Anda di halaman 1dari 141

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI

KURANG PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


SAITNIHUTA KECAMATAN DOLOKSANGGUL
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

SKRIPSI

OLEH
NATALIA SIHOMBING
NIM. 131000638

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI
KURANG PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SAITNIHUTA KECAMATAN DOLOKSANGGUL
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
NATALIA SIHOMBING
NIM. 131000638

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI
KURANG PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SAITNIHUTA KECAMATAN DOLOKSANGGUL KABUPATEN
HUMBANG HASUNDUTAN“ ini berserta seluruh isinya adalah benar hasil
karya saya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-
cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sangsi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.

Medan , September 2017

( NATALIA SIHOMBING )

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Kekurangan gizi dapat memberikan konsekuensi buruk yang tak terelakkan,


dimana manifestasi terburuk dapat menyebabkan kematian. Tujuan penelitian ini
untuk menganalisis pengaruh antara faktor risiko terhadap kejadian gizi kurang
pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta.
Metode penelitian ini adalah observasional dengan desain cross sectional.
Teknik sampling menggunakan total populasi dengan jumlah sampel sebanyak 64
orang anak balita gizi kurang usia 12-59 bulan. Teknik pengumpulan data dengan
menggunakan kuesioner dan formulir food recall 24 jam. Teknik analisis data
menggunakan analisis chi square.
Hasil penelitian, sebesar 89,1% gizi kurang ringan dan 10,9% gizi kurang
berat. Variabel pengetahuan ibu dengan hasil ρ-value (0,004)< 0,05, pendapatan
keluarga dengan hasil ρ-value (0,014)< 0,05, kelengkapan imunisasi ρ-value
(1,000)>0,05, pemberian ASI Ekslusif dengan hasil ρ-value (0,030)<0,05, asupan
makanan dengan hasil ρ-value (0,012)<0,05, penyakit infeksi dengan hasil ρ-
value (1,000)>0,05.
Kesimpulan penelitian ini adalah variabel yang mempengaruhi kejadian gizi
kurang pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta adalah tingkat
pendapatan keluarga, dan asupan makanan. Pendapatan keluarga merupakan
variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang pada anak balita
di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta. Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan
kepada Puskesmas Saitnihuta, agar melakukan penyuluhan pendidikan kesehatan
di posyandu-posyandu kepada ibu hamil dan ibu yang mempunyai anak balita
tentang pemberian asupan gizi pada anak balita. Dan kepada pemerintah setempat
diharapkan agar lebih memberdayakan masyarakat atau mengembangkan sarana
prasarana dalam meningkatkan pendapatan keluarga serta kepada ibu–ibu yang
mempunyai anak balita diharapkan agar lebih aktif mengikuti kegiatan posyandu
setiap bulannya.

Kata Kunci : Gizi Kurang, Asupan Pangan, ASI Ekslusif, Anak Balita.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Malnutrition may induce unavoidable bad consequences, where the worst


manifestation can lead to death. The purpose of this study was to analyze the
influence of risk factors on the incidence of malnutrition among under five
children in Saitnihuta Health Center work area.
This research used observasional method with cross sectional design. The
sampling technique used the total population with the number of samples as many
as 64 under nutrition childrensthan 12-59 months of age. Data collection
techniques using questionnaires and food recall form 24 hours. Data analysis
technique using chi square analysis.
The results, 89.1% under nutritious nutrition and 10.9% under severe
nutrition. Mother knowledge variable with ρ-value (0.004)<0,05, family income
with ρ-value (0,014)<0,05, completeness of immunization ρ-value (1,000)>0,05,
exclusive breastfeeding with result ρ -value (0.030) <0.05, food intake with ρ-
value (0.012)<0.05, infectious diseases with ρ-value (1,000)> 0.05.
The conclusions of this research are the variables that affect the incidence
of malnutrition among under five children in the working area of Saitnihuta
Public Health Center were the level of family income, and food intake. Family
income are the most influential variable on the incidence of malnutrition in
children under five in Saitnihuta Health Center work area. Based on research
results the result of the research, it is hoped to Saitnihuta Health Center to doing
health education conseling in posyandu’s to pregnant mothers and to mothers
who have under five children about nutrition intake in under five children. And to
the local government are expected to further empower the community or develop
infrastructure in improving family income and to mothers who have under five
children are expected to be more actively participate in posyandu activities every
month.

Keywords: Under Nutrition, Food Intake, Exclusive Breastfeeding, Under five


Children

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini

dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Gizi Kurang

pada Anak Balita di wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta Kecamatan

Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan” yang merupakan salah satu

syarat untuk dapat meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas

Sumatera Utara.

Penulisan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak,

baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian M.Si, selaku Ketua Departemen Gizi

Kesehatan Masyarakat USU sekaligus dosen pembimbing I, yang telah

bersedia meluangkan waktu, memberi motivasi dan dukungan, dan selalu

sabar membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. Fitri Ardiani SKM, M.P.H, selaku dosen pembimbing II, yang telah

memberikan banyak masukan dan saran yang membangun, serta penuh

kesabaran dalam membimbing penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


5. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes, selaku Penguji I yang telah banyak

memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ernawati Nasution, SKM, M.Kes, selaku Penguji II yang telah banyak

memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. dr. Wirsal Hasan M.P.H, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

banyak memberikan nasehat dan masukan kepada penulis selama kuliah di

FKM USU.

8. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bekal ilmu selama

penulis mengikuti pendidikan.

9. dr. Wika Tambunan selaku Kepala Puskesmas Saitnihuta, beserta rekan

kerjanya, yang telah mengizinkan peneliti untuk melaksanakan penelitian

di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta dan memberikan motivasi, serta

dukungan doa.

10. Teristimewa untuk ayahanda R. Sihombing dan Ibunda S. Br Nababan

tercinta, penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga atas kasih

sayang, doa, dukungan, motivasi, nasihat dan ketulusannya dalam

mendampingi penulis selama kuliah, penelitian hingga penulisan skripsi.

11. Abang, kakak, dan adik serta seluruh keluarga tersayang, yang selalu

memberikan motivasi, dukungan doa, perhatian dan mengajarkan kepada

penulis arti sebuah perjuangan dalam hidup.

12. Seluruh responden di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta yang telah


berpartisipasi dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


13. Sahabat-sahabat tersayang, Santi, Fransiska, Sulastry, Nelly, Hertati, yang

telah memberikan banyak dukungan, bantuan, dan doa kepada penulis

dalam penulisan skripsi ini.

14. Teman-teman seperjuangan di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU,

teristimewa, Santi Uliarta Simamora, Efridawaty Lumban Gaol, Basa

Mutiara, Fitry Nurmaya Sirait, Ramadhania, Mona Aisyah Harahap, Dinar

Syafitry, Sakinah Nasution, Rajani M. Duma, Annisa, Linora, Susan,

Agnes, Fanny, Ramona, Ratna yang selalu mendukung, mendoakan dan

membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

15. Kepada teman-teman seperjuangan PBL di Desa Sei Sijenggi dan teman-

teman LKP di ACS Kualanamu yang selalu mendukung dan mendoakan

penulis.

16. Teman-teman satu kost yang selalu mendukung, mendoakan dan

memberikan semangat kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

17. Seluruh teman-teman di organisasi IASMALIN (Ikatan Alumni

SMA/SMK Lintongnihuta) yang selalu memberikan dukungan dan

motivasi kepada penulis.

18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah

memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

penyusunan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


Akhir kata penulis berharap semoga dengan doa, dukungan, dan nasihat

yang telah diberikan, dapat bermanfaat bagi penulis untuk menjadi orang yang

lebih baik, dan semoga dengan disusunnya skripsi ini dapat memberikan manfaat

kepada penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Medan , September 2017

Penulis

Natalia Sihombing

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................................... iii
ABSTRACT .................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN……………… ............................................................................ xiv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 8
1.4 Hipotesis Penelitian................................................................................................. 8
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gizi Kurang ............................................................................................................. 10


2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi....................................................... 11
2.3 Dampak Kekurangan Gizi ....................................................................................... 21
2.4 Kerangka Konsep .................................................................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian...................................................................................................... 25
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................ 25
3.2.1 Lokasi Penelitian .......................................................................................... 25
3.2.2 Waktu penelitian .......................................................................................... 25
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................................. 25
3.3.1 Populasi ........................................................................................................ 25
3.3.2 Sampel.......................................................................................................... 26

3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 26


3.4.1 Data Primer ................................................................................................. 26
3.4.2 Data Sekunder ............................................................................................. 26

Universitas Sumatera Utara


3.5 Variabel dan Defenisi Operasional ....................................................................... 26

3.6 Metode Pengukuran .............................................................................................. 27

3.7 Pengolahan Data dan Analisa Data ........................................................................ 30

3.7.1 Pengolahan Data .......................................................................................... 30

3.7.2 Analisa Data ................................................................................................. 31

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................................... 33

4.1.1 Keadaan Geografis ....................................................................................... 33

4.1.2 Keadaan Demografi ..................................................................................... 34

4.2 Analisis Univariat .................................................................................................. 34

4.2.1 Karakteristik Responden .............................................................................. 34

4.2.2 Karakteristik Anak Balita ............................................................................ 35

4.2.3 Distribusi kejadian gizi kurang pada anak balita ......................................... 36

4.2.3.1 Gizi Kurang ...................................................................................... 36

4.2.3.2 Pendapatan Keluarga ........................................................................ 37

4.2.3.3.Status Imunisasi ................................................................................ 38

4.2.3.4 ASI Ekslusif ...................................................................................... 38

4.2.3.5 Pengetahuan Ibu ............................................................................... 39

4.2.3.6 Penyakit Infeksi ................................................................................ 39

4.2.3.7 Asupan Makanan .............................................................................. 40

4.2.3.7.1 Asupan Energi ................................................................... 40

4.2.3.7.2 Asupan Protein .................................................................. 41

4.3 Analisis Bivariat .................................................................................................... 41

4.3.1 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Gizi Kurang

Universitas Sumatera Utara


pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta ......................... 42

4.3.2 Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Gizi Kurang

pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta ....................... 42

4.3.3 Hubungan Kelengkapan Imunisasi dengan Kejadian Gizi Kurang

pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta ........................ 43

4.3.4 Hubungan ASI Ekslusif dengan Kejadian Gizi Kurang

pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta .......................... 44

4.3.5 Hubungan Asupan Makanan dengan Kejadian Gizi Kurang

pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta ......................... 45

4.3.5.1 Hubungan Asupan Energi dengan Kejadian Gizi Kurang ............... 45

4.3.5.2 Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Gizi Kurang .............. 47

4.3.5.3 Hubungan Asupan Makanan dengan Kejadian Gizi Kurang........... 48

4.3.6 Hubungan Penyakit Infeksi dengan Kejadian Gizi Kurang

pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta ......................... 49

4.4 Analisis Multivariat ...................................................................................... 50

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Ibu Anak Balita ........................................................................ 52

5.2 Pengaruh Pengetahuan Ibu

Terhadap Kejadian Gizi Kurang pada Anak Balita ........................................ 53

5.3 Pengaruh Tingkat Pendapatan

Terhadap Kejadian Gizi Kurang pada Anak Balita ........................................ 56

5.4 Pengaruh Kelengkapan Imunisasi

Terhadap Kejadian Gizi Kurang pada Anak Balita ........................................ 59

5.5 Pengaruh ASI Ekslusif

Universitas Sumatera Utara


Terhadap Kejadian Gizi Kurang pada Anak Balita ........................................ 60

5.6 Pengaruh Asupan Makanan

Terhadap Kejadian Gizi Kurang pada Anak Balita ......................................... 63

5.7 Pengaruh Penyakit Infeksi

Terhadap Kejadian Gizi Kurang pada Anak Balita ........................................ 66

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 69

6.2 Saran ...................................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 71

DAFTAR LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi dan Protein yang dianjurkan


Untuk Anak Balita............................................................... … ......................... …10

Tabel 3.1 Pemilihan Uji Analisis Hubungan ..................................................................... …32

Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jumlah Posyandu, Jumlah Penduduk Jumlah


Rumah Tangga, Kepadatan Penduduk menurut Desa di Wilayah
Kerja Puskesmas Saitnihuta Kecamatan Doloksanggu ...................................... …33

Tabel 4.2 Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan, Tingkat Pendidikan


dan Jumlah Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta ............................... …35

Tabel 4.3 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin, Umur


dan Berat Badan di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta … ............................ ….36

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Gizi Kurang… ............................................................... …36

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pendapatan Keluarga ..................................................... …37

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Status Imunisasi… ......................................................... …38

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Ekslusif ................................................. …38

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu ............................................................. …39

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Penyakit Infeksi ............................................................. …40

Tabel 4.10 Distrbusi Frekuensi Asupan Energi ................................................................ ….41

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Asupan Protein ............................................................... ....41

Tabel 4.12 Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu dengan Gizi Kurang ................................... …43

Tabel 4.13 Tabulasi Silang Pendapatan Keluarga dengan Gizi Kurang .......................... …43

Tabel 4.14 Tabulasi Silang Kelengkapan Imunisasi dengan Gizi Kurang ....................... …44

Tabel 4.15 Tabulasi Silang Pemberian ASI Ekslusif dengan Gizi Kurang ..................... …44

Tabel 4.16 Tabulasi Silang Antara Asupan Energi dengan Gizi Kurang ......................... …46

Tabel 4.17 Tabulasi Silang Konsumsi Energi dengan Gizi Kurang


setelah Penggabungan Sel ............................................................................... …46

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.18 Tabulasi Silang Antara Asupan Protein dengan Gizi Kurang ......................... …47

Tabel 4.19 Tabulasi Silang Konsumsi Protein dengan Gizi Kurang


setelah Penggabungan Sel ............................................................................... …47

Tabel 4.20 Tabulasi Silang Antara Asupan Makanan dengan Gizi Kurang...................... …49

Tabel 4.21 Tabulasi Silang Penyakit Infeksi dengan Gizi Kurang ................................... …49

Tabel 4.22 Hasil Seleksi Variabel yang Dapat Masuk Dalam Regresi Logistik ............... …50

Tabel 4.23 Hasil Uji Multivariat ...................................................................................... ….51

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor Masalah Gizi (UNICEF 1998) .............................. 12

Gambar 2.2 Kerangka Konsep ............................................................................................ 24

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ....................................................................... 75

Lampiran 2. Formulir Food Recall 24 jam .......................................................... 79

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian ......................................................................... 80

Lampiran 4. Surat Balasan Izin Penelitian ........................................................... 81

Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian ............................................... 82

Lampiran 6. Master Data ...................................................................................... 83

Lampiran 7. Hasil Uji Statistik ............................................................................. 94

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian ................................................................. 106

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Natalia Sihombing

Tempat Lahir : Lumban Sitogu, Kecamatan Lintongnihuta

Tanggal Lahir : 31 Agustus 1994

Suku Bangsa : Batak Toba

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : Ramli Sihombing

Suku Bangsa Ayah : Batak Toba

Nama Ibu : Sontina Nababan

Suku Bangsa Ibu : Batak Toba

Pendidikan Formal

1. SDN 173324 Lumban Julu : Tahun 2001-2007

2. SMP N 2 Lintongnihuta : Tahun 2007-2010

3. SMA N 1 Lintongnihuta : Tahun 2010-2013

4. FKM USU : Tahun 2013-2017

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber

daya manusia (SDM). Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai dengan perhatian

utama pada proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai mencapai

dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar anak

seperti perawatan dan makanan bergizi yang diberikan dengan penuh kasih sayang

dapat membentuk sumber daya manusia yang sehat, cerdas dan produktif.

Tumbuh kembang yang optimal terjadi pada masa balita. Balita merupakan

kelompok umur yang paling sering menderita kekurangan gizi dan gizi buruk

(Notoatmodjo, 2010). Balita dengan asupan makanan yang baik akan

mendapatkan status gizi yang baik. Jika tidak optimal maka balita akan menderita

kekurangan gizi dan gizi buruk. Kebutuhan gizi untuk anak pada awal masa

kehidupannya merupakan hal yang sangat penting. Kekurangan gizi dapat

memberikan konsekuensi buruk yang tak terelakkan, dimana manifestasi terburuk

dapat menyebabkan kematian. Menurut UNICEF (2013) tercatat ratusan juta anak

di dunia menderita kekurangan gizi yang artinya permasalahan ini terjadi dalam

populasi yang jumlahnya sangat besar. Setiap tahun lebih dari sepertiga kematian

anak di dunia berkaitan dengan masalah kurang gizi, yang disebabkan

melemahnya daya tahan tubuh terhadap penyakit. Menurut WHO pada tahun

2010, masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila angka prevalensi

Universitas Sumatera Utara


gizi kurang pada kategori prevalensi tinggi yaitu antara 20% - 29% dan dianggap

prevalensi sangat tinggi bila prevalensi gizi kurang ≥ 30%.

Menurut Riskesdas, pada tahun 2013, terdapat 19,6% balita kekurangan

gizi yang terdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi

kurang serta sebesar 4,5% balita dengan gizi lebih. Jika dibandingkan dengan

angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4%) dan tahun 2010 (17,9%), prevalen-

si kekurangan gizi pada balita tahun 2013 terlihat meningkat. Balita kekurangan

gizi tahun 2010 terdiri dari 13,0% balita berstatus gizi kurang dan 4,9% berstatus

gizi buruk. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun

2007, 4,9 % pada tahun 2010, 5,7 % tahun 2013. Hal ini menunjukkan adanya

peningkatan jumlah gizi kurang dan gizi buruk setiap tahunnya dari tahun 2010

hingga tahun 2013.

Dalam Riskesdas tahun 2013 juga menjelaskan bahwa dari 33 provinsi di

Indonesia, 19 provinsi memiliki prevalensi gizi kurang dan gizi buruk di atas

angka prevalensi nasional yaitu berkisar antara 21,2 persen sampai dengan 33,1

persen. Urutan ke 19 provinsi tersebut dari yang tertinggi sampai terendah adalah:

(1) Nusa Tenggara Timur; (2) Papua Barat; (3) Sulawesi Barat; (4) Maluku; (5)

Kalimantan Selatan; (6) Kalimantan Barat; (7) Aceh; (8) Gorontalo; (9) Nusa

Tenggara Barat; (10) Sulawesi Selatan; (11) Maluku Utara‟ (12) Sulawesi

Tengah; (13) Sulawesi Tenggara: (14) Kalimantan Tengah; (15) Riau; (16)

Sumatera Utara; (17) Papua; (18) Sumatera Barat dan (19) Jambi.

Menurut Riskesdas tahun 2007, angka prevalensi balita gizi kurang di

Kabupaten Humbang Hasundutan yaitu 13,3%, gizi buruk 16,8%, gizi baik

Universitas Sumatera Utara


63,7%, dan gizi lebih 6,2%. Kabupaten Humbang Hasundutan berada pada

peringkat ke 5 yang mempunyai angka prevalensi balita gizi kurang dan gizi

buruk di atas angka prevalensi nasional di Provinsi Sumatera Utara yaitu 30,1%,

setelah Kabupaten Tapanuli Utara, Nias, Kota Sibolga, dan Nias Selatan. Menurut

Riskesdas tahun 2013, angka prevalensi balita gizi kurang di Kabupaten Humbang

Hasundutan yaitu sebesar 17,6%.

Dampak kekurangan gizi sangat kompleks, anak dapat mengalami

gangguan pada perkembangan mental, sosial, kognitif dan pertumbuhan yaitu

berupa ketidakmatangan fungsi organ, dimana manifestasinya dapat berupa

kekebalan tubuh yang rendah yang menyebabkan kerentanan terhadap penyakit-

penyakit seperti infeksi saluran pernafasan, dan diare. Usaha pemutusan rantai

kekurangan gizi ini tentunya dibutuhkan pemetaan yang tepat untuk dapat

mengetahui permasalahan utama yang menyebabkan terjadinya gizi kurang dan

gizi buruk.

Dampak jangka pendek dari kasus gizi kurang adalah anak menjadi apatis,

mengalami gangguan bicara serta gangguan perkembangan yang lain, sedangkan

dampak jangka panjang dari kasus gizi kurang adalah penurunan skor IQ,

penurunan perkembangan kognitif, gangguan pemusatan perhatian, serta

gangguan penurunan rasa percaya diri.

Setiap daerah tentunya memiliki penyebab potensial gizi buruk dan gizi

kurang yang berbeda-beda, sehingga penting untuk mengetahui permasalahan

utamanya. Masalah gizi yang terjadi pada masa tertentu akan menimbulkan

masalah pembangunan dimasa yang akan datang. Keterlambatan dalam

Universitas Sumatera Utara


memberikan pelayanan gizi akan berakibat kerusakan yang sulit bahkan mungkin

tidak dapat ditolong.

Pemerintah dalam usahanya memerangi gizi buruk dan gizi kurang sudah

cukup baik. Pemerintah sudah melakukan banyak program untuk menekan angka

gizi buruk maupun gizi kurang, antara lain melalui revitalisasi Posyandu

dalam meningkatkan cakupan penimbangan balita, penyuluhan dan pendampingan

Pemberian Makanan Tambahan (PMT), peningkatan akses dan pelayanan

kesehatan secara gratis, penanggulangan penyakit menular dan pemberdayaan

masyarakat melalui keluarga sadar gizi (Kadarzi), tetapi angka gizi kurang dan

gizi buruk masih tetap ada.

Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya angka gizi buruk dan gizi

kurang, antara lain faktor kemiskinan, pendidikan dan pengetahuan orang tua,

pola asuh orang tua, makanan pendamping, penyakit infeksi, keamanan negara, terb

atasnya fasilitas kesehatan, tidak diberikan ASI Ekslusif, Berat Bayi Lahir Rendah

(BBLR), nutrisi pada saat kehamilan (Mc Donald, dkk, 2012).

Menurut UNICEF tahun 1998 yang menjadi faktor penyebab langsung dari

masalah gizi yaitu, asupan makanan dan penyakit infeksi. Penyebab tidak

langsung yaitu, ketersediaan makanan di rumah, perawatan anak dan ibu hamil,

dan pelayanan kesehatan. Pokok masalah penyebab gizi kurang dan gizi buruk

yaitu, kemiskinan, kurang pendidikan, kurang keterampilan, serta yang menjadi

akar masalah dari faktor penyebab terjadinya masalah gizi adalah krisis ekonomi.

Penyakit infeksi bisa berhubungan dengan gangguan gizi melalui beberapa

cara, yaitu memengaruhi nafsu makan, menyebabkan kehilangan bahan makanan

Universitas Sumatera Utara


karena muntah/diare, atau memengaruhi metabolisme makanan. Penyakit infeksi

menghambat reaksi imunologis yang normal dengan menghabiskan sumber energi

pada tubuh. Infeksi akut menyebabkan kurangnya nafsu makan dan toleransi

terhadap makanan, sehingga asupan makanan tidak cukup untuk tubuh. Zat gizi di

dalam makanan yang dikonsumsi tidak cukup atau tidak mampu memenuhi

kebutuhan tubuh yang seharusnya, sehingga daya tahan tubuh akan menurun dan

memudahkan menderita penyakit infeksi sehingga anak balita tersebut akan

menderita gizi kurang. Kemampuan keluarga untuk mencukupi kebutuhan

makanan dipengaruhi oleh tingkat pendapatan keluarga itu sendiri. Keluarga yang

mempunyai pendapatan relatif rendah, sulit mencukupi kebutuhan makanannya.

Pemberian ASI secara ekslusif untuk bayi hanya diberikan ASI, tanpa

diberi tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air

putih. Air susu ibu merupakan satu-satunya makanan ideal yang terbaik dan

paling sempurna bagi bayi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis bayi

yang sedang tumbuh dan berkembang. ASI mudah dicerna oleh sistem pencernaan

bayi, lengkap kandungan gizinya, juga mengandung zat kekebalan yang mampu

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi dan secara emosional, kedekatan

ibu dan anaknya akan semakin terjalin dengan baik.

Tingkat pengetahuan ibu sangat mempengaruhi status gizi anak balita,

karena pengetahuan tentang kebutuhan tubuh akan zat gizi berpengaruh terhadap

jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi. Ibu yang cukup pengetahuan gizi akan

memerhatikan kebutuhan gizi yang dibutuhkan anaknya supaya dapat tumbuh dan

berkembang seoptimal mungkin. Sehingga ibu akan berusaha memiliki bahan

Universitas Sumatera Utara


makanan yang sesuai dengan kebutuhan anaknya. Pengetahuan penting

peranannya dalam menentukan asupan makanan. Tingkat pengetahuan gizi

seseorang berpengaruh terhadap perilaku dalam memilih makanan yang akan

berdampak pada asupan gizinya. Bila pengetahuan ibu semakin baik, maka pola

makan balita pun akan semakin baik. Dengan mengikuti kegiatan posyandu setiap

bulan dan majalah atau informasi tentang pengetahuan gizi balita, maka

pengetahuan ibu akan bertambah. Mengikuti kegiatan posyandu seperti

penimbangan berat badan balita akan dapat memantau pertumbuhan anak balita

dan anak balita akan mendapatkan imunisasi secara lengkap yang dapat

meningkatkan daya tahan tubuh.

Penelitian Zulfita dan Syofiah (2013) tentang faktor faktor yang mempe-

ngaruhi kejadian gizi kurang dan gizi buruk pada balita di wilayah kerja

Puskesmas Air Dingin Kota Padang, menyimpulkan bahwa yang menjadi faktor-

faktor penyebab gizi kurang pada balita di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin

Kota Padang adalah pola asuh ibu, status ekonomi dan pemanfaatan fasilitas

kesehatan serta penyakit infeksi yang diderita balita. Menurut penelitian Lastanto

(2015) bahwa faktor yang mempengaruhi balita gizi kurang di wilayah kerja Pus-

kesmas Cebongan yaitu tingkat pengetahuan ibu, tingkat pendapatan keluarga, dan

pemberian ASI serta berat bayi saat lahir. Menurut penelitian Oktavianis (2016)

menyimpulkan, bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gizi

kurang pada balita di Puskesmas Lubuk Kilangan antara lain, tingkat pengetahuan

dan tingkat pendapatan serta pemberian ASI Ekslusif.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil data dari Puskesmas Saitnihuta, angka prevalensi balita

gizi kurang di Kecamatan Doloksanggul tahun 2015 yaitu 7,73%, dan gizi buruk

sebesar 1,5%. Pada tahun 2016 angka prevalensi balita gizi kurang meningkat

menjadi 9,56% dan gizi buruk 1,4 %. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan

jumlah gizi kurang pada balita dari tahun 2015 hingga tahun 2016.

Survei awal yang dilakukan di Kantor Camat Doloksanggul, didapatkan

data yang menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat kecamatan

Doloksanggul memiliki pekerjaan sebagai petani. Pada umumnya ibu-ibu di

Kecamatan Doloksanggul ikut membantu suami bekerja di ladang. Saat mereka

bekerja di ladang, sebagian dari mereka menitipkan anaknya kepada orang lain

(nenek) dan sebagian lagi membawa anak mereka ke tempat kerja (ladang). Anak

balita yang di bawa ke ladang, cenderung untuk makan sendiri (tidak disuap oleh

ibunya) sehingga banyak anak yang makan sesuka hatinya tanpa menghabiskan

makanan sesuai dengan porsi yang diberikan. Hal ini memungkinkan cara

pemberian makanan tidak tepat pada anak seperti porsi makanan tidak sesuai

dengan kebutuhan anak.

Kesibukan ibu di ladang juga memungkinkan kurangnya perhatian

terhadap kesehatan anak, misalnya dalam hal kebersihan anak, membiarkan anak

bermain tanpa alas kaki, dan makan makanan sebelum cuci tangan pakai sabun,

sehingga banyak dari anak tersebut yang mengalami diare. Sebagian besar anak

dititipkan kepada orang lain, sehingga anak jarang mendapatkan ASI Ekslusif

(hanya ASI) sampai usia anak 6 bulan. Pada umumnya, anak telah mendapatkan

makanan pendamping (nasi, atau buah) sebelum usia anak 6 bulan. Disamping itu,

Universitas Sumatera Utara


masih banyak balita yang belum dibawa ke posyandu untuk mendapatkan

imunisasi dan untuk memantau pertumbuhan balita lewat penimbangan berat

badan dan pengukuran tinggi badan balita. Dari jumlah sasaran balita yaitu

sebanyak 1.546 orang balita, tetapi jumlah balita yang dibawa ke posyandu hanya

1.143 orang atau sekitar 73,93% (Catatan medis Puskesmas Saitnihuta, 2016).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Gizi Kurang pada Anak

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul

Kabupaten Humbang Hasundutan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka yang

menjadi rumusan masalah penelitian ini yaitu faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi kejadian gizi kurang pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas

Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kejadian gizi kurang pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas

Saitnihuta, Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan, seperti:

Pengetahuan ibu, Pendapatan Keluarga, Kelengkapan Imunisasi, Pemberian ASI

Ekslusif, dan Asupan Makanan serta Penyakit Infeksi.

Universitas Sumatera Utara


1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a. Pengetahuan ibu berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang pada anak balita di

wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul.

b. Pendapatan keluarga berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang pada anak

balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul.

c. Kelengkapan Imunisasi berpengaruh kejadian gizi kurang gizi pada anak balita

di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul.

d. Pemberian ASI Ekslusif berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang pada anak

balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul.

e. Asupan makanan berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang pada anak balita

di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul.

f. Penyakit infeksi berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang pada anak balita di

wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi serta

masukan bagi Puskesmas Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul dan Dinas

Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan dalam melakukan tindakan

intervensi yang tepat untuk mengatasi kejadian gizi kurang pada anak balita di

wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul Kabupaten

Humbang Hasundutan.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gizi Kurang

Gizi kurang merupakan keadaan tidak sehat (patologis) yang timbul

karena tidak cukup makan dengan demikian konsumsi energi dan protein kurang

dalam jangka waktu tertentu (Budiyanto, 2004). Di Negara sedang berkembang,

konsumsi makanan yang tidak menyertakan pangan cukup energi, biasanya juga

kurang dalam satu/lebih zat gizi esensial lainnya. Berat badan yang menurun

adalah tanda utama dari gizi kurang.

Gizi kurang merupakan kondisi dimana seseorang tidak memiliki nutrien

yang dibutuhkan tubuh akibat kesalahan atau kekurangan asupan makanan. Secara

sederhana kondisi ini terjadi akibat kekurangan zat gizi secara terus menerus dan

menumpuk dalam derajat ketidakseimbangan yang absolute dan bersifat

immaterial.

Adapun Angka Kecukupan Gizi energi dan protein yang dianjurkan utuk

balita adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2013):

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi dan Protein yang dianjurkan untuk anak
balita (perorang perhari)
Kelompok umur Energi (kkal) Protein (g)
1-3 tahun 1125 26
4-5 tahun 1600 35
Sumber: Depkes RI, 2013

Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan terjadinya defisiensi atau

defisit energi dan protein dan sering disebut dengan KKP (kekurangan Kalori

Protein). Dalam standar yang ditetapkan oleh Pemerintah, balita gizi kurang

Universitas Sumatera Utara


apabila indeks berat badan menurut umur (BB/U) –3 s/d < -2 SD (Wong, 2008;

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007).

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Penyebab gizi kurang dan gizi buruk secara mendasar terdiri dari dua hal

yakni sumber daya potensial dan sumber daya manusia. Sumber daya potensial

seperti politik, ideologi, suprastruktur, struktur ekonomi dan sumber daya manusia

seperti pengawasan, ekonomi, pendidikan/ pengetahuan dan penyakit. Sumber lain

menjelaskan beberapa penyebab gizi kurang dan gizi buruk adalah asupan

makanan, penyakit penyerta dan penyakit infeksi, sosial ekonomi, pendidikan,

persediaan makanan, perawatan anak dan kesehatan ibu pada masa kehamilan.

Berdasarkan model penyebab gizi kurang yang dikembangkan UNICEF

1998 status gizi dipengaruhi oleh banyak faktor yang terkait baik secara langsung

dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan tidak cukupnya asupan gizi secara

kuantitas maupun kualitas. Sedangkan secara tidak langsung dipengaruhi oleh

jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, pola asuh anak yang kurang

memadai, kurang baiknya kondisi sanitasi lingkungan serta rendahnya ketahanan

pangan di rumah tangga. Menurut Soekirman, faktor penyebab kurang gizi atau

yang mempengaruhi status gizi seseorang adalah :

1. Penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin

diderita anak. Timbulnya gizi kurang tidak hanya karena makanan yang

kurang, tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapatkan makanan cukup

baik, tetapi sering diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita kurang

gizi. Demikian juga pada anak yang makan tidak cukup baik, maka daya tahan

Universitas Sumatera Utara


tubuhnya akan melemah. Dalam keadaan demikian mudah diserang

penyakit infeksi yang dapat mengurangi nafsu makan, dan akhirnya dapat

menderita kurang gizi. Pada kenyataannya keduanya baik makanan dan

penyakit infeksi secara bersama- sama merupakan penyebab kurang gizi.

2. Penyebab tidak langsung yaitu persediaan makanan di rumah, perawatan anak

dan ibu hamil, dan pelayanan kesehatan (UNICEF 1998).

Kurang Gizi

Asupan Makanan Penyakit Infeksi Penyebab


Langsung

Penyebab
Persediaan Perawatan Anak Pelayanan Tidak
dan Ibu Hamil Kesehatan Langsung
Makanan di
rumah

Kemiskinan, Kurang
Pokok
Pendidikan, Kurang Masalah
Keterampilan

Krisis Ekonomi Akar


Langsung Masalah

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor Masalah Gizi


Sumber : UNICEF 1998

Universitas Sumatera Utara


1) Asupan makanan

Kondisi gizi seseorang dipengaruhi oleh masuknya zat makanan dan

kemampuan tubuh manusia untuk menggunakan zat makanan tersebut. Sedangkan

masuknya zat makanan ke dalam tubuh manusia ditentukan oleh perilaku berupa

sikap seseorang memilih makanan, daya seseorang dalam memperoleh makanan

dan persediaan makanan yang ada. Kemampuan tubuh untuk menggunakan zat

makanan ditentukan oleh kesehatan tubuh orang atau manusia yang bersangkutan

(Wise, 2004). Jika zat gizi di dalam makanan yang dikonsumsi tidak cukup atau

tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh yang seharusnya, sehingga daya tahan

tubuh akan menurun dan memudahkan menderita penyakit infeksi sehingga balita

tersebut akan menderita gizi kurang.

2) Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi merupakan penyebab langsung pada masalah gizi.

Antara status gizi kurang atau status gizi buruk dan infeksi atau penyakit

penyerta terdapat interaksi bolak-balik yang dapat menyebabkan gizi kurang dan

gizi buruk melalui berbagai mekanisme fisiologis dan biologis. Yang terpenting

ialah efek langsung dari infeksi sistemik pada katabolisme jaringan. Walaupun

hanya terjadi infeksi ringan sudah dapat mempengaruhi status gizi (Suhardjo,

2005). Kesehatan gizi yang rendah menyebabkan kondisi daya tahan tubuh

menurun, sehingga berbagai penyakit dapat timbul dengan mudah. Seorang anak

sehat tidak akan mudah terserang berbagai jenis penyakit, termasuk penyakit

infeksi, karena akan mempunyai daya tahan tubuh yang cukup kuat. Daya tahan

tubuh akan meningkat pada keadaan kesehatan gizi yang baik, dan akan menurun

Universitas Sumatera Utara


bila kondisi kesehatan gizinya menurun.

Anak yang mendapatkan makanan cukup baik, tetapi sering diserang

diare atau demam, akhirnya dapat menderita kurang gizi. Demikian juga pada

anak yang makan tidak cukup baik, maka daya tahan tubuhnya akan melemah.

Dalam keadaan demikian mudah diserang penyakit infeksi yang dapat mengurangi

nafsu makan, dan akhirnya dapat menderita kurang gizi.

3) Ketersediaan Makanan di Rumah

Ketersediaan pangan dalam rumah tangga adalah kondisi tersedianya

pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup,

baik jumlah maupun mutunya, aman, bergizi, beragam, merata dan terjangkau

oleh daya beli keluarga.

Ketersediaan pangan yang cukup ditingkat rumah tangga akan

mempengaruhi makanan yang dikonsumsi semua keluarga dan selanjutnya status

gizi yang baik atau seimbang dapat diperoleh tubuh untuk tumbuh kembang,

aktifitas, kecerdasan, pemeliharaan kesehatan, penyembuhan penyakit, dan proses

biologis lainnya. Apabila pangan tidak tersedia dalam rumah tangga maka akan

sangat mempengaruhi status gizi keluarga.

Jika ketersediaan pangan di rumah tangga menurun, otomatis konsumsi

makan dan konsumsi zat gizi per anggota keluarga berkurang sehingga menyebab-

kan masalah gizi. Ketersediaan pangan dalam keluarga mempengaruhi banyaknya

asupan makan anggota keluarga. Semakin baik ketersediaan pangan suatu

keluarga memungkinkan terpenuhinya seluruh kebutuhan zat gizi.

Universitas Sumatera Utara


4) Pendidikan ibu

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap status kesehatan, dalam

hal gizi buruk dan gizi kurang karena orang yang memiliki tingkat pendidikan

lebih tinggi cenderung lebih berpeluang terpapar informasi kesehatan dan tingkat

pemahaman mengenai informasi kesehatan juga lebih baik .

Berdasarkan penelitian Jamra dan Banwar menunjukkan hasil 22,1%

anak menderita kekurangan gizi yang disebabkan oleh berbagai faktor status

sosial ekonomi seperti kemiskinan dan berlakunya sistem kasta,

peengetahuan/pendidikan orang tua yang rendah, urutan kelahiran, dan

kelengkapan imunisasi. Setelah memperoleh data mengenai status gizi anak di

salah satu wilayah perkumuhan di Hindia, kemudian melakukan tindakan

intervensi dengan memberikan pendidikan kesehatan selama enam bulan dan

diperoleh hasil 41 anak mengalami kenaikan berat badan. Hal ini menunjukkan

bahwa pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan orang tua sangat memiliki

pengaruh yang signifikan untuk meningkatkan status gizi anak.

5) Pengetahuan ibu

Tingkat pengetahuan yang rendah dapat menyebabkan kesalahan dalam

pemahaman kebenaran yang tidak lengkap dan tidak terstruktur dimana

manifestasinya berupa kesalahan manusia atau individu dalam melakukan

praktek kehidupannya karena dilandasi pengetahuan yang salah. Pengetahuan

yang salah, dalam hal ini mengenai kesehatan tentunya juga akan mempengaruhi

perilaku dan kualitas kesehatan orang tersebut (Watloly, 2002).

Universitas Sumatera Utara


Pengetahuan berkaitan erat dengan tingkat pemahaman seseorang tentang

suatu hal dalam hal ini adalah mengenai kesehatan. Pengetahuan ibu yang

berbeda akan mempengaruhi pemberian makan kepada balita sehingga pola

makan balita akan bergantung pada ibu. Bila pengetahuan ibu semakin baik,

maka pola makan balita pun akan semakin baik. Dengan mengikuti kegiatan

posyandu setiap bulan dan majalah atau informasi tentang pengetahuan gizi

balita, maka pengetahuan ibu akan bertambah. Pengetahuan ibu juga dipengaruhi

oleh pendidikan ibu, karena semakin tinggi pendidikan ibu, maka ibu akan lebih

mudah menyerap dan memahami informasi yang diperolehnya sekaligus

melaksanakan dalam pemberian makan kepada balita.

Pengetahuan ibu tentang gizi balita merupakan titik penting yang

menentukan pola makan balita yang nantinya akan menentukan status gizi balita.

Seorang ibu yang yang memiliki pengetahuan tinggi tentang gizi balita akan

mampu memilih jenis bahan yang akan digunakan untuk memberi makan

balitanya. Demikian juga dalam memilih frekuensi serta waktu makan bagi

balita, sehingga kebutuhan nutrisi balita akan terpenuhi dengan baik. Dengan

demikian, status gizi dari balita tersebut akan semakin baik pula. Berbeda dengan

seorang ibu yang pengetahuannya rendah tentang gizi balita, maka dalam

pemberian makan, serta waktu maupun frekuensi makan pun akan kurang teratur

karena tidak mempunyai pedoman gizi yang baik, sehingga status gizi balitanya

pun semakin rendah.

Universitas Sumatera Utara


6) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang ketika dilahirkan

mempunyai berat badan kurang dari 2500 gram. Bayi prematur mempunyai

organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup di luar

rahim sehingga semakin muda umur kehamilan, fungsi organ menjadi semakin

kurang berfungsi dan prognosanya juga semakin kurang baik. Kelompok BBLR

sering mendapatkan komplikasi akibat kurang matangnya organ karena kelahiran

prematur (Wong, dkk, 2008).

Menurut Sediaoetama (2009), bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu bayi

yang ketika dilahirkan beratnya kurang dari 2.500 gram. Bayi dengan berat lahir

rendah demikian mempunyai resiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan

dengan bayi dengan berat badan normal ketika dilahirkan.

Menurut WHO bayi yang berat lahirnya 2,5 kg atau kurang (tanpa

melihat masa kehamilan) digolongkan sebagai bayi dengan berat lahir rendah dan

perlu perawatan ekstra. Bayi yang berat lahirnya kurang dari 2000 gram

merupakan bayi berisiko tinggi. Mereka sangat rentan dan tidak matang secara

anatomi maupun fungsional.

Menurut Mc Donald, dkk (2012), multikompleksitas penyebab gizi buruk

memiliki keterikatan antara BBLR, penyakit penyerta dan infeksi, didapatkan

hasil bahwa ada hubungan antara infeksi, bayi prematur, dan BBLR dengan

status gizi anak.

Universitas Sumatera Utara


7) Kelengkapan Imunisasi

Imunisasi adalah pemberian vaksin kepada bayi atau anak-anak. Dengan

pemberian vaksin, tubuh bayi atau anak akan membentuk antibodi, sehingga

tubuh bayi atau anak telah siap (telah kebal) bila terinfeksi oleh penyakit

menular tersebut. Dengan kata lain terhindarnya bayi atau anak dari berbagai

penyakit dapat memperbaiki status gizi anak tersebut (Wise, 2004).

8) Pemberian Air Susu Ibu (ASI)

ASI merupakan hal yang sangat penting dalam pemenuhan nutrisi anak.

Tidak ada sumber nutrisi lain yang lebih baik dari ASI. ASI adalah komponen

nutrisi yang penting bagi bayi karena dapat memberikan kekebalan atau anti bodi

sehingga anak dapat terhindar dari infeksi, hal ini dapat mempengaruhi dalam pe-

menuhan zat gizi anak. Hasil yang dikeluarkan Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia cukup memprihatinkan yaitu bayi yang mendapatkan ASI eksklusif san

gat rendah. Sebanyak 86% mendapatkan makanan berupa susu formula, makanan

padat, atau campuran antara ASI dan susu formula (Kementrian Negara Pember-

dayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2008).

Menurut Dr. Derrick B.Jelliffe yang dikutip oleh Gupte, (2004) ; air susu

ibu dianggap sebagai “pemberian hadiah cinta kasih dan sumber alamiah secara

unik” dan ASI merupakan salah satu zat terbaik yang dimiliki manusia sebagai

makanan bayi. ASI mempunyai komposisi yang ideal utuk memenuhi kebutuhan

bayi. ASI mengandung antibodi dibandingkan protein makanan dan juga protein

susu sapi.

Universitas Sumatera Utara


Wanita menyusui mempunyai air susu yang bersifat spesifik, sesuai

dengan kebutuhan laju pertumbuhan dan kebiasaan menyusui bayinya yang tidak

bisa didapatkan dari susu atau sumber lainnya (Wise, 2004). Pemberian ASI

ekslusif merupakan salah satu cara efektif yang dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya kekurangan gizi dan kematian pada bayi, pemberian ASI ekslusif

dapat memberikan manfaat bagi ibu maupun bayinya, dengan pemberian ASI eks-

lusif dapat memberikan kekebalan bagi bayi dan secara emosional, kedekatan ibu

dan anaknya akan semakin terjalin dengan baik (Kahleen, 2009).

9) Keamanan Lingkungan

Lingkungan yang sehat adalah kondisi atau keadaan lingkungan yang

optimum, sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan

yang optimum pula. Lingkungan yang aman juga merupakan salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi status gizi anak. Hal ini ditunjukkan berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Ghazi, (2013) menunjukkan hasil bahwa daerah

konflik memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap status gizi anak.

10) Kebudayaan

Kebudayaan juga merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab

terjadinya angka gizi buruk. Evans, dkk, dalam penelitian Lastanto menemukan

bahwa ada perbedaan cara pemberian makan dan pemilihan jenis makanan pada

etnis dan ras tertentu. Praktek pemberian makanan dapat menentukan pola

perilaku anak dalam makan, terutama bagi anak untuk dapat memiliki isyarat

lapar yang normal.

Universitas Sumatera Utara


11) Status sosial ekonomi

Salah satu faktor yang mempengaruhi rantai tak terputus gizi kurang

adalah status ekonomi yang buruk. Secara langsung ataupun tidak keadaan

financial mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memperoleh kelayakan

pangan dan fasilitas untuk menunjang kesehatannya.

Saputra dan Nurizka (2012) melakukan penelitian di Sumatera Barat

yang merefleksikan situasi rumah tangga di Sumatera Barat yang bercirikan

masyarakat nelayan, masyarakat pertanian dan perkebunan, dan masyarakat

perkotaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terjadi prevalensi gizi

buruk sekitar 17,6 persen dan gizi kurang sekitar 14 persen, dengan faktor

penyebab kemiskinan dan tingkat pendidikan orang tua yang merupakan faktor

utama penyebab balita menderita gizi buruk dan gizi kurang. Perbedaan

pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan antara orang miskin dengan orang

tidak miskin juga sangat mempengaruhi kesehatan dan gizi anak.

12) Jumlah anggota keluarga

Dengan jumlah anggota keluarga yang besar dan dibarengi dengan

distribusi makanan yang tidak merata menyebabkan balita kekurangan asupan

makanan, sehingga dapat menyebabkan balita gizi kurang. Dalam penelitian

Yusril (2002), menyatakan bahwa adanya kecenderungan semakin bertambah

anggota keluarga, maka semakin menurun status gizi balita dalam keluarga

tersebut.

Universitas Sumatera Utara


2.3 Dampak Kekurangan Gizi

Dampak kekurangan gizi sangatlah kompleks. Pada anak, hal ini dapat

menyebabkan gangguan pada perkembangan mental, sosial, kognitif, dan pertum

-buhan serta keluarga.

1. Perkembangan mental dan kognitif

Anak dapat mengalami gangguan pada perkembangan mental sejak dalam

kandungan ataupun setelah kelahiran akibat kekurangan nutrisi yang dibutuhkan

otak untuk dapat bekerja dengan baik. Untuk gangguan kognitif anak dapat

mengalami penurunan IQ.

2. Perkembangan sosial

Kekurangan gizi dapat membatasi aktivitas anak untuk dapat bermain

dengan teman sebaya, sehingga secara langsung ataupun tidak akan

mempengaruhi interaksi sosial anak tersebut.

3. Gangguan pertumbuhan

Gangguan pertumbuhan yaitu berupa keidakmatangan fungsi organ

dimana manifestasinya dapat berupa kekebalan tubuh yang rendah yang

menyebabkan kerentanan terhadap penyakit-penyakit seperti infeksi saluran

pernafasan, dan diare, dengan bentuk terparah menyebabkan marasmus,

kwashiorkor, marasmik - kwashiorkor dan kematian.

a. Marasmus

Marasmus merupakan suatu keadaan kekurangan protein dan kalori yang

kronis. Karakteristik dari marasmus adalah berat badan sangat rendah. Ciri- ciri

dari penderita marasmus yaitu :

Universitas Sumatera Utara


1) Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit.

2) Wajah seperti orang tua.

3) Cengeng, rewel.

4) Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit, bahkan sampai tidak

ada.

5) Sering disertai diare kronik atau konstipasi/ susah buang air besar, serta

penyakit kronik.

6) Tekanan darah, detak jantung, dan pernafasan berkurang.

Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi yang lebih dominan. Berat badan

menurut umur dan berat badan menurut panjang/ tinggi biasanya sangat rendah.

b. Kwashiorkor

Menurut departemen gizi dan kesehatan masyarakat (2007), kwashiorkor

(kekurangan protein) adalah istilah pertama dari Afrika, artinya sindroma

perkembangan anak dimana anak tersebut disapih tidak mendapatkan ASI

sesudah 1 tahun. Penderita kwashiorkor ditandai dengan ciri-ciri yaitu :

1) Oedema umumnya diseluruh tubuh dan terutama pada kaki (dorsum

pedis).

2) Wajahnya membulat dan sembab

3) Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan

duduk.

4) Perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatis.

5) Anak sering menolak segala jenis makanan (anoreksia).

6) Pembesaran hati.

Universitas Sumatera Utara


7) Sering disertai infeksi, anemia, dan diare/mencret.

8) Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut.

9) Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi

hitam terkelupas (crazy pavement dermatosis)

10) Pandangan mata anak tampak sayu.

c. Marasmik - Kwashiorkor

Marasmik - Kwashiorkor merupakan kombinasi antara marasmus dan

kwashiorkor. Kejadian ini dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang

meningkat tidak dapat terpenuhi dari asupannya. Tanda-tanda marasmus-

kwashiorkor adalah gangguan dari tanda-tanda yang ada pada marasmus dan

kwashiorkor

4. Keluarga

Pada keluarga, bentuk terparah akibat kekurangan gizi dapat menghambat

produktivitas keluarga dalam mencukupi kebutuhan keluarga, bentuk perhatian

akan terfokus pada perawatan anak sakit akibat kekurangan gizi dan hal itu dapat

mengganggu keseimbangan pemenuhan kebutuhan keluarga.

Universitas Sumatera Utara


2.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan penjelasan hubungan antara faktor-faktor

penyebab gizi kurang dengan kejadian gizi kurang pada anak balita. Pengetahuan

ibu, pendapatan keluarga, kelengkapan imunisasi, pemberian ASI Ekslusif, asupan

makanan serta penyakit infeksi merupakan variabel bebas (independen),

sedangkan variabel terikat (dependen) yaitu gizi kurang berdasarkan nilai Z-

Score. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti membuat kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah:

Pengetahuan Ibu

Pendapatan
Keluarga

Kelengkapan Gizi
Imunisasi
Kurang
Pemberian ASI
Ekslusif

Asupan Makanan

Penyakit Infeksi

Gambar 2.2 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian gizi kurang pada
anak balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul
Kabupaten Humbang Hasundutan

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain cross

sectional atau penelitian dengan pengambilan data satu waktu. Penelitian

kuantitatif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan hasil

analisis berdasarkan permasalahan yang diteliti dalam area populasi yang sudah

ditentukan sehingga hasil yang ditemukan dapat mengetahui hubungan antara

kejadian balita gizi kurang dengan faktor-faktor resiko (Dharma, 2011).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta Kecamatan

Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan. Alasan pemilihan lokasi peneliti-

an ini adalah karena dari data yang didapatkan, bahwa angka prevalensi balita gizi

kurang mengalami peningkatan di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta Kecamatan

Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan September 2016 sampai Agustus

2017.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anak balita gizi kurang usia 12-

59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul

Universitas Sumatera Utara


Kabupaten Humbang Hasundutan sebanyak 64 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yaitu anak balita gizi

kurang di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul

Kabupaten Humbang Hasundutan yaitu sebanyak 64 orang dan ibu sebagai

responden yang diwawancarai yang diambil dari populasi.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Data variabel independen seperti pengetahuan ibu, pendapatan keluarga, pem-

berian ASI eksklusif, kelengkapan imunisasi, serta penyakit infeksi, diperoleh

melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner penelitian.

2. Data asupan makanan diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan

metode food recall 24 jam.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder mencakup gambaran umum mengenai Kecamatan

Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan yang diperoleh dari instansi

pemerintah setempat (Puskesmas, Kantor Camat).

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional

1. Gizi kurang adalah keadaan anak balita yang ditentukan berdasarkan hasil

pengukuran indeks antropometri berat badan menurut umur dengan nilai Z-

score -2 SD - ≤ -3SD.

Universitas Sumatera Utara


2. Pengetahuan ibu adalah banyaknya informasi yang didapat dan dimiliki ibu

tentang anak balita, gizi untuk anak balita dan mengetahui tentang hal-hal

yang berkaitan dengan gizi kurang dan gizi buruk serta hal-hal apa saja yang

dapat bermanifestasi menjadi gizi kurang dan gizi buruk.

3. Tingkat pendapatan keluarga adalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh

dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orangtua anak balita

dalam satu bulan untuk diproyeksikan dalam kecukupan kebutuhan keluarga.

4. Kelengkapan Imunisasi adalah lengkap atau tidak lengkap anak balita

diberikan imunisasi dasar.

5. Pemberian ASI Ekslusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa

diberikan makanan tambahan pendamping apapun (hanya ASI).

6. Asupan makanan adalah semua jenis makanan dan minuman yang

dikonsumsi tubuh setiap hari.

7. Penyakit infeksi adalah penyakit yang pernah diderita balita dalam satu bulan

terakhir yang disebabkan oleh : bakteri, virus, dan parasit.

3.6 Metode Pengukuran

1. Data Gizi kurang

Variabel gizi kurang di ukur berdasarkan hasil pengukuran indeks

antropometri berat badan menurut umur, dan dikategorikan berdasarkan nilai

Universitas Sumatera Utara


Z-score yaitu:

1. Gizi kurang ringan, apabila nilai Z-score -2SD - > -3 SD

2. Gizi kurang berat, apabila nilai Z-score ≤ -3 SD

2. Data tentang pengetahuan ibu

Variabel pengetahuan responden diukur dengan 13 pertanyaan. Nilai untuk

option a = 2, b = 1, sehingga skor yang tertinggi menjadi 26 dan dikategorikan

menjadi:

1. Kurang Baik, apabila skor yang diperoleh responden 0-13 dari total

jawaban pertanyaan.

2. Baik, apabila skor yang diperoleh responden 14-26 dari total jawaban

pertanyaan.

3. Data tentang tingkat pendapatan keluarga

Pendapatan keluarga dikategorikan berdasarkan Upah Minimum Regional

(UMR) Kabupaten Humbang Hasundutan yaitu:

1. Rendah, jika pendapatan keluarga ≤ Rp1.829.725

2. Tinggi, jika pendapatan keluarga ≥ Rp1.829.725

4. Data kelengkapan imunisasi

Untuk kelengkapan imunisasi, berdasarkan lima imunisasi dasar lengkap

yaitu:

- BCG

- DPT

- Polio

- Campak

Universitas Sumatera Utara


- Hepatitis B

1. Tidak lengkap , jika < 5 imunisasi dasar

2. Lengkap, jika 5 imunisasi dasar lengkap

5. Data ASI Ekslusif

Variabel ASI Ekslusif diukur berdasarkan jawaban dari kuesioner yang

terdiri dari 4 pertanyaan. Skor untuk option a = 1, b = 0 sehingga skor

tertinggi menjadi 4, dan dikategorikan menjadi :

1. Tidak Ekslusif, apabila skor yang diperoleh < 2

2. Ekslusif, apabila skor yang diperoleh ≥ 2

6. Data asupan makanan

Susunan makanan dan jumlah zat gizi energi dan protein diukur dengan

wawancara menggunakan kuesioner dengan metode food recall 24 jam. Data

tersebut dikumpulkan 2 kali dengan hari yang tidak berurutan kemudian dihitung

rata-ratanya. Selanjutnya data tersebut dianalisis menggunakan software

nutrisurvey untuk menganalisis jumlah zat gizi energi dan protein, kemudian

dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan.

Untuk mengukur asupan zat gizi protein dan energi diukur menggunakan

food recall 24 jam sebanyak dua kali pengukuran kemudian dihitung

menggunakan Daftar Komposisis Bahan Makanan (DKBM) dengan rumus:

1) Tingkat konsumsi energi =

2) Tingkat konsumsi protein =

Adapun Angka Kecukupan Gizi energi dan protein yang dianjurkan utuk

Universitas Sumatera Utara


balita adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2013):

1) 1 – 3 Tahun : Energi : 1.125 kkal

Protein : 26 gr

2) 4 - 6 Tahun : Energi : 1.600 kkal

Protein : 35 gr

Kategori untuk jumlah energi dan protein dikelompokkan menjadi (WPNG,

2004) :

1) Kurang : <80% AKG

2) Baik : 80-110% AKG

3) Lebih : >110% AKG

7. Data penyakit infeksi

Variabel penyakit infeksi diukur berdasarkan jawaban dari kuesioner yang

terdiri dari 2 pertanyaan. Skor untuk option a = 1, b = 0 , sehingga skor tertinggi

menjadi 2, dan dikategorikan menjadi :

1. Menderita penyakit infeksi, bila skor jawaban yang diperoleh ≥ 1

2. Tidak menderita penyakit infeksi, apabila skor jawaban yang

diperoleh < 1

3.7 Pengolahan Data dan Analisa Data

3.7.1 Pengolahan Data

Setelah mempelajari jawaban dari seluruh pertanyaan yang diajukan

dalam kuesioner, perlu dilakukan proses editing, coding, tabulasi, dan entry data

sehingga lebih memudahkan dalam pembacaan data dan meningkatkan

kredibilitas analisa (Efendi, 2012).

Universitas Sumatera Utara


1. Editing data

Memastikan kelengkapan dan kejelasan setiap aspek yang diteliti, yaitu dengan

melakukan pengecekan terhadap kuesioner untuk memastikan bahwa kuesioner

telah lengkap.

2. Coding data

Teknik coding ini digunakan untuk memudahkan dalam proses analisis data.

Penggunaan kode yang sudah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya digunakan

untuk mempermudah dalam melakukan tabulasi dan analisis data.

3. Tabulasi

Memasukkan data kedalam diagram atau tabel-tabel sesuai dengan kriteria agar

lebih mudah dalam entery data.

4. Entery data

Data dari kuesioner diolah dengan menggunakan bantuan program komputer

untuk mempermudah proses analisis data.

3.7.2 Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis Univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap jenis

variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi dan frekuensi dari variabel bebas.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui

hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Data yang

terkumpul di analisis dengan uji statistik bivariat dengan menggunakan uji chi-

Universitas Sumatera Utara


square.

Tabel. 3.1 Pemilihan Uji Analisis Hubungan


Variabel Dependen Variabel Independen Uji Statistik
Gizi kurang Tingkat Pengetahuan ibu chi square
Gizi kurang Tingkat Pendapatan chi square
keluarga
Gizi kurang Kelengkapan Imunisasi chi square
Gizi kurang ASI Ekslusif chi square
Gizi kurang Asupan Makanan chi square
Gizi kurang Penyakit Infeksi chi square
Dengan nilai α 0,05 chi square menguji hipotesis apakah ada hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independen.
a. Bila p < α, berarti secara statistik ada hubungan yang signifikan antara

variabel dependen dengan variabel independen. Sehingga kesimpulan Ho

ditolak dan Ha diterima (Dharma, 2011).

b. Bila p > α, berarti secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan

antara variabel dependen dengan variabel independen. Sehingga

kesimpulan Ho diterima dan Ha ditolak (Dharma, 2011).

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-

variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan analisis regresi,

yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suatu varibel bebas dengan variabel

terikat. Analisis regresi yang digunakan yaitu regresi logistik dengan metode

enter. Metode enter yaitu dengan cara memasukkan semua prediktor ke dalam

analisis sekaligus.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul


4.1.1 Keadaaan Geografis

Kecamatan Doloksanggul memiliki dua Puskesmas sebagai fasilitas

kesehatan layanan primer, salah satunya Puskesmas Saitnihuta. Puskesmas

Saitnihuta, merupakan salah satu Puskesmas yang berada di Desa Saitnihuta,

Kecamatan Doloksanggul dan merupakan Puskesmas dengan tipe non perawatan

atau belum memiliki fasilitas rawat inap. Luas Kecamatan Doloksanggul adalah

20.929,53 Ha terdiri 27 (dua puluh tujuh) Desa, 1 (satu) kelurahan dan 85

(delapan puluh lima) Dusun. Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta

yaitu:

- Kecamatan Doloksanggul (Utara)

- Kabupaten Tapanuli Utara (Selatan)

- Kecamatan Sijamapolang (Barat)

- Kecamatan Lintongnihuta (Timur)

Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jumlah Posyandu, Jumlah Penduduk, Jumlah


Rumah Tangga, Kepadatan Penduduk menurut Desa di Wilayah
Kerja Puskesmas Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul Kabupaten
Humbang Hasundutan
Desa Jumlah Luas Jumlah Jumlah Kepadatan
Posyandu Wilayah Penduduk Rumah Penduduk
(km2) Tangga per km2
Simarigung 2 850 995 214 1,17
Saitnihuta 4 800 2.343 531 2,93
Lumban 2 1000 1.425 282 1,43
Purba
Aek Lung 2 750 1.596 358 2,13

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1 Lanjutan
Desa Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Kepadatan
Posyandu Wilayah Penduduk Rumah Penduduk
(km2) Tangga per km2
Purba Manalu 2 1200 2.083 519 1,74
Purba Dolok 2 1000 2.148 428 2,15
Lumban Tobing 2 200 814 309 4,07

Sileang 2 1800 1.832 351 1,02


Pustu Pakkat 3 720 1.742 334 2,42
Jumlah 21 8.320 14.978 3.326 1,80
Sumber: Pendataan Bidan desa dan Sekretaris desa

4.1.2 Keadaan Demografi

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta adalah sebanyak

14.978 jiwa, dengan perincian laki-laki sebanyak 7.487 jiwa dan perempuan

sebanyak 7.491 jiwa, terdiri dari 3.326 KK.

4.2 Analisis Univariat

4.2.1 Karakteristik Responden

Hasil penelitian terhadap 64 responden, karakteristik responden dibagi

berdasarkan pekerjaan, tingkat pendidikan, dan jumlah anak disajikan pada tabel

4.2. Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa responden paling banyak bekerja

sebagai petani yaitu sebanyak 60 orang (93,8%), itu disebabkan karena di

Kecamatan Doloksanggul banyak terdapat lahan pertanian dan pada umumnya

masyarakat di daerah Doloksanggul bekerja sebagai petani. Responden yang

bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 3 orang (4.7%) dan yang bekerja

sebagai wiraswasta sebanyak 1 orang (1,6%).

Responden berdasarkan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah

tingkat pendidikan SLTA yaitu sebanyak 58 orang (90,6%) orang, yang tamat

Universitas Sumatera Utara


SLTP sebanyak 5 orang (7,8%) dan yang paling sedikit yaitu tamat SD sebanyak

1 orang (1,6%). Untuk jumlah anak dari responden, sebagian besar memiliki anak

banyak atau >2 orang yaitu sebanyak 46 orang (71,9%) dan yang memiliki anak ≤

2 orang yaitu sebanyak 18 orang (28,1%). Pada umumnya di daerah penelitian

memiliki banyak anak karena penduduk di lokasi penelitian mayoritas suku Batak

Toba, dimana sebagian besar orang-orang masih percaya bahwa banyak anak,

banyak rezeki.

Tabel 4.2.Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan,Tingkat Pendidikan


dan Jumlah Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta Kecama-
tan Doloksanggul
Karakteristik Responden N %
Pekerjaan Responden
Wiraswasta 1 1,6
Petani 60 93,8
Ibu Rumah Tangga 3 4,7
Jumlah 64 100,0
Tingkat Pendidikan
Tamat SD 1 1,6
Tamat SLTP 5 7,8
Tamat SLTA 58 90,6
Jumlah 64 100,0
Jumlah anak
>2 orang 46 71,9
≤2 orang 18 28,1
Jumlah 64 100,0

4.2.2 Karakteristik Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta

Karakteristik anak balita dibagi kedalam beberapa kelompok dan disajikan

dalam Tabel 4.3. Dari Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa anak balita yang paling

banyak dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 36 orang (56,3%), dan

perempuan sebanyak 28 orang (43,8%). Umur responden yang paling banyak

Universitas Sumatera Utara


yaitu pada umur 12-38 bulan yaitu sebanyak 48 orang (75,0%) dan anak balita

yang umurnya 37-59 bulan sebanyak 16 orang (25,0%). Untuk karakteristik anak

balita berdasarkan berat badan yang paling banyak dengan berat badan 6,5 kg -

9,5 kg, dan yang berat badannya 10,5 kg - 13,5 kg sebanyak 25 orang (39,1%).

Tabel 4.3 Distribusi Anak Balita Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur dan
Berat Badan di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta Kecamatan
Doloksanggul
Karakteristik Anak N %
Balita
Jenis Kelamin
Laki-Laki 36 56,3
Perempuan 28 43,8
Jumlah 64 100,0
Umur (Bulan)
12-36 48 75,0
37-59 16 25,0
Jumlah 64 100,0
Berat Badan (Kg)
6,5 -9,5 39 60,9
10,5-13,5 25 39,1
Jumlah 64 100,0

4.2.3 Distribusi Kejadian Gizi Kurang pada Anak Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Saitnihuta dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya
4.2.3.1 Gizi Kurang

Hasil penelitian terhadap 64 anak balita gizi kurang di wilayah kerja

Puskesmas Saitnihuta diperoleh distribusi status gizi kurang anak balita, dimana

anak balita dengan gizi kurang ringan yaitu anak balita yang memiliki nilai Z-

score sebesar -2SD - > -3SD berdasarkan perhitungan nilai Z-score dengan

indikator Berat Badan menurut Umur (BB/U), sedangkan anak balita yang gizi

kurang berat yaitu anak balita yang memiliki nilai Z-score ≤ -3 SD, yang disajikan

pada Tabel 4.4 di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Gizi Kurang
Gizi Kurang Frekuensi Persentase (%)
Gizi kurang ringan 57 89,1
Gizi kurang berat 7 10,9
Total 64 100,0

Berdasarkan Tabel 4.4, anak balita gizi kurang paling banyak pada

kategori gizi kurang ringan sebanyak 57 orang (89,1%) dan anak balita pada

kategori gizi kurang berat yaitu sebanyak 7 orang (10,9%) .

4.2.3.2 Pendapatan Keluarga

Pendapatan merupakan jumlah penghasilan keluarga dalam satu bulan

untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga yang diukur dalam satuan rupiah.

Pendapatan keluarga anak balita gizi kurang ditentukan berdasarkan Upah

Minimum Regional (UMR) Kabupaten Humbang Hasundutan yaitu sebesar

Rp1.829.725. Hasil penelitian pendapatan keluarga anak balita gizi kurang

terbagi menjadi 2 yaitu: pendapatan keluarga rendah (<Rp1.829.725) dan

pendapatan keluarga tinggi ( ≥Rp1.829.725 ).

Berdasarkan Tabel 4.5, responden yang paling banyak yaitu dengan

penghasilan keluarga per bulan rendah sebanyak 57 orang (89,1%), itu disebabkan

karena sebagian besar responden bekerja sebagai petani yang penghasilan mereka

bergantung pada alam dan tidak ada penghasilan yang menetap dan responden

dengan penghasilan keluarga per bulan tinggi sebanyak 7 orang (10,9%).

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pendapatan Keluarga


Pendapatan Keluarga Frekuensi Persentase (%)
Rendah 57 89,1
Tinggi 7 10,9
Total 64 100,0

Universitas Sumatera Utara


4.2.3.3 Status Imunisasi

Status imunisasi dikatakan lengkap apabila anak balita mendapatkan lima

imunisasi dasar secara lengkap yaitu BCG, DPT, Campak, Polio, dan Hepatitis B ,

sedangkan status imunisasi dikatakan tidak lengkap, apabila anak balita tidak

mendapatkan imunisasi dasar tersebut secara lengkap. Berdasarkan hasil

wawancara dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan terhadap 64

responden bahwa distribusi status imunisasi anak balita dapat dilihat pada Tabel

4.6 sebagai berikut.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Status Imunisasi


Status Imunisasi Frekuensi Persentase (%)
Tidak Lengkap 15 23,4
Lengkap 49 76,6
Total 64 100,0

Berdasarkan Tabel 4.6, dapat dilihat bahwa anak balita gizi kurang di

wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta lebih banyak pada kategori imunisasi lengkap

yaitu sebanyak 49 orang (76,6%), status imunisasi tidak lengkap yaitu sebanyak

15 orang (23,4 %).

4.2.3.4 ASI Ekslusif

Pemberian ASI Ekslusif merupakan pemberian ASI kepada bayi selama 6

bulan tanpa memberikan makanan tambahan apapun (hanya ASI). Hasil penelitian

terhadap 64 responden, diperoleh distribusi pemberian ASI Ekslusif sebagai

berikut:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Ekslusif
ASI Ekslusif Frekuensi Persentase (%)
Tidak ASI Ekslusif 25 39,1
ASI Ekslusif 39 60,9
Total 64 100,0
Berdasarkan Tabel 4.7, anak balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta,

banyak yang tidak mendapatkan ASI Ekslusif yaitu sebanyak 25 orang (39,1%),

dan yang ASI Eklusif sebanyak 39 orang (60,9%).

4.2.3.5 Pengetahuan Ibu

Pengetahuan ibu merupakan banyaknya informasi yang didapat dan

dimiliki ibu tentang anak balita, gizi untuk anak balita dan mengetahui tentang

hal-hal yang berkaitan dengan gizi kurang dan gizi buruk serta hal-hal apa saja

yang dapat bermanifestasi menjadi gizi kurang dan gizi buruk. Hasil penelitian

terhadap 64 responden, diperoleh distribusi frekuensi pengetahuan ibu sebagai

berikut:

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu


Pengetahuan Ibu Frekuensi Persentase (%)
Kurang baik 27 42,2
Baik 37 57,8
Total 64 100,0
Berdasarkan Tabel 4.8, responden yang pengetahuannya kurang baik

sebanyak 27 orang (42,2%), dan yang pengetahuan baik sebanyak 37 orang

(59,8%).

Universitas Sumatera Utara


4.2.3.6 Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi merupakan penyakit yang pernah diderita balita dalam

satu bulan terakhir yang disebabkan oleh : bakteri, virus, dan parasit. Berdasarkan

hasil penelitian terhadap 64 responden, diperoleh distribusi frekuensi penyakit

infeksi sebagai berikut:

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Penyakit Infeksi


Penyakit Infeksi Frekuensi Persentase (%)
Tidak menderita 57 89,1
Menderita 7 10,9
Total 64 100,0
Berdasarkan Tabel 4.9, anak balita berdasarkan penyakit infeksi lebih

banyak pada kategori tidak menderita penyakit infeksi yaitu sebanyak 57 orang

(89,1%), sedangkan yang menderita penyakit infeksi hanya 7 orang (10,9%).

4.2.3.7 Asupan Makanan

Asupan makanan merupakan semua jenis makanan dan minuman yang

dikonsumsi tubuh setiap hari. Pada penelitian ini asupan makanan pada anak

balita gizi kurang dilihat dari asupan energi dan protein. Asupan makanan diukur

dengan menggunakan metode food recall 24 jam. Gambaran distribusi asupan

makanan dijelaskan sebagai berikut:

4.2.3.7.1 Asupan Energi

Asupan energi dikatakan baik apabila asupan energi anak balita sebesar

80-110% dari AKG, kategori kurang apabila asupan energi anak balita dibawah

80% dari AKG, dan kategori lebih apabila asupan energi anak balita di atas 110%

dari AKG. Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan form food recall

24 jam dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Universitas Sumatera Utara


Anak balita dengan asupan energi kurang sebanyak 19 orang (29,7%),

anak balita dengan asupan energi baik sebanyak 30 orang (46,9%), dan yang

asupan energi lebih sebanyak 15 orang (23,4%).

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Asupan Energi


Asupan Energi Frekuensi Persentase (%)
Kurang 19 29,7
Baik 30 46,9
Lebih 15 23,4
Total 64 100,0

4.2.3.7.2 Asupan Protein

Kecukupan asupan protein pada anak balita gizi kurang di wilayah kerja

Puskesmas Saitnihuta, dapat dilihat pada Tabel 4.11 sebagai berikut:

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Asupan Protein


Asupan Protein Frekuensi Persentase (%)
Kurang 13 20,3
Baik 35 54,7
Lebih 16 25,0
Total 64 100,0
Berdasarkan Tabel 4.11, anak balita berdasarkan asupan protein lebih

banyak pada kategori asupan protein baik yaitu sebanyak 35 orang (54,7%),

asupan protein kurang sebanyak 13 orang (20,3%), dan yang asupan protein lebih

sebanyak 16 orang (25,0%).

4.3 Analisis Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara

variabel bebas meliputi faktor pengetahuan ibu, pendapatan keluarga,

kelengkapan imunisasi, pemberian ASI Ekslusif, asupan makanan, dan penyakit

infeksi dengan variabel terikat, yaitu gizi kurang dengan menggunakan uji chi-

square pada tingkat kemaknaan α = 0.05, sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


4.3.1 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Gizi Kurang pada
Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitihuta

Tabulasi silang pengetahuan ibu terhadap kajadian gizi kurang pada anak

balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu dengan Gizi Kurang pada Anak
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta
Pengetahuan Ibu Gizi Kurang Total
Ringan Berat p
F % F % F %
Kurang Baik 21 32,8 6 9,4 27 42,2 0,004
Baik 37 57,8 0 0 37 57,8
Total 58 90,6 6 9,4 64 100
Responden dengan pengetahuan ibu kurang baik terdapat 21 orang

(32,8%) berstatus gizi kurang ringan, dan 6 orang (9,4%) yang berstatus gizi

kurang berat. Dari 37 orang responden dengan pengetahuan ibu baik terdapat 37

orang anak balita (57,8%) yang berstatus gizi kurang ringan.

Pengetahuan Ibu berhubungan dengan kejadian gizi kurang pada anak

balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta. Uji statistik menggunakan fisher’s

exact test karena nilai harapan dari sel pada tabel ada yang kurang dari 5.

Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p yang sebesar 0,004, oleh karena p value

< 0,05, maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara pengetahuan ibu

dengan kejadian gizi kurang pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas

Saitnihuta.

4.3.2 Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Gizi Kurang pada


Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta

Berdasarkan pengujian tabulasi silang pendapatan keluarga terhadap gizi

kurang pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta, dapat dilihat pada

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.13.

Dari hasil tabulasi silang di atas dapat diketahui bahwa dari 57 responden

dengan pendapatan keluarga rendah terdapat 54 orang (84,4%) berstatus gizi

kurang ringan, dan 3 orang (4,7%) yang berstatus gizi kurang berat. Dari 7 orang

responden dengan pendapatan keluarga tinggi terdapat 4 orang (6,3%) yang gizi

kurang ringan dan 3 orang (4,7%) berstatus gizi kurang berat.

Tabel 4.13 Tabulasi Silang Pendapatan Keluarga dengan Gizi Kurang pada
Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta
Pendapatan Gizi Kurang Total
keluarga Ringan Berat p
F % F % F %
Tinggi 4 6,2 3 4,7 7 10,9 0,014
Rendah 54 84,4 3 4,7 57 89,1
Total 58 90,6 6 9,4 64 100

Terdapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian gizi

kurang pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta. Uji statistik

menggunakan fisher’s exact test karena nilai harapan dari sel pada tabel ada yang

kurang dari 5. Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p sebesar 0,014, oleh

karena p value < 0,05, maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara

pendapatan keluarga dengan kejadian gizi kurang pada anak balita di wilayah

kerja Puskesmas Saitnihuta.

4.3.3 Hubungan antara Kelengkapan Imunisasi dengan Kejadian Gizi


Kurang pada Anak Balita di wilayah kerja Puskesmas Saitihuta

Untuk mengetahui tabulasi silang antara kelengkapan imunisasi dengan

gizi kurang dapat dilihat pada Tabel 4.14. Dari hasil tabulasi silang di atas dapat

diketahui bahwa dari 15 orang anak balita dengan kelengkapan imunisasi tidak

Universitas Sumatera Utara


lengkap terdapat 14 orang (21,9%) berstatus gizi kurang ringan, dan 1 orang

(1,6%) yang berstatus gizi kurang berat. Dari 49 orang anak balita dengan

kelengkapan imunisasi lengkap terdapat 44 orang (68,8%) yang gizi kurang ringan

dan 5 orang (7,8%) berstatus gizi kurang berat.

Tabel 4.14 Tabulasi Silang Kelengkapan Imunisasi dengan Gizi Kurang pada
Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta
Kelengkapan Gizi Kurang
Imunisasi Ringan Berat Total p
F % F % F %
Tidak lengkap 14 21,9 1 1,6 15 23,4 1,000
Lengkap 44 68,8 5 7,8 49 76,6
Total 58 90,6 6 9,4 64 100

Berdasarkan Tabel 4.14 dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara

kelengkapan imunisasi dengan kejadian gizi kurang pada anak balita. Uji statistik

menggunakan fisher’s exact test karena nilai harapan dari sel pada tabel ada yang

kurang dari 5. Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p yang sebesar 1,000, oleh

karena p value > 0,05, maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan antara

kelengkapan imunisasi dengan kejadian gizi kurang pada anak balita di wilayah

kerja Puskesmas Saitnihuta.

4.3.4 Hubungan antara Pemberian ASI Ekslusif dengan Kejadian Gizi


Kurang pada Anak Balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta

Berdasarkan pengujian tabulasi silang antara pemberian ASI Ekslusif

dengan gizi kurang diperoleh hasil seperti pada tabel berikut:

Hasil tabulasi silang antara pemberian ASI Ekslusif dengan gizi kurang

dapat diketahui bahwa dari 25 anak balita yang tidak diberikan ASI Ekslusif

terdapat 20 orang (31,3%) berstatus gizi kurang ringan, dan 5 orang (7,8 %) yang

Universitas Sumatera Utara


berstatus gizi kurang berat. Dari 39 orang anak balita yang diberikan ASI Ekslusif

terdapat 38 orang (59,4%) yang gizi kurang ringan dan 1 orang (1,6 %) berstatus

gizi kurang berat.

Tabel 4.15 Tabulasi Silang Pemberian ASI Ekslusif dengan Gizi Kurang
pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta
Pemberian ASI Gizi Kurang Total
Ekslusif Ringan Berat p
F % F % F %
Tidak ASI Ekslusif 20 31,3 5 7,8 25 40,6 0,030
ASI Ekslusif 38 59,4 1 1,6 39 59,4
Total 58 90,6 6 9,4 64 100

Pemberian ASI Eklusif berhubungan dengan kejadian gizi kurang pada

anak balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta. Uji statistik menggunakan

fisher’s exact test karena nilai harapan dari sel pada tabel ada yang kurang dari 5.

Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p yang sebesar 0,030, oleh karena p value

< 0,05, maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara pemberian ASI

Ekslusif dengan kejadian gizi kurang pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas

Saitnihuta.

4.3.5 Hubungan antara Asupan Makanan dengan Kejadian Gizi Kurang


pada Anak Balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta

4.3.5.1 Hubungan antara Asupan Energi dengan Kejadian Gizi Kurang pada
Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta

Berdasarkan pengujian hubungan antara asupan energi dengan gizi

kurang diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.16. Hasil tabulasi silang pada Tabel

4.17 di atas dapat diketahui bahwa dari 19 anak balita dengan asupan energi

kurang terdapat 14 orang (21,9 %) berstatus gizi kurang ringan, dan 5 orang (7,8

Universitas Sumatera Utara


%) yang berstatus gizi kurang berat. Dari 45 orang anak balita dengan asupan

energi baik dan lebih terdapat 44 orang (68,8%) yang berstatus gizi kurang

ringan dan 1 orang (1,6%) berstatus gizi kurang berat.

Tabel 4.16 Tabulasi Silang antara asupan energi dengan Gizi Kurang

Asupan Energi Gizi Kurang Total


Ringan Berat
F % F % F %
Kurang 14 21,9 5 7,8 19 29,7
Baik 29 45,3 1 1,6 30 46,9
Lebih 15 23,4 0 0 15 23,4
Total 58 90,6 6 9,4 64 100

Tabel 4.17 Tabulasi Silang Konsumsi Energi dengan Gizi Kurang setelah
penggabungan sel
Asupan Energi Gizi Kurang Total
Ringan Berat p
F % F % F %
Kurang 14 21,9 5 7,8 19 29,7 0,007
Baik 44 68,8 1 1,6 45 70,3
Total 58 90,6 6 9,4 64 100
Hubungan antara asupan energi dengan gizi kurang diuji

dengan menggunakan uji chi square dengan jenis tabel 3x2. Tetapi setelah diuji

tabel tersebut tidak layak uji karena adanya expected count kurang dari lima,

sehingga peneliti melakukan penggabungan sel untuk menggabungkan kelompok

asupan energi kategori baik dan kategori lebih. Oleh karena itu pada tabel

tabulasi silang di atas asupan energi baik merupakan pengelompokan dari asupan

energi kategori baik dan kategori lebih. Kemudian setelah dilakukan

penggabungan sel peneliti menguji kembali data tersebut dengan uji chi square

dengan jenis tabel 2x2, dari uji yang kedua masi didapatkan sel yang nilai

expected count yang kurang dari lima, sehingga nilai p yang diambil adalah nilai

Universitas Sumatera Utara


p yang dilihat dari Fisher’s Exact Test. Maka dari hasil uji statistik didapatkan

ada hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan kejadian gizi kurang

pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta, dengan nilai p = 0,007.

4.3.5.2 Hubungan antara Konsumsi Protein dengan Kejadian Gizi Kurang


pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta

Untuk mengetahui tabulasi silang antara asupan protein dengan gizi

kurang dapat dilihat pada Tabel 4.18 berikut.Hasil tabulasi silang antara asupan

protein dengan gizi kurang, dapat diketahui bahwa dari 13 orang anak balita

dengan asupan protein kurang terdapat 9 orang (14,1 %) berstatus gizi kurang

ringan, dan 4 orang (6,3 %) yang berstatus gizi kurang berat. Dari 45 orang anak

balita dengan asupan protein baik dan lebih terdapat 49 orang (76,6 %) yang

berstatus gizi kurang ringan dan 2 orang (3,1%) berstatus gizi kurang berat.

Tabel 4.18 Tabulasi Silang antara Asupan Protein dengan Kejadian Gizi
Kurang pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Saitnihuta
Asupan Protein Gizi Kurang Total
Ringan Berat
F % F % F %
Kurang 9 14,1 4 6,3 13 20,3
Baik 33 51,6 2 3,1 35 54,7
Lebih 16 25,0 0 0 16 250
Total 58 90,6 6 9,4 64 100
Tabel 4.19 Tabulasi Silang Asupan Protein dengan Gizi Kurang setelah
penggabungan sel
Asupan Protein Gizi Kurang Total
Ringan Berat p
F % F % F %
Kurang 9 14,1 4 6,3 13 20,3 0,013
Baik 49 76,6 2 3,1 51 79,7
Total 58 90,6 6 9,4 64 100
Hubungan antara asupan protein dengan gizi kurang diuji dengan

menggunakan uji chi square dengan jenis tabel 3x2, tetapi setelah diuji tabel

Universitas Sumatera Utara


tersebut tidak layak uji karena adanya expected count kurang dari lima, sehingga

peneliti melakukan penggabungan sel untuk menggabungkan kelompok asupan

protein kategori baik dan kategori lebih. Oleh karena itu pada tabel tabulasi silang

di atas asupan protein baik merupakan pengelompokan dari asupan protein

kategori baik dan kategori lebih. Kemudian setelah dilakukan penggabungan sel

peneliti menguji kembali data tersebut dengan uji chi square dengan jenis tabel

2x2 .

Hasil tabulasi silang asupan protein terhadap gizi kurang, disimpulkan

bahwa ada hubungan antara asupan protein dengan kejadian gizi kurang pada anak

balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta, dimana dari uji chi square diperoleh

nilai p value sebesar 0,013, oleh karena p value < 0,05, maka Ho ditolak yang

berarti ada hubungan antara asupan protein dengan kejadian gizi kurang pada anak

balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta.

4.3.5.3 Hubungan antara Asupan Makanan dengan Kejadian Gizi Kurang


Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta

Pengujian hubungan antara asupan makanan dengan gizi kurang

diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.20. Dari hasil tabulasi silang di atas dapat

diketahui bahwa dari 21 anak balita dengan asupan makanan kurang baik

terdapat 16 orang (25,0%) berstatus gizi kurang ringan, dan 5 orang (7,8 %) yang

berstatus gizi kurang berat. Dari 43 orang anak balita dengan asupan makanan

baik terdapat 42 orang (65,6%) yang gizi kurang ringan dan 1 orang (1,6 %)

berstatus gizi kurang berat.

Universitas Sumatera Utara


Asupan makanan berhubungan dengan kejadian gizi kurang pada anak

balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta. Uji statistik menggunakan fisher’s

exact test karena nilai harapan dari sel pada tabel ada yang kurang dari 5.

Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p yang sebesar 0,012, oleh karena p value

< 0,05, maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara asupan makanan

dengan kejadian gizi kurang pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas

Sainihuta

Tabel 4.20 Tabulasi Silang antara asupan makanan dengan Kejadian Gizi
Kurang pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Saitnihuta
Asupan Gizi Kurang Total
Makanan Ringan Berat p
F % F % F %
Kurang Baik 16 25,0 5 7,8 21 32,8 0,012
Baik 42 65,6 1 1,6 43 67,2
Total 58 90,6 6 9,4 64 100

4.3.6 Hubungan antara Penyakit Infeksi dengan Gizi Kurang pada Anak
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta

Tabulasi silang antara penyakit infeksi dengan kejadian gizi kurang di

wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta dapat dilihat pada Tabel 4.21 di bawah ini.

Dari hasil tabulasi silang di atas dapat diketahui bahwa dari 57 orang anak balita

yang tidak menderita penyakit infeksi terdapat 51 orang (79,7%) yang berstatus

gizi kurang ringan dan 6 orang (9,4%) berstatus gizi kurang berat. Dari 7 orang 7

orang (10,9%) yang gizi kurang ringan dan tidak ada responden yang mengalami

gizi kurang berat yang menderita penyakit infeksi.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.21 Tabulasi Silang Penyakit Infeksi dengan Gizi Kurang pada Anak
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta
Penyakit Infeksi Gizi Kurang Total
Ringan Berat p
F % F % F %
Tidak menderita 51 79,7 6 9,4 57 89,1 1,000
Menderita 7 10,9 0 0 7 10,9
Total 58 90,6 6 9,4 64 100

Penyakit infeksi tidak berhubungan dengan kejadian gizi kurang pada anak

balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta. Uji statistik menggunakan fisher’s

exact test karena nilai harapan dari sel pada tabel ada yang kurang dari 5.

Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p yang sebesar 1,000, oleh karena p value

> 0,05, maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan antara penyakit infeksi

dengan kejadian gizi kurang pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas

Saitnihuta.

4.4 Analisis Multivariat

Variabel yang dimasukkan dalam uji regresi logistik adalah variabel yang

mempunyai nilai p < 0,05 dimana hasil seleksi variabel tersebut dapat dilihat

pada Tabel 4.22 di bawah ini:

Tabel 4.22 Hasil Seleksi Variabel yang Dapat Masuk Dalam Regresi Logistik
No Variabel p value Nilai Ketetapan Pemodelan
1 Pengetahuan Ibu 0,004 p < 0,05 Masuk pemodelan
2 Pendapatan 0,014 p < 0,05 Masuk pemodelan
keluarga
3 Kelengkapan 1,000 p > 0,05 Tidak masuk
Imunisasi pemodelan
4 Pemberian ASI 0,030 p < 0,05 Masuk pemodelan
Ekslusif
5. Asupan Makanan 0,012 p < 0,05 Masuk pemodelan
6. Penyakit Infeksi 1,000 p > 0,05 Tidak masuk
pemodelan

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil uji bivariat diperoleh bahwa variabel pengetahuan ibu,

pendapatan keluarga, pemberian ASI Ekslusif, dan asupan makanan dapat

dilanjutkan ke analisis multivariat regresi logistik berganda. Uji regresi logistik

berganda dilakukan untuk mengetahui variabel yang berpengaruh dan yang paling

berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang pada anak balita di wilayah kerja

Puskesmas Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul.

Tabel 4.23 Hasil Uji Multivariat


No Variabel bebas Nilai p Exp(B)
1. Pengetahuan ibu 0,998 .000
2. Pendapatan keluarga 0,007 13.500
3. Pemberian ASI Ekslusif 0,069 .060
4. Asupan Makanan 0,023 .076
-2 Log Likelihood = 16.014

Berdasarkan Tabel 4.23 dapat disimpulkan bahwa dari 2 variabel yang

berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang pada anak balita di wilayah kerja kerja

Puskesmas Saitnihuta yaitu pendapatan keluarga, dan asupan makanan,variabel

yang paling berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang pada anak balita di

wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul yaitu pendapatan

keluarga, karena nilai Exp (B) pendapatan keluarga yang lebih besar dari pada

asupan makanan.

Variabel pendapatan keluarga mempunyai nilai Exp (B) sebesar 13,500.

Artinya anak balita dengan pendapatan keluarga rendah mempunyai kemungkinan

13,5 kali untuk mempunyai status gizi kurang dibandingkan dengan anak balita

dengan pendapatan keluarga tinggi. Variabel asupan makanan mempunyai nilai

Exp (B) sebesar 0,076, artinya anak balita dengan asupan makanan kurang baik

Universitas Sumatera Utara


mempunyai kemungkinan 0,076 kali atau setara dengan 0,08 kali untuk

mempunyai status gizi kurang dibandingkan dengan anak balita dengan asupan

makanan baik.

Universitas Sumatera Utara


BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Ibu Anak Balita

Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar pekerjaan ibu dari

anak balita gizi kurang adalah sebagai petani. Penduduk di sekitar wilayah kerja

Puskesmas Saitnihuta banyak yang bekerja sebagai petani, dan pada umumnya

masyarakat Kecamatan Doloksanggul bekerja sebagai petani karena di lokasi

penelitian banyak terdapat lahan pertanian.

Dalam bertani, mereka memanfaatkan alat yang sederhana karena kurangnya

sarana prasarana yang tersedia. Mereka juga kurang menerapkan metode bertani

yang baik karena tidak mendapatkan pelatihan tentang bertani yang baik, sehingga

hasil produksi dari pertanian hanya sedikit atau kurang untuk mencukupi

kebutuhan keluarga. Sebagian besar mereka tergolong ke dalam petani buruh,

dimana mereka mengolah lahan milik orang lain dan hasil pertanian harus dibagi

dengan pemilik lahan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Berdasarkan

wawancara yang dilakukan peneliti dengan orangtua anak balita, hasil pertanian

dari tahun ke tahun mengalami penurunan, karena disebabkan kurangnya

pelatihan bertani dan modal untuk pertanian, dimana harga pestisida dan pupuk

juga semakin tinggi, padahal hasil produksi pertanian semakin menurun dan harga

dari produk hasil panen yang tidak menentu. Hal itu sangat mempengaruhi

pendapatan keluarga.

Orangtua yang bekerja sebagai petani biasanya bekerja mulai pagi hingga

sore hari atau sekitar pukul 08.00 wib – 17.30 wib. Dan biasanya bekerja setiap

Universitas Sumatera Utara


hari kecuali hari minggu atau ada acara tertentu (maradat dalam bahasa batak

toba) misalnya acara adat pernikahan ataupun acara adat pesta duka. Terkadang

mereka saling membantu dalam bekerja, misalnya hari senin di ladang ibu yang

satu, hari selanjutnya mereka sama-sama bekerja di ladang ibu yang satu lagi

begitu juga seterusnya sesuai dengan kesepakatan mereka. Sebagian dari ibu-ibu

membawa anak mereka ke ladang dan membiarkan anak bermain di ladang.

Ibu yang bekerja memungkinkan tidak mempunyai banyak waktu untuk

memperhatikan anaknya misalnya dalam hal menyiapkan makanan dan kurang

memperhatikan kebersihan dari anak balitanya. Berkurangnya perhatian dan kasih

sayang, sehingga hal ini dapat mempengaruhi baik status gizi, pola asuh, maupun

perkembangan anak balita.

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar keluarga responden memiliki

anak lebih dari 2 orang. Responden yang memiliki anak lebih dari 2 yaitu 46

orang atau 71,9%. Lokasi penelitian mayoritas penduduknya suku Batak Toba,

dimana masih banyak yang percaya dengan banyak anak, banyak rezeki. Sehingga

rata-rata setiap keluarga mempunyai anak banyak. Keluarga dengan jumlah yang

besar memungkinkan kurangnya perhatian yang diberikan pada anak, pola asuh

yang kurang baik, karena keterbatasan waktu yang dimiliki orangtuanya. Besarnya

keluarga juga akan mempengaruhi pengeluaran per kapita yang pada akhirnya

berpengaruh pada distribusi dan konsumsi makanan individu dalam keluarga,

sehingga akan berdampak pada status gizi anak balita.

Universitas Sumatera Utara


5.2 Pengaruh Pengetahuan Ibu Terhadap Kejadian Gizi Kurang pada
Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta

Hasil tabulasi silang antara pengetahuan ibu dengan kejadian gizi kurang

pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta, diketahui bahwa dari 27

responden dengan pengetahuan ibu kurang baik terdapat 21 orang anak balita

(32,8%) berstatus gizi kurang ringan, dan 6 orang (9,4%) yang berstatus gizi

kurang berat, dengan pengetahuan ibu baik terdapat 37 orang anak balita (57,8%)

yang berstatus gizi kurang ringan. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan

bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian gizi kurang pada

anak balita, hal ini dilihat dari uji chi square dimana nilai p value yang diperoleh

sebesar 0,004. Namun dari hasil uji regresi logistik, pengetahuan ibu tidak

berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang pada anak balita di wilayah kerja

Puskesmas Saitnihuta, dimana diperoleh nilai p sebesar 0,998 (p > 0,05).

Pengetahuan ibu yang tinggi tentang gizi anak balita menjadikan lebih

memahami kebutuhan gizi anak balita dibandingkan ibu dengan pengetahuan yang

masih rendah. Ibu dapat memberikan menu yang bervariasi sehingga balita tidak

bosan dengan menu yang disediakan dan tercukupinya kebutuhan akan gizi

seimbang bagi anak balita. Saat kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas

Saitnihuta, ibu-ibu kurang memperhatikan atau kurang mempedulikan informasi

yang diberikan karena metode dan media penyuluhan yang digunakan kurang

menarik perhatian masyarakat, sehingga menyebabkan ibu kurang paham tentang

pemberian gizi yang baik bagi keluarga khususnya pada anak balita.

Universitas Sumatera Utara


Hal ini sejalan dengan penelitian Rachmawati, dkk (2015) dimana

responden yang berpengetahuan kurang tentang gizi hal ini dikarenakan

responden tidak aktif bertanya pada tenaga kesehatan saat kegiatan penyuluhan

atau konseling gizi, juga disebabkan responden baru mempunyai anak sehingga

kurang mendapatkan pengalaman tentang pemberian gizi seimbang kepada balita

agar tidak terjadi gizi buruk pada balita.

Pengetahuan ibu yang berbeda akan mempengaruhi pemberian makan

balita sehingga pola makan anak balita akan bergantung pada ibu. Bila pengetahu-

an ibu semakin baik, maka pola makan anak balita pun akan semakin baik, karena

kebutuhan dan kecukupan gizi anak balita tergantung dari pengetahuan ibu

mengenai jenis makanan yang diberikan oleh ibu.

Pengetahuan yang rendah pada ibu dapat berdampak pada sikap dan

perilaku ibu dalam memberikan makanan kepada anak balita, yang menimbulkan

ketidakseimbangnya makanan bergizi yang dibutuhkan anak balita yang sangat

penting dalam masa pertumbuhannya, sehingga menyebabkan anak balita

mempunyai status gizi kurang. Namun pada anak balita yang mempunyai gizi

kurang ringan dan gizi kurang berat pun ibu juga memiliki tingkat pengetahuan

yang baik tentang status gizi. Hal ini dikarenakan oleh faktor lain misalnya

pendapatan keluarga yang tidak mendukung, sehingga sekalipun ibu memiliki

pengetahuan yang baik, tetapi pendapatan keluarga rendah sehingga kemampuan

membeli bahan pangan rendah dan ketersediaan makanan di rumah sedikit dan

konsumsi makanan sedikit sehingga akan berpengaruh terhadap berat badan anak

balita yang akan membuat anak balita mengalami gizi kurang.

Universitas Sumatera Utara


Tingkat pengetahuan yang rendah dapat menyebabkan kesalahan dalam

pemahaman kebenaran yang tidak lengkap dan tidak terstruktur dimana

manifestasinya berupa kesalahan manusia atau individu dalam melakukan praktek

kehidupannya karena dilandasi pengetahuan yang salah. Pengetahuan yang salah,

dalam hal ini mengenai kesehatan tentunya juga akan mempengaruhi perilaku dan

kualitas kesehatan orang tersebut (Watloly, 2002). Dengan pengetahuan yang

tinggi maka ibu mempunyai dasar untuk bertindak dalam memilih dan

memberikan asupan gizi yang sesuai dengan usia bayi. Pemberian makanan

bergizi seperti memberikan sayur mayur dan buah yang sangat dibutuhkan

oleh bayi dalam masa pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia bayi. Dengan

ibu mempunyai pengetahuan yang tinggi maka ibu lebih banyak memahami

asupan gizi seimbang yang baik tumbuh kembang balita sehingga balita dapat

tumbuh dengan baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan

oleh Lastanto (2015) tentang „‟analisis faktor yang mempengaruhi kejadian balita

gizi kurang di wilayah kerja puskesmas cebongan‟ didapatkan hasil bahwa tingkat

pengetahuan orang tua berhubungan dengan kejadian gizi kurang pada balita.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian dari Turnip (2014) yaitu terdapat

hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita di

wilayah kerja Puskesmas Glugur Darat tahun 2014.

Universitas Sumatera Utara


5.3 Pengaruh Tingkat Pendapatan Keluarga Terhadap Kejadian Gizi
Kurang pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta

Tabulasi silang antara pendapatan dengan kejadian gizi kurang pada anak

balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta, dapat diketahui bahwa dari 57

responden dengan pendapatan keluarga rendah terdapat 54 orang anak balita

(84,4%) berstatus gizi kurang ringan, dan 3 orang (4,7%) yang berstatus gizi

kurang berat. Dari 7 orang responden dengan pendapatan keluarga tinggi terdapat

4 orang (6,3%) yang gizi kurang ringan dan 3 orang (4,7%) berstatus gizi kurang

berat.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan ada hubungan antara

pendapatan keluarga dengan kejadian gizi kurang pada anak balita. Hal ini dilihat

dari uji chi square dimana nilai p value yang diperoleh sebesar 0,014, dan hasil uji

multivariat dengan analisis regresi logistik diperoleh nilai p sebesar 0,007(p<

0,05) yang berarti pendapatan keluarga berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang

pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta. Dan berdasarkan hasil uji

regresi logistik, menyimpulkan bahwa pendapatan keluarga merupakan variabel

yang paling berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang pada anak balita di

wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta.

Menurut UNICEF pada tahun 1998 tentang faktor penyebab masalah gizi,

bahwa keadaan ekonomi merupakan akar masalah penyebab gizi kurang. Tingkat

pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan terhadap jenis dan jumlah

makanan yang dikonsumsi. Rendahnya pendapatan menyebabkan daya beli terha-

dap makanan menjadi rendah dan ketersediaan makanan di rumah sedikit

Universitas Sumatera Utara


sehingga menyebabkan konsumsi pangan keluarga akan berkurang yang akhirnya

mempengaruhi berat badan anak balita dan pada akhirnya dapat mengalami gizi

kurang.

Meningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli

pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya, pendapatan

yang rendah akan menyebabkan penurunan dalam hal kualitas dan penurunan

kuantitas pangan yang dibeli dan makanan yang dikonsumsi tidak

mempertimbangkan nilai gizi, tetapi nilai materi lebih menjadi pertimbangan.

Peningkatan pendapatan dalam rumah tangga memberikan kesempatan

kepada ibu untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu jumlah dan keragaman

pangan yang dapat dibeli. Namun sebaliknya, ibu yang tidak mempunyai

pendapatan keluarga yang cukup, maka akan kesulitan memberikan asupan gizi

yang baik. Meskipun tingkat pendapatan keluarga di atas UMR (Upah Minimum

Regional), namun masih ditemukan balita dengan gizi kurang, hal ini dapat

dipengaruhi faktor lain seperti jumlah anggota keluarga yang ditanggung lebih

besar, artinya semakin banyak anggota keluarga yang ditanggung maka semakin

banyak pengeluaran biaya untuk mencukupi kebutuhan gizi keluarga, sementara

disisi lain pendapatan keluarga per bulan dapat dianggap tetap namun harga bahan

makanan yang cenderung semakin mahal. Selain itu, ibu juga memiliki

pengetahuan yang rendah sehingga meskipun tingkat pendapatan sesuai UMR, ibu

belum mengetahui menu seimbang yang baik diberikan kepada anak balita

sehingga anak balita tetap dalam kondisi gizi kurang. Notoatmodjo (2007)

berpendapat bahwa salah satu faktor presdisposisi yang mempengaruhi perilaku

Universitas Sumatera Utara


adalah status ekonomi, artinya perilaku kebutuhan hidup sehat dipengaruhi oleh

kemampuan keluarga secara ekonomi.

Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan keluarga mempengaruhi status

gizi balita, seperti teori yang dikemukakan oleh Soekirman (2000) bahwa

pendapatan keluarga adalah salah satu faktor yang menentukan konsumsi

makanan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sarah (2008) yang

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga

dengan status gizi balita. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian dari Turnip

(2014) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

pendapatan keluarga dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Glugur

Darat tahun 2014.

5.4 Pengaruh Kelengkapan Imunisasi Terhadap Kejadian Gizi Kurang


pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta

Berdasarkan hasil penelitian diketahui tidak terdapat hubungan antara

pemberian imunisasi dengan kejadian gizi kurang pada anak balita. Anak balita

dengan gizi kurang ringan dan gizi kurang berat, sebagian besar telah

mendapatkan imunisasi secara lengkap, dari 64 responden, hanya 15 orang atau

23,4% yang tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Seperti yang dilaporkan

Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa cakupan imunisasi balita diIndonesia secara

lengkap angkanya mengalami peningkatan mulai dari 41,6 persen pada tahun

2007 menjadi 53,8% pada tahun 2010 dan 59,2 persen pada tahun 2013.

Universitas Sumatera Utara


Hasil penelitian yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara

kelengkapan imunisasi dengan kejadian gizi kurang pada anak balita, menurut

asumsi peneliti hal tersebut bisa terjadi dikarenakan ada faktor lain yang

mempengaruhi gizi kurang yaitu misalnya asupan makanan sebagai penyebab

langsung. Asupan makanan anak balita baik, maka sistem imun tubuh anak balita

akan tetap baik sehingga kelengkapan imunisasi tidak berhubungan dengan

kejadian gizi kurang pada anak balita dalam penelitian ini.

Wise (2004) berpendapat bahwa dengan pemberian vaksin, tubuh bayi

atau anak akan membentuk antibodi, sehingga tubuh bayi atau anak balita telah

siap (telah kebal) bila terinfeksi oleh penyakit menular tersebut. Dengan kata lain

terhindarnya bayi atau anak dari berbagai penyakit dapat memperbaiki status gizi

anak tersebut. Imunisasi merupakan domain yang sangat penting untuk

memiliki status gizi yang baik. Imunisasi yang lengkap biasanya menghasilkan

status gizi yang baik. Sebagai contoh adalah dengan imunisasi seorang anak tidak

mudah terserang penyakit yang berbahaya, sehingga anak lebih sehat, dengan

tubuh/status sehat asupan makanan dapat masuk dengan baik, nutrisi pun terserap

dengan baik. Nutrisi yang terserap oleh tubuh balita dimanfaatkan untuk

pertumbuhannya, sehingga menghasilkan status gizi yang baik.

Namun penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Vindriana (2012), dimana ada hubungan yang bermakna antara Kelengkapan

Imunisasi dengan Status Gizi di Kelurahan Watonea wilayah kerja Puskesmas

Katobu Kabupaten Muna.

Universitas Sumatera Utara


5.5 Pengaruh Pemberian ASI Ekslusif Terhadap Kejadian Gizi Kurang
pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta

Pemberian ASI secara eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu

sampai 6 bulan. Dari hasil tabulasi silang antara pemberian ASI Ekslusif

dengan kejadian gizi kurang pada anak balita dapat diketahui bahwa dari 25

anak balita yang tidak diberikan ASI Ekslusif terdapat 20 orang (31,2%)

berstatus gizi kurang ringan, dan 5 orang (7,8 %) yang berstatus gizi kurang

berat. Dari 39 orang anak balita yang diberikan ASI Ekslusif terdapat 38

orang (59,4%) yang gizi kurang ringan dan 1 orang (1,6 %) berstatus gizi

kurang berat. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara pemberian ASI Eklusif dengan kejadian gizi kurang pada

anak balita. Hal ini dilihat dari uji chi square dimana nilai p value yang

diperoleh sebesar 0,030. Namun dari hasil uji regresi logistik, pemberian ASI

Ekslusif tidak berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang pada anak balita di

wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta, dimana diperoleh nilai p sebesar 0,69 (p

> 0,05).

Menurut peneliti bagi ibu yang bekerja sebagai petani atau yang lain, maka

kesempatan untuk memberikan ASI ekslusif hingga bayi usia 6 bulan adalah sulit.

Kondisi ini terjadi karena ibu akan kembali bekerja ke ladang, dan biasanya anak

mereka dititipkan ke pengasuh (tetangga, nenek). Sesuai hasil penelitian banyak

ibu tidak memberikan ASI Ekslusif, disebabkan karena masih rendahnya

pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif. Banyak ibu dari anak balita berpendapat

bahwa dengan memberikan ASI kepada anak itu sudah dikatakan ASI Ekslusif

Universitas Sumatera Utara


padahal mereka memberikan makanan tambahan ASI sebelum usia 6 bulan.

Banyak ibu atau yang mengasuh anak memberikan makanan pendamping dengan

pendapat bahwa anak menangis berarti anak lapar dan tidak cukup hanya

diberikan ASI saja dan ada juga ibu dari anak balita yang beranggapan bahwa ASI

yang pertama kali keluar adalah ASI yang tidak sehat, sehingga banyak dari ibu

yang membuang ASI itu (colostrum).

Banyak ibu yang mengatakan bahwa ASI eksklusif adalah memberikan

ASI dan boleh dengan ditambahkan pemberian air putih serta makanan lain seperti

pisang, bubur sereal, dan sebagainya sejak anak berusia 4 bulan. Hal ini

menunjukan bahwa minimnya pengetahuan ibu seputar ASI eksklusif, sehingga

mengakibatkan permasalahan gizi pada anak.

Pengetahuan dan sikap petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan

tentang ASI sangat berpengaruh pada keberhasilan menyusui. Bayi yang sehat,

tidak menderita kelainan atau penyakit tertentu lebih mudah untuk menyusu.

Tekanan ekonomi memaksa ibu bekerja untuk mencari penghasilan sehingga

tidak mempunyai kesempatan memberikan ASI secara ekslusif (Syarif dkk, 2011).

Balita yang telah berumur diatas 6 bulan sudah dapat diberikan asupan gizi

di luar ASI ekslusif. Pemberian makanan kepada anak balita dengan kandungan

gizi yang seimbang sangat tergantung dari pengetahuan dan pendapatan keluarga.

Orangtua yang memahami kebutuhan gizi balita akan berusaha memberikan

asupan makanan yang seimbang yang dibutuhkan oleh anak balita dan apabila

pendapatan keluarga mendukung, maka akan dapat menyediakan makanan yang

baik, begitu juga sebaliknya, apabila pendapatan keluarga tidak mendukung, maka

Universitas Sumatera Utara


akan sulit untuk menyediakan makanan yang baik dari segi kualitas maupun

kuantitas.

Semakin besar tumbuh kembang balita akan membutuhkan nutrisi yang

lebih seimbang, sehingga setelah 6 bulan pertama bayi tidak cukup hanya dengan

diberikan ASI saja tetapi juga diberikan nutrisi makanan tambahan secara

seimbang agar kebutuhan nutrisi bayi tercukupi dan balita memiliki status gizi

baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Giri, dkk (2013)

menunjukkan bahwa ada hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan status

gizi balita di Kampung Kajanan Buleleng. Penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian Pujiyanti (2008) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh pemberian air susu ibu (ASI) terhadap status gizi bayi.

Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian dari Mastin dan Roosita

(2015) yang menunjukkan bayi yang mendapat ASI eksklusif cenderung memiliki

frekuensi sakit dan periode lama sakit yang lebih rendah dibandingkan dengan

bayi yang tidak diberi ASI eksklusif pada enam bulan pertama kehidupan

bayi. Dengan frekuensi sakit dan periode lama sakit yang rendah maka bayi dapat

sehat sehingga nutrisi dapat terserap dengan baik ke dalam tubuhnya, sehingga ba-

lita memiliki status gizi yang baik dimana seimbang antara berat badan dan tinggi

badannya

Universitas Sumatera Utara


5.6 Pengaruh Asupan Makanan dengan Kejadian Gizi Kurang pada
Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta

Hasil tabulasi silang antara asupan makanan dengan kejadian gizi kurang

pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta, diketahui bahwa dari 21

anak balita dengan asupan makanan kurang baik terdapat 16 orang (25,0%)

berstatus gizi kurang ringan, dan 5 orang (7,8 %) yang berstatus gizi kurang

berat. Dari 43 orang anak balita dengan asupan makanan baik terdapat 42 orang

(65,6%) yang gizi kurang ringan dan 1 orang (1,6 %) berstatus gizi kurang berat.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa ada hubungan antara asupan

makanan dengan kejadian gizi kurang pada anak balita. Hal ini dilihat dari uji chi

square dimana nilai p value yang diperoleh sebesar 0,012, oleh karena p value <

0,05. Dari hasil uji regresi logistik, asupan makanan berpengaruh terhadap

kejadian gizi kurang pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta,

dimana diperoleh nilai p sebesar 0,023 (p < 0,05).

Asupan makanan merupakan penyebab langsung terhadap status gizi anak

balita. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lokasi penelitian, tidak sedikit ibu

balita yang menyuapi anaknya hanya nasi dengan kuah atau mie instan, dan

banyak ibu yang mengaku bahwa tidak setiap hari menghidangkan nasi, lauk pauk

dan sayur kepada anggota keluarga, kebanyakan ibu hanya memasak nasi dan lauk

pauk saja bagi anggota keluarganya dengan alasan kesibukan bekerja dan karena

pendapatan keluarga tidak mendukung. Menurut peneliti hal ini mempengaruhi

status gizi anak balita dimana pola makan balita kurang baik, sehingga berakibat

pada permasalahan gizi.

Universitas Sumatera Utara


Dalam pendistribusian makanan dalam keluarga seharusnya lebih

memprioritaskan anggota keluarga yang rentan terkena masalah gizi yaitu ibu

hamil dan anak balita. Padahal kenyataan dalam lokasi penelitian, masih banyak

keluarga yang lebih memprioritaskan kepala keluarga (ayah) dalam pembagian

makanan, baik dari segi kuantitas juga kualitas makanan, karena menurut mereka

kepala keluarga adalah orang yang lebih tinggi di dalam keluarga dan harus

dihormati dan dalam pembagian makanan juga harus dibedakan dengan anggota

keluarga yang lain. Hal ini dapat mempengaruhi status gizi anak balita dalam

keluarga.

Kondisi gizi seseorang dipengaruhi oleh masuknya zat makanan dan

kemampuan tubuh manusia untuk menggunakan zat makanan tersebut. Sedangkan

masuknya zat makanan ke dalam tubuh manusia ditentukan oleh perilaku berupa

sikap seseorang memilih makanan, daya seseorang dalam memperoleh makanan

dan persediaan makanan yang ada.

Kemampuan tubuh untuk menggunakan zat makanan ditentukan oleh

kesehatan tubuh orang atau manusia yang bersangkutan (Wise, 2004). Jika zat gizi

di dalam makanan yang dikonsumsi tidak cukup atau tidak mampu memenuhi

kebutuhan tubuh yang seharusnya, sehingga daya tahan tubuh akan menurun dan

memudahkan menderita penyakit infeksi sehingga balita tersebut akan menderita

gizi kurang.

Universitas Sumatera Utara


5.6.1 Pengaruh Asupan Energi Terhadap Kejadian Gizi Kurang pada Anak
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa ada hubungan antara

asupan energi dengan kejadian gizi kurang pada anak balita. Hal ini dilihat dari

uji chi square dimana nilai p value yang diperoleh sebesar 0,007. Berdasarkan

hasil penelitian diketahui bahwa dari 19 anak balita dengan asupan energi kurang

terdapat 14 orang (21,9 %) berstatus gizi kurang ringan, dan 5 orang (7,8 %) yang

berstatus gizi kurang berat. Dari 45 orang anak balita dengan asupan energi baik

terdapat 44 orang (68,8) yang berstatus gizi kurang ringan dan 1 orang (1,6%)

berstatus gizi kurang berat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Khayati (2010) tentang faktor yang berhubungan dengan status

gizi balita pada keluarga buruh tani di Desa Situwangi Kecamatan Rakit

Kabupaten Banjarnegara tahun 2010, dimana terdapat hubungan antara asupan

energi dengan status gizi balita di Desa Situwangi Kecamatan Rakit.

5.6.2 Pengaruh Asupan Protein Terhadap Kejadian Gizi Kurang pada


Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa ada hubungan antara

asupan energi dengan kejadian gizi kurang pada anak balita. Hal ini dilihat dari

hasil analisis bivariat diperoleh nilai p value yang diperoleh sebesar 0,013.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 13 orang anak balita dengan

asupan protein kurang terdapat 9 orang (14,1 %) berstatus gizi kurang ringan, dan

4 orang (6,3 %) yang berstatus gizi kurang berat. Dari 51 orang anak balita

dengan asupan protein baik terdapat 49 orang (76,6 %) yang berstatus gizi kurang

ringan dan 2 orang (3,1%) berstatus gizi kurang berat.

Universitas Sumatera Utara


Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khayati

(2010) tentang faktor yang berhubungan dengan status gizi balita pada keluarga

buruh tani di Desa Situwangi Kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara tahun

2010, dimana terdapat hubungan antara asupan protein dengan status gizi balita di

Desa Situwangi Kecamatan Rakit.

5.7 Pengaruh Penyakit Infeksi Terhadap Kejadian Gizi Kurang pada Anak
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Saitnihuta

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara penyakit infeksi dengan gizi

kurang, disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara penyakit infeksi dengan ke

jadian gizi kurang pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta. Hal ini

dilihat dari uji chi square dimana nilai p value yang diperoleh sebesar 1,000. Dari

hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 57 orang anak balita yang tidak

menderita penyakit infeksi terdapat 51 orang (79,7%) yang berstatus gizi kurang

ringan dan 6 orang (9,4%) berstatus gizi kurang berat. Dari 7 orang 7 orang

(10,9%) yang gizi kurang ringan dan tidak ada responden yang mengalami gizi

kurang berat yang menderita penyakit infeksi.

Penyakit infeksi merupakan penyebab langsung pada masalah gizi. Antara

status gizi kurang atau status gizi buruk dan infeksi atau penyakit penyerta

terdapat interaksi bolak-balik yang dapat menyebabkan gizi kurang dan gizi buruk

melalui berbagai mekanisme fisiologis dan biologis. Yang terpenting ialah efek

langsung dari infeksi sistemik pada katabolisme jaringan. Walaupun hanya terjadi

infeksi ringan sudah dapat mempengaruhi status gizi (Suhardjo, 2005). Kesehatan

gizi yang rendah menyebabkan kondisi daya tahan tubuh menurun, sehingga

Universitas Sumatera Utara


berbagai penyakit dapat timbul dengan mudah. Seorang anak sehat tidak akan

mudah terserang berbagai jenis penyakit, termasuk penyakit infeksi, karena akan

mempunyai daya tahan tubuh yang cukup kuat. Daya tahan tubuh akan meningkat

pada keadaan kesehatan gizi yang baik, dan akan menurun bila kondisi kesehatan

gizinya menurun.

Anak yang mendapatkan makanan cukup baik, tetapi sering diserang diare

atau demam, akhirnya dapat menderita kurang gizi. Demikian juga pada

anak yang makan tidak cukup baik, maka daya tahan tubuhnya akan melemah.

Keadaan demikian mudah diserang penyakit infeksi yang dapat mengurangi nafsu

makan, dan akhirnya dapat menderita kurang gizi.

Penyakit yang terjadi pada bayi dan anak balita umumnya adalah penyakit

yang timbulnya bertalian erat dengan masalah lingkungan dan pola pemberian

makanan. Hadirnya penyakit infeksi pada tubuh anak akan membawa pengaruh

terhadap keadaan gizi anak. Sebagai reaksi pertama akibat adanya penyakit infeki

adalah menurunya nafsu makan anak sehingga anak akan menolak makanan yang

diberikan oleh ibunya. Penolakan tersebut berarti berkurangnya pemasukan zat

gizi kedalam tubuh anak. Kehilangan nafsu makan, adanya muntah dan diare

dengan sangat cepat akan mengubah tingkat gizi anak kearah gizi buruk.

Hasil penelitian yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara

penyakit infeksi dengan kejadian gizi kurang pada anak balita, menurut asumsi

peneliti hal tersebut bisa terjadi dikarenakan lebih banyak anak balita yang

menderita penyakit infeksi ringan dibandingkan dengan infeksi berat ketika

penelitian dilakukan. Selama penelitian, peneliti mendapati sebagian besar anak

Universitas Sumatera Utara


balita yang menjadi responden menderita demam dan batuk dikarenakan cuaca

yang tidak menentu.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Suhendri (2009) yang menyatakan tidak ada hubungan antara penyakit infeksi

dengan status gizi anak balita. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat

Moehji (2003) yang mengatakan bahwa penyakit infeksi mempengaruhi status

gizi dan mempercepat malnutrisi karena penyakit infeksi menyebabkan

terganggunya penyerapan zat gizi dari makanan yang dikonsumsi, dan juga

berdampak menurunkan bahkan menghilangkan nafsu makan sehingga

menyebabkan kekurangan gizi.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Anak balita gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta Kecamatan

Doloksanggul lebih banyak pada kategori gizi kurang ringan yaitu sebesar

89,1% dan anak balita dengan status gizi kurang berat yaitu sebesar 10,9%.

2. Pengetahuan ibu, dan pemberian ASI Ekslusif tidak mempengaruhi kejadian

gizi kurang pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta.

3. Variabel yang mempengaruhi kejadian gizi kurang pada anak balita di

wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta adalah pendapatan keluarga dan asupan

makanan.

4. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang

pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta adalah pendapatan

keluarga dengan nilai Exp (B) = 13,5 yang berarti bahwa anak balita dengan

pendapatan keluarga rendah akan berisiko 13,5 atau setara dengan 14 kali

memiliki status gizi kurang dibandingkan anak balita yang pendapatan

keluarga tinggi.

6.2 Saran

1. Kepada pihak Puskesmas Saitnihuta, diharapkan untuk melakukan

penyuluhan dan pemberian pendidikan kesehatan khususnya tentang

cara pemberian gizi yang baik pada anak balita, secara terus menerus dan

berkesinambungan dengan menggunakan poster, leaflet, atau media lainnya

yang dapat menarik perhatian masyarakat, sehingga akan meningkatkan

Universitas Sumatera Utara


pengetahuan dari masyarakat khususnya ibu-ibu.

2. Pemerintah setempat bekerja sama dengan Penyuluh pertanian yang

bertugas di Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP), diharapkan untuk

lebih memberdayakan masyarakat dan mengembangkan sarana prasarana

dengan cara membentuk kelompok tani dalam masyarakat, sehingga dapat

meningkatkan pengetahuan, keterampilan masyarakat dan kemandirian

dalam bertani, melalui pelatihan-pelatihan tentang metode bertani yang baik,

sehingga hasil produksi pertanian meningkat dan pendapatan keluarga pun

akan meningkat.

3. Bagi masyarakat khususnya ibu-ibu yang mempunyai anak balita diharapkan

lebih aktif dalam mengikuti kegiatan posyandu setiap bulannya untuk

memantau pertumbuhan dan perkembangan anak balita dan lebih aktif

dalam mencari informasi tentang gizi balita melalui penyuluhan oleh tenaga

kesehatan, konseling gizi dan melalui sumber informasi lainnya dan lebih

memperhatikan asupan konsumsi makan sesuai dengan kebutuhan gizi

setiap anak balita.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Adnani, H. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta. Nuha Medika


Adriani, M. & Bambang, W. 2014. Gizi dan Kesehatan Balita. Jakarta: Kencana
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.
Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC
Aritonang, I. 2000. Pemantauan Pertumbuhan Balita. Yogyakarta: Kanisius
Budiyanto, A.K. 2004. Dasar Dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Pres
Departemen Gizi . 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Departemen Kesehatan RI. (2013). Laporan Nasional: Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI
Dharma K. K. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta : TIM
Efendi, S. 2012 . Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES.
Ghazi, H., Mustafa, J., Isa, J. & Abdalqader, A. (2011). Malnutrition Among 3 to
5 Years old in Baghdad City, Iraq: A Cross Sectionl Study. International
Center for Diarhoeal Disease Recsearch. 31(3): 350-355
Giri, M.K.W. et.al (2013). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang
Pemberian ASI serta Pemberian ASI Ekslusif dengan Status Gizi Balita
Usia 6-24 Bulan di Kelurahan Kampung Kajanan Kecamatan Buleleng.
Jurnal Magister Kedokteran Keluarga Vol 1, No. 1.
Gupte, S. 2004. Panduan Perawatan Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Kahleen, R.M. 2009. Investigasi dan Pengendalian Wabah di Pelayanan
Fasilitas Kesehatan. Jakarta: EGC.
Kemenkes RI. (2012). Petunjuk Pelaksanaan Surveilans Gizi. Jakarta: Kemenkes
RI.
Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indnesia. Jakarta : Kemenkes RI; 2015

Universitas Sumatera Utara


Khayati, S. 2010. Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita pada
Keluarga Buruh Tani di Desa Situwangi Kecamatan Rakit Kabupaten
Banjarnegara tahun 2010. (Skripsi). FKM. Universitas Negeri
Semarang.

Kumar, A. & Sighn, A. (2013). Decomposing The Gap in Childhood Undernutriti-


on In Under Five Childern.

Lastanto. 2015. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Balita Gizi Kurang di Wila-
yah Kerja Puskesmas Cebongan. (Skripsi). Surakarta: STIKES KUSU-
MA HUSADA SURAKARTA.
Lutfiana, N. 2012. Faktor faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gizi Buruk
pada Lingkungan Tahan Pangan dan Gizi”(Skripsi) Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang
Maimunah. 2000. Faktor faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak Bali
- ta di Kelurahan Tembung Kodya Medan” (Skripsi). Medan : FKM
USU
Mastin, M & Katrin, R. (2015). Kecukupan Vitamin A dan Praktek Pemberian
Air Susu Ibu serta Kelengkapan Imunisasi Dasar dan Morbiditas Bayi.
Jurnal Gizi Pangan.
Mc Donald, Kupka, R.,Bosch, R., Spiegelman, D. & Duggan, L.P. (2012).
Predictors of Stunting, Wasting, and Underweight Among Tanzanian
Childern Born to HIV-Infected Woman. Europan Journal of Clinical
Nutriion, 66: 1265-1276.

Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2. Jakarta: Papas Sinar Sinanti.

Muaris, H. 2006. Sarapan Sehat Untuk Anak Balita. Jakarta: PT Gramedia Pusta
kaUtama
Mubarak, W. I. 2007. Promosi Kesehatan. Jogjakarta : Graha ilmu.
Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Oktavianis. 2016. Faktor faktor yang berhubungan dengan status gizi pada
balita di Puskesmas Lubuk Kilangan. Jurnal Human Care.Vol.1 No.3.

Universitas Sumatera Utara


Priyatno, D. 2010. Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian
dengan SPSS dan Tanya Jawab Ujian Pendadaran. Yogyakarta: Gava
Media
Pujiyanti, S. (2008). Pengaruh Pemberian Air Susu Ibu (ASI),Konsumsi Zat Gizi,
dan Kelengkapan Kartu Menuju Sehat (KMS) terhadap Status Gizi Bayi.
Jurnal Gizi dan Pangan, (1): 7 – 11.

Purwaningrum, S & Yuniar, W. 2012. Hubungan antara asupan makanan dan


status kesadaran gizi keluarga dengan status gizi balita di wilayah kerja
Puskesmas Sewon I, Bantul”.Jurnal Gizi. Yogyakarta : Volume 6, Nomor
3, September 2012
Rahmawati, N.A; Novi, A.S dan Istichhomah. (2015). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Kurang Pada Balita Terhadap Kejadian
Gizi Kurang Di Desa Penusupan Tahun. SIKLUS 2015 - ejournal.

Saputra & Nurizka. 2012. Faktor Demografi dan Resiko Gizi Buruk dan Gizi Ku-
rang. Tanjung Biru Research Institute, 16(2): 95-101.
Sarah. (2008). Hubungan antara Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung
Pura Kabupaten Langkat. (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sediaoetama, A. D. 2004. Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Dian Rakyat

Soekirman, 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Direktorat Jenderal


Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.

Sujarweni, V.W. 2014. Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis dan Mudah.


Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Suhardjo. 2005. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.


Suhendri, U. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak
dibawah Lima Tahun (balita) di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan
Kabupaten Tangerang Tahun 2009. (Skripsi). Jakarta : Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatllah.
Supariasa, N., Bakhri. B. & Fajar,I. 2013. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Supartini, Y., 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan anak. Jakarta: EGC.
Sutomo, B & Anggraini, D. Y. 2010. Makanan Sehat Pendamping ASI. Jakarta:
Demedia

Universitas Sumatera Utara


Swarjana, I.K. 2016. Statistik Kesehatan . Yogyakarta : Penerbit Andi
Turnip, O. 2014. Hubungan Pendapatan, Penyakit Infeksi dan Pengetahuan Ibu
dengan Kejadian Gizi Kurang pada Balita di Wilayah Puskesmas Glugur
Darat Tahun 2014. Gizi Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi vol 1
no 4 .
UNICEF. 1998. Nutrition Essentials. A Guide For Health Managers.

UNICEF. 2013. Improving Child Nutrition. New York: Division of


Comunication UNICEF.
Vindriana, V. (2012). Hubungan Kelengkapan Imunisasi dengan Status Gizi
pada Balita Usia 1-5 Tahun di Kelurahan Watonea Wilayah Kerja
Puskesmas Katobu Kabupaten Muna. Jurnal Kesehatan Volume 1
Nomor 2 Tahun 2012: 1-8.
Uripi, V. 2004. Menu Sehat Untuk Balita. Jakarta: Puspa Swara
Watloly, A. 2002. Tanggung Jawab Pengetahuan. Penerbit Kanisius:
yogjakarta
Widjaja. 2002. Gizi Tepat Untuk Perkembangan Otak dan Kesehatan Balita.
Jakarta: Kawan Pustaka
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG). 2004. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia: Jakarta.
Wise, P. 2004. Panduan Kesehatan Masyarakat. Surakarta :Yayasan Indonesia
Sejahtera.
Wong, D., Merylin, H., David, W., Merylin, L. & Patricia, S. 2008. Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Yusril, 2002. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita di
Desa Waru Jaya Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Tahun 2002.
(Skripsi), FKM UI
Zulfita, P. N. S. 2013.”Faktor faktor Mempengaruhi Kejadian Gizi Kurang pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Kota Padang Tahun 2013
” (Skripsi). Padang: STIKES MERCU BAKTI JAYA Padang.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER
ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI
KURANG PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SAITNIHUTA KECAMATAN DOLOKSANGGUL
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

No. Responden :

Alamat Responden :

I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Pekerjaan :
a. Wiraswasta
b. Petani
c. Ibu Rumah Tangga
4. Pendidikan :
a. Tidak Sekolah/tidak tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SLTP
d. Tamat SLTA
5. Jumlah anak :
6. Penghasilan perbulan:

a. ≤Rp.1.829.725
b. ≥Rp.1.829.725

Universitas Sumatera Utara


II. Identitas Balita
7. Nama :
8. Tanggal Lahir :
9. Berat Badan Sekarang:
10. Jenis Kelamin :

III. Status Imunisasi


11. Apakah anak balita ibu telah mendapatkan imunisasi di bawah ini:
a. BCG 1. Ya 2. Tidak
b. DPT 1. Ya 2. Tidak
c. Polio 1. Ya 2. Tidak
d. Campak 1. Ya 2. Tidak
e. Hepatitis B 1. Ya 2. Tidak

IV. Status ASI Ekslusif


12. Apakah ibu memberikan ASI kepada bayi setelah bayi baru lahir?
a. Ya b. Tidak
13. Pada saat anak ibu lahir apakah ibu memberikan ASI yang pertama kali keluar
yang berwarna kuning (kolostrum)?
a. Ya
b. Tidak
14. Apakah anak balita ibu diberikan ASI Eksklusif (ASI saja sebagai makanan
hingga balita berumur 6 bulan)?
a. Ya
b. Tidak
15. Apakah ibu mulai memberikan makanan pendamping ASI setelah bayi berusia
6 bulan?
a. Ya
b. Tidak

Universitas Sumatera Utara


V. Pengetahuan Ibu terhadap Gizi Balita
16. Apakah menimbang berat badan bayi dan balita 1-2 bulan sekali?
a. Ya
b. Tidak
17. Apakah tujuan utama penimbangan berat badan secara teratur yaitu untuk
mengetahui status gizi balita?
a. Ya
b. Tidak
18. Apakah Ibu mengetahui cara menilai bayi dan balita yang cukup gizinya?
a. Ya
b. Tidak
19. Apakah ASI menjadi makanan yang terbaik bagi bayi ?
a. Ya
b. Tidak
20. Apa Ibu tahu apa yang dimaksud dengan ASI Ekslusif?
a. Ya
b. Tidak
21. Apakah keunggulan ASI yaitu menjadi makanan terbaik bagi bayi untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mendekatkan hubungan ibu dan
anak?
a. Ya
b. Tidak
22. Apakah ibu mengetahui sampai usia berapa sebaiknya anak diberikan ASI?
a. Ya
b. Tidak
23. Apakah ibu tahu pilihan menu makanan yang paling bergizi bagi balita?
a. Ya
b. Tidak

Universitas Sumatera Utara


24. Apakah ibu mengetahui tanda-tanda anak kurang gizi?
a. Ya
b. Tidak
25. Apakah ibu mengetahui garam yang baik untuk dikonsumsi?
a. Ya
b. Tidak
26. Apakah Pemberian makanan pada anak sebaiknya disesuaikan dengan usia
dan kebutuhan gizi anak….?
a. Ya
b. Tidak
27. Apakah ibu tahu manfaat pemberian imunisasi?
a. Ya
b. Tidak
28. Apakah bayi dan balita sebaiknya diberikan imunisasi sejak lahir?
a. Ya
b. Tidak

VI. Penyakit Infeksi


29. Apakah dalam satu bulan terakhir anak balita ibu pernah menderita diare?
a. Ya b. Tidak
30. Apakah balita ibu mengalami gejala seperti batuk, pilek, dan demam dalam
satu bulan terakhir?
a. Ya b. Tidak

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Formulir Food Recall 24 jam
FORMULIR
FOOD RECALL 24 JAM
Nama :
Hari/ Tanggal :
Hari ke :
Waktu Nama makanan/ Bahan makanan
Makan Minuman Banyaknya
Makanan
Jenis Makanan URT Gr
Pagi/ Jam

Siang/jam

Selingan siang

Sore/ Jam

Selingan Sore

Malam/jam

Pagi/Jam

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4. Balasan Surat Permohonan Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Surat Siap Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Master Data

Umur Berat
No pekerjaan pnddkn Jlh anak pndptn k.pedptn J.klmn balita badan a1 a2 a3 a4 a5 ttlskorimunisasi k.stsimunisasi
1 4 4 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 5 1
2 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
3 4 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 4 0
4 4 4 4 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 5 1
5 5 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
6 4 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 3 0
7 4 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
8 4 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 4 0
9 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
10 4 4 5 2 2 1 1 1 1 1 1 0 0 3 0
11 4 3 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 5 1
12 4 4 3 1 1 2 1 1 1 1 1 0 1 4 0
13 4 4 4 1 1 2 1 1 1 1 1 1 0 4 0
14 5 4 4 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 5 1
15 4 4 4 1 1 2 1 1 1 1 1 0 0 3 0
16 4 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
17 4 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 4 0
18 4 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
19 4 4 5 1 1 2 1 1 1 1 1 1 0 4 0
20 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
21 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1

Universitas Sumatera Utara


22 4 4 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
23 4 4 4 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 5 1
24 4 4 5 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 5 1
25 4 4 4 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 5 1
26 4 4 4 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 5 1

27 4 4 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 5 1
28 3 3 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 0 4 0
29 4 4 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 5 1
30 4 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 4 0
31 4 4 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 5 1
32 4 4 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 5 1
33 4 4 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 5 1
34 4 4 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 5 1
35 4 4 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 5 1
36 4 4 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 5 1
37 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
38 4 3 5 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
39 4 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
40 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
41 5 4 4 1 1 2 1 1 1 1 1 1 0 4 0
42 4 3 4 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 5 1
43 4 4 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 5 1
44 4 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1
45 4 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1

Universitas Sumatera Utara


46 4 4 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 5 1
47 4 4 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 0 4 0
48 4 4 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 5 1
49 4 4 6 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 5 1
50 4 4 4 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 5 1
51 4 3 5 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 5 1
52 4 4 4 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 5 1
53 4 4 5 1 1 2 2 2 1 1 1 1 0 4 0
54 4 4 4 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 5 1
55 4 4 5 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 5 1
56 4 4 4 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 5 1
57 4 4 3 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 5 1
58 4 4 3 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 5 1
59 4 4 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 5 1
60 4 4 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 5 1
61 4 4 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 0 4 0
62 4 4 4 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 5 1
63 4 4 3 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 5 1
64 4 4 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 5 1

Universitas Sumatera Utara


b1 b2 b3 b4 Ttlskorasiekslusif K asiekslusif c1 c2 c3 c4 c5 c6 c7 c8 c9 c10 c11 c12 c13

1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 4 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2

1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 4 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2

1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 0 1 1 3 0 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2

1 1 1 1 4 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2

1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 0 1 1 3 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2

1 0 1 1 3 0 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1

1 0 1 1 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 4 1 1 4 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2

1 1 1 1 4 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2

1 1 1 0 3 0 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2

1 1 1 0 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 0 3 0 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2

Universitas Sumatera Utara


1 1 1 1 4 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2

1 1 0 0 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 0 1 1 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 4 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2

1 0 1 1 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 4 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2

1 0 1 1 3 0 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2

1 1 1 1 4 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2

1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 0 1 1 3 0 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1

1 0 1 1 3 0 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1

1 1 1 1 4 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2

1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 4 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2

1 1 0 0 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 0 1 1 3 0 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2

1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Universitas Sumatera Utara


1 1 1 1 4 1 2 2 2 1 2 3 1 2 2 1 2 2 2

1 1 1 1 4 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2

1 1 1 0 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 4 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2

1 0 1 1 3 0 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1

1 1 1 0 4 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 0 0 3 0 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1

1 1 1 1 4 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2

1 1 1 1 4 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1

1 1 1 0 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 0 1 0 3 0 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2

1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 4 0 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2

1 1 1 1 4 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2

1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 4 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2

1 1 1 1 4 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2

1 1 1 1 4 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2

Universitas Sumatera Utara


1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 0 1 2 0 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2

1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 4 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2

1 1 1 1 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 4 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2

1 0 1 1 3 0 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2

1 0 1 1 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 4 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2

1 0 1 1 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 0 1 3 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1

1 0 1 0 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Universitas Sumatera Utara


Kategori
Totalskor Total Kategori Gizi K.keckpnTingkat
skorpenyakit penyakit Gizi kecukupan
pengetahuan K.pngthn d1 d2 infeksi infeksi kurang Energi TKEkurang
energi protein Kategori kecukupan protein

14 1 0 1 1 0 1 1 710 63 1 71 1

22 2 0 1 1 0 1 1 934 83 2 87 2

13 1 1 1 2 1 1 1 1048 93 2 102 2

22 2 0 1 1 0 1 1 1455 129 3 151 3

13 1 1 0 1 0 1 1 986 88 2 90 2

21 2 0 1 1 0 1 1 1150 102 2 83 2

24 2 1 0 1 0 1 1 1489 132 3 149 3

13 1 0 1 1 0 1 1 1384 123 3 143 3

21 2 0 1 1 0 1 1 764 68 1 65 1

21 1 0 1 1 0 2 2 863 77 1 76 1

13 1 1 0 1 0 1 1 1424 127 3 176 3

21 2 0 0 0 0 1 1 1192 106 2 83 2

20 2 0 1 1 0 1 1 1489 132 3 173 3

22 2 0 1 1 0 1 1 849 75 1 75 1

Universitas Sumatera Utara


13 1 0 1 1 0 1 1 1033 92 2 107 2

22 2 1 1 2 1 1 1 1396 124 3 170 3

22 2 0 1 1 0 1 1 1009 90 2 97 2

13 1 0 1 1 0 2 2 1067 95 2 97 2

13 1 0 0 0 0 1 1 1076 96 2 86 2

21 2 0 0 0 0 1 1 965 86 2 90 2

13 1 1 0 1 0 1 1 1316 117 3 176 3

20 2 0 1 1 0 1 1 1007 90 2 99 2

22 2 1 0 1 0 1 1 1509 134 3 193 3

22 2 1 1 2 1 1 1 1083 96 2 106 2

13 1 0 0 0 0 1 1 686 61 1 78 1

21 2 0 1 1 0 1 1 669 59 1 65 1

21 2 0 1 1 0 1 1 1299 115 3 181 3

24 2 0 1 1 0 1 1 1255 112 3 145 3

13 1 1 0 1 0 1 1 944 84 2 105 2

13 1 0 0 0 0 1 1 983 87 2 110 2

21 2 0 0 0 0 1 1 958 85 2 109 2

Universitas Sumatera Utara


13 1 0 1 1 0 1 1 1415 126 3 153 3

21 2 0 1 1 0 1 1 1269 113 3 160 3

13 1 0 1 1 0 1 1 887 79 1 112 3

24 2 1 0 1 0 1 1 1142 102 2 104 2

23 2 0 1 1 0 1 1 1388 123 3 174 3

13 1 0 1 1 0 1 1 965 86 2 106 2

22 2 0 1 1 0 1 1 1254 111 3 212 3

20 2 1 0 1 0 1 1 1105 98 2 108 2

13 1 0 0 0 0 1 1 938 83 2 92 2

21 2 1 0 1 0 1 1 879 78 1 85 2

21 2 0 0 0 0 1 1 1048 93 2 103 2

22 2 0 1 1 0 1 1 865 77 1 77 1

13 1 0 1 1 0 1 1 1020 91 2 94 2

21 2 1 1 2 1 1 2 998 89 2 92 2

13 1 0 0 0 0 1 1 830 74 1 87 2

20 2 1 0 1 0 1 1 945 84 2 98 2

23 2 0 0 0 0 1 1 833 74 1 91 2

Universitas Sumatera Utara


13 1 1 1 2 1 1 1 1164 73 1 79 1

22 2 0 0 0 0 1 1 1290 81 2 85 2

23 2 1 0 1 0 1 1 1238 77 1 81 2

23 2 0 1 1 0 1 1 1300 81 2 87 2

13 1 0 0 0 0 1 1 1503 94 2 100 2

21 2 0 0 0 0 1 1 1356 85 2 92 2

13 1 0 1 1 0 2 2 1198 75 1 73 1

23 2 1 0 1 0 1 1 1296 81 2 95 2

13 1 0 0 0 0 1 1 1345 84 2 108 2

20 2 1 1 2 1 1 1 1830 114 3 166 3

21 1 0 0 0 0 2 2 1017 64 1 75 1

13 1 1 0 1 0 1 1 1002 63 1 59 1

22 2 1 1 2 1 1 1 1463 91 2 104 2

13 1 1 0 1 0 2 2 1002 63 1 62 1

22 2 0 1 1 0 1 1 984 61 1 73 1

13 1 0 1 1 0 2 2 1115 70 1 82 2

Universitas Sumatera Utara


tingkatkecukupanenergi2 kategorikecukupanenergi2 tingkatkecukupanprotein2 kategorikecukupanprotein2 kategoriasupanmakanan

63 1 71 1 1

83 2 87 2 2

93 2 102 2 2

129 2 151 2 2

88 2 90 2 2

102 2 83 2 2

132 2 149 2 2

123 2 143 2 2

68 1 65 1 1

77 1 76 1 1

127 2 176 2 2

106 2 83 2 1

132 2 173 2 1

75 1 75 1 1

92 2 107 2 2

Universitas Sumatera Utara


124 2 170 2 2

90 2 97 2 2

95 2 97 2 2

96 2 86 2 2

86 2 90 2 2

117 2 176 2 2

90 2 99 2 2

134 2 193 2 2

96 2 106 2 2

61 1 78 1 1

59 1 65 1 1

115 2 181 2 2

112 2 145 2 2

84 2 105 2 2

87 2 110 2 2

85 2 109 2 2

126 2 153 2 2

Universitas Sumatera Utara


113 2 160 2 2

79 1 112 2 1

102 2 104 2 2

123 2 174 2 2

86 2 106 2 2

111 2 212 2 2

98 2 108 2 2

83 2 92 2 2

78 1 85 2 1

93 2 103 2 2

77 1 77 1 1

91 2 94 2 2

89 2 92 2 2

74 1 87 2 1

84 2 98 2 2

74 1 91 2 1

73 1 79 1 1

Universitas Sumatera Utara


81 2 85 2 2

77 1 81 2 1

81 2 87 2 2

94 2 100 2 2

85 2 92 2 2

75 1 73 1 1

81 2 95 2 2

84 2 108 2 2

114 2 166 2 2

64 1 75 1 1

63 1 59 1 1

91 2 104 2 2

63 1 62 1 1

61 1 73 1 1

70 1 82 2 1

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Hasil Pengolahan Data

1. Analisis Univariat
Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Wiraswasta 1 1.6 1.6 1.6

Petani 60 93.8 93.8 95.3

Iburumahtangga 3 4.7 4.7 100.0

Total 64 100.0 100.0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tamatsd 1 1.6 1.6 1.6

tamatsltp 5 7.8 7.8 9.4

tamatslta 58 90.6 90.6 100.0

Total 64 100.0 100.0

kategorijumlahanak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Universitas Sumatera Utara


Banyak 46 71,9 71,9 71,9

Valid Sedikit 18 28,1 28,1 100,0

Total 64 100,0 100,0

Pendapatankeluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <1.829.725 57 89.1 89.1 89.1

>1.829.725 7 10.9 10.9 100.0

Total 64 100.0 100.0

Kategoripendapatankeluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Rendah 57 89.1 89.1 89.1

Tinggi 7 10.9 10.9 100.0

Total 64 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Jeniskelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 36 56.3 56.3 56.3

perempuan 28 43.8 43.8 100.0

Total 64 100.0 100.0

Umurbalita

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 12-36bulan 48 75.0 75.0 75.0

37-59bulan 16 25.0 25.0 100.0

Total 64 100.0 100.0

Beratbadan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 6,5-9,5 39 60.9 60.9 60.9

10-13,5 25 39.1 39.1 100.0

Total 64 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Kategoriasiekslusif

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidakasiekslusif 25 39.1 39.1 39.1

Asiekslusif 39 60.9 60.9 100.0

Total 64 100.0 100.0

Kategoripengetahuanibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurangbaik 27 42.2 42.2 42.2

baik 37 57.8 57.8 100.0

Total 64 100.0 100.0

Kategoripenyakitinfeksi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidakmenderitapenyakitinfeksi 57 89.1 89.1 89.1

menderitapenyakitinfeksi 7 10.9 10.9 100.0

Total 64 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Gizikurang

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid zscor-2-<-3 58 90.6 90.6 90.6

zscor>-3 6 9.4 9.4 100.0

Total 64 100.0 100.0

Kategorigizikurang

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Gizikurangringan 57 89.1 89.1 89.1

Gizikurangberat 7 10.9 10.9 100.0

Total 64 100.0 100.0

Kategorikecukupanenergi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Asupanenergikurang 19 29.7 29.7 29.7

Asupanenergibaik 30 46.9 46.9 76.6

Asupanenergilebih 15 23.4 23.4 100.0

Total 64 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Kategorikecukupanprotein

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid asupanproteinkurang 13 20.3 20.3 20.3

Asupanproteinbaik 35 54.7 54.7 75.0

Asupanproteinlebih 16 25.0 25.0 100.0

Total 64 100.0 100.0

kategorikecukupanenergi2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Asupanenergikuran 19 29.7 29.7 29.7

asupanenergibaik+lebih 45 70.3 70.3 100.0

Total 64 100.0 100.0

kategorikecukupanprotein2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Asupanproteinkurang 13 20.3 20.3 20.3

asupanproteinbaik+lebih 51 79.7 79.7 100.0

Universitas Sumatera Utara


kategorikecukupanprotein2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Asupanproteinkurang 13 20.3 20.3 20.3

asupanproteinbaik+lebih 51 79.7 79.7 100.0

Total 64 100.0 100.0

Kategoriasupanmakanan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid asupan makanan kurang baik 21 32.8 32.8 32.8

asupan makanan baik 43 67.2 67.2 100.0

Total 64 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


2. Analisis Bivariat

Crosstabs

gizikurang * kategoripendapatankeluarga

Crosstab

kategoripendapatankeluarga Total

Rendah tinggi Rendah

Count 54 4 58
zscor-2-<-3
% of Total 84,4% 6,3% 90,6%
gizikurang
Count 3 3 6
zscor>-3
% of Total 4,7% 4,7% 9,4%

Count 57 7 64
Total
% of Total 89,1% 10,9% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 10,371(b) 1 ,001 ,014 ,014

Continuity
6,418 1 ,011
Correction(a)

Likelihood Ratio 6,758 1 ,009 ,014 ,014

Fisher's Exact Test ,014 ,014

N of Valid Cases 64

Universitas Sumatera Utara


a Computed only for a 2x2 table

b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,66.

gizikurang * kategoristatusimunisasi

Crosstab

kategoristatusimunisasi Total

tidaklengkap lengkap tidaklengkap

Count 14 44 58
zscor-2-<-3
% of Total 21,9% 68,8% 90,6%
gizikurang
Count 1 5 6
zscor>-3
% of Total 1,6% 7,8% 9,4%

Count 15 49 64
Total
% of Total 23,4% 76,6% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square ,169(b) 1 ,681 1,000 ,568

Continuity
,000 1 1,000
Correction(a)

Likelihood Ratio ,181 1 ,670 1,000 ,568

Fisher's Exact Test 1,000 ,568

Universitas Sumatera Utara


N of Valid Cases 64

a Computed only for a 2x2 table

b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,41.

gizikurang * kategoriasiekslusif

Crosstab

kategoriasiekslusif Total

tidakasiekslusif asiekslusif tidakasiekslusif

Count 20 38 58
zscor-2-<-3
% of Total 31,3% 59,4% 90,6%
gizikurang
Count 5 1 6
zscor>-3
% of Total 7,8% 1,6% 9,4%

Count 25 39 64
Total
% of Total 39,1% 60,9% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 5,451(b) 1 ,020 ,030 ,030

Continuity
3,592 1 ,058
Correction(a)

Likelihood Ratio 5,503 1 ,019 ,074 ,030

Universitas Sumatera Utara


Fisher's Exact Test ,030 ,030

N of Valid Cases 64

a Computed only for a 2x2 table

b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,34.

gizikurang * kategoripengetahuanibu

Crosstab

kategoripengetahuanibu Total

kurangbaik baik kurangbaik

Count 21 37 58
zscor-2-<-3
% of Total 32,8% 57,8% 90,6%
gizikurang
Count 6 0 6
zscor>-3
% of Total 9,4% ,0% 9,4%

Count 27 37 64
Total
% of Total 42,2% 57,8% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 9,073(b) 1 ,003 ,004 ,004

Continuity
6,646 1 ,010
Correction(a)

Likelihood Ratio 11,220 1 ,001 ,004 ,004

Universitas Sumatera Utara


Fisher's Exact Test ,004 ,004

N of Valid Cases 64

a Computed only for a 2x2 table

b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,53.

gizikurang * kategoripenyakitinfeksi

Crosstab

kategoripenyakitinfeksi Total

tidakmenderitapenyakit menderitapenyakiti Tidakmenderitapenyakit


infeksi nfeksi infeksi

Cou
51 7 58
nt
zscor
-2-<-
3 % of
Tota 79,7% 10,9% 90,6%
l
Gizikura
ng
Cou
6 0 6
nt
zscor
>-3 % of
Tota 9,4% ,0% 9,4%
l

Cou
57 7 64
nt

Total
% of
Tota 89,1% 10,9% 100,0%
l

Universitas Sumatera Utara


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square ,813(b) 1 ,367 ,609 ,484

Continuity
,046 1 ,830
Correction(a)

Likelihood Ratio 1,464 1 ,226 ,609 ,484

Fisher's Exact Test 1,000 ,484

N of Valid Cases 64

a Computed only for a 2x2 table

b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,66.

gizikurang * kategoriasupanmakanan

Crosstab

Kategoriasupanmakanan Total

asupan makanan asupan makanan asupan makanan


kurang baik baik kurang baik

Count 16 42 58
zscor-2-
<-3 % of
25,0% 65,6% 90,6%
Total
gizikurang
Count 5 1 6

zscor>-3
% of
7,8% 1,6% 9,4%
Total

Count 21 43 64
Total
32,8% 67,2% 100,0%
% of

Universitas Sumatera Utara


Total

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 7,665(b) 1 ,006 ,012 ,012

Continuity
5,345 1 ,021
Correction(a)

Likelihood Ratio 7,273 1 ,007 ,012 ,012

Fisher's Exact Test ,012 ,012

N of Valid Cases 64

a Computed only for a 2x2 table

b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,97.

Universitas Sumatera Utara


3. Analisis Multivariat

Logistic Regression

Case Processing Summary

a
Unweighted Cases N Percent

Selected Cases Included in Analysis 64 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 64 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 64 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of


cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

zscor-2-<-3 0

zscor>-3 1

Block 0: Beginning Block

a,b
Classification Table

Predicted

Observed Gizikurang

Universitas Sumatera Utara


Percentage
zscor-2-<-3 zscor>-3 Correct

Step 0 gizikurang zscor-2-<-3 58 0 100.0

zscor>-3 6 0 .0

Overall Percentage 90.6

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -2.269 .429 27.986 1 .000 .103

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Pendapatankeluarga 10.371 1 .001

Kategoriasiekslusif 5.451 1 .020

Kategoripengetahuanibu 9.073 1 .003

Kategoriasupanmakanan 7.665 1 .006

Overall Statistics 23.866 4 .000

Universitas Sumatera Utara


Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square Df Sig.

Step 1 Step 23.810 4 .000

Block 23.810 4 .000

Model 23.810 4 .000

Model Summary

Cox & Snell R Nagelkerke R


Step -2 Log likelihood Square Square

a
1 16.014 .311 .671

a. Estimation terminated at iteration number 20 because


maximum iterations has been reached. Final solution cannot be
found.

Universitas Sumatera Utara


a
Classification Table

Predicted

Gizikurang

Percentage
Observed zscor-2-<-3 zscor>-3 Correct

Step 1 gizikurang zscor-2-<-3 57 1 98.3

zscor>-3 2 4 66.7

Overall Percentage 95.3

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

Sig. Exp(B)

a
Step 1 Pendapatankeluarga .007 13.500

Kategoriasiekslusif .069 .060

kategoripengetahuanibu .998 .000

kategoriasupanmakanan .023 .076

Constant .997 3.432E9

a. Variable(s) entered on step 1: pendapatankeluarga,


kategoriasiekslusif, kategoripengetahuanibu,
kategoriasupanmakanan.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Gambar 3 . Wawancara dengan responden menggunakan form food recall 24 Jam

Gambar 4. Wawancara dengan responden menggunakan kuesioner

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai