Anda di halaman 1dari 87

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana

2017

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan


Kekambuhan Pasien Skizofrenia Rawat
Jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof DR
Muhammad Ildrem Medan Tahun 2017

Marissa

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1786
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN
PASIEN SKIZOFRENIA RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA
PROF DR MUHAMMAD ILDREM MEDAN
TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH:

MARISSA
NIM. 121000510

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN
PASIEN SKIZOFRENIA RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA
PROF DR MUHAMMAD ILDREM MEDAN
TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:

MARISSA
NIM. 121000510

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN


DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN
SKIZOFRENIA RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA PROF DR
MUHAMMAD ILDREM MEDAN ” ini adalah benar hasil karya saya sendiri, dan
saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan
ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya
ini, atau klaim lain dari pihak lain terhadap keaslian karya saya.

Medan, Oktober 2017


Yang membuat pernyataan

Marissa

Universitas Sumatera Utara


ii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Keluarga merupakan unit terpenting dalam pembentukan perkembangan pasien


skizofrenia. Dukungan keluarga yang baik dapat membantu pasien dalam hal pencegahan
kekambuhan. Pasien skizofrenia yang berasal dari keluarga yang memiliki support system
yang baik dalam hal mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan pasien serta
memberikan perhatian penuh dalam memberikan dukungan akan berpengaruh pada
berkurangnya kekambuhan pada pasien.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan


kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof DR Muhammad Ildrem Medan.
Desain penelitian ini adalah cross sectional.

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga pasien rawat jalan. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 68 responden yang ditentukan dengan menggunakan rumus
Lemeshow. Pengumpulan data dilakukan bulan Febuari-April dengan mengggunakan
kuesioner data demografi, dukungan keluarga, dan kekambuhan pasien. Hasil penelitian
dianalisa dengan menggunakan Uji Chi-Square untuk melihat adanya hubungan antara kedua
variabel yaitu dukungan keluarga dan kekambuhan, kemudian hasil penelitian disajikan
dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diketahui ada hubungan yang
siginfikan antara dukungan emosional dengan kekambuhan ( p = 0,006 ), ada hubungan yang
signifikan antara dukungan informasional dengan kekambuhan ( p = 0,006 ), ada hubungan
yang signifikan antara dukungan nyata dengan kekambuhan ( p = 0,000 ), dan ada hubungan
yang signifikan antara dukungan pengharapan dengan kekambuhan ( p = 0,022 ).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka diharapkan kepada keluarga agar


memberikan diri dalam mendampingi pasien sehari-hari sehingga dapat mencegah
kekambuhan pasien.

Kata kunci : Dukungan Keluarga, Kekambuhan Pasien Skizofrenia Rawat Jalan

iii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT
The family is the most important unit in the development of schizophrenia patients.
Good family support can help patients in terms of prevention of recurrence. Schizophrenic
patients from families who have a good support system in terms of maintaining and
improving the health status of patients and giving full attention in providing support will
affect the reduced recurrence in patients.
This study aims to identify the relationship of family support with recurrence of
schizophrenic patients at Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan Mental Hospital. The design of
this study was cross sectional.
The population in this study is outpatient family. The sample in this study amounted
to 68 respondents determined by using Lemeshow formula. Data collection was conducted in
February-April by using demographic data questionnaire, family support, and patient
relapse. The results were analyzed by using Chi-Square test to see the relationship between
the two variables, namely family support and recurrence, then the results of the study are
presented using the frequency distribution table.
From the result of the research that has been done, it is known there is a significant
relation between emotional support with relapse (p = 0,006), there is significant relation
between informational support with recurrence (p = 0,006), there is significant relation
between real support with recurrence (p = 0,000), and there was a significant relationship
between expectation support and recurrence (p = 0.022).
Based on the results of these studies it is expected to the family to provide
themselves in assisting patients everyday so as to prevent the recurrence of patients.

Keywords: Family Support, Outpatient Response of Outpatient Schizophrenia

iv

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih KaruniaNya
dan penyertaanNya di dalam penyelesaian skripsi Penulis dengan judul “Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia Rawat Jalan di Rumah
Sakit Jiwa Prof DR Muhammad Ildrem Medan Tahun 2017”. Skripsi ini adalah salah
satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Ibu
Dra.Syarifah, MS selaku dosen pembimbing I dan Ibu Namora Lumongga Lubis, MSc, PhD
selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu dan pikiran dalam
memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan kepada Penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dan memberikan dukungan kepada Penulis, baik secara moril dan materil.

1. Bapak Rektor Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Lita Sri Andayani, SKM, Mkes selaku Ketua Departemen Pendidikan
Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
4. Ibu Arfah Mardiana Lubis S.Psi, M.Psi selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis
di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
6. Pihak Rumah Sakit Jiwa Prof DR Muhammad Ildrem Medan, terima kasih karena
sudah membantu Penulis dalam pelengkapan data dan selama pelaksanaan kegiatan
penelitian di rumah sakit.
7. Terkhusus kepada Almarhum Ayahanda Martohap Lumban Gaol dan Ibunda Santi
Sidauruk tercinta, terima kasih untuk semua dukungan yang Penulis tidak dapat
sebutkan satu-persatu. Terima kasih juga tidak pernah jenuh memberikan doa,
semangat, dan motivasi kepada Penulis.

Universitas Sumatera Utara


8. Terkhusus kepada Abang Tigor Lumban Gaol, Kakak Monika Sari Lumban Gaol, dan
Adik Thomas Itoh Lumban Gaol, terima kasih untuk dukungan doa, semangat, dan
motivasi yang telah diberikan.
9. Terima kasih kepada keluarga besar Pembangunan 84F yang telah memberikan doa,
perhatian, dan semangat yang telah diberikan selama ini kepada Penulis.
10. Keluarga besar Gerakan Mahasiswa Kristen indonesia, terima kasih untuk semua
dukungan yang telah diberikan.
11. Terima kasih kepada KLK ( Hernawati Chen, Kristin Pane, Lusy Tika Pasaribu,
Lasrobema Sigalingging, Elisa Franciska Manurung, dan Santi Nainggolan),
Miserriqordias (Erista Siregar, Yolanda Simangunsong, dan Indah Sihombing ), MTA
ft Maria Liliana Gultom ( Rafika Yanti Tambunan, Christina Yuliana Samosir, Daniel
Siahaan, dan Manna Shyntia Yuliana Situmorang ), Novri Simanjutak, terima kasih
untuk semua doa, dukungan, dan semangat yang telah diberikan kepada Penulis.

Akhirnya, Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat
Penulis sebutkan satu per satu. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas semua kebaikan
Bapak, Ibu, dan teman-teman sekalian.

Penulis menyadari bahwa Penulis memiliki keterbatasan kemampuan dalam membuat


skripsi ini. Oleh itu, Penulis mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam
penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan.

Medan, Oktober 2017

Penulis

Marissa

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI............................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................................ii
ABSTRAK.............................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................x
RIWAYAT HIDUP..............................................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................................ 7
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 9


2.1 Skizofrenia...................................................................................................................... 9
2.1.1 Pengertian Skizofrenia........................................................................................... 9
2.1.2 Gejala Klinis Skizofrenia....................................................................................... 10
2.1.3 Klasifikasi Skizofrenia........................................................................................... 11
2.1.4 Patofisiologi Skizofrenia........................................................................................ 17
2.2 Keluarga……………………………………………………………………………….. 18
2.2.1 Pengertian Skizofrenia........................................................................................... 18
2.2.2 Struktur Keluarga................................................................................................... 18
2.2.3 Tipe/Bentuk Keluarga............................................................................................ 19
2.2.4 Fungsi Keluarga..................................................................................................... 20
2.2.5 Konsep Dukungan Keluarga…………………………………………………...... 21
2.3 Kekambuhan…………………………………………………………………………... 24
2.3.1 Pengertian Kekambuhan………………………………………………………… 24
2.3.2 Faktor-Faktor Penyebab Kekambuhan………………………………………….. 24
2.4 Kerangka Teori………………………………………………………………………... 26
2.5 Kerangka Konsep……………………………………………………………………... 26

BAB III METODE PENELITIAN................................................................................... 27


3.1 Jenis Penelitian............................................................................................................... 27
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................................................... 27
3.2.1 Lokasi.................................................................................................................... 27
3.2.2 Waktu.................................................................................................................... 27
3.3 Populasi dan Sampel...................................................................................................... 27
3.3.1 Populasi................................................................................................................. 27
3.3.2 Sampel................................................................................................................... 28
3.4 Metode Pengumpulan Data............................................................................................ 29
3.4.1 Data Primer.............................................................................................................29
3.4.2 Data Sekunder....................................................................................................... 29
3.5 Teknik Pengolahan Data................................................................................................ 29

vii

Universitas Sumatera Utara


3.6 Definisi Operasional...................................................................................................... 30
3.7 Analisa Data.................................................................................................................. 31
3.7.1 Univariat............................................................................................................... 31
3.7.2 Bivariat................................................................................................................. 31
3.8 Aspek Pengukuran......................................................................................................... 31
3.8.1 Data Demografi..................................................................................................... 31
3.8.2 Dukungan Keluarga.............................................................................................. 32
3.8.3 Kekambuhan......................................................................................................... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN....................................................................................... 34


4.1 Gambaran Umum RSJ Prof DR Muhammad Ildrem Medan........................................ 34
4.1.1 Visi, Misi, Motto, dan Janji RSJ Prof DR Muhammad Ildrem............................ 34
4.1.2 Jenis Layanan RSJ Prof DR Muhammad Ildrem Medan.................................... 35
4.1.3 Ketenagaan RSJ Prof DR Muhammad Ildrem Medan........................................ 36
4.2 Analisa Univariat.......................................................................................................... 37
4.2.1 Demografi Responden........................................................................................ 37
4.2.2 Dukungan Keluarga............................................................................................ 39
4.2.3 Kekambuhan....................................................................................................... 42
4.3 Analisa Bivariat............................................................................................................ 42
4.3.1 Hubungan Dukungan Emosional dengan Kekambuhan...................................... 43
4.3.2 Hubungan Dukungan Informasional dengan Kekambuhan................................. 43
4.3.3 Hubungan Dukungan Nyata dengan Kekambuhan.............................................. 44
4.3.4 Hubungan Dukungan Pengharapan dengan Kekambuhan................................... 45

BAB V PEMBAHASAN.................................................................................................. 46
5.1 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia.................. 46
5.1.1 Hubungan Dukungan Emosional dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia........46
5.1.2 Hubungan Dukungan Informasional dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia..48
5.1.2 Hubungan Dukungan Nyata dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia.............. 50
5.1.3 Hubungan Dukungan Pengharapan dengan Kekambuhan Pasien
Skizofrenia........................................................................................................... 51

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................... 54


6.1 Kesimpulan....................................................................................................................54
6.2 Saran............................................................................................................................. 55

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Ketenagaan di Badan Layanan Umum Rumah Sakit Jiwa Prof DR

Muhammad Ildrem Medan.........................................................................36

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden..................37

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Emosional................................................39

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Dukungan Informasional.......................................... 40

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Dukungan Nyata.......................................................41

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Dukungan Pengharapan............................................41

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Pesentase Kekambuhan......................................42

Tabel 4.8 Hasil hubungan Dukungan Emosional dengan Kekambuhan Pasien

Skizofrenia Rawat Jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad

Ildrem Medan.............................................................................................43

Tabel 4.9 Hasil hubungan Dukungan Informasional dengan Kekambuhan Pasien

Skizofrenia Rawat Jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Muhmmad Ildrem

Medan.........................................................................................................43

Tabel 4.10 Hasil Hubungan Dukungan Nyata dengan Kekambuhan Pasien

Skizofrenia Rawat Jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad

Ildrem medan..............................................................................................44

Tabel 4.11 Hasil Hubungan Pengharapan dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia

Rawat Jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad Ildrem medan......45

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori........................................................................................26

Gambar 2.2 Kerangka Konsep....................................................................................26

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Marissa yang dilahirkan pada tanggal 8 Oktober 1992 di

Muara Delang. Penulis beragama Kristen Protestan dengan suku Batak Toba. Penulis

merupakan anak ketiga dari empat bersaudara yang lahir dari pasangan (+) Martohap

Lumban Gaol (ayahanda) dan Santi Sidauruk (ibunda).

