Anda di halaman 1dari 71

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA

PADA PASIEN STROKE HAEMORAGIC DIRUANGAN ICU RUMAH SAKIT


UMUM DAERAH KABUPATEN ACEH TAMIANG
TAHUN 2018

SKRIPSI

JASMIATI
NIM : 1602904

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
I. IDENTITAS DIRI

Nama : Jasmiati
Tempat/Tanggal Lahir : Paya Tampah, 15 Desember 1982
Agama : Islam
Status Pernikahan : menikah
Jumlah anggota keluarga : Jhoni Hendra (Suami)
Meida Naura (Anak Pertama)
Lathifah Rauzatull Nisa (Anak Kedua)
Alamat Rumah : Dusun Mawar, Desa Bukit Tempurung,
Kecamatan Kualasimpang, Kabupaten
Aceh Tamiang
Alamat Kantor : Jl. Kesehatan, Desa Kesehatan, Kecamata
Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang.
(RSUD Kabupaten Aceh Tamiang)
Riwayat Pekerjaan : 2004 s/d 1009 Puskesmas Langsa Barat
2010 s/d Sekarang

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

SD : SD N Alur Baung 1989s/d 1995


SLTA/SMP Sederajat : SLTP Negeri 1 Karang Baru 1995 s/d 1998
SMA/SMU sederajat : SMU N 1 Karang BAru 2003
Akademi Keperawatan DIII : Poltekes Banda Aceh Program Studi
Keperawatan Langsa 2001 s/d 20004
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan atau dipublikasikan dalam bentuk apapun, termasuk
dalambentuk yang sama dengan skripsi ini untuk memperoleh gelar kesarjanaan
atau menempuh pendidikan di suatu perguruan tinggi . sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan
dalam daftar pustaka.

Medan, 13 April 2018

Jasmiati

iv
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT

karena atas izin dan rahmat-Nya peneliti diberi kesempatan menyelesaikan skripsi

ini. Shalawat dan salam tak lupa penulis sanjungkan kepangkuan alam Nabi besar

Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan menuju

alam yang berilmu pengetahuan seperti yang telah kita rasakan sekarang ini, serta

kepada keluarga dan sahabat beliau sekalian. Skripsi ini berjudul " Hubungan

Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pada Pasien Stroke

Haemoragic Diruangan ICU Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh

Tamiang Tahun 2017".

Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan

Sarjana Keperawatan di lingkungan kampus Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Sumatera Utara. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan karena keterbatasan peneliti sebagai mahasiswi dan manusia yang

memiliki banyak kekurangan, dengan ini Peneliti mohon kritik dan saran yang

sifatnya membangun dan berguna dimasa yang akan datang. Peneliti

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Asman R. Karo-Karo, MM., selaku Ketua Yayasan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara

2. Ibu Diana Sembiring, SKM., M.Kes., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Sumatera Utara

3. Ibu Sri Malem Indirawati, SKM., M.Si., selaku Wakil Ketua I Bidang

Akademi Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan Sumatera Utara

v
4. Ibu Martalena Kembaren, SKM., M.Kes., selaku Wakil Ketua II Bidang

Administrasi Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan Sumatera Utara

5. Bapak Dian Fajariadi, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Wakil Ketua III Bidang

Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara

6. Ibu Mazly Astuty, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Wakil Ketua IV Bidang MoU

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara

7. Ibu Dameria Ginting, S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan yang telah banyak memberikan masukan serta kritik dan saran

untuk menjadikan skripsi ini menjadi lebih baik.

8. Ibu Mazly Astuty, S.Kep., Ners., M.Kep. Selaku pembimbing yang telah

banyak memberikan masukan, bimbingan, luangkan waktu serta kritik dan

saran untuk menjadikan proposal skripsi ini menjadi lebih baik.

9. Ibu Dewi Astuti, S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku penguji I yang telah banyak

memberikan masukan serta kritik dan saran untuk menjadikan skripsi ini

menjadi lebih baik.

10. Ibu Dameria Ginting, S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku penguji II yang telah

banyak memberikan masukan serta kritik dan saran untuk menjadikan skripsi

ini menjadi lebih baik.

11. Seluruh Staf administrasi dan staf dosen pengajar di STIKes Sumatera Utara.

12. Keluarga tercinta, kedua orang tua, suami dan anak-anakku yang telah banyak

membantu memberikan dukungan moril dan materi sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

vi
13. Seluruh teman seperjuangan yang sama-sama berjuang untuk menyelesaikan

pendidikan di STIKes Sumatera Utara.

Akhirnya, hanya kepada Allah SWT peneliti berserah diri semoga bantuan

dan jerih payah yang telah diberikan kepada peneliti, mendapat curahan dan

limpahan rahmat-Nya yang selalu diberikan kepada kita semua. Amiin.

Medan , 13 April 2018

JASMIATI

vii
ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA


PADA PASIEN STROKE HAEMORAGIC DIRUANGAN ICU RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH KABUPATEN ACEH TAMIANG
TAHUN 2018
Indonesia merupakan negara yang jumlah penderita stroke tertinggi di Asia,
penyebabbnya akibat penyakit degeneratif, dan penyabab terbanyak disebabkan
karena stres. indonesia merupakan negara dengan angka kejadian stroke yang
relatif tinggi yang merupakan pembunuh utama di instalasi gawat darurat dirumah
sakit. Penderita stroke diperkirakan 500.000 dari jumlah tersebut sepertiganya
pulih dan sepertiganya mengalami gangguan fungsional ringan sampai berat yang
mengharuskan penderita untuk terus menerus berbaring diatas tempat tidur dan
melakukan seluruh aktifitas diatas tempat tidur seperti, makan, minum, BAB,
BAK dan terpasangnya alat medis yang dibutuhkan (Raharjo, 2015). Tujuan
umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “Hubungan Pengetahuan
Dengan Tingkat kecemasan Keluarga Pada Pasien Stroke Haemoragic Diruangan
ICU Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2017". Jenis
penelitian Deskriptif Analitik, dengan pendekatan Cross Sectional Study.
Sedangkan populasi sebanyak 35 keluarga yang mengalami Stroke Haemoragic.
Dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu Total Sampling. Hasil
dari penelitian ini adalah Sebahagian besar pengetahuan keluarga dalam katagori
baik sebanyak 19 keluarga (54,3%) sedangkan sebahagian kecil pengetahuan
keluarga yang dikatagorikan kurang sebanyak 6 keluarga (17,1%). keluarga yang
mengalami kecemasan ringan sebanyak 18 (51.4 %) dan paling sedikit keluarga
pasien yang mengalami kecemasan pada katagori berat sebanyak 3 (8,6%).
Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuna keluarga dan tingkat
kecemasan keluarga tentang penyakit Stroke Haemoragic Diruangan ICU Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang.

