SKRIPSI
OLEH
NATALIA SIHOMBING
NIM. 131000638
OLEH
NATALIA SIHOMBING
NIM. 131000638
( NATALIA SIHOMBING )
Kata Kunci : Gizi Kurang, Asupan Pangan, ASI Ekslusif, Anak Balita.
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
Sumatera Utara.
Penulisan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak,
baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian M.Si, selaku Ketua Departemen Gizi
4. Fitri Ardiani SKM, M.P.H, selaku dosen pembimbing II, yang telah
7. dr. Wirsal Hasan M.P.H, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
FKM USU.
dukungan doa.
11. Abang, kakak, dan adik serta seluruh keluarga tersayang, yang selalu
15. Kepada teman-teman seperjuangan PBL di Desa Sei Sijenggi dan teman-
penulis.
18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
yang telah diberikan, dapat bermanfaat bagi penulis untuk menjadi orang yang
lebih baik, dan semoga dengan disusunnya skripsi ini dapat memberikan manfaat
Penulis
Natalia Sihombing
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PEMBAHASAN
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel 4.12 Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu dengan Gizi Kurang ................................... …43
Tabel 4.13 Tabulasi Silang Pendapatan Keluarga dengan Gizi Kurang .......................... …43
Tabel 4.14 Tabulasi Silang Kelengkapan Imunisasi dengan Gizi Kurang ....................... …44
Tabel 4.15 Tabulasi Silang Pemberian ASI Ekslusif dengan Gizi Kurang ..................... …44
Tabel 4.16 Tabulasi Silang Antara Asupan Energi dengan Gizi Kurang ......................... …46
Tabel 4.20 Tabulasi Silang Antara Asupan Makanan dengan Gizi Kurang...................... …49
Tabel 4.21 Tabulasi Silang Penyakit Infeksi dengan Gizi Kurang ................................... …49
Tabel 4.22 Hasil Seleksi Variabel yang Dapat Masuk Dalam Regresi Logistik ............... …50
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor Masalah Gizi (UNICEF 1998) .............................. 12
Pendidikan Formal
daya manusia (SDM). Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai dengan perhatian
utama pada proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai mencapai
dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar anak
seperti perawatan dan makanan bergizi yang diberikan dengan penuh kasih sayang
dapat membentuk sumber daya manusia yang sehat, cerdas dan produktif.
Tumbuh kembang yang optimal terjadi pada masa balita. Balita merupakan
kelompok umur yang paling sering menderita kekurangan gizi dan gizi buruk
mendapatkan status gizi yang baik. Jika tidak optimal maka balita akan menderita
kekurangan gizi dan gizi buruk. Kebutuhan gizi untuk anak pada awal masa
dapat menyebabkan kematian. Menurut UNICEF (2013) tercatat ratusan juta anak
di dunia menderita kekurangan gizi yang artinya permasalahan ini terjadi dalam
populasi yang jumlahnya sangat besar. Setiap tahun lebih dari sepertiga kematian
melemahnya daya tahan tubuh terhadap penyakit. Menurut WHO pada tahun
2010, masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila angka prevalensi
gizi yang terdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi
kurang serta sebesar 4,5% balita dengan gizi lebih. Jika dibandingkan dengan
angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4%) dan tahun 2010 (17,9%), prevalen-
si kekurangan gizi pada balita tahun 2013 terlihat meningkat. Balita kekurangan
gizi tahun 2010 terdiri dari 13,0% balita berstatus gizi kurang dan 4,9% berstatus
gizi buruk. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun
2007, 4,9 % pada tahun 2010, 5,7 % tahun 2013. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan jumlah gizi kurang dan gizi buruk setiap tahunnya dari tahun 2010
Indonesia, 19 provinsi memiliki prevalensi gizi kurang dan gizi buruk di atas
angka prevalensi nasional yaitu berkisar antara 21,2 persen sampai dengan 33,1
persen. Urutan ke 19 provinsi tersebut dari yang tertinggi sampai terendah adalah:
(1) Nusa Tenggara Timur; (2) Papua Barat; (3) Sulawesi Barat; (4) Maluku; (5)
Kalimantan Selatan; (6) Kalimantan Barat; (7) Aceh; (8) Gorontalo; (9) Nusa
Tenggara Barat; (10) Sulawesi Selatan; (11) Maluku Utara‟ (12) Sulawesi
Tengah; (13) Sulawesi Tenggara: (14) Kalimantan Tengah; (15) Riau; (16)
Sumatera Utara; (17) Papua; (18) Sumatera Barat dan (19) Jambi.
Kabupaten Humbang Hasundutan yaitu 13,3%, gizi buruk 16,8%, gizi baik
peringkat ke 5 yang mempunyai angka prevalensi balita gizi kurang dan gizi
buruk di atas angka prevalensi nasional di Provinsi Sumatera Utara yaitu 30,1%,
setelah Kabupaten Tapanuli Utara, Nias, Kota Sibolga, dan Nias Selatan. Menurut
Riskesdas tahun 2013, angka prevalensi balita gizi kurang di Kabupaten Humbang
penyakit seperti infeksi saluran pernafasan, dan diare. Usaha pemutusan rantai
kekurangan gizi ini tentunya dibutuhkan pemetaan yang tepat untuk dapat
gizi buruk.
Dampak jangka pendek dari kasus gizi kurang adalah anak menjadi apatis,
dampak jangka panjang dari kasus gizi kurang adalah penurunan skor IQ,
Setiap daerah tentunya memiliki penyebab potensial gizi buruk dan gizi
utamanya. Masalah gizi yang terjadi pada masa tertentu akan menimbulkan
Pemerintah dalam usahanya memerangi gizi buruk dan gizi kurang sudah
cukup baik. Pemerintah sudah melakukan banyak program untuk menekan angka
gizi buruk maupun gizi kurang, antara lain melalui revitalisasi Posyandu
masyarakat melalui keluarga sadar gizi (Kadarzi), tetapi angka gizi kurang dan
Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya angka gizi buruk dan gizi
kurang, antara lain faktor kemiskinan, pendidikan dan pengetahuan orang tua,
pola asuh orang tua, makanan pendamping, penyakit infeksi, keamanan negara, terb
atasnya fasilitas kesehatan, tidak diberikan ASI Ekslusif, Berat Bayi Lahir Rendah
Menurut UNICEF tahun 1998 yang menjadi faktor penyebab langsung dari
masalah gizi yaitu, asupan makanan dan penyakit infeksi. Penyebab tidak
langsung yaitu, ketersediaan makanan di rumah, perawatan anak dan ibu hamil,
dan pelayanan kesehatan. Pokok masalah penyebab gizi kurang dan gizi buruk
akar masalah dari faktor penyebab terjadinya masalah gizi adalah krisis ekonomi.
pada tubuh. Infeksi akut menyebabkan kurangnya nafsu makan dan toleransi
terhadap makanan, sehingga asupan makanan tidak cukup untuk tubuh. Zat gizi di
dalam makanan yang dikonsumsi tidak cukup atau tidak mampu memenuhi
kebutuhan tubuh yang seharusnya, sehingga daya tahan tubuh akan menurun dan
makanan dipengaruhi oleh tingkat pendapatan keluarga itu sendiri. Keluarga yang
Pemberian ASI secara ekslusif untuk bayi hanya diberikan ASI, tanpa
diberi tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air
putih. Air susu ibu merupakan satu-satunya makanan ideal yang terbaik dan
paling sempurna bagi bayi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis bayi
yang sedang tumbuh dan berkembang. ASI mudah dicerna oleh sistem pencernaan
bayi, lengkap kandungan gizinya, juga mengandung zat kekebalan yang mampu
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi dan secara emosional, kedekatan
karena pengetahuan tentang kebutuhan tubuh akan zat gizi berpengaruh terhadap
jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi. Ibu yang cukup pengetahuan gizi akan
memerhatikan kebutuhan gizi yang dibutuhkan anaknya supaya dapat tumbuh dan
berdampak pada asupan gizinya. Bila pengetahuan ibu semakin baik, maka pola
makan balita pun akan semakin baik. Dengan mengikuti kegiatan posyandu setiap
bulan dan majalah atau informasi tentang pengetahuan gizi balita, maka
penimbangan berat badan balita akan dapat memantau pertumbuhan anak balita
dan anak balita akan mendapatkan imunisasi secara lengkap yang dapat
Penelitian Zulfita dan Syofiah (2013) tentang faktor faktor yang mempe-
ngaruhi kejadian gizi kurang dan gizi buruk pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Air Dingin Kota Padang, menyimpulkan bahwa yang menjadi faktor-
faktor penyebab gizi kurang pada balita di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin
Kota Padang adalah pola asuh ibu, status ekonomi dan pemanfaatan fasilitas
kesehatan serta penyakit infeksi yang diderita balita. Menurut penelitian Lastanto
(2015) bahwa faktor yang mempengaruhi balita gizi kurang di wilayah kerja Pus-
kesmas Cebongan yaitu tingkat pengetahuan ibu, tingkat pendapatan keluarga, dan
pemberian ASI serta berat bayi saat lahir. Menurut penelitian Oktavianis (2016)
kurang pada balita di Puskesmas Lubuk Kilangan antara lain, tingkat pengetahuan
gizi kurang di Kecamatan Doloksanggul tahun 2015 yaitu 7,73%, dan gizi buruk
sebesar 1,5%. Pada tahun 2016 angka prevalensi balita gizi kurang meningkat
menjadi 9,56% dan gizi buruk 1,4 %. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
jumlah gizi kurang pada balita dari tahun 2015 hingga tahun 2016.