Pendidikan formal penulis dimulai Sekolah Dasar Negeri 274 Tabir Selatan,

Merangin, Jambi sejak tahun 2000 sampai tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama

Negeri 3 Tabir Selatan, Merangin, Jambi sejak tahun 2005 sampai tahun 2008,

Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Merangin, Jambi sejak tahun 2008 sampai tahun

2011. Kemudian tahun 2012, penulis melanjutkan pendidikan S1 di Universitas

Sumatera Utara Fakultas Kesehatan Masyarakat Peminatan Pendidikan Kesehatan

dan Ilmu Perilaku sejak tahun 2012 dan selesai tahun 2017.

xi

Universitas Sumatera Utara


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Organisasi kesehatan dunia (WHO) menjelaskan definisi sehat adalah

suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya

bebas dari penyakit atau kecacatan. Orang yang tidak berpenyakit pun belum tentu

dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik,

mental, maupun sosial. Pengertian kesehatan yang dikemukakan WHO ini

merupakan suatu keadaan ideal, dari sisi biologis, psikologis, dan sosial ( Latipun,

2005 ).

Skizofrenia termasuk ke dalam penyakit gangguan jiwa. Gangguan jiwa

merupakan salah satu masalah dalam upaya peningkatan derajat kesehatan

masyarakat di Indonesia. Di masyarakat ada stigma bahwa gangguan jiwa

merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan, dan aib bagi

keluarganya. Pandangan lain yang beredar di masyarakat bahwa gangguan jiwa

disebabkan oleh guna-guna orang lain. Ada kepercayaan di masyarakat bahwa

gangguan jiwa timbul karena musuhnya roh nenek moyang masuk ke dalam tubuh

seseorang kemudian menguasainya ( Hawari, 2003 ).

Berdasarkan data yang disampaikan pada konferensi tahunan “ The

American Psychiatric Association “ di Miami, Florida Amerika Serikat, Mei 1995

bahwa angka penderita skizofrenia cukup tinggi ( Lifetime Prevalence Rates )

mencapai 1 per 1000 penduduk, berdasarkan data di Amerika setiap tahun

terdapat 300.000 pasien skizofrenia mengalami episode akut. Prevalensi

Universitas Sumatera Utara


2

skizofrenia lebih tinggi dari penyakit Alzheimer, multipel sklerosis, pasien

diabetes yang memakai insulin dan penyakit otot ( Yosep, 2008 ).

Insiden skizofrenia di Amerika diperkirakan sebanyak 2-5 per 10.000

penduduk. Sekitar 25% dari tempat tidur di rumah sakit jiwa di seluruh negara

tersebut ditempati oleh penderita skizofrenia. Di antara penderita skizofrenia

20%-50% melakukan pencobaan bunuh diri, 10% di antaranya meningggal karena

bunuh diri. Angka kematian penderita skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka

kematian penduduk pada umumnya, dari semua penderita skizofrenia yang diobati

20%-40% belum menunjukkan hasil yang memuaskan ( Anthony dkk, 2014 ).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015) memaparkan

prevalensi skizofrenia di Indonseia adalah 0,1 per 1000 penduduk pada tahun

2007 dan meningkat menjadi 1,7 per 1000 penduduk pada tahun 2013. Prevalensi

skizofrenia di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Aceh adalah provinsi tertinggi

penderita skizofrenia se-Indonseia sebesar 2,7 per 1000 penduduk dan terendah

terdapat di Kalimantan Barat 0,7 per 1000 penduduk, sedangkan di Sumatera

Utara 0,9 per 1000 penduduk. Prevalensi skizofreni di Indonesia akan terus

meningkat seiring dengan lajunya pertumbuhan penduduk dan proses globalisasi

(Arif, 2006 ).

Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi skizofrenia di Sumatera Utara

adalah 0,9 per 1.000 penduduk pada tahun 2013, Serdang Bedagai 1,0 per 1.000

penduduk tahun 2007 meningkat menjadi 2,5 per 1.000 penduduk tahun 2013,

Tebing Tinggi 0,6 per 1.000 penduduk pada tahun 2007 menjadi 1,3 per 1.000

penduduk pada tahun 2013, Pakpak Barat 0,1 per 1.000 penduduk pada tahun

Universitas Sumatera Utara


3

2007 menjadi 1,8 per 1.000 penduduk pada tahun 2013, Samosir 2,4 per 1.000

penduduk pada tahun 2007 menjadi 2,1 per 1.000 penduduk pada tahun 2013.

Toba Samosir 1,1 per 1.000 penduduk pada tahun 2007 menjadi 1,6 per 1.000

penduduk pada tahun 2013.

Data Medical Record Rumah Sakit Jiwa Prof DR Muhammad Ildrem

Medan tahun 2013 menjelaskan jumlah pasien penderita skizofrenia sebanyak

1.593 orang, tahun 2014 pasien skizofrenia adalah sebanyak 1.475 orang, dan

71,3% di antara penderita skizofrenia tersebut merupakan penderita skizofrenia

tipe paranoid. Namun pada tahun 2016 terjadi peningkatan penderita skizofrenia

terdapat sebanyak 1577 orang penderita skizofrenia yang dirawat inap, dan jumah

kunjungan pada Bulan Desember sebanyak 233 kunjungan.

Sejauh ini telah banyak ditemukan obat-obat psikofarmaka yang efektif

mampu mengendalikan gejala gangguan pada penderita gangguan jiwa seperti

skizofrenia, artinya dengan pemberian obat yang tepat dan memadai, penderita

gangguan jiwa berat cukup berobat jalan ( Priyanto, 2007 ). Selain itu penanganan

skizofrenia harus dilakukan secara komprehensif melalui multi-pendekatan,

khususnya pendekatan keluarga dan pendekatan petugas kesehatan secara

langsung dengan penderita, seperti bina suasana, pemberdayaan penderita

gangguan jiwa dan pendampingan penderita skizofrenia agar mendapatkan

pelayanan kesehatan yang terus menerus.

Keluarga yang memiliki anggota pasien skizofrenia cenderung tertutup

dan enggan diwawancarai oleh orang asing. Agaknya hal ini disebabkan oleh

stigma,rasa malu, dan penyalahan diri dari lingkungan sosial yang dialami

Universitas Sumatera Utara


4

keluarga. Bagi beberapa keluarga, kehadiran skizofrenia dalam keluarga mereka

sungguh menimbulkan aib yang besar. Masih cukup kuat keyakinan dalam

masyarakat bahwa skizofenia disebabkan oleh kutukan karena dosa, kemasukan

roh-roh jahat, ataupun disebabkan oleh guna-guna. Hal ini menimbulkan stigma

bagi keluarga sehingga mereka malu mengakui atau mencari bantuan yang

diperlukan bagi masyarakat. Hal ini pun kadang menimbulkan konflik dan

pertengkaran antar sesama anggota keluarga sendiri ( Arif, 2006 ).

Wirawan ( 2006 ) mangatakan bahwa proses penyembuhan pada pasien

gangguan jiwa harus dilakukan secara holistik dan melibatkan anggota keluarga.

Keluarga pasien perlu mempunyai sikap yang positif untuk mencegah

kekambuhan pada pasien skizofrenia. Keluarga perlu memberikan dukungan

(support ) kepada pasien untuk meningkatkan motivasi dan tanggung jawab dalam

melaksanakan perawatan secara mandiri. Keluarga perlu mempunyai sikap

menerima pasien, memberikan respon positif kepada pasien, menghargai pasien

sebagai anggota keluarga, dan menumbuhkan sikap tanggung jawab pada pasien.

Sikap permusuhan yang ditunjukkan oleh anggota keluarga terhadap pasien akan

berpengaruh terhadap kekambuhan pasien ( Keliat, 1996 ). Dukungan keluarga

sangat penting untuk membantu pasien bersosialisasi kembali, menciptakan

kondisi lingkungan suportif, menghargai pasien secara pribadi, dan membantu

pemecahan masalah pasien ( Gilang, 2001).

Menurut Suryanatha, seorang psikiater di sanatorium Dharmawangsa,

dukungan sosial keluarga dan teman merupakan salah satu obat penyembuh yang

sangat berartibagi penderita skizofrenia (Anonim, 2008 ). Dukungan sosial

Universitas Sumatera Utara


5

keluarga terhadap pasien skizofrenia menjadi hal yang sangat penting dalam

proses pencegahan kekambuhan selain obat-obatan dan terapi psikologiyang

diberikan oleh dokter.

Keliat (2009 ) mengemukakan bahwa 25% sampai 50% klien yang pulang

dari rumah sakit jiwa tidak meminum obat secara teratur sehingga klien seringkali

kambuh dan kembali ke rumah sakit jiwa untuk rawat jalan. Salah satu yang

menyebabkan kondisi ini adalah keluarga tidak rutin membawa pasien berobat ke

fasilitas kesehatan yang ada. Selain itu adanya anggapan klien bahwa jika sudah

pulang berarti pasien sudah sembuh dan tidak perlu minum obat lagi. Fenomena

ini diduga berkaitan dengan peran keluarga dalam merawat pemulihan pasien

skizofrenia dan memeriksa pasien ke unit rawat jalan.

Tindakan keluarga yang sangat penting adalah setelah pasien pulang ke

rumah, keluarga menemani pasien melakukan perawatan lanjutan pada puskesmas

atau rumah sakit terdekat agar tidak kambuh, misalnya pada bulan pertama: 2 kali

per bulan, bulan kedua: 2 kali per bulan, bulan ketiga: 2 kali per bulan dan

selanjutnya 1 kali per bulan ( Keliat, 1996 ).

Porkony dkk ( 1993 ) juga melaporkan bahwa 49% penderita skizofrenia

mengalami rawat ulang setelah follow up selama 1 tahun, sedangkan penderita-

penderita non skizofrenia hanya 28%. Sekitar 10%-60% pasien skizofrenia sering

mengalami kekambuhan. Kekambuhan tersebut merupakan tanda-tanda atau

gejala-gejala kembalinya suatu penyakit setelah adanya pemulihan atau

penyembuhan yang jelas atau seseorang dalam keadaan yang dinyatakan sudah

Universitas Sumatera Utara


6

sembuh, kemudian mengalami kekambuhan dengan menunjukkan penyimpangan

perilaku ( Yakita, 2003 ).

Kebanyakan orang yang mengalami skizofrenia mendapatkan pengobatan

medis sampai simtom positif mereka hilang, kemudian dipulangkan ke rumah.

Kurang sekali ada upaya rehabilitasi yang lebih menyeluruh, yang sebenarnya

sangat dibutuhkan pasien dan keluarganya. Secara umum dapat dikatakan bahwa

keluarga masih kurang memiliki informasi-informasi yang adekuat tentang

skizofrenia, perjalanan penyakitnya, dan upaya rehabilitasi serta tata laksana

penanganannya dalam jangka panjang, dari sumber-sumber yang terpercaya. Bila

diperlukan, keluarga juga dapat mencari bantuan profesional dari pihak-pihak

yang terkait, seperti bidang medis, psikologi, dan kerohanian ( Arif, 2006 ).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka Penulis tertarik untuk meneliti

tentang hubungan dukungan keluarga dengan kekambuhan pasien skizofrenia

rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof DR Muhammad Ildem Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang di atas,maka yang menjadimasalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan

kekambuhan pasien skizofrenia rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof DR

Muhammad Ildrem Medan?

Universitas Sumatera Utara


7

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan

keluarga dengan kekambuhan pasien skizofrenia rawat jalan di Rumah

Sakit Jiwa Prof DR Muhammad Ildrem Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran dukungan emosional dengan kekambuhan

pasien skizofrenia rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof DR Muhammad

Ildrem Medan.

2. Untuk mengetahui gambaran dukungan informasional dengan

kekambuhan pasien skizofrenia rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof DR

Muhammad Ildrem Medan.

3. Untuk mengetahui gambaran dukungan nyata dengan kekambuhan pasien

skizofrenia rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Pprof DR Muhammad Ildrem

Medan.

4. Untuk mengetahui gambaran dukungan pengharapan dengan kekambuhan

pasien skizofrenia rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof DR Muhammad

Ildrem Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi pihak rumah sakit dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang

hubungan dukungan keluarga yang diharapkan mampu meningkatkan

kualitas pelayanan.

Universitas Sumatera Utara


8

2. Bagi kalangan akademik, dapat menambah ilmu pengetahuan kesehatan

masyarakat yang berkaitan dengan dukungan keluarga pasien skizofrenia

yang menjadi salah satu cara untuk mengurangi kekambuhan.

3. Sebagai bahan tambahan untuk meningkatkan pengetahuan serta wawasan

Penulis tentang penyakit skizofrenia yang menjadi salah satu syarat dalam

menyelesaikan studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skizofrenia

2.1.1 Pengertian Skizofrenia

Skizofrenia adalah sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum

diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis) yang luas, serta

sejumlah akibat yang tergantung pada pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.

Pasien dengan dkizofrenia umumnya ditandai dengan penyimpangan yang

fundamental dan karakteristik pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak

wajar atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya

tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang

kemudian (PPDGJ ke III, 1995).