Kata Kunci : Pengetahuan, Tingkat Kecemasan, Stroke Haemoragic


Pembimbing : Mazly Astuty, S.Kep., Ners., M.Kep

viii
DAFTAR ISI

Hala
man

Halaman Judul...............................................................................................................i
Biodata Diri..................................................................................................................ii
Halaman Persetujuan...................................................................................................iii
Halaman Pengesahan...................................................................................................iv
Halaman Bebas Plagiat.................................................................................................v
Kata Pengantar.............................................................................................................vi
Abstrak ...................................................................................................................viii
Daftar Isi .................................................................................................................... ix
Daftar Tabel.................................................................................................................xi
Daftar Lampiran..........................................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah...............................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitan..................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kecemasan ...........................................................................................6
2.1.1 Definisi Kecemasan.....................................................................6
2.1.2 Manifestasi Kecemasan...............................................................6
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi kecemasan.......................................7
2.1.4 Tingkat kecemasan`.....................................................................9
2.2 Pengetahuan........................................................................................13
2.2.1 Definisi Pengetahuan.................................................................13
2.2.2 Tingkat pengetahuan..................................................................13
2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan................................15
2.2.4 Cara Mengukur Penegtahuan.....................................................17
2.3 Keranga Konsep..................................................................................18
2.4 Hipotesa...............................................................................................19

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian . ................................................................................20
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian...............................................................20
3.3 Populasi dan Sample Penelitian..........................................................20
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................21
3.5 Variabel dan Definisi Oprasional . ....................................................21
3.6 Metode Pengukuran .. .......................................................................22
3.7 Pengolahan Data..................................................................................23
3.8 Analisa Data .......................................................................................24

ix
BAB IV HASIL PENELITIAN................................................................................27
4.1 Gambaran Tempat Penelitian..............................................................27
4.2 Hasil Penelitian Pengetahuan Keluarga .............................................29
4.3 Hasil Penelitian Tingkat Kecemasan ..................................................30
4.4 Hubungan Pengetahuan Keluarga terhadap Tingkat Kecemasan
Pada Pasien Stroke Haemoragic Diruangan ICU Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang..........................................31

BAB V PEMBAHASAN...........................................................................................32
5.1 Pengetahuan Keluarga terhadap penyakit Stroke Haemoragic.............32
5.2 Kecemasan Keluarga terhadap penyakit Stroke Haemoragic...............33
5.3 Hubungan Pengetahuan Keluarga terhadap Tingkat Kecemasan Pada
Pasien Stroke Haemoragic.....................................................................34

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................38


6.1 Kesimpulan...........................................................................................38
6.2 Saran ....................................................................................................39

Daftar Pustaka
Lampiran

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Definisi Operasional..............................................................................21

Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Terhadap Tingkat

Kecemasan Keluarga Pada Pasien Stroke Haemoragic.........................29

Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Terhadap Keluarga

Pada Pasien Stroke Haemoragic............................................................30

Tabel 4.3 : Distribusi Frekwensi Hubungan Pengetahuan Terhadap

Tingkat Kecemasan Keluarga Pada Pasien Stroke Haemoragic...........31

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : lembar persetujuan menjadi responden

Lampiran 2 : Kuesioner

Lampiran 3 : Tabel Master

Lampiran 4 : Hasil Output SPSS

Lampiran 5 : Surat Izin pengambilan data awal dari STIKes Sumatera Utara

Lampiran 6 : Surat Balasan Izin pengambilan data awal dari Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang

Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian dari STIKes Sumatera Utara

Lampiran 8 : Surat Balasan Izin Penelitian dari Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Aceh Tamiang

Lampiran 9 : Daftar Konsul

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi dengan perkembangan teknologi di berbagai bidang

termasuk informasi semakin mudah diperoleh, negara berkembang dapat

segera meniru kebiasaan negara barat yang dianggap cermin pola hidup

modern. Sejumlah perilaku seperti mengonsumsi makanan siap saji (fast food)

yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi, merokok, dan minuman

beralkohol, telah menjadi gaya hidup manusia terutama di perkotaan. Padahal

kesemua perilaku tersebut merupakan faktor-faktor penyebab penyakit

berbahaya seperti jantung dan stroke (Apridawati, 2010).

Di Negara Amerika Serikat memperlihatkan bahwa stroke terjadi pada

400 ribu penduduk per tahun, sedangkan jumlah total penderita serangan otak

ini lebih kurang 1,7 juta orang. Di Indonesia kasus stroke semakin meningkat

jumlahnya sekitar 450 sampai dengan 550 kasus per tahun. Hal ini berkaitan

dengan pertambahan usia harapan hidup dan perubahan gaya hidup di kota

besar (Nurhasanah, 2012).

Stroke merupakan serangan yang dapat dialami oleh semua orang,

namun sebagian besar di antaranya tidak memahami dengan pasti tentang

stroke. Kita mengenal bahwa serangan stroke itu timbul akibat tersumbatnya

peredaran darah pada otak dengan gejala spontan. Stroke merupakan ancaman

sumber cacat setelah usia 45 tahun keatas, sebagai akibatnya banyak penderita

yang menjadi lumpuh dan tidak mampu beraktivitas secara mandiri, serangan

1
stroke ini menimbulkan berbagai macam gangguan antara lain gangguan

gerak, rasa pada anggota tubuh seperti: kesemutan, dan penurunan kesadaran

(Nurhasanah, 2012).

Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2013) menyatakan bahwa

provinsi Aceh, berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan/nakes 34.313 orang

yang mengalami penyakit stroke, sedangkan berdasarkan diagnosis

nakes/gejala 47.339 penderita stroke. Penjelasan data diatas menyatakan

bahwa provinsi Aceh masih tinggi bila dibandingkan dengan beberapa

provinsi di pulau sumatera seperti ; Bangka Belitung (7.275 penderita) Jambi

(21.276 penderita) dan Bengkulu (10.369 penderita).

Menurut Raharjo (2015) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan keluarga adalah Tingkat pendidikan, Pandangan

Interpersonal, Kurangnya Informasi tentang prosedur tindakan, Pekerjaan

status ekonomi, Pengalaman.

Indonesia merupakan negara yang jumlah penderita stroke tertinggi di

Asia, penyebabbnya akibat penyakit degeneratif, dan penyabab terbanyak

disebabkan karena stres. indonesia merupakan negara dengan angka kejadian

stroke yang relatif tinggi yang merupakan pembunuh utama di instalasi gawat

darurat dirumah sakit. Penderita stroke diperkirakan 500.000 dari jumlah

tersebut sepertiganya pulih dan sepertiganya mengalami gangguan fungsional

ringan sampai berat yang mengharuskan penderita untuk terus menerus

berbaring diatas tempat tidur dan melakukan seluruh aktifitas diatas tempat
tidur seperti, makan, minum, BAB, BAK dan terpasangnya alat medis yang

dibutuhkan. (Bustami, et.al, 2007 dalam Raharjo, 2015).

ICU (Intensive Care Unit) merupakan salah satu unit dirumah sakit

yang berfungsi untuk perawatan pasien kritis. Unit ini berbeda dengan unit

lainnya karena semua pasien dirawat diruangan dan dirawat oleh petugas atau

tim medis yang terlatih, serta dilakukan selama 24 jam, serta menggunakan

lat-alat canggih yang asing buat keluarga dan pasien. Selain itu peraturan di

ICU sangat ketat karena keluarga tidak boleh menunggu secara terus

menerussehingga hal ini menimbulkan kecemasan tersendiri bagi keluarga

(bagaimana kondisi perkembangannya saat ini) bahkan trauma bagi anggota

keluarganya yang dirawat di ICU (Mc Adam & Bailey 2009).

Menurut penelitian yang dilkaukan oleh Raharjo pada tahun 2015

menyatakan hasil tingkat kecemasan keluarga terhadap pasien yang dirawat di

ruangan ICU dalam katagori berat yaitu sebesar 22 responden (73,3%). Hasil

pengelompokan umur dikatagorikan cemas berat sebesar 70% pada kelompok

usia 41-50 tahun. Hasil dari pengelompokan tingkat pendidikan, yang

mengalami tingkat kecemasan berat pada tingkat pendidikan SMA 40%.

Berdasarkan data yang didapatkan bahwa jumlah pasien diruangan

ICU pada tahun 2016 sebanyak 356 pasien, sedangkan yang dengan diagnosa

strok sebanyak 156 pasien. Pada tahun 2017 belum ada rekapan secara

pertahun akan tetapi data pertriwulan menunjukan bahwa pada triwulan

pertama pasien strok sebanyak 29 pasien dan triwulan ke dua sebanyak 34 dan

triwulan ke tiga sebanyak 31 pasien.


Berdarsarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 5

keluarga yang menjaga pasien yang dirawat diruangan ICU rumah sakit umum

daerah Kabupaten Aceh Tamiang. Sebanyak 3 keluarga menyatakan keluarga

merasa takut atau cemas akan kondisi pasien yang sudah lama dirawat tetapi

belum menunjukan perubahan yang besar untuk kesembuhannya dan keluarga

menyatakan masih belum mengetahui penyakit stroke seperti apa dan faktor

resiko yang sedang dan akan terjadi itu seperti apa, sedangkan 2 keluarga

lainnya menyakan bahwa sudah merasa pasrah dan menerima dengan kondisi

pasien yang sudah lama dirawat dan sudah siap dengan segala risiko yang

akan terjadi dengan pasien karena kondisi seperti ini sudah pernah dialami

oleh keluarga dan keluarga siap dengan segala hal yang terjadi

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan data diatas & survey awal yang saya lakukan, hal ni menjadi

dasar peneliti untuk meneliti judul apakah terdapat Hubungan Pengetahuan

Dengan Tingkat kecemasan Keluarga Pada Pasien Stroke Haemoragic Diruangan

ICU Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2017

1.3 Tujuan Penelitian

a. Untuk Mengetahui Pengetahuan Keluarga Pada Pasien Stroke Haemoragic

Diruangan ICU Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang

Tahun 2017.

b. Untuk Mengetahui Tingkat Kecemasan Keluarga Pada Pasien Stroke

Haemoragic Diruangan ICU Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh

Tamiang Tahun 2017.


c. Untuk Mengetahui hubungan antara Pengetahuan Keluarga dengan

Tingkat Kecemasan Keluarga Pada Pasien Stroke Haemoragic Diruangan

ICU Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2017.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi responden

Memberikan pengetahuan baru untuk keluarga dalam mengkontrol rasa

cemas yang ditimbulkan karena perasaan ketakutan yang berlebihan.

1.4.2 Manfaat bagi rumah sakit

Diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan pelayanan

asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat yang berdinas diruangan ICU.

1.4.3 Manfaat bagi lembaga pendidikan

Dapat dijadikan sebagai referensi dalam kepustakaan untuk membuat

penelitian lebih lanjut yang nantinya dapat dimanfaatkan.

1.4.4 Manfaat bagi Peneliti Selanjutnya

Menjadi data awal untuk melakukan penilaian selanjutnya agar nantinya

dapat meningkatnya kualitas pelayanan asuhan keperawatan dirumah sakit

terkhususpada pasien fase terminal di ruangan ICU.


BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Kecemasan

2.1.1 Definisi Kecemasan

Cemas menggambarkan keadaan kuatir, kegelisahan atau reaksi tidak

perasaan tentram yang terkadang di sertai berbagai keluhan fisik. Kecemasan

merupakan stresor yang dapat menyebabkan pelepasan epinefrin dari adrenal

sehingga terjadi hiperaktivitas saraf otonom dan menyebabkan gejala fisik berupa

takikardi, nyeri kepala, diare dan palpitasi (Kaplan & Sadock, 2010).

2.1.2 Manifestasi kecemasan

Tanda dan gejala menurut (Hamid, 2012), yaitu:

Tanda fisik :

1. Kecemasan ringan

a. Respon fisiologis: sekali nafas pendek,nadi dan tekanan darah

menjadi tidak teratur, gejala ringan pada lambung, muka berkerut

dan bibir bergetar.

b. Respon kognitif : lapang persepsi meluas, mampu menerima

rangsangan yang komplek, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan

masalah secara efektif.

c. Respon perilaku dan cemas : tidak dapat duduk tenang, tremor halus

pada tangan, suara kadang-kadang meninggi.

6
2. Kecemasan Sedang

a. Respon fisiologis: sering terjadi nafas pendek, nadi (ekstra sistol)

dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare konstipasi.

b. Respon kognitif : gerakan serentak-serentak, meremas-remas tangan,

bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur

c. Respon perilaku dan cemas : gelisah, lapang persefsi menyempit,

rangsangan luar tidak mampu diterima, berfosus pada apa yang

menjadi permasalahannya.

3. Kecemasan Berat

Respon fisiologis : nafas pendek, peningkatan jumlah nadi

(takikardi) dan tekanan darah menjadi tidak teratur, berkeringat dan

sakit kepala,penglihatan kabur dan tegang.

4. Panik

Respon fisiologis : Diare, Mulut kering (xerostomia), Sering

kencing, Parestesia (kesemutan pada kaki dan tangan), Sulit menelan

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi kecemasan keluarga

Menurut Raharjo, 2015 menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan keluarga adalah sebagai berikut ;

1. Tingkat pendidikan

Pendidikan merupakan sebuah proses dengan metode tertentu

sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara

bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan sebagian

orang mengaitkan pendidkan dengan pengajaran atau proses belajar


mengajar. Pendidikan dengan pengajaran secara formal maupun non

formal. Dalam Dictionary of Psychology pendidkan berarti tahapan

kegiatan yang bersifat kelembagaan (sekolah) yang dapat

dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam

menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya. Dengan

demikian proses pendidikan akan berpengaruh terhadap pengetahuan

sikap dan tingkah laku seseorang.

2. Pandangan Interpersonal

Salah satu faktor yang memepengaruhi kecemasan adalah

pandangan interpersonal yang beranggapan adanya ancaman terhadap

integritas fisik meliputi disabilitas fisiologi yang akan terjadi atau

penurunan kemampuan untu melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.

3. Kurangnya Informasi tentang prosedur tindakan

Kurangnya informasi yang diberikan oleh tenaga medis pada

saat sebelum tindakan tentang kenapa harus dilakukan dalam kondisi

tersebut, mengapa harus dilakukan persiapan fisik dan lain-lain dapat

menambah kecemasan pasien.

4. Pekerjaan / status ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan

sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah

tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini

akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder. Jadi dapat


disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang tentang berbagai hal.

5. Pengalaman

Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa

diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya,

misalnya sering mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya

seminar organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamannya,karena

dari berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat

diperoleh.

6. Pendidikan

Berpendidikan tinggi lebih mampu memberikan pemahaman mereka

dalam merespon suatu kejadian cemas secara adaptif dibandingkan

dengan respon yang berpendidikan rendah. Kondisi ini menunjukan

respon cemas berat cendrung dapat ditemukan pada responden yang

berpendidikan rendah karena rendahnya pemahaman mereka tentang

penyakit dan proses tindakan yang dilakukan.

2.1.4 Tingkat kecemasan

Kecemasan mempunyai beberapa tingkatan (Peplau, 2011) sebagai berikut

1. Kecemasan Ringan

Berhubungan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari, pada

tahap ini individu akan berhati-hati secara waspada, individu terdorong

untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.


2. Kecemasan Sedang

Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun,

individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak

pengarahan atau tuntunan.

3. Kecemasan Berat

Kecemasan ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.

Seseorang cenderung memikirkan hal kecil saja dan mengabaikan hal yang

lain. Individu tidak mampu berfikir lagi dan membutuhkan banyak

pengarahan.

4. Panik

Merupakan bentuk ansietas yang ekstrim, terjadi disorganisasi dan

dapat membahayakan dirinya. Individu tidak dapat bertindak, agitasi atau

hiperaktif. Ansietas tidak dapat langsung dilihat, tetapi dikomunikasikan

melalui perilaku klien/individu, seperti tekanan darah yang meningkat,

nadi cepat, mulut kering, menggigil, sering kencing dan pening.

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan

menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety

Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang

didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami

kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang nampak pada

individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi

5 tingkatan skor antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe).


Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang

diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar

dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic. Skala

HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang dikutip Raharjo, (2015)

penilaian kecemasan terdiri dan 14 item, meliputi:

a) Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tersinggung.

b) Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan

lesu.

c) Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal

sendiri dan takut pada binatang besar.

d) Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari,

tidur tidak pulas dan mimpi buruk.

e) Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit

konsentrasi.

f) Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada

hobi, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

g) Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara

tidak stabil dan kedutan otot.

h) Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka

merah dan pucat serta merasa lemah.

i) Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras

dan detak jantung hilang sekejap.


j) Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering

menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

k) Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun,

mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan,

perasaan panas di perut.

l) Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kencing,

aminorea, ereksi lemah atau impotensi.

m) Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu

roma berdiri, pusing atau sakit kepala.

n) Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan

dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek

dan cepat.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan

kategori:

0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = Satu dari gejala yang ada

2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada

3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada

4 = sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor

dan item 1-14 dengan hasil:

a. Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan.

b. Skor 7 – 14 = kecemasan ringan.


c. Skur 15 – 27 = kecemasan sedang.

d. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat

2.2 Pengetahuan (Knowledge)

2.2.1 Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, penciuman, rasa dan

raba. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka

semakin luas pengetahuannya (Notoadmodjo, 2010).

2.2.2 Tingkat pengetahuan di dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai

enam tingkatan yakni :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan


materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

materi harus dapat menjelaskan, dan menyebutkan.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu atau kondisi real

(sembarangan). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik

dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dalam menggunakan prinsip-

prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cyclel) di dalam

pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat


merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilain-penilain itu

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan

yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-

tingkatan di atas (Nootoadmodjo, 2010).

2.2.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Azwar, S, 2007 dalam Farah (2011) Faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu :

a. Faktor Internal

1) Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual

keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan

meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat
dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan,

pertimbangan dan kebijaksanaan.

2) Minat

Suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu, minat

merupakan kekuatan dari dalam diri sendiri untuk menambah

pengetahuan.

b. Faktor eksternal

1) Media massa

Dengan majunya teknologi akan tersedia pula bermacam –

macam media massa yang dapat pula mempengaruhi pengetahuan

masyarakat tentang inovasi baru.

2) Pengalaman

Pengalaman dari diri sendiri maupun orang lain yang

meninggalkan kesan paling dalam akan menambah pengetahuan

seseorang.

3) Lingkungan

Lingkungan dimana kita dan dibesarkan mempunyai pengaruh

besar terhadap pengetahuan seseorang.

4) Penyuluhan

Meningkatkan pengetahuan masyarakat juga dapat melalui

metode penyuluhan. Dengan pengetahuan bertambah seseorang akan

merubah perilakunya.
5) Informasi

Informasi merupakan pemberitahuan secara kognitif baru bagi

penambahan pengetahuan. Pemberian informasi adalah untuk

menggugah kesadaran ibu hamil terhadap suatu motivasi yang

berpengaruh terhadap pengetahuan.

2.2.4 Cara Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan

seperangkat alat tes atau kuesioner tentang objek pengetahuan yang akan

diukur, selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari

masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0 (Hidayat,

2007).

Penilaian dilakukan dengan menggunakan rumus (Sudjono dalam

Erfandi, 2009), sebagai berikut:


Sp
N= ×100 %
Sm
Keterangan :

N = Nilai pengetahuan

Sp = Skor yang didapat

Sm = Skor tertinggi maksimum

Hasil penelitian dikategorikan sesuai dengan ketentuan menurut

Nursalam (2003), yaitu:

a. Baik. Bila responden dapat menjawab dengan benar, 76-100% dari

seluruh pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner.

b. Cukup. Bila responden dapat menjawab dengan benar, 56-75% dari

seluruh pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner.


c. Kurang. Bila responden dapat menjawab dengan benar, <56% dari seluruh

pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner.

2.2 Kerangka Konsep

Independen Dependen

Pengetahuan Kecemasan Keluarga


Keluarga 1. Ringan
1. Baik 2. Sedang
2. Cukup 3. Berat
3. Kurang 4. Panik

Data Demografi
Suku
Pendidikan
Tingkat Ketergantungan

Keterangan :

= Variabel yang akan diteliti


= Variabel yang berhubungan
---------- = Data Demografi

1.5 Hipotesa Penelitian

Ada Hubungan hubungan antara Pengetahuan Keluarga dengan

Tingkat Kecemasan Keluarga Pada Pasien Stroke Diruangan ICU Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2017.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Corelatif, yaitu suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan hubungan

korelatif antara dua variabel, dengan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu jenis

penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel

independen dan variabel dependen hanya satu kali, pada satu saat (Nursalam,

2008).

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini rencana dilakukan di ruangan Intensive Care Unit ICU Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang. Penelitian dilakukan mulai

tanggal 20 s/d 28 februari.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang

mempunyai kualitas dan kuantitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari kemudia ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2013). Populasi dalam

penelitian ini adalah keluarga pasien stroke yang di rawat di ICU Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang sebanyak 35 keluarga yang mengalami

stroke.
20
3.3.2 Sampel

Sampel merupakan objek penelitian dalam penelitian. dalam hal ini

pengambilan sampel menggunaka teknik total sampling yang mana keseluruhan

populasi dijadikan sampel dalam penelitian.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang diambil langsung dari responden dan

temapt penelitian yang mendapatkan data terkai dengan masalah penelitian.

3.4.2 Data Sekunder

Data yang berasal dari referensi yang terdapat pada buku-buku

diperpustakaan, Jurnal penelitian orang mau pun sumber dari tempat penelitian.

3.5 Variabel Dan Defenisi Operasional

Tabel. 3. 1 Definisi Operasional

Defenisi Cara Skala


No Variabel Hasil Ukur
Oprasional Ukur Ukur
Dependent
1 Pengetahua Tingkat Kuesione Dikategorikan Ordinal
n keluarga pemahaman r menjadi :
keluarga a. Baik
penyakit b. Cukup
stroke. c. Kurang

Independe Ordinal
2 nt Rasa Kuesione Dikategorikan
Kecemasan khawatir atau r menjadi :
ketakutan a. Tidak Cemas
yang b. Cemas Ringan
ditimbulkan c. Cemas Sedang
akibat reaksi d. Cemas Berat
psikologis
dari suaru
keadaan
3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Variabel Independent

Pengetahuan keluarga

Untuk mengukur tentang Pengetahuan keluarga di berikan 10

pertanyaan. Dimana jika menjawab baik di beri skor 1 dan jika menjawab

tidak puas di beri skor 0, kemudian setelah melakukan perhitungan maka

dapat di kelompokkan berdasarkan kriteria di bawah ini:

a. Baik : Jika responden mampu menjawab pertanyaan (76% s/d

100%) dengan total score 7 – 10.

b. Cukup : Jika responden mampu menjawab pertanyaan (56% s/d

75%) dengan total score 4– 6.

c. Kurang : Jika responden mampu menjawab pertanyaan (<56%)

dengan total score < 3.

3.6.2 Variabel Dependent

Tingkat Kecemasan Keluarga

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor

dan item 1-14 dengan hasil:

e. Skor kurang dari 3 = tidak ada kecemasan.

f. Skor 4 – 6 = kecemasan ringan.

g. Skur 7 – 10 = kecemasan sedang.

h. Skor 11- 14 = kecemasan berat.


3.7 Pengolahan Data

Menurut Lestari (2014) data yang sudah dikumpulkan, baik diperoleh

dari hasil pengumpulan sendiri (data primer) ataupun data yang diperoleh dari

sumber lain yang sudah jadi (data sekunder) perlu tahap pengolahan, sehingga

data tersebut dapat dikomunikasikan secara mudah dan akurat kepada para user

(pengguna). Data-data tersebut peneliti olah dan analisis secara bertahap melalui

proses komputerisasi. Data yang diperoleh dalam penelitian akan diolah melalui

beberapa tahapan sebagai berikut :

3.7.1 Editing,

yaitu :editing data adalah proses meneliti hasil survai untuk meneliti

apakah ada responden yang tidak lengkap, tidak komplet atau tidak lengkap.

