2017
Marissa
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1786
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN
PASIEN SKIZOFRENIA RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA
PROF DR MUHAMMAD ILDREM MEDAN
TAHUN 2017
SKRIPSI
OLEH:
MARISSA
NIM. 121000510
OLEH:
MARISSA
NIM. 121000510
Marissa
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga pasien rawat jalan. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 68 responden yang ditentukan dengan menggunakan rumus
Lemeshow. Pengumpulan data dilakukan bulan Febuari-April dengan mengggunakan
kuesioner data demografi, dukungan keluarga, dan kekambuhan pasien. Hasil penelitian
dianalisa dengan menggunakan Uji Chi-Square untuk melihat adanya hubungan antara kedua
variabel yaitu dukungan keluarga dan kekambuhan, kemudian hasil penelitian disajikan
dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diketahui ada hubungan yang
siginfikan antara dukungan emosional dengan kekambuhan ( p = 0,006 ), ada hubungan yang
signifikan antara dukungan informasional dengan kekambuhan ( p = 0,006 ), ada hubungan
yang signifikan antara dukungan nyata dengan kekambuhan ( p = 0,000 ), dan ada hubungan
yang signifikan antara dukungan pengharapan dengan kekambuhan ( p = 0,022 ).
iii
iv
Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih KaruniaNya
dan penyertaanNya di dalam penyelesaian skripsi Penulis dengan judul “Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia Rawat Jalan di Rumah
Sakit Jiwa Prof DR Muhammad Ildrem Medan Tahun 2017”. Skripsi ini adalah salah
satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Ibu
Dra.Syarifah, MS selaku dosen pembimbing I dan Ibu Namora Lumongga Lubis, MSc, PhD
selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu dan pikiran dalam
memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan kepada Penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dan memberikan dukungan kepada Penulis, baik secara moril dan materil.
1. Bapak Rektor Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Lita Sri Andayani, SKM, Mkes selaku Ketua Departemen Pendidikan
Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
4. Ibu Arfah Mardiana Lubis S.Psi, M.Psi selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis
di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
6. Pihak Rumah Sakit Jiwa Prof DR Muhammad Ildrem Medan, terima kasih karena
sudah membantu Penulis dalam pelengkapan data dan selama pelaksanaan kegiatan
penelitian di rumah sakit.
7. Terkhusus kepada Almarhum Ayahanda Martohap Lumban Gaol dan Ibunda Santi
Sidauruk tercinta, terima kasih untuk semua dukungan yang Penulis tidak dapat
sebutkan satu-persatu. Terima kasih juga tidak pernah jenuh memberikan doa,
semangat, dan motivasi kepada Penulis.
Akhirnya, Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat
Penulis sebutkan satu per satu. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas semua kebaikan
Bapak, Ibu, dan teman-teman sekalian.
Penulis
Marissa
vi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................................ 7
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................................... 7
vii
BAB V PEMBAHASAN.................................................................................................. 46
5.1 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia.................. 46
5.1.1 Hubungan Dukungan Emosional dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia........46
5.1.2 Hubungan Dukungan Informasional dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia..48
5.1.2 Hubungan Dukungan Nyata dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia.............. 50
5.1.3 Hubungan Dukungan Pengharapan dengan Kekambuhan Pasien
Skizofrenia........................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
Halaman
Tabel 4.1 Ketenagaan di Badan Layanan Umum Rumah Sakit Jiwa Prof DR
Ildrem Medan.............................................................................................43
Medan.........................................................................................................43
Ildrem medan..............................................................................................44
ix
Halaman
Muara Delang. Penulis beragama Kristen Protestan dengan suku Batak Toba. Penulis
merupakan anak ketiga dari empat bersaudara yang lahir dari pasangan (+) Martohap
Pendidikan formal penulis dimulai Sekolah Dasar Negeri 274 Tabir Selatan,
Merangin, Jambi sejak tahun 2000 sampai tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama
Negeri 3 Tabir Selatan, Merangin, Jambi sejak tahun 2005 sampai tahun 2008,
Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Merangin, Jambi sejak tahun 2008 sampai tahun
dan Ilmu Perilaku sejak tahun 2012 dan selesai tahun 2017.