Skizofrenia merupakan sindrom klinis yang paling membingungkan dan

melumpuhkan. Skizofrenia merupakan gangguan psikologis yang paling

berhubungan dengan pandangan populer tentang gila atau sakit mental. Hal ini

sering menimbulkan rasa takut, kesalahpahaman, dan penghukuman, bukannya

simpati dan perhatian. Skizofrenia menyerang jati diri seseorang, memutus

hubungan yang erat antara pemikiran dan perasaan serta mengisinya dengan

persepsi yang terganggu, ide yang salah, dan konsepsi yang tidak logis. Mereka

mungkin berbicara dengan nada yang mendatar dan menunjukkan sedikit ekspresi

(Mandal, Pandey, & Prasad, 1998 dalam Nevid, Rathus dan Greene, 2003).

Universitas Sumatera Utara


10

2.1.2 Gejala Klinis Skizofrenia

Gejala-gejala skizofrenia menurut Boeree (2013) dibagi menjadi 2

kelompok, yaitu gejala positif (positive symptoms) dan negatif (negative

symptoms).

1. Gejala Positif

a. Delusi/ waham, yaitu keyakinan yang keliru dikarenakan adanya distorsi

atau melebih-lebihkan pikiran atau kesalahan penafsiran terhadap persepsi

atau pengalaman. Delusi kemudian diikuti atau dilihat sebagai sesuatu

yang umum, seperti keyakinan-keyakinan akan komentar pada acara radio

atau televisi serta keyakinan di sebuah acara yang akan memberikan

pesan-pesan khusus secara langsung kepadanya.

b. Halusinasi, yaitu melebih-lebihkan persepsi pada indra seperti mendengar,

melihat, mencium sesuatu yang sebenarnya tidak ada.

c. Merasa ada seseorang yang ingin melawannya, mencoba mencelakai atau

mengikutinya, percaya pada makhluk asing yang mengikuti dan yakin

dirinya akan diculik/ dibawa ke planet lain.

d. Merasa dirinya orang besar, merasa serba mampu.

e. Kekacauan alam pikir yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya,

misalnya berbicara kacau sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.

2. Gejala Negatif

a. Alam perasaan (afek) tumpul dan mendatar, gambaran alam perasaan ini

dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.

Universitas Sumatera Utara


11

b. Menarik diri atau mengasingkan diri dari pergaulan sosial, tidak mau

bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun.

c. Kontak emosional tidak ada, sukar diajak bicara, pendiam.

d. Kehilangan dorongan atau kehendak dan tidak ada inisiatif, tidak ada

upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, monoton, tidak ingin apa-apa, dan

serba malas (kehilangan nafsu).

2.1.3 Klasifikasi Skizofrenia

1. Skizofrenia Paranoid

Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan

Jiwa ke III (1995), pedoman diagnosis skizofrenia paranoid dipenuhi oleh

diagnosis umum skizofrenia, sebagai tambahannya adalah:

a. Halusinasi dan/ waham harus menonjol; suara-suara halusinasi yang

mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa

bentuk verbal berupa bunyi peluit atau bunyi tawa; halusinasi pembauan

atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh,

halusinasi visual mungkin ada, tetapi jarang menonjol; waham dapat

berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan, dipengaruhi dan

keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas.

b. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala

katatonik secara relative tidak nyata atau menonjol. Selain itu, ada

diagnosis banding seperti epilepsi dan psikosis yang diinduksi oleh obat-

obatan, keadaan paranoid involusional dan paranoia. Jenis skizofrenia ini

sering dijumpai di negara mana pun. Simptom utamanya adalah adanya

Universitas Sumatera Utara


12

waham kejar atau kebesaran dimana individu merasa dikejar-kejar. Hal

tersebut terjadi karena segala sesuatu yang ditanggapi secara sensitif dan

egosentris seolah-olah orang lain akan berbuat buruk kepadanya.

Perjalanan penyakit ini dapat terjadi secara episodik, dengan remisi

sebagian atau sempurna, atau bersifat kronis. Pada kasus-kasus kronis,

gejala yang nyata menetap selama bertahun-tahun dan cenderung terjadi

pada usia yang lebih tua (DSM-IV-TR, 2000).

Kartono (2011) juga mengatakan bahwa penderita skizofrenia paranoid

umumnya terlihat lebih waras jika dibandingkan dengan penderita

skizofrenia jenis lainnya. Akan tetapi pada umumnya penderita bersifat

sangat bermusuhan terhadap siapa pun juga, merasa dirinya penting, sering

sangat fanatik secara berlebihan dan kadang kala bersifat ketakutan yang

luar biasa terhadap suatu penyakit yang dideritanya.

2. Skizofrenia Katatonik

Tipe ini biasanya muncul secara tiba-tiba, pada individu terjadi

stupor yang maksudnya individu diam, tidak mau berkomunkasi, berbicara

dengan suara mendatar, makan dan berpakaian harus dibantu, dan sikap

badannya tegang/ kaku. Apabila mata terbuka biasanya akan terpaku pada

satu titik, tidak berkedip dan tidak ada ekspresi (Prabowo, 2014).

Penderita skizofrenia katatonik akan bersifat negatif di mana penderita

tidak tertarik sama sekali terhadap sekelilingnya, tidak ada kontak sosial

dan membisu dalam waktu yang lama. Ada 2 subtipe (DSM-IV-TR, 2000),

yaitu:

Universitas Sumatera Utara


13

1) Subtipe stuppor, yaitu kehilangan semangat hidup dan senang diam

dalam posisi kaku tertentu sambil membisu dan menatap dengan

pandangan kosong, tampak acuh tak acuh, namun pada saat sadar

penderita ini dapat menceritakan segala sesuatu yang berlangsung

di sekitarnya. Ia sangat mudah dipengaruhi sehingga akan

mengikuti perintah atau meniru perbuatan orang lain (ekhopraksia)

umumnya bersifat negativistik (menolak membetulkan posisi

tubuhnya), menolak makan, membuang air seenaknya, keluar busa

dari mulutnya dan pikiran tampak kosong (Zan Pieter dan

Lumongga, 2010).

2) Subtipe aktif, berbicara dan berteriak-teriak tak karuan, berjalan

mondar mandir, melakukan aktifitas seksual secara terbuka, seperti

masturbasi, melukai tubuh sendiri, atau sebaliknya menyerang dan

mencoba membunuh orang lain (DSM-IV-TR, 2000).

3. Skizofenia Hebefrenik

Menurut Maslim (2013) untuk diagnosis hebefrenia yang

meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3

bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas, yaitu:

a. Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta

mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary),

dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan;

b. Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (innappropriate), sering

disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-

Universitas Sumatera Utara


14

satisfied), senyum sendiri (self-absorbed smilling), atau oleh sikap

tinggi hati (lofty manner), tertawa menyerigai (grimaces), (pranks),

keluhan hipokondriakal, dan ungkapan kata yang dilang-ulang

(reiterated phrases);

c. Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu

(rambling) serta inkoheren.

Gangguan afektif dan dorongan kehendak, gangguan proses pikir

umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya

tidak menonjol. Dorongan kehendak dan yang bertujuan hilang serta

sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku tujuan dan tanpa maksud. Adanya

suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama,

filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami

jalan pikiran pasien.

4. Skizofrenia Simpleks

PPDGJ ke III (1993) menjelaskan bahwa skizofrenia simpleks

adalah suatu kelainan yang tidak lazim di mana ada perkembangan yang

bersifat perlahan tetapi progresif mengenai keanehan tingkah laku,

ketidakmampuan untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan penurunan

kinerja secara menyeluruh. Tidak terdapat waham dan halusinasi, serta

gangguan ini bersifat kurang nyata psikotik jika dibandingkan dengan

jenis lainnya. Ciri-ciri “ negatif “ yang khas dari skizofrenia residual

(misalnya afek yang menumpul, hilangnya diorongan kehendak ), timbul

tanpa diketahui oelh gejala-gejala psikotik yang overt.

Universitas Sumatera Utara


15

Untuk mendiagnosa skizofrenia simpleks sulit dibuat secara

meyakinkan, karena tergantung pada pemastian perkembangan yang

berjalan perlahan, progresif dari gejala “ negatif “ yang khas dari

skizofrenia residual tanpa ada riwayat halusinasi, waham, atau maifestasi

lain tentang adanya suatu episodik psikotik sebelumnya, dan disertai

dengan perubahan-perubahan yang bermakna dari perilaku perorangan,

yang bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, kemalasan

dan penarikan diri secara sosial. Bersama dengan bertambahnya

kemunduran sosial, maka pasien dapat berkembang lebih lanjut menjadi

gelandangan (psikotik), pendiam, malas dan tanpa tujuan.

5. Skizofrenia Tak Tergolongkan (Undeferentiated)

Penderita skizofrenia tak tergolongkan mengalami delusi,

halusinasi, gangguan pikiran dan kekacauan berat, namun tidak cocok

dikategorikan ke dalam salah satu tipe paranoid, simpleks, katatonik,

hebefrenik, dan residual. Untuk mendiagnosa tipe ini harus memenuhi

gejala-gejala skizofrenia (PPDGJ III dalam Maslim, 2013).

6. Skizofrenia Residual

Suatu stadium kronis dalam perkembangan suatu gangguan

skizofrenik di mana telah terjadi progresi yang jelas dari stadium awal ke

stadium lebih lanjut yang ditandai secara khas oleh gejala-gejala negatif

jangka panjang (PPDGJ III dalam Maslim, 2013). Untuk suatu diagnosis

yang meyakinkan, persyaratan berikut harus dipenuhi:

Universitas Sumatera Utara


16

a. Gejala negatif skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan

psikomotor, aktivitas menuurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan

ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembiacaraan,

komunikasi nonverbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak

mata, modulasi suara dan sikap tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial

yang buruk.

b. Ada riwayat episode psikotik yang jelas di masa lampau yang

memenuhi kriteria diagnostik untuk skizofrenia.

c. Sudah melampui kurun waktu satu tahun di mana intensitas dan

frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah

berkurang dan telah timbul gejala negatif skizofrenia.

d. Tidak terdapat demensia atau penyakit maupun gangguan otak organik

lainnya.

7. Depresi Pasca Skizofreni

PPDGJ ke III (1993) menjelaskan bahwa pasien depresi pasca

skizofrenia adalah suatu episode depresif yang mungkin berlangsung lama

dan timbul sesudah suatu serangan penyakit skizofrenia. Beberapa gejala

skizofrenik harus tetap ada tetapi tidak lagi mendominasi gambaran

klinisnya. Gejala-gejala yang menetap ini dapat postif atau negatif.

Diagnosis hanya akan ditegakkan bila:

a. Pasien telah menderita penyakit skizofrenia yang memenuhi kriteria

umum selama 12 bulan terkahir.

b. Beberapa gejala skizofrenik masih tetap ada.

Universitas Sumatera Utara


17

Gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi

sedikitnya kriteria untuk suatu episode depresif dan telah ada untuk waktu

sedikitnya dua minggu. Apabila pasien tidak lagi mempunyai gejala

skizofrenik, diagnosis harus suatu episode depresif. Bila gejala skizofrenik

masih jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe

skizofrenia yang sesuai.

2.1.4 Patofisiologi Skizofrenia

Patofisiologi skizofrenia melibatkan sistem dopaminergik dan

serotonergik, penigkatan aktivitas sistem dopaminergik pada sistem mesolimbik

akan menimbulkan gejala positif. Sedangkan peningkatan aktivitas serotonergik

akan menurunkan aktivitas dopaminergik pada sistem mesocortis yang

menimbulkan gejala negatif ( Ikawati, 2014 ).

Peningkatan aktivitas fungsional dopeminergik khususnya di jalur

mesolimbik ditemukan pada penderita skizofrenia. Obat antipsikotik atipikal

bekerja sebahagian besar dengan menghambat dopamin sehingga mengalami efek

neurokimia. Terjadinya skizofrenia dikarenakan aktivitas dopamin berlebihan di

area limbik otak khususnya nukleus akumbens. Jalur dopamin mesolimbic di area

tegemental ventral dari batang otak ke terminal akson di area limbik otak, jalur ini

memiliki peran penting pada perilaku emosional, halusinasi pendengaran, waham

dan gangguan pikiran ( Bertram dan Katzung, 2004 ).

Universitas Sumatera Utara


18

2.2 Keluarga

2.2.1 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah kesatuan terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari anak

( Lubis, 2014). Lalu menurut Departemen Kesehatan (1998), keluarga adalah unit

terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang

yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

2.2.2 Struktur Keluarga

 Patrineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah dalam beberapa

generasi, di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

 Matrineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah dalam beberapa

generasi, di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

 Patrilokal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

 Matrilokal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

 Keluarga Kawin

Hubungan suami istri sebagai dasar pembinaan keluarga dan beberapa

sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan

dengan suami atau istri ( Setiadi, 2006 ).