Pemeriksaan data atau editing dilakukan terhadap jawaban yang telah ada dalam

kuesioner dengan memperhatikan hal-hal meliputi: kelengkapan tulisan, kejelasan

tulisan, kejelasan makna jawaban serta kesesuaian antar jawaban yang selanjutnya

masing variabel diberi kode.

3.7.2 Coding,

yaitu : koding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf

menjadi data berbentuk angka/bilangan. Kegunaan dari coding adalah untuk

mempermudah pada saat analisa data dan juga mempercepat pada saat entry data.

Entry data adalah transfer coding data dari kuesioner ke software SPSS.

3.7.3 Entry,
yaitu : Memasukkan data yang sudah diberikan kode dari kuesioner ke

dalam komputer agar data dapat dianalisis dengan menggunakan program

komputerisasi melalui software SPSS. Dan kemudian data dimasukkan sesuai

dengan variabel yang sudah ditentukan yaitu variabel pola laktasi dan

pengetahuan melalui pengkodean sesuai variabel.

3.7.4 Processing,

yaitu : Kegiatan Pemprosesan atau pengolahan data sebelum hasil data

disajikan.

3.7.5 Cleaning,

yaitu : Melakukan pemeriksaan jawaban responden atau hasil observasi,

mungkin ada yang ganda atau belum di jawab. Cleaning dilakukan setelah data di

entri kedalam software SPSS kemudian dilakukan pengecekan ulang untuk

memastikan tidak ada variabel yang salah dan menghapus item-item yang tidak

diperlukan.

3.8 Analisa Data

Setelah dilakukan pengumpulan data selanjutnya data diolah dengan

komputer dengan program SPSS Versi 18 Four Windows

3.8.1 Analisa Univariat.

Yaitu analisa yang menggambarkan secara tunggal variable penelitian

baik independen maupun dependen dalam bentuk distribusi frekuensi dan dihitung

persentasenya menggunakan rumus. (Setiadi, 2010).

F
P= X 100 %
N

Keterangan :
P : Presentase.
F : Frekuensi teramati
N : Jumlah Responden.
3.8.2 Analisa Bivariat.

Yaitu analisis lanjutan yang dilakukan terhadap dua variable penelitian

yang berhubungan untuk mendapatkan informasi tentang hubungan variable

independen (Pengetahuan Keluarga) dengan variable dependen (tingkat kecemasan

Keluarga) bermakna secara statistik. Jenis data variable independen dan dependen

adalah katagorik maka menggunakan uji statistik chi - square pada tingkat

kepercayaan. Analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi Square (X²) dengan

Rumus Chi Square (Lestari 2014):

2 (O−E)2
x =Ʃ
E

Keterangan :

X2 : chi square
O : Frekuensi yang diamati
E : Frekuensi yang diharapkan
df : Derajat Kebebasan
k : Kolom
b : Baris
Untuk menentukan derajat kemaknaan digunakan silang kepercayaan (CI

95%). Jika nilai p – value <0,05 maka ada hubungan, jika p – value >0,05 maka

tidak ada hubungan. Uji Chi Square digunakan bila data penelitian berupa

frekuensi – frekuensi dalam bentuk kategori baik nominal atau ordinal. Uji ini

juga digunakan untuk menentukan signifikasi dua variabel atau lebih. Berdasarkan

hasil uji tersebut di atas ditarik kesimpulan dengan kriteria sebagai berikut :
a) Jika nilai PValue < α maka Ho ditolak, berarti ada hubungan antara

variabel dependent dengan independent.

b) Jika nilai PValue ≥ α maka Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara

variabel dependent dengan independent.

Untuk menentukan nilan PValue dalam uji Chai Square maka digunakan

aturan sebagai berikut :

a) Jika tabel 2x2 dijumpai nilai E (harapan) kurang dari 5 (<5), maka uji yang

dipakai adalah Fisher Exact

b) Jika tabel 2x2 dijumpai nilai E (harapan) lebih atau sema dengan lima 5 (≥5),

maka uji yang dipakai adalah Continuity Correction

c) Jika tabel lebih dari 2x2, misalnya 3x2, 3x3, dan lain-lain, maka uji yang

dipakai adalah Pearson Chi Square.


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Tamiang adalah Rumah Sakit tipe C

milik Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tamiang yang beralamat di JL.

Kesehatan Kecamatan Karang Baru. Lokasi sekitar 1,5 Km dari pusat kota

Kuala Simpang dan berada sekitar 0.5 Km dari jalur jalan negara yang

menghubungkan Banda Aceh-Medan.

Pada awalnya tahun 1915 Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh

Tamiang adalah merupakan Rumah Sakit Umum Kuala simpang peninggalan

Pemerintah Belanda yang berfungsi sebagai Rumah Sakit perkebunan. Pada

tahun 1974 statusnya berubah menjadi Puskesmas Karang Baru. Pada tanggal 2

Februari 2003 Puskesmas Karang Baru mengalami peningkatan status

pelayanan menjadi pelayanan Rumah Sakit, dan hal tersebut terwujud melalui

keputusann Menteri Kesehatan RI Nomor 930/MENKES SK/VI/2003 status

pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang menjadi

Rumah Sakit dengan klasifikasi Kelas C dan pada tanggal 2 Agustus 2003

dikukuhkan kembali dengan penandatanganan prasasti oleh Bapak Ahmad

Sujudi selaku Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Tugas utama RSUD Kabupaten Aceh Tamiang adalah melaksanakan

upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan

27
upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu

dengan upaya dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

Pelayanan kesehatan di RSUD Kabupaten Aceh Tamiang didukung

oleh berbagai jenis ketenagaan yang terdiri dari Pengawai Negeri Sipil,

Pegawai Tidak Tetap, Honorer maupun Bakti.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Aceh Tamiang

memiliki luas area 8 hektar dan lahan yang telah digunakan hanya 60% untuk

gedung dan fasilitas Rumah Sakit,sedangkan lahan kosong yang masih tersedia

untuk digunakan pengembangan Rumah Sakit selanjutnya masih luas.

Sarana dan prasarana yang tersedia di RSUD Kabupaten Aceh Tamiang

terdiri dari :

1) Rawat Jalan terdiri dari Poliklinik Umum, Poliklinik Gigi, Poliklinik

Dalam, Poliklinik Kebidanan, Poliklinik Anak, Poliklinik Bedah,

Poliklinik Mata, Poliklinik Syaraf, Poliklinik Paru, Poliklinik Jantung,

Poliklinik Mata, Poliklinik THT, Poliklinik Kulit dan Kelamain, Poliklinik

Fisioterapi, ICU dan IGD.

2) Rawat Inap terdiri dari VIP, Kelas II (Dewasa dan Anak), Kelas III, Ruang

Instalasi PONEX

3) Pelayanan Penunjang Medik : Farmasi, Laboratorium, Pelayanan Bedah,

Rehabilitasi medik, Radiologi, Instalasi Gizi, IPSRS, Pemusaran Jenazah,

Loundry, Sanitasi.

4) Pelayanan Adminitrasi yaitu Administrasi Umum dan Rekam Medis.

5) Peralatan medis dan non medis yang ada sudah sesuai dengan standar

pelayanan minimal Rumah Sakit tipe C. RSUD Tamiang juga memiliki

peralatan medis, untuk spesialis Jantung, Mata dan THT.


4.2 Pengetahuan keluarga

Tabel 4.1
Distibusi Frequensi Pengetahuan Keluarga Terhadap Tingkat
Kecemasan Keluarga Pada Pasien Stroke Haemoragic Diruangan
ICU Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang (n=
35)

No. Pengetahuan Keluarga Frekuensi %


1. Baik 19 54.3 %
2. Cukup 10 28.6 %
3. Kurang 6 17.1 %
Jumlah 35 100 %
Sumber: Data primer (diolah tahun 2018)

Tabel 4.1 Menunjukkan bahwa dari 35 responden. Sebahagian

besar pengetahuan keluarga dalam katagori baik sebanyak 19 keluarga

(54,3%) sedangkan sebahagian kecil pengetahuan keluarga yang

dikatagorikan kurang sebanyak 6 keluarga (17,1%).