xi
BAB I
PENDAHULUAN
suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya
bebas dari penyakit atau kecacatan. Orang yang tidak berpenyakit pun belum tentu
dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik,
merupakan suatu keadaan ideal, dari sisi biologis, psikologis, dan sosial ( Latipun,
2005 ).
gangguan jiwa timbul karena musuhnya roh nenek moyang masuk ke dalam tubuh
penduduk. Sekitar 25% dari tempat tidur di rumah sakit jiwa di seluruh negara
bunuh diri. Angka kematian penderita skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka
kematian penduduk pada umumnya, dari semua penderita skizofrenia yang diobati
prevalensi skizofrenia di Indonseia adalah 0,1 per 1000 penduduk pada tahun
2007 dan meningkat menjadi 1,7 per 1000 penduduk pada tahun 2013. Prevalensi
penderita skizofrenia se-Indonseia sebesar 2,7 per 1000 penduduk dan terendah
Utara 0,9 per 1000 penduduk. Prevalensi skizofreni di Indonesia akan terus
(Arif, 2006 ).
adalah 0,9 per 1.000 penduduk pada tahun 2013, Serdang Bedagai 1,0 per 1.000
penduduk tahun 2007 meningkat menjadi 2,5 per 1.000 penduduk tahun 2013,
Tebing Tinggi 0,6 per 1.000 penduduk pada tahun 2007 menjadi 1,3 per 1.000
penduduk pada tahun 2013, Pakpak Barat 0,1 per 1.000 penduduk pada tahun
2007 menjadi 1,8 per 1.000 penduduk pada tahun 2013, Samosir 2,4 per 1.000
penduduk pada tahun 2007 menjadi 2,1 per 1.000 penduduk pada tahun 2013.
Toba Samosir 1,1 per 1.000 penduduk pada tahun 2007 menjadi 1,6 per 1.000
1.593 orang, tahun 2014 pasien skizofrenia adalah sebanyak 1.475 orang, dan
tipe paranoid. Namun pada tahun 2016 terjadi peningkatan penderita skizofrenia
terdapat sebanyak 1577 orang penderita skizofrenia yang dirawat inap, dan jumah
skizofrenia, artinya dengan pemberian obat yang tepat dan memadai, penderita
gangguan jiwa berat cukup berobat jalan ( Priyanto, 2007 ). Selain itu penanganan
dan enggan diwawancarai oleh orang asing. Agaknya hal ini disebabkan oleh
stigma,rasa malu, dan penyalahan diri dari lingkungan sosial yang dialami
sungguh menimbulkan aib yang besar. Masih cukup kuat keyakinan dalam
roh-roh jahat, ataupun disebabkan oleh guna-guna. Hal ini menimbulkan stigma
bagi keluarga sehingga mereka malu mengakui atau mencari bantuan yang
diperlukan bagi masyarakat. Hal ini pun kadang menimbulkan konflik dan
gangguan jiwa harus dilakukan secara holistik dan melibatkan anggota keluarga.
(support ) kepada pasien untuk meningkatkan motivasi dan tanggung jawab dalam
sebagai anggota keluarga, dan menumbuhkan sikap tanggung jawab pada pasien.