Universitas Sumatera Utara


19

2.2.3 Tipe/ Bentuk Keluarga

Menurut Friedman (1998), ada beberapa tipe/ bentuk keluarga yaitu:

a. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari suami,

istri, dan anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama. Keluarga-

keluarga yang melakukan perkawinan yang pertama maupun keluarga-

keluarga dengan orang tua campuran atau orang tua tiri.

b. Keluarga besar (Exstended Family) adalah keluarga inti ditambah dengan

sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu,

paman, bibi, dan sebagainya. Suami istri sama-sama melakukan

pengaturan dan belanja rumah tangga. Anak-anak dibesarkan oleh

beberapa generasi dan memiliki pilihan terhadap model-model yang akan

menjadi pola perilaku bagi anak-anak.

c. Keluarga dengan orang tua tunggal (The Single-Parent) adalah keluarga

yang hanya ada satu orang kepala rumah tangga, ayah atau ibu. Keluarga

ini terjadi karena perceraian, kematian, atau ditinggalkan.

d. Bujangan dewasa yang hidup sendiri (The Single Adult Living Alone)

adalah orang dewasa yang hidup menyendiri dan tidak menikah.

e. Keluarga dengan orang tua tiri (The Step-Parent) adalah keluarga yang

memiliki orang tua tiri atau campuran.

f. Keluarga Binuklir (The Binuclear) adalah bentuk keluarga setalah cerai di

mana anak menjadi anggota dari suatu sistem keluarga yang terdiri dari

dua rumah tangga. Kedua orang tua yang berpisah mempunyai hak legal

Universitas Sumatera Utara


20

dan tanggung jawab yang sama atas anak di bawah umur tanpa

memandang penentuan tempat tinggal.

2.2.4 Fungsi Keluarga

Setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan dasar fisik, pribadi, dan

sosial yang berbeda. Menurut Friedman (1998) keluarga memiliki 5 fungsi dasar,

yaitu:

1. Fungsi Afektif

Fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu dan

mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

2. Fungsi Sosialisasi

Fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan

sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain

di luar rumah.

3. Fungsi Reproduksi

Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan

keluarga.

4. Fungsi Ekonomi

Fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat

untuk mengembangkkan kemampuan individu dalam meningkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5. Fungsi Perawatan

Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar

tetap memiliki produktivitas yang tinggi (Setiadi, 2009).

Universitas Sumatera Utara


21

2.2.5 Konsep Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan suatu proses hubungan antara keluarga

dengan lingkungan sosialnya (Friedman, 1998). Dukungan sosial adalah suatu

keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat

dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang dapat

dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwaada orang lain yang

memperhatikan, menghargai, dan mencintainya (Cohen & Syme, 1996 dalam

Setiadi, 2008). Anggota keluarga sangat membutuhkan dukungan dari

keluarganya karena hal ini akan membuat idividu tersebut merasa dihargai dan

anggota keluarga siap memberikan dukungan untuk menyediakan bantuan dan

tujuan hidup yang ingin dicapai individu (Friedman, 1998).

Komponen-komponen dukungan keluarga menurut Kohen dan MC Kay

(1984), dalam Niven (2000) adalah sebagai berikut:

1. Dukungan emosional

Memberikan pasien rasa nyaman, merasa dicintai meskipun saat

mengalami suatu masalah, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa

percaya, perhatian, sehingga individu yang menerimanya merasa berharga.

Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan

memberikan semngat kepada pasien yang dirawat di rumah atau di rumah

sakit jiwa. Jenis dukungan bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi

atau ekspresi. Yang termasuk dukungan emosional ini adalah ekspresi dari

empati, kepedulian, dan perhatian kepada individu. Memberikan perasaan

nyaman kepada individu, jaminan rasa memiliki, dan merasa dicintai saat

Universitas Sumatera Utara


22

mengalami masalah, bantuan dalam bentuk semangat, kehangatan

personal, cinta, dan emosi. Jika stres mengurangi perasaan seseorang akan

hal yang dimiliki dan dicintai, maka dukungan akan menghentikannya

sehingga akan dapat menguatkan kembali perasaan dicintai tersebut.

Apabila dibiarkan terus-menerus dan tidak terkontrol maka akan berakibat

hilangnya harga diri.

2. Dukungan informasional

Dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab

bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah yang

dihadapi pasien di rumah atau di rumah sakit jiwa, memberikan nasihat,

pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh

sesorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan

tempat, dokter, dan terapi yang baik bagi dirinya dan tindakan spesifik

bagi individu untuk melawan stressor. Pada dukungan informasi keluarga

sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi.

3. Dukungan nyata

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti

pelayanan, bantuan finansial dengan menyediakan dana untuk biaya

pengobatan, dan material berupa bantuan nyata (instrumental support/

material support), suatu kondisi di mana benda atau jasa akan mambantu

memecahkan masalah kritis, termasuk di dalamnya bantuan langsung

seperti saat seseorang membantu pekerjaan sehari-hari, menyediakan

informasi dan fasilitas, menjaga dan merawat saat sakit, serta dapat

Universitas Sumatera Utara


23

membantu menyelesaikan masalah. Pada dukungan nyata, keluarga

sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis. Meskipun sebenarnya,

setiap orang dengan sumber-sumber yang tercukupi dapat memberi

dukungan dalam bentuk uang atau perhatian yang bertujuan untuk proses

pengobatan. Akan tetapi, dukungan nyata akan lebih efektif bila dihargai

oleh penerima dengan tepat. Pemberian dukungan nyata akan berakibat

pada perasaan ketidakadekuatan dan perasaan berhutang, malah akan

manambah stres individu.

4. Dukungan pengharapan

Dukungan pengharapan merupakan dukungan dorongan dan

motivasi yang diberikan keluarga kepada pasien. Dukungan ini merupakan

dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap

individu. Pasien mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang

masalah mereka, terjadi melalui ekspresi penghargaan positif kepada

pasien, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan pasien.

Dukungan keluarga ini dapat membantu meningkatkan strategi koping

pasien dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang

berfokus pada aspek-aspek positif. Dalam dukungan pengharapan,

kelompok dukungan dapat mempengaruhi persepsi pasien akan ancaman.

Dukungan keluarga dapat membantu pasien mengatasi masalah dan

mengidentifikasikan kembali situasi tersebut sebagai ancaman kecil dan

keluarga bentindak sebagai pembimbing dengan memberikan umpan balik

dan mampu membangun harga diri pasien.

Universitas Sumatera Utara


24

2.3 Kekambuhan

2.3.1 Pengertian Kekambuhan

Kekambuhan merupakan keadaan pasien di mana muncul gejala yang

sama seperti sebelumnya dan mengakibatkan pasien harus dirawat kembali

(Andri, 2008). Keadaan sekitar atau lingkungan yang penuh stres dapat memicu

pada orang-orang yang mudah terkena serangan skizofrenia, di mana dapat

ditemukan bahwa orang-orang yang mengalami kekambuhan lebih besar

kemungkinannya daripada orang-orang yang tidak mengalami kejadian-kejadian

buruk dalam kehidupan mereka.

2.3.2 Faktor-Faktor Penyebab Kekambuhan

Pasien dengan diagnosa skizofrenia diperkirakan akan kambuh 50% pada

tahun pertama, 70% pada tahun kedua (Sullinger, 1998), dan 100% pada tahun

kelima setelah pulang dari rumah sakit (Carson & Ross, 1987).

Menurut Sullinger (1998 dalam Keliat, 1996) ada 4 faktor penyebab

pasien kembuh dan perlu dirawat kembalidi rumah sakit jiwa, yaitu:

a. Pasien

Secara umum bahwa pasien yang minum obat secara tidak teratur

mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Hasil penelitian menunjukkan

25% sampai 50% pasien skizofrenia yang pulang dari rumah sakit jiwa

tidak memakan obat secara teratur (Appleton, dalam Keliat 1996). Pasien

kronis, khususnya skizofrenia sukar mengikuti aturan minum obat karena

adanya gangguan realitas dan ketidakmampuan dalam mengambil

keputusan. Di rumah sakit perawat bertanggung jawab dalam pemberian

Universitas Sumatera Utara


25

atau pemantauan dalam pemberian obat, sedangkan di rumah tugas

perawat digantikan oleh keluarga.

b. Dokter

Minum obat yang teratur dapat mengurangi kekambuhan, namun

pemakaian obat neuroleptik yang lama dapat menimbulkan efek samping

yang mangganggu hubungan sosial seperti gerakan yang tidak terkontrol.

Pemberian obat oleh dokter diharapkan sesuai dengan dosis terapeutik

sehingga dapat mencegah kekambuhan.

c. Penanggung jawab pasien (Case Manager)

Setelah pasien pulang ke rumah, maka penanggung jawab kasus

mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk bertemu dengan pasien,

sehingga dapat mengidentifikasi gejala dini pasien dan segera mengambil

tindakan.

d. Keluarga

Ekspresi emosi yang tinggi dari keluarga diperkirakan menyebabkan

kekambuhan yang tinggi pada pasien. Hal ini adalah pasien mudah

dipengaruhi oleh stres yang menyenangkan maupun menyedihkan.

Keluarga mempunyai tanggung jawab yang penting dalam proses

perawatan di rumah sakit jiwa, persiapan pulang dan perawatan di rumah

agar adaptasi klien berjalan dengan baik. Kualitas dan efektifitas perilaku

keluarga akan membantu proses pemulihan kesehatan pasien sehingga

status pasien meningkat.

Universitas Sumatera Utara


26

2.4 Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga (Purnawan, 2008 & Friedman,

1998).

Faktor internal

 Tahap perkembangan
 Pendidikan atau tingkat
pengetahuan Dukungan keluarga dalam
 Faktor emosi perawatan pasien:
 Faktor spiritual
 Dukungan emosional
 Dukungan
Faktor internal informasional
 Dukungan nyata
 Praktik di keluarga
 Dukungan pengharapan
 Faktor sosioekonomi
 Faktor latar belakang
budaya

2.5 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen


Dukungan keluarga

 Emosional

 Informasional

 Nyata Kekambuhan

 Pengharapan

Universitas Sumatera Utara


27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain Cross

Secctional Study yaitu suatu rancangan penelitian yang mempelajari dinamika

korelasi dan asosiasi antara variabel independen (dukungan emosional,

informasional, nyata, dan pengharapan) dengan variabel dependen (kekambuhan)

dan menggunakan uji Chi Square.

3.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad Ildrem Medan.

3.2.2 Waktu

Penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari - April 2017.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga pasien skizofenia

yang sedang menjalani rawat jalan di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Prof Dr

Muhammad Ildrem Medan. Berdasarkan data yang didapat bahwa rata-rata jumlah

pasien skizofrenia di rumah sakit jiwa tersebut pada Bulan Desember tahun 2016

adalah berjumlah 233 orang.

Universitas Sumatera Utara


28

3.3.2 Sampel

a. Besar Sampel

Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah data jumlah

pasien skizofrenia rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad

Ildrem Medan pada Bulan Desember 2016. Jumlah sampel diperoleh dengan

menggunakan rumus Lemeshow, sebagai berikut:

n= ²
Z . P (P-1). N

d². (N-1) + Z². P (P-1)

Keterangan:

N = Ukuran populasi

n = Ukuran sampel

d = Galat pendugaan (0,1)

Z = Tingkat kepercayaan (95% = 1,96)

P = Proporsi populasi (0,5)

Jadi, n = 1,96². 0,5 (1-0,5). (233)

0,1². (233) + 1,96². 0,5 (1-0,5)

= 68 reponden.

b. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik “Accidental

Sampling “.

Universitas Sumatera Utara


29

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer berupa kuesioner yang digunakan dengan metode wawancara

padakeluarga pasien skizofrenia rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr

Muhammad Ildrem Medan.

3.4.2Data Sekunder

Data sekunder berupa data jumlah pengunjung pasien skizofrenia rawat

jalan pada Bulan Desember tahun 2016 di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad

Ildrem Medan.

3.5 Teknik Pengolahan Data

Seluruh data yang terkumpul,baik berupa data primer maupun sekunderdiolah

melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Menyunting (data editing)

Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data seperti

kelengkapan pengisisan, kesalehan pengisian, konsitensi pengisian seiap

jawaban kuesioner.

2. Mengkode data (data coding)

Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah dikumpulkan

untuk memudahkan dalam pengolahan lebih lanjut.

3. Memasukkan data (data entry)

Memasukkan data dalam pengolahan software komputer berdasarkan

klarifikasi.

4. Membersihkan data (data cleaning)

Universitas Sumatera Utara


30

Pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan untuk memastikan data

tersebut tidak ada yang salah, sehingga data tersebut telah siap diolah dan

dianalisis.

3.6 Definisi Operasional

Dukungan Keluarga adalah cara atau upaya keluarga melalui tindakan

yang diberikan keluarga kepada anggota keluarga yang sedang mangalami

skizofrenia dalam upaya mengurangi kekambuhan yang berobat jalan di Rumah

Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad Ildrem medan, dukungan keluarga dapat dibagi

atas:

1. Dukungan emosional yaitu memberikan perasaan tenang pada pasien,

memberi perhatian pada pasien, dan memberikan kepercayaan pada

pasien.

2. Dukungan informasional yaitu memberi solusi saat pasien ada masalah,

memberi informasi tempat pengobatan tepat pada pasien, dan memberi

pengarahan atau nasehat pada pasien.

3. Dukungan nyata yaitu memberi dukungan dalam bentuk jasmaniah.

4. Dukungan pengharapan yaitu memberi motivasi, memberi diri untuk

mendengar keluh kesah pasien dan memberi penghiburan.

Kekambuhan adalah suatu keadaan pasiendi mana muncul gejala yang

sama setelah dinyatakan pernah sembuh dan diharuskan untuk kontrol kembali ke

Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad Ildrem Medan.

Universitas Sumatera Utara


31

3.7 Analisa Data

3.7.1 Univariat

Bertujuan untuk menjelaskan karakteristik masing variabel yang diteliti,

baik variabel dependen maupun variabel independen dengan menjelaskan angka

atau nilai dari tabel distribusi frekuensi.

3.7.2 Bivariat

Bertujuan untuk menghubungkan dukungan keluarga dengan kekambuhan

pasien skizofrenia rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad Ildrem

Medan. Oleh karena itu, uji analisis menghubungkan dukungan keluarga dengan

kekambuhan pasien.dengan menggunakan uji chi square digunakan untuk

menguji hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Untuk

mengambil keputusan uji, digunakan derajat kemaknaandengan ketentuan

bermakna apabila p value <0,05 dan tidak bermakna apabila p value>0,05.

3.8 Aspek Pengukuran

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner yang terdiri atas 3 bagian, yaitu lembar pertama mengisi data

demografi, lembar kedua mengenai dukungan keluarga, dan lembar ketiga

mengenai kekambuhan pasien.

3.8.1 Data Demografi

Kuesioner data demografi digunakan untuk mengkaji data demografi

responden yang meliputi umur, jenis kelamin, hubungan keluarga dengan pasien,

agama, suku, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, lama pasien menderita

skizofrenia.

Universitas Sumatera Utara


32

3.8.2 Dukungan Keluarga

Aspek pengukuran dengan membuat skala Guttman. Kuesioner dukungan

keluarga terdiri dari 24 pertanyaan.

1. Dukungan emosional mempunyai alternatif jawaban “ya” dan “tidak”.

Pada setiap masing-masing pertanyaan, jika pasien menjawab “ya” maka

diberi skor 1, dan jika pasien menjawab “tidak” maka diberi skor 0.

Dukungan emosional dikategorikan “tidak baik” jika memiliki skor 0-3

dan dukungan dikategorikan “baik” jika memiliki skor > 3.

2. Dukungan informasional mempunyai alternatif jawaban “ya” dan “tidak”.

Pada setiap masing-masing pertanyaan, jika pasien menjawab “ya” maka

diberi skor 1, dan jika pasien menjawab “tidak” maka diberi skor 0.

Dukungan informasional dikategorikan “tidak baik” jika memiliki skor 0-3

dan dukungan dikategorikan “baik” jika memiliki skor > 3.

3. Dukungan nyata mempunyai alternatif jawaban “ya” dan “tidak”. Pada

setiap masing-masing pertanyaan, jika pasien menjawab “ya” maka diberi

skor 1, dan jika pasien menjawab “tidak” maka diberi skor 0. Dukungan

nyata dikategorikan “tidak baik” jika memiliki skor 0-3 dan dukungan

dikategorikan “baik” jika memiliki skor > 3.

4. Dukungan pengharapan mempunyai alternatif jawaban “ya” dan “tidak”.

Pada setiap masing-masing pertanyaan, jika pasien menjawab “ya” maka

diberi skor 1, dan jika pasien menjawab “tidak” maka diberi skor 0.

Dukungan pengharapan dikategorikan “tidak baik” jika memiliki skor 0-3

dan dukungan dikategorikan “baik” jika memiliki skor > 3.

Universitas Sumatera Utara


33

3.8.3 Kekambuhan

Pengukuran kekambuhan dengan menggunakan kuesioner dengan 2

alternatif pilihan jawaban, yaitu “ya” dan “tidak”.

Universitas Sumatera Utara


34

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad Ildrem

Medan.

Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Medan adalah

satu-satunya rumah sakit jiwa pemerintah yang ada di Provinsi Sumatera Utara

yang memiliki kemampuan pelayanan diklasifikasi kelas “A” dengan sifat

kekhususannya dikategorikan dengan Tipe “B”. Selain melaksanakan pelayanan

kesehatan jiwa, Badan Layanan Umum Daerah RSJ Medan juga

menyelenggarakan pendidikan yang meliputi Akademi Keperawatan, S1

Kedokteran dan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) yang masing-

masing bekerja sama dengn institusi pendidikan kesehatan se-Sumatera Utara.

Dengan kemampuan yang dimiliki, saat ini Badan Layanan Umum Daerah RSJ

Medan juga merupakan RSJ rujukan bagi rumah sakit lain yang ada di Provinsi

Sumatera Utara dan bagi rumah sakit lain di pulau sumatera.

4.1.1 Visi, Misi, Motto, dan Janji Badan Pelayanan Umum Daerah Rumah

Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad ldrem Medan.

a. Visi

Visi Badan Layanan Umum Daerah RSJ Medan adalah menjadikan

pelayanan kesehatan jiwa yang terbaik secara professional untuk kepuasan

masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


35

b. Misi

1. Melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa dan fisik yang terpadu.

2. Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan gangguan jiwa dan

masalah psikososial masyarakat.

3. Menyediakan dan mengembangkan fasilitas pendidikan, pelatihan, dan

penelitian dalam bidang pelayanan kesehatan jiwa.

4. Meningkatkan upaya profesionalisme dan sumber daya manusia melalui

pengembangan filosofi, keterampilan, dan etika profesi.

c. Motto

Motto Badan Layanan Umum Daerah RSJ Medan adalah “HORAS”, yaitu

Harmonis, Objektif, Rapi, Aman, dan Sigap. Sedangkan janji pelayanan Badan

Layanan Umum Daerah RSJ Medan adalah kami siap memberikan pelayanan

kesehatan jiwa dan fisik setiap hari.

4.1.2 Jenis Pelayanan Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad Ildrem

Medan.

Adapun jenis pelayanan yang terdapat di Badan Layanan Umum RSJ Prof

Dr Muhammad Ildrem Medan antara lain:

a. Unit Gawat Darurat

b. Rawat Jalan dan Rawat Inap

c. Rehabilitasi Medik

d. Gangguan Mental Organik

e. Anak dan Remaja

f. Pemeriksaan Kesehatan Jiwa

Universitas Sumatera Utara


36

g. Psikologi dan Fisioterapi

h. Rekam Otak/ Brain Mapping

i. Lanjut Usia/ Geriatri

j. Poli Gigi

k. Lab Klinik

l. Ketergantungan Obat/ Narkoba

m. Apotek

n. Radiologi dan Poli Umum

4.1.3 Ketenagaan Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad Ildrem Medan.

Tabel 4.1 Ketenagaan di Badan Layanan Umum RSJ Prof Dr M.Ildrem


Medan.

Jumlah (n)
No. Ketenagaan
1. Ahli Jiwa 6
2. Neurolog 1
3. Dokter Umum 18
4. Psikolog 4
5. Perawat D3 80
6. Perawat S1 38
7. Perawat SPK 15
8. Perawat SPKSJ 2
9. Perawat SPRB 2
10. Perawat Bidan 4
11. Perawat Gigi 2
12. Apoteker 3
13. Dokter Gigi 5
14. Sarjana Lainnya 9
15. Pegawai Non Perawat 85
Total 277

Universitas Sumatera Utara


37

4.2 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dari

masing-masing variabel, yaitu data demografi (jenis kelamin, agama, suku,

pendidikan, pekerjaan, umur, penghasilan, umur, dan lama menderita), dukungan

keluarga (emosional, informasional, nyata, dan pengharapan), dan kekambuhan.

4.2.1 Demografi Responden

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden


Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Responden
Jenis Kelamin
Laki-laki 28 41,2
Perempuan 40 58,8
Agama
Islam 43 63,2
Khatolik 12 17,6
Protestan 13 19,1
Suku
Batak 42 61,8
Jawa 19 27,9
Melayu 7 10,3
Pendidikan
SD 13 19,1
SMP 31 45,6
SMA 16 23,5
Sarjana 7 10,3
Tidak sekolah 1 1,5
Pekerjaan
Petani 13 19,1
Nelayan 5 7,4
Pegawai Negeri 1 1,5
Pegawai Swasta 3 4,4
Wiraswasta 46 67,6
Umur
16-25 3 4,4
26-35 12 17,6
36-45 17 25,0
46-55 14 20,6
56-65 12 17,6
>65 10 14,7
Penghasilan

Universitas Sumatera Utara


38

< Rp. 800.000 40 58,8


Rp. 800.000- 1.500.000 23 33,8
>Rp. 1.500.000 5 7,4
Hubungan
Ayah 9 13,2
Ibu 8 11,8
Anak 22 32,4
Suami 8 11,8
Istri 5 7,4
Adik 10 14,7
Kakak 6 8,8
Lama Menderita
<1 tahun 20 29,4
>1 tahun 48 70,6

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, bahwa dari 68 responden, terdapat jenis

kelamin perempuan sebanyak 40 orang (58,8%) dan jenis kelamin laki-laki

sebanyak 28 orang (41,2%).Agama responden yang tertinggi adalah Agama Islam,

yaitu terdapat 43 orang (63,2%), dan yang terendah adalah Agama Khatolik

sebanyak 12 orang (17,6%).Responden yang memiliki suku Batak memiliki

urutan yang tertinggi, yaitu sebanyak 42 orang (61,8%), dan Suku Melayu

terendah sebanayak 7 orang (10,3%).

Pendidikan responden yang tertinggi sebanyak 31 orang (45,6%) , dan

tidak sekolah berjumlah 1 orang (1,5%).Pekerjaan responden yang tertinggi dalam

penelitian ini adalah sebagai wiraswasta sebanyak 46 orang (67,6%), dan urutan

paling rendah adalah sebagai pegawai negeri sebanyak 1 orang (1,5%).Umur

responden36-45 tahundan 3 orang (4,4%) adalah berumur 16-25 tahun.

Penghasilan keluarga < Rp. 800.000 sebanyak 40 orang (58,8%), dan

responden yang berpenghasilan > Rp.1.500.000 berjumlah 5 orang

Universitas Sumatera Utara


39

(7,4%).Hubungan responden dengan pasien adalah sebagai anak berjumlah 22

orang (32,4%), dan sebagai istri sebanyak 5 orang (7,4).Pasien skizofrenia yang

mengikuti rawat jalan di rumah sakit jiwa mempunyai riwayat>1 tahun sebanyak

48 orang (70,6%) dan <1 tahun sebanyak 20 orang (29,4).

4.2.2 Dukungan Keluarga

Berikut ini akan disajikan data mengenai dukungan keluarga yang terdiri

dari 4 bagian, yaitu dukungan emosional, dukungan informasional, dukungan

nyata, dan dukungan pengharapan pada pasien skizofrenia.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Emosional

Ya Tidak Total
No. Pernyataan (%)
n % n %
1. Keluarga mengingatkan pasien 28 41,2 4058,8 100%
untuk tidur tidak terlalu malam
2. keluarga mengikutsertakan 28 41,2 4058,8 100%
pasien dalam diskusi ringan
keluargaa
3. keluarga mengajak pasien 28 41,2 4058,8 100%
beraktifitas ketika melamun
4. keluarga mengajak pasien 31 45,6 3754,4 100%
untuk mengunjungi lingkungan
sekitar rumah
5. keluarga menegur pasien saat 26 38,2 4261,8 100%
pasien menarik diri dari
lingkungan
6. Keluarga sering mengajak 2942,6 39 57,4 100%
pasien cerita bersama

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, terlihat bahwa keluarga tidak menegur

pasien saat pasien menarik diri dari lingkungan adalah sebanyak 42 orang

(61,8%), dan keluarga tidak mengajak pasien untuk mengunjungi lingkungan

sekitar rumah sebanyak 37 orang (54,4%).

