekuasaannya meliputi hampir
seluruh kawasan Kalimantan Timur

2.6 PERJUANGAN BANGSA INDONESIA MELAWAN SISTEM


PENJAJAHAN

Kesuburan Indonesia dengan hasil buminya yang melimpah,


terutama tempeh-rempah yang sangat dibutuhkan oleh negara-negara di
luar Indonesia, menyebabkan bangsa asing (Eropa) masuk ke Indonesia.
Bangsa Eropa yang membutuhkan rempah-rempah itu mulai memasuki
Indonesia yaitu, Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda. Masuknya
Bangsa Eropa seiring dengan kemundurannya Kerajaan Majapahit
sebagai akibat dari persilihan dan perang saudara, yang berarti nilai-nilai
nasionalisme sudah ditinggalkan, walaupun pada abad ke-XVI agama
Islam berkembang dengan pesat dengan berdirinya kerajaan-kerajaan
Islam, seperti Samudera Pasai, dan Demak, tampaknya tidak mampu
membendung tekanan bangsa Eropa  memasuki Indonesia.

Bangsa-bangsa Eropa berlomba-lomba memperebutkan


kemakmuran bumi Indonesia ini. Sejak itu, mulailah lembaran hitam
sejarah Indonesia dengan penjajahan Eropa pada khsususnya Belanda.
Masa penjajahan Belanda itu dijadikan  tonggak sejarah perjuangan
bangsa Indonesia dalam mencapi cita-citanya, sebab pada zaman
penjajahan ini apa yang telah dicapai bangsa Indonesia pada zaman

15
Sriwijaya dan Majapahit menjadi hilang. Kedaulatan negara hilang,
persatuan dihancurkan, kemakmuran lenyap, wilayah diinjak-injak
penjajah.

2.7 PERJUANGAN SEBELUM ABAD KE-XX


Kita mengenal nama-nama pahlawan bagsa yang berjuang dengan
gigih melawan pejajah. Pada abad ke-XVII dan XVIII perlawanan
terhadap penjajah digerakkan oleh Sultan Agung (Mataram 1645), Sultan
Ageng Tirta Yasa dan Ki Tapa di Banten (1650), Hasanuddin di Makasar
(1660), Iskandar Muda di Aceh (1635), Untung Surapati dan Trunojoyo
di Jawa Timur (1670), Ibnu Iskandar di Minangkabau (1680), dll.
Pada permulaan abad ke-XIX, dalam memperkuat
kolonialismenya, penjajah Belanda mengubah system yang semula
berbentuk persoalan dagang partikelier yang bernama VOC berganti
dengan badan pemerintahan resmi, yaitu pemerintahan Hindia Belanda.
Kemudian Belanda mendapat perlawanan dari bangsa Indonesia yang
dipimpin oleh Patimura (1817), Imam Bonjol di Minangkabau (1822-
1837), Diponegoro di Mataram (1825-1830), Badaruddin di Palembang
(1817). Pangeran Antasari di Kalimantan (1860), Jelantik di Bali (1850),
Anang Agung Made di Lombok (1895), Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro,
dan Cut Nya'Din di Aceh (1873-1904), si Singamangaraja di Batak
(1900). Hal ini membuktikan betapa pentingnya persatuan dalam
menghadapi penjajah.

2.7.1 Kebangkitan Nasional 1908


Pada awal abad ke 20 adalah awal dari kebangkitan Indonesia
yang dimulai dengan berdirinya organisasi-organisasi seperti Budi
Utomo pada tanggal 20 mei 1908 dengan tokohnya yang terkenal
adalah Dr. Wahidin Sudirohusodo. Kemudian muncul organisasi
Serikat Dagang Islam (SDI) pada tahun 1909, dan berubah nama
menjadi Serikat Islam (SI) pada tahun 1911, dibawah pimpinan
H.O.S.Tjokro Aminoto. Berikutnya muncul pila Inddiche Partij pada
tahun 1913 yang dipimpim oleh Douwes Dekker, Cipto Mangun
Kusumo, dan Ki Hajar Dewantara. Dan pada tahun 1927 berdirilah
sebuah partai politik yang di pelopori Ir.Soekarno dan kawan-kawan
yaitu PNI (Partai Nasional Indonesia).