Sikap permusuhan yang ditunjukkan oleh anggota keluarga terhadap pasien akan
dukungan sosial keluarga dan teman merupakan salah satu obat penyembuh yang
keluarga terhadap pasien skizofrenia menjadi hal yang sangat penting dalam
Keliat (2009 ) mengemukakan bahwa 25% sampai 50% klien yang pulang
dari rumah sakit jiwa tidak meminum obat secara teratur sehingga klien seringkali
kambuh dan kembali ke rumah sakit jiwa untuk rawat jalan. Salah satu yang
menyebabkan kondisi ini adalah keluarga tidak rutin membawa pasien berobat ke
fasilitas kesehatan yang ada. Selain itu adanya anggapan klien bahwa jika sudah
pulang berarti pasien sudah sembuh dan tidak perlu minum obat lagi. Fenomena
ini diduga berkaitan dengan peran keluarga dalam merawat pemulihan pasien
atau rumah sakit terdekat agar tidak kambuh, misalnya pada bulan pertama: 2 kali
per bulan, bulan kedua: 2 kali per bulan, bulan ketiga: 2 kali per bulan dan
penderita non skizofrenia hanya 28%. Sekitar 10%-60% pasien skizofrenia sering
penyembuhan yang jelas atau seseorang dalam keadaan yang dinyatakan sudah
Kurang sekali ada upaya rehabilitasi yang lebih menyeluruh, yang sebenarnya
sangat dibutuhkan pasien dan keluarganya. Secara umum dapat dikatakan bahwa
yang terkait, seperti bidang medis, psikologi, dan kerohanian ( Arif, 2006 ).
Ildrem Medan.
Medan.
Ildrem Medan.
1. Bagi pihak rumah sakit dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang
kualitas pelayanan.
Penulis tentang penyakit skizofrenia yang menjadi salah satu syarat dalam
Sumatera Utara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skizofrenia
diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis) yang luas, serta
sejumlah akibat yang tergantung pada pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.
fundamental dan karakteristik pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak
wajar atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya
berhubungan dengan pandangan populer tentang gila atau sakit mental. Hal ini
hubungan yang erat antara pemikiran dan perasaan serta mengisinya dengan
persepsi yang terganggu, ide yang salah, dan konsepsi yang tidak logis. Mereka
mungkin berbicara dengan nada yang mendatar dan menunjukkan sedikit ekspresi
(Mandal, Pandey, & Prasad, 1998 dalam Nevid, Rathus dan Greene, 2003).
symptoms).
1. Gejala Positif
2. Gejala Negatif
a. Alam perasaan (afek) tumpul dan mendatar, gambaran alam perasaan ini
b. Menarik diri atau mengasingkan diri dari pergaulan sosial, tidak mau
d. Kehilangan dorongan atau kehendak dan tidak ada inisiatif, tidak ada
upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, monoton, tidak ingin apa-apa, dan
1. Skizofrenia Paranoid
bentuk verbal berupa bunyi peluit atau bunyi tawa; halusinasi pembauan
atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh,
katatonik secara relative tidak nyata atau menonjol. Selain itu, ada
diagnosis banding seperti epilepsi dan psikosis yang diinduksi oleh obat-
tersebut terjadi karena segala sesuatu yang ditanggapi secara sensitif dan
sangat bermusuhan terhadap siapa pun juga, merasa dirinya penting, sering
sangat fanatik secara berlebihan dan kadang kala bersifat ketakutan yang
2. Skizofrenia Katatonik
dengan suara mendatar, makan dan berpakaian harus dibantu, dan sikap
badannya tegang/ kaku. Apabila mata terbuka biasanya akan terpaku pada
satu titik, tidak berkedip dan tidak ada ekspresi (Prabowo, 2014).
tidak tertarik sama sekali terhadap sekelilingnya, tidak ada kontak sosial
dan membisu dalam waktu yang lama. Ada 2 subtipe (DSM-IV-TR, 2000),
yaitu:
pandangan kosong, tampak acuh tak acuh, namun pada saat sadar
Lumongga, 2010).
