Anda di halaman 1dari 32

 

SMF/BAGIAN THT LAPORAN KASUS


FAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2018
UNIVERSITAS NUSA CENDANA

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK DAN GRANULASI MEATUS


AKUSTIKUS EKSTERNUS

Oleh :
Aloysius Elyakim, S.Ked (1408010058)
(1408010058)

Pembimbing :

dr. Fransiska Tricia, Sp.THT-KL

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITRAAN KLINIK


SMF/ BAGIAN THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
RSUD DR. T.C. HILLERS
MAUMERE
2018

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus ini diajukan oleh

 Nama : Aloysius Elyakim, S.Ked

 NIM : 1408010058

Telah berhasil dibawakan dan dipertahankan di hadapan pembimbing klinik

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk mengikuti ujian komprehensif

di bagian penyakit THT-KL RSUD.Dr. TC. Hillers Maumere

Pembimbing Klinik

Pembimbing Klinik

1. dr. Fransiska Tricia,Sp.THT 1. ………………….

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................


..........................................
............................................
..........................................
.................... 1
HALAMAN PENGESAHAN ...................................
.........................................................
...................................
............. 2
DAFTAR ISI ...............................................
......................................................................
.............................................
...........................
..... 3
BAB I PENDAHULUAN ....................
..........................................
............................................
...................................
............. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................
..........................................
.............................................
......................... 6
2.1 Anatomi Telinga Tengah .................................
.......................................................
......................................
................ 6
2.2 Otitis Media Supuratif Kronis ..............................................
..............................................................
................ 8
2.3 Granulasi MAE ...........................................................
.................................................................................
.........................
... 20
BAB III LAPORAN KASUS .....................
............................................
..............................................
.........................
.. 30
3.1 Identitas..........................
.................................................
..............................................
.............................................
.........................
... 30
3.2 Riwayat Perjalan Penyakit......................
............................................
............................................
...................... 30
3.3 Pemeriksaan Fisik ...............................................
.....................................................................
.................................
........... 32
3.4 Diagnosis .....................
............................................
.............................................
............................................
.............................
....... 34
3.5 Penatalaks
Penatalaksanaan
anaan.......................................
.............................................................
............................................
...................... 34
BAB IV PEMBAHASAN....................
..........................................
............................................
.................................
........... 35
4.1 Resume Klinis .......................................
.............................................................
.............................................
..........................
... 35
4.2 Pembahasa
Pembahasan
n ....................
..........................................
.............................................
.............................................
.........................
... 35
BAB V PENUTUP....................
..........................................
............................................
............................................
...................... 37
5.1 Kesimpulan ......................................................
.............................................................................
.....................................
.............. 37
DAFTAR PUSTAKA ......................
.............................................
.............................................
...................................
............. 38

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis media supuratif kronis (OMSK) dahulu disebut otitis media

 perforata (OMP) atau dalam sebutan sehari-hari congek . Yang disebut otitis media

supuratif kronis ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran

timfani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang

timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. 1 

Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT

terutama pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan

sederhana untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui

 jenis dan derajat gangguan pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometri

nada murni, audiometri tutur, dan pemeriksaan BERA


pemeriksaan  BERA (brainstem evoked response
r esponse

audiometry)   bagi pasien/anak yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan


audiometry)

audiometri murni. Pemeriksaan penunjang lain berupa foto mastoid serta kultur

dan uji resistensi kuman dari sekret telinga. 1

Jaringan granulasi atau granuloma adalah lesi inflamasi nodular.

Granuloma terutama terdiri dari fagosit mononuklear. Granuloma merupakan

massa yang terdiri dari jaringan fibrosa atau


ata u pembuluh darah yang tubuh terbentuk

sebagai respon dari infeksi kronis atau proses penyembuhan.2 

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga Tengah

Gambar 1.1 anatomi telinga 

Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batasnya. Batas luar ialah

membran timpani. Batas depan ialah tuba eustachius. Batas bawah ialah vena

 jugularis (bulbus jugularis). Batas belakang ialah aditus ad antrum, kanalis fasialis

 pars vertikalis. Batas atas ialah tegmen timpani (meningen/otak). Batas dalam

ialah berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal, kanalis

facialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan

 promontorium.3

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

Telinga tengah terdiri dari suatu ruang yang terletak antara membran

timpani dan kapsul telinga dalam, tulang-tulang dan otot yang terdapat

didalamnya beserta penunjangnya, tuba eustachius dan sistem sel-sel udara

mastoid. Bagian ini dipisahkan dari dunia luar oleh suatu membran timpani

dengan diameter kurang lebih setengah inci.3

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang

telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars

flaksida (membran shrapnel), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran

 propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel

kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti sel
epitel saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah yaitu lapisan

yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier

dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.3

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani

disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light)

kearah bawah yaitu pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk

membran timpani kanan.

Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah

dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo,

sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah-

 belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani. Didalam telinga

tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar kedalam yaitu,

maleus, inkus dan stapes. Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

 berhubungan. Prosesus longus melekat pada membran timpani, maleus melekat

 pada inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong

yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran

merupakan persendian. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang

menghubungkan
menghubung tel inga tengah.3 
kan daerah nasofaring dengan telinga

2.2 Otitis Media Supuratif Kronis

2.2.1 Definisi

Para ahli otologi beberapa tahun ini membuat kesepakatan untuk

 penerapan istilah dalam gambaran klinik dan patologi dari otitis media supuratif

kronis (OMSK). Gambaran dasar yang sering pada semua kasus OMSK adalah

dijumpai membrana timpani yang tidak intak. OMSK adalah stadium dari

 penyakit telinga tengah dimana terjadi peradangan kronis dari telinga tengah dan

mastoid, membran timpani tidak intak (perforasi) dan ditemukan sekret (otorea),

 purulen yang hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa

nanah dan berlangsung lebih dari 2 bulan. Perforasi sentral adalah pada pars tensa

dan sekitar dari sisa membran timpani atau sekurang- kurangnya


kurangnya pada annulus.
Lokasi perforasi sentral ditandai oleh hubungannya dengan manubrium mallei.

Defek dapat ditemukan seperti pada anterior, posterior, inferior atau subtotal.

Perforasi subtotal adalah suatu defek yang besar disekelilingnya dengan annulus

yang masih intak. Otitis media kronis terjadi dalam beberapa bentuk melibatkan

mukosa dan merusak tulang (kolesteatom). OMSK adalah peradangan kronis

lapisan mukoperiosteum dari middle ear cleft   sehingga menyebabkan terjadinya

 perubahan-perubahan patologis yang ireversibel. Dari definisi diatas terlihat

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

 bahwa adanya perforasi membran timpani merupakan ssyarat


yarat yang harus dipenuhi

untuk diagnosa OMSK, sedangkan sekret yang keluar bisa ada dan bisa pula

tidak 1.

2.2.2 Klasifikasi

Klasifikasi OMSK terbagi menjadi beberapa kelompok yaitu

 berdasarkan letak perforasi membran timpani, aktivitas sekret dan tipe

keganasan.4

1.  Berdasarkan letak perforasi membran timpani

Terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:

1)  Perforasi sentral: perforasi terjadi pada pars tensa sedangkan di


seluruh tepi perforasi masih ada sisa membran timpani

2)  Perforasi marginal: sebagian tepi perforasi langsung berhubungan

dengan anulus atau sulkus timpanikum


ti mpanikum

3)  Perforasi atik: perforasi yang terletak pada pars fleksida.

2.  Aktivitas sekret

Terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1)  OMSK aktif : sekret keluar secara aktif dari cavum timpani

2)  OMSK tenang : cavum timpaninya terlihat basah atau kering tanpa

mengeluarkan sekret.

3.  Tipe keganasan

Terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1)  OMSK tipe aman (tipe mukosa/tipe benidna)

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

Proses peradangan terbatas pada mukosa dan biasanya tidak

mengenai tulang.

Penyakit ini ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa

dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit.

Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama

 patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas, pertahanan

mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan

tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan

anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi

sekunder dari epitel skuamous. Sekret mukoid kronis berhubungan


dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga

tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek.

2)  OMSK tipe bahaya (tipe tulang/tipe maligna)

Proses peradangan yang disertai dengan koleostoma. Perforasinya

tipe marginal atau atik. Sebagian besar menimbulkan komplikasi

yang berbahaya.

Penyakit atikoantral lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya

dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana bertumpuknya

keratin sampai menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom adalah

suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna putih,

terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah nekrotis.

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

10

Gejala klinis biasanya perforasi pada marginal atau atik, abses atau

fistel retroaurikuler, polip atau jaringan granulasi di liang telinga,

dan sekret yang berbau khas.

2.2.3 Epidemiologi

OMSK termasuk penyakit yang paling sering terjadi pada anak-anak dan

sering menyebabkan ketulian, bahkan kematian. Di dunia, OMSK diketahui

menjadi salah satu penyakit yang paling banyak terjadi di negara-negara


negara -negara

 berkembang, salah satunya Indonesia. Pada survei epidemiologi yang dilakukan

 pada tahun 1994-1996, di tujuh provinsi di Indonesia, diketahui 25% pasien

yang berobat ke poliklinik THT merupakan penderita OMSK, sedangkan


s edangkan
 prevalensinya di Indonesia secara umum sekitar 3,8%. Berdasarkan survey

epidemiologi di seluruh dunia, didapati 65-330 juta orang menderita OMSK

dengan otorrhea dan 60% (39-200 juta) diantaranya mengalami gangguan

 pendengaran yang signifikan. Pada tahun


tah un 2012 diperkirakan prevalensi
prevale nsi OMSK

di Indonesia berkisar 5,4% (semua


( semua umur), dan 2,4% prevalensi OMSK di

negara-negara tetangga, seperti Vietnam, Thailand, Filipina, dan Malaysia. 1

2.2.4 Etiologi

Terjadinya OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang

 pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari

nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah

melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor

 predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Down’s
Down’s syndrom.

Adanya tuba patulogis, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

11

insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Faktor


Fa ktor host yang berkaitan dengan

insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi immun sistemik. Kelainan

humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated   (seperti infeksi

HIV,) dapat manifestasi sebagai sekresi telinga kronis. Penyebab OMSK antara

lain:5

1. Lingkungan

Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi

mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi,

dimana kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi.


tin ggi. Tetapi

sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum,
diet, tempat tinggal yang padat.

2. Genetik

Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah

insiden OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang


yang dikaitkan sebagai

faktor genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis

media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.

3. Otitis media
media sebelumnya.

Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari

otitis media akut dan / atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor

apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi

keadaan kronis.

4. Infeksi

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

12

Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir

tidak bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukan bahwa metode

kultur yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah

gram-negatif, flora tipe - usus, dan beberapa organisme lainnya.

5. Infeksi saluran nafas


nafas atas

Banyak penderita mengeluh sekret telinga keluar sesudah terjadi infeksi

saluran nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah

menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara

normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.

6. Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar

terhadap otitis media kronis.

7. Alergi

Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi

dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian

 penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria atau toksin-

toksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya.

8. Gangguan fungsi tuba eustachius

Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh

edema tetapi apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih

 belum diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk

mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak

mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

13

2.2.5 Patogenesis

Patogensis OMSK belum diketahui secara pasti, tatapi dalam hal ini

merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang

sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Perforasi

sekunder pada OMA dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga

tengah, misalnya perforasi kering. Beberapa penulis menyatakan keadaan ini

sebagai keadaan inaktif dari otitis media kronis. Suatu teori tentang patogenesis

dikemukan dalam buku modern yang umumnya telah diterima sebagai fakta.

Hipotesis ini menyatakan bahwa terjadinya otitis media nekrotikans, terutama

 pada masa anak-anak, menimbulkan perforasi yang besar pada gendang telinga.
Setelah penyakit akut berlalu, gendang telinga tetap berlubang, atau sembuh

dengan membran yang atrofi yang kemudian dapat kolaps kedalam telinga tengah,

memberi gambaran otitis atelektasis. Hipotesis ini mengabaikan beberapa

kenyataan yang menimbulkan keraguan atas kebenarannya, antara lain :

1. Hampir seluruh kasus otitis media akut sembuh dengan perbaikan lengkap

membran timpani. Pembentukan jaringan parut jarang terjadi, biasanya ditandai

oleh penebalan dan bukannya atrofi.

2. Otitis media nekrotikans sangat jarang ditemukan sejak digunakannya

antibiotik. Hanya ditemukan kurang dari selusin kasus dalam 25 tahun terakhir,

kejadian penyakit telinga kronis tidak berkurang dalam periode tersebut.

3. Pasien dengan penyakit telinga kronis tidak mempunyai riwayat otitis akut

 pada permulaannya, melainkan lebih sering berlangsung tanpa gejala dan

 bertambah secara bertahap, sampai diperlukan pertolongan beberapa tahun

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

14

kemudian setelah pasien menyadari adanya masalah. Anak-anak tidak dibawa

 berobat sampai
s ampai terjadi gangguan pendengaran yang ditemukan pada pemeriksaan

 berkala disekolah atau merasa terganggu karena sekret yang selalu keluar dari

telinga.

Beberapa faktor yang meyebabkan OMA menjadi OMSK yaitu: terapi

yang terlambat, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya

h ygene yang buruk.6


tahan tubuh yang rendah serta hygene

2.2.6 Gejala Klinis

1. Telinga berair (otorrhoe)


(otorrhoe)

Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer)
tergantung stadium peradangan. Sekret dihasilkan oleh aktivitas kelenjar

sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar

mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa

telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret

 biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi

saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau

 berenang. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga.

Sekret yang sangat bau, berwarna kuning keabuan dan kotor memberi kesan

kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil,

 berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret

telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas.

Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan

 polip telinga dan merupakan tanda adanya


adanya kolesteatom yang mendasarinya.

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

15

2. Gangguan pendengaran

Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya

dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan

 pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena

daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif

ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20

db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan

fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih

dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran

timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.
Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya

rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai

 penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus

diinterpretasikan secara hati-hati. Penurunan fungsi koklea biasanya terjadi

 perlahan-lahan dengan berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui

 jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis

supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran

tulang dapat menggambarkan sisa fungsi kohlea.

3. Otalgia (nyeri telinga)

 Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan

suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya

drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan

 pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

16

ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh

adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi

OMSK seperti petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.

4. Vertigo

Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.

Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat

erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat

 perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif

keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang
akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu.

Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo.


vertigo.

Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan

yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan

mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin

 berlanjut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK

dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif

 pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga

tengah.1

2.2.7 Langkah Diagnosis

Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara: 7 

1.  Anamnesis

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

17

Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita

seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap.

Gejala yang paling sering dijumpai adalah telinga berair, adanya sekret di

liang telinga yang pada tipe tubotimpanal sekretnya lebih banyak dan

seperti berbenang (mukous), tidak berbau busuk dan intermiten, sedangkan

 pada tipe atikoantral, sekretnya lebih sedikit, berbau busuk, kadangkala

disertai pembentukan jaringan granulasi atau polip, maka sekret yang

keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya penderita datang dengan

keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah. OMSK lebih sering

terjadi pada infants dan anak-anak (60%).


2.  Pemeriksaan otoskopi

Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya peforasi dan letaknya.

Dari perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.

3.  Pemeriksaan audiometri

Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai

hantaran tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan

 pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang. Audiometri

tutur berguna untuk menilai ‘ speech


 speech reception threshold ’ pada kasus

dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran.

4.  Pemeriksaan radiologi

Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schüller berguna

untuk menilai kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT scan dapat

lebih efektif menunjukkan anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

18

2.2.8 Tatalaksana

Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus beulang-

ulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi antara lain

disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu 5

(1) adanya perforasi membran timfani yang permanen, sehingga telinga tengah

 berhubungan dengan
dengan dunia luar

(2) terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal, (3)

sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid,

dan

(4) gizi dan higiena yang kurang.


Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan

medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat

 pencuci telinga, berupa larutan H2O2  3 % selama 3-5 hari. Setelah sekret

 berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang

mengandung antibiotika dan kortikosteroid. Dianjurkan agar obat tetes telinga

 jangan diberikan secara terus menerus lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada

OMSK yang sudah tenang. Secara oral diberikan antibiotika dari golongan

ampisilin atau eritromisin (bila pasien alergi terhadap penisilin), sebelum hasil tes

resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resisten

terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat. Bila sekret telah

kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan, maka

idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk

menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timfani yang

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

19

 perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang


yang lebih

 berat, serta memperbaiki pendengaran. Bila sekret masih ada atau terjadi infeksi

yang berulang maka infeksi harus diobati terlebih dahulu, mungkin perlu

melakukan pembedahan misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi.

Prinsip terapi OMSK tipe bahaya ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi.

Jadi, bila terdapat OMSK tipe bahaya maka terapi yang tepat ialah dengan

melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa timpanopplasti. Mastoidektomi ada

 beberapa jenis seperti mastoidektomi sederhana, dilakukan pada OMSK tipe aman

yang dengan pengobatan konservatif tidak sembuh. Tujuannya untuk dilkukan

 pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Mastoidektomi radikal


dilkukan pada OMSK tipe bahaya dengan kolesteatoma yang meluas. Pada

operasi ini rongga mastoid dan cavum timpani dibersihkan dari semua jaringan

 patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan

rongga mastoid diruntuhkan sehingga ketiga daerah tersebut menjadi satu

ruangan. Tujuannya adalah untuk mengelurkan semua jaringan patologik dan

mencegah komplikasi intrakranial. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

(operasi bondy), dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma di daerah atik,

tetapi belum merusak cavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dengan

tujuan untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid dan

mempertahankan pendengaran yang ada. Miringoplasti, merupakan jenis

timpanoplasti yang paling ringan. Rekonstruksi hanya dilkukan pada membran

timpani. Tujuannya untuk mecegah berulangnya infeksi telinga tengah dengan

 perforasi yang menetap. Timpanoplasti, dilakukan pada OMSK tipe aman yang

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

20

tidak bisa disembuhkan dengan pengobatan. Tujuannya untuk menyembuhkan

 penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini, selain memperbaiki

membran timpani, tetapi juga merkonstruksi tulang-tulang pendengaran.

Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach Tympanoplasty),


Tympanoplasty),

dilakukan pada OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe aman dengan jaringan

granulasi yang luas. Tujuannya untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki

 pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal. Terapi konservatif

dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan

 pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses

sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum mastoidektomi.

2.2.9 Komplikasi

Otitis media supuratif mempunyai potensi untuk menjadi serius karena

komplikasinya yang sangat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan

kematian. Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan

 patologik yang menyebabkan otore. Pemberian antibiotika telah menurunkan

insiden komplikasi. Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang

efektifnya pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. Biasanya komplikasi

didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau

suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun

dapat menyebabkan komplikasi. Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering

terlihat pada eksaserbasi akut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom.

Komplikasi OMSK dapat dibagi atas:8

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

21

1.  Komplikasi intratemporal (komplikasi ekstrakranial) terdiri dari parese

nervus fasial dan labirinitis.

2.  Komplikasi ekstratemporal (komplikasi intrakranial) terdiri dari abses

ekstradural, abses subdural, tromboflebitis sinus lateral, meningitis, abses

otak, hidrosefalus otitis.

Pada OMSK ini walaupun telinga berair sudah bertahun-tahun lamanya

telinga tidak merasa sakit, apabila didapati telinga terasa sakit disertai demam,

sakit kepala hebat dan kejang menandakan telah terjadi komplikasi ke intrakranial.

2.3 Granulasi Meatus Akustikus Ekternus

Menurut definisi, granuloma adalah lesi inflamasi nodular. Granuloma


terutama terdiri dari fagosit mononuklear. Granuloma merupakan massa yang

terdiri dari jaringan fibrosa atau pembuluh darah yang tubuh terbentuk sebagai

respon dari infeksi kronis atau proses penyembuhan. Gejala klinis yang paling

umum dari granuloma liang telinga adalah otorrhea, rasa sakit yang disebabkan

dari permukaan jaringan granulasi yang terinfeksi. Pemeriksaan telinga melalui

mikroskop dan debridement dengan microsuction sering diperlukan untuk

menyingkirkan materi mukopurulen dari saluran telinga luar untuk melihat

granuloma. Gambaran klinis dari granuloma liang telinga dapat bervariasi, mulai

dari jaringan granulasi kecil yang berdekatan dengan dasar liang telinga, atau

menonjol dari lumen, sampai massa polypoid besar. Dalam beberapa kasus, massa

 jaringan granulasi dapat menjadi cukup besar untuk menutupi seluruh liang

telinga luar.3

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

22

Peradangan granulomatosa adalah pola khas dari reaksi inflamasi kronis

yang ditandai dengan akumulasi makrofag teraktivasi / epiteloid. Reaksi

inflamasi ini ditemui dalam sejumlah kondisi imunologi, infeksi maupun non

imunologi. Sebuah granuloma adalah fokus dari peradangan kronis yang terdiri

dari agregasi mikroskopis makrofag yang berubah menjadi sel-sel epitel dan

dikelilingi oleh leukosit mononuklear, terutama limfosit dan sel plasma. Terdapat

dua jenis granuloma, yang berbeda adalah patogenesis antara keduanya.

Granuloma benda asing umumnya terjadi karena terdapat benda asing yang relatif

inert. Biasanya, granuloma benda asing terbentuk ketika bahan seperti bedak

(terkait dengan penyalahgunaan obat intravena), jahitan, atau serat lainnya yang

cukup besar untuk menghalangi fagositosis oleh makrofag tunggal dan tidak

menimbulkan respon inflamasi atau imun spesifik. Sel epitel dan sel raksasa akan

terbentuk dan meliputi seluruh permukaan benda asing. Oleh karena itu, pada

granuloma tipe ini benda asing yang dimaksud dapat diidentifikasi di tengah

granuloma.4 

Granuloma imun umumnya disebabkan oleh partikel tidak larut (biasanya

mikroba), yang kemudian merangsang respon kekebalan yang dimediasi sel.

Respon imun tidak selalu menghasilkan granuloma, umumnya granuloma terjadi

 jika terdapat
te rdapat partikel atau zat yang tidak dapat didegradasi.
di degradasi. Dalam tanggapan ini,

makrofag memfagositosis benda asing dan memproses serta menyajikan antigen

yang tepat kepada limfosit T, menyebabkan limfosit menjadi aktif. Sel-sel T

teraktivasi kemudian menghasilkan sitokin, seperti IL-2, yang mengaktifkan sel-

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

23

sel lain T, dan IFN-γ,


IFN- γ, yang penting dalam mengaktifkan makrofag dan

mentransformasikannya ke dalam sel epiteloid dan sel raksasa multinuklear.3

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

24

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

 Nama : An. J

Umur : 17 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Pemana

Agama : Islam

Pekerjaan : Nelayan
 No. RM/Register :

Tanggal Masuk POLI : 27 November 2018

Tanggal Kontrol POLI: 4 Desember 2018

3.2 Riwayat Perjalan Penyakit

Keluhan Utama

Keluar cairan dari telinga kanan

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poli THT dengan keluhan keluar cairan dari telinga

kanan yang sudah dialami sejak kurang lebih 4 tahun yang lalu, semakin banyak

dalam satu minggu terakhir. Awalnya, pasien tidak mengeluhkan sakit, tapi lama

kelamaan terasa sakit pada telinga kanannya. Cairan yang keluar berwarna

kekuningan dan berbau. Pasien juga mengeluhkan pendengaran pada telinga

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

25

kanannya sedikit menurun dibandingkan telinga kirinya. Riwayat batuk dan pilek

disangkal pasien. Pekerjaan pasien mengikuti ayahnya sebagai nelayan.

Riwayat Pengobatan
Pengobatan

  Belum pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya.

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

26

Anamnesis Umum THT


Telinga Hidung
Gatal : -/- Rinore : -/-

Korek : +/+  Hidung buntu : -/- 


 Nyeri : +/- Bersin : - 
Bengkak : -/-  Dingin/lembab : -
Otore : +/- Debu rumah : - 
Lama : - Berbau : -/- 
Terus menerus:+(seminggu terakhir) Mimisen : -/- 
Kumat-kumatan : -  Nyeri hidung : - 
Cair/lendir/nanah : cair Suara sengau : - 
Tuli : +/- 

Tinitus : -/- 
Vertigo : -
Mual : -
Muntah - 

Tenggorok Laring
Sukar menelan : -  Suara parau : -
Sakit menelan : - Afonia : - 
Trismus : -  Sesak nafas : - 
Ptyalismus : -  Rasa sakit : - 
Rasa mengganjal : -  Rasa mengganjal : - 
Rasa berlendir  : - 
Rasa kering : - 

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

27

3.3 Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan umum : Tampak sakit ringan Sesak nafas : -


Kesadaran : Compos mentis Sianosis : -
Anemia : conjungtiva anemis (-) Stridor inspirasi : -
Tensi : 110/70 mmHg, HR : 67x/menit, Retraksi suprasternal : -
suhu : 36.8 C, SpO2 : 99 % Interkostal : -
Muntah : - Epigastrial : -
Kejang : - Thorak :
 Nistagmus : - Jantung : S1S2 tunggal regular, murmur
Parese/paralise n.fasialis: - (-), gallop (-)

Paru : suara nafas bronkovesikuler,


wheezing (-), rh (-)
Abdomen : tidak diperiksa

Status Lokalis THT


Telinga Hidung Tenggorok
Pembengkakan -/-  Deformitas -/- Palatum molle paralisis -/-
Fluktuasi -/-  Hematoma -/- Uvula deviasi -/-
Fistel auris kongen -/-  Krepitasi -/- Tonsil : T1 / T1

Infiltrat/abses +/-   Nyeri -/- Hiperemi -/-


 Nyeri tekan +/- Rinoskopi anterior : Detritus -/-
MAE : Vestibulum edema -/-, Kripta melebar -/-
Hiperemi -/-  discharge -/-, ulserasi -/- Arkus ant -
Edema -/-  nasi :
Kavum nasi : Arkus post -
Penyempitan -/-  Luas tidak menyempit Faring
Furunkel -/-  Mukosa hiperemi -/- Edema -
Fistel -/-  Massa -/- Hiperemi -
Sekret +/-  Sekret -/- Granula -

Granulasi +/-  Konka edema -/- pucat -/- Lendir -

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

28

Polip -/-  Hiperemi -/- Gb.


Kolesteatoma -/-  (konka media tidak tampak)
Foetor -/-  Septum deviasi -

Membran timpani : Fenomena pal molle +/+ T1 T1


Keadaan Gb. Hiperemi -
normal/normal Granulae -
Gb.

Hyperemia -/-
Edema -/-
Sekret -/-
MAE hiperemi -/-
Edema -/-
MT perforasi +/-
RC -/+

3.4 Diagnosis

Otitis Media Supuratif Kronik Aurikula Dextra + Granulasi MAE

3.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan

  H2O2 3% 2x/hari

  Tarivid otic GTT VI

  Lapifed 1x1

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

29

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1  Pembahasan
Teori Kasus
Anamnesis Pada OMSK gelaja yang Gejala pada pasien
dirasakan adalah otore, didapatkan keluar cairan
gangguan pendengaran, otalgia dari telinga kanan, disertai
dan vertigo. nyeri pendengaran telinga
Granuloma merupakan massa kanan menurun. Selain itu
yang terdiri dari jaringan fibrosa didapatkan granuloma pada
atau pembuluh darah yang tubuh liang telinganya. 

terbentuk sebagai respon dari


infeksi kronis atau proses
 penyembuhan. Gejala klinis
yang paling umum dari
granuloma liang telinga adalah
otorrhea, rasa sakit yang
disebabkan dari permukaan
 jaringan granulasi yang
terinfeksi

Pemfis Pemeriksaan otoskopi untuk Pada auricula dekstra dan


OMSK akan menunjukan sinistra didapatkan adanya
adanya dan letak perforasi. Dari  perforasi membran timpani
 perforasi dapat dinilai kondisi dan terdapat adanya
mukosa telinga tengah. granulasi pada liang telinga.

Tatalaksana Prinsip terapi OMSK tipe aman    H2O2 3% 2x/hari


ialah konservatif atau dengan
   Tarivid otic GTT VI
medikamentosa. Bila sekret

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

30

yang keluar terus menerus, maka   Lapifed 1x1


diberikan obat pencuci telinga,


 berupa larutan H2O2 3 % selama

3-5 hari. Setelah sekret


 berkurang, maka terapi
dilanjutkan dengan memberikan
obat tetes telinga yang
mengandung antibiotika dan
kortikosteroid. Sedangkan
Prinsip terapi OMSK tipe
 bahaya ialah pembedahan, yaitu
mastoidektomi.

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

31

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan

Telah dilaporkan pasien laki-laki berusia 17 tahun datang ke Poli THT

dengan keluhan keluar cairan pada telinga kanan yang sudah dialami sejak kurang

lebih 4 tahun yang lalu, semakin banyak dalam satu minggu terakhir. Awalnya,

 pasien tidak mengeluhkan sakit, tapi lama kelamaan terasa sakit pada telinga

kanannya. Cairan yang keluar berwarna kekuningan dan berbau. Pasien juga

mengeluhkan pendengaran pada telinga kanannya sedikit menurun dibandingkan

telinga kirinya. Riwayat batuk dan pilek disangkal pasien. Pekerjaan pasien

mengikuti ayahnya sebagai nelayan.

Penatalaksanaan yang diberikan di Poli THT adalah membersihkan telinga.

Pasien dirawat jalan selama 7 hari dan diberikan obat


obat cuci telinga
telinga H2O2  3%

2x/hari, Tarivid otic GTT VI dan lapifed 1x1.

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE
 

32

DAFTAR PUSTAKA

1.  Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu
Keseharan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. 2007.
2.  Helmi. Otitis Media Supuratif Kronis. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbitan
FK UI; 2006.
3.  Paparella MM., et all Penyakit Telinga Tengah, Editor Effendi H, Santoso K,
Dalam : Boies Buku Ajar Penyakit THT, Alih Bahasa : Dr. Caroline Wijaya,
Edisi 6, Jakarta, EGC, 2013 ; 88- 113.
4.  Djaafar ZA.  Kelainan Telinga Tengah.
Tengah. Dalam: Soepardi, E, et al, Ed. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai Penerbitan
FKUI, Jakarta. 2006: p. 64-77.
5.  Lutan R, Wajdi F. Pemakaian Antibiotika Topikal Pada Otitis Media
Supurativa Kronik Jinak Aktif. Cermin Dunia Kedokteran No. 132. 2001
6.  Acuin, Jose. Chronic Suppurative Otitis Media. BMJ Clinical Evidence.
London; January 2007.
7.  Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Kelainan Telinga
Tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin
Bashir uddin J, dll. Buku Ajar Il
Ilmu
mu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 7. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI. 2012. P 66-8.
8.  Pradhan B, Tuladhar N, Amatya R, et al. Prevalence of otomycosis In
outpatient deepartment of otolaryngology in Tribhuvan University Teaching
Hospital, Kathmandu, Nepal. Ann Otol Rhinol Laryngol 2003; 112: 384-387.

SMF/Bagian THT-KL RSUD T.C. Hillers. Laporan Kasus OMSK dan Granulasi MAE

Anda mungkin juga menyukai