2.7.2 Sumpah Pemuda 1928

Pada tanggal 28 oktober 1928 terjadilah penonjolan peristiwa


sejarah perjuangan bangsa Indonesia mencapai cita-citanya. Pemuda-
pemuda Indonesia yang di pelopori oleh Muh. Yamin, Kuncoro
Purbopranoto dan lain-lain mengumandangka sumpah pemuda yang
berisi pengakuan akan adanya bangsa, tanah air, dan bahasa satu yaitu
Indonesia.

Melalui sumpah ini makin tegaslah apa yang diinginkan bangsa


Indonesia, yaitu kemerdekaan tanah air dan bangsa. Oleh karena itu,
diperlukan adanya persatuan sebagai suatu bangsa yang merupakan
syarat mutlak . sebagai tali pengikat persatuan ini adalah Bahasa
Indonesia.

Sebagai realisasi perjuangan bangsa Indonesia, pada tahun


1930 berdirilah Partai Indonesia yang disingkat dengan Partindo
sebagai pengganti dari PNI yang dibubarkan. Kemudian golongan

17
Demokrat yang terdiri atasa Moh. Hatta dan Sutan Syahrir mendirikan
PNI baru, dengan semboyan kemerdekaan Indonesia harus dicapai
dengan kekuatan sendiri.

2.8 PERJUANGAN BANGSA INDONESIA PADA MASA


PENJAJAHAN JEPANG

Pada tanggal 7 Desember 1941 meletuslah Perang Pasifik, dengan


di bomnya Pearl Harbour oleh Jepang. Kemudian pada tanggal 8 Maret
1942 Jepang masuk ke Indonesia menghalau penjajah Belanda. Peristiwa
penyarahan Indonesia dari Belanda kepada Jepang terjadi di Kalijati Jawa
Tengah tanggal 8 Maret 1942.

Jepang mempropagandakan kehadirannya di Indonesia untuk


membebaskan Indonesia dari cengkraman Belanda. Oleh karena itu,
Jepang memperbolehkan pengibaran bendera merah putih serta
menyanyikan lagu Indonesia Raya. Akan tetapi, hal itu hanya tipu
muslihat agar rakyat Indonesia mau membantu Jepang untuk
menghancurkan Belanda.

Kemudian Indonesia mendapatkan penderitaan dan penindasan


yang luar biasa. Kemerdekaan Indonesia semakin merasa menjauh,
bahkan tidak ada tanda-tandanya sama sekali. Kekecewaan rakyat
Indonesia ini menyebabkan adanya perlawanan-perlawanan terhadap
Jepang, seperti pemberontakan Peta di Blitsr.Kemudian Jepang
membujuk bangsa Indonesia agar mendapat bantuan dari rakyat
Indonesia. Mereka mengumumkan janji keduanberupa kemerdekaan
tanpa syarat yang disampaika seminggu sebelum Jepang menyerah.
Bangsa Indonesia diperkenankan memperjuangkan kemerdekaannya,
bahkan menganjurkan agar berani mendirikan negara Indonesia meredeka
di hadapan musuh Jepang.

2.8.1 Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945

Pembahasan pada subbagian ini meliputi proses perumusan


Pancasila dan UUD 1945, proklamasi kemerdekaan dan maknanya,
dan proses pengesahan Pancasila dasar negara dan UUD 1945.

2.9 Proses perumusan Pancasila dan UUD 1945

Sebagai tindak lanjut dari janji jepang, maka tanggal 1 Maret


1945 Jepang menumumkan akan dibentuk Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Zyunbi
Tyosakai). Badan Penyelidik ini kemudian dibentuk pada tanggal 29
April 1945. yang beranggotakan 60 orang dan anggota tambahan 6
orang, yang diketuai oleh Dr.K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat.