4.3 Tingkat Kecemasan

Tabel 4.2
Distibusi Frequensi Tingkat Kecemasan Terhadap Keluarga Pada
Pasien Stroke Haemoragic Diruangan ICU Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Aceh Tamiang (n= 35)

No Tingkat Kecemasan Frekuensi %


.
1. Tidak Cemas 8 22.9 %
2. Cemas Ringan 18 51.4 %
3. Cemas Sedang 6 17.1 %
4. Cemas Berat 3 8.6 %
Jumlah 35 100 %
Sumber: Data primer (diolah tahun 2018)
Tabel 4.2 Menunjukkan bahwa dari 35 responden. Paling banyak

keluarga yang mengalami kecemasan ringan sebanyak 18 (51.4 %) dan

paling sedikit keluarga pasien yang mengalami kecemasan pada katagori

berat sebanyak 3 (8,6%).

4.4 Hubungan Pengetahuan Terhadap Tingkat Kecemasan Keluarga Pada


Pasien Stroke Haemoragic Diruangan ICU

Tabel 4.3
Distribusi Frekwensi Hubungan Pengetahuan Terhadap Tingkat
Kecemasan Keluarga Pada Pasien Stroke Haemoragic Diruangan
ICU Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Aceh Tamiang

Pengeta Tingkat Kecemasan Jumlah P


Huan Tidak Cemas Cemas Cemas Value
Cemas Ringan Sedang Berat
N % N % N % N % N %
Baik 4 11.4 1 34.3 3 8.6 0 0 19 54.3
2 0,002
Cukup 4 11,4 5 14,3 1 2,9 0 0 10 28,6
Kurang 0 0 1 2,9 2 5,7 3 8,6 6 17,1
Total 8 22,9 18 51,4 6 17,1 3 8,6 35 100
Sumber: Data primer (diolah tahun 2018)

Tabel 4.5 Menunjukkan bahwa dari 35 Responden. Sebanyak 12

(34.3%) responden yang tingkat kecemasannya ringan dan berpengetahuan

dikatagorikan baik. Sedangkan Sebanyak 1 (2,9%) responden yang tingkat

kecemasannya sedang dan berpengetahuan dikatagorikan cukup. Dari hasil

uji analisis statistic melaului uji Chi-Squer didapatkan nilai p sebesar

0,002 yang berarti nilai p < α (0,002 < 0,05) dapat ditarik kesimpulan

bahwa terdapat hubungsn yang signifikan antara pengetahuna keluarga dan


tingkat kecemasan keluarga tentang penyakit Stroke Haemoragic yang

dibuktikan dengan uji Chi-Squer diatas. Oleh karena itu hipotesa dalam

penelitian ini adalah Ha diterima dan Ho ditolak.


BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Pengetahuan Keluarga Pada Pasien Stroke Haemoragic Diruangan ICU


Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 35

responden. Sebahagian besar pengetahuan keluarga dalam katagori baik

sebanyak 19 keluarga (54,3%) responden yang berpengetahuan cukup

sebanyak 10 keluarga (28,6%) sedangkan sebahagian kecil pengetahuan

keluarga yang dikatagorikan kurang sebanyak 6 keluarga (17,1%).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, penciuman, rasa dan

raba. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka

semakin luas pengetahuannya (Notoadmodjo, 2010).

Tingkat kecemasan yang dialami keluarga dengan kecemasan

sedang dikarenakan pengalaman dan pengetahuan keluarga yang telah

memahami akan penanganan stroke dirumah saat serangan terjadi pada

anggota keluarganya namun dalam penelitian ini terdapat tingkat kecemasan

yang berbeda dalam satu keluarga dengan kelurga lainnya, hal ini

dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, persepsi, pengalaman keluarga

terhadap penyakit stroke. Hal ini sesuai dengan pendapat Peplau dalam

Depkes RI tahun 2012 bahwa kecemasan terdiri dari beberapa tingkatan

yaitu : kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat dan

kecemasan panik.
32
Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor baik secara internal

ataupun eksternal. Pengetahuan dapat berubah dengan kemauan atau minat

yang dapat dilatih melalui kebiasan-kebiasaan yang kita lakukan.

Pengetahuan terhadap sesuatu hal mempengaruhi tingkat kecemasan dan

managemen stress dalam diri sendiri.

5.2 Tingkat Kecemasan Keluarga Pada Pasien Stroke Haemoragic


Diruangan ICU Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh
Tamiang
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 35

responden. Paling banyak keluarga yang mengalami kecemasan ringan

sebanyak 18 (51.4 %) dan lecemasan yang dikatagorikan tidak cemas

sebanyak 8 (22,9%) dan cemas dikatagorikan sedang sebanyak 6 (17,1%)

sedangkan yang paling sedikit keluarga pasien yang mengalami kecemasan

pada katagori berat sebanyak 3 (8,6%).

Cemas menggambarkan keadaan kuatir, kegelisahan atau reaksi

tidak perasaan tentram yang terkadang di sertai berbagai keluhan fisik.

Kecemasan merupakan stresor yang dapat menyebabkan pelepasan epinefrin

dari adrenal sehingga terjadi hiperaktivitas saraf otonom dan menyebabkan

gejala fisik berupa takikardi, nyeri kepala, diare dan palpitasi (Kaplan &

Sadock, 2010).

Salah satu faktor yang menjadi penyebab kecemasan adalah

kurangnya informasi tentang prosedur tindakan. Kurangnya informasi yang

diberikan oleh tenaga medis pada saat sebelum tindakan tentang kenapa
harus dilakukan dalam kondisi tersebut, mengapa harus dilakukan persiapan

fisik dan lain-lain dapat menambah kecemasan pasien. (Raharjo, 2015)

Menurut Pasambo Y (2016) Hasil penelitian didapatkan bahwa

sebagian dari keluarga yang mengalami kecemasan sedang sebanyak 83,3 %

dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami serangan stroke,

sedangkan sangat sedikit keluarga yang mengalami kecemasan berat

sebanyak 5,6 %.

Menurut Raharjo (2015) menyatakanhasil penelitian yang

dilakukan di ruangan ICU Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta

Kecemasan dikatagorikan menjadi, tidak ada kecemasan 4 (13,2%),

kecemasan ringan 2 (6,7%), kecemasan sedang 2 (6,7%) sedangkan

kecemasan yang lebih banyak ayitu dengan katagori cemas berat sebesar 22

(73,3%).

5.3 Hubungan Pengetahuan Terhadap Tingkat Kecemasan Keluarga Pada


Pasien Stroke Haemoragic Diruangan ICU Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Aceh Tamiang
Berdasarkan hasil penelitian dengan jumlah responden sebnayak 35

Responden, hasil penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut. Dari 35

responden, Sebanyak 12 (34.3%) responden yang tingkat kecemasannya

ringan dan berpengetahuan dikatagorikan baik. Sedangkan Sebanyak 1

(2,9%) responden yang tingkat kecemasannya sedang dan berpengetahuan

dikatagorikan cukup. Dari hasil uji analisis statistic melaului uji Chi-Squer

didapatkan nilai p sebesar 0,002 yang berarti nilai p < α (0,002 < 0,05) dapat

ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungsn yang signifikan antara


pengetahuna keluarga dan tingkat kecemasan keluarga tentang penyakit

Stroke Haemoragic yang dibuktikan dengan uji Chi-Squer diatas. Oleh

karena itu hipotesa dalam penelitian ini adalah Ha diterima dan Ho ditolak.