bekerja di ladang, sebagian dari mereka menitipkan anaknya kepada orang lain
(nenek) dan sebagian lagi membawa anak mereka ke tempat kerja (ladang). Anak
balita yang di bawa ke ladang, cenderung untuk makan sendiri (tidak disuap oleh
ibunya) sehingga banyak anak yang makan sesuka hatinya tanpa menghabiskan
makanan sesuai dengan porsi yang diberikan. Hal ini memungkinkan cara
pemberian makanan tidak tepat pada anak seperti porsi makanan tidak sesuai
terhadap kesehatan anak, misalnya dalam hal kebersihan anak, membiarkan anak
bermain tanpa alas kaki, dan makan makanan sebelum cuci tangan pakai sabun,
sehingga banyak dari anak tersebut yang mengalami diare. Sebagian besar anak
dititipkan kepada orang lain, sehingga anak jarang mendapatkan ASI Ekslusif
(hanya ASI) sampai usia anak 6 bulan. Pada umumnya, anak telah mendapatkan
makanan pendamping (nasi, atau buah) sebelum usia anak 6 bulan. Disamping itu,
badan dan pengukuran tinggi badan balita. Dari jumlah sasaran balita yaitu
sebanyak 1.546 orang balita, tetapi jumlah balita yang dibawa ke posyandu hanya
1.143 orang atau sekitar 73,93% (Catatan medis Puskesmas Saitnihuta, 2016).
menjadi rumusan masalah penelitian ini yaitu faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi kejadian gizi kurang pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas
mempengaruhi kejadian gizi kurang pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas
a. Pengetahuan ibu berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang pada anak balita di
c. Kelengkapan Imunisasi berpengaruh kejadian gizi kurang gizi pada anak balita
d. Pemberian ASI Ekslusif berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang pada anak
e. Asupan makanan berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang pada anak balita
f. Penyakit infeksi berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang pada anak balita di
intervensi yang tepat untuk mengatasi kejadian gizi kurang pada anak balita di
Humbang Hasundutan.
karena tidak cukup makan dengan demikian konsumsi energi dan protein kurang
konsumsi makanan yang tidak menyertakan pangan cukup energi, biasanya juga
kurang dalam satu/lebih zat gizi esensial lainnya. Berat badan yang menurun
yang dibutuhkan tubuh akibat kesalahan atau kekurangan asupan makanan. Secara
sederhana kondisi ini terjadi akibat kekurangan zat gizi secara terus menerus dan
immaterial.
Adapun Angka Kecukupan Gizi energi dan protein yang dianjurkan utuk
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi dan Protein yang dianjurkan untuk anak
balita (perorang perhari)
Kelompok umur Energi (kkal) Protein (g)
1-3 tahun 1125 26
4-5 tahun 1600 35
Sumber: Depkes RI, 2013
defisit energi dan protein dan sering disebut dengan KKP (kekurangan Kalori
Protein). Dalam standar yang ditetapkan oleh Pemerintah, balita gizi kurang
Penyebab gizi kurang dan gizi buruk secara mendasar terdiri dari dua hal
yakni sumber daya potensial dan sumber daya manusia. Sumber daya potensial
seperti politik, ideologi, suprastruktur, struktur ekonomi dan sumber daya manusia
menjelaskan beberapa penyebab gizi kurang dan gizi buruk adalah asupan
persediaan makanan, perawatan anak dan kesehatan ibu pada masa kehamilan.
1998 status gizi dipengaruhi oleh banyak faktor yang terkait baik secara langsung
dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan tidak cukupnya asupan gizi secara
jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, pola asuh anak yang kurang
pangan di rumah tangga. Menurut Soekirman, faktor penyebab kurang gizi atau
1. Penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin
diderita anak. Timbulnya gizi kurang tidak hanya karena makanan yang
kurang, tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapatkan makanan cukup
baik, tetapi sering diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita kurang
gizi. Demikian juga pada anak yang makan tidak cukup baik, maka daya tahan
penyakit infeksi yang dapat mengurangi nafsu makan, dan akhirnya dapat
Kurang Gizi
Penyebab
Persediaan Perawatan Anak Pelayanan Tidak
dan Ibu Hamil Kesehatan Langsung
Makanan di
rumah
Kemiskinan, Kurang
Pokok
Pendidikan, Kurang Masalah
Keterampilan
masuknya zat makanan ke dalam tubuh manusia ditentukan oleh perilaku berupa
dan persediaan makanan yang ada. Kemampuan tubuh untuk menggunakan zat
makanan ditentukan oleh kesehatan tubuh orang atau manusia yang bersangkutan
(Wise, 2004). Jika zat gizi di dalam makanan yang dikonsumsi tidak cukup atau
tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh yang seharusnya, sehingga daya tahan
tubuh akan menurun dan memudahkan menderita penyakit infeksi sehingga balita
2) Penyakit Infeksi
Antara status gizi kurang atau status gizi buruk dan infeksi atau penyakit
penyerta terdapat interaksi bolak-balik yang dapat menyebabkan gizi kurang dan
gizi buruk melalui berbagai mekanisme fisiologis dan biologis. Yang terpenting
ialah efek langsung dari infeksi sistemik pada katabolisme jaringan. Walaupun
hanya terjadi infeksi ringan sudah dapat mempengaruhi status gizi (Suhardjo,
2005). Kesehatan gizi yang rendah menyebabkan kondisi daya tahan tubuh
menurun, sehingga berbagai penyakit dapat timbul dengan mudah. Seorang anak
sehat tidak akan mudah terserang berbagai jenis penyakit, termasuk penyakit
infeksi, karena akan mempunyai daya tahan tubuh yang cukup kuat. Daya tahan
tubuh akan meningkat pada keadaan kesehatan gizi yang baik, dan akan menurun
diare atau demam, akhirnya dapat menderita kurang gizi. Demikian juga pada
anak yang makan tidak cukup baik, maka daya tahan tubuhnya akan melemah.
Dalam keadaan demikian mudah diserang penyakit infeksi yang dapat mengurangi
pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup,
baik jumlah maupun mutunya, aman, bergizi, beragam, merata dan terjangkau
gizi yang baik atau seimbang dapat diperoleh tubuh untuk tumbuh kembang,
biologis lainnya. Apabila pangan tidak tersedia dalam rumah tangga maka akan
makan dan konsumsi zat gizi per anggota keluarga berkurang sehingga menyebab-
hal gizi buruk dan gizi kurang karena orang yang memiliki tingkat pendidikan
lebih tinggi cenderung lebih berpeluang terpapar informasi kesehatan dan tingkat
anak menderita kekurangan gizi yang disebabkan oleh berbagai faktor status
diperoleh hasil 41 anak mengalami kenaikan berat badan. Hal ini menunjukkan
5) Pengetahuan ibu
yang salah, dalam hal ini mengenai kesehatan tentunya juga akan mempengaruhi
suatu hal dalam hal ini adalah mengenai kesehatan. Pengetahuan ibu yang
makan balita akan bergantung pada ibu. Bila pengetahuan ibu semakin baik,
maka pola makan balita pun akan semakin baik. Dengan mengikuti kegiatan
posyandu setiap bulan dan majalah atau informasi tentang pengetahuan gizi
balita, maka pengetahuan ibu akan bertambah. Pengetahuan ibu juga dipengaruhi
oleh pendidikan ibu, karena semakin tinggi pendidikan ibu, maka ibu akan lebih
menentukan pola makan balita yang nantinya akan menentukan status gizi balita.
Seorang ibu yang yang memiliki pengetahuan tinggi tentang gizi balita akan
mampu memilih jenis bahan yang akan digunakan untuk memberi makan
balitanya. Demikian juga dalam memilih frekuensi serta waktu makan bagi
balita, sehingga kebutuhan nutrisi balita akan terpenuhi dengan baik. Dengan
demikian, status gizi dari balita tersebut akan semakin baik pula. Berbeda dengan
seorang ibu yang pengetahuannya rendah tentang gizi balita, maka dalam
pemberian makan, serta waktu maupun frekuensi makan pun akan kurang teratur
karena tidak mempunyai pedoman gizi yang baik, sehingga status gizi balitanya
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang ketika dilahirkan
mempunyai berat badan kurang dari 2500 gram. Bayi prematur mempunyai
organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup di luar
rahim sehingga semakin muda umur kehamilan, fungsi organ menjadi semakin
kurang berfungsi dan prognosanya juga semakin kurang baik. Kelompok BBLR
Menurut Sediaoetama (2009), bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu bayi
yang ketika dilahirkan beratnya kurang dari 2.500 gram. Bayi dengan berat lahir
Menurut WHO bayi yang berat lahirnya 2,5 kg atau kurang (tanpa
melihat masa kehamilan) digolongkan sebagai bayi dengan berat lahir rendah dan
perlu perawatan ekstra. Bayi yang berat lahirnya kurang dari 2000 gram
merupakan bayi berisiko tinggi. Mereka sangat rentan dan tidak matang secara
hasil bahwa ada hubungan antara infeksi, bayi prematur, dan BBLR dengan
pemberian vaksin, tubuh bayi atau anak akan membentuk antibodi, sehingga
tubuh bayi atau anak telah siap (telah kebal) bila terinfeksi oleh penyakit
menular tersebut. Dengan kata lain terhindarnya bayi atau anak dari berbagai
ASI merupakan hal yang sangat penting dalam pemenuhan nutrisi anak.