Dengan adanya Badan Penyelidik ini Bangsa Indonesia telah


dapat secara legal mempersiapkan kemerdekaannya, merumuskan syarat-
syarat yang harus dipenuhi Negara merdeka.

Pada tanggal 29 Mei 1945 Badan Penyelidik mengadakan sidang


pertama. Beberapa tokoh berbicara dalam sidang tersebut.

2.9.1 Mr. Muhammad Yamin (29 Mei 1945)


Beliau mendapatkan kesempatan pertama mengemukakan
pidatonya. Pidatonya berisikan lima asas dasar untuk Negara yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan

19
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Setelah berpidato beliau menyampaikan usulan tertulis


mengenai Rancangan UUD Republik Indonesia yang berbunyi:

 Ketuhanan Yang Maha Esa.


 Kebangsaan persatuan Indonesia.
 Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Terdapat perbedaan bahwa usul yang dikemukakan


Mr.Muhammad Yamin secara lisan dan yang dikemukakan secara
tertulis, hal itu dianggap sebagai bukti sejarah.

2.9.2 Mr. Soepome (31 Mei 1945)

Mr. Supomo mendapat giliran mengemukakan pemikirannya di


hadapan sidang BPUPKI pada tanggal 31 Mei 1945. Pemikirannya
berupa penjelasan tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan
dasar negara Indonesia merdeka. Negara yang akan dibentuk
hendaklah negara integralistik yang berdasarkan pada hal-hal berikut
ini:

1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batinMusyawarah
4. Keadilan sosial.
2.9.3 Ir. Soekarno (1 Juni 1945)

Pada tanggal 01 Juni 1945, Ir. Soekarno mengucapkan


pidatonya  dihadapan sidang pada hari ke-3 Badan Penyelidik. Dalam
pidato nya diusulkan lima hal untuk menjadi dasar negara merdeka
yaitu:

1. Kebangsaan Indonesia 
2. Internasionalisme (Peri Kemanusiaan)
3. Mufakat (Demokrasi)
4. Kesejahteraan social
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan

Untuk lima dasar negara itu beliau usulkan pula agar diberi
nama  Pancasila, lima prinsip sebagai dasar negara. Lima prinsip ini
kemudian diperas lagi menjadi Tri Sila yaitu, (1) Sosio Nalisme
(Kebangsaan), (2) Sosio Demokrasi (Mufakat), (3) Ketuhanan.
Kemudian Tri Sila ini diperas lagi menjadi Eka Sila yang berinti
gotong royong.

Pada tanggal 22 Juni 1945 sembilan anggota BPUPKI


mengadakan pertemuan untuk membahas pidato dan usulan mengenai
dasar negara yang telah dikemukan dalam sidang sebelumnya. Setelah
mengadakan pembahasan kemudian tersusunlah sebuah piagam yang
kemudian dikenal dengan Piagam Jakarta, dengan rumusan pancasila
sebagai berikut:

1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalakan syariat Islam bagi


pemeluk-pemeluknya.

21
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Karakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
6. Kesembilan tokoh tersebut ialah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr.
A. A. Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Moezakir,
Haji Agus Salim, Achmad Soebardjo, K.H. Wachid Hasjim, dan
Mr. Muh. Yamin.
7. Piagam Jakarta ini kemudian diterima Badan Penyelidik pada
sidang ke-2 tanggal 14-16 Juli 1945.

2.10 PROKLAMASI KEMERDEKAAN DAN MAKNANYA

Pada tanggal 9 Agustus 1945 terbentuklah Panitia Persiapan


Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dalam bahasa Jepang disebutDokuritu
Zyunbi linkai. Ir. Soekarno diangkat sebagai ketua dan wakilnya Drs.
Moh. Hatta. Panitia ini berfungsi sebagai :

1) Mewakili seluruh bangsa Indonesia.


2) Sebagai pembentuk negara.

Menurut teori hukum, badan ini mempunyai wewenang.


meletakkan dasar negara (pokok kaidah negara fundamental).

Pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah kalah pad a


sekutu. Pada saat itu terajadilah kekosongan kekuasaan di Indonesia.
Situasi kekosongan ini tidak disia-siakan oleh bangsa Indonesia
dengan mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang
diselenggarakan oleh PPKI sebagai wakil bangsa Indonesia. Naskah
proklamasi ditanda tangani Ir. Soekarno dan Drs.Moh. Hatta atas nama
bangsa Indonesia bertanggal 17 Agustus 1945.

Proklamasi mempunyai makna yang sangta penting bagi bangsa


Indonesia yaitu:

Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagai titik puncak


perjuangan bangsa Indonesia

Kemerdekaan Indonesia merupakan buah dari perjuangan


melawan penjajah sacara bertahap-tahap.

1. Perlawanan terhadap penjajahan Barat sebelum tahun 1908.


2. Perjuangan dengan mengggunakan organisasi.
3. Perlawanan dengan melahirkan rasa nasionalisme.
4. Perjuangan melalaui titik kooperasi dan nonkooperasi.
5. Perlawanan bangsa menentang penjajah sampai kepada puncaknya,
yaitu Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Proklamasi kemerdekaam 17 Agustus 1945 sebagai sumber lahirnya


Republik Indonesia.

Proklamasi bermakna bahwa bangsa Indonesia yang sudah


berabad-abad dijajah telah berhasil melepaskan diri dari belenggu
penjajah dan sekalligus memebentuk perubahan baru, yaitu negara
Republik Indonesia, dengan membawa dua akibat. Pertama, lahirlah
tata hokum Indonesia dan sekaligus dihapusnya tata hukum
colonial. Kedua, merupakan sumber hukum bagi pembentukan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

23
Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan norma
pertama dan tata hokum Indonesia

Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan norma pertama


dari tatanan hukum Indonesia, berarti proklamasi adalah peraturan
yang pertama lahirnya.oleh sebab itu, proklamasi merupakan dasar
berlakunya norma-norma aturan hukum yang lain.

Proklamasi Kemerdekaan merupakan perwujudan formal dari


salah satu revolusi bangsa Indonesia unruk menyatakan, baik kepada
diri sendiri ataupun kepada dunia luar (internasional), bahwa bangsa
Indonesia mulai saat tu telah mengambil sikap untuk menentukana
nasib sendiri, yaitu mendirikan negara sendiri termasuk tata hukum
dan tata negaranya.

Setelah sidang pertama BPUPKI dilaksanakan, terjadi


perdebatan sengit karena berbedanya pendapat antara kelompok elit
nasionallis netral, elit nasionalis muslim dan elit nasionalis Kristen.
Mereka berdebat mengenai isi Piagama Jakarta yang pertama, sampai
akhirnya diputuskanlah untuk diganti dengan Ketuhanan Yang Maha
Esa.

2.11 PROSES PENGESAHAN UUD 1945

      Sehari setelah proklamasi pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI


mengadakan sidangnya yang pertama dengan menyempurnakan dan
mengesahkan UUD 1945 yang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian
pembukaan dan bagian batang tubuh.  Hasil sidang pertama
menghasilkan keputusan sebagai berikut:
 Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945 yang meliputi sebagai
berikut:
 Melakukan beberapa perubahan pada Piagam Jakarta yang
kemudian berfungsi sebagai Pembukaan UUD 1945.
 Menetapkam rancangan hukum dasar yang telah diterima Badan
Penyidik pada tanggal 17 Juli 1945, setelah mengalami berbagai
perubahan karena berkaitan dengan perubahan Piagam Jakarta,
kemudia berfungsi sebagai Undang-Undang Dasar 1945.
 Memilih Presiden dan Wakil Presiden Pertama.
 Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
sebagai Badan Musyawarah Darurat.