Kecemasan merupakan stresor yang dapat menyebabkan pelepasan

epinefrin dari adrenal sehingga terjadi hiperaktivitas saraf otonom dan

menyebabkan gejala fisik berupa takikardi, nyeri kepala, diare dan palpitasi

(Kaplan & Sadock, 2010).

Kecacatan berat pada pasien paska stroke misalnya keadaan

kehilangan fungsi motorik (hemiplegi), kehilangan komunikasi atau

kesulitan berbicara (disatria), gangguan persepsi, kerusakan fungsi kognitif

dan efek psikologik, atau disfungsi kandung kemih,bahkan pasien

mengalami keadaan bedrest total. Karena itu, perawatan yang diberikan

kepada pasien stroke harus dilakukan secara terus menerus (Pinzon et.al,

2010).

Menurut Yourisna Pasambo (2016) Hasil penelitian didapatkan

bahwa sebagian dari keluarga yang mengalami kecemasan sedang sebanyak

83,3 % dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami serangan

stroke, sedangkan sangat sedikit keluarga yang mengalami kecemasan berat

sebanyak 5,6 %.

Menurut Astuti R (2010) Hasil analisis menunjukkan bahwa care

giver pasien stroke hemoragik memiliki kemungkinan untuk mengalami

kecemasan delapan belas kali lebih besar dibandingkan caregiverpasien

stroke non-hemoragic. Faktor-faktor yang juga berpengaruh terhadapa


kecemasan care giver adalah jenis kelamin (OR= 29.7; p= 0.005) dan

kepemilikan pekerjaan (OR= 15.2; p= 0.020)Care giver pasien stroke

hemoragik memiliki risiko untuk mengalami kecemasan tiga kali lebih besar

daripada care giver pasien stroke non-hemoragik (OR= 3.3; p= 0.05).

Menunjukkan bahwa care giver yang tidak bekerja lebih banyak mengalami

kecemasan yaitu sebesar 82.4% sedangkan care giver yang bekerja

mengalami kecemasan sebanyak 35.7%. Perbedaan tersebut secara statistik

signifikan. Hasil ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara

kepemilikan pekerjaan dengan kecemasan pada care giver pasien stroke.

Kesembuhan pasien stroke tergantung pada beberapa elemen yaitu

jumlah dan lokasi otak yang rusak, kesehatan umum pasien yang

bersangkutan, sifat-sifat (personality) dan kondisi emosional pasien.

Demikian juga dukungan dari keluarga dan kawan-kawan serta yang

terpenting adalah pengobatan yang diterimanya (Pudiastuti, 2011)

Penyakit stroke merupakan momok yang menakutkan bagi

keluarga,proses penyembuhan pasien stroke bukan hanya berupa obat-

obatan akan tetapi melalui pendekatan secara personal seperti meningkatkan

kepercayaan diri pasien, memotivasi pasien dan pendekatan secara spiritual.

Keluarga terdekat merupakan objek pertama yang dapat melakukan itu, oleh

karenanya peran keluarga berpengaruh besar dalam proses pengobatan.

Kecemasan keluarga yang terjadi disebabkan oleh kondisi anggota keluarga

yang sakit, terutama anggota keluarga yang menjadi tulang punggung bagi

keluarga akan meningkatkan tingkat kecemasan dan ketakutan yang besar.


Kecemasan akan terkontrol jika keluarga mengetahui proses

penyakit, proses perawatan dan proses penyembuhan. Oleh karena itu

kekuarga menentukan proses kesembuhan pada anggota keluarga (pasien)

yang sakit.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di ruangan ICU Rumah

Sakit Umum Daerah RSUD Kabupaten Aceh Tamiang.dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Menunjukkan bahwa dari 35 responden. Sebahagian besar pengetahuan

keluarga dalam katagori baik sebanyak 19 keluarga (54,3%) sedangkan

sebahagian kecil pengetahuan keluarga yang dikatagorikan kurang

sebanyak 6 keluarga (17,1%).

2. Menunjukkan bahwa dari 35 responden. Paling banyak keluarga yang

mengalami kecemasan ringan sebanyak 18 (51.4 %) dan paling sedikit

keluarga pasien yang mengalami kecemasan pada katagori berat sebanyak

3 (8,6%).

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuna keluarga dan

tingkat kecemasan keluarga tentang penyakit Stroke Haemoragic

Diruangan ICU Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang.

38
A. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Perlu ditingkatkan program pelayanan kesehatan bukan saja kepada

pasien, akan tetapi juga pelayanan kepada keluarga pasien misalnya

dengan berusaha mengenal perasaan keluarga pasien lebih mendalam,

memberikan penjelasan perkembangan kondisi pasien, meningkatkan

komunikasi yang asertif, melakukan pendekatan dengan keluarga sehingga

membantu meminimalkan kecemasan, dan dapat memberikan kenyamanan

serta berusaha membantu mengupayakan pemecahan masalah.

2. Bagi Peneliti Keperawatan

Sebaiknya dilakukan penelitian dengan subyek penelitian yang

lebih banyak serta lokasi penelitian yang lebih bervariasi (RSU Daerah)

untuk dapat melakukan generalisasi kesimpulan yang sama.

Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan dengan rancangan

penelitian yang lebih baik yang memperhitungkan faktor perancu lainnya

untuk mendapatkan hasil yang lebih valid (benar).

3. Bagi Responden

Sebagai ilmu pengetahuan bari untuk memanagemen stress

terhadap suatu masalah yang dihadapi terutama masalah kesehatan

keluarga , agar nantinya lebih siap dan mampu berfikir tenang dan

bertindak tepat dalam penanganan/perawatan penyakit selama dirumah


DAFTAR PUSTAKA

Arimbi, (2012) Hubungan antara tingkat dengan tingkat dispepsia menjelang


menjelang fase kritis pada pasien stroke. Jurnal Keperawatan
Vol V, No 3, Juli 2015 ISSN 1879-71367.

Astuti R (2010) Hubungan Jenis Stroke Dengan Kecemasan Pada Care giver
Pasien Stroke di RSUDdr. Moewardi Surakarta. Skripsi

Fajriyah, Dharmawan & Herdiyanto, (2013) Tingkat Kecemasan dan Kepatuhan


Minum Obat pada Pasien Kusta. Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol V,
No 2, September 2013 ISSN 1978-3167.

Raharjo, (2015) Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Stroke Yang Dirawat Di


Ruangan ICU RS. Panti Waluyo Surakarta. Skripsi.

Pasambo, (2016) Tingkat Kecemasan Keluarga Dalam Menghadapi Anggota


Keluarga Yang Mengalami Serangan Stroke Di Ruang Stroke Rumah
Sakit Faisal Makassar. JKSHSK/Volume 1/Nomor 1/Juli 2016. 892-
896.

KemenKes (2012) Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian


Kesehatan Ri Tahun 2013. Pdf

Notoadmojo, (2010) Metidologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka

Cipta.

Profil Rumah Sakit, (2014) Jumlah Pasien Stroke Di Ruangan Icu Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2017.
Pasambo Y, (2016) Tingkat Kecemasan Keluarga Dalam Menghadapi Anggota
Keluarga Yang Mengalami Serangan Stroke Di Ruang Stroke Rumah
Sakit Faisal Makassar. JKSHSK/Volume 1/Nomor 1/Juli 2016. 892-
896
LEMBAR PENJELASAN
KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi/ siang/ malam bapak/ ibu/saudara/ i, perkenalkan saya


Jasmiati, mahasiswa dari Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Sumatera Utara yang akan melakukan penelitian yang berjudul
Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pada Pasien Stroke
Haeomoragic Diruangan ICU Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh
Tamiang Tahun 2017. Saya akan melakukan pengambilan data dari Anda dengan
cara memberikan kuisioner/angket yang telah dibuat. Oleh karena itu diharapkan
Anda dapat menjawab semua pertanyaannya sesuai dengan apa yang Anda alami
selama di Rumah Sakit ini.