Tidak ada sumber nutrisi lain yang lebih baik dari ASI. ASI adalah komponen
nutrisi yang penting bagi bayi karena dapat memberikan kekebalan atau anti bodi
sehingga anak dapat terhindar dari infeksi, hal ini dapat mempengaruhi dalam pe-
menuhan zat gizi anak. Hasil yang dikeluarkan Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia cukup memprihatinkan yaitu bayi yang mendapatkan ASI eksklusif san
gat rendah. Sebanyak 86% mendapatkan makanan berupa susu formula, makanan
padat, atau campuran antara ASI dan susu formula (Kementrian Negara Pember-
Menurut Dr. Derrick B.Jelliffe yang dikutip oleh Gupte, (2004) ; air susu
ibu dianggap sebagai “pemberian hadiah cinta kasih dan sumber alamiah secara
unik” dan ASI merupakan salah satu zat terbaik yang dimiliki manusia sebagai
makanan bayi. ASI mempunyai komposisi yang ideal utuk memenuhi kebutuhan
bayi. ASI mengandung antibodi dibandingkan protein makanan dan juga protein
susu sapi.
dengan kebutuhan laju pertumbuhan dan kebiasaan menyusui bayinya yang tidak
bisa didapatkan dari susu atau sumber lainnya (Wise, 2004). Pemberian ASI
ekslusif merupakan salah satu cara efektif yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya kekurangan gizi dan kematian pada bayi, pemberian ASI ekslusif
dapat memberikan manfaat bagi ibu maupun bayinya, dengan pemberian ASI eks-
lusif dapat memberikan kekebalan bagi bayi dan secara emosional, kedekatan ibu
9) Keamanan Lingkungan
yang optimum pula. Lingkungan yang aman juga merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi status gizi anak. Hal ini ditunjukkan berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Ghazi, (2013) menunjukkan hasil bahwa daerah
10) Kebudayaan
terjadinya angka gizi buruk. Evans, dkk, dalam penelitian Lastanto menemukan
bahwa ada perbedaan cara pemberian makan dan pemilihan jenis makanan pada
etnis dan ras tertentu. Praktek pemberian makanan dapat menentukan pola
perilaku anak dalam makan, terutama bagi anak untuk dapat memiliki isyarat
Salah satu faktor yang mempengaruhi rantai tak terputus gizi kurang
adalah status ekonomi yang buruk. Secara langsung ataupun tidak keadaan
buruk sekitar 17,6 persen dan gizi kurang sekitar 14 persen, dengan faktor
penyebab kemiskinan dan tingkat pendidikan orang tua yang merupakan faktor
utama penyebab balita menderita gizi buruk dan gizi kurang. Perbedaan
pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan antara orang miskin dengan orang
anggota keluarga, maka semakin menurun status gizi balita dalam keluarga
tersebut.
Dampak kekurangan gizi sangatlah kompleks. Pada anak, hal ini dapat
otak untuk dapat bekerja dengan baik. Untuk gangguan kognitif anak dapat
2. Perkembangan sosial
3. Gangguan pertumbuhan
a. Marasmus
kronis. Karakteristik dari marasmus adalah berat badan sangat rendah. Ciri- ciri
3) Cengeng, rewel.
4) Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit, bahkan sampai tidak
ada.
5) Sering disertai diare kronik atau konstipasi/ susah buang air besar, serta
penyakit kronik.
Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi yang lebih dominan. Berat badan
menurut umur dan berat badan menurut panjang/ tinggi biasanya sangat rendah.
b. Kwashiorkor
pedis).
3) Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan
duduk.
6) Pembesaran hati.
9) Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi
c. Marasmik - Kwashiorkor
kwashiorkor adalah gangguan dari tanda-tanda yang ada pada marasmus dan
kwashiorkor
4. Keluarga
akan terfokus pada perawatan anak sakit akibat kekurangan gizi dan hal itu dapat
penyebab gizi kurang dengan kejadian gizi kurang pada anak balita. Pengetahuan
Score. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti membuat kerangka konsep dalam
Pengetahuan Ibu
Pendapatan
Keluarga
Kelengkapan Gizi
Imunisasi
Kurang
Pemberian ASI
Ekslusif
Asupan Makanan
Penyakit Infeksi
Gambar 2.2 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian gizi kurang pada
anak balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul
Kabupaten Humbang Hasundutan
analisis berdasarkan permasalahan yang diteliti dalam area populasi yang sudah
an ini adalah karena dari data yang didapatkan, bahwa angka prevalensi balita gizi
Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan September 2016 sampai Agustus
2017.
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anak balita gizi kurang usia 12-
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yaitu anak balita gizi
1. Gizi kurang adalah keadaan anak balita yang ditentukan berdasarkan hasil
score -2 SD - ≤ -3SD.
tentang anak balita, gizi untuk anak balita dan mengetahui tentang hal-hal
yang berkaitan dengan gizi kurang dan gizi buruk serta hal-hal apa saja yang
dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orangtua anak balita
7. Penyakit infeksi adalah penyakit yang pernah diderita balita dalam satu bulan
menjadi:
1. Kurang Baik, apabila skor yang diperoleh responden 0-13 dari total
jawaban pertanyaan.
2. Baik, apabila skor yang diperoleh responden 14-26 dari total jawaban
pertanyaan.
yaitu:
- BCG
- DPT
- Polio
- Campak
Susunan makanan dan jumlah zat gizi energi dan protein diukur dengan
tersebut dikumpulkan 2 kali dengan hari yang tidak berurutan kemudian dihitung
nutrisurvey untuk menganalisis jumlah zat gizi energi dan protein, kemudian
Untuk mengukur asupan zat gizi protein dan energi diukur menggunakan
Adapun Angka Kecukupan Gizi energi dan protein yang dianjurkan utuk
Protein : 26 gr
Protein : 35 gr
2004) :
diperoleh < 1
dalam kuesioner, perlu dilakukan proses editing, coding, tabulasi, dan entry data
Memastikan kelengkapan dan kejelasan setiap aspek yang diteliti, yaitu dengan
telah lengkap.
2. Coding data
Teknik coding ini digunakan untuk memudahkan dalam proses analisis data.
3. Tabulasi
Memasukkan data kedalam diagram atau tabel-tabel sesuai dengan kriteria agar
4. Entery data
1. Analisis Univariat
variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
2. Analisis Bivariat
terkumpul di analisis dengan uji statistik bivariat dengan menggunakan uji chi-
b. Bila p > α, berarti secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan
3. Analisis Multivariat
yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suatu varibel bebas dengan variabel
terikat. Analisis regresi yang digunakan yaitu regresi logistik dengan metode
enter. Metode enter yaitu dengan cara memasukkan semua prediktor ke dalam
analisis sekaligus.
atau belum memiliki fasilitas rawat inap. Luas Kecamatan Doloksanggul adalah
yaitu:
14.978 jiwa, dengan perincian laki-laki sebanyak 7.487 jiwa dan perempuan
berdasarkan pekerjaan, tingkat pendidikan, dan jumlah anak disajikan pada tabel
4.2. Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa responden paling banyak bekerja
bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 3 orang (4.7%) dan yang bekerja
tingkat pendidikan SLTA yaitu sebanyak 58 orang (90,6%) orang, yang tamat
1 orang (1,6%). Untuk jumlah anak dari responden, sebagian besar memiliki anak
banyak atau >2 orang yaitu sebanyak 46 orang (71,9%) dan yang memiliki anak ≤
memiliki banyak anak karena penduduk di lokasi penelitian mayoritas suku Batak
Toba, dimana sebagian besar orang-orang masih percaya bahwa banyak anak,
banyak rezeki.
dalam Tabel 4.3. Dari Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa anak balita yang paling
yang umurnya 37-59 bulan sebanyak 16 orang (25,0%). Untuk karakteristik anak
balita berdasarkan berat badan yang paling banyak dengan berat badan 6,5 kg -
9,5 kg, dan yang berat badannya 10,5 kg - 13,5 kg sebanyak 25 orang (39,1%).
Tabel 4.3 Distribusi Anak Balita Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur dan
Berat Badan di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta Kecamatan
Doloksanggul
Karakteristik Anak N %
Balita
Jenis Kelamin
Laki-Laki 36 56,3
Perempuan 28 43,8
Jumlah 64 100,0
Umur (Bulan)
12-36 48 75,0
37-59 16 25,0
Jumlah 64 100,0
Berat Badan (Kg)
6,5 -9,5 39 60,9
10,5-13,5 25 39,1
Jumlah 64 100,0
4.2.3 Distribusi Kejadian Gizi Kurang pada Anak Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Saitnihuta dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya
4.2.3.1 Gizi Kurang
Puskesmas Saitnihuta diperoleh distribusi status gizi kurang anak balita, dimana
anak balita dengan gizi kurang ringan yaitu anak balita yang memiliki nilai Z-
score sebesar -2SD - > -3SD berdasarkan perhitungan nilai Z-score dengan
indikator Berat Badan menurut Umur (BB/U), sedangkan anak balita yang gizi
kurang berat yaitu anak balita yang memiliki nilai Z-score ≤ -3 SD, yang disajikan
Berdasarkan Tabel 4.4, anak balita gizi kurang paling banyak pada
kategori gizi kurang ringan sebanyak 57 orang (89,1%) dan anak balita pada
penghasilan keluarga per bulan rendah sebanyak 57 orang (89,1%), itu disebabkan
karena sebagian besar responden bekerja sebagai petani yang penghasilan mereka
bergantung pada alam dan tidak ada penghasilan yang menetap dan responden
imunisasi dasar secara lengkap yaitu BCG, DPT, Campak, Polio, dan Hepatitis B ,
sedangkan status imunisasi dikatakan tidak lengkap, apabila anak balita tidak
responden bahwa distribusi status imunisasi anak balita dapat dilihat pada Tabel
Berdasarkan Tabel 4.6, dapat dilihat bahwa anak balita gizi kurang di
wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta lebih banyak pada kategori imunisasi lengkap
yaitu sebanyak 49 orang (76,6%), status imunisasi tidak lengkap yaitu sebanyak
bulan tanpa memberikan makanan tambahan apapun (hanya ASI). Hasil penelitian
berikut:
banyak yang tidak mendapatkan ASI Ekslusif yaitu sebanyak 25 orang (39,1%),
dimiliki ibu tentang anak balita, gizi untuk anak balita dan mengetahui tentang
hal-hal yang berkaitan dengan gizi kurang dan gizi buruk serta hal-hal apa saja
yang dapat bermanifestasi menjadi gizi kurang dan gizi buruk. Hasil penelitian
berikut:
(59,8%).