3. Skizofenia Hebefrenik
a. Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta
(reiterated phrases);
4. Skizofrenia Simpleks
adalah suatu kelainan yang tidak lazim di mana ada perkembangan yang
6. Skizofrenia Residual
skizofrenik di mana telah terjadi progresi yang jelas dari stadium awal ke
stadium lebih lanjut yang ditandai secara khas oleh gejala-gejala negatif
jangka panjang (PPDGJ III dalam Maslim, 2013). Untuk suatu diagnosis
mata, modulasi suara dan sikap tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial
yang buruk.
lainnya.
sedikitnya kriteria untuk suatu episode depresif dan telah ada untuk waktu
masih jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe
area limbik otak khususnya nukleus akumbens. Jalur dopamin mesolimbic di area
tegemental ventral dari batang otak ke terminal akson di area limbik otak, jalur ini
2.2 Keluarga
Keluarga adalah kesatuan terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari anak
( Lubis, 2014). Lalu menurut Departemen Kesehatan (1998), keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Patrineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah dalam beberapa
Matrineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah dalam beberapa
Patrilokal
Matrilokal
Keluarga Kawin
a. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama. Keluarga-
yang hanya ada satu orang kepala rumah tangga, ayah atau ibu. Keluarga
d. Bujangan dewasa yang hidup sendiri (The Single Adult Living Alone)
e. Keluarga dengan orang tua tiri (The Step-Parent) adalah keluarga yang
mana anak menjadi anggota dari suatu sistem keluarga yang terdiri dari
dua rumah tangga. Kedua orang tua yang berpisah mempunyai hak legal
dan tanggung jawab yang sama atas anak di bawah umur tanpa
sosial yang berbeda. Menurut Friedman (1998) keluarga memiliki 5 fungsi dasar,
yaitu:
1. Fungsi Afektif
2. Fungsi Sosialisasi
di luar rumah.
3. Fungsi Reproduksi
keluarga.
4. Fungsi Ekonomi
5. Fungsi Perawatan
keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat
dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang dapat
keluarganya karena hal ini akan membuat idividu tersebut merasa dihargai dan
1. Dukungan emosional
sakit jiwa. Jenis dukungan bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi
atau ekspresi. Yang termasuk dukungan emosional ini adalah ekspresi dari
nyaman kepada individu, jaminan rasa memiliki, dan merasa dicintai saat
personal, cinta, dan emosi. Jika stres mengurangi perasaan seseorang akan
2. Dukungan informasional
pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh
tempat, dokter, dan terapi yang baik bagi dirinya dan tindakan spesifik
3. Dukungan nyata
material support), suatu kondisi di mana benda atau jasa akan mambantu
informasi dan fasilitas, menjaga dan merawat saat sakit, serta dapat
dukungan dalam bentuk uang atau perhatian yang bertujuan untuk proses
pengobatan. Akan tetapi, dukungan nyata akan lebih efektif bila dihargai
4. Dukungan pengharapan
dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap
2.3 Kekambuhan
(Andri, 2008). Keadaan sekitar atau lingkungan yang penuh stres dapat memicu
tahun pertama, 70% pada tahun kedua (Sullinger, 1998), dan 100% pada tahun
kelima setelah pulang dari rumah sakit (Carson & Ross, 1987).
pasien kembuh dan perlu dirawat kembalidi rumah sakit jiwa, yaitu:
a. Pasien
Secara umum bahwa pasien yang minum obat secara tidak teratur
25% sampai 50% pasien skizofrenia yang pulang dari rumah sakit jiwa
tidak memakan obat secara teratur (Appleton, dalam Keliat 1996). Pasien
b. Dokter
tindakan.
d. Keluarga
kekambuhan yang tinggi pada pasien. Hal ini adalah pasien mudah
agar adaptasi klien berjalan dengan baik. Kualitas dan efektifitas perilaku
1998).
Faktor internal
Tahap perkembangan
Pendidikan atau tingkat
pengetahuan Dukungan keluarga dalam
Faktor emosi perawatan pasien:
Faktor spiritual
Dukungan emosional
Dukungan
Faktor internal informasional
Dukungan nyata
Praktik di keluarga
Dukungan pengharapan
Faktor sosioekonomi
Faktor latar belakang
budaya
Emosional
Informasional
Nyata Kekambuhan
Pengharapan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.1 Lokasi
3.2.2 Waktu
3.3.1 Populasi
yang sedang menjalani rawat jalan di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Prof Dr
Muhammad Ildrem Medan. Berdasarkan data yang didapat bahwa rata-rata jumlah
pasien skizofrenia di rumah sakit jiwa tersebut pada Bulan Desember tahun 2016
3.3.2 Sampel
a. Besar Sampel
Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah data jumlah
Ildrem Medan pada Bulan Desember 2016. Jumlah sampel diperoleh dengan
n= ²
Z . P (P-1). N
Keterangan:
N = Ukuran populasi
n = Ukuran sampel
= 68 reponden.
