Anda di halaman 1dari 13

Feb

22

KOMUNIKASI TERAPETIK PADA


LANSIA
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan faktor fisik, psikologi, (lingkungan

dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping itu

juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.

2.2 Karakteristik Lansia

Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia lanjut

menjadi empat macam meliputi:

a)      Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 samapai 59 tahun

b)      Usia lanjut (elderly) kelompok usia antara 60 samapai 70 tahun

c)      Usia lanjut usai (old) kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun

d)     Usaia tua (veryold)kelompk usia di atas 90 tahun

Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia namun perubahan-

perubahan akibat dari usai tersebut telah dapat di identifikasi, misalnya perubahan pada aspek

fisik berupa perubahan neurologi dan sensorik, perubahan visual, perubahan pendengaran.

Perubahan- perubahan tersebut dapat menghambat proses penerimaan dan interprestasi terhadap
maksud komunikasi. Perubahan ini juga menyebabkan klien lansia mengalami kesulitan dalam

berkomunikasi. Belum lagi perubahan kognetif yang berpengaruh pada tingkat intelegensi,

kemampuan belajar, daya memori dan motivasi klien.

Perubahan emosi yang sering terlihat adalah berupa reaksi penolakan terhadap kondisi yang

terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya:

a)      Tidak percaya terhadap diagnose, gejala, perkembangan serta keterangan yang di berikan

petugas kesehatan

b)      Mengubah keterangan yang di berikan sedemikian rupa, sehinga di terima keliru

c)      Menolak membicarakan perawatanya di rumah sakit

d)     Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum khususnya tindakan yang mengikut

sertakan dirinya

e)      Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama bila nasehat

tersebut demi kenyamanan klien.

2.3 Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi

2.3.1 Pendekatan fisik

Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian, yang dialami, peruban fisik

organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan di kembangkan serta penyakit yang

dapat di cegah progresifitasnya. Pendekatan ini relative lebih mudah di laksanakan dan di carikan

solusinya karena rill dan mudah di observasi

            2.3.2 Pendekatan psikologis

Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada perubahan prilaku, maka umumnya

membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini perawat berperan
sebagai konselor, advokat, supporter, interpreter terhadap sesuatu yang asing atau sebagai

penampung masalah-masalah yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrap bagi klien.

            2.3.3 Pendekatan social

Pendekatan ini di lakukan untuk menikatkan keterampilan berinteraksi dalam lingkungan.

Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatan

kelompok merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan

sesama lisan maupun dengan petugas kesehatan.

2.3.4 Pendekatan spiritual

Perawat harus bisa membeikan kepuasan batin dalam hubunganya dengan Tuhan atau agama

yang dianutnya terutama ketika klien dalam keadaan sakit.

2.4 Teknik Komunikasi Pada Lansia

Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman

yang memadai tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau  perawat juga harus

mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi yang di lakukan dapat berlangsung secara

lancer dan sesuai dengan tujuan yang dim inginkan.

Beberapa teknik komunikasi yang dapat di terapkan antara lain:

2.4.1 Teknik asertif

Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan

menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara

agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat di mengerti. Asertif merupakan pelaksanaan

dan etika berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan untuk menjaga

hubungan yang terapetik dengan klien lansia.

2.4.2 Responsif  
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakana bentuk

perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap atau

kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan

tersebut misalnya dengan mengajukan pertanyaan ‘apa yang sedang bapak/ibu fikirkan saat ini,

‘apa yang bisa bantu…?  berespon berate bersikap aktif tidak menunggu permintaan bantuan dari

klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien

2.4.3 Fokus

Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi

yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan di luar materi yang di

inginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan meksud pembicaraan. Upaya ini perlu di

perhatikan karena umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal yang mungkin tidak

relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.

2.4.4 Supportif

Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisikaupun psikis secara bertahap 

menyebabkan emosi klien relative menjadi labil perubahan ini perlu di sikapi dengan menjaga

kesetabilan emosi klien lansia, mesalnya dengan mengiyakan , senyum dan mengagukan kepala

ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat menghargai selama lansia

berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak

menjadi beben bagi keluarganya dengan demikaian di harapkan klien termotovasi untuk menyadi

dan berkarya sesuai dengan kemapuannya selama memberi dukungan baik secara materiil

maupun moril, petugas kesehatan jangan terkesan menggurui atau mangajari klien karena ini

dapat merendahan keparecayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya.

Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi, meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa
terkesen menggurui atau mengajari misalnya: ‘saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari

saya, untuk itu bapak/ibu dapat melaksanakanya……. dan bila diperlukan kami dapat

membantu’.

2.4.5 Klarifikasi

Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak

berlangsung dengan lancer. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan memberi

penjelasan lebih dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat

di terima dan di persepsikan sama oleh klien ‘bapak/ibu bisa menerima apa yang saya sampaikan

tadi..? bisa minta tolong bapak/ibu untuk menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi…?

2.4.6 Sabar dan Iklas

Seperti di ketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami perubahan-perubahan

yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini bila tidak di sikapai dengan

sabar dan iklas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang di

lakukan tidak terapetik, solute namun dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional dan

menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.

2.5. Hambatan Berkomunkasi Dengan Lansia

Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan tergannggu apabila

ada sikap agresif dan sikan nonasertif

2.5.1 Agresif

Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya di tandai dengan prilaku-prilaku di bawah ini:

a)      Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)

b)      Meremehkan orang lain


c)      Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain

d)     Menonjolkan diri sendiri

e)      Pempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan maupun tindakan

2.5.2        non asertif

Tanda tanda dari non aserti ini adalah

a)     Menarik diri bila di ajak berbicara

b)    Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)

c)     Merasa tidak berdaya

d)    Tidak berani mengungkap keyakinaan

e)     Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya

f)     Tampil diam (pasif)

g)    Mengikuti kehendak orang lain

h)    Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain.

            Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang wajar seiring dengan

menurunya fisik dan pskis klien namun sebagai tenaga kesehatan yang professional perawat di

tuntut mampu mengatasi hambatan tersebut untuk itu perlu adanya teknik atau tip-tip tertentu

yang perlu di perhatikan agar komunikasi berjalan gengan efektif anatara lain

a)      Selalu mulai komunokasi dengan mengecek pendengeran klien

b)      Keraskan suara anda jika perlu

c)      Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar dia dapat melihat mulut anda

d)     Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik. Kurangi gangguan

visual dan auditory. Pastikan adanya pencahayaan yang cukup.


e)      Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat kelemahannya. Jangan

menganggap kemacetan komunikasi merupakan hasil bahwa klien tidak kooperatif.

f)       Jangan berharap untuk berkomunikasi denagn cara yang sama dengan orang yang tidak

mengalami jangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai partner yang tugasnya memfasilitasi klien

untuk mengungkapkan perasaan dan pemahamannya.

g)      Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakan kalimat pendek dengan bahasa

yang sederhana.

h)      Bantulah kata-kata anada dengan isyarat visual.

i)        Serasikan bahasa tubuh anda denagn pembicaraan anda, misalnya ketika melaporkan hasil tes

yang di inginkan, pesan yang menyatakan bahwa berita tersebut adalah bagus seharusnya di

buktikan dengan ekspresi, postur dan nada suara anda yang menggembirakan (misalnya denagn

senyum, ceria atau tertawa secukupnya).

j)        Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.

k)      Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan anda.

l)        Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya secara langsung, tahan keinginan anda

menyelesaikan kalimat.

m)    Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkanya.

n)      Arahkan ke suatu topic pada suatu saat.

o)      Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat ruangan bersama anda. Orang ini biasanya

paling akrap dengan pola komunikasi klien dan dapat membantu proses komunikasi.

2.6      Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan

          Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk mengakui secara sadar

terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadiaan-kejadian nyata atau sesuatu
yangmerupakan ancaman. Penolakan merupakan reaksi ketidaksiapan lansia menerima

perubahan yang terjadi pada dirinya. Perawat dalam menjamin komunikasi perlu memahami

kondisi ini sehinggan dapat menjalin komunikasi yang efektif, tidak menyinggung perasaan

lansia yang relatif sensitif.

          Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan

reaksi penolakan, antara lain :

1)  Kenali segera reaksi penolakan klien

Membiarkan klien lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu. Hal ini merupakan

mekanisme penyesuaian diri sejauh tidak membahayakan klien, orang lain serta lingkunganya.

2)  Orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri

Langkah tersebut bertujuan untuk mempermudah proses penerimaan klien terhadap perawatan

yang akan di lakukan serta upaya untuk memandirikan klien.