satu bulan terakhir yang disebabkan oleh : bakteri, virus, dan parasit. Berdasarkan
banyak pada kategori tidak menderita penyakit infeksi yaitu sebanyak 57 orang
dikonsumsi tubuh setiap hari. Pada penelitian ini asupan makanan pada anak
balita gizi kurang dilihat dari asupan energi dan protein. Asupan makanan diukur
Asupan energi dikatakan baik apabila asupan energi anak balita sebesar
80-110% dari AKG, kategori kurang apabila asupan energi anak balita dibawah
80% dari AKG, dan kategori lebih apabila asupan energi anak balita di atas 110%
dari AKG. Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan form food recall
anak balita dengan asupan energi baik sebanyak 30 orang (46,9%), dan yang
Kecukupan asupan protein pada anak balita gizi kurang di wilayah kerja
banyak pada kategori asupan protein baik yaitu sebanyak 35 orang (54,7%),
asupan protein kurang sebanyak 13 orang (20,3%), dan yang asupan protein lebih
infeksi dengan variabel terikat, yaitu gizi kurang dengan menggunakan uji chi-
Tabulasi silang pengetahuan ibu terhadap kajadian gizi kurang pada anak
balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu dengan Gizi Kurang pada Anak
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta
Pengetahuan Ibu Gizi Kurang Total
Ringan Berat p
F % F % F %
Kurang Baik 21 32,8 6 9,4 27 42,2 0,004
Baik 37 57,8 0 0 37 57,8
Total 58 90,6 6 9,4 64 100
Responden dengan pengetahuan ibu kurang baik terdapat 21 orang
(32,8%) berstatus gizi kurang ringan, dan 6 orang (9,4%) yang berstatus gizi
kurang berat. Dari 37 orang responden dengan pengetahuan ibu baik terdapat 37
exact test karena nilai harapan dari sel pada tabel ada yang kurang dari 5.
Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p yang sebesar 0,004, oleh karena p value
< 0,05, maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara pengetahuan ibu
dengan kejadian gizi kurang pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas
Saitnihuta.
kurang pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta, dapat dilihat pada
Dari hasil tabulasi silang di atas dapat diketahui bahwa dari 57 responden
kurang ringan, dan 3 orang (4,7%) yang berstatus gizi kurang berat. Dari 7 orang
responden dengan pendapatan keluarga tinggi terdapat 4 orang (6,3%) yang gizi
Tabel 4.13 Tabulasi Silang Pendapatan Keluarga dengan Gizi Kurang pada
Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta
Pendapatan Gizi Kurang Total
keluarga Ringan Berat p
F % F % F %
Tinggi 4 6,2 3 4,7 7 10,9 0,014
Rendah 54 84,4 3 4,7 57 89,1
Total 58 90,6 6 9,4 64 100
kurang pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta. Uji statistik
menggunakan fisher’s exact test karena nilai harapan dari sel pada tabel ada yang
kurang dari 5. Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p sebesar 0,014, oleh
karena p value < 0,05, maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara
pendapatan keluarga dengan kejadian gizi kurang pada anak balita di wilayah
gizi kurang dapat dilihat pada Tabel 4.14. Dari hasil tabulasi silang di atas dapat
diketahui bahwa dari 15 orang anak balita dengan kelengkapan imunisasi tidak
(1,6%) yang berstatus gizi kurang berat. Dari 49 orang anak balita dengan
kelengkapan imunisasi lengkap terdapat 44 orang (68,8%) yang gizi kurang ringan
Tabel 4.14 Tabulasi Silang Kelengkapan Imunisasi dengan Gizi Kurang pada
Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta
Kelengkapan Gizi Kurang
Imunisasi Ringan Berat Total p
F % F % F %
Tidak lengkap 14 21,9 1 1,6 15 23,4 1,000
Lengkap 44 68,8 5 7,8 49 76,6
Total 58 90,6 6 9,4 64 100
Berdasarkan Tabel 4.14 dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
kelengkapan imunisasi dengan kejadian gizi kurang pada anak balita. Uji statistik
menggunakan fisher’s exact test karena nilai harapan dari sel pada tabel ada yang
kurang dari 5. Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p yang sebesar 1,000, oleh
karena p value > 0,05, maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan antara
kelengkapan imunisasi dengan kejadian gizi kurang pada anak balita di wilayah
Hasil tabulasi silang antara pemberian ASI Ekslusif dengan gizi kurang
dapat diketahui bahwa dari 25 anak balita yang tidak diberikan ASI Ekslusif
terdapat 20 orang (31,3%) berstatus gizi kurang ringan, dan 5 orang (7,8 %) yang
terdapat 38 orang (59,4%) yang gizi kurang ringan dan 1 orang (1,6 %) berstatus
Tabel 4.15 Tabulasi Silang Pemberian ASI Ekslusif dengan Gizi Kurang
pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta
Pemberian ASI Gizi Kurang Total
Ekslusif Ringan Berat p
F % F % F %
Tidak ASI Ekslusif 20 31,3 5 7,8 25 40,6 0,030
ASI Ekslusif 38 59,4 1 1,6 39 59,4
Total 58 90,6 6 9,4 64 100
fisher’s exact test karena nilai harapan dari sel pada tabel ada yang kurang dari 5.
Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p yang sebesar 0,030, oleh karena p value
< 0,05, maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara pemberian ASI
Ekslusif dengan kejadian gizi kurang pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas
Saitnihuta.
4.3.5.1 Hubungan antara Asupan Energi dengan Kejadian Gizi Kurang pada
Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta
kurang diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.16. Hasil tabulasi silang pada Tabel
4.17 di atas dapat diketahui bahwa dari 19 anak balita dengan asupan energi
kurang terdapat 14 orang (21,9 %) berstatus gizi kurang ringan, dan 5 orang (7,8
energi baik dan lebih terdapat 44 orang (68,8%) yang berstatus gizi kurang
Tabel 4.16 Tabulasi Silang antara asupan energi dengan Gizi Kurang
Tabel 4.17 Tabulasi Silang Konsumsi Energi dengan Gizi Kurang setelah
penggabungan sel
Asupan Energi Gizi Kurang Total
Ringan Berat p
F % F % F %
Kurang 14 21,9 5 7,8 19 29,7 0,007
Baik 44 68,8 1 1,6 45 70,3
Total 58 90,6 6 9,4 64 100
Hubungan antara asupan energi dengan gizi kurang diuji
dengan menggunakan uji chi square dengan jenis tabel 3x2. Tetapi setelah diuji
tabel tersebut tidak layak uji karena adanya expected count kurang dari lima,
asupan energi kategori baik dan kategori lebih. Oleh karena itu pada tabel
tabulasi silang di atas asupan energi baik merupakan pengelompokan dari asupan
penggabungan sel peneliti menguji kembali data tersebut dengan uji chi square
dengan jenis tabel 2x2, dari uji yang kedua masi didapatkan sel yang nilai
expected count yang kurang dari lima, sehingga nilai p yang diambil adalah nilai
ada hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan kejadian gizi kurang
pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta, dengan nilai p = 0,007.
kurang dapat dilihat pada Tabel 4.18 berikut.Hasil tabulasi silang antara asupan
protein dengan gizi kurang, dapat diketahui bahwa dari 13 orang anak balita
dengan asupan protein kurang terdapat 9 orang (14,1 %) berstatus gizi kurang
ringan, dan 4 orang (6,3 %) yang berstatus gizi kurang berat. Dari 45 orang anak
balita dengan asupan protein baik dan lebih terdapat 49 orang (76,6 %) yang
berstatus gizi kurang ringan dan 2 orang (3,1%) berstatus gizi kurang berat.