Sampling “.
3.4.2Data Sekunder
jalan pada Bulan Desember tahun 2016 di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad
Ildrem Medan.
jawaban kuesioner.
klarifikasi.
tersebut tidak ada yang salah, sehingga data tersebut telah siap diolah dan
dianalisis.
Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad Ildrem medan, dukungan keluarga dapat dibagi
atas:
pasien.
sama setelah dinyatakan pernah sembuh dan diharuskan untuk kontrol kembali ke
3.7.1 Univariat
3.7.2 Bivariat
pasien skizofrenia rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Muhammad Ildrem
Medan. Oleh karena itu, uji analisis menghubungkan dukungan keluarga dengan
kuesioner yang terdiri atas 3 bagian, yaitu lembar pertama mengisi data
responden yang meliputi umur, jenis kelamin, hubungan keluarga dengan pasien,
skizofrenia.
diberi skor 1, dan jika pasien menjawab “tidak” maka diberi skor 0.
diberi skor 1, dan jika pasien menjawab “tidak” maka diberi skor 0.
skor 1, dan jika pasien menjawab “tidak” maka diberi skor 0. Dukungan
nyata dikategorikan “tidak baik” jika memiliki skor 0-3 dan dukungan
diberi skor 1, dan jika pasien menjawab “tidak” maka diberi skor 0.
3.8.3 Kekambuhan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Medan.
Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Medan adalah
satu-satunya rumah sakit jiwa pemerintah yang ada di Provinsi Sumatera Utara
Dengan kemampuan yang dimiliki, saat ini Badan Layanan Umum Daerah RSJ
Medan juga merupakan RSJ rujukan bagi rumah sakit lain yang ada di Provinsi
4.1.1 Visi, Misi, Motto, dan Janji Badan Pelayanan Umum Daerah Rumah
a. Visi
masyarakat.
b. Misi
c. Motto
Motto Badan Layanan Umum Daerah RSJ Medan adalah “HORAS”, yaitu
Harmonis, Objektif, Rapi, Aman, dan Sigap. Sedangkan janji pelayanan Badan
Layanan Umum Daerah RSJ Medan adalah kami siap memberikan pelayanan
Medan.
Adapun jenis pelayanan yang terdapat di Badan Layanan Umum RSJ Prof
c. Rehabilitasi Medik
j. Poli Gigi
k. Lab Klinik
m. Apotek
Jumlah (n)
No. Ketenagaan
1. Ahli Jiwa 6
2. Neurolog 1
3. Dokter Umum 18
4. Psikolog 4
5. Perawat D3 80
6. Perawat S1 38
7. Perawat SPK 15
8. Perawat SPKSJ 2
9. Perawat SPRB 2
10. Perawat Bidan 4
11. Perawat Gigi 2
12. Apoteker 3
13. Dokter Gigi 5
14. Sarjana Lainnya 9
15. Pegawai Non Perawat 85
Total 277
yaitu terdapat 43 orang (63,2%), dan yang terendah adalah Agama Khatolik
urutan yang tertinggi, yaitu sebanyak 42 orang (61,8%), dan Suku Melayu
penelitian ini adalah sebagai wiraswasta sebanyak 46 orang (67,6%), dan urutan
orang (32,4%), dan sebagai istri sebanyak 5 orang (7,4).Pasien skizofrenia yang
mengikuti rawat jalan di rumah sakit jiwa mempunyai riwayat>1 tahun sebanyak
Berikut ini akan disajikan data mengenai dukungan keluarga yang terdiri
Ya Tidak Total
No. Pernyataan (%)
n % n %
1. Keluarga mengingatkan pasien 28 41,2 4058,8 100%
untuk tidur tidak terlalu malam
2. keluarga mengikutsertakan 28 41,2 4058,8 100%
pasien dalam diskusi ringan
keluargaa
3. keluarga mengajak pasien 28 41,2 4058,8 100%
beraktifitas ketika melamun
4. keluarga mengajak pasien 31 45,6 3754,4 100%
untuk mengunjungi lingkungan
sekitar rumah
5. keluarga menegur pasien saat 26 38,2 4261,8 100%
pasien menarik diri dari
lingkungan
6. Keluarga sering mengajak 2942,6 39 57,4 100%
pasien cerita bersama
pasien saat pasien menarik diri dari lingkungan adalah sebanyak 42 orang
takut sebanyak 47 orang (69,1%). Keluarga juga tidak menjelaskan maksud dari
acara televisi kepada pasien saat menonton acara televisi sebanyak 40 orang
(58,8%). Selain itu, keluarga tidak menjelaskan kepada pasien pesan dokter agar
(58,8%).