Universitas Sumatera Utara


40

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Dukungan Informasional

No. Pernyataan Ya Tidak Total


n % n % (%)
1. Keluarga memberikan jawaban 22 32,4 46 67,6 100%
ketika pasien bertanya
2. Keluarga mengklarifikasi jika 21 30,9 47 69,1 100%
pasien halusinasi yang
menyebabkan pasien takut
3. Keluarga menunjukkan tempat 35 51,5 33 48,5 100%
yang tepat bagi pengobatan
pasien
4. Keluarga menjelaskan maksud 28 41,2 40 58,8 100%
dari acara televisi saat pasien
menonton
5. Keluarga menjelaskan kepada 25 36,8 43 63,2 100%
pasien bagaimana
perkembangan kesehatan
pasien setelah kontrol dari
rumah sakit
6. keluarga memberitahu kepada 28 41,2 40 58,8 100%
pasien pesan dokter untuk
pasien agar terjadi peningkatan
perkembangan ke depan bagi
pasien

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, keluarga tidak mengklarifikasi jika pasien

berhalusinasi dan bertanya maksud dari halusinasinya yang menyebabkan pasien

takut sebanyak 47 orang (69,1%). Keluarga juga tidak menjelaskan maksud dari

acara televisi kepada pasien saat menonton acara televisi sebanyak 40 orang

(58,8%). Selain itu, keluarga tidak menjelaskan kepada pasien pesan dokter agar

terjadi peningkatan perkembangan ke depan bagi pasien sebanyak 40 orang

(58,8%).

Universitas Sumatera Utara


41

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Dukungan Nyata

No. Pernyataan Ya Tidak Total


n % n % (%)
1. Keluarga menyediakan biaya 30 44,1 38 55,9 100%
selama pengobatan
2. Keluarga memfasilitasi 3247,1 36 52,9 100%
transportasi yang dibutuhkan
selama kontrol ke rumah sakit
3. Keluarga menyediakan 27 39,7 41 60,3 100%
kebutuhan sehari-hari, seperti
makanan dan minuman
4. Keluarga menyediakan waktu 21 30,9 47 69,1 100%
untuk menemani pasien kontrol
ke rumah sakit
5. Keluarga mengingatkan pasien 22 32,4 46 72,1 100%
untuk minum obat
6. Keluarga menyediakan waktu 19 27,9 49 72,1 100%
untuk menjaga pasien jika
pasien sakit

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, keluarga tidak menyediakan waktu untuk

menjaga pasien ketika pasien sakit sebanyak 49 orang (72,1%) dan keluarga tidak

menyediakan biaya selama pengobatan sebanyak 38 orang (55,9%).

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Pengharapan

No. Pernyataan Ya Tidak Total


n % n % (%)
1. Keluarga selalu memotivasi 27 39,7 41 60,3 100%
pasien untuk melakukan
tindakan yang telah dianjurkan
oleh dokter di rumah sakit
2. Keluarga membimbing pasien 27 39,7 41 60,3 100%
untuk bisa bekerja semestinya
3. Keluarga membantu pasien 28 41,2 40 58,8 100%
untuk melakukan kegiatan
sesuai kemampuan pasien
4. Keluarga mengajak pasien 28 41,2 40 58,8 100%
untuk mengikuti kegaiatan
keagamaan

Universitas Sumatera Utara


42

5. Keluarga mengajak pasien ke 25 36,8 43 63,2 100%


tempat wisata
6. Keluarga mengajak pasien 28 41,2 40 58,8 100%
untuk melakukan kegiatan
sesuai hobinya

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, keluarga tidak mengajak pasien ke tempat

wiasata sebanyak 43 orang (63,2%), keluarga tidak membantu pasien untuk

melakukan kegiatan sesuai kemampuan pasien sebanyak 40 orang (58,8%),

keluarga tidak mengajak pasien untuk mengikuti kegiatan keagamaan sebanyak

40 orang (58,8), dan keluarga tidak mengajak pasien untuk melakukan kegiatan

sesuai hobinya sebanyak 40 orang (58,8%).

4.2.3 Kekambuhan

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kekambuhan

No. Kekambuhan Frekuensi Persentase (%)

1. Kambuh 58 85,3
2. Tidak kambuh 10 14,7
Total 68 100%

Menurut tabel 4.7 di atas, dari penelitian 68 pasien skizofrenia terdapat 58

orang (85,3%) yang mengalami kekambuhan dan 10 orang (14,7%) tidak

mengalami kekambuhan.

4.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel

independen yaitu dukungan emosional, dukungan informasional, dukungan nyata,

dukungan pengharapan dengan variabel dependen yaitu kekambuhan pasien rawat

jalan. Pengujian analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square.

Universitas Sumatera Utara


43

Alasan pemilihan analisis uji Chi Square disebabkan variabel independennya

kategorik dan variabel dependennya juga kategorik. Analisis ini dikatakan

bermakna (signifikan) bila hasil analisis menunjukkan adanya hubungan

bermakna secara statistik antara variabel, yaitu dengan nilai p < 0,05.

4.3.1 Hubungan Dukungan Emosional dengan Kekambuhan

Tabel 4.8 Hasil Hubungan Dukungan Emosional dengan Kekambuhan


Pasien Skizofrenia Rawat Jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr M.Ildrem
Medan
No Dukungan Kekambuhan
Emosional KambuhTidak Kambuh
n %n % n Total P
1 Tidak Baik 47 92 4 8,0 51 100 0,006
2. Baik 11 65 6 35 17 100

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, ada 51 responden yang memberikan

dukungan emosional tidak baik dengan kambuh sebanyak 47 orang dan tidak

kambuh sebanyak 4 orang.

Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p= 0,006, artinya

ada hubungan yang signifikan antara dukungan emosional dengan kekambuhan

pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad Ildrem Medan.

4.3.2 Hubungan Dukungan Informasional dengan Kekambuhan

Tabel 4.9 Hasil Hubungan Dukungan Informasioal dengan Kekambuhan


Pasien Skizofrenia Rawat Jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad
Ildrem Medan

No. Dukungan Kekambuhan


Informasional Kambuh Tidak Kambuh
n % n % n Total P
1. Tidak Baik 47 92 4 8,0 51 100 0,006
2. Baik 11 65 6 35 17 100

Universitas Sumatera Utara


44

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, 51 responden memberikan dukungan

informasional tidak baik dengan kambuh sebanyak 47 orang dan tidak kambuh

sebanyak 4 orang.

Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p= 0,006, artinya

ada hubungan yang signifikan antara dukungan informasional dengan

kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad Ildrem

Medan.

4.3.3 Hubungan Dukungan Nyata dengan Kekambuhan

Tabel 4.10 Hasil Hubungan Dukungan Nyata dengan Kekambuhan Pasien


Skizofrenia Rawat Jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad Ildrem
Medan

No. Dukungan Kekambuhan


Nyata Kambuh Tidak Kambuh
n % n % n Total P
1 Tidak Baik 55 91,7 5 8,3 60 100 0,000
2. Baik 3 37,5 5 62,5 8 100

Berdasarkan tabel 4.10 di atas, 60 responden memberikan dukungan nyata

tidak baik dengan kambuh sebanyak 55 orang dan tidak kambuh sebanyak 5

orang.

Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square didapat nilai

p=0,000, artinya ada hubungan yang signifikan antara dukungan nyata dengan

kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad Ildrem

Medan.

Universitas Sumatera Utara


45

4.3.4 Hubungan Dukungan Pengharapan dengan Kekambuhan

Tabel 4.11 Hasil Hubungan Dukungan Pengharapan dengan


Kekambuhan Pasien Skizofrenia Rawat Jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr
Muhammad Ildrem Medan

No. Dukungan Kekambuhan


Pengharapan Kambuh Tidak Kambuh
n % n % n Total P
1. Tidak Baik 44 92 4 8 48 100 0,022
2. Baik 14 70 6 30 20 100

Berdasarkan tabel 4.11 di atas, 48 responden memberikan dukungan

pengharapan tidak baik dengan kambuh sebanyak 44 orang dan tidak kambuh

sebanyak 4 orang.

Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square didapat nilai p=

0,022, artinya ada hubungan yang signifikan antara dukungan pengharapan

dengan kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad

Ildrem Medan.

Universitas Sumatera Utara


46

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kekambuhan Pasien

Skizofrenia Rawat Jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad Ildrem

Medan

Dukungan keluarga merupakan suatu proses hubungan antara keluarga

dengan lingkungan sosialnya. Anggota keluarga sangat membutuhkan dukungan

dari keluarganya karena hal ini akan membuat individu tersebut merasa dihargai

dan anggota keluarga siap memberikan dukungan untuk menyediakan bantuan

dan tujuan hidup yang ingin dicapai individu (Friedman, 1998). Komponen

dukungan menurut Kohen dan MC Kay (1984) adalah dukungan emosional,

dukungan informasional, dukungan nyata, dan dukungan pengharapan.

5.1.1 Hubungan Dukungan Emosional dengan Kekambuhan Pasien

Skizofrenia Rawat Jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad Ildrem

Medan

Dukungan emosional yang diteliti dalam penelitian ini adalah dukungan

yang memberikan perasaan tenang pada pasien, memberi perhatian pada pasien,

dan memberikan kepercayaan pada pasien.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa mayoritas keluarga

memberi dukungantidak baik yaitu sebanyak 51 orang. Hal ini menunjukkan

bahwa keluarga belum optimal memberikan pasien rasa nyaman, pasien merasa

dicintai meskipun saat mengalami masalah dalam bentuk semangat, empati, rasa

Universitas Sumatera Utara


47

percaya, perhatian yang membuat individu merasa dihargai. Sehingga hal ini

menyebabkan terjadinya kekambuhan pada pasien.

Menurut hasil kuesioner yang telah didapat bahwa ada sebanyak 42orang

(61,8%) keluarga yang tidak menegur pasien saat pasien menyendiri dan 40 orang

(588%) keluarga yang tidak mengajak pasien beraktifitas ketika pasien melamun.

Jika dilihat dari hasilnya, keluarga perlu memikirkan cara untuk mengatasi

beberapa hal yang bisa saja mengurangi intensitas pasien untuk menyendiri.

Kegiatan sehari-hari yang membuat pasien merasa nyaman dan mengurangi

gelisah. Kegiatan tersebut berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Pasien

perlu mengenali kegiatan atau suasana yang selama ini diketahuinya mampu

membuat jiwanya tentram dan mengurangi kegelisahannya.

Salah satu faktor penyebab skizofrenia menurut Isaacs (2005) adalah

faktor psikologis. Faktor psikologis tersebut dapat dijelaskan melalui teori

perkembangan dan teori keluarga. Teori perkembangan menyatakan bahwa

kurangnya perhatian yang hangat dan kasih sayang di masa-masa awal kehidupan

menyebabkan kurangnya identitas diri, salah interpretasi terhadap realitas,

menarik diri dari lingkungan sekitar. Menurut teori keluarga, bagian fungsi

keluarga yang berkaitan dengan peran keluarga dalam munculnya skizofrenia

adalah keluarga yang sangat mengekspresikan emosi. Berdasarkan faktor tersebut,

terlihat jelas bahwa psikologi keluarga kesehariannya dapat mempengaruhi

kondisi pasien yang secara umum membutuhkan hangatnya penghargaan dari

keluarga. Sebagai seorang individu, pasien juga mempunyai kebutuhan untuk

dihargai, diperhatikan, dicintai, dan kebutuhan memberikan kontribusi di

Universitas Sumatera Utara


48

lingkungan sekitar. Kebutuhan-kebutuhan ini akan terpenuhi jika ada interaksi

antara pasien dengan keluarga.

5.1.2 Hubungan Dukungan Informasional dengan Kekambuhan Pasien

Skizofrenia Rawat Jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad Ildrem

Medan

Dukungan informasional yang diteliti dalam penelitian ini adalah meliputi

jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama. Pada dukungan ini keluarga

sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi, termasuk di dalamnya

memberikan solusi dari masalah yang dihadapi pasien di rumah atau di rumah

sakit jiwa, memberikan nasihat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa

yang dilakukan oleh seseorang, menyarankan tempat, dokter, dan kebutuhan

ekonomi.

Keberadaan keluarga sebagai sumber informasi utama bagi pasien

diharapkan dapat menjadi pengganti petugas pelayanan kesehatan di rumah.

Informasi yang didapat dari pihak petugas pelayanan kesehatan harus

disampaikan kepada pasien agar pasien mengerti kondisinya sendiri. Selain itu,

pasien juga bisa belajar dan menambah pengetahuannya. Melalui pengetahuan

yang sudah ia dapatkan, ke depannya itu dapat memacu pasien untuk secara

perlahan belajar menyeimbangkan cara berfikirnya.