Tabel 4.18 Tabulasi Silang antara Asupan Protein dengan Kejadian Gizi
Kurang pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Saitnihuta
Asupan Protein Gizi Kurang Total
Ringan Berat
F % F % F %
Kurang 9 14,1 4 6,3 13 20,3
Baik 33 51,6 2 3,1 35 54,7
Lebih 16 25,0 0 0 16 250
Total 58 90,6 6 9,4 64 100
Tabel 4.19 Tabulasi Silang Asupan Protein dengan Gizi Kurang setelah
penggabungan sel
Asupan Protein Gizi Kurang Total
Ringan Berat p
F % F % F %
Kurang 9 14,1 4 6,3 13 20,3 0,013
Baik 49 76,6 2 3,1 51 79,7
Total 58 90,6 6 9,4 64 100
Hubungan antara asupan protein dengan gizi kurang diuji dengan
menggunakan uji chi square dengan jenis tabel 3x2, tetapi setelah diuji tabel
protein kategori baik dan kategori lebih. Oleh karena itu pada tabel tabulasi silang
kategori baik dan kategori lebih. Kemudian setelah dilakukan penggabungan sel
peneliti menguji kembali data tersebut dengan uji chi square dengan jenis tabel
2x2 .
bahwa ada hubungan antara asupan protein dengan kejadian gizi kurang pada anak
balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta, dimana dari uji chi square diperoleh
nilai p value sebesar 0,013, oleh karena p value < 0,05, maka Ho ditolak yang
berarti ada hubungan antara asupan protein dengan kejadian gizi kurang pada anak
diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.20. Dari hasil tabulasi silang di atas dapat
diketahui bahwa dari 21 anak balita dengan asupan makanan kurang baik
terdapat 16 orang (25,0%) berstatus gizi kurang ringan, dan 5 orang (7,8 %) yang
berstatus gizi kurang berat. Dari 43 orang anak balita dengan asupan makanan
baik terdapat 42 orang (65,6%) yang gizi kurang ringan dan 1 orang (1,6 %)
exact test karena nilai harapan dari sel pada tabel ada yang kurang dari 5.
Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p yang sebesar 0,012, oleh karena p value
< 0,05, maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara asupan makanan
dengan kejadian gizi kurang pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas
Sainihuta
Tabel 4.20 Tabulasi Silang antara asupan makanan dengan Kejadian Gizi
Kurang pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Saitnihuta
Asupan Gizi Kurang Total
Makanan Ringan Berat p
F % F % F %
Kurang Baik 16 25,0 5 7,8 21 32,8 0,012
Baik 42 65,6 1 1,6 43 67,2
Total 58 90,6 6 9,4 64 100
4.3.6 Hubungan antara Penyakit Infeksi dengan Gizi Kurang pada Anak
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta
wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta dapat dilihat pada Tabel 4.21 di bawah ini.
Dari hasil tabulasi silang di atas dapat diketahui bahwa dari 57 orang anak balita
yang tidak menderita penyakit infeksi terdapat 51 orang (79,7%) yang berstatus
gizi kurang ringan dan 6 orang (9,4%) berstatus gizi kurang berat. Dari 7 orang 7
orang (10,9%) yang gizi kurang ringan dan tidak ada responden yang mengalami
Penyakit infeksi tidak berhubungan dengan kejadian gizi kurang pada anak
exact test karena nilai harapan dari sel pada tabel ada yang kurang dari 5.
Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p yang sebesar 1,000, oleh karena p value
> 0,05, maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan antara penyakit infeksi
dengan kejadian gizi kurang pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas
Saitnihuta.
Variabel yang dimasukkan dalam uji regresi logistik adalah variabel yang
mempunyai nilai p < 0,05 dimana hasil seleksi variabel tersebut dapat dilihat
Tabel 4.22 Hasil Seleksi Variabel yang Dapat Masuk Dalam Regresi Logistik
No Variabel p value Nilai Ketetapan Pemodelan
1 Pengetahuan Ibu 0,004 p < 0,05 Masuk pemodelan
2 Pendapatan 0,014 p < 0,05 Masuk pemodelan
keluarga
3 Kelengkapan 1,000 p > 0,05 Tidak masuk
Imunisasi pemodelan
4 Pemberian ASI 0,030 p < 0,05 Masuk pemodelan
Ekslusif
5. Asupan Makanan 0,012 p < 0,05 Masuk pemodelan
6. Penyakit Infeksi 1,000 p > 0,05 Tidak masuk
pemodelan
berganda dilakukan untuk mengetahui variabel yang berpengaruh dan yang paling
berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang pada anak balita di wilayah kerja
berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang pada anak balita di wilayah kerja kerja
yang paling berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang pada anak balita di
keluarga, karena nilai Exp (B) pendapatan keluarga yang lebih besar dari pada
asupan makanan.
13,5 kali untuk mempunyai status gizi kurang dibandingkan dengan anak balita
Exp (B) sebesar 0,076, artinya anak balita dengan asupan makanan kurang baik
mempunyai status gizi kurang dibandingkan dengan anak balita dengan asupan
makanan baik.
anak balita gizi kurang adalah sebagai petani. Penduduk di sekitar wilayah kerja
Puskesmas Saitnihuta banyak yang bekerja sebagai petani, dan pada umumnya
sarana prasarana yang tersedia. Mereka juga kurang menerapkan metode bertani
yang baik karena tidak mendapatkan pelatihan tentang bertani yang baik, sehingga
hasil produksi dari pertanian hanya sedikit atau kurang untuk mencukupi
dimana mereka mengolah lahan milik orang lain dan hasil pertanian harus dibagi
dengan pemilik lahan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Berdasarkan
wawancara yang dilakukan peneliti dengan orangtua anak balita, hasil pertanian
pelatihan bertani dan modal untuk pertanian, dimana harga pestisida dan pupuk
juga semakin tinggi, padahal hasil produksi pertanian semakin menurun dan harga
dari produk hasil panen yang tidak menentu. Hal itu sangat mempengaruhi
pendapatan keluarga.
Orangtua yang bekerja sebagai petani biasanya bekerja mulai pagi hingga
sore hari atau sekitar pukul 08.00 wib – 17.30 wib. Dan biasanya bekerja setiap
toba) misalnya acara adat pernikahan ataupun acara adat pesta duka. Terkadang
mereka saling membantu dalam bekerja, misalnya hari senin di ladang ibu yang
satu, hari selanjutnya mereka sama-sama bekerja di ladang ibu yang satu lagi
begitu juga seterusnya sesuai dengan kesepakatan mereka. Sebagian dari ibu-ibu
sayang, sehingga hal ini dapat mempengaruhi baik status gizi, pola asuh, maupun
anak lebih dari 2 orang. Responden yang memiliki anak lebih dari 2 yaitu 46
orang atau 71,9%. Lokasi penelitian mayoritas penduduknya suku Batak Toba,
dimana masih banyak yang percaya dengan banyak anak, banyak rezeki. Sehingga
rata-rata setiap keluarga mempunyai anak banyak. Keluarga dengan jumlah yang
besar memungkinkan kurangnya perhatian yang diberikan pada anak, pola asuh
yang kurang baik, karena keterbatasan waktu yang dimiliki orangtuanya. Besarnya
keluarga juga akan mempengaruhi pengeluaran per kapita yang pada akhirnya
Hasil tabulasi silang antara pengetahuan ibu dengan kejadian gizi kurang
pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta, diketahui bahwa dari 27
responden dengan pengetahuan ibu kurang baik terdapat 21 orang anak balita
(32,8%) berstatus gizi kurang ringan, dan 6 orang (9,4%) yang berstatus gizi
kurang berat, dengan pengetahuan ibu baik terdapat 37 orang anak balita (57,8%)
bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian gizi kurang pada
anak balita, hal ini dilihat dari uji chi square dimana nilai p value yang diperoleh
sebesar 0,004. Namun dari hasil uji regresi logistik, pengetahuan ibu tidak
berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang pada anak balita di wilayah kerja
Pengetahuan ibu yang tinggi tentang gizi anak balita menjadikan lebih
memahami kebutuhan gizi anak balita dibandingkan ibu dengan pengetahuan yang
masih rendah. Ibu dapat memberikan menu yang bervariasi sehingga balita tidak
bosan dengan menu yang disediakan dan tercukupinya kebutuhan akan gizi
seimbang bagi anak balita. Saat kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas
yang diberikan karena metode dan media penyuluhan yang digunakan kurang
pemberian gizi yang baik bagi keluarga khususnya pada anak balita.
responden tidak aktif bertanya pada tenaga kesehatan saat kegiatan penyuluhan
atau konseling gizi, juga disebabkan responden baru mempunyai anak sehingga
balita sehingga pola makan anak balita akan bergantung pada ibu. Bila pengetahu-
an ibu semakin baik, maka pola makan anak balita pun akan semakin baik, karena
kebutuhan dan kecukupan gizi anak balita tergantung dari pengetahuan ibu
Pengetahuan yang rendah pada ibu dapat berdampak pada sikap dan
perilaku ibu dalam memberikan makanan kepada anak balita, yang menimbulkan
mempunyai status gizi kurang. Namun pada anak balita yang mempunyai gizi
kurang ringan dan gizi kurang berat pun ibu juga memiliki tingkat pengetahuan
yang baik tentang status gizi. Hal ini dikarenakan oleh faktor lain misalnya
membeli bahan pangan rendah dan ketersediaan makanan di rumah sedikit dan
konsumsi makanan sedikit sehingga akan berpengaruh terhadap berat badan anak
dalam hal ini mengenai kesehatan tentunya juga akan mempengaruhi perilaku dan
tinggi maka ibu mempunyai dasar untuk bertindak dalam memilih dan
memberikan asupan gizi yang sesuai dengan usia bayi. Pemberian makanan
bergizi seperti memberikan sayur mayur dan buah yang sangat dibutuhkan
oleh bayi dalam masa pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia bayi. Dengan
ibu mempunyai pengetahuan yang tinggi maka ibu lebih banyak memahami
asupan gizi seimbang yang baik tumbuh kembang balita sehingga balita dapat
oleh Lastanto (2015) tentang „‟analisis faktor yang mempengaruhi kejadian balita
gizi kurang di wilayah kerja puskesmas cebongan‟ didapatkan hasil bahwa tingkat
pengetahuan orang tua berhubungan dengan kejadian gizi kurang pada balita.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian dari Turnip (2014) yaitu terdapat
hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita di
Tabulasi silang antara pendapatan dengan kejadian gizi kurang pada anak
(84,4%) berstatus gizi kurang ringan, dan 3 orang (4,7%) yang berstatus gizi
kurang berat. Dari 7 orang responden dengan pendapatan keluarga tinggi terdapat
4 orang (6,3%) yang gizi kurang ringan dan 3 orang (4,7%) berstatus gizi kurang
berat.