Demikianlah penjelasan penelitian ini dibuat, Saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

Jasmiati
SURAT PERNYATAAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,


Umur :
Alamat :
Setelah membaca atau mendapatkan penjelasan dan saya memahami
sepenuhnya tentang penelitian,
Judul Penelitian : Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan
Keluarga Pada Pasien Stroke Haeomoragic Diruangan ICU
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang
Tahun 2017
Nama Peneliti Utama : Jasmiati
Lokasi Penelitian : Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang
Dengan ini, saya menyatakan bersedia mengikuti penelitian tersebut secara
sukarela sebagai subjek penelitian. Saya berhak mengundurkan diri kapan saja
tanpa pengaruh terhadap kinerja saya sebagai perawat.

Karang Baru,
Subjek Peneliti

(________________)
KUESIONER

DATA UMUM RESPONDEN :


1. Jenis Kelamin :
2. Usia :
3. Peran sebagai :
4. Suku : Tamiang Jawa Aceh Batak Gayo
5. Pendidikan : SD SMP SMA S1 S2

Silakan anda memberi tanda √ di kolom isi sesuai dengan yang anda
rasakan saat ini.

Variabel Kecemasan Keluarga


No Gejala kecemasan Ya Tidak
1 Perasaan Cemas (Ansietas)
cemas
firasat buruk
takut akan pikiran sendiri
mudah tersinggung
2 Ketegangan
merasa tegang
Lesu
tidak bisa istirahat tenang
mudah terkejut
mudah menangis
Gemetar
Gelisah
3 Ketakutan
pada gelap
pada orang asing
ditinggal sendiri
pada keheningan
pada suara
4 gangguan tidur
sukar untuk tidur
terbangun malam hari
tidur tidak nyenyak
bangun dengan lesu
banyak mimpi
mimpi menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
sukar konsentrasi
daya ingat menurun
daya ingat buruk
6 Perasaan Depresi (Murung)
hilangnya semangat
berkurang kesenangan
sedih
Sering bangun saat tidur
perasaan berubahubah sepanjang hari (labil)
7 Gejala Somatik / Fisik (Otot)
sakit dan nyeri di otot-otot
Kaku
kedutan otot
gigi gemeletuk
suara tidak stabil
8 Gejala Somatik / Fisik (Sensorik)
tinitus (telinga berdenging)
penglihatan kabur
muka merah atau pucat
merasa lemas
perasaan sakit diseluruh tubuh
9 Gejala Kardiovaskuler
Takikardia (Nadi cepat)
berdebar-debar
nyeri di dada
denyut nadi mengeras
rasa lesu/lemas seperti mau pingsan
detak jantung menghilang (berheti sekejap)
10 Gejala Respiratori (Pernapasan)
rasa tertekan atau sempit di dada
rasa tercekik
sering menarik nafas
nafas pendek / sesak
Sulit menarik nafas
11 Gejala Gastrointestinal (Pencernaan)
sulit menelan
perut melilit
gangguan pencernaan
nyeri sebelum dan sesudah makan
rasa penuh atau kembung
mual , muntah
sukar buang air besaar (konstipasi)
kehilangan berat badan
12 Gejala Urogenital (Perkemihan Dan Kelamin)
sering buang air kecil
tidak dapat menahan air kencing
Jika buang air kecil hanya keluar sedikit
13 Gejala Autonom
mulut kering
muka merah
mudah berkeringat kepala pusing
kepala terasa berat
kepala terasa sakit
Merinding
14 tingkah laku (sikap) pada wawancara
gelisah
tidak tenang
jari gemetar
kerut kening
muka tegang
otot tegang / mengeras
nafas pendek dan cepat
muka merah

Variabel Pengetahuan Keluarga


1. Manakah penyakit yang paling berbahaya diantara penyakit dibawah ini?
a. Stroke
b. Usus buntu
c. Diabetes
2. Penyakit yang dapat membuat orang meninggal dalam waktu yang cepat adalah
?
a. Asam Lambung
b. Asam Urat
c. Stroke
3. Apakah penyebab penyakit stroke adalah?
a. Penyakit bawaan atau keturunan
b. Kegemukan dikarnakan pola makan yang tidak baik
c. Tingginya aktivitas kegiatan sehari-hari
4. Jika terjadi penyumbatan darah didalam otak, maka yang akan terjadi adalah ?
a. Kemampuan otak menurun tetapi masih bisa beraktivitas seperti biasa.
b. Kehilangan kemampuan bergerak, berpikir, mengingat, bicara
c. Pasien pingsan hanya sementara, dan dapat beraktifitas kembali
5. Penyumbatan pembuluh darah otak, akan menyebabkan?
a. Kelemahan fisik dikarenakan darah tidak sampai keseluruh tubuh
b. Tidak bisa bergerak secara permanen alat gerak tubuh (kaki dan tangan)
c. Kondisi kesehatan yang tidak stabil
6. Jika aliran darah di otak tidak lancar dalam waktu lama, maka akan
menyebabkan?
a. Fungsi otak tidak baik
b. Kematian
c. Gangguan alat gerak
7. Penyakit penyerta yang bisa menjadi penyakit stroke adalah?
a. Asam urat
b. Hipertensi
c. Usus buntu
8. Kebiasaaan yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit stroke?
a. Sering mengkonsumsi makanan ringan
b. Sering mengkonsumsi makanan berlemak
c. Sering mengkonsumsi makanan berserat
9. Tanda-tanda penyakit stroke adalah?
a. Tekanan darah yang meningkat secara derastis
b. Tubuh menjadi pegal-pegal
c. Lemas, lesu, mual,muntah
10. Jika penyakit stroke tidak diobati, maka akan menyebabkan penyakit lainya
(komplikasi) adalah ?
a. Diabetes
b. Penyakit jantung
c. Radang tulang
Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pengetahuan * Tingkat 35 100.0% 0 .0% 35 100.0%


Kecemasan

Pengetahuan * Tingkat Kecemasan Crosstabulation

Tingkat Kecemasan Total

Tidak Cemas Cemas Cemas


Cemas Ringan Sedang Berat

Pengetahuan Baik Count 4 12 3 0 19

% within Pengetahuan 21.1% 63.2% 15.8% .0% 100.0%

% within Tingkat 50.0% 66.7% 50.0% .0% 54.3%


Kecemasan

% of Total 11.4% 34.3% 8.6% .0% 54.3%

Cukup Count 4 5 1 0 10

% within Pengetahuan 40.0% 50.0% 10.0% .0% 100.0%

% within Tingkat 50.0% 27.8% 16.7% .0% 28.6%


Kecemasan

% of Total 11.4% 14.3% 2.9% .0% 28.6%

Kurang Count 0 1 2 3 6

% within Pengetahuan .0% 16.7% 33.3% 50.0% 100.0%

% within Tingkat .0% 5.6% 33.3% 100.0% 17.1%


Kecemasan

% of Total .0% 2.9% 5.7% 8.6% 17.1%


Total Count 8 18 6 3 35

% within Pengetahuan 22.9% 51.4% 17.1% 8.6% 100.0%

% within Tingkat 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%


Kecemasan

% of Total 22.9% 51.4% 17.1% 8.6% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 20.342a 6 .002


Likelihood Ratio 17.884 6 .007
Linear-by-Linear Association 7.256 1 .007
N of Valid Cases 35

a. 10 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .51.
Frequencies

Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 19 54.3 54.3 54.3

Cukup 10 28.6 28.6 82.9

Kurang 6 17.1 17.1 100.0

Total 35 100.0 100.0

Tingkat Kecemasan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Cemas 8 22.9 22.9 22.9

Cemas Ringan 18 51.4 51.4 74.3

Cemas Sedang 6 17.1 17.1 91.4

Cemas Berat 3 8.6 8.6 100.0

Total 35 100.0 100.0

Anda mungkin juga menyukai