3)  Libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat

Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan memperoleh sumber

informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana / tindakan dapat terealisasi dengan baik

dan tepat
BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

a)      Komunikasi pada lansia tidaklah begitu sulit dibutuhkan teknik-teknik tersendiri untuk

melakukan komunikasi pada lansia banyak hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya :

Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik.

b)      Tehknik untuk wawancara.

c)      Kendala dan hambatan dalam komunikasi.

d)     Mood dan privasi

e)      Aspek-aspek yang harus diperhatikan.


DAFTAR PUSTAKA

Mundakir, (2006). Komunikasi keperawatan dalam pelayanaan: Yogyakarta. Graha Ilmu

Posted 22nd February by NGANDEL


0

Add a comment

NGANDEL

 Classic
 Flipcard
 Magazine
 Mosaic
 Sidebar
 Snapshot
 Timeslide

Jul
14

PENGAMBILAN TINDAKAN
Terimalah kesalahan-kesalahan Anda

Anda tidak akan dapat menentukan target-target anda tanpa anda melakukan kesalahan-
kesalahan , melakukukan kekacauan , dan mengalami kegagalan, sepanjang perjalanan anda.
Tidak peduli seberapa jelasnya visi seberapa detilm rencana anda, setiap kali anda melakukan
tindakan pasti ada kesalahan dan kekeliruan.

Sangatlah pengting untuk memiliki strategi yang tepat dan kesediaan untuk bertahan saat
melakukan kesalahan-kesalahan. Yang akan terjadi kesalahan terbesar  anda ADALAH
MENUNGGU SAMAPAI ANADA PERCAYA BAHWA ANDA BISA MELAKUKAN APA
SAJA TANPA ADA MASALAH.

Jul
1

CURICULUM VITAE

CURICULUM VITAE

Nama Lengkap                                    : ……………..………………………

Nama Panggilan                                  : ……………...………………………

Tempat, Tanggal, Lahir                       : …………….………………………..

Usia                                                     : …………………..………………..

Jenis Kelamin                                      : ……………...……………………..

Riwayat pendidikan                            : ………………...………………….

Pendidikan formal                  : …………………………………….

Jun
27

RUPTUR UTERI

Definisi

Rupture uteri: merupakan salah satu bentuk pendarahan yang terjadi pada kehamilan lanjut dan
persalinanan selain plasenta prevesia, solusio plasenta, dan gangguan pembekuan darah.

Jun
25

PROLAPSUS TALI PUSAT

i.                    Definisi

Tali pusat terkemuka (di ketahui saat ketuban masih utuh ) dan tali pusat nenumbung (ketuban
sudah pecah). Sama bahaya nya dan mengancam kehidupan janin. Keaan ini perlu penanganan
segera.

ii.                  Diagnosis

Setiap saat ketuban pecah dalam persalinan, periksalah kemungkinan adanya prolapsus tali pusat.
Teraba tali pusat di depan bagianterendah janin ( tali pusat terkemuka).

Apr
19

KISI-KISI KEPERAWATAN ANAK

Apr
18

TREND CURRENT ISSUE DAN KECENDRUNGAN KEPERAWATAN JIWA

BAB I

PENDAHULUAN

A.            Latar Belakang

Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun
2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan masuk
ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan
masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang
maju.

Mar
30

NGANDEL: JANGAN MENYERAH MENGHADAPI MASA DEPAN


NGANDEL: JANGAN MENYERAH MENGHADAPI MASA DEPAN

Mar
28

MANAJEMEN KEPERAWATAN

This unit reviews the fourth phase of the management process: directing. This phase also may be
referred to as coordinating or activating. Regardless of the nomenclature, this is the “doing”
phase of management, requiring the leadership and management skills necessary to accomplish
the goals of the organization. Managers direct the work of their subordinates during this phase.

Mar
24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.S

1.      Pengakajian

a)      Biodata klien

Nama                                             : an.

Mar
19

NGANDEL: ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY . I DENGAN


GANGGUAN SISTEM GASTOINTERSTINAL : HERNIA INGUINALIS
LATERALIS DEXRA DI RSUD KAOTA BANDUNG TAHUN 20..

NGANDEL: ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY . I DENGAN GANGGUAN SISTEM


GASTOINTERSTINAL : HERNIA INGUINALIS LATERALIS DEXRA DI RSUD KAOTA
BANDUNG TAHUN 20..
Loading
Send feedback

Anda mungkin juga menyukai