pendapatan keluarga dengan kejadian gizi kurang pada anak balita. Hal ini dilihat
dari uji chi square dimana nilai p value yang diperoleh sebesar 0,014, dan hasil uji
0,05) yang berarti pendapatan keluarga berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang
pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta. Dan berdasarkan hasil uji
yang paling berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang pada anak balita di
Menurut UNICEF pada tahun 1998 tentang faktor penyebab masalah gizi,
bahwa keadaan ekonomi merupakan akar masalah penyebab gizi kurang. Tingkat
pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan terhadap jenis dan jumlah
mempengaruhi berat badan anak balita dan pada akhirnya dapat mengalami gizi
kurang.
pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya, pendapatan
yang rendah akan menyebabkan penurunan dalam hal kualitas dan penurunan
kepada ibu untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu jumlah dan keragaman
pangan yang dapat dibeli. Namun sebaliknya, ibu yang tidak mempunyai
pendapatan keluarga yang cukup, maka akan kesulitan memberikan asupan gizi
yang baik. Meskipun tingkat pendapatan keluarga di atas UMR (Upah Minimum
Regional), namun masih ditemukan balita dengan gizi kurang, hal ini dapat
dipengaruhi faktor lain seperti jumlah anggota keluarga yang ditanggung lebih
besar, artinya semakin banyak anggota keluarga yang ditanggung maka semakin
disisi lain pendapatan keluarga per bulan dapat dianggap tetap namun harga bahan
makanan yang cenderung semakin mahal. Selain itu, ibu juga memiliki
pengetahuan yang rendah sehingga meskipun tingkat pendapatan sesuai UMR, ibu
belum mengetahui menu seimbang yang baik diberikan kepada anak balita
sehingga anak balita tetap dalam kondisi gizi kurang. Notoatmodjo (2007)
gizi balita, seperti teori yang dikemukakan oleh Soekirman (2000) bahwa
makanan.
dengan status gizi balita. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian dari Turnip
pendapatan keluarga dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Glugur
pemberian imunisasi dengan kejadian gizi kurang pada anak balita. Anak balita
dengan gizi kurang ringan dan gizi kurang berat, sebagian besar telah
23,4% yang tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Seperti yang dilaporkan
lengkap angkanya mengalami peningkatan mulai dari 41,6 persen pada tahun
2007 menjadi 53,8% pada tahun 2010 dan 59,2 persen pada tahun 2013.
kelengkapan imunisasi dengan kejadian gizi kurang pada anak balita, menurut
asumsi peneliti hal tersebut bisa terjadi dikarenakan ada faktor lain yang
langsung. Asupan makanan anak balita baik, maka sistem imun tubuh anak balita
atau anak akan membentuk antibodi, sehingga tubuh bayi atau anak balita telah
siap (telah kebal) bila terinfeksi oleh penyakit menular tersebut. Dengan kata lain
terhindarnya bayi atau anak dari berbagai penyakit dapat memperbaiki status gizi
memiliki status gizi yang baik. Imunisasi yang lengkap biasanya menghasilkan
status gizi yang baik. Sebagai contoh adalah dengan imunisasi seorang anak tidak
mudah terserang penyakit yang berbahaya, sehingga anak lebih sehat, dengan
tubuh/status sehat asupan makanan dapat masuk dengan baik, nutrisi pun terserap
dengan baik. Nutrisi yang terserap oleh tubuh balita dimanfaatkan untuk
Namun penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Vindriana (2012), dimana ada hubungan yang bermakna antara Kelengkapan
sampai 6 bulan. Dari hasil tabulasi silang antara pemberian ASI Ekslusif
dengan kejadian gizi kurang pada anak balita dapat diketahui bahwa dari 25
anak balita yang tidak diberikan ASI Ekslusif terdapat 20 orang (31,2%)
berstatus gizi kurang ringan, dan 5 orang (7,8 %) yang berstatus gizi kurang
berat. Dari 39 orang anak balita yang diberikan ASI Ekslusif terdapat 38
orang (59,4%) yang gizi kurang ringan dan 1 orang (1,6 %) berstatus gizi
hubungan antara pemberian ASI Eklusif dengan kejadian gizi kurang pada
anak balita. Hal ini dilihat dari uji chi square dimana nilai p value yang
diperoleh sebesar 0,030. Namun dari hasil uji regresi logistik, pemberian ASI
Ekslusif tidak berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang pada anak balita di
> 0,05).
Menurut peneliti bagi ibu yang bekerja sebagai petani atau yang lain, maka
kesempatan untuk memberikan ASI ekslusif hingga bayi usia 6 bulan adalah sulit.
Kondisi ini terjadi karena ibu akan kembali bekerja ke ladang, dan biasanya anak
pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif. Banyak ibu dari anak balita berpendapat
bahwa dengan memberikan ASI kepada anak itu sudah dikatakan ASI Ekslusif
Banyak ibu atau yang mengasuh anak memberikan makanan pendamping dengan
pendapat bahwa anak menangis berarti anak lapar dan tidak cukup hanya
diberikan ASI saja dan ada juga ibu dari anak balita yang beranggapan bahwa ASI
yang pertama kali keluar adalah ASI yang tidak sehat, sehingga banyak dari ibu
ASI dan boleh dengan ditambahkan pemberian air putih serta makanan lain seperti
pisang, bubur sereal, dan sebagainya sejak anak berusia 4 bulan. Hal ini
tentang ASI sangat berpengaruh pada keberhasilan menyusui. Bayi yang sehat,
tidak menderita kelainan atau penyakit tertentu lebih mudah untuk menyusu.
tidak mempunyai kesempatan memberikan ASI secara ekslusif (Syarif dkk, 2011).
Balita yang telah berumur diatas 6 bulan sudah dapat diberikan asupan gizi
di luar ASI ekslusif. Pemberian makanan kepada anak balita dengan kandungan
gizi yang seimbang sangat tergantung dari pengetahuan dan pendapatan keluarga.
asupan makanan yang seimbang yang dibutuhkan oleh anak balita dan apabila
baik, begitu juga sebaliknya, apabila pendapatan keluarga tidak mendukung, maka
kuantitas.
lebih seimbang, sehingga setelah 6 bulan pertama bayi tidak cukup hanya dengan
diberikan ASI saja tetapi juga diberikan nutrisi makanan tambahan secara
seimbang agar kebutuhan nutrisi bayi tercukupi dan balita memiliki status gizi
baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Giri, dkk (2013)
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan status
gizi balita di Kampung Kajanan Buleleng. Penelitian ini juga sejalan dengan
pengaruh pemberian air susu ibu (ASI) terhadap status gizi bayi.
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian dari Mastin dan Roosita
(2015) yang menunjukkan bayi yang mendapat ASI eksklusif cenderung memiliki
frekuensi sakit dan periode lama sakit yang lebih rendah dibandingkan dengan
bayi yang tidak diberi ASI eksklusif pada enam bulan pertama kehidupan
bayi. Dengan frekuensi sakit dan periode lama sakit yang rendah maka bayi dapat
sehat sehingga nutrisi dapat terserap dengan baik ke dalam tubuhnya, sehingga ba-
lita memiliki status gizi yang baik dimana seimbang antara berat badan dan tinggi
badannya
Hasil tabulasi silang antara asupan makanan dengan kejadian gizi kurang
pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta, diketahui bahwa dari 21
anak balita dengan asupan makanan kurang baik terdapat 16 orang (25,0%)
berstatus gizi kurang ringan, dan 5 orang (7,8 %) yang berstatus gizi kurang
berat. Dari 43 orang anak balita dengan asupan makanan baik terdapat 42 orang
(65,6%) yang gizi kurang ringan dan 1 orang (1,6 %) berstatus gizi kurang berat.
makanan dengan kejadian gizi kurang pada anak balita. Hal ini dilihat dari uji chi
square dimana nilai p value yang diperoleh sebesar 0,012, oleh karena p value <
0,05. Dari hasil uji regresi logistik, asupan makanan berpengaruh terhadap
kejadian gizi kurang pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta,
balita. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lokasi penelitian, tidak sedikit ibu
balita yang menyuapi anaknya hanya nasi dengan kuah atau mie instan, dan
banyak ibu yang mengaku bahwa tidak setiap hari menghidangkan nasi, lauk pauk
dan sayur kepada anggota keluarga, kebanyakan ibu hanya memasak nasi dan lauk
pauk saja bagi anggota keluarganya dengan alasan kesibukan bekerja dan karena
status gizi anak balita dimana pola makan balita kurang baik, sehingga berakibat
memprioritaskan anggota keluarga yang rentan terkena masalah gizi yaitu ibu
hamil dan anak balita. Padahal kenyataan dalam lokasi penelitian, masih banyak
makanan, baik dari segi kuantitas juga kualitas makanan, karena menurut mereka
kepala keluarga adalah orang yang lebih tinggi di dalam keluarga dan harus
dihormati dan dalam pembagian makanan juga harus dibedakan dengan anggota
keluarga yang lain. Hal ini dapat mempengaruhi status gizi anak balita dalam
keluarga.
masuknya zat makanan ke dalam tubuh manusia ditentukan oleh perilaku berupa
kesehatan tubuh orang atau manusia yang bersangkutan (Wise, 2004). Jika zat gizi
di dalam makanan yang dikonsumsi tidak cukup atau tidak mampu memenuhi
kebutuhan tubuh yang seharusnya, sehingga daya tahan tubuh akan menurun dan
gizi kurang.
asupan energi dengan kejadian gizi kurang pada anak balita. Hal ini dilihat dari
uji chi square dimana nilai p value yang diperoleh sebesar 0,007. Berdasarkan
hasil penelitian diketahui bahwa dari 19 anak balita dengan asupan energi kurang
terdapat 14 orang (21,9 %) berstatus gizi kurang ringan, dan 5 orang (7,8 %) yang
berstatus gizi kurang berat. Dari 45 orang anak balita dengan asupan energi baik
terdapat 44 orang (68,8) yang berstatus gizi kurang ringan dan 1 orang (1,6%)
berstatus gizi kurang berat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Khayati (2010) tentang faktor yang berhubungan dengan status
gizi balita pada keluarga buruh tani di Desa Situwangi Kecamatan Rakit
asupan energi dengan kejadian gizi kurang pada anak balita. Hal ini dilihat dari
hasil analisis bivariat diperoleh nilai p value yang diperoleh sebesar 0,013.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 13 orang anak balita dengan
asupan protein kurang terdapat 9 orang (14,1 %) berstatus gizi kurang ringan, dan
4 orang (6,3 %) yang berstatus gizi kurang berat. Dari 51 orang anak balita
dengan asupan protein baik terdapat 49 orang (76,6 %) yang berstatus gizi kurang
(2010) tentang faktor yang berhubungan dengan status gizi balita pada keluarga
2010, dimana terdapat hubungan antara asupan protein dengan status gizi balita di
5.7 Pengaruh Penyakit Infeksi Terhadap Kejadian Gizi Kurang pada Anak
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta
kurang, disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara penyakit infeksi dengan ke
jadian gizi kurang pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta. Hal ini
dilihat dari uji chi square dimana nilai p value yang diperoleh sebesar 1,000. Dari
hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 57 orang anak balita yang tidak
menderita penyakit infeksi terdapat 51 orang (79,7%) yang berstatus gizi kurang
ringan dan 6 orang (9,4%) berstatus gizi kurang berat. Dari 7 orang 7 orang
(10,9%) yang gizi kurang ringan dan tidak ada responden yang mengalami gizi
status gizi kurang atau status gizi buruk dan infeksi atau penyakit penyerta
terdapat interaksi bolak-balik yang dapat menyebabkan gizi kurang dan gizi buruk
melalui berbagai mekanisme fisiologis dan biologis. Yang terpenting ialah efek
langsung dari infeksi sistemik pada katabolisme jaringan. Walaupun hanya terjadi
infeksi ringan sudah dapat mempengaruhi status gizi (Suhardjo, 2005). Kesehatan
gizi yang rendah menyebabkan kondisi daya tahan tubuh menurun, sehingga
mudah terserang berbagai jenis penyakit, termasuk penyakit infeksi, karena akan
mempunyai daya tahan tubuh yang cukup kuat. Daya tahan tubuh akan meningkat
pada keadaan kesehatan gizi yang baik, dan akan menurun bila kondisi kesehatan
gizinya menurun.
Anak yang mendapatkan makanan cukup baik, tetapi sering diserang diare
atau demam, akhirnya dapat menderita kurang gizi. Demikian juga pada
anak yang makan tidak cukup baik, maka daya tahan tubuhnya akan melemah.
Keadaan demikian mudah diserang penyakit infeksi yang dapat mengurangi nafsu
Penyakit yang terjadi pada bayi dan anak balita umumnya adalah penyakit
yang timbulnya bertalian erat dengan masalah lingkungan dan pola pemberian
makanan. Hadirnya penyakit infeksi pada tubuh anak akan membawa pengaruh
terhadap keadaan gizi anak. Sebagai reaksi pertama akibat adanya penyakit infeki
adalah menurunya nafsu makan anak sehingga anak akan menolak makanan yang
gizi kedalam tubuh anak. Kehilangan nafsu makan, adanya muntah dan diare
dengan sangat cepat akan mengubah tingkat gizi anak kearah gizi buruk.
penyakit infeksi dengan kejadian gizi kurang pada anak balita, menurut asumsi
peneliti hal tersebut bisa terjadi dikarenakan lebih banyak anak balita yang
Suhendri (2009) yang menyatakan tidak ada hubungan antara penyakit infeksi
dengan status gizi anak balita. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat
terganggunya penyerapan zat gizi dari makanan yang dikonsumsi, dan juga
6.1 Kesimpulan
Doloksanggul lebih banyak pada kategori gizi kurang ringan yaitu sebesar
89,1% dan anak balita dengan status gizi kurang berat yaitu sebesar 10,9%.
makanan.
keluarga dengan nilai Exp (B) = 13,5 yang berarti bahwa anak balita dengan
pendapatan keluarga rendah akan berisiko 13,5 atau setara dengan 14 kali
keluarga tinggi.
6.2 Saran
cara pemberian gizi yang baik pada anak balita, secara terus menerus dan
akan meningkat.
dalam mencari informasi tentang gizi balita melalui penyuluhan oleh tenaga
kesehatan, konseling gizi dan melalui sumber informasi lainnya dan lebih
Lastanto. 2015. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Balita Gizi Kurang di Wila-
yah Kerja Puskesmas Cebongan. (Skripsi). Surakarta: STIKES KUSU-
MA HUSADA SURAKARTA.
Lutfiana, N. 2012. Faktor faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gizi Buruk
pada Lingkungan Tahan Pangan dan Gizi”(Skripsi) Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang
Maimunah. 2000. Faktor faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak Bali
- ta di Kelurahan Tembung Kodya Medan” (Skripsi). Medan : FKM
USU
Mastin, M & Katrin, R. (2015). Kecukupan Vitamin A dan Praktek Pemberian
Air Susu Ibu serta Kelengkapan Imunisasi Dasar dan Morbiditas Bayi.
Jurnal Gizi Pangan.
Mc Donald, Kupka, R.,Bosch, R., Spiegelman, D. & Duggan, L.P. (2012).
Predictors of Stunting, Wasting, and Underweight Among Tanzanian
Childern Born to HIV-Infected Woman. Europan Journal of Clinical
Nutriion, 66: 1265-1276.
Muaris, H. 2006. Sarapan Sehat Untuk Anak Balita. Jakarta: PT Gramedia Pusta
kaUtama
Mubarak, W. I. 2007. Promosi Kesehatan. Jogjakarta : Graha ilmu.
Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Oktavianis. 2016. Faktor faktor yang berhubungan dengan status gizi pada
balita di Puskesmas Lubuk Kilangan. Jurnal Human Care.Vol.1 No.3.
Saputra & Nurizka. 2012. Faktor Demografi dan Resiko Gizi Buruk dan Gizi Ku-
rang. Tanjung Biru Research Institute, 16(2): 95-101.
Sarah. (2008). Hubungan antara Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung
Pura Kabupaten Langkat. (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara, Medan.
KUESIONER
ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI
KURANG PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SAITNIHUTA KECAMATAN DOLOKSANGGUL
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
No. Responden :
Alamat Responden :
I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Pekerjaan :
a. Wiraswasta
b. Petani
c. Ibu Rumah Tangga
4. Pendidikan :
a. Tidak Sekolah/tidak tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SLTP
d. Tamat SLTA
5. Jumlah anak :
6. Penghasilan perbulan:
a. ≤Rp.1.829.725
b. ≥Rp.1.829.725
Siang/jam
Selingan siang
Sore/ Jam
Selingan Sore
Malam/jam
Pagi/Jam
Umur Berat
No pekerjaan pnddkn Jlh anak pndptn k.pedptn J.klmn balita badan a1 a2 a3 a4 a5 ttlskorimunisasi k.stsimunisasi
1 4 4 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 5 1
2 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
3 4 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 4 0
4 4 4 4 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 5 1
5 5 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
6 4 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 3 0
7 4 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
8 4 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 4 0
9 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
10 4 4 5 2 2 1 1 1 1 1 1 0 0 3 0
11 4 3 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 5 1
12 4 4 3 1 1 2 1 1 1 1 1 0 1 4 0
13 4 4 4 1 1 2 1 1 1 1 1 1 0 4 0
14 5 4 4 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 5 1
15 4 4 4 1 1 2 1 1 1 1 1 0 0 3 0
16 4 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
17 4 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 4 0
18 4 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
19 4 4 5 1 1 2 1 1 1 1 1 1 0 4 0
20 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
21 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
27 4 4 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 5 1
28 3 3 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 0 4 0
29 4 4 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 5 1
30 4 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 4 0
31 4 4 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 5 1
32 4 4 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 5 1
33 4 4 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 5 1
34 4 4 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 5 1
35 4 4 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 5 1
36 4 4 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 5 1
37 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
38 4 3 5 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
39 4 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
40 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
41 5 4 4 1 1 2 1 1 1 1 1 1 0 4 0
42 4 3 4 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 5 1
43 4 4 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 5 1
44 4 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
45 4 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 4 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2
1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 4 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2
1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 1 3 0 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2
1 1 1 1 4 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2
1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 1 3 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2
1 0 1 1 3 0 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1
1 0 1 1 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 4 1 1 4 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2
1 1 1 1 4 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2
1 1 1 0 3 0 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2
1 1 1 0 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 0 3 0 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2
1 1 0 0 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 1 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 4 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2
1 0 1 1 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 4 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2
1 0 1 1 3 0 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2
1 1 1 1 4 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2
1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 1 3 0 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1
1 0 1 1 3 0 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1
1 1 1 1 4 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2
1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 4 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2
1 1 0 0 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 1 3 0 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2
1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 4 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2
1 1 1 0 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 4 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2
1 0 1 1 3 0 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1
1 1 1 0 4 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 0 3 0 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1
1 1 1 1 4 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2
1 1 1 1 4 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1
1 1 1 0 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 0 3 0 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2
1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 4 0 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2
1 1 1 1 4 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2
1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 4 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2
1 1 1 1 4 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2
1 1 1 1 4 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2
1 1 0 1 2 0 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2
1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 4 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2
1 1 1 1 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 4 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2
1 0 1 1 3 0 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2
1 0 1 1 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 4 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2
1 0 1 1 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 1 3 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1
1 0 1 0 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 1 0 1 1 0 1 1 710 63 1 71 1
22 2 0 1 1 0 1 1 934 83 2 87 2
13 1 1 1 2 1 1 1 1048 93 2 102 2
13 1 1 0 1 0 1 1 986 88 2 90 2
21 2 0 1 1 0 1 1 1150 102 2 83 2
21 2 0 1 1 0 1 1 764 68 1 65 1
21 1 0 1 1 0 2 2 863 77 1 76 1
21 2 0 0 0 0 1 1 1192 106 2 83 2
22 2 0 1 1 0 1 1 849 75 1 75 1
22 2 0 1 1 0 1 1 1009 90 2 97 2
13 1 0 1 1 0 2 2 1067 95 2 97 2
13 1 0 0 0 0 1 1 1076 96 2 86 2
21 2 0 0 0 0 1 1 965 86 2 90 2
20 2 0 1 1 0 1 1 1007 90 2 99 2
22 2 1 1 2 1 1 1 1083 96 2 106 2
13 1 0 0 0 0 1 1 686 61 1 78 1
21 2 0 1 1 0 1 1 669 59 1 65 1
13 1 1 0 1 0 1 1 944 84 2 105 2
13 1 0 0 0 0 1 1 983 87 2 110 2
21 2 0 0 0 0 1 1 958 85 2 109 2
13 1 0 1 1 0 1 1 887 79 1 112 3
13 1 0 1 1 0 1 1 965 86 2 106 2
20 2 1 0 1 0 1 1 1105 98 2 108 2
13 1 0 0 0 0 1 1 938 83 2 92 2
21 2 1 0 1 0 1 1 879 78 1 85 2
21 2 0 0 0 0 1 1 1048 93 2 103 2
22 2 0 1 1 0 1 1 865 77 1 77 1
13 1 0 1 1 0 1 1 1020 91 2 94 2
21 2 1 1 2 1 1 2 998 89 2 92 2
13 1 0 0 0 0 1 1 830 74 1 87 2
20 2 1 0 1 0 1 1 945 84 2 98 2
23 2 0 0 0 0 1 1 833 74 1 91 2
22 2 0 0 0 0 1 1 1290 81 2 85 2
23 2 1 0 1 0 1 1 1238 77 1 81 2
23 2 0 1 1 0 1 1 1300 81 2 87 2
13 1 0 0 0 0 1 1 1503 94 2 100 2
21 2 0 0 0 0 1 1 1356 85 2 92 2
13 1 0 1 1 0 2 2 1198 75 1 73 1
23 2 1 0 1 0 1 1 1296 81 2 95 2
13 1 0 0 0 0 1 1 1345 84 2 108 2
21 1 0 0 0 0 2 2 1017 64 1 75 1
13 1 1 0 1 0 1 1 1002 63 1 59 1
22 2 1 1 2 1 1 1 1463 91 2 104 2
13 1 1 0 1 0 2 2 1002 63 1 62 1
22 2 0 1 1 0 1 1 984 61 1 73 1
13 1 0 1 1 0 2 2 1115 70 1 82 2
63 1 71 1 1
83 2 87 2 2
93 2 102 2 2
129 2 151 2 2
88 2 90 2 2
102 2 83 2 2
132 2 149 2 2
123 2 143 2 2
68 1 65 1 1
77 1 76 1 1
127 2 176 2 2
106 2 83 2 1
132 2 173 2 1
75 1 75 1 1
92 2 107 2 2
90 2 97 2 2
95 2 97 2 2
96 2 86 2 2
86 2 90 2 2
117 2 176 2 2
90 2 99 2 2
134 2 193 2 2
96 2 106 2 2
61 1 78 1 1
59 1 65 1 1
115 2 181 2 2
112 2 145 2 2
84 2 105 2 2
87 2 110 2 2
85 2 109 2 2
126 2 153 2 2
79 1 112 2 1
102 2 104 2 2
123 2 174 2 2
86 2 106 2 2
111 2 212 2 2
98 2 108 2 2
83 2 92 2 2
78 1 85 2 1
93 2 103 2 2
77 1 77 1 1
91 2 94 2 2
89 2 92 2 2
74 1 87 2 1
84 2 98 2 2
74 1 91 2 1
73 1 79 1 1
77 1 81 2 1
81 2 87 2 2
94 2 100 2 2
85 2 92 2 2
75 1 73 1 1
81 2 95 2 2
84 2 108 2 2
114 2 166 2 2
64 1 75 1 1
63 1 59 1 1
91 2 104 2 2
63 1 62 1 1
61 1 73 1 1
70 1 82 2 1
1. Analisis Univariat
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
kategorijumlahanak
Pendapatankeluarga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kategoripendapatankeluarga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Umurbalita
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Beratbadan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kategoripengetahuanibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kategoripenyakitinfeksi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kategorigizikurang
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kategorikecukupanenergi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
kategorikecukupanenergi2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
kategorikecukupanprotein2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kategoriasupanmakanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Crosstabs
gizikurang * kategoripendapatankeluarga
Crosstab
kategoripendapatankeluarga Total
Count 54 4 58
zscor-2-<-3
% of Total 84,4% 6,3% 90,6%
gizikurang
Count 3 3 6
zscor>-3
% of Total 4,7% 4,7% 9,4%
Count 57 7 64
Total
% of Total 89,1% 10,9% 100,0%
Chi-Square Tests
Continuity
6,418 1 ,011
Correction(a)
N of Valid Cases 64
b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,66.
gizikurang * kategoristatusimunisasi
Crosstab
kategoristatusimunisasi Total
Count 14 44 58
zscor-2-<-3
% of Total 21,9% 68,8% 90,6%
gizikurang
Count 1 5 6
zscor>-3
% of Total 1,6% 7,8% 9,4%
Count 15 49 64
Total
% of Total 23,4% 76,6% 100,0%
Chi-Square Tests
Continuity
,000 1 1,000
Correction(a)
b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,41.
gizikurang * kategoriasiekslusif
Crosstab
kategoriasiekslusif Total
Count 20 38 58
zscor-2-<-3
% of Total 31,3% 59,4% 90,6%
gizikurang
Count 5 1 6
zscor>-3
% of Total 7,8% 1,6% 9,4%
Count 25 39 64
Total
% of Total 39,1% 60,9% 100,0%
Chi-Square Tests
Continuity
3,592 1 ,058
Correction(a)
N of Valid Cases 64
b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,34.
gizikurang * kategoripengetahuanibu
Crosstab
kategoripengetahuanibu Total
Count 21 37 58
zscor-2-<-3
% of Total 32,8% 57,8% 90,6%
gizikurang
Count 6 0 6
zscor>-3
% of Total 9,4% ,0% 9,4%
Count 27 37 64
Total
% of Total 42,2% 57,8% 100,0%
Chi-Square Tests
Continuity
6,646 1 ,010
Correction(a)
N of Valid Cases 64
b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,53.
gizikurang * kategoripenyakitinfeksi
Crosstab
kategoripenyakitinfeksi Total
Cou
51 7 58
nt
zscor
-2-<-
3 % of
Tota 79,7% 10,9% 90,6%
l
Gizikura
ng
Cou
6 0 6
nt
zscor
>-3 % of
Tota 9,4% ,0% 9,4%
l
Cou
57 7 64
nt
Total
% of
Tota 89,1% 10,9% 100,0%
l
Continuity
,046 1 ,830
Correction(a)
N of Valid Cases 64
b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,66.
gizikurang * kategoriasupanmakanan
Crosstab
Kategoriasupanmakanan Total
Count 16 42 58
zscor-2-
<-3 % of
25,0% 65,6% 90,6%
Total
gizikurang
Count 5 1 6
zscor>-3
% of
7,8% 1,6% 9,4%
Total
Count 21 43 64
Total
32,8% 67,2% 100,0%
% of
Chi-Square Tests
Continuity
5,345 1 ,021
Correction(a)
N of Valid Cases 64
b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,97.
Logistic Regression
a
Unweighted Cases N Percent
Missing Cases 0 .0
Total 64 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 64 100.0
zscor-2-<-3 0
zscor>-3 1
a,b
Classification Table
Predicted
Observed Gizikurang
zscor>-3 6 0 .0
Score df Sig.
Chi-square Df Sig.
Model Summary
a
1 16.014 .311 .671
Predicted
Gizikurang
Percentage
Observed zscor-2-<-3 zscor>-3 Correct
zscor>-3 2 4 66.7
Sig. Exp(B)
a
Step 1 Pendapatankeluarga .007 13.500