Berdasarkan hasil bivariat yang telah diteliti bahwa secara keseluruhan

keluarga memberikan dukungan tidak baik sebanyak 51 orang. Hasil ini

menunjukkan bahwa keluarga harus lebih memfokuskan diri pada perkembangan

pasien. Termasuk memberikan penjelasan atau klarifikasi jika pasien

Universitas Sumatera Utara


49

berhalusinasi yang menyebabkan pasien takut. Menurut hasil kuesioner yang telah

diberikan pada keluarga yang menjadi responden bahwa keluarga yang tidak

menjelaskan kepada pasien maksud dari halusinasi memiliki nilai tertinggi pada

dukungan ini dengan sebanyak 47 orang. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Gunawan (2004) bahwa halusinasi tidak bisa mencelakakan seseorang. Suara-

suara tersebut tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya saja, karena suara itu tahu

segalanya tentang penderita, seolah-olah berasal dari suara manusia super atau

kekuatan super, maka penderita gangguan jiwa sering dengan terpaksa menuruti

kata-kata atau perintah tersebut. Kadang-kadang suara-suara tersebut

memerintahkan penderita untuk mengerjakan sesuatu yang bisa mencelakakan

dirinya atau orang lain. Perintah ini sering membuat penderita menjadi gelisah

atau ketakutan. Untuk itu ada beberapa cara mengatasinya yang diharapkan

keluarga dapat menjelaskannya kepada pasien agar pasien secara perlahan dapat

mengatasinya dengan sendirinya jika pasien berhalusinasi. Caranya adalah dengan

mengalihkan perhatian pasien. Beberapa kegiatan dapat pasien lakukan yaitu

dengan berbicara, bersenandung, bernyanyi, menelepon, melakukan hobi,

berolahraga, melihat televisi, dan hal-hal lainnya. Selanjutnya cara mengatasinya

dengan menerima dan memahaminya. Keluarga memberikan pemahaman kepada

pasien tentang mempelajari suara atau penglihatan yang dirasakan pasien. Setelah

pasien paham, maka dilakukann strategi untuk mengatasi dan mengendalikannya.

Hal yang paling penting adalah keluarga menjelaskan pada pasien kapan saja

halusinasi itu datang, apakah saat pasien merasa gelisah atau ketika menyendiri.

Ketika strategi telah ditemukan, maka keluarga menuliskan hal-hal positif dari

Universitas Sumatera Utara


50

setiap halusinasi. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi ketakutan atau kebingungan

bagi pasien dan pasien juga mengerti cara agar halusinasi tidak lagi dirasakan.

Lalu cara yang lainnya adalah menerapkan pola hidup sehat. Menerapkannya

dapat dilakukan seperti tidur awal dan bangun pagi, olahraga teratur, menghindari

minuman beralkohol, banyak mengkonsumsi sayur dan buah, bergaul dengan

tetangga, melakukan pekerjaan rumah, menerapkan ilmu agama, dan lainnya.

5.1.3 Hubungan Dukungan Nyata dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia

Rawat Jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Muhamma Ildrem Medan

Dukungan nyata dalam penelitian yang ingin diteliti adalah dukungan

yang diberikan dalam bentuk jasmaniah, seperti kebutuhan sehari-hari maupun

fasilitas.

Berdasarkan hasil bivariat yang telah diteliti secara keseluruhan bahwa

keluarga memberikan dukungan tidak baik sebanyak 60 orang.

Jika dilihat dari hasil kuesioner yang telah diisi oleh keluarga yang

menjadi responden, ada sebanyak 49 orang (72,1%) keluarga yang tidak

menyediakan waktu untuk menjaga pasien jika pasien sakit, dalam penyakit

ringan maupun tidak di rumah. Permasalahan pendapatan keluarga juga bisa

dikaitkan dengan waktu yang diberikan keluarga pada pasien. Tuntutan kebutuhan

sehari-hari juga menjadi alasan kurangnya waktu keluarga bagi pasien. Hal ini

terlihat dari penghasilan keluarga yang terdaftar pada distribusi frekuensi

penghasilan keluarga. Ada sebanyak 40 orang (58,8%) dari 68 responden yang

berpenghasilan <Rp.800.00.

Universitas Sumatera Utara


51

Menurut Friedman (1998) salah satu fungsi dan tugas keluarga adalah

meliputi ketersediaan sumber-sumber keluarga secara finansial, dan

pengalokasian sumber finansial dengan sesuai melalui proses pengambilan

keputusan. Kemampuan keluarga untuk mengalokasikan sumber-sumber untuk

memenuhi kebutuhan seperti sandang, pangan, papan, dan perawatan kesehatan

yang memadai merupakan suatu perspektif tentang sistem nilai keluarga itu

sendiri. Kemampuan keluarga juga harus mendukung anggota keluarga untuk

memanfaatkan sumber-sumber finansial yang tersedia, baik dari keluarga itu

sendiri maupun pemerintah seperti jaminan kesehatan masyarakat agar

pengobatan klien tetap berkelanjutan.

5.1.4 Hubungan Dukungan Pengharapan dengan Kekambuhan Pasien

Skizofrenia Rawat Jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad Ildrem

Medan

Dukungan pengharapan dalam penelitian yang ingin diteliti adalah

dukungan yang diberi dalam bentuk motivasi, memberi diri untuk mendengar

keluh kesah pasien, memberi penghiburan dengan tujuan pasien mengatasi

masalah dan mengidentifikasi kembali situasi sebagai ancaman kecil sehingga

mampu membangun harga diri pasien. Dukungan pengharapan bagi pasien juga

dapat mempengaruhi pola pikir dan prakarsa pasien dalam menjalani hari-harinya.

Dr Patricia Deegan dalam Gunawan (2004) seorang psikologi klinis yang pernah

menderita skizofrenia menyatakan bahwa seseorang yang tidak lagi mempunyai

harapan, tidak punya masa depan, yang merasa bahwa hari esok sama saja dengan

hari ini, maka mereka tidak lagi punya inisiatif, tidak ingin melakukan sesuatu

Universitas Sumatera Utara


52

yang dulu disukainya. Bagi mereka, sebuah kegiatan yang gampang atau kecil

tetap terasa berat.

Menurut hasil bivariat yang telah diteliti secara keseluruhan bahwa

dukungan yang diberikan keluarga adalah tidak baik yaitu sebanyak 48 orang.

Lalu dukungan pengharapan dengan kekambuhan pasien ini mempunyai nilai

tertinggi dalam kuesioner bahwa keluarga tidak mengajak pasien ke tempat wisata

sebanyak 43 orang (63,2%). Pasien sangat direkomendasikan untuk mempunyai

kegiatan yang diharapkan mampu mengubah kebiasaan pasien yang selalu

menyendiri. Lalu mulai melihat sekelilingnya agar pasien tidak selalu terfokus

pada dirinya sendiri. Menurut Gunawan (2004) penderita gangguan jiwa, dibantu

keluarga, teman, atau relawan jiwa perlu membuat kegiatan sehari-hari yang berisi

kegiatan yang secara pelan-pelan akan mencegah dari kekambuhan. Penderita

yang selama ini masih menghabiskan waktunya dengan duduk melamun tanpa

inisiatif atau prakarsa, maka kegiatannya bisa dimulai dengan suatu kegiatan yang

ringan namun menyenangkan.

Tidak dituntut untuk melakukan perjalanan wisata secara terus menerus,

hanya saja keluarga diharapkan untuk menganggap aktifitas ini adalah sebagai

salah satu alternatif pencegahan kekambuhan pada pasien.

Secara keseluruhan dari hasil kuesioner yang telah diberikan pada

keluarga, keluarga memberikan jawaban “tidak”. Hal ini sesuai dengan teori

Friedman (1998) yaitu dukungan meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti

pelayanan, bantuan finansial dan menyediakan dana untuk biaya pengobatan, dan

material berupa bantuan nyata, suatu kondisi di mana benda atau jasa akan

Universitas Sumatera Utara


53

membantu memecahkan masalah klinis, termasuk di dalam bantuan langsung

seperti saat seseorang membantu dan merawat saat sakit, serta dapat membantu

menyelesaikan masalah. Jika dukungan dalam bentuk-bentuk di atas telah

terlaksana, maka kekambuhan pada pasien tidak terjadi.

Universitas Sumatera Utara


54

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, penelitian ini

menyimpulkan bahwa dukungan keluarga pada pasien skizofrenia rawat

jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof DR Muhammad Ildrem Medan

dikategorikan kurang. Kekambuhan pada pasien juga mempunyai

frekuensi yang tinggi. Ada hubungan antara dukungan emosional dengan

kekambuhan, dukungan informasional dengan kekambuhan, dukungan

nyata dengan kekambuhan, dan dukungan pengharapan dengan

kekambuhan.

2. Keluarga masih belum memberikan waktu bagi pasien. Kurangnya waktu

keluarga disebabkan oleh pekerjaan dan kegiatan lainnya. Sehingga

komunikasi di dalam rumah antara pasien dan keluarganya kurang.

Akibatnya ada beberapa hal yang dirasakan pasien maupun keluarga tidak

tersampaikan. Hal itu juga berdampak bagi kurangnya relasi antara

angggota keluarga dan pasien. Kemudian saat interaksi atau komunikasi

terasa kurang di dalam keluarga, keluarga tidak mengetahui lebih detail

tentang apa yang terjadi pada pasien, sedangkan anggota-anggota keluarga

juga mempunyai kepentingan atau aktifitas masing-masing. Dalam hal ini,

keluarga juga membutuhkan cara membuat strategi agar antara aktifitas

dan kebutuhan pasien seimbang.

Universitas Sumatera Utara


55

6.2 Saran

a. Kepada Pihak Rumah Sakit Jiwa Prof DR Muhammad Ildrem Medan agar

lebih memperhatikan diskusi bersama keluarga lebih mendalam.

Tujuannya agar keluarga lebih leluasa menceritakan keluh kesahnya yang

mungkin saja selama ini belum tersampaikan secara keseluruhan dan

kemungkinan karena keterbatasan waktu dan perhatian. Misalnya dapat

dilakukan melalui konseling atau pertemuan-pertemuan dengan pihak

keluarga. Pihak rumah sakit juga seharusnya bertanya pada keluarga pada

saat keluarga membawa pasien ke rumah sakit apakah keluarga

membutuhkan konseling atau tidak karena keterbatasan waktu ketika

membawa pasien ke rumah sakit. Selain itu, tujuan diadakannya konseling

agar keluarga dapat bertanggung jawab pada dirinya sendiri, keluarga

menjadi mandiri mulai dari eksplor diri, mencari dan memecahkan

permasalahan, menentukan keputusan, hingga melakukan apa yang

menjadi keputusannya. Keluarga yang menjadi objek dalam konseling

tidak harus diubah pola pikirnya, tata nilai yang dianut, hanya saja

keluarga diajarkan cara mengelola suasana yang ada di lingkungannya

agar tercipta kenyamanan baik bagi anggota keluarga maupun pasien.

Pihak Rumah Sakit Jiwa Prof DR Muhammad Ildrem Medan telah

menyediakan ruangan bagi pasien dan keluarga. Hanya saja jarang ada

keluarga yang meminta bantuan ini.

b. Kepada keluarga agar menyediakan waktu untuk bercerita atau berkumpul

bersama pasien untuk saling bertukar pikiran. Selain itu keluarga juga

Universitas Sumatera Utara


56

diharapkan mengupayakan kepekaan pada setiap individu di dalam

keluarga untuk lebih menghargai dan memberikan perasaan nyaman

kepada pasien sehingga pasien tidak merasa diasingkan.

c. Masih banyak kekurangan dalam penulisan ini dari sudut pandang yang

lainnya. Untuk itulah penulis meminta maaf atas kekurangan itu. Sekian

dan terima kasih.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Anthony, F. L., Jeffrey, A.L, Lisa, B.D,. Thomas, H.M., Alexander, LM, Diana,
O.P., Julie, K. 2014. Practice Guideline For The Treatment Of
Patients With Schizophrenia Second Edition: Published by APA
American Psychiatric Press (Online) di unduh pada 1 Juli 2016.

Arif, S. 2006. Skizofrenia: Memahami Keluarga Pasien. Bandung: Refika


Aditama.

Bertram, G, Ketzung. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi ke 8. Jakarta:


Salemba Medika.

Boeree, C. George. 2013. General Psychology: Psikologi Kepribadian,


Persepsi, Kognisi, Emosi, dan Perilaku. Jogyakarta.

DSM-IV-TR. 2000. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,


Fourth Edition. American Psyciatric Assosiation. (Online) diunduh 1 Juli
2016.

Friedman, C. 1998. Social Support. New York: American Press.

Hawari. 2003. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kartono, Kartini. 2011. Patologi Sosial 3: Gangguan Kejiwaan, edisi ke 2


cetakan ke 6. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Keliat, B.A. 1996. Peran Serta Keluarga dalam Perawatan Klien Gangguan
Jiwa. Jakarta: EGC.

Kemenkes, RI. 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar Profinsi Sumatera Utara.
Jakarta: Kemenkes RI.