Perubahan yang menyangkut Piagam Jakarta menjadi Pebukaan


UUD 1945 adalah sebagai berikut:

 No.
 Piagam Jakarta
 Pembukaan UUD 1945
 1.2.3.4.
 Mukadimah .
 "... dalam suatu Hukum Dasar"
 "... dengan berdasarkan Ketuhanan dan kewajiban menjalankan
syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya"
 "... menurut dasar kemanusiaan yang adil dan berdab"
 Pembukaan.
 "... dalam suatu UUD Negara"
 "... dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa"
 "... menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab"

25
Perubahan yang menyangkut pasal-pasal UUD sebagai berikut

 No.
 Rancangan Hukum Dasar
 UUD 1945
 1.
 2.3.4.
 Istilah "Hukum Dasar"
 Dalam rancangan dua orang Wakil Presiden
 Presiden harus orang Indonesia asli yang beragama Islam
 "... selama perang, pimpin perang dipegang oleh Jepang dengan
persetujuan Pemerintahan Indonesia"
 Undang-Undang Dasar (usul Soepomo)
 Seorang Wakil Presiden
 Presiden harus orang Indonesia asli
 Dihapuskan
 Rumusan dasar negara Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 adalah sah dan benar, karena disamping mempunyai
kedudukan kostitusional, juga disahkan oleh suatu badan yang
mewakili seluruh bangsa Indonesia (Panitia Persiapan
Kemerdekaan) yang berarti telah disepakati oleh seluruh bangsa
Indonesia.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945,


melainkan telah melalui proses yang panjang, dimatangkan oleh sejarah
perjuangan bangsa Indonesia. Tetapi bangsa Indonesia lahir dari sejarah
dan kebudayaannya yang tua, melalui gemilangnya kerajaan-kerajaan di
Indonesia, kemudian mengalami masa penjajahan tiga setengah abad,
sampai akhirnya bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya
pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejarah perjuanganbangsa untuk merebut
kembali kemerdekaan nasionalnya sama tuanya dengan sejarah
penjajajahan itu sendiri.Berbagai babak sejarah telah dilampaui dan
berbagai jalan telah ditempuh dengan cara yang berbeda-beda, mulai
dengan cara yang lunak sampai cara yang keras, mulaidari gerakan kaum
cendikiawan yang terbatas sampai pada gerakan yang menghimpun
kekuatan rakyat banyak, mulai dari bidang pendidikan, kesenian daerah,
perdagangansampai pada gerakan-gerakan politik.

Bangsa Indonesia lahir sesudah melalui perjuangan yang sangat


panjang, menurut cara dan jalan yang ditempuhnya sendiri yang
merupakan hasil antara proses sejarah di masa lampau,tantangan
perjuangan dan cita-cita hidup di masa datang, yang secara keseluruhan
membentuk kepribadiannya sendiri. Sebab itu bangsa Indonesia lahir
dengan kepribadiaannya sendiri, yang bersamaan dengan lahirnya bangsa
dan negara itu,kepribadian itu ditetapkan sebagai pandangan hidup dan
dasar negara, "Pancasila".

27
3.2 SARAN

Mengingat besarnya perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih


kemerdekaan, maka perlu adanya kesadaran sedalam-dalamnya bahwa
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik
Indonesia serta merasakan bahwa Pancasila adalah sumberkejiwaan
masyarakat dan negara Republik Indonesia.

Bangsa  Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai


perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan
kenegaraan.Oleh karena itu, pengamalannya harus dimulai dari setiap
warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara yang secara meluas
akan berkembang menjadi pengamalan Pancasila oleh setiap lembaga
kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.
Dengan demikian Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar
negara akan mempunyai arti nyata bagi manusia Indonesia dalam
hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Untuk itu,
perlu usaha yang sungguh-sungguh dan terus-menerus serta terpadu demi
terlaksananya penghayatan dan pengamalan nilai  Pancasila tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Syahrial  Syarbaini.  M.A. 2003."PENDIDIKAN PANCASILA DI


PERGUGUARN TINGGI". Jakarta: Ghalia Indonesia
Guswanto, 2015 "PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN
BANGSA"  http://paklebe.blogspot.com/2015/10/.html  diakses pada 15 Oktober 2018
pukul 20:24

29

Anda mungkin juga menyukai