menjaga pasien ketika pasien sakit sebanyak 49 orang (72,1%) dan keluarga tidak
40 orang (58,8), dan keluarga tidak mengajak pasien untuk melakukan kegiatan
4.2.3 Kekambuhan
1. Kambuh 58 85,3
2. Tidak kambuh 10 14,7
Total 68 100%
mengalami kekambuhan.
jalan. Pengujian analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square.
bermakna secara statistik antara variabel, yaitu dengan nilai p < 0,05.
dukungan emosional tidak baik dengan kambuh sebanyak 47 orang dan tidak
Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p= 0,006, artinya
informasional tidak baik dengan kambuh sebanyak 47 orang dan tidak kambuh
sebanyak 4 orang.
Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p= 0,006, artinya
Medan.
tidak baik dengan kambuh sebanyak 55 orang dan tidak kambuh sebanyak 5
orang.
Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square didapat nilai
p=0,000, artinya ada hubungan yang signifikan antara dukungan nyata dengan
Medan.
pengharapan tidak baik dengan kambuh sebanyak 44 orang dan tidak kambuh
sebanyak 4 orang.
Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square didapat nilai p=
Ildrem Medan.
BAB V
PEMBAHASAN
Medan
dari keluarganya karena hal ini akan membuat individu tersebut merasa dihargai
dan tujuan hidup yang ingin dicapai individu (Friedman, 1998). Komponen
Medan
yang memberikan perasaan tenang pada pasien, memberi perhatian pada pasien,
bahwa keluarga belum optimal memberikan pasien rasa nyaman, pasien merasa
dicintai meskipun saat mengalami masalah dalam bentuk semangat, empati, rasa
percaya, perhatian yang membuat individu merasa dihargai. Sehingga hal ini
Menurut hasil kuesioner yang telah didapat bahwa ada sebanyak 42orang
(61,8%) keluarga yang tidak menegur pasien saat pasien menyendiri dan 40 orang
(588%) keluarga yang tidak mengajak pasien beraktifitas ketika pasien melamun.
Jika dilihat dari hasilnya, keluarga perlu memikirkan cara untuk mengatasi
beberapa hal yang bisa saja mengurangi intensitas pasien untuk menyendiri.
gelisah. Kegiatan tersebut berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Pasien
perlu mengenali kegiatan atau suasana yang selama ini diketahuinya mampu
kurangnya perhatian yang hangat dan kasih sayang di masa-masa awal kehidupan
menarik diri dari lingkungan sekitar. Menurut teori keluarga, bagian fungsi
Medan
jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama. Pada dukungan ini keluarga
memberikan solusi dari masalah yang dihadapi pasien di rumah atau di rumah
sakit jiwa, memberikan nasihat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa
ekonomi.
disampaikan kepada pasien agar pasien mengerti kondisinya sendiri. Selain itu,
yang sudah ia dapatkan, ke depannya itu dapat memacu pasien untuk secara
berhalusinasi yang menyebabkan pasien takut. Menurut hasil kuesioner yang telah
diberikan pada keluarga yang menjadi responden bahwa keluarga yang tidak
menjelaskan kepada pasien maksud dari halusinasi memiliki nilai tertinggi pada
dukungan ini dengan sebanyak 47 orang. Hal ini sesuai dengan pernyataan
suara tersebut tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya saja, karena suara itu tahu
segalanya tentang penderita, seolah-olah berasal dari suara manusia super atau
kekuatan super, maka penderita gangguan jiwa sering dengan terpaksa menuruti
dirinya atau orang lain. Perintah ini sering membuat penderita menjadi gelisah
atau ketakutan. Untuk itu ada beberapa cara mengatasinya yang diharapkan
keluarga dapat menjelaskannya kepada pasien agar pasien secara perlahan dapat
pasien tentang mempelajari suara atau penglihatan yang dirasakan pasien. Setelah
Hal yang paling penting adalah keluarga menjelaskan pada pasien kapan saja
halusinasi itu datang, apakah saat pasien merasa gelisah atau ketika menyendiri.
Ketika strategi telah ditemukan, maka keluarga menuliskan hal-hal positif dari
setiap halusinasi. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi ketakutan atau kebingungan
bagi pasien dan pasien juga mengerti cara agar halusinasi tidak lagi dirasakan.
Lalu cara yang lainnya adalah menerapkan pola hidup sehat. Menerapkannya
dapat dilakukan seperti tidur awal dan bangun pagi, olahraga teratur, menghindari
fasilitas.
Jika dilihat dari hasil kuesioner yang telah diisi oleh keluarga yang
menyediakan waktu untuk menjaga pasien jika pasien sakit, dalam penyakit
dikaitkan dengan waktu yang diberikan keluarga pada pasien. Tuntutan kebutuhan
sehari-hari juga menjadi alasan kurangnya waktu keluarga bagi pasien. Hal ini
berpenghasilan <Rp.800.00.
Menurut Friedman (1998) salah satu fungsi dan tugas keluarga adalah
yang memadai merupakan suatu perspektif tentang sistem nilai keluarga itu
Medan
dukungan yang diberi dalam bentuk motivasi, memberi diri untuk mendengar
mampu membangun harga diri pasien. Dukungan pengharapan bagi pasien juga
dapat mempengaruhi pola pikir dan prakarsa pasien dalam menjalani hari-harinya.
Dr Patricia Deegan dalam Gunawan (2004) seorang psikologi klinis yang pernah
harapan, tidak punya masa depan, yang merasa bahwa hari esok sama saja dengan
hari ini, maka mereka tidak lagi punya inisiatif, tidak ingin melakukan sesuatu
yang dulu disukainya. Bagi mereka, sebuah kegiatan yang gampang atau kecil
dukungan yang diberikan keluarga adalah tidak baik yaitu sebanyak 48 orang.
tertinggi dalam kuesioner bahwa keluarga tidak mengajak pasien ke tempat wisata
menyendiri. Lalu mulai melihat sekelilingnya agar pasien tidak selalu terfokus
pada dirinya sendiri. Menurut Gunawan (2004) penderita gangguan jiwa, dibantu
keluarga, teman, atau relawan jiwa perlu membuat kegiatan sehari-hari yang berisi
yang selama ini masih menghabiskan waktunya dengan duduk melamun tanpa
inisiatif atau prakarsa, maka kegiatannya bisa dimulai dengan suatu kegiatan yang
hanya saja keluarga diharapkan untuk menganggap aktifitas ini adalah sebagai
keluarga, keluarga memberikan jawaban “tidak”. Hal ini sesuai dengan teori
pelayanan, bantuan finansial dan menyediakan dana untuk biaya pengobatan, dan
material berupa bantuan nyata, suatu kondisi di mana benda atau jasa akan
seperti saat seseorang membantu dan merawat saat sakit, serta dapat membantu
BAB VI
kekambuhan.
Akibatnya ada beberapa hal yang dirasakan pasien maupun keluarga tidak
6.2 Saran
a. Kepada Pihak Rumah Sakit Jiwa Prof DR Muhammad Ildrem Medan agar
keluarga. Pihak rumah sakit juga seharusnya bertanya pada keluarga pada
tidak harus diubah pola pikirnya, tata nilai yang dianut, hanya saja
menyediakan ruangan bagi pasien dan keluarga. Hanya saja jarang ada
bersama pasien untuk saling bertukar pikiran. Selain itu keluarga juga
c. Masih banyak kekurangan dalam penulisan ini dari sudut pandang yang
lainnya. Untuk itulah penulis meminta maaf atas kekurangan itu. Sekian
Anthony, F. L., Jeffrey, A.L, Lisa, B.D,. Thomas, H.M., Alexander, LM, Diana,
O.P., Julie, K. 2014. Practice Guideline For The Treatment Of
Patients With Schizophrenia Second Edition: Published by APA
American Psychiatric Press (Online) di unduh pada 1 Juli 2016.
Keliat, B.A. 1996. Peran Serta Keluarga dalam Perawatan Klien Gangguan
Jiwa. Jakarta: EGC.
Kemenkes, RI. 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar Profinsi Sumatera Utara.
Jakarta: Kemenkes RI.
Jenis Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki-laki 28 41.2 41.2 41.2
Perempuan 40 58.8 58.8 100.0
Total 68 100.0 100.0
Agama Responden
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Islam 43 63.2 63.2 63.2
Khatolik 12 17.6 17.6 80.9
Protestan 13 19.1 19.1 100.0
Total 68 100.0 100.0
Suku Responden
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Batak 42 61.8 61.8 61.8
Jawa 19 27.9 27.9 89.7
Melayu 7 10.3 10.3 100.0
Total 68 100.0 100.0
Pendidikan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SD 13 19.1 19.1 19.1
SMP 31 45.6 45.6 64.7
SMA 16 23.5 23.5 88.2
Sarjana 7 10.3 10.3 98.5
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Petani 13 19.1 19.1 19.1
Nelayan 5 7.4 7.4 26.5
Pegawai Negeri 1 1.5 1.5 27.9
Pegawai Swasta 3 4.4 4.4 32.4
Wiraswasta 46 67.6 67.6 100.0
Total 68 100.0 100.0
Penghasilan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid <RP.800.000 40 58.8 58.8 58.8
Rp.800.000-
23 33.8 33.8 92.6
1.500.000
>Rp.1.500.000 5 7.4 7.4 100.0
Total 68 100.0 100.0
Umur
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 16-25 3 4.4 4.4 4.4
26-35 12 17.6 17.6 22.1
36-45 17 25.0 25.0 47.1
46-55 14 20.6 20.6 67.6
56-65 12 17.6 17.6 85.3
>65 10 14.7 14.7 100.0
Total 68 100.0 100.0
Lama Menderita
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid <1 tahun 20 29.4 29.4 29.4
>1 tahun 48 70.6 70.6 100.0
Total 68 100.0 100.0
Kekambuhan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Kambuh 58 85.3 85.3 85.3
Tidak
10 14.7 14.7 100.0
Kambuh
Total 68 100.0 100.0
1. Dukungan Emosional
2. Dukungan Informasional
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 0 33 48.5 48.5 48.5
1 35 51.5 51.5 100.0
Total 68 100.0 100.0
Baik Count 11 6 17
Total Count 58 10 68
Hasil Chi-Square
Chi-Suare Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 7.660 1 .006
b
Continuity Correction 5.628 1 .018
N of Valid Casesb 68
Baik Count 11 6 17
Total Count 58 10 68
Hasil Chi-Suare
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
N of Valid Casesb 68
Baik Count 3 5 8
Total Count 58 10 68
Hasil Chi-Square
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Baik Count 0 20 20
Total Count 10 58 68
Hasil Chi-Suare
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)