Lubis, Namora. 2014. Dasar-Dasar Konseling. Jakarta.

Maslim. 2013. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa, edisi ke


3. Jakarta: Buku Kedokteran.

Niven. 2000. Psikologi Kesehatan: Pengantar untuk Perawat dan Profesional


Kesehatan Lain. Jakarta: EGC.

Prabowo, E. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa, cetakan pertama. Yogyakarta:


Nuha Medica.

Setiadi. 2009. Keperawatan Keluarga. Jakarta: ECG.

Universitas Sumatera Utara


Wiarawan. 2006. Masalah Keluarga Penyebab Terbesar. Dibuka pada website
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/112006/06/11lapsus05.htm/05
September 2009.
Yakita. 2003. Sekilas Tentang Skizofrenia. Dibuka pada website
http//www.yakita.or.id/relapse.htm/23 September 2009.

Yosep, I. 2008. Faktor Penyebab dan Proses terjadinya Gangguan Jiwa.


Dibuka pada website http://resources.unpad.ac.id.
Zan, H.P, Lumongga, N.L. 2000. Pengantar Psikologi dalam Keperawatan
Jiwa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Universitas Sumatera Utara


TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI KARAKTERISTIK

Jenis Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki-laki 28 41.2 41.2 41.2
Perempuan 40 58.8 58.8 100.0
Total 68 100.0 100.0

Agama Responden
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Islam 43 63.2 63.2 63.2
Khatolik 12 17.6 17.6 80.9
Protestan 13 19.1 19.1 100.0
Total 68 100.0 100.0

Suku Responden
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Batak 42 61.8 61.8 61.8
Jawa 19 27.9 27.9 89.7
Melayu 7 10.3 10.3 100.0
Total 68 100.0 100.0

Pendidikan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SD 13 19.1 19.1 19.1
SMP 31 45.6 45.6 64.7
SMA 16 23.5 23.5 88.2
Sarjana 7 10.3 10.3 98.5

Universitas Sumatera Utara


Tidak Sekolah 1 1.5 1.5 100.0
Total 68 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Petani 13 19.1 19.1 19.1
Nelayan 5 7.4 7.4 26.5
Pegawai Negeri 1 1.5 1.5 27.9
Pegawai Swasta 3 4.4 4.4 32.4
Wiraswasta 46 67.6 67.6 100.0
Total 68 100.0 100.0

Penghasilan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid <RP.800.000 40 58.8 58.8 58.8
Rp.800.000-
23 33.8 33.8 92.6
1.500.000
>Rp.1.500.000 5 7.4 7.4 100.0
Total 68 100.0 100.0

Umur
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 16-25 3 4.4 4.4 4.4
26-35 12 17.6 17.6 22.1
36-45 17 25.0 25.0 47.1
46-55 14 20.6 20.6 67.6
56-65 12 17.6 17.6 85.3
>65 10 14.7 14.7 100.0
Total 68 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Hubungan Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ayah 9 13.2 13.2 13.2
Ibu 8 11.8 11.8 25.0
Anak 22 32.4 32.4 57.4
Suami 8 11.8 11.8 69.1
Istri 5 7.4 7.4 76.5
Adik 10 14.7 14.7 91.2
Kakak 6 8.8 8.8 100.0
Total 68 100.0 100.0

Lama Menderita
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid <1 tahun 20 29.4 29.4 29.4
>1 tahun 48 70.6 70.6 100.0
Total 68 100.0 100.0

DISTRIBUSI FREKUENSI KEKAMBUHAN

Kekambuhan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Kambuh 58 85.3 85.3 85.3
Tidak
10 14.7 14.7 100.0
Kambuh
Total 68 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


DISTRIBUSI FREKUENSI DUKUNGAN KELUARGA

1. Dukungan Emosional

Keluarga mengingatkan pasien untuk tidur terlalu malam


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 40 58.8 58.8 58.8
1 28 41.2 41.2 100.0
Total 68 100.0 100.0

Keluarga mengikutsertakan pasien dalam diskusi keluarga


ringan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 40 58.8 58.8 58.8
1 28 41.2 41.2 100.0
Total 68 100.0 100.0

Keluarga mengajak pasien beraktifitas ketika pasien


melamun
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 40 58.8 58.8 58.8
1 28 41.2 41.2 100.0
Total 68 100.0 100.0

Keluarga mengajak pasien untuk mengunjungi lingkungan


sekitar rumah
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 37 54.4 54.4 54.4
1 31 45.6 45.6 100.0
Total 68 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Keluarga menegur pasien saat pasien menarik diri dari
lingkungan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 42 61.8 61.8 61.8
1 26 38.2 38.2 100.0
Total 68 100.0 100.0

Keluarga sering mengajak pasien cerita bersama


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 39 57.4 57.4 57.4
1 29 42.6 42.6 100.0
Total 68 100.0 100.0

2. Dukungan Informasional

Keluarga memberikan jawaban ketika pasien bertanya


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 46 67.6 67.6 67.6
1 22 32.4 32.4 100.0
Total 68 100.0 100.0

Keluarga mengklarifikasi jika pasien halusinasi yang


menyebabkan pasien takut
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 47 69.1 69.1 69.1
1 21 30.9 30.9 100.0
Total 68 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Keluarga menunjukkan tempat yang tepat bagi pengobatan

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 33 48.5 48.5 48.5
1 35 51.5 51.5 100.0
Total 68 100.0 100.0

Keluarga menjelaskan maksud dari acara di televisi saat


pasien menonton
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 40 58.8 58.8 58.8
1 28 41.2 41.2 100.0
Total 68 100.0 100.0

Keluarga menjelaskan kepada pasien bagaimana


perkembangan kesehatan pasien setelah kontrol dari rumah
sakit
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 43 63.2 63.2 63.2
1 25 36.8 36.8 100.0
Total 68 100.0 100.0

Keluarga memberi tahu kepada pasien pesan dokter untuk


pasien agar terjadi peningkatan perkembangan ke depan
bagi pasien
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 40 58.8 58.8 58.8
1 28 41.2 41.2 100.0
Total 68 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


3. Dukungan Nyata

Keluarga menyediakan biaya selama pengobatan


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 38 55.9 55.9 55.9
1 30 44.1 44.1 100.0
Total 68 100.0 100.0

Keluarga memfasilitasi transportasi yang dibutuhkan selama


kontrol ke rumah sakit
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 36 52.9 52.9 52.9
1 32 47.1 47.1 100.0
Total 68 100.0 100.0
Keluarga menyediakan kebutuhan pasien sehari-hari, seperti
makanan dan pakaian
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 41 60.3 60.3 60.3
1 27 39.7 39.7 100.0
Total 68 100.0 100.0

Keluarga menyediakan waktu untuk menemani pasien


kontrol ke rumah sakit
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 47 69.1 69.1 69.1
1 21 30.9 30.9 100.0
Total 68 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Keluarga mengingatkan pasien untuk minum obat
Cumulativ
Frequency Percent Valid Percent e Percent
Valid 0 46 67.6 67.6 67.6
1 22 32.4 32.4 100.0
Total 68 100.0 100.0

Keluarga menyediakan waktu untuk menjaga pasien jika


pasien sakit
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 49 72.1 72.1 72.1
1 19 27.9 27.9 100.0
Total 68 100.0 100.0
4. Dukungan Pengharapan

Keluarga selalu memotivasi pasien untuk melakukan


tindakan yang telah dianjurkan oleh dokter di rumah sakit
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 41 60.3 60.3 60.3
1 27 39.7 39.7 100.0
Total 68 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Keluarga membimbing pasien untuk bisa kerja semestinya
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 41 60.3 60.3 60.3
1 27 39.7 39.7 100.0
Total 68 100.0 100.0

Keluarga membantu pasien untuk melakukan kegiatan


sesuai kemampuan pasien
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 40 58.8 58.8 58.8
1 28 41.2 41.2 100.0
Total 68 100.0 100.0

Keluarga mengajak pasien mengikuti kegiatan keagamaan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 40 58.8 58.8 58.8
1 28 41.2 41.2 100.0
Total 68 100.0 100.0

Keluarga mengajak pasien ke tempat wisata


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 43 63.2 63.2 63.2
1 25 36.8 36.8 100.0
Total 68 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Keluarga mengajak pasien untuk melakukan kegiatan sesuai
hobinya
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 40 58.8 58.8 58.8
1 28 41.2 41.2 100.0
Total 68 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Hasil Crosstabulation
Dukungan Emosional*Kekambuhan
Kekambuhan

Kambuh Tidak Kambuh Total

Katemosi Tidak Baik Count 47 4 51

Expected Count 43.5 7.5 51.0

% within Katemosi 92.2% 7.8% 100.0%

% within Kekambuhan 81.0% 40.0% 75.0%

% of Total 69.1% 5.9% 75.0%

Baik Count 11 6 17

Expected Count 14.5 2.5 17.0

% within Katemosi 64.7% 35.3% 100.0%

% within Kekambuhan 19.0% 60.0% 25.0%

% of Total 16.2% 8.8% 25.0%

Total Count 58 10 68

Expected Count 58.0 10.0 68.0

% within Katemosi 85.3% 14.7% 100.0%

% within Kekambuhan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 85.3% 14.7% 100.0%

Hasil Chi-Square

Chi-Suare Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 7.660 1 .006
b
Continuity Correction 5.628 1 .018

Likelihood Ratio 6.674 1 .010

Fisher's Exact Test .012 .012

Linear-by-Linear Association 7.547 1 .006

N of Valid Casesb 68

b. Computed only for a 2x2 table

Universitas Sumatera Utara


Dukungan Informasional*Kekambuhan
Kekambuhan

Kambuh Tidak Kambuh Total

Katinfor Tidak Baik Count 47 4 51

Expected Count 43.5 7.5 51.0

% within Katinfor 92.2% 7.8% 100.0%

% within Kekambuhan 81.0% 40.0% 75.0%

% of Total 69.1% 5.9% 75.0%

Baik Count 11 6 17

Expected Count 14.5 2.5 17.0

% within Katinfor 64.7% 35.3% 100.0%

% within Kekambuhan 19.0% 60.0% 25.0%

% of Total 16.2% 8.8% 25.0%

Total Count 58 10 68

Expected Count 58.0 10.0 68.0

% within Katinfor 85.3% 14.7% 100.0%

% within Kekambuhan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 85.3% 14.7% 100.0%

Hasil Chi-Suare
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 7.660a 1 .006


b
Continuity Correction 5.628 1 .018

Likelihood Ratio 6.674 1 .010

Fisher's Exact Test .012 .012

Linear-by-Linear Association 7.547 1 .006

N of Valid Casesb 68

Universitas Sumatera Utara


Dukungan Nyata*Kekambuhan
Kekambuhan

Kambuh Tidak Kambuh Total

Katnyata Tidak Baik Count 55 5 60

Expected Count 51.2 8.8 60.0

% within Katnyata 91.7% 8.3% 100.0%

% within Kekambuhan 94.8% 50.0% 88.2%

% of Total 80.9% 7.4% 88.2%

Baik Count 3 5 8

Expected Count 6.8 1.2 8.0

% within Katnyata 37.5% 62.5% 100.0%

% within Kekambuhan 5.2% 50.0% 11.8%

% of Total 4.4% 7.4% 11.8%

Total Count 58 10 68

Expected Count 58.0 10.0 68.0

% within Katnyata 85.3% 14.7% 100.0%

% within Kekambuhan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 85.3% 14.7% 100.0%

Hasil Chi-Square
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 16.511a 1 .000

Continuity Correctionb 12.475 1 .000

Likelihood Ratio 11.785 1 .001

Fisher's Exact Test .001 .001

Linear-by-Linear Association 16.269 1 .000


b
N of Valid Cases 68

Universitas Sumatera Utara


Dukungan Pengharapan*Kekambuhan
Kekambuhan

Kambuh Tidak Kambuh Total

Kathar Tidak Baik Count 10 38 48

Expected Count 7.1 40.9 48.0

% within Kathar 20.8% 79.2% 100.0%

% within Kekambuhan 100.0% 65.5% 70.6%

% of Total 14.7% 55.9% 70.6%

Baik Count 0 20 20

Expected Count 2.9 17.1 20.0

% within Kathar .0% 100.0% 100.0%

% within Kekambuhan .0% 34.5% 29.4%

% of Total .0% 29.4% 29.4%

Total Count 10 58 68

Expected Count 10.0 58.0 68.0

% within Kathar 14.7% 85.3% 100.0%

% within Kekambuhan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 14.7% 85.3% 100.0%

Hasil Chi-Suare
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 4.885a 1 .027


b
Continuity Correction 3.365 1 .067

Likelihood Ratio 7.663 1 .006

Fisher's Exact Test .028 .022

Linear-by-Linear Association 4.813 1 .028


b
N of Valid Cases 68

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai