Anda di halaman 1dari 127

GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, POLA MAKAN,

RIWAYAT PENYAKIT, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI


KELUARGA ANAK STUNTING DI SMP NEGERI 2
RANTAU SELATAN

SKRIPSI

OLEH
MELISA PUSPITA SARI
NIM : 131000680

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, POLA MAKAN,
RIWAYAT PENYAKIT, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI
KELUARGA ANAK STUNTING DI SMP NEGERI 2
RANTAU SELATAN

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
MELISA PUSPITA SARI
NIM: 131000680

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “GAMBARAN

PENGETAHUAN GIZI, POLA MAKAN, RIWAYAT PENYAKIT DAN STATUS

SOSIAL EKONOMI KELUARGA ANAK STUNTING DI SMP NEGERI 2 RANTAU

SELATAN” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak

melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika

keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, 14 Nopember 2017


Yang Membuat Pernyataan

Melisa Puspita Sari

NIM.131000680

i
Universitas Sumatera Utara
ii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Pada dasarnya stunting berpangkal pada status sosial ekonomi keluarga.


Rendahnya pendapatan keluarga mempengaruhi daya beli terhadap bahan makanan
sehingga menyebabkan pola makan yang tidak baik. Hal tersebut akhirnya berpeluang
untuk mempengaruhi terjadinya stunting. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
gambaran pengetahuan gizi seimbang, pola makan, riwayat penyakit dan status sosial
ekonomi keluarga anak stunting di SMP Negeri 2 Rantau Selatan.
Jenis penelitian ini bersifat observasional dengan desain cross sectional dan
penentuan sampel menggunakan total sampling yang berjumlah 112 siswa.
Pengumpulan data menggunakan kuisioner, form recall 24 jam dan food frequency
question. Penelitian ini dilakukan pada bulan juli sampai oktober 2017 di SMP
Negeri 2 Rantau Selatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan gizi seimbang anak
stunting termasuk dalam kategori baik namun pola makan anak stunting menurut
jumlah makanan baik pada gizi makro maupun mikro tergolong kurang. Menurut
jenis makanan, rata-rata anak stunting mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok,
ikan dan telur sebagai lauk pauk, dan bayam, kangkung serta daun ubi sebagai sayur.
Sebagian besar anak stunting tidak memiliki riwayat penyakit dan memiliki ibu
dengan pendidikan tinggi, tetapi tidak memiliki pekerjaan tetap. Hal tersebut
membuat pendapatan keluarga menjadi rendah sehingga kecukupan gizi tidak
terpenuhi karena daya beli keluarga terhadap bahan makanan yang kurang.
Dari hasil penelitian disarankan pihak Dinas Kesehatan agar memberikan
penyuluhan gizi seimbang pada masyarakat setempat khusunya keluarga yang
berpenghasilan rendah. Kepada pihak sekolah agar menyediakan kantin sehat agar
anak stunting dapat mengejar ketertinggalan pertumbuhannya dengan cara
memperbaiki pola makannya.

Kata Kunci : Gizi Seimbang, Pola Makan, Riwayat Penyakit, Status Sosial
Ekonomi, Stunting, anak di SMP Negeri 2 Rantau Selatan.

iii
iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Some of studies indicate that family sosio economic is the cause of stunting. The
low income affect to capability of feeding and causing bad dietary habit. It had
opportunities of stunting. This research aims to know description about knowledge of
balance nutrition, the consumption pattern, history of diseases and family sosio
economic in stunting students in SMP Negeri 2 Rantau Selatan.
Types of study is an observational of cross sectional study design. This sample
of research is all stunting students as many as 112 students and use total sampling
method. Data for this study using 24 hours food recall method and food frequency
question form. This research held in July up to October 2017 in SMP Negeri 2 Rantau
Selatan.
This results showed the knowledge of balance nutrition of stunting students in
good chategory but the consumption pattern is lack according to the food quantity
based on macro nutrient and micro nutrient. According to the type of food, stunting
students consump rices as staple food; fishes and eggs as side dishes; spinaches, kales,
cassava leaves as vegetables. In great measure, stunting students don’t have history of
diseases, and their mothers in well education but don’t have occupation . It causing low
family income so the nutrtional adequacy can’t be fulfilled.
From the result of this research suggested to public health office that gives
balance nutrtion counseling to society especially to low income family. Suggested to
school to provide healthy canteen so the stunting students can improve their growth
with good consumption of food.

Keywords: Balance nutrition, consumption pattern, history of diseases, sosio


economic statue, stunting, students in SMP Negeri 2 Rantau Selatan.

iv

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Gambaran

Pengetahuan Gizi Seimbang, Pola Makan, Riwayat Penyakit, dan Sosial

Ekonomi Keluarga Anak stunting di SMP Negeri 2 Rantau Selatan”. Penulisan

skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara

moril maupun material. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, selaku Ketua Departemen Gzi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan

sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang telah membimbing penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak

membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Prof. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si dan Dra. Jumirah, Apt, M.kes

selaku Dosen Penguji I dan II yang turut meluangkan waktu memberikan

petunjuk dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


6. Linda Trimurni Maas, Dr. dr. MPH., selaku dosen Penasehat Akademik yang

membimbing penulis selama menjalani perkuliahan.

7. Marihot Oloan Samosir, ST, selaku staf departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat yang telah membantu penulis dalam proses administrasi serta

memberikan informasi yang penulis butuhkan.

8. H. Junaidi S.Pd. M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Rantau Selatan

dan segenap guru dan staf di SMP Negeri 2 Rantau Selatan yang telah

meluangkan waktunya membantu dan mengizinkan penulis dalam melakukan

penelitian ini.

9. Keluarga tercinta yaitu orang tua Mansyah Siregar dan Erri Tio Purba S.Pd,

abang dan adik penulis Juli Dharma Wansyah Siregar S.Pd.Gr dan Dedi

Risdo Anugerah Siregar yang selalu mendoakan, mendukung, membimbing,

serta memotivasi penulis dengan penuh kasih sayang,

10. Sepupu penulis Juli Yanti Purba yang telah meluangkan waktu untuk

membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.

11. Teman seperjuangan penulis (Nenny, Theresia, Cory, Grace, Debora, dan

Feby) atas kebersamaannya, saling membantu dan mendukung dalam proses

pengerjaan skripsi ini.

12. Sahabat penulis Yusliana Siregar dan Ayu Fahleni dan yang senantiasa

mendoakan penulis dari kejauhan dan mendukung penulis sejak SMA, sekaligus

inspirasi bagi penulis untuk tetap semangat menuntut ilmu.

vi

Universitas Sumatera Utara


13. Teman PBL Desa Salak 1 Pakpak Bharat (Theresya Vyrena, Pebby, Erafita,

Cio, Riris, Trisna, Elida, Agnes, Beta dan Herbert) yang bersedia

memberikan waktunya untuk menemani, mengajari, menguatkan dan menghibur

penulis selama proses pengerjaan skripsi ini.

14. Teman terkasih (Yudistria Sihombing, Emirianta Tarigan, Riska Munte dan

Erlando Simanjuntak) yang senantiasa menghibur penulis dengan leluconnya,

bersedia membantu dan selalu memberi semangat.

15. Keluarga besar peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat stambuk 2013 dan

seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas kerjasama, doa,

bantuan, dan masukan-masukan yang telah diberikan.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi

kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga

skripsi ini berguna bagi semua pembaca.

Medan, Oktober 2017


Penulis

Melisa Puspita Sari

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................... i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................................... iii
ABSTRACK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR............................................................................................. v
DAFTAR ISI............................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................xiiii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 7
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................... 8
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 9


2.1. Stunting .................................................................................................. 10
2.1.1. Stunting Pada Remaja.................................................................. 10
2.1.2. Dampak Stunting ......................................................................... 11
2.1.3. Karakteristik Remaja ................................................................... 11
2.2. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Stunting .................................. 12
2.2.1. Pengetahuan Gizi Seimbang ........................................................ 12
2.2.1.1 Gizi Seimbang................................................................. 14
2.2.1.2 Prinsip Gizi Seimbang..................................................... 16
2.2.2. Pola Makan .................................................................................. 18
2.2.2.1 Karakteristik Pola Makan................................................ 19
2.2.2.2 Kebutuhan Energi ........................................................... 21
2.2.2.3 Kebutuhan Protein........................................................... 22
2.2.2.4 Kebutuhan Vitamin A ..................................................... 23
2.2.3 Riwayat Penyakit ......................................................................... 24
2.2.4 Status Sosial Ekonomi Keluarga .................................................. 26
2.2.4.1 Pendapatan Keluarga....................................................... 28
2.2.4.2 Pendidikan Ibu ................................................................ 28
2.2.4.3 Pekerjaan Ibu................................................................... 30
2.3. Metode Pengukuran ............................................................................... 31
2.4. Kerangka Konsep ................................................................................... 31

viii

Universitas Sumatera Utara


BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 33
3.1. Jenis Penelitian....................................................................................... 33
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ................................................ 33
3.2.1 Lokasi ........................................................................................... 33
3.2.2 Waktu............................................................................................ 33
3.3. Populasi dan Sampel .............................................................................. 33
3.4. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 34
3.4.1. Data Primer.................................................................................. 34
3.4.2. Data Sekunder.............................................................................. 34
3.5. Definisi Operasional............................................................................... 34
3.6. Instrumen Penelitian............................................................................... 35
3.7. Aspek Pengukuran ................................................................................. 36
3.6.1.Pengetahuan Gizi Seimbang ........................................................ 36
3.6.2.Pola Makan ................................................................................... 37
3.6.3.Riwayat Penyakit .......................................................................... 38
3.6.4.Status Sosial Ekonomi Keluarga .................................................. 39
3.8. Pengolahan dan Analisa Data ................................................................ 40
3.8.1. Pengolahan Data .......................................................................... 40
3.8.2. Analisis Data ................................................................................ 41

BAB IV HASIL PENELITIAN.............................................................................. 42


4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................................. 42
4.2. Karakteristik Anak stunting di SMP Negeri 2 Rantau Selatan .......................... 42
4.3. Karakteristik Anak Stunting............................................................................... 43
4.4. Pengetahuan Gizi Seimbang .............................................................................. 43
4.5. Pola Makan ........................................................................................................ 44
4.5.1. Jumlah Makanan ...................................................................................... 44
4.5.2. Frekuensi Makanan .................................................................................. 45
4.5.3. Jenis Makanan ......................................................................................... 47
4.6. Riwayat Penyakit ............................................................................................... 47
4.7. Sosial Ekonomi Keluarga................................................................................... 48
4.8. Pengetahuan Gizi Seimbang Berdasarkan Kategori Stunting ............................ 48
4.9. Pola Makan Berdasarkan Kategori Stunting ...................................................... 49
4.9.1. Jumlah Asupan Makanan Berdasarkan Kategori Stunting....................... 49
4.9.2. Jenis Makanan Berdasarkan Kategori Stunting........................................ 51
4.10. Riwayat Penyakit Berdasarkan Kategori Stunting ........................................... 51
4.11. Status Sosial Ekonomi Berdasarkan Kategori Stunting ................................... 52

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN ............................................................... 54


5.1. Pengetahuan Gizi Seimbang .............................................................................. 54
5.2. Pola Makan Anak Stunting ................................................................................ 54
5.2.1. Kecukupan Energi Anak Stunting ............................................................ 55

viiii

Universitas Sumatera Utara


5.2.2. Kecukupan Protein Anak Stunting ........................................................... 56
5.2.3. Kecukupan Vitamin A Anak Stunting...................................................... 56
5.3. Riwayat Penyakit ............................................................................................... 58
5.4. Status Sosial Ekonomi Keluarga........................................................................ 59
5.4.1. Pendidikan Ibu ......................................................................................... 59
5.4.2. Pekerjaan Ibu............................................................................................ 59
5.4.3. Pendapatan Keluarga ............................................................................... 60
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 61
6.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 61
6.2. Saran................................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 63


LAMPIRAN ............................................................................................................ 67

ixi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi pada anak usia (13-15) Tahun ...................... 22
Tabel 2.2 Angka Kecukupan Protein pada anak usia (13-15) Tahun ..................... 23
Tabel 2.3 Angka Kecukupan Vitamin A pada anak usia (13-15) Tahun ................ 23
Tabel 2.4 Gambaran 10 penyakit terbesar di Labuhanbatu tahun 2015.................. 25
Tabel 2.5 Indikator Pertumbuhan............................................................................ 31
Tabel 4.1 Karakteristik Anak stunting di SMP Negeri 2 Rantau Selatan ............... 43
Tabel 4.2 Distribusi Anak stunting di SMP Negeri 2 Rantau Selatan .................... 43
Tabel 4.3 Distribusi Pengetahuan Gizi Seimbang Anak Stunting
di SMP Negeri 2 Rantau Selatan............................................................. 44
Tabel 4.4 Distribusi Kecukupan Energi, Protein, dan Vitamin A Anak stunting
di SMP Negeri 2 Rantau Selatan............................................................. 44
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pola Makan Berdasarkan Frekuensi
yang Dikonsumsi Anak Stunting di SMP Negeri 2 Rantau Selatan........ 46
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pola Makan Berdasarkan Jenis Makanan .............. 47
Tabel 4.7 Distribusi Riwayat Penyakit Anak Stunting ........................................... 48
Tabel 4.8 Distribusi Sosial Ekonomi Keluarga Anak Stunting............................... 48
Tabel 4.9 Tabulasi Silang Pengetahuan Gizi Seimbang Anak Stunting di SMP
Negeri 2 Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting....................... 49
Tabel 4.10 Tabulasi Silang Kecukupan Energi Anak Stunting di SMP Negeri 2
Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting...................................... 49
Tabel 4.11 Tabulasi Silang Kecukupan Protein Anak Stunting di SMP Negeri 2
Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting...................................... 50
Tabel 4.12 Tabulasi Silang Kecukupan Vitamin A Anak Stunting di SMP
Negeri 2 Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting ....................... 50
Tabel 4.13 Tabulasi Silang Jenis Makanan Anak Stunting di SMP Negeri 2 Rantau
Selatan Berdasarkan Kategori Stunting................................................... 51
Tabel 4.14 Tabulasi Silang Riwayat Penyakit Anak Stunting di SMP Negeri 2
Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting...................................... 52
Tabel 4.15 Tabulasi Silang Pendidikan Ibu Anak Stunting di SMP Negeri 2 Rantau
Selatan Berdasarkan Kategori Stunting .................................................. 52
Tabel 4.16 Tabulasi Silang Pekerjaan Ibu Anak Stunting di SMP Negeri 2 Rantau
Selatan Berdasarkan Kategori Stunting................................................... 53
Tabel 4.17 Tabulasi Silang Pendapatan Keluarga Anak Stunting di SMP Negeri 2
Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting ...................................... 54

xi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 2.1 Tumpeng Gizi Seimbang....................................................................... 16


Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................. 32

xii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Karakteristik Siswa............................................................................. 67
Lampiran 2. Formulir Food Frekuency Question (FFQ) .................................................. 68
Lampiran 3. Formulir food recall 24 jam........................................................................... 69
Lampiran 4. Kuesioner............................................................................................ 70
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian............................................................................ 75
Lampiran 6. Surat Keterangan Selesai Penelitian ................................................... 76
Lampiran 7. Master Data Responden...................................................................... 77
Lampiran 8. Master Data Pola Makan Responden.................................................. 82
Lampiran 9. Hasil Uji Statistik.................................................................................. 87
Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian......................................................................110

xiii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Melisa Puspita Sari

Tempat lahir : Rantauprapat

Tanggal Lahir : 09 Mei 1994

Suku Bangsa : Batak Toba

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : Mansyah Siregar

Suku bangsa Ayah : Batak Toba

Nama Ibu : Erri Tio Purba, S.pd

Suku Bangsa Ibu : Batak Simalungun

Pendidikan Formal

1. 2001-2007 : SD Negeri 115525 Rantau Selatan

2. 2007-2010 : SMP Negeri 2 Rantau Selatan

3. 2010-2013 : SMA Negeri 1 Rantau Selatan

4. 2013-2017 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

xiiii

Universitas Sumatera Utara


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia mempunyai masalah gizi yang cukup berat yang ditandai dengan

banyaknya kasus gizi kurang pada anak usia sekolah baik pada laki-laki dan

perempuan. Masalah gizi pada usia sekolah dapat menyebabkan rendahnya

kualiatas tingkat pendidikan, tingginya angka absensi dan tingginya angka putus

sekolah. Stunting adalah salah satu kondisi kegagalan mencapai perkembangan

fisik yang diukur berdasarkan tinggi badan menurut umur. Batasan stunting

menurut WHO yaitu tinggi badan menurut umur berdasarkan Z-score sama

dengan atau kurang dari -2SD dibawah rata-rata standart (WHO, 2013).

Stunting terjadi akibat kegagalan pada saat proses tumbuh kembang

seorang anak karena kondisi kesehatan dan asupan gizi yang tidak optimal.

Stunting sering berkaitan erat dengan kondisi sosial ekonomi, paparan suatu

penyakit, dan asupan gizi yang kurang secara kuantitas dan kualitas (WHO,

2014).

Menurut The Lancet (2008), stunting merupakan masalah kesehatan

masyarakat utama di negara berpendapatan rendah dan menengah karena

hubungannya dengan peningkatan risiko kematian pada masa kanak-kanak,

stunting juga mempengaruhi fisik dan fungsional dari tubuh. Anak dengan

keadaan stunting tidak mengalami potensi tumbuh secara maksimal dan dapat

menjadi remaja dan dewasa yang stunting. Dampaknya pada masa dewasa

diantaranya adalah terbatasnya kapasitas kerja karena terjadinya pengurangan

aktivitas tubuh dan pada wanita dapat menyebabkan terjadinya risiko komplikasi

Universitas Sumatera Utara


2

kandungan karena memiliki ukuran panggul yang kecil serta berisiko melahirkan

bayi dengan berat lahir rendah.

Stunting telah melanda hampir seluruh negara, baik negara berkembang

maupun negara maju. Berdasarkan data UNICEF tahun 2008 menunjukkan bahwa

39% (± 209 juta) anak yang mengalami stunting di seluruh dunia. Negara yang

paling banyak memberikan kontribusi prevalensi tersebut adalah negara yang ada

di Regional East/ South Asia and Pasific yakni sekitar 144 juta anak. Indonesia

merupakan negara yang berada pada Regional Ea st/South Asia dan Pasific dan

untuk kelompok negara yang ada di Asia Tenggara, Indonesia memiliki prevalensi

stunting tertinggi.

Prevalensi stunting Indonesia secara nasional tahun 2007 sebesar 36,8%,

kemudian terjadi sedikit penurunan pada tahun 2010 yaitu sebesar 35,6 % dan

meningkat kembali pada tahun 2013 sebesar 37,2%. Berdasarkan cut off point

untuk stunting secara nasional pada kategori pendek di tahun 2010 sampai tahun

2013 terjadi penurunan sebesar 18,5 % menjadi 18,0% dan untuk kategori pendek

terjadi pkenaikan dari 17,1% menjadi 19,2%. Angka tersebut masih dalam

katagori tinggi karena masih berada diatas target MDG’s yaitu 32% (Depkes RI,

2013).

Ada sebanyak 20 Provinsi yang memiliki prevalensi kependekan diatas

angka prevalensi nasional dan Provinsi Sumatera Utara tercatat sebagai urutan ke

empat yang memiliki prevalensi stunting tertinggi yaitu sebesar 42,3% yaitu

23,4% severe stunting dan 18,9% stunting. Salah satu kabupaten yang

memberikan kontribusi tingginya angka prevalensi stunting di Provinsi Sumatera

Universitas Sumatera Utara


3

Utara adalah Kabupaten Labuhan batu. Prevalensi stunting di Kabupaten

Labuhan batu pada remaja usia 13 – 15 tahun yaitu 59,8% (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian (Semba dan Bloem tahun 2001), Pada

dasarnya tingkat stunting yang tinggi berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi

yang rendah dan peningkatan risiko bertambah dengan adanya penyakit serta

praktik pemberian makan yang tidak tepat. Prevalensi stunting mulai naik pada

usia sekitar 3 bulan, kemudian proses terhambatnya pertumbuhan melambat

sekitar usia 3 tahun.

Berdasarkan kerangka pikir penyebab masalah gizi yang dikembangkan

Unicef (1999) dalam Henny tahun 2012, dapat diketahui bahwa faktor risiko yang

mengakibatkan masalah gizi yang terbagi atas faktor langsung dan tidak langsung.

Faktor langsung ada dua yakni konsumsi makan dan status kesehatan yang saling

mendorong (berpengaruh), sedangkan faktor tidak langsung adalah pola asuh dan

pelayanan kesehatan dan lingkungan. Faktor langsung dan tidak langsung terjadi

diakibatkan keadaan sosial, ekonomi dan budaya.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Neni (2016), dikatakan bahwa

malnutrisi juga berkaitan erat dengan penyakit infeksi. Infeksi penyakit akan

mempengaruhi status gizi sehingga dapat mempercepat terjadinya malnutrisi.

Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penyebab langsung terjadinya

stunting. Kaitan antara penyakit infeksi dengan pemenuhan asupan gizi tidak

dapat dipisahkan. Adanya penyakit infeksi akan memperburuk keadaan bila

terjadi kekurangan asupan gizi.

Universitas Sumatera Utara


4

Hasil penelitian Sulastri (2012), ditemukan hubungan yang bermakna

antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi, dimana anak pendek lebih

banyak terjadi pada ibu yang berpendidikan rendah. Hasil ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Mulyono (2000) pada bayi yang menunjukkan

adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi

anak.

Penelitian Sulastri, (2012) juga menemukan bahwa tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara status pekerjaan ibu dengan status gizi, dimana

anak pendek lebih banyak terdapat pada ibu yang tidak bekerja dibandingkan

dengan ibu yang bekerja. namun, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

yang dilakukan Mulyono, (2000) yang menunjukkan adanya hubungan yang

signifikan antara pekerjaan ibu dengan status gizi dimana ibu yang bekerja

mempunyai anak pendek (< -2 SD) lebih banyak di bandingkan dengan ibu yang

tidak bekerja. Ibu bekerja yang lebih banyak berada diluar rumah akan memiliki

lebih banyak uang untuk dialokasikan atau diinvestasikan kepada anaknya dan

sebaliknya makin banyak waktu dirumah bersama anak (makan dan bermain)

maka makin kecil kesenggangan waktu untuk mencari nafkah. Kedua hal tersebut

(uang dan waktu) akan mempengaruhi kualitas gizi anak Ibu bekerja diluar rumah,

jarak antara rumah dengan tempat kerja dan faktor lain semuanya akan

mempengaruhi susunan makan dan pola asuh terhadap anaknya. Sehingga ibu

yang tidak bekerja akan mempunyai waktu yang lebih banyak dengan anaknya

dan mempengaruhi peningkatan kualitas gizi anaknya. Keadaan tersebut tidak

ditemukan pada penelitian ini. Hal ini terjadi karena pada ibu bekerja akan

Universitas Sumatera Utara


5

mempengaruhi pendapatan keluarga. Pendapatan yang memadai akan menunjang

tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat memenuhi semua kebutuhan

primer maupun sekunder anak. Sebaliknya pada ibu yang tidak bekerja banyaknya

anak disebabkan karena tingkat ekonomi yang rata– rata berada pada tingkat

ekonomi rendah, dan rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi. Hasil analisis

menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan

status gizi anak, dimana ibu yang pengetahuan gizinya rendah lebih banyak

mempunyai anak normal dibandingkan dengan anak pendek.

Pada hakikatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat ketika kebutuhan

normal beberapa zat gizi tidak terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi

disebabkan oleh kekurangan gizi pada masa balita dalam makanannya sehari-hari

sehingga tidak adanya pencapaian pertumbuhan yang sempurna pada masa

berikutnya. Anak yang menderita kekurangan gizi akan mengakibatkan daya

tangkapnya berkurang, penurunan konsentrasi belajar, lemah daya tahan

tubuhnya, dan pertumbuhan fisik tidak optimal sehingga postur tubuh anak

cendrung pendek. Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan

biasanya disebabkan kurangnya pengetahuan, asupan makanan yang tidak

memadai, riwayat penyakit dan rendahnya ekonomi keluarga. Keadaan ini

semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya

berpeluang terjadinya stunting.

Universitas Sumatera Utara


6

Kabupaten Labuhanbatu merupakan salah satu kabupaten dengan struktur

penduduk muda, hal ini dapat diketahui dari banyaknya jumlah penduduk usia

muda (umur 0-14 tahun) yang masih tinggi. Pada tingkat ekonomi di kabupaten

Labuhanbatu terjadi naik turun angka penduduk yang bekerja, dimana pada tahun

2009 sebanyak 460.468 turun menjadi 166.131 pada tahun 2010, kemudian

meningkat pada tahun 2011 sebanyak 189.438 orang, pada tahun 2012 menurun

kembali menjadi 152.479 orang, pada tahun 2013 meningkat kembali menjadi

173.564 dan pada tahun 2014 terjadi peningkatan angka yang bekerja menjadi

175.507 orang. Sama dengan angka yang bekerja, angka yang pengangguran juga

mengalami angka naik turun dari tahun 2009-2014. Pada tahun 2009 ada 40.890

orang yang pengangguran, menurun pada tahun 2010 menjadi 12.586 dan

menurun kembali pada tahun 2011 yaitu 11.835. kemudian pada tahun 2012

terjadi peningatan 12.897 dan 2013 naik kembali menjadi 17.025, dan pada tahun

2014 menurun kembali menjadi 14.682 (Profil Kesehatan Dinkes Labuhanbatu,

2015)

Gambaran pola penyakit terbesar di kabupaten Labuhanbatu pada tahun

2015, yang diperoleh dari pencatatan dan pelaporan puskesmas labuhanbatu,

menunjukkan bahwa penyakit menular masih mendominasi. Sebagai peringkat

pertama kasus Infeksi Akut lain pada Pernafasan bagian Atas dengan jumlah total

kakus 18.901 ( Profil Kesehatan Dinkes Labuhanbatu, 2015).

Universitas Sumatera Utara


7

SMP Negeri 2 Rantau selatan merupakan salah satu sekolah tertua di

Kabupaten Labuhanbatu dengan prestasi siswa yang baik. Namun berdasarkan

survei awal yang dilakukan dengan pengukuran TB/U, dari 320 siswa terdapat

112 (35%) siswa stunting. Keadaan tersebut membuat peneliti tertarik, karena

menurut (WHO, 2010) dikatakan masalah kesehatan dianggap berat bila

prevalensi stunting diatas 30%. Kemudian peneliti mengambil variabel tersebut

karena kejadian stunting yang kemungkinan dipengaruhi oleh pengetahuan gizi

seimbang, pola makan, riwayat penyakit dan sosial ekonomi keluarga masih bisa

diperbaiki di usia ini, salah satu nya dengan memperbaiki pola makannya. Hal

tersebut membuat peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian tentang

”Gambaran pengetahuan gizi seimbang, pola makan, riwayat penyakit, dan sosial

ekonomi keluarga anak stunting di SMP Negeri 2 Rantau selatan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, yang menjadi

permasalahan adalah ditemukannya prevalensi stunting yang tinggi di SMP

Negeri 2 Rantau Selatan yaitu 112 (35%) siswa stunting dari 320 siswa yang

diukur dengan menggunakan pengukuran TB/U. Kemungkinan faktor yang

mempengaruhi kejadian stunting di SMP Negeri 2 Rantau Selatan adalah

pengetahuan gizi seimbang, pola makan, riwayat penyakit dan sosial ekonomi

keluarga sehingga perlu dilakukan penelitian tentang “Gambaran pengetahuan gizi

seimbang, pola makan, riwayat penyakit, dan sosial ekonomi keluarga anak

stunting di SMP Negeri 2 Rantau Selatan”.

Universitas Sumatera Utara


8

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui gambaran pengetahuan gizi seimbang pada anak stunting di SMP

negeri 2 Rantau selatan.

2. Mengetahui gambaran pola makan anak stunting di SMP negeri 2 Rantau

selatan.

3. Mengetahui gambaran riwayat penyakit anak stunting di SMP negeri 2 Rantau

selatan.

4. Mengetahui gambaran sosial ekonomi keluarga anak stunting di SMP negeri 2

Rantau selatan.

5. Mengetahui penyebab utama terjadinya stunting di SMP negeri 2 Rantau

selatan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada

Pemerintah untuk menyusun perencanaan strategis penanggulangan masalah

stunting berdasarkan faktor dominan yang menyebabkan tingginya prevalensi

stunting dan dapat membuat kebijakan penanggulangan masalah stunting

khususnya pada anak usia Sekolah Menengah Pertama.

2. Memberikan masukan kepada pihak sekolah untuk memberikan pendidikan

tambahan tentang pemenuhan gizi anak sekolah berdasarkan pola makan yang

baik, khususnya pada anak stunting.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi bagi peneliti lain, khususnya

penelitian yang berhubungan dengan kejadian stunting.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stunting

Stunting adalah keadaan tinggi badan yang tidak sesuai dengan umur anak

akibat kekurangan gizi dalam waktu lama yang diawali sejak masa janin hingga 2

tahun pertama kehidupan. Sejak masa janin sampai usia dua tahun pertama, anak

akan mengalami fase pertumbuhan cepat (growth spurt) sehingga fase ini

merupakan periode kesempatan emas kehidupan (window of opportunity) bagi

anak (Kemenkes, 2010).

Stunting merupakan salah satu bentuk gizi kurang pada anak yang dihitung

berdasarkan pengukuran tinggi badan menurut umur (TB/U) atau panjang badan

menurut umur (PB/U), dimana nilai Z-score <-2 SD (standar deviasi). Stunting

juga menggambarkan kejadian gizi kurang yang berlangsung dalam waktu yang

lama dan merupakan masalah kesehatan masyarakat karena berhubungan dengan

meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan kematian hingga terhambatnya

pertumbuhan mental (WHO, 2007).

Gagal tumbuh pada masa emas ini dapat berakibat buruk pada kehidupan

berikutnya dan akan terlihat jelas pada saat anak mengalami mulai masuk usia

sekolah karena pada usia ini anak akan mengalami pertumbuhan lambat atau

phase growth palte. Akibat lebih lanjut dari tingginya prevalensi kurang gizi pada

masa balita dan tidak adanya pencapaian perbaikan pertumbuhan (catch-up

growth) yang sempurna pada masa berikutnya, maka tidak heran apabila pada usia

sekolah banyak ditemukan anak yang kurang gizi kronis yang mengakibatkan

anak usia sekolah di Indonesia tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah.

Universitas Sumatera Utara


10
10

2.1.1 Stunting pada remaja

Stunting pada remaja merupakan kegagalan untuk mencapai pertumbuhan

optimal di masa remaja yang disebabkan oleh keadaan gizi kurang yang

berlangsung dalam waktu lama. Status stunting untuk anak umur 5-19 tahun

dihitung dengan menggunakan baku antropometri WHO 2007 dengan menghitung

nilai Z-score TB/U masing-masing anak, dimana Z-score <-2 Standar Deviasi.

Selanjutnya berdasarkan nilai Z-score status gizi anak dikategorikan sebagai

stunting (pendek) dan tidak stunting. Indikator TB/U memberikan indikasi

masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung

lama, misalnya kemiskinan, perilaku hidup sehat, dan pola asuh/pemberian makan

yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi

pendek (Depkes RI, 2010).

2.1.2 Dampak Stunting

Stunting dapat memberikan dampak bagi kelangsungan hidup anak.

Dampak yang diakibatkan oleh stunting menjadi dua yang terdiri dari jangka

pendek dan jangka panjang. Dampak jangka pendek dari stunting adalah di bidang

kesehatan yang dapat menyebabkan peningkatan mortalitas dan morbiditas, di

bidang perkembangan berupa penurunan perkembangan kognitif, motorik, dan

bahasa, dan di bidang ekonomi berupa peningkatan pengeluaran untuk biaya

kesehatan. Stunting juga dapat menyebabkan dampak jangka panjang di bidang

kesehatan berupa perawakan yang pendek, peningkatan risiko untuk obesitas dan

komorbidnya, dan penurunan kesehatan reproduksi, di bidang perkembangan

Universitas Sumatera Utara


11
11

berupa penurunan prestasi dan kapasitas belajar, dan di bidang ekonomi berupa

penurunan kemampuan dan kapasitas kerja (WHO, 2013).

Anak dengan keadaan stunting tidak mengalami potensi tumbuh secara

maksimal dan dapat menjadi remaja dan dewasa yang stunting. Dampaknya pada

masa dewasa diantaranya adalah terbatasnya kapasitas kerja karena terjadinya

pengurangan aktivitas tubuh dan pada wanita dapat menyebabkan terjadinya risiko

komplikasi kandungan karena memiliki ukuran panggul yang kecil serta berisiko

melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.

2.1.3 Karakteristik remaja

Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) digolongkan dalam anak

remaja, Siswa atau anak sekolah mempunyai karakteristik mulai mencoba atau

mengembangkan kemandirian dan menentukan batasan atau norma. Disini varisi

individu lebih mudah dikenali seperti pada pertumbuhan dan perkembangan pola

aktivitas, kebutuhan gizi, perkembangan kepribadian serta asupan makanannya.

Laju pertumbuhan anak wanita dan pria hampir sama cepatnya sampai

pada usia 9 tahun. Selanjutnya, antara 10-12 tahun, pertumbuhan anak perempuan

mengalami percepatan lebih dahulu karena tubuhnya memerlukan persiapan

menjelang usia reproduksi, sementara pria baru menyusul 2 tahun kemudian

(Ariani, 2017).

Karakteristik remaja yaitu :

1. Bersifat konsumen aktif

2. Berfikir kritis terhadap makanan, mempunyaim motivasi makan,.

3. Kegiatan fisik lebih banyak dan mulai membentuk kelompok sosial.

Universitas Sumatera Utara


12
12

4. Faktor gizi berperan dalam menentukan postur dan performance di usia

dewasa.

5. Mulai memilih dan menentukan diit sesuai dengan keinginannya.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Stunting

2.2.1 Pengetahuan gizi seimbang

Menurut (Notoadmodjo, 2010) Pengetahuan adalah hasil pengindraan

manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui indra yang

dimilikinya (mata, telingan, dan sebagainya). Dengan sendirinya pengindraan

tersebut akan menghasilkan pengetahuan. Pengetahuan seseorang terhadap objek

mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya

dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall ( memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya, tahu bahwa gizi seimbang

tidak hanya dipengaruhi oleh pola makan, melaikan dipengaruhi oleh aktivitas

fisik dan lain sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan hanya tahu terhadap objek tersebut,tidak

sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut menginterpretasikan secara

benar tentang objek yang diketahuinya tersebut. Misalnya, orang yang

memahami tentang gizi seimbang, bukan hanya sekedar menyebutkan gizi

seimbang. Tetapi harus bisa menjelaskan manfaat gizi seimbang, mengapa

harus menerapkan gizi seimabang.

Universitas Sumatera Utara


13
13

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang tekah memahami objek yang

dimaksud dapat menggukan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui

tersebut. Misalnya, seseorang yang telah memahami manfaat gizi seimbang,

akan mampu memilih makanan yang baik sesuai dengan pengetahuan yang iya

dapatkan.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang menjabarkan atau memisahkan,

kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terkait dalam

satu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi seseorag telah sampai pada

tingkat analisis adalah apabila seseorang tersebut dapat membedakan, atau

memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap

pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara

makanan yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin, lemak dan mineral.

5. Sistesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan

untuk menyusus formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

Misalnya, seseorang mampu memodifikasi makanan agar lebih menarik.

Anak yang tidak suka makan sawi, dapat dimodifikasi dalam bentuk jus

dengan ditambahkan buah-buahan dan madu.

Universitas Sumatera Utara


14
14

6. Evaluasi (evaluasi)

Evaluasi berkaitan dengan kemampua seseorang untuk melakukan penilaian

(justifikasi) terhadap suatu objek tertentu. Misalnya, seseorang mampu menilai

pola konsumsi orang lain itu sudah baik atau buruk berdasarkan pengetahuan yang

di milikinya.

2.2.1.1 Gizi Seimbang

Gizi seimbang merupakan konsumsi makanan dari berbagai anekaragam

pangan yang disesuaikan dengan masukan dan kebutuhan gizi seseorang.

Kementerian Kesehatan RI (2014) menyebutkan gizi seimbang adalah susunan

pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai

dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan,

aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal

untuk mencegah masalah gizi.

Jika seseorang mengalami kekurangan gizi dimana asupan gizi di bawah

kebutuhan, maka ia akan lebih rentan terkena penyakit dan kurang produktif.

Sebaliknya, jika memiliki kelebihan gizi akibat asupan gizi yang melibihi

kebutuhan maka ia akan beresiko terkena berbagai penyakit seperti diabetes,

tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung (SCCP, 2013).

Menurut hasil penelitan Sulastri tahun 2012 menunjukkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan status gizi anak.

Namun penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian (khomsan, 2000) yang

menyatakan bahwa pada umumnya seseorang dengan pengetahuan baik akan

memiliki asupan yang lebih baik.

Universitas Sumatera Utara


15
15

Pemilihan makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat , kebutuhan

asupan gizi divisualisasikan dalam bentuk Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) yang

terdiri dari kelompok zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. Semakin ke

atas ukuran tumpeng akan semakin kecil berarti pangan pada lapis paling atas

yaitu gula, garam, dan lemak dibutuhkan sedikit atau perlu dibatasi. Sebelah

kanan tumpeng ada tanda tambah (+) diikuti dengan visual segelas air putih dan

tulisan 8 gelas, artinya dalam sehari setiap orang remaja atau dewasa dianjurkan

untuk minum air putih sekitar 8 gelas sehari. Dalam pedoman gizi seimbang

(PGS) terdapat 10 pesan gizi seimbang yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Syukuri dan nikmati anekaragam makanan

2. Banyak makan sayur dan cukup buah-buahan

3. Biasakan mengkonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi

4. Biasakan mengkonsumsi aneka ragam makanan pokok

5. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman

6. Biasakan sarapan

7. Batasi konsumsi pangan manis, asin, dan lemak.

8. Biasakan membaca label pada kemasan pangan

9. Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir

10. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan normal.

Universitas Sumatera Utara


16
16

Gambar 2.1 Tumpeng Gizi Seimbang

2.2.1.2 Prinsip Gizi Seimbang

1. Mengkonsumsi makanan beragam

Apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beranekaragam, maka akan

timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan

untuk sehat dan produktif. Dengan mengkonsumsi makanan sehari-hari yang

beraneka ragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan

dilengkapi oleh jenis makanan yang lain sehingga diperoleh masukan zat gizi

seimbang (Aditianti, 2016).

2. Membiasakan perilaku hidup bersih

Kebutuhan zat gizi anak pada usia remaja meningkat karena masih berada

pada masa pertumbuhan cepat kedua dan aktivitasnya yang tinggi. Disamping itu

Universitas Sumatera Utara


17
17

anak pada usia ini sering keluar rumah sehingga mudah terkena penyakit infeksi

dan kecacingan, sehingga perilaku hidup bersih perlu dibiasakan untuk

mencegahnya (Kemenkes RI, 2014).

Perilaku hidup bersih merupakan salah satu faktor yang perlu mendapat

perhatian dalam prinsip gizi seimbang. Salah satu indikator perilaku hidup bersih

yang berkaitan erat dengan makanan adalah perilaku mencuci tangan. Mencuci

tangan adalah kegiatan membersihkan bagian telapak, punggung tangan dan jari

agar bersih dari kotoran dan membunuh kuman penyebab penyakit yang

merugikan kesehatan manusia (Kemenkes RI, 2015).

Cuci tangan merupakan kegiatan yang mudah namun jarang dilakukan.

Hal ini sangat penting dilakukan agar terhindar dari diare dan penyakit lainnya.

Mencuci tangan sebaiknya dilakukan dengan sabun dan air mengalir (UNICEF,

2014).

3. Melakukan aktivitas fisik

Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk

olahraga merupakan salah satu upaya untuk menyeimbangkan antara pengeluaran

dan pemasukan zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh. Aktivitas fisik

memerlukan energi. Selain itu, aktivitas fisik juga memperlancar sistem

metabolisme di dalam tubuh termasuk metabolisme zat gizi. Oleh karenanya,

aktivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan zat gizi yang keluar dan yang

masuk ke dalam tubuh (Kemenkes RI, 2014).

Universitas Sumatera Utara


18
18

4. Mempertahankan dan memantau Berat Badan (BB) normal

Pertumbuhan anak hendaknya dipantau secara teratur. Bagi anak remaja

untuk mengetahui ada tidaknya penurunan atau kenaikan berat badan, indikator

yang digunakan adalah perkembangan berat badan sesuai dengan pertambahan

umur. Mempertahankan berat badan secara ideal dapat mencegah terjadinya

kegemukan dan gizi buruk. Pemantauannya dapat dilakukan sendiri di rumah

(Kemenkes RI, 2014).

2.2.2 Pola Makan

Siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) digolongkan dalam anak remaja,

pola makan anak remaja serupa dengan pola makan orang dewasa. Selama masa

remaja harus dipenuhi dengan makanan yang bergizi baik dan seimbang. Pola

konsumsi pangan atau kebiasaan makan adalah berbagai informasi yang dapat

memberikan gambaran mengenai jumlah, jenis dan frekuensi bahan makanan

yang dimakan setiap hari oleh seseorang dan merupakan ciri khas untuk satu

kelompok masyarakat tertentu. Sebenarnya pola konsumsi tidak dapat

menentukan status gizi seseorang atau masyarakat secara langsung, namun hanya

dapat digunakan sebagai bukti awal akan kemungkinan terjadinya kekurangan gizi

seseorang atau masyarakat (Supariasa, 2001)

Perubahan pada masa remaja adalah fase dimana segmen perkembangan individu

yang sangat penting diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual)

sehingga mampu bereproduksi. Perubahan yang terjadi pada remaja dapat

berpengaruh terhadap kebiasaan makannya (Ariani, 2017).

Universitas Sumatera Utara


19
19

Pertumbuhan anak dipengaruhi oleh faktor makanan (gizi) dan genetik.

Pertumbuhan anak-anak dinegara berkembang termasuk Indonesia ternyata selalu

tertinggal dibanding anak-anak di Negara maju. Pada awalnya kita menduga faktor

genetik adalah penyebab utamanya. Namun, tumbuh kembang anak Indonesia sampai

dengan usia enam bulan ternyata sama baiknya dengan anak-anak di Negara maju

(Devi, 2012).

2.2.2.1 Karakteristik pola makan

1. Jumlah makanan

Jumlah makanan diukur menggunakan Metode food recall 24 jam yang

dilakukan selama dua hari yaitu, hari biasa dan hari minggu. Jumlah makanan

dinyatakan dalam satuan Ukuran Rumah Tangga(URT), seperti piring, sendok,

gelas dan mangkok kemudian di konversikan dalam bentuk gram menggunakan

bantuan alat food model, kemudian dihitung berdasarkan Daftar Bahan Makanan

Penukar. Hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi

rata-rata yang dianjurkan berdasarkan umur dan jenis kelamin dengan

menggunakan rumus (Supariasa, 2001).

2. Frekuensi makan

seberapa sering responden mengkonsumsi satu jenis makanan atau

minuman tersebut dalam satu hari. Frekuensi makan diperoleh melalui wawancara

kepada siswa/i menggunakan food frequency.

3. Jenis makanan

Jenis makanan diperoleh melalui wawancara kepada siswa/i menggunakan

food recall 24 jam sebanyak dua kali. Selanjutnya jenis makanan dikategorikan

menjadi baik, sedang, dan tidak baik. Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan

Universitas Sumatera Utara


20
20

dengan mencatat jenis dan jumah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode

24 jam yang lalu. Dalam metode ini, responden, diminta untuk menceritakaan

semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Biasanya

dimulai sejak ia bangun pagi kemarin sampai dia istirahat tidur atau dapat juga

dimulai dari saat dilakukan wawancara mundur ke belakang sampai 24 jam penuh.

Misalnya, petugas datang pada pukul 07.00 , maka konsumsi yang ditanyakan

adalah mulai pukul 07.00 (saat itu) dan mundur ke belakang sampai pukul 07.00,

pagi hari sebelumnya. Wawancara dilakukan oleh petugas yang sudah terlatih

dengan menggunakan kuesioner terstruktur.

Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data

yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk

mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu

ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring, dan

lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari. Apabila

pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24 jam), maka data yang diperoleh kurang

efektif untuk menggambarkan kebiasaan makanan individu. Oleh karena itu, recall

24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa

berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan

memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu.

Universitas Sumatera Utara


21
21

2.2.2.2 Kebutuhan Energi

Kebutuhan energi remaja ditentukan oleh metabolisme tubuh, umur,

aktivitas fisik, suhu lingkungan, serta kesehatannya (Andriana dan Bambang,

2012). konsumsi energi yang berasal dari makanan, diperlukan untuk menutupi

pengeluaran energi bila seseorang mempunyai ukuran dan komposisi tubuh

dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang. Laki-laki

membutuhan energi lebih banyak karena memiliki aktivitas yang banyak pula,

sedangkan pada perempuan biasanya dipengaruhi oleh kejadian haid sehingga

memerlukan zat besi lebih banyak. Gizi dibutuhkan anak sekolah untuk

pertumbuhan dan perkembangan, energi berpikir, beraktivitas fisik dan daya tahan

tubuh. Zat gizi yang dibutuhkan anak adalah seluruh zat gizi yang terdiri dari zat

gizi makro seperti karbohidrat, protein, lemak, serta zat gizi mikro seperti vitamin

dan mineral. Zat gizi yang dibutuhkan anak tersebut dipengaruhi oleh usia, berat

badan, dan tinggi badan (Ariani, 2017).

Kebiasaan tidak sarapan pagi juga mengakibatkan pemasukan gizi menjadi

berkurang dan tidak seimbang sehingga pertumbuhan anak menjadi terganggu,

intelektualnya rendah, prestasi disekolahnya akan turun dan penampilan sosialnya

pun terganggu. Dia tidak mau bermain dengan teman-temannya, tidak mau turut

dalam kegiatan berorganisasi baik di sekolah maupun di lingkungan keluarga

(Arisman, 2008).

Universitas Sumatera Utara


22
22

Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (2013), angka kecukupan energi yang

dianjurkan (per orang dalam sehari) pada anak remaja 13-15 tahun dapat dilihat

pada table berikut :

Tabel 2.1 Angka kecukupan energi pada anak usia (13-15) tahun.
Usia Jenis kelamin Berat Badan Tinggi Badan Energi
(kg) (cm) (kkal)
13-15 tahun Laki-laki 46 158 2475
13-15 tahun Perempuan 46 155 2125
Sumber. Peraturan Menteri Kesehatan no 75 tahun 2013 tentang Angka
Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia.

2.2.2.3 Kebutuhan Protein

Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh,

karena disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi

sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein merupakan zat gizi yang sangat

penting karena yang paling erat hubungannya dengan pertumbuhan. Protein juga

dapat mengganti jaringan yang rusak. Fungsi utama protein bagi tubuh adalah

sebagai pembentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yangtelah ada.

Batas yang dianjurkan untuk konsumsi protein adalah dua kali Angka Kecukupan

Gizi (AKG) protein.

Penelitian Dewi dan Adhi (2016) menyatakan bahwa protein memiliki

pengaruh yang bermakna terhadap kejadian stunting. Berdasarkan Angka

Kecukupan Gizi (2013), angka kecukupan protein yang dianjurkan (per orang

dalam sehari) pada anak remaja 13-15 tahun dapat dilihat pada table berikut

Universitas Sumatera Utara


23
23

Table 2.2 Angka kecukupan protein pada anak usia (13-15) tahun.
Usia Jenis kelamin Berat Badan Tinggi Protein
(kg) Badan (cm) (gr)
13-15 tahun Laki-laki 46 158 72
13-15 tahun Perempuan 46 155 69
Sumber. Peraturan Menteri Kesehatan no 75 tahun 2013 tentang Angka
Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia.

2.2.2.4 Kebutuhan Vitamin A

Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara

luas, vitamin merupakan nama genetik yang menyatakan semua retinoid dan

precursor yang mempunyai aktivitas biologi secara retinol. Vitamin A

berpengaruh terhadap sitesis protein dalam pertumbuhan sel. Vitamin A dibutuhkan

untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam

pertumbuhan gigi. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan pertumbuhan tulang

terhambat dan bentuknya tidak normal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan

(Cakrawati dan Mustika, 2011).

Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (2013), angka kecukupan protein

yang dianjurkan (per orang dalam sehari) pada anak remaja 13-15 tahun dapat

dilihat pada table berikut :

Table 2.3 Angka kecukupan Vitamin A pada anak usia (13-15) tahun.
Usia Jenis kelamin Berat Badan Tinggi Badan Protein
(kg) (cm) (mgc)
13-15 tahun Laki-laki 46 158 600
13-15 tahun Perempuan 46 155 600
Sumber. Peraturan Menteri Kesehatan no 75 tahun 2013 tentang Angka
Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


24
24

Pada penelitian Aritonang dalam dalam suci (2011), Menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara pola makan dengan status gizi, penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa pola makan dapat mempengaruhi status kesehatan

masyarakat. Pola makan sangat erat kaitannya dengan berbagai jenis penyakit.

Tubuh sangat membutuhkan zat gizi untuk melakukan aktivitas dan mencegah

dari berbagai penyakit.

2.2.3 Riwayat penyakit

Riwayat penyakit adalah kejadian sakit yang dialami seseorang di masa

lampau yang dapat mempengaruhi status gizi. Pemenuhan gizi akan berdampak

pada kondisi kesehatan dan bisa juga sebaliknya yaitu status kesehatan (terutama

penyakit infeksi) akan berdampak pada status gizi seseorang. Penyakit infeksi

yang di derita akan menyebabkan hilangnya nafsu makan sehingga asupan makan

menjadi kurang sedangkan tubuh membutuhkan asupan yang lebih banyak.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Neni (2016), dikatakan bahwa

malnutrisi berkaitan erat dengan penyakit infeksi. Infeksi penyakit akan

mempengaruhi status gizi sehingga dapat mempercepat terjadinya malnutrisi.

Malnutrisi dan infeksi penyakit saling berkaitan dan sering terjadi secara

bersamaan. Malnutrisi dapat meningkatkan resiko infeksi, sedangkan infeksi dapat

menyebabkan malnutrisi. Anak kurang gizi yang daya tahan terhadap infeksi

penyakitnya redah, akan jatuh sakit dan akan semakin menjadi kurang gizi

sehingga akan mengurangi kapasitasnya untuk melawan penyakit. faktor lain yang

menyebabkan terjadinya status gizi pendek (stunting) yaitu faktor penyakit

infeksi. Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penyebab langsung

Universitas Sumatera Utara


25
25

terjadinya stunting. Kaitan antara penyakit infeksi dengan pemenuhan asupan gizi

tidak dapat dipisahkan. Adanya penyakit infeksi akan memperburuk keadaan bila

terjadi kekurangan asupan gizi.

Menurut Profil Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015, gambaran

pola penyakit terbanyak pada tahun 2015 yang diperoleh dari pencatatan dan

pelaporan puskesmas Kabupaten Labuhanbatu menunjukkan bahwa penyakit

menular masih mendominasi. Sebagai peringkat pertama kasus infeksi pernapasan

bagian atas (ISPA) dengan jumlah total kasus 18.901, kemudian disusul dengan

penyakit pada otot dan jaringan pengikat (Reumatik) sebanyak 4961 kasus,

selengkapnya dapat dilihat pada table 2.1 berikut ini:

Tabel 2.4 Gambaran 10 penyakit terbesar di Labuhanbatu tahun 2015.


No Nama Penyakit Jumlah
1 Infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas 18901 kasus
2 Penyakit pada otot dan jaringan pengikat ( Reumatik ) 4961 kasus
3 Penyakit tekanan darah 4794 kasus
4 Penyakit lain pada saluran pernafasan bagian atas 3691 kasus
5 Diare 3390 kasus
6 Infeksi usus 2475 kasus
7 Penyakit rongga mulut, kelenjar lubang rahang 1715 kasus
8 Penyakit kulit karena jamur 1309 kasus
9 Penyakit kulit infeksi 1170 kasus
10 Penyakit mata 1110 kasus
Sumber : Bidang yankes, Kabupaten Labuhanbatu, 2015.

Menurut Picauly dan Toy (2013), anak yang memeliliki riwayat penyakit

infeksi memiliki peluang mengalami stunting lebih besar dibanding anak yang

tidak memiliki riwayat penyakit. Infeksi berat dapat memperburuk keadaan gizi

melalui gangguan masukan makanannya dan meningginya kehilangan zat-zat gizi

esensial tubuh melalui muntah-muntah dan diare. Selain itu penyakit infeksi

seperti infeksi saluran pernafasan dapat juga menurunkan nafsu makan.

Universitas Sumatera Utara


26
26

Sebaliknya malnutrisi walaupun ringan berpengaruh negative terhadap daya tahan

tubuh terhadap infeksi. Hal ini sejalan dengan penelitian kusumawati dkk tahun

2013 di kabupaten Banyumas bahwa faktor penyakit infeksi berhubungan dengan

kejadian stunting pada balita.

2.2.4 Sosial Ekonomi Keluarga

Kekurangan gizi sering kali bagian dari lingkaran yang meliputi pola

makan, kemiskinan dan penyakit. Ketiga faktor ini saling terkait sehingga masing-

masing memberikan kontribusi terhadap yang lain. Perubahan sosial-ekonomi dan

politik yang meningkatkan kesehatan dan gizi dapat mematahkan siklus, karena

dapat gizi tertentu dan intervensi kesehatan. Kekurangan gizi mengacu pada

sejumlah penyakit, masing-masing berhubungan dengan satu atau lebih zat gizi,

misalnya protein, yodium, vitamin A atau zat besi. Ketidakseimbangan ini

meliputi asupan yang tidak memadai dan berlebihan asupan energi, yang pertama

menuju kekurangan berat badan, stunting dan kurus, dan yang terakhir

mengakibat kelebihan berat badan dan obesitas (WHO, 2007).

Stunting mencerminkan proses kegagalan untuk mencapai potensi

pertumbuhan linier sebagai hasil dari kesehatan dan atau kondisi gizi. Pada

dasarnya, tingkat stunting yang tinggi berhubungan dengan kondisi sosial

ekonomi yang rendah dan peningkatan risiko bertambah dengan adanya penyakit

dan atau praktik pemberian makan yang tidak tepat. Prevalensi stunting mulai

naik pada usia sekitar 3 bulan, proses dari terhambatnya pertumbuhan melambat

sekitar usia 3 tahun (Semba dan Bloem, 2001).

Universitas Sumatera Utara


27
27

Berdasarkan penelitian Anindita (2012), bahwa tidak ada hubungan antara

tingkat pendapatan yang diterima tidak sepenuhnya dibelanjakan untuk kebutuhan

makanan pokok, tetapi untuk kebutuhan lainnya. Tingkat pendapatan yang tinggi

belum tentu menjamin status gizi baik pada balita karena tingkat pendapatan

belum tentu teralokasikan cukup untuk keperluan makan. Namun penelitian ini

tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ngaisah, 2015) dikatakan

bahwa kejadian stunting muncul akibat dari kejadian yang berlangsung lama

seperti kemiskinan, perilaku pola asuh yang tidak tepat, dan sering mengalami

penyakit infeksi secara berulang karena sanitsi dan hyegene yang kurang baik.

Hasil penelitian secara bivariat ditemukan dua variabel (pendidikan dan

pendapatan) signifikan berhubungan dengan kejadian stunting .

Salah satu penyebab tidak langsung dari masalah stunting adalah status

ekonomi keluarga yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua, karena jika

pendidikan tinggi peluang untuk mendapatkan penghasilan yang besar juga

tinggi.supaya bisa mencukupi kebutuhan keluarga dengan baik khusus dibidang

gizi. Sedangkan pekerjaan yang lebih baik orang tua selalu sibuk bekerja sehingga

tidak tertarik untuk memperhatikan masalah yang dihadapi anak-anaknya. Tingkat

sosial ekonomi mempengaruhi kemampuan keluarga untuk mencukupi kebutuhan

sehari-hari, di samping itu keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada

pemilihan macam makanan dan waktu pemberian makanan serta kebiasaan hidup

sehat, hal ini sangat berpengaruh terhadap kejadian stunting. Status sosial

ekonomi juga sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan keluarga, apabila akses

pangan ditingkat rumah tangga terganggu, maka penyakit kurang gizi (malnutrisi)

Universitas Sumatera Utara


28
28

salah satunya stunting pasti akan muncul. Beberapa hal yang juga sebagai

penyebab timbulnya masalah gizi yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang

adalah faktor sosial ekonomi. yang meliputi :

2.2.4.1 Pendapatan Keluarga

Pendapatan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas dan

kuantitas makanan, tetapi perlu disadari bahwa pendapatan tidak selalu membawa

perbaikan pada susunan makanan. Tingkat pendapatan juga ikut menentukan jenis

pangan yang akan dibeli.

Menurut penelitian Sulastri (2012), Ibu bekerja diluar rumah, jarak antara

rumah dengan tempat kerja dan banyak faktor lain semuanya akan mempengaruhi

susunan makan dan pola asuh terhadap anaknya. Sehingga ibu yang tidak bekerja

akan mempunyai waktu yang lebih banyak dengan anaknya dan mempengaruhi

peningkatan kualitas gizi anaknya. Keadaan tersebut tidak ditemukan pada

penelitian ini. Hal ini terjadi karena pada ibu bekerja akan mempengaruhi

pendapatan keluarga. Pendapatan yang memadai akan menunjang tumbuh

kembang anak, karena orang tua dapat memenuhi semua kebutuhan primer

maupun sekunder anak.

2.2.4.2 Pendidikan Ibu

Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah

dalam mengukur tingkat pembangunan manusia dalam suatu negara. Melalui

pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan.

Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan mempengaruhi keputusan

seseorang untuk berperilaku sehat. Pendididkan ibu sangat mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara


29
29

penyediaan makanan, pengetahuan yang diperoleh baik formal maupun nonformal

sangat menentukan dalam memilih jenis makanan yang akan dikonsumsi anggota

keluarga nya. Pendidikan gizi ibu bertujuan untuk meningkatkan penggunaan

sumber daya makanan yang tersedia. Dari hal tersebut dapat diasumsikan bahwa

tingkat kecukupan gizi anggota keluarga relative tinggi jika pendidikan ibu tinggi

(Depkes RI, 2002).

Adapun tingkat pengetahuan ibu dalam pemberian makanan adalah sebagai

berikut:

1. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan.

2. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu.

3. Kebiasaan atau pantangan makanan yang merugikan.

4. Kesukaan terhadapa jenis pangan tertentu.

Menurut hasil penelitian Sulastri (2012), ini menemukan hubungan yang

bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi, dimana anak pendek

lebih banyak terjadi pada ibu yang berpendidikan rendah.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widianto tahun 2016 pada anak usia

5 – 19 tahun ditemukan beberapa hal yang menjadi faktor risiko terjadinya

stunting, salah satunya yaitu, pendidikan orang tua yang rendah dan kelas sosial

yang rendah. Pendidikan ibu yang rendah merupakan faktor risiko terjadinya

stunting yang paling tinggi dibanding dengan faktor risiko lainnya. Menurutnya

hal tersebut bisa disebabkan karena ibu dengan pendidikan yang tinggi cenderung

memiliki finansial yang lebih baik dan dapat meningkatkan pendapatan keluarga.

Universitas Sumatera Utara


30
30

Hal tersebut membuat keluarga di kelas sosial yang lebih tinggi dan memiliki

status gizi keluarga yang lebih baik.

2.2.4.3 Pekerjaan Ibu

Para ibu yang bekerja dari pagi hingga sore tidak memiliki waktu yang

cukup baik bagi anggota keluarga. Dalam hal ini, ibu mempunyai peran ganda

yaitu sebagai ibu rumah tangga dan wanita pekerja. Walaupun demikian ibu

dituntut tanggung jawab kepada anggota keluarga, khususnya memelihara anak.

Para ibu yang bekerja dan tidak mempunyai waktu cukup untuk memperhatikan

makanan anak yang sesuai dengan kebutuhan dan kecukupan serta kurang

perhatian dan pengasuhan kepada anak. Keterbatasan sosial ekonomi ini juga

berpengaruh langsung terhadap pendapatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan

akan makanan, berpengaruh pada praktek pemberian makanan, yang akhirnya

mempengaruhi daya beli dan asupan makanan untuk memenuhi kebutuhan akan

pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta pencegahan terhadap penyakit infeksi

yang kesemuanya berakibat pada gangguan pertumbuhan.

Menurut hasil penelitian Sulastri (2012), menemukan bahwa tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara status pekerjaan ibu dengan status gizi,

dimana anak pendek lebih banyak terdapat pada ibu yang tidak bekerja

dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Mulyono (2000) pada bayi yang menunjukkan adanya hubungan

yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi anak. Namun,

penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mulyono, (2000)

yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan

Universitas Sumatera Utara


31
31

status gizi dimana ibu yang bekerja mempunyai anak pendek (<-2 SD) lebih

banyak di bandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Pada tahuan 2014 angka

yang bekerja di kabupaten Labuhanbatu mencapai 175.507 (Profil Kesehatan

Kabupaten Labuhanbatu, 2015).

2.3 Metode Pengukuran

Antropometri adalah studi tentang pengukuran dimensi tubuh manusia.

Bidang antropometri meliputi bagian ukuran tubuh manusia seperti berat badan,

posisi ketika berdiri, ketika merentangkan tangan, lingkar tubuh, panjang tungkai,

dan sebagainya (Wignjosoebroto, 2008).

Tabel 2.5 Indikator Pertumbuhan


Z-score Tinggi badan menurut umur (TB/U)
<- 3SD Sangat pendek
-3SD sampai dengan <-2 SD Pendek
-2 sampai dengan 2 SD Normal
>2 SD Tinggi
Sumber : Antropometri WHO 2007.
2.4 Kerangka Konsep

Anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan usia dimana anak

mulai memiliki rasa ingin tahu yang lebih tentang suatu hal. Periode ini

merupakan periode yang cukup kritis dalam pemilihan makanan, karena anak

akan mulai memilih makanan bukan berdasarkan kebutuhan gizinya, tetapi

berdasarkan kebutuhan sosial dan lingkungan yang mempengaruhinya. Pada usia

ini, anak juga mulai menjadi konsumen aktif yang membentuk kebiasaan

makannya diluar makanan rumahan. Dalam keadaan ini kebutuhan zat gizi harus

terpenuhi, baik dalam jumlah, frekuensi dan jenis makanan yang dikonsumsi

dalam sehari. .Stunting juga berkaitan dengan pengetahuan, status sosial ekonomi

keluarga (pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan orangtua) dan riwayat penyakit.

Universitas Sumatera Utara


32
32

Jika status ekonomi keluarganya baik, kemungkinan status gizi anak juga akan

baik. Pada anak stunting keadaan gizi yang kurang pada awal kelahirannya

diharapkan pada fase pertumbuhan cepat kedua ini dapat memenuhi kebutuhan zat

gizinya, agar dapat mengejar ketertinggalan pertumbuhan tinggi badannya

dibanding anak normal lainnya. Pada fase pertumbuhan ini anak yang stunting

berpotensi dalam mengejar ketertinggalannya, dengan memperhatikan asupan

makanan yang baik dan menunjang pertumbuhan tinggi badan. Dari penjelasan

tersebut, maka kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Pengetahuan Gizi
Seimbang
Pola Makan

1. Jumlah Makanan Pertumbuhan


Riwayat Penyakit
2. Frekuensi Makanan anak
3. Jenis Makanan
Sosial Ekonomi Keluarga :
1. Pendapatan Keluarga
2. Pendidikan Ibu
3. Pekerjaan Ibu

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah survei yang bersifat observasional dengan desain

penelitian cross sectional.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Rantau Selatan Kabupaten

Labuhanbatu. Pemilihan lokasi ini karena pada saat survey awal, peniliti

menemukan masalah stunting di SMP Negeri 2 Rantau Selatan yaitu

ditemukannya 112 (35%) siswa stunting yang diukur menggunakan antropometri

dengan indeks TB/U.

3.2.2 Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2017.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa stunting kelas VII, VIII,

dan IX yang diukur dengan menggunakan antropometri dengan indeks TB/U yang

berjumlah 112 siswa di SMP Negeri 2 Rantau Selatan. Sampel pada penelitian ini

merupakan seluruh populasi.

33

Universitas Sumatera Utara


34
34

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Pengumpulan data primer yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise yang dilakukan peneliti

sendiri.

2. Pengukuran pengetahuan gizi seimbang dengan menggunakan kuisioner

yang telah dibuat oleh peneliti. Pengukuran ini dilakukan oleh peneliti

sendiri.

3. Pengukuran pola makan dilakukan dengan wawancara kuisioner yang

diperoleh dari lembar food recall 24 jam dan FFQ (Food Frequency

Questionaire). Pengukuran ini dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh

pihak puskesmas yang berjumlah 3 orang.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah gambaran umum sekolah, data

siswa (seluruh jumlah siswa dan jumlah siswa per kelas) dan data sosial ekonomi

keluarga (pendidikan, pekerjaan dan penghasilan orang tua) yang diperoleh dari

catatan pihak sekolah SMP Negeri 2 Rantau Selatan.

3.5. Defenisi Operasional

a) Pengetahuan gizi seimbang adalah pemahanan siswa tentang gizi

seimbang dengan menjawab pertanyaan yang diperoleh dengan

menggunakan kuisioner .

b) Pola makan adalah semua makanan dan minuman, mulai dari jumlah,

frekuensi, dan jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi kemudian di

Universitas Sumatera Utara


35
35

konversikan berdasarkan kecukupan gizi yang dihitung menggunakan food

recall dan food frekuensi.

c) Jumlah makanan adalah banyaknya asupan makanan yang dimakan siswa,

kemudian dikonversikan dalam (energi, protein, dan vitamin).

d) frekuensi makan adalah seberapa sering siswa mengonsumsi jenis makanan

tertentu dalam satu hari atau satu minggu.

e) Jenis makanan adalah ragam makanan yang dikonsumsi dalam satu hari

mencakup makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah dan susu.

f) Riwayat penyakit adalah penyakit infeksi yang di derita siswa dalam

waktu satu bulan terakhir.

g) Pendidikan orang tua adalah tingkat/jenjang pendidikan terakhir yang

pernah diikuti oleh ibu dan memperoleh ijazah yang sah.

h) Pekerjaan orang tua adalah jenis kegiatan rutin yang dilakukan ibu dan

menghasilkan penghasilan dan dinyatakan dengan bekerja atau tidak

bekerja.

i) Pendapatan adalah total penghasilan per bulan dalam nilai rupiah yang

diperoleh keluarga berdasarkan akumulasi pendapatan ayah dan ibu.

j) Stunting adalah suatu keadaan status gizi kurang yang dihitung

berdasarkan antropometri tinggi badan menurut umur (TB/U) dimana nilai

Z-score <-2 SD (standar deviasi).

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen (alat) yang digunakan untuk mendukung penelitian ini dalam

pengumpulan data. Instrument penelitian yang digunakan pada penelitian ini

adalah :

Universitas Sumatera Utara


36
36

1. Kuisioner

Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden (menurut nasir dalam neni, 2016).

Kuisioner digunakan untuk memperoleh data mengenai pengetahuan gizi

seimbang, pola makan, riwayat penyakit dan sosial ekonomi keluarga.

2 Alat ukur tinggi badan (microtoise)

Microtoise digunakan untuk mengukur tinggi badan anak SMP dengan

ketelitian 0,1cm.

3. Lembar kuisioner FFQ

Digunakan untuk mengetahui frekuensi makan anak stunting.

4. Lembar recall 24 jam

Digunakan untuk mengetahui tingkat konsumsi mulai dari jumlah dan

jenis makanan yang dikonsumsi anak stunting yang dilakukan selama 2

hari yaitu pada hari senin dan jumat.

5. Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)

Daftar makanan dengan jumlah zat gizi yang telah ditentukan dan

digunakan peneliti sebagai pedoman dalam terlaksananya penelitian ini.

3.7 Aspek Pengukuran

3.7.1 Pengetahuan Gizi Seimbang

Pengetahuan siswa/siswi tentang gizi seimbang yang diperoleh dengan

menjawab pertanyaan menggunakan kuesioner yang berisi 15 pertanyaan pilihan

ganda. Jawaban yang benar diberi nilai 1 dan yang salah diberi nilai 0.

Universitas Sumatera Utara


37
37

Pengukuran tingkat pengetahuan gizi seimbang dalam penelitian ini dibedakan

atas dua kategori. Jawaban yang diperoleh dari responden akan dikategorikan

menjadi baik dan kurang. Kategori aspek pengetahuan gizi berdasarkan Ridwan

(2009) yaitu :

a. Baik, apabila skor ≥50 % dari skor maksimal

b. Kurang, apabila skor < 50% dari skor maksimal

3.7.2 Pola makan

1. Jumlah makanan

Jumlah makanan diukur menggunakan Metode food recall 24 jam yang

dilakukan selama dua hari yaitu, hari senin dan jumat. Jumlah makanan

dinyatakan dalam satuan Ukuran Rumah Tangga (URT), seperti piring, sendok,

gelas dan mangkok kemudian di konversikan dalam bentuk gram, dan dihitung

berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan. Hasil pengukuran, dibandingkan

dengan Daftar Kecukupan Gizi rata-rata yang dianjurkan berdasarkan umur dan

jenis kelamin (Supariasa, 2001) :

Konsumsi zat gizi makanan per hari


TK = x 100%
Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Setelah zat gizi makro (energi dan protein) yang dikonsumsi didapat dalam

bentuk persen, hasil persen tersebut akan dikategorikan atas (WNPG, 2004) :

a. Baik : jika dikonsumsi ≥ 80 % dari AKG


b. Kurang : jika dikonsumsi < 80 % dari AKG

Universitas Sumatera Utara


38
38

Setelah jumlah zat gizi mikro (vitamin A) yang dikonsumsi didapat dalam

bentuk persen, hasil persen tersebut akan dikategorikan atas (WNPG, 2004) :

a. Baik : apabila jumlah zat gizi yang dikonsumsi 80-110 % dari AKG

b. Kurang : apabila jumlah zat gizi yang dikonsumsi < 80 % dari AKG

2. Frekuensi makan

Frekuensi makan diperoleh melalui wawancara kepada siswa/i

menggunakan food frequency selanjutnya dikategorikan menjadi :

1. Sering : 4-6x/minggu
2. Kadang-kadang : 1-3 kali/minggu
3. Jarang : 1-2x/bulan
4. Tidak pernah

3. Jenis makanan

Jenis makanan diperoleh melalui wawancara kepada siswa/i menggunakan

food recall 24 jam sebanyak dua kali. Selanjutnya jenis makanan dikategorikan

menjadi :

a. Lengkap : ≥ 3 jenis (makanan pokok, ikan, sayur, buah-buahan dan susu)

b. Tidak lengkap : < 3 jenis (makanan pokok, ikan, dan sayur/buahan/susu).

3.7.3 Riwayat penyakit

Dalam pengukuran kali ini, penyakit infeksi yang diambil peneliti adalah

jenis penyakit infeksi. Dikatakan “sakit” jika seseorang pernah mengalami

penyakit infeksi. Sebaliknya, dikatakan “tidak sakit’’ jika seseorang tidak pernah

mengalami penyakit infeksi, dengan kategori sebagai berikut :

a. Tidak sakit : jika anak tidak mempunyai riwayat penyakit

b. Sakit : jika anak mempunyai riwayat penyakit

Universitas Sumatera Utara


39
39

3.7.4 Sosial Ekonomi Keluarga

1. Pendapatan keluarga

Jumlah penghasilan perbulan yang diperoleh berdasarkan akumulasi

pendapatan ibu dan ayah yang diakumulasikan menjadi pendapatan keluarga guna

mencukupi kebutuhan sehari-hari sesuai dengan Upah Minimum Kota Labuhan

batu (2016) dengan kategori:

a. Cukup : ≥ Rp. 2.085.050

b. Rendah : < Rp. 2.085.050

2. Pendidikan Ibu

Dikatakan berpendidikan tinggi jika ibu dari responden lulus SMA/SMK

sederajat. Rendah jika ibu hanya lulus SD/SMP. Kategori pendidikan sebagai

berikut:

a. Tinggi : jika ibu lulus SMA/D-3/S1

b. Rendah : jika ibu hanya lulus SD/SMP

3. Pekerjaan Ibu

Kegiatan rutin yang dilakukan ibu yang menghasilkan penghasilan yang

diakumulasikan menjadi pendapatan keluarga, dengan kategori sebagai berikut:

a. Bekerja : jika ibu bekerja sebagai PNS/POLRI/Tani/Buruh/Swasta

b. Tidak Bekerja : jika ibu tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, dan sebagai

ibu rumah tangga.

3.7.5 Stunting (WHO, 2007) :

a. Pendek : jika nilai simpangan baku -3 ≤ Z ≤ -2 SD

b. Sangat Pendek : jika nilai simpangan baku < -3 SD

Universitas Sumatera Utara


40
40

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

3.8.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan alat bantu

komputer. Langkah-langkah pengolahannya adalah sebagai berikut :

a. Data pengetahuan gizi didapat dengan menggunakan kuisioner dan diolah

secara manual kemudian hasilnya di sajikan kedalam tabel menggunakan

microsoft excel.

b. Data pola makan didapat dengan menggunakan lembar food recall 24 jam dan

FFQ (Food Frequency Questionaire) kemudian diolah secara manual

kemudian hasilnya disajikan kedalam tabel menggunakan microsoft excel.

c. Data riwayat penyakit di dapat dengan menggukanan kuesioner kemudian

disajikan dalam bentuk Microsoft excel.

d. Data status sosial ekonomi keluarga didapat dengan menggukanan data

skunder dari sekolah kemudian diolah secara manual dan disajikan dalam

bentuk Microsoft excel.

e. Perhitungan stunting pada remaja dilakukan dengan menggunakan

antropometri 2007.

Data yang telah didapat kemudian diolah dengan:

a. Editing yaitu melihat dan memeriksa kelengkapan data yang dikumpulkan.

b. Coding yaitu member kode atau angka angka tertentu pada kuisioner.

c. Entri data dalam computer

d. Cleaning data yaitu pemeriksaan ulang data yang telah di entri.

Universitas Sumatera Utara


41
41

3.8.2 Analisis Data

Data yang telah selesai dikumpulkan kemudian akan diolah menggunakan

aplikasi komputer dan akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

kemudian dapat dianalisis secara deskriptif.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMP Negeri 2 Rantau Selatan beralamat di Jl. HM. Said No. 226

Perdamean Sigambal Kabupaten Labuhanbatu dibawah pimpinan bapak H. Junidi

S.pd.M.Pd dengan jumlah siswa sebanyak 830 orang. Jumlah guru sebanyak 38

orang dengan staf tata usaha dan penjaga sekolah. SMP Negeri 2 Rantau Selatan

ini memiliki sarana dan prasarana antara lain yaitu ruang kelas sebanyak 23 kelas,

perpustakaan, laboratorium , musholla, dan UKS masing-masing 1 ruang, kamar

mandi siswa dan guru sebanyak 6 ruang dan terdapat 1 lapangan yang biasa

digunakan siswa/i untuk kegiatan ekstrakulikuler. SMP Negeri 2 Rantau Selatan

juga sering mendapat penyuluhan dari pihak Puskesmas terkaitan kegiatan

penyuluhan kesehatan dan pemantauan tinggi badan dan berat badan siswa yang

dilakukan 3 bulan sekali. Namun berdasarkan hasil penelitian, umumnya siswa/i

mengonsumsi jajanan yang ada di kantin seperti chiki-chiki, makanan tradisional

seperti bakso, mie sop, gorengan yang di jual di kantin sekolah.

4.2 Karakteristik Anak Stunting di SMP Negeri 2 Rantau Selatan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, distribusi frekuensi anak stunting

dengan kategori pendek dan sangat pendek di SMP Negeri 2 Rantau Selatan

berdasarkan karakteristik responden yaitu kelas, jenis kelamin dan umur dapat

dilihat pada tabel 4.1 berikut :

42
Universitas Sumatera Utara
43
43

Tabel 4.1 Karakteristik anak stunting di SMP Negeri 2 Rantau selatan


No Karakteristik Anak Stunting n (112) %
1. Jenis Kelamin
Laki- laki 46 41,1
Perempuan 66 58,9
2. Umur
13 tahun 57 50,9
14 tahun 46 41,1
15 tahun 9 8,0

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa anak stunting dengan jenis kelamin

perempuan yang lebih mendominasi sebanyak 66 anak (58,9 %) dengan rentang

umur tertinggi yaitu 13 tahun sebanyak 57 anak (50,9 %).

4.3 Kategori Anak Stunting

Stunting didapatkan dari pengukuran tinggi badan anak yang kemudian

dilihat berdasarkan Z-score TB/U. Distribusi frekuensi status stunting dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2 Distribusi Anak Sunting di SMP Negeri 2 Rantau Selatan


No Stunting n %
1. Pendek 87 77,7
2. Sangat pendek 25 22,3
Total 112 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa di SMP Negeri 2

Rantau Selatan anak dengan status stunting pendek sebesar 87 anak (77,7 %) dan

terdapat 25 anak (22,3%) dengan status stunting sangat pendek.

4.4 Pengetahuan Gizi Seimbang

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 2 Rantau

Selatan pada 112 anak stunting, maka distribusi frekuensi pengetahuan anak

stunting tentang gizi seimbang dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


44
44

Tabel 4.3 Distribusi Pengetahuan Anak tentang Gizi Seimbang di SMP


Negeri 2 Rantau Selatan.
No Pengetahuan Gizi Seimbang n %
1. Baik 94 83,9
2.. Kurang 18 16,1
Total 112 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa terdapat 94 (83,9%) anak

memiliki pengetahuan yang baik tentang gizi seimbang dan anak dengan

pengetahuan kurang sebanyak 18 (16,1%) di SMP Negeri 2 Rantau Selatan.

4.5 Pola Makan

4.5.1 Jumlah Makanan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan metode recall 24 jam

dapat dilihat bahwa pada umumnya anak stunting mengkonsumsi asupan energi,

protein, vitamin A dalam jumlah sedikit sehingga kurang memenuhi Angka

Kecukupan Gizi (AKG) yang telah dianjurkan. Distribusi asupan energi, protein,

dan vitamin a anak stunting dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4 Distribusi Kecukupan Energi, Protein dan Vitamin A Anak


Stunting di SMP Negeri 2 Rantau Selatan.
No Kecukupan Zat Gizi n (112) %
1. Energi
Baik 9 8,0
Kurang 103 92,0
2. Protein
Baik 13 11,6
Kurang 99 88,4
3. Vitamin A
Baik 6 5,4
Kurang 106 94,6

Universitas Sumatera Utara


45
45

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa tingkat kecukupan energi anak

stunting dalam kategori baik sebanyak 9 anak (8,0%), dan dalam kategori kurang

mencapai 103 anak (92,0%). Hasil survei yang didapat untuk kecukupan protein

anak stunting dengan kategori baik sebanyak 13 anak (11,6%), dan untuk kategori

kurang sebanyak 99 anak (88,4%). Angka kecukupan vitamin a tertinggi yaitu

pada kategori kurang sebanyak 106 anak (94,6%) dan untuk kategori baik

sebanyak 6 anak ( 5,4%).

Rata-rata asupan energi yang dikonsumsi sebesar 1127,4 kkal dengan

jumlah konsumsi energi minimum sebesar 124,6 kkal dan maksimum sebesar

2730,0 kkal. Sementara asupan vitamin A rata-rata dikonsumsi sebesar 28,6 mgc.

sedangkan asupan protein, 28,85 gram.

4.5.2 Frekuensi Makan

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa (100,0%) anak

mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok dengan frekuensi 4-6 kali/minggu dan

jagung menjadi jenis makanan pokok yang jarang dikonsumsi anak (85,7%)

dengan frekuensi 1-2 kali/bulan. Ikan adalah makanan sumber protein tertinggi

yang dikonsumsi anak stunting yaitu sebesar (100,0%) dengan frekuensi 4-6

kali/minggu sementara daging menjadi jenis makanan sumber protein yang jarang

dikonsumsi anak (66,1%) dengan frekuensi 1-2 kali/bulan dengan alasan faktor

sosial ekonomi yang kurang. Konsumsi sayuran tertinggi adalah jenis sayur

kangkung sebanyak (81,3%) dengan frekuensi 1-3 kali/minggu dan kebanyakan

anak stunting di SMP Negeri 2 Rantau Selatan jarang mengkonsumsi buah-

buahan, bahkan ada 4 anak (3,6%) yang tidak pernah mengkonsumsi buah-buahan

Universitas Sumatera Utara


46
46

jenis pepaya dengan alasan tidak suka dan untuk jajanan, (100,0%) anak

mengkonsumsi chiki dengan frekuensi 4-6 kali/minggu, sedangkan anak yang

mengkonsumsi susu sebanyak (20,5%) dengan frekuensi 4-6 kali/minggu).

Frekuensi makanan pokok selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pola Makan Berdasarkan Frekuensi yang


Dikonsumsi Anak Stunting di SMP Negeri 2 Rantau Selatan.
Frekuensi Makanan
Kelompok 4-6kali 1-3kali/ 1-2kali/ Tidak Total
Makanan Minggu minggu bulan Pernah
n % n % n % n % n %
1. Makanan pokok
Nasi 112 100,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 112 100,0
Jagung 0 0,0 16 14,3 96 0,0 0 0,0 112 100,0
Singkong 1 0,9 63 56,3 48 42,9 0 0,0 112 100,0
Mie instan 51 45,5 45 40,2 16 14,3 0 0,0 112 100,0
Roti 62 55,4 41 36,6 9 8,0 0 0,0 112 100,0
2. Sumber Protein
Daging 0 0 38 33,9 74 66,1 0 0 112 100,0
Ikan 112 100,0 0 0 0 0 0 0 112 100,0
Telur 64 57,1 47 42,0 1 0,9 0 0 112 100,0
Tahu 14 12,5 43 38,4 54 48,2 1 0,9 112 100,0
Tempe 43 38,4 56 50,0 13 11,6 0 0 112 100,0
3. Sayuran
Bayam 5 4,5 87 77,7 19 17,0 1 0,9 112 100,0
Kangkung 6 5,4 91 81,3 15 13,4 0 0 112 100,0
Daun ubi 6 5,4 85 75,9 21 18,8 0 0 112 100,0
Brokoli 0 0 21 18,8 91 81,3 0 0 112 100,0
4. Buah
Apel 0 0 17 15,2 95 84,8 0 0 112 100,0
Jeruk 0 0 87 77,7 25 22,3 0 0 112 100,0
Pisang 12 10.7 80 71,4 19 17,0 1 0.9 112 100,0
Papaya 17 15,2 57 50,9 34 30,4 4 3,6 112 100,0
Semangka 7 6,3 85 75,9 20 17,9 0 0 112 100,0
5. Jajanan
Susu 23 20,5 55 49,1 34 30,4 0 0 112 100,0
Bakso 51 45,5 55 49,1 6 5,4 0 0 112 100,0
Gorengan 61 54,5 48 42,9 3 2,7 0 0 112 100,0
Chiki 112 100,0 0 0 0 0 0 0 112 100,0
Permen 38 33,9 67 59,8 7 6,3 0 0 112 100,0
Ice cream 3 2,7 60 53,6 49 43,8 0 0 112 100,0

Universitas Sumatera Utara


47
47

4.5.3 Jenis Makanan

Berdasarkan tabel 4.6 dibawah, dapat dilihat bahwa rata-rata konsumsi

makanan berdasarkan jenis yang dikonsumsi anak stunting di SMP Negeri 2

Rantau Selatan tidak lengkap sebesar 90,2%. Hal ini terjadi karena anak stunting

tersebut tidak membiasakan diri sarapan pagi sehingga pada siang hari anak

mengganti makanan pokoknya dengan jajanan sekolah berupa bakso, mie,

gorengan dan chiki. Pada malam harinya anak juga jarang mengkonsumsi

makanan pokok karena kebanyakan dari mereka mengkonsumsi jajanan disore

hari. Frekuensi pola makan berdasarkan jenis makanan dapat dilihat selengkapnya

pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pola Makan Berdasarkan Jenis Makanan


No Jenis makanan n %
1. Lengkap 11 9,8
2. Tidak lengkap 101 90,2
Total 112 100,0

4.6 Riwayat Penyakit

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa sebagian besar anak

stunting yang tidak memiliki riwayat penyakit infeksi yaitu 66 (57,1%). Namun,

ada 48 (42,9%) anak yang memiliki riwayat penyakit dengan jenis penyakit

tertinggi yang dialami anak stunting adalah diare sebanyak 24 (21,4%). Hasil

penelitian tersebut diperoleh dari kuisioner berupa pilihan ganda sebanyak 15

soal. Frekuensi riwayat penyakit selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut

ini :

Universitas Sumatera Utara


48
48

Tabel 4.7 Distribusi Riwayat Penyakit anak Stunting di SMP Negeri 2


Rantau Selatan
No Riwayat Penyakit N %
1. Sakit 48 42,9
2. Tidak sakit 64 57,1
Total 112 100,0

4.7 Sosial Ekonomi Keluarga

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa kebanyakan ibu dari anak

stunting berpendidikan tinggi sebesar (51,8 %) dengan rata-rata ibu tidak berkerja

karena hanya sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sebesar (66,1%) dan rata-rata

pendapatan keluarga anak stunting yaitu berpendapatan rendah dengan

penghasilan (<Rp.2.085.050). Distribusi frekuensi sosial ekonomi keluarga dapat

dilihat dari tabel 4.8 berikut ini :

Tabel 4.8 Distribusi Sosial Ekonomi Keluarga Anak Stunting di SMP Negeri
2 Rantau Selatan
No Status Sosial Ekonomi N %
1. Pendidikan Ibu
Tinggi 58 51,8
Rendah 54 48,2
2. Pekerjaan Ibu
Bekerja 38 33,9
Tidak Bekerja 74 66,1
3. Pendapatan Keluarga
Cukup 49 43,8
Rendah 63 56,3
Total 112 100,0

4.8 Pengetahuan Gizi Seimbang Berdasarkan Kategori Stunting.

Distribusi pengetahuan gizi seimbang anak stunting di SMP Negeri 2

Rantau Selatan berdasarkan kategori stunting dapat dilihat selengkapnya dari tabel

berikut :

Universitas Sumatera Utara


49
49

Tabel 4.9 Tabulasi Silang Pengetahuan Gizi Seimbang Anak Stunting di SMP
Negeri 2 Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting
Pengetahuan Gizi Seimbang
Total
Katagori Stunting Baik Kurang p
n % n % n %

Pendek 74 85,1 13 14,9 87 100,0


0,545
Sangat pendek 20 80,0 5 20,0 25 100,0

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa sebagian besar anak pendek dan

sangat pendek memiliki pengetahuan gizi seimbang dengan kategori baik. Pada

anak dengan kategori pendek sebesar (85,1%) dan pada anak dengan kategori

yang sangat pendek sebesar (80,0%) dengan nilai (p=0,545).

4.9 Pola Makan Berdasarkan Kategori Stunting.

4.9.1 Jumlah Asupan Makanan Berdasarkan Kategori Stunting

Berikut distribusi asupan energi, protein dan vitamin a anak stunting di

SMP Negeri 2 Rantau Selatan berdasarkan kategori stunting dapat dilihat

selengkapnya dari tabel berikut :

Tabel 4.10 Tabulasi Silang Kecukupan Energi Anak Stunting di SMP Negeri
2 Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting.
Kecukupan Energi
Total
Katagori Stunting Baik Kurang p
n % n % n %
Pendek 8 9,2 79 90,8 87 100,0
0,681
Sangat pendek 1 4,0 24 96,0 25 100,0

Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa sebagian besar anak pendek

mengalami kecukupan energi yang kurang sebanyak 79 anak (90,8%) dan

kecukupan energi baik hanya sebagian kecil dari anak pendek sebanyak 8 anak

Universitas Sumatera Utara


50
50

(9,2%). Sama hal dengan anak pendek bahwa hampir seluruh anak sangat pendek

mengalami kekurangan energi sebesar (96,0 %) dengan nilai (p=0,681).

Tabel 4.11 Tabulasi Silang Kecukupan Protein Anak Stunting di SMP Negeri
2 Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting
Kecukupan Protein
Total
Katagori Stunting Baik Kurang p
n % n % n %
Pendek 10 11,5 77 88,5 87 100,0
1,00
Sangat pendek 3 12,0 22 88,0 25 100,0

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa rata-rata anak pendek dan

sangat pendek memiliki tingkat kecukupan protein tergolong kurang terlihat dari

persentase anak pendek yang kurang protein sebesar (88,5 %) atau sebanyak 77

anak dan anak sangat pendek sebesar (88,0 %) dengan nilai (p=1,00).

Tabel 4.12 Tabulasi Silang Kecukupan Vitamin A Anak Stunting di SMP


Negeri 2 Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting
Kecukupan Vitamin A
Total p
Katagori Stunting Kurang Baik
n % N % n %
Pendek 84 96,6 3 3,4 87 100,0
0,124
Sangat pendek 22 88,0 3 12,0 25 100,0

Berdasarkan tabel 4.12 terlihat bahwa sebagian besar anak pendek dan

sangat pendek mempunyai kecukupan vitamin A yang tergolong kurang. Anak

pendek sebesar (96,6%) atau sebanyak 84 anak dan anak sangat pendek sebesar

(88,0%) dengan nilai (p=0,124).

4.9.2 Jenis Makanan Berdasarkan Kategori Stunting

Berikut ini distribusi jenis makanan anak stunting di SMP Negeri 2 Rantau

Selatan berdasarkan kategori stunting.

Universitas Sumatera Utara


51
51

Tabel 4.13 Tabulasi Silang Jenis Makanan Anak Stunting di SMP Negeri 2
Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting
Jenis Makanan
Tidak Total
Katagori Stunting p
Lengkap Lengkap
n % n % n %
Pendek 10 11,5 77 88,5 87 100,0
0,451
Sangat pendek 1 4,0 24 96,0 25 100,0

Berdasarkan tabel 4.17 dapat dilihat bahwa kategori pendek lebih banyak

mengonsumsi jenis makanan dengan kategori tidak lengkap sebanyak 77 anak

(88,5%) dan hanya 1 anak stunting dengan kategori sangat pendek mengkonsumsi

makanan lengkap (4,0%), selebihnya mengkonsumsi jenis makanan yang tidak

lengkap (96,0%) dengan nilai (p=0,451).

4.10 Riwayat Penyakit Berdasarkan Kategori Stunting.

Distribusi riwayat penyakit anak stunting di SMP Negeri 2 Rantau Selatan

berdasarkan kategori stunting dapat dilihat selengkapnya dari tabel berikut :

Tabel 4.14 Tabulasi Silang Riwayat Penyakit Anak Stunting di SMP Negeri 2
Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting
Riwayat Penyakit
Total
Katagori Stunting Tidak sakit Sakit p
n % N % n %
Pendek 48 55,2 39 44,8 87 100,0
0,432
Sangat pendek 16 64,0 9 36,0 25 100,0

Berdasarkan tabel 4.14 terlihat bahwa sebagian besar anak pendek dan

sangat pendek tidak memiliki riwayat penyakit infeksi. Pada anak pendek sebesar

(55,2%) atau sebanyak 48 anak dan anak sangat pendek sebesar (64,0%) atau

sebanyak 16 anak. Namun, sebagian kecil dari anak pendek mengaku pernah

memiliki riwayat infeksi penyakit sebesar (44,8%) atau sebanyak 39 anak dengan

Universitas Sumatera Utara


52
52

nilai (p=0,432) yang artinya riwayat infeksi penyakit tidak berhubungan dengan

stunting.

4.11 Status Sosial Ekonomi Berdasarkan Kategori Stunting.

Distribusi status sosial ekonomi (pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan

pendapatan keluarga) anak stunting di SMP Negeri 2 Rantau Selatan berdasarkan

kategori stunting dapat dilihat selengkapnya dari tabel berikut:

Tabel 4.15 Tabulasi Silang Pendidikan Ibu Anak Stunting di SMP Negeri 2
Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting
Pendidikan Ibu
Total
Katagori Stunting Tinggi Rendah p
n % n % n %
Pendek 44 50,6 43 49,4 87 100,0
0,632
Sangat pendek 14 56,0 11 44,0 25 100,0

Berdasarkan tabel 4.15 terlihat bahwa sebagian besar anak pendek dan

sangat pendek memiliki ibu dengan rata-rata pendidikan tinggi. Pada anak pendek

yang memiliki ibu dengan pendidikan tinggi sebesar (50,6%) atau sebanyak 44

anak dan anak sangat pendek sebesar (56,0%) atau sebanyak 14 anak dengan nilai

(p=0,632), artinya pendidikan ibu tidak berhubungan dengan kejadian stunting di

SMP Negeri 2 Rantau Selatan.

Tabel 4.16 Tabulasi Silang Pekerjaan Ibu Anak Stunting di SMP Negeri 2
Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting
Pekerjaan Ibu
Tidak Total
Katagori Stunting P
Bekerja Bekerja
n % n % n %
Pendek 30 34,5 57 65,5 87 100,0
0,817
Sangat pendek 8 32,0 17 68,0 25 100,0

Universitas Sumatera Utara


53
53

Berdasarkan tabel 4.16 terlihat bahwa rata-rata anak pendek dan sangat

pendek memiliki ibu yang tidak bekerja atau hanya sebegai ibu rumah tangga

(IRT). Hal ini terlihat dari jumlah anak pendek dengan ibu yang tidak bekerja

sebanyak 57 anak atau sebesar (65,5%) dan anak yang sangat pendek sebanyak 17

anak (68,0%) dengan nilai (p=0,817).

Tabel 4.17 Tabulasi Silang Pendapatan Keluarga Anak Stunting di SMP


Negeri 2 Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting
Pendapatan Keluarga
Total
Katagori Stunting Tinggi Rendah p
n % n % n %
Pendek 37 42,5 50 57,5 87 100,0
0,628
Sangat pendek 12 48,0 13 52,0 25 100,0

Berdasarkan tabel 4.17 terlihat bahwa rata-rata anak pendek dan sangat

pendek memiliki keluarga dengan tingkat pendapatan yang rendah. Hal ini terlihat

dari jumlah anak pendek berdasarkan tingkat pendapatan rendah sebanyak 49

anak atau sebesar (56,3%) dan anak yang sangat pendek sebanyak 14 anak atau

sebebsar (56,0%) dengan nilai (p>0,628), artinya pendapatan keluarga tidak

berhubungan dengan kejadian stunting di SMP Negeri 2 Rantau Selatan.

Universitas Sumatera Utara


BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Pengetahuan Gizi Seimbang

Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan gizi seimbang anak yang pendek di

SMP Negeri 2 Rantau Selatan dengan kategori baik sebesar (85,1%) dan pengetahuan

gizi seimbang dengan kategori baik pada anak dengan status sangat pendek sebesar

(80,0%). Hal ini terjadi salah satunya karena seluruh siswa/i di SMP Negeri 2 Rantau

Selatan mendapat penyuluhan tentang gizi seimbang dari Dinas Kesehatan Labuhan

Batu dan dari mahasiswa/i kesehatan daerah dalam waktu 3 bulan sekali. Anak

dengan pengetahuan gizi yang baik biasanya akan memperhatikan setiap makanan

yang akan dikonsumsinya. Namun berdasarkan hasil penelitian ini masih ditemukan

sejumlah anak dengan pengetahuan gizi seimbang baik tetapi memiliki status gizi

yang buruk (stunting).

5.2 Pola Makan Anak Stunting

Pola makan anak stunting di SMP Negeri 2 Rantau Selatan pada umumnya

kurang ( jenis, jumlah dan frekuensi ). Rata-rata anak stunting tidak sarapan pagi dan

tidak membawa bekal kesekolah sehingga mereka mengganti makanannya dengan

mengonsumsi jajanan yang ada di kantin seperti chiki-chiki, makanan tradisional

seperti bakso, mie sop, gorengan yang di jual di kantin sekolah, dan pada malam hari

sebagian anak stunting tidak mengkonsumsi makanan pokok karena pada sore hari

mereka sudah kenyang mengkonsumsi makanan saat di luar rumah.

54

Universitas Sumatera Utara


55
55

5.2.1 Kecukupan Energi Anak Stunting

Menurut Istiani (2013), konsumsi makanan seseorang berpengaruh terhadap

status gizi orang tersebut. Semakin baik konsumsi makanan seseorang maka akan

semakin beragam zat gizi yang terpenuhi yang menunjang pertumbuhan dan

perkembangan terutama bagi anak sekolah yang kebutuhan energi dan zat gizi lainnya

yang relatif meningkat.

Berdasarkan hasil penelitian tingkat kecukupan energi anak stunting di SMP

Negeri 2 Rantau Selatan rata-rata tergolong kurang. Anak pendek dengan kategori

konsumsi energi kurang sebesar (90,8%) dan kategori sangat pendek sebesar

(96,0%). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi anak stunting dalam

sehari masih kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang telah dianjurkan.

Kejadian ini karena makanan yang dikonsumsi sehari-hari oleh anak stunting baik di

rumah maupun dari luar rumah seperti jajanan belum bisa mencukupi kebutuhan

energi yang dibutuhkan dalam sehari. Kebiasaan anak yang tidak sarapan pagi,

jumlah asupan makanan pokok yang kurang dan frekuensi makan makanan pokok

yang dikonsumsi hanya dua kali juga mengakibatkan kebutuhan energi anak belum

tercukupi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Jumirah, dkk (2007) pada

anak sekolah dasar di Desa Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan bahwa dalam

penelitian tersebut anak yang sangat pendek umumnya mempunyai konsumsi energi

yang kurang dan defisit, sementara anak-anak yang status gizinya normal (tidak

pendek) menunjukkan konsumsi energi yang bervariasi dari tingkat konsumsi energi

Universitas Sumatera Utara


56
56

baik sampai defisit. Dengan kata lain ada anak yang tinggi badan menurut umur

normal tetapi mempunyai konsumsi energi yang defisit, sebaliknya ada anak yang

status tinggi badannya pendek dan sangat pendek mempunyai konsumsi energi yang

kurang dan sedang. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi badan sebagai indikator

pertumbuhan linier lebih merupakan refleksi dari asupan gizi masa lalu bukan masa

sekarang.

5.2.2 Kecukupan Protein Anak Stunting

Berdasarkan kategori stunting, kekurangan protein pada anak pendek sebesar

(88,5%) sedangkan pada kategori stunting sangat pendek sebesar (88,0%). Kurangnya

Konsumsi energi dan protein menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya stunting

pada siswa/i di SMP Negeri 2 Rantau Selatan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa

anak stunting rata-rata mengkonsumsi nasi dan ikan dalam seminggu sebanyak 4-6

kali. Namun kebanyakan anak stunting tidak mengkonsumsi sayur, bahkan ada

beberapa anak yang tidak pernah mengkonsumsi sayur pada jenis tertentu dengan

alasan tidak menyukai rasanya.

5.2.3 Kecukupan Vitamin A Anak Stunting

Kecukupan vitamin A dari konsumsi makanan anak stunting diperoleh dari

data food recall 24 jam yang dilakukan dua kali yaitu pada hari jumat dan senin,

dengan konsumsi paling rendah sebanyak (0,8 %) dan konsumsi yang paling tinggi

sebesar (136,6 %). Kebutuhan vitamin A dalam satu hari untuk anak laki-laki dan

perempuan usia 13-15 tahun sebanyak 600 mgc. Rata-rata konsumsi vitamin A ini

termasuk kategori kurang untuk setiap kategori usia responden. Pada anak stunting

Universitas Sumatera Utara


57
57

dengan kategori pendek mengalami kekurangan vitamin a sebanyak 84 anak (96,6%)

dan anak stunting dengan kategori sangat pendek mengalami kekurangan vitamin a

sebanyak 22 anak (88,0%).

Vitamin A sangat diperlukan untuk memelihara pertumbuhan anak dan

mempunyai efek penting terhadap keaktifan sel tulang dan tulang rawan. Selain itu

vitamin A masih bisa mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan melalui hormon

kelenjar gondok (Devi, 2012).

Kekurangan dalam konsumsi kecukupan vitamin A disebabkan dari

kurangnya kesadaran oleh anak stunting untuk membiasakan makan sayur dan buah

setiap hari. Konsumsi buah pada umumnya dikonsumsi hanya 1-3 kali dalam

seminggu. Bahkan ada beberapa anak stunting yang sama sekali tidak mengkonsumsi

buah dan sayur pada jenis tertentu, seperti bayam, papaya dan pisang dengan alasan

tidak menyukai rasa dan teksturnya. Sama halnya dengan buah sayuran juga

dikonsumsi dalam jumlah sedikit, biasanya sayuran yang dikonsumsi juga dipilih

sesuai selera anak dan yang sering dikonsumsi antara lain, bayam, kangkung daun ubi

dengan frekuensi makan 4-6 kali dalam seminggu.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hayani (2014) tentang hubungan pola

makan dan asupan serat dengan status gizi siswa/i SMPN 34 Medan bahwa konsumsi

buah dan sayuran pada hari libur dapat terlihat berbeda. Pada hari sekolah siswa/i

jarang sekali mengonsumsi buah-buahan dan sayuran yang disebabkan pada hari

sekolah siswa/i lebih banyak mengonsumsi makanan jajanan yang tersedia dikantin

sekolah.

Universitas Sumatera Utara


58
58

5.3 Riwayat Penyakit

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata anak stunting di SMP Negeri 2 Rantau

Selatan tidak memiliki riwayat penyakit infeksi. Hal ini terbukti dari hasil yang

diperoleh, dari 112 anak terdapat 64 anak yang tidak memiliki riwayat penyakit

infeksi. Pada kategori pendek yang tidak memiliki riwayat penyakit sekitar (44,8%)

dan pada kategori sangat pendek terdapat (36,0%). Namun ada beberapa anak yang

pernah mengaku pernah memiliki riwayat penyakit, antara lain penyakit diare, ispa

dan penyakit lainnya. Penyakit pada posisi tertinggi adalah jenis penyakit diare

dengan persentase (21,4%) atau sebanyak 24 anak. Stunting adalah bentuk dari proses

pertumbuhan anak yang terhambat. Sampai saat ini stunting merupakan salah satu

masalah gizi yang perlu mendapat perhatian.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Neni, 2016)

yang menyatakan bahwa riwayat infeksi yang diderita anak tidak berhubungan

dengan kejadian stunting. Hal ini menandakan status gizi khususnya stunting tidak

ditentukan oleh riwayat infeksi penyakit. Namun penelitian tersebut tidak sejalan

dengan hasil penelitian (Picauly dan Toy, 2013), yang menyatakan bahwa salah satu

faktor utama penyebab stunting yaitu asupan makanan yang tidak seimbang, berat

badan lahir rendah (BBLR) dan penyakit infeksi. Kebanyakan anak dengan asupan

makanan yang tidak seimbang, BBLR dan mempunyai riwayat penyakit infeksi

biasanya akan mengalami gagal tumbuh, dan memicu terjadinya stunting.

Universitas Sumatera Utara


59
59

5.3 Status Sosial Ekonomi Keluarga

5.3.1 Pendidikan Ibu

Berdasarkan hasil penelitian rata-rata ibu anak stunting di SMP Negeri 2

Rantau Selatan memiliki pendidikan yang tergolong tinggi. Menurut teori bahwa

orang tua yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan lebih berorientasi pada

tindakan preventif, tahu lebih banyak tentang masalah kesehatan, dan memiliki status

kesehatan keluarga yang lebih baik. Namun teori tersebut tidak sejalan dengan

penelitian ini, yang menemukan sejumlah anak stunting dengan latar belakang orang

tua yang berpendidikan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan ibu dari anak

dengan kategori pendek yang berpendidikan tinggi sebesar (50,6%) atau 44 anak. Ibu

dari anak dengan kategori sangat pendek sebesar (56,0%) atau 14 anak. Namun

terdapat beberapa anak dengan ibu yang memiliki pendidikan rendah yaitu sebanyak

43 anak (49,4%) pada anak pendek dan 11 anak (44,0%) pada anak sangat pendek.

Namun hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan yang dilakukan

(Ngaisah, 2015) menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara

pendidikan orangtua dengan kejadian stunting.

5.3.2 Pekerjaan Ibu

Berdasarkan hasil penelitian rata-rata ibu anak stunting di SMP Negeri 2

Rantau Selatan tidak memiliki pekerjaan atau sebagai ibu rumah tangga (IRT). Ibu

dari anak pendek yang tidak memiliki pekerjaan sebesar (65,5%) atau 57 anak. Ibu

dari anak sangat pendek yang tidak memiliki pekerjaan sebesar (68,0%) atau 17 anak.

Namun terdapat beberapa anak dengan ibu yang memiliki pekerjaan yaitu sebanyak

Universitas Sumatera Utara


60
60

30 anak (34,5%) pada anak pendek dan 8 anak (32,0%) pada anak sangat pendek

dengan persentase pekerjaan terbanyak adalah wiraswasta sebesar (19,6%) atau 22

anak.

5.3.3 Pendapatan Keluarga

Penelitian ini menunjukkan bahwa keluarga anak stunting lebih banyak

pendapatannya dibawah UMR. Keluarga anak pendek yang memiliki pendapatan

rendah yaitu dibawah Rp.2.085.050 sebesar (57,5%) dan keluarga dari anak sangat

pendek yang memiliki pendapatan rendah sebesar (52,0%).

Hal ini sesuai dengan pendapat Sulistyoningsih bahwa meningkatnya

pendapatan akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan

kuantitas yang lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan

menurunnya daya beli pangan yang baik secara kualitas maupun kuantitas.

Menurut peneliti sebelumnya yang dilakukan (Harniwati, 2008) bahwa

apabila penghasilan keluarga meningkat, penyediaan lauk pauk akan meningkat

mutunya. Sebaliknya, penghasilan yang rendah menyebabkan daya beli yang rendah

pula, sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan.

Hasil penelitian di Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar

menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan status gizi keluarga.

Hasil penelitian ini didukung oleh penilitian (Yunida, 2005) yang dilakukan di

Medan, menunjukkan hasil adanya hubungan antara tingkat pendapatan dengan status

gizi.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar anak stunting memiliki

pengetahuan gizi seimbang yang baik, salah satu hal ini dikarenakan siswa/i di

sekolah tersebut mendapatkan penyuluhan rutin dari berbagai instansi kesehatan.

Artinya pada penelitian kali ini, pengetahuan gizi seimbang tidak mempengaruhi

kejadian stunting.

Riwayat penyakit juga tidak mempengaruhi kejadian stunting pada penelitian

kali ini, terbukti dari hasil penelitian masih banyak ditemukan anak stunting tapi tidak

memiliki riwayat penyakit infeksi atau sekitar 55,2 % pada anak pendek dan 64,0 %

pada anak sangat pendek. Namun, pada penelitian kali ini yang menjadi penyebab

utama terjadinya stunting adalah status sosial ekonomi. Sebagian besar keluarga anak

stunting di SMP Negeri 2 Rantau Selatan tersebut memiliki pendapatan yang

tergolong rendah ( < Rp. 2.085.050). Hal ini menjadikan daya beli keluarga terhadap

bahan makanan kurang karena harga bahan pangan di daerah tersebut juga tergolong

tinggi, sehingga dapat mempengaruhi pola makan anak stunting di SMP Negeri 2

Rantau Selatan. Jika dalam waktu yang cukup lama, hal tersebut dapat mempengaruhi

status gizinya atau terjadinya stunting. ketidakadaan lahan pertanian yang bisa

digunakan keluarga untuk menanami bahan makanan sebagai salah satu upaya

perbaikan gizi juga menjadi alasan terjadinya stunting di SMP Negeri 2 Rantau

Selatan.

61

Universitas Sumatera Utara


62

6.2 Saran

1. Perlu adanya sosialisasi dari pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu

untuk masyarakat khususnya masyarakat yang berpenghasilan rendah terkait

pola makan yang baik.

2. Perlu dilakukan kerjasama antara Pemerintah Kota Labuhan Batu dan pihak

sekolah untuk memberikan makanan tambahan kepada siswa/i di SMP Negeri

2 Rantau Selatan khususnya pada anak yang berpenghasilan rendah.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Aditianti., Prihartini, S., Hermina., 2016. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku


Individu tentang Makanan Beraneka Ragam sebagai Salah Satu
Indikator Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). Buletin penelitian kesehatan,
Vol.44, No. 2, Juni 2016: 117-126. Jakarta.

Adriana, M dan Bambang W. 2012. Kehidupan Peranan Gizi Dalam Siklus.


Jakarta, Kencana.

Almatsier, S. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.

Anindita, P. 2012. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu, Pendapatan keluarga,


Kecukupan Protein & Zink dengan Stunting pada Balita 6-35 Bulan di
Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Jurnal kesehatan masyarakat
FKM UNDIP.

Anisa, P. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada


balita usia 25-60 bulan di kelurahan kalibaru depok tahun 2012. Skripsi :
universitas indonesia, fakultas kesehatan masyarakat.

Arisman. 2008. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Buku ajar ilmu gizi edisi kedua
Jakarta, Buku Kedokteran EGC.

Ariani, AP. 2017. Ilmu Gizi. Yogyakarta, Nuha Medika.

Badan Pusat Statistik. 2016. Upah Minimum Regional Provinsi Samatera Utara.
Medan, BPS. (online : diakses pada 25 juli 2017 )

Cakrawati dan Mustika. 2011. Bahan Pangan, Gizi, Kesehatan. Bandung. Alfabeta.

Devi, N. 2012. Gizi Anak Sekolah. Jakarta. Kompas.

Dewi, I.A dan Adhi, K.T. 2016. Pengaruh Konsumsi Protein dan Seng Serta
Riwayat Penyakit Infeksi Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Balita
Umur 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Nusa Penida III. Jurnal :
Kesehatan Masyarakat FK UNUD

Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu. 2015. Profil Kesehatan Kabupaten


Labuhanbatu.

63
63
Universitas Sumatera Utara
Harniwita. 2008. Pengaruh Tingkat Pendapatan Terhadap Gizi Keluarga Di
Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. Vol. IX, No.
1. Jurnal Kesehatan Masyarakat

Hayani, F. 2014. Hubungan Pola Makan dan Asupan Serat dengan Status Gizi Pada
Siswa/i di SMP Negeri 34 Medan Tahun 2014. Skripsi. Medan : Universitas
Sumatera Utara.

Henny, M. 2012. Analisis Faktor Resiko Stunting Pada Anak Sekolah Dasar di
Kabupaten Tapanuli Utara. Tesis : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.

Jumirah, Zulhaida, dan Evawany. 2008. Status Gizi dan Tingkat Kecukupan Energi
dan Protein Anak Sekolah Dasar di Desa Namo Gajah, Kecamatan Medan
Tuntungan. Medan : FKM USU.

Kemeterian kesehatan RI. 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta, Depkes
(Online : Diakses pada 14 desember 2016).

_. 2013. Angka kecukupan Gizi Indonesia. Jakarta,


Permenkes RI.

. 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar ( RIKESDAS)


Republik Indonesia 2013. Jakarta, Depkes RI

. 2014. Pedoman Umum Survei Konsumsi Makanan


Individu (SKMI). Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Kusumawati E, dkk. 2015. Model Pengendalian Faktor Resiko stunting pada


Anak Usia dibawah Tiga Tahun. Jurnal : Kesehatan Masyarakat Nasional
Vol. 9, No.3.

Munthofiah, S. 2008. Hubungan antara Pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu


dengan status gizi anak balita. Tesis : Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta.

Neni, H. 2016. Hubungan Antara Riwayat Penyakit Infeksi dan Tingkat


Konsumsi dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 25-59 Bulan (studi
di wilayah kerja puskesmas kalisat kabupaten jember). Skripsi : Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.

64
64
Universitas Sumatera Utara
Ngasiah, D. 2015. Hubungan Sosial Ekonomi dengan Kejadian Stunting pada
Balita di Desa Kanigoro, Saptosari, Gunung. Jurnal : Medika Respati
Kidul, Vol X No 4.

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta, Rineka cipta.

. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka cipta.

Oktari, L. 2010. Gambaran Pola Konsumsi Anak Stunting di SDN 064994


Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan. Skripsi :
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Picauly,I dan S.M. Toy. 2013. Analisis Determinan dan Pengaruh Stunting Terhadap
Prestasi Belajar Anak Sekolah di Kupang dan Sumba Timur, NTT. Jurnal
Pangan dan Gizi Volume 8 Nomor 1. Hal.56, 60. Kupang : Universitas Nusa
Cendana.

Ridwan. 2009. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Samba, R. D. dan Bloem, M. W. 2001. Nutrition and Health In Developing


Countries. Human Press. Totowa, New Jersey.

Suci, S.P. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Makan


Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2011. Skripsi : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Sustainable Cocoa Production Program (SCCP). 2013. Gizi Rumah Tangga dan
Pengelolahan Makanan. Swiss Confederation : Federal department of
Economic Affairs.

Sulastri, D. 2012. Faktor determinan kejadian stunting pada anak usia sekolah di
kecamatan libuk kilangan kota padang. Jurnal : Majalah Kedokteran
Andalas Vol 36 No.1.

Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta, Buku Kedokteran EGC.

The Lencet. 2008. The Lencet’s Series Maternal and Child Undernutrition,
Executive Summary.

65
65
Universitas Sumatera Utara
UNICEF Indonesia. 2012. Ringkasan kajian kesehatan ibu dan anak. Jakarta.

. 2014. Booklet pesan Utama: Paket Pemberian Makan Bayi


dan Anak. Jakarta: Millenium Challenge Account Indonesia dan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).

Word Health Organization. 2007. Growth reference 5-19 years. Jewena. WHO
Interim Guidelines.

. 2013. Perfection Prevention and Control of Epidemic-


and Pendemic-prone Acute Respiratory Disease in Health Care. Jenewa
WHO Interim Guidelines.

Widianti, YA. 2016. Prevalensi, Faktor Resiko, dan dampak Stunting pada Anak
Usia Sekolah. Jurnal : universitas slamet riyadi, Surakarta.

Wignjosoebroto, S. 2008. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya, Guna


widia.

Yunida, E. 2005. Hubungan Status Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Berat


Badan dan Tinggi Badan Anak Baru Masuk Sekolah Di SD Negeri
No.06083 Kota Medan. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.

Yusuf, AM. 2014. Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian


Gabungan. Jakarta, Prenada Media Group.

66
66
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Karakteristik siswa

KARAKTERISTIK SISWA

Gambaran Pengetahuan Gizi Seimbang, Pola Makan, Riwayat Penyakit, dan Sosial Ekonomi

Keluarga Anak stunting di SMP Negeri 2 Rantau Selatan.

A. DATA UMUM

Nomor responden :

Tanggal wawancara :

B. DATA RESPONDEN :

Nama :

Kelas :

Jenis Kelamin :

Tanggal lahir :

Umur :

Tinggi badan :

Pendidikan Orangtua ( ibu ) :

Pekerjaan Orangtua ( ibu ) :

Pendapatan Orang Tua :

a. Ayah :

b. Ibu :

67
67
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Form Food Frekuency Question

FORMULIR FREKUENSI MAKANAN


Nama Responden :

FREKUENSI
JENIS MAKANAN
MAKANAN
4-6x/minggu 1-3x/minggu 1-2x/bulan Tidak Pernah

1. Makanan
Pokok
a. Nasi
b. Jagung
c. Mie
d. Singkong
d. Roti

2. Sumber
Protein
a. Daging
b. Ikan
c. Telur
d. Tahu
e. Tempe

3. Sayur-sayur
a. Bayam
b. Kangkung
c. Daun Ubi
d. Brokoli

4. Buah
a. Apel
b. Jeruk
c. Pisang
d. Papaya
e. Semangka

5. Makanan
Lainnya
a. Susu
b. Bakso
c. Gorengan
d. Chiki
e. Permen
f. Ice cream

68
68
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Form recall 24 jam

FORMULIR METODE FOOD RECALL 24 JAM


Nomor Responden :
Nama :
Hari/Tanggal :

Bahan
Waktu Makanan
makan
Nama Masakan Nama Bahan Banyaknya Makanan
Makanan
URT Berat (gr)
Pagi / Jam

Snack

Siang/ Jam

Snack

Malam /
Jam

(*) URT = Ukuran Rumah Tangga, Misalnya : piring, sendok, mangkok, gelas, dll.

69
69
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Kuesioner

KUESIONER PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG

A. Petunjuk Pengisian Kuisioner

1. Jawablah pertanyaan dengan baik dan jujur.

2. Jawab dengan menggunakan silang (X) pada jawaban pilihan anda.

3. Data ini akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

B. Daftar Identitas Responden

TANGGAL WAWANCARA :

KODE RESPONDEN :

NAMA :

UMUR :

KELAS :

C. Pengetahuan

1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan gizi seimbang?

a. Pola makan yang jumlah dan menunya sesuai dengan keinginan kita sendiri yang

bertujuan untuk mengenyangkan.

b. Makanan yang dikonsumsi sehari-hari, enak dan mengenyangkan.

c. Susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah

yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. (b)

2. Apa yang anda ketahui tentang tumpeng gizi seimbang ?

70
70
Universitas Sumatera Utara
a. Kelompok bahan makanan yang terdiri dari 4 sehat dan 5 sempurna.

b. Kelompok bahan makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran,

dan susu sebagai pelengkap.

c. Gambar segitiga sebagai pedoman gizi seimbang yang terdiri dari berbagai jenis

makanan, aktivitas tubuh, dan perilaku hidup bersih dan sehat. (b)

3. Manfaat makanan yang anda makan adalah :

a. Memenuhi kebutuhan gizi tubuh, sumber tenaga, pengatur dan pembangun. (b)

b. Untuk memenuhi kebutuhan sosial.

c. Supaya kenyang.

4. Dalam bahan makanan di bawah ini, yang menjadi sumber utama zat tenaga adalah :

a. Beras, jagung, umbi-umbian dan roti. (b)

b. Sayur-sayuran dan buah-buahan.

c. Kacang-kacangan, tahu, telur, daging.

5. Dalam bahan makanan di bawah ini, yang menjadi sumber zat pengatur adalah :

a. Beras, jagung, umbi-umbian dan roti.

b. Sayur-sayuran dan buah-buahan. (b)

c. Kacang-kacangan, tahu, telur, daging.

6. Dalam bahan makanan di bawah ini, yang menjadi sumber zat pembangun adalah :

a. Beras, jagung, umbi-umbian dan roti.

b. Sayur-sayuran dan buah-buahan.

c. Kacang-kacangan, tahu, telur, daging. (b)

7. Dalam satu hari, berapa banyak sebaiknya makan makanan yang mengandung

karbohidrat?

71
71
Universitas Sumatera Utara
a. 1-2 porsi sehari

b. 3-4 porsi sehari (b)

c. 5-6 porsi sehari

8. Barapa banyak sebaiknya makan makanan lauk hewani?

a. 2-4 porsi sehari (b)

b. 3-4 porsi sehari

c. 5-6 porsi sehari

9. Berapa banyak sebaiknya makan sayur?

a. 1-2 porsi sehari

b. 3-4 porsi sehari (b)

c. 5-6 porsi sehari

10. Berapa banyak seharusnya makan buah-buahan?

a. 2-3 porsi sehari (b)

b. 3-5 porsi sehari

c. 5-7 porsi sehari

11. Mengkonsumsi banyak sayur dan cukup buah-buahan sangat baik, karena :

a. Memperlancar saluran pencernaan (b)

b. Menghambat proses pencernaan

c. Meningkatkan nafsu makan anak

12. Menurut anda, manfaat sarapan adalah :

a. Memelihara ketahanan tubuh (b)

b. Meningkatkan konsentrasi belajar

c. Agar tidak ngantuk

72
72
Universitas Sumatera Utara
13. Menurut anda, manfaat olahraga adalah:

a. Meningkatkan kebugaran tubuh (b)

b. Mencegah kelebihan berat badan

c. Membantu mengatur nafsu makan

14. Berapa banyak air sebaiknya dikonsumsi dalam sehari?

a. 8-12 gelas

b. 6-8 gelas (b)

c. 4-6 gelas

15. Pernyataan dibawah ini yang benar, kecuali..

a. Mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir. (b)

b. Mencuci tangan dengan air

c. Mencuci tangan sebelum makan

D. Riwayat Penyakit

1. Apakah dalam satu bulan terakhir ini anda pernah menderita penyakit infeksi?

a. Ya

b. Tidak

2. Dibawah ini penyakit infeksi yang pernah anda alami.

a. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

b. Diare

c. Demam berdarah

d. Infeksi usus

e. Lainnya…..(sebutkan)….

73
73
Universitas Sumatera Utara
3. Berapa lama biasanya anda mengalami penyakit tersebut?

a. Kurang dari 3 hari

b. Kurang dari 7 hari

c. 7-14 hari

d. 3 minggu

e. Lebih dari 3 minggu

4. Apakah penyakit anda pernah dibawa ke tenaga kesehatan?

a. Ya

b. Tidak

5. Hasil diagnosa puskesmas

a. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

b. Diare

c. Demam berdarah

d. Infeksi usus

e. Lainnya….(sebutkan)….

74
74
Universitas Sumatera Utara
75
Universitas Sumatera Utara
76
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Master data responden

No JK U SP % KP RP Pend.ibu K.Pend Pek. Ibu K.Pek Pen.kel/bln K.pen


1 1 3 12 80 1 2 S1 1 PNS 1 Rp.5.500.000 1
2 1 1 13 86 1 1 SMA 1 IRT 2 Rp.1.500.000 2
3 1 2 5 33 2 1 SD 2 IRT 2 Rp.2.000.000 2
4 2 1 13 86 1 2 SD 2 IRT 2 Rp. 1.500.000 2
5 2 1 13 86 1 1 SD 2 Wiraswasta 1 Rp.5.000.000 1
6 2 3 6 40 2 1 SMP 2 Wiraswasta 1 Rp.2.000.000 2
7 2 2 13 86 1 1 SMA 1 IRT 2 Rp.3.000.000 1
8 2 1 13 86 1 2 SMP 2 Wiraswasta 1 Rp.1.000.000 2
9 2 1 10 66 1 1 SMA 1 IRT 2 Rp.1.500.000 2
10 2 2 13 86 1 2 DIII 1 PNS 1 Rp.5.700.000 1
11 2 1 7 46 2 2 SMP 2 IRT 2 Rp.3.000.000 1
12 2 1 11 73 1 1 SMP 2 IRT 2 Rp.2.000.000 2
13 2 1 7 46 2 2 SMA 1 IRT 2 Rp.3.000.000 1
14 2 1 10 66 1 2 SMA 1 IRT 2 Rp.1.000.000 2
15 2 2 14 93 1 1 SMP 2 IRT 2 Rp.1.500.000 2
16 2 1 13 86 1 1 SMA 1 IRT 2 Rp.4.500.000 1
17 2 1 12 80 1 2 SMA 1 IRT 2 Rp.1.500.000 2
18 2 1 9 60 1 2 SMA 1 IRT 2 Rp. 2.000.000 2
19 1 2 12 80 1 1 SD 2 IRT 2 Rp.2.000.000 2
20 2 1 13 86 1 1 SMP 2 IRT 2 Rp.2.000.000 2
21 2 2 13 86 1 1 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.2.500.000 1
22 2 2 12 80 1 2 SMP 2 Petani 1 Rp.2.000.000 2
23 2 1 13 86 1 1 SMA 1 IRT 2 Rp.4.500.000 1
24 2 2 14 93 1 1 SD 2 IRT 2 Rp.1.000.000 2

77
77
Universitas Sumatera Utara
25 2 1 13 86 1 2 SMA 1 IRT 2 Rp.1.000.000 2
26 2 2 13 86 1 1 S1 1 IRT 2 Rp.3.000.000 1
27 2 1 14 93 1 2 SMP 2 IRT 2 Rp.1.000.000 2
28 1 1 3 20 2 2 SMA 1 PNS 1 Rp.3.500.000 1
29 1 1 12 80 1 2 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.2.500.000 1
30 1 2 13 86 1 2 S1 1 PNS 1 Rp.3.500.000 1
31 1 1 5 33 2 2 SMP 2 Wiraswasta 1 Rp.1.000.000 2
32 1 1 7 46 1 1 SMP 2 IRT 2 Rp.800.000 2
33 1 1 12 80 1 2 SMA 1 Petani 1 Rp.1.000.000 2
34 1 1 9 60 1 1 SMA 1 IRT 2 Rp.1.500.000 2
35 1 2 13 86 1 1 SMA 1 IRT 2 Rp.1.000.000 2
36 2 1 12 80 1 2 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.1.500.000 2
37 2 2 13 86 1 1 S1 1 PNS 1 Rp.5.000.000 1
38 2 3 5 33 2 2 SMP 2 IRT 2 Rp.2.000.000 2
39 1 1 12 80 1 2 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.1.000.000 2
40 2 1 14 93 1 2 SD 2 IRT 2 Rp.2.000.000 2
41 2 2 12 80 1 2 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.3.000.000 1
42 2 2 11 73 1 2 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.1.000.000 2
43 1 1 13 86 1 1 SMA 1 IRT 2 Rp.1.000.000 2
44 1 1 10 66 1 2 S1 1 PNS 1 Rp.5.000.000 1
45 2 1 12 80 1 2 SMP 2 IRT 2 Rp.1.500.000 2
46 2 1 6 40 2 2 SMA 1 IRT 2 Rp.9.000.000 1
47 1 1 14 93 1 1 SMP 2 IRT 2 Rp.1.500.000 2
48 2 1 12 80 1 2 SD 2 IRT 2 Rp.1.000.000 2
49 1 1 13 86 1 2 SMA 1 IRT 2 Rp.1.000.000 2
50 2 2 13 86 1 1 DIII 1 IRT 2 Rp.2.500.000 1
51 1 1 14 93 1 2 SD 2 IRT 2 Rp.1.000.000 2

78
78
Universitas Sumatera Utara
52 1 1 6 40 2 2 SMP 2 Wiraswasta 1 Rp.1.000.000 2
53 2 2 11 73 1 2 SMA 1 IRT 2 Rp.2.500.000 1
54 1 3 14 93 1 2 SMP 2 IRT 2 Rp.3.000.000 1
55 1 2 12 80 1 1 S1 1 PNS 1 Rp.6.000.000 1
56 1 2 13 86 1 1 SMP 2 IRT 2 Rp.3.000.000 1
57 2 2 12 80 1 2 SMA 1 PNS 1 Rp.13.000.000 1
58 2 2 13 86 1 2 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.4.500.000 1
59 1 2 12 80 1 1 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.2.500.000 1
60 2 2 13 86 1 2 SMA 1 PNS 1 Rp.6.000.000 1
61 2 2 13 86 1 1 SD 2 IRT 2 Rp.2.500.000 1
62 1 2 13 86 1 1 SMA 1 IRT 2 Rp.3.000.000 1
63 2 2 12 80 1 1 S1 1 Wiraswasta 1 Rp.2.500.000 1
64 2 1 12 80 1 2 SD 2 IRT 2 Rp.1.500.000 2
65 1 1 3 20 2 1 SMP 2 IRT 2 Rp.1.000.000 2
66 1 1 14 93 1 2 SD 2 IRT 2 Rp.1.500.000 2
67 1 2 11 73 1 2 SMP 2 IRT 2 Rp.2.000.000 2
68 1 1 11 73 1 1 SMA 1 IRT 2 Rp.1.000.000 2
69 1 1 12 80 1 2 SMP 2 IRT 2 Rp.1.500.000 2
70 2 1 13 86 1 2 SD 2 IRT 2 Rp.1.000.000 2
71 2 2 13 86 1 1 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.2.500.000 1
72 1 2 13 86 1 2 SMA 1 IRT 2 Rp.3.000.000 1
73 1 1 12 80 1 2 SMP 2 Ins. senam 1 Rp.6.000.000 1
74 1 1 13 86 1 1 SMP 2 IRT 2 Rp.1.000.000 2
75 2 1 5 33 2 2 SMP 2 IRT 2 Rp.1.000.000 2
76 2 1 12 80 1 1 SD 2 IRT 2 Rp.1.500.000 2
77 2 2 4 26 2 2 SMP 2 IRT 2 Rp.1.500.000 2
78 1 1 13 86 1 1 SMP 2 IRT 2 Rp.1.000.000 2

79
79
Universitas Sumatera Utara
79 1 2 13 86 1 1 SMA 1 PNS 1 Rp.5.000.000 1
80 1 2 41 93 1 1 SMP 2 Wiraswasta 1 Rp.6.000.000 1
81 2 1 13 86 1 2 SMA 1 PNS 1 Rp.3.000.000 1
82 2 1 13 86 1 2 SD 2 IRT 2 Rp.1.000.000 2
83 1 2 6 40 2 2 SMA 1 IRT 2 Rp.1.000.000 2
84 2 2 13 86 1 1 SMP 2 IRT 2 Rp.2.500.000 1
85 2 1 13 86 1 1 SMP 2 IRT 2 Rp.1.300.000 2
86 2 3 12 80 1 1 SMA 1 IRT 2 Rp.500.000 2
87 1 1 12 80 1 1 SMP 2 Wiraswasta 1 Rp.1.000.000 2
88 2 1 5 33 2 2 SMP 2 IRT 2 Rp.1.500.000 2
89 1 2 12 80 1 1 DIII 1 PNS 1 Rp.5.000.000 1
90 2 2 10 66 1 2 SD 2 IRT 2 Rp.7.000.000 1
91 1 2 14 93 1 2 SD 2 IRT 2 Rp.1.000.000 2
92 2 2 12 80 1 1 SMA 1 IRT 2 Rp.1.500.000 2
93 1 2 14 93 1 1 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.2.500.000 1
94 2 2 13 86 1 2 SMA 1 IRT 2 Rp.2.500.000 1
95 2 2 12 80 1 2 SMA 1 IRT 2 Rp.2.500.000 1
96 2 1 14 93 1 2 SD 2 IRT 2 Rp.2.500.000 1
97 1 1 11 73 1 1 SD 2 IRT 2 Rp.500.000 2
98 1 2 14 93 1 2 SMP 2 IRT 2 Rp.500.000 2
99 1 2 14 93 1 2 SMA 1 IRT 2 Rp.2.000.000 2
100 1 3 14 93 1 2 SMA 1 IRT 2 Rp.1.000.000 2
101 2 3 12 80 1 1 SMP 2 IRT 2 Rp.3.000.000 1
102 1 2 7 46 2 1 SD 2 IRT 2 Rp.2.000.000 2
103 2 2 12 80 1 2 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.4.500.000 1
104 2 1 12 80 1 2 SMA 1 IRT 2 Rp.3.000.000 1
105 2 1 12 80 1 2 SMP 2 IRT 2 Rp.1.000.000 2

80
80
Universitas Sumatera Utara
106 2 1 14 93 1 2 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.3.000.000 1
107 1 3 6 40 2 1 SMP 2 IRT 2 Rp.1.500.000 2
108 1 2 12 80 1 2 S1 1 PNS 1 Rp.5.000.000 1
109 2 2 4 26 2 1 SMP 2 IRT 2 Rp.1.000.000 2
110 2 3 13 86 1 2 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.2.500.000 1
111 2 1 3 20 2 2 SD 2 IRT 2 Rp.1.300.000 2
112 2 1 12 80 1 2 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.2.500.000 1

Keterangan:
No = Nomor responden K.Pend = kategori pendidikan ibu : 1. tinggi (jika ibu lulus SMA/DIII/S1
JK = Jenis Kelamin : 1. laki-laki 2. rendah (jika ibu lulus SD/SMP
2. perempuan K.Pek = kategori pekerjaan ibu : 1. bekerja (ibu bekerja sebagai/PNS/Swasta/Petani)
U = Umur : 1. 13 tahun 2. Tidak bekerja (Ibu tidak memiliki pekerjaan tetap
2. 14 tahun K.Pen = Kategori pendapatan keluarga/bulan : 1. tinggi ( ≥ Rp. 2.085.050 )
3. 15 tahun 2. rendah ( < Rp. 2.085.050)
RP = Riwayat penyakit : 1. sakit
2. tidak sakit
SP = Skor pengetahuan
KP = Kategori pengetahuan : 1. baik ( > 50 % )
2. kurang ( ≤ 50 % )

81
81
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Master data pola makan responden

No JK U JM JE (gr).1 JE (gr).2 KE (%) TKE JP (gr).1 JP (gr).2 KP (%) TKP JVA (mcg).1 JVA (mcg).2 KVA (%) TKVA
1 1 3 2 641 921.7 31.5 2 12.4 44.6 39 2 36.7 42.8 6.6 2
2 1 1 2 872 911.6 36 2 27.6 33.3 42.2 2 42.6 52.5 8.4 2
3 1 2 2 822.8 977.6 36.5 2 18.7 23.3 30.4 2 191.2 237.1 35.6 2
4 2 1 2 596.4 515 26.1 2 14.2 112.5 91.8 1 127.4 314.5 36 2
5 2 1 1 386.6 2100 58 2 23.7 31.7 40 2 186.9 121 25.6 2
6 2 3 2 1584.9 1617 75 2 44.5 37.3 59.2 2 231.2 312.7 45.3 2
7 2 2 1 1039.4 773.9 42 2 40.6 47.3 63 2 620.4 702 110 1
8 2 1 2 1148.1 927.7 48.8 2 25 32 41 2 376.4 338.2 59.5 2
9 2 1 2 1286.9 1712.2 70 2 48 52 72 2 376.4 212.9 49 2
10 2 2 2 1079.8 1210.7 53.8 2 39.8 13.7 38.7 2 95.7 172 22.3 2
11 2 1 2 1729.1 2012.3 88 2 30 37.3 48.7 2 4.8 12.2 1.4 2
12 2 1 2 855.2 1002.5 43 2 31.1 50.7 59 2 48.5 77.9 10.5 2
13 2 1 2 1249.1 2017,0 76.8 2 54.8 62.2 84.7 1 250.6 272.3 43.5 2
14 2 1 2 673.2 912.4 37.3 2 22.9 31.3 39.2 2 26.6 39.2 6.3 2
15 2 2 2 432 712.9 26.9 2 15.9 37.1 38.4 2 89.6 103.1 16 2
16 2 1 2 695.6 1208.2 44.7 2 10,6 72.1 59.9 2 14.9 81.2 8 2
17 2 1 2 784.1 1228 47 2 37,6 49.2 62.8 2 101 117 18.1 2
18 2 1 2 773.5 922.8 39,9 2 23.5 47.3 51.3 2 132.4 312 37.03 2
19 1 2 2 596.2 773.1 32.2 2 13.6 32.3 33.2 2 157.6 186.3 26.3 2
20 2 1 2 722.2 911.3 38.4 2 24.4 37.1 44.5 2 107 128.6 19.6 2
21 2 2 2 1036.8 1202.4 52.6 2 36.1 42.8 57.1 2 90.7 101.2 15.9 2
22 2 2 2 1220.6 1427.3 62.3 2 43.4 48.8 66.8 2 76.4 101 14.7 2
23 2 1 2 626.2 812.9 33.8 2 22.5 39 44.5 2 154.7 160.5 26.2 2

82
82
Universitas Sumatera Utara
24 2 2 2 875.7 1026.2 44.7 2 34.7 51.2 62.2 2 217.3 224 36.7 2
25 2 1 2 939.4 1072.2 47.3 2 28 37.5 47.4 2 64.2 91.7 12.9 2
26 2 2 2 721.3 949 39.3 2 24.5 32.7 41.4 2 136.4 142.2 32.2 2
27 2 1 2 907 1602.2 59 2 35.1 52.7 63 2 124 272.8 33 2
28 1 1 2 1297.9 1830.2 63.1 2 55.5 72.2 88 1 122 147.8 22.4 2
29 1 1 2 1095 1217.9 46.7 2 45.9 72.1 81 1 34.8 55.5 7.5 2
30 1 2 2 509 1204.3 34.6 2 15 27.3 29.3 2 193.4 227.2 35 2
31 1 1 2 792.8 1032.4 36.8 2 39.3 52.3 63.6 2 129.2 221.4 29.2 2
32 1 1 2 603.7 1019.2 32.7 2 23.7 36.6 41.8 2 126.2 251.2 31.4 2
33 1 1 2 813.8 127.2 41.2 2 30.3 57.2 60.7 2 316.3 372 57.3 2
34 1 1 2 648.8 2250.1 58.5 2 32 71.2 71.6 2 31.4 73.9 8.7 2
35 1 2 2 397 917.3 26.5 2 15 47.2 43.1 2 45.9 71.6 9.7 2
36 2 1 1 1179.5 1817.2 70.5 2 46.6 53.8 72,7 2 77.1 120.3 16.4 2
37 2 2 2 961.8 117.3 25.3 2 23.6 44.2 49.1 2 131.6 182 26 2
38 2 3 2 406.8 712 26.3 2 15 32.3 34.2 2 286.5 372 54.8 2
39 1 1 2 1490.1 2007.3 70.6 2 41.5 73.3 79.7 2 276.7 299.1 47.9 2
40 2 1 2 1328.2 1076.4 56.5 2 51.5 86.6 100 1 91.4 107.9 16.6 2
41 2 2 2 658 107.3 18 2 27.7 64.2 66.5 2 175.4 204.6 31.6 2
42 2 2 2 1395.2 1550 69.2 2 33.7 36.2 50 2 494.9 611 92 1
43 1 1 2 1608.2 1271.6 58 2 45 62 74 2 386.3 661 87.2 1
44 1 1 2 991.5 1003.7 40.3 2 23.4 62.2 59.4 2 380.8 402.6 65.2 2
45 2 1 2 1110 1275.2 56 2 36.2 45.5 59.2 2 452.9 212.9 55.4 2
46 2 1 2 1336.2 982 54.5 2 30.6 72.7 74.3 2 581.5 612 99.4 1
47 1 1 2 546.8 612.8 23 2 18.7 32.6 37 2 72.2 88 13.3 2
48 2 1 2 517.5 620.8 26.7 2 15.7 32.7 35 2 407.8 603.6 84.2 1
49 1 1 2 473.7 712 23.9 2 28.7 46.2 52 2 463.5 293.3 62.9 2
50 2 2 2 935.6 297.9 29 2 28.5 46.9 54.6 2 311.5 472.3 65.3 2

83
83
Universitas Sumatera Utara
51 1 1 2 798.5 992.6 36 2 19.7 27.2 32.5 2 120.4 146.7 22.2 2
52 1 1 1 2663 2730 108 1 138.4 140.2 193 1 485.5 440.7 77.1 2
53 2 2 2 416.4 712 26.5 2 6.2 12.4 13.4 2 101.2 141.1 20 2
54 1 3 2 905.8 1271.1 43.9 2 22.6 61.2 58 2 237 512.7 62.4 2
55 1 2 2 620.6 109.1 17 2 26.6 29.3 40.5 2 229.1 49.8 23.2 2
56 1 2 2 997.2 1064.6 41.6 2 23.6 73.3 67.2 2 286.5 327 51.1 2
57 2 2 2 1284.7 1312 61 2 44.7 92.2 99.2 1 297.3 461.4 63.2 2
58 2 2 2 612.8 811.9 33.5 2 41.2 59.7 73.1 2 317.5 433.8 62.6 2
59 1 2 2 1481 1712.2 64.2 2 48 51.3 68.9 2 376.9 412.6 65.7 2
60 2 2 2 571.5 720.6 30.4 2 15.9 22.4 27.7 2 320.9 412.6 61 2
61 2 2 2 437.4 660.3 25.8 2 19.9 32 37.6 2 107.7 188.8 24.7 2
62 1 2 2 1073.5 1371.1 49.3 2 15.5 32.7 40.4 2 45.9 92.9 11.5 2
63 2 2 2 1368.8 1422.2 65.5 2 24.2 32.4 41 2 294.9 312.6 50 2
64 2 1 2 522.6 723.6 29.3 2 18.7 23.3 30.4 2 191.2 237.1 35.6 2
65 1 1 1 2613 1615 85 2 132.3 117.7 173 1 320 372 57 2
66 1 1 2 843.3 1007.6 37.3 2 20.7 42.2 43.6 2 303.5 412.5 59.6 2
67 1 2 2 839.1 1031.4 37.7 2 23.5 36.6 41.7 2 152.5 321.1 39.4 2
68 1 1 2 873.8 912.7 36 2 28.1 39.6 47 2 46.8 63.6 9.2 2
69 1 1 2 2613 2568.5 104 1 136.4 130.5 185 1 927.5 712.5 136.6 1
70 2 1 2 1227.2 1641.1 67.4 2 33.9 54.2 63.8 2 279.7 299.6 48.2 2
71 2 2 2 1059.3 1224.7 53.7 2 45.9 47.2 67.4 2 63.8 77.2 11.7 2
72 1 2 2 877.3 612.6 30 2 24.3 36.1 41.9 2 104.1 92.6 16.3 2
73 1 1 2 1224.7 1406.2 53 2 37.3 46.2 57.9 2 297.2 312.9 50.8 2
74 1 1 2 827.1 1239 41.7 2 43.6 64.7 75 2 213.2 326.7 44.9 2
75 2 1 2 1236.1 1451.2 65.3 2 29.4 41.9 51.6 2 291.7 301.2 49.4 2
76 2 1 1 1281 1442.2 64 2 31.7 46.2 56.4 2 321.6 412.6 61 2
77 2 2 2 991.6 1024.6 47.4 2 22.8 64.1 62.9 2 15.7 37.5 4.3 2

84
84
Universitas Sumatera Utara
78 1 1 2 892.2 897.7 36 2 30.1 37.6 47 2 211.9 327.2 44.9 2
79 1 2 2 2463 2831 106 1 102.2 124.6 157.5 1 405.3 412.5 68 2
80 1 2 1 872.6 910.6 36 2 27.1 31.6 40.7 2 48.8 55.6 8.7 2
81 2 1 2 1326.2 1601.6 68.8 2 32.6 41 53.3 2 48 223.3 22.6 2
82 2 1 2 1260 1442.2 63.5 2 27.6 32.6 43.6 2 41.3 214.2 21.2 2
83 1 2 2 1039.7 1291.1 47 2 45.7 49 65.7 2 324.6 401.3 60 2
84 2 2 2 2617.2 2486.2 120 1 30.9 55.4 62.5 2 293.3 391.1 57 2
85 2 1 2 927.1 663 37.4 2 24.7 18.6 31.3 2 115.5 94.6 17.5 2
86 2 3 2 1037.2 1126.7 50.9 2 33.9 42.3 55.2 2 214.4 226 36.7 2
87 1 1 2 124.6 312.2 8.8 2 41.6 52.2 63.1 2 236.1 302.4 44.8 2
88 2 1 2 857.1 1004.4 43.8 2 32.4 51.1 60 2 49.7 89.2 11.5 2
89 1 2 2 997.2 1274.6 45.8 2 47.9 53.3 70.2 2 230.2 341.3 47.6 2
90 2 2 2 2610.3 2881 129.2 1 45.4 73.6 86.2 1 376.4 388.2 63.7 2
91 1 2 1 720.2 818.2 36 2 21.1 23 32 2 271.4 361.9 52.7 2
92 2 2 2 1179.9 1921.2 72.9 2 46.6 53.8 72.7 2 77.1 319.4 33 2
93 1 2 2 1900.8 2712.4 93 2 40.8 62.2 71.5 2 102 411.9 42.8 2
94 2 2 2 1261.7 1421.2 63.1 2 31.9 57.2 64.5 2 342 402.4 62 2
95 2 2 2 405.6 821.1 28.8 2 15.8 33.2 35.5 2 286.4 299.1 48.7 2
96 2 1 2 726.4 1032.3 41.3 2 37.8 64.4 74 2 326.1 378.2 58.6 2
97 1 1 2 627.2 827.8 29.3 2 23.5 47.7 49 2 103.3 126 19.1 2
98 1 2 2 62.8 182.7 49.5 2 30.1 37.7 47 2 214.4 242.9 38 2
99 1 2 2 1581.6 1995.5 72 2 62 13.4 52.3 2 376.7 417.6 66.1 2
100 1 3 1 2406.2 2013.7 89.2 1 52.4 66.3 82.4 1 382.8 410.8 66.1 2
101 2 3 2 827.4 670.2 35.2 2 24.3 55 57.4 2 219.6 337.7 46.6 2
102 1 2 2 920.1 1024.7 39.2 2 18.9 21.4 27.9 2 228.8 402.6 50.6 2
103 2 2 2 2340 1073.7 80 1 14.4 8.9 16.9 2 241.1 364.2 50.4 2
104 2 1 2 1047.8 1921.1 69.8 2 24.6 28.7 38.6 2 207.1 218.1 35.4 2

85
85
Universitas Sumatera Utara
105 2 1 2 1774.2 978.8 64.7 2 18.8 27.6 33.6 2 87.8 107.2 16.2 2
106 2 1 1 3027.7 2918.1 139 1 27.8 84.4 81.3 1 108.8 207.6 26.3 2
107 1 3 2 827 997.1 42.9 2 18.6 34.2 38.2 2 24.8 37.1 5.1 2
108 1 2 1 2228.6 2801.2 101 1 47.2 55.6 71.3 2 46.6 62 9 2
109 2 2 2 688.1 912.7 37.6 2 27.4 41.8 50.1 2 18.3 22.3 3.3 2
110 2 3 2 1224.6 1621 66.9 2 12.3 32.6 32.5 2 42.7 66.6 9.1 2
111 2 1 2 827.6 1035.5 43 2 24.8 27.1 37.6 2 77.8 92 14.1 2
112 2 1 2 1347.2 1421.4 65 2 30.3 68.9 71.8 3 57.3 72.7 10.8 2

keterangan :
JK = Jenis kelamin : 1. laki-laki JP (gr).1 : Jumlah konsumsi protein hari pertama
2. perempuan JP (gr).2 : Jumlah konsumsi protein hari kedua
U = Umur : 1.13 tahun KP (%) : Kecukupan protein
2. 14 tahun TKP : Tingkat Kecukupan Protein :
3. 15 tahun 1. baik ( ≥ 80-110 % dari total AKG )
JM = Jenis makanan : 1. lengkap 2. kurang ( < 80 % dari total AKG )
2. tidak lengkap JVA (mcg).1 : Jumlah konsumsi Vitamin A
JE (kkal).1 : Jumlah konsumsi Energi hari pertama JVA (mcg).2 : Jumlah konsumsi Vitamin A hari
JE (kkal).2 : Jumlah konsumsi Energi hari kedua KVA (%) : Kecukupan Vitamin A
KE (%) : Kecukupan Energi TKVA : Tingkat Kecukupan Vitamin A : 1.Baik (80-110% dari AKG)
TKE : Tingkat Kecukupan Energi : 2.kurang (< 80% dari AKG)
1. baik ( ≥ 80-110 % dari total AKG )
2. kurang ( < 80 % dari total AKG )

86
86
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Hasil Uji Statistik

seks responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 46 41.1 41.1 41.1
perempuan 66 58.9 58.9 100.0
Total 112 100.0 100.0

pengelompokan umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 13 57 50.9 50.9 50.9
14 46 41.1 41.1 92.0
15 9 8.0 8.0 100.0
Total 112 100.0 100.0

pengelompokan stunting

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid pendek 87 77.7 77.7 77.7
sangat pendek 25 22.3 22.3 100.0
Total 112 100.0 100.0

pengetahuan gizi seimbang

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 94 83.9 83.9 83.9
kurang 18 16.1 16.1 100.0
Total 112 100.0 100.0

asupan energi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 9 8.0 8.0 8.0
kurang 103 92.0 92.0 100.0
Total 112 100.0 100.0

87
87
Universitas Sumatera Utara
asupan protein

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 13 11.6 11.6 11.6
kurang 99 88.4 88.4 100.0
Total 112 100.0 100.0

asupan vitamin a

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 106 94.6 94.6 94.6
baik 6 5.4 5.4 100.0
Total 112 100.0 100.0

Jenis Makanan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid lengkap 11 9.8 9.8 9.8
Tidak lengkap 101 90.2 90.2 100.0
Total 112 100.0 100.0

kategori sakit

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sakit 48 42.9 42.9 42.9
tidak sakit 64 57.1 57.1 100.0
Total 112 100.0 100.0

keterangan pendidikan ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tinggi 58 51.8 51.8 51.8
rendah 54 48.2 48.2 100.0
Total 112 100.0 100.0

88
88
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid bekerja 38 33.9 33.9 33.9
tidak bekerja 74 66.1 66.1 100.0
Total 112 100.0 100.0

pendapatan keluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tinggi 49 43.8 43.8 43.8
rendah 63 56.3 56.3 100.0
Total 112 100.0 100.0

89
89
Universitas Sumatera Utara
Hasil uji statistik FFQ

nasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 112 100.0 100.0 100.0

jagung

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kadang-kadang (1-
3x/minggu) 16 14.3 14.3 14.3

jarang (1-2x/bulan) 96 85.7 85.7 100.0


Total 112 100.0 100.0

mie instan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 51 45.5 45.5 45.5
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 45 40.2 40.2 85.7

jarang (1-2x/bulan) 16 14.3 14.3 100.0


Total 112 100.0 100.0

singkong

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 1 .9 .9 .9
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 63 56.3 56.3 57.1

jarang (1-2x/bulan) 48 42.9 42.9 100.0


Total 112 100.0 100.0

roti

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 62 55.4 55.4 55.4
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 41 36.6 36.6 92.0

jarang (1-2x/bulan) 9 8.0 8.0 100.0


Total 112 100.0 100.0

90
90
Universitas Sumatera Utara
daging

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kadang-kadang (1-
3x/minggu) 38 33.9 33.9 33.9

jarang (1-2x/bulan) 74 66.1 66.1 100.0


Total 112 100.0 100.0

ikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 112 100.0 100.0 100.0

telur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 64 57.1 57.1 57.1
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 47 42.0 42.0 99.1

jarang (1-2x/bulan) 1 .9 .9 100.0


Total 112 100.0 100.0

tahu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 14 12.5 12.5 12.5
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 43 38.4 38.4 50.9

jarang (1-2x/bulan) 54 48.2 48.2 99.1


Tidak pernah 1 .9 .9 100.0
Total 112 100.0 100.0

tempe

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 43 38.4 38.4 38.4
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 56 50.0 50.0 88.4

jarang (1-2x/bulan) 13 11.6 11.6 100.0


Total 112 100.0 100.0

91
91
Universitas Sumatera Utara
Bayam

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 5 4.5 4.5 4.5
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 87 77.7 77.7 82.1

jarang (1-2x/bulan) 19 17.0 17.0 99.1


Tidak pernah 1 .9 .9 100.0
Total 112 100.0 100.0

kangkung

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 6 5.4 5.4 5.4
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 91 81.3 81.3 86.6

jarang (1-2x/bulan) 15 13.4 13.4 100.0


Total 112 100.0 100.0

daun ubi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 6 5.4 5.4 5.4
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 85 75.9 75.9 81.3

jarang (1-2x/bulan) 21 18.8 18.8 100.0


Total 112 100.0 100.0

brokoli

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kadang-kadang (1-
3x/minggu) 21 18.8 18.8 18.8

jarang (1-2x/bulan) 91 81.3 81.3 100.0


Total 112 100.0 100.0

92
92
Universitas Sumatera Utara
apel

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kadang-kadang (1-
3x/minggu) 17 15.2 15.2 15.2

jarang (1-2x/bulan) 95 84.8 84.8 100.0


Total 112 100.0 100.0

jeruk

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kadang-kadang (1-
3x/minggu) 87 77.7 77.7 77.7

jarang (1-2x/bulan) 25 22.3 22.3 100.0


Total 112 100.0 100.0

pisang

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 12 10.7 10.7 10.7
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 80 71.4 71.4 82.1

jarang (1-2x/bulan) 19 17.0 17.0 99.1


Tidak pernah 1 .9 .9 100.0
Total 112 100.0 100.0

pepaya

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 17 15.2 15.2 15.2
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 57 50.9 50.9 66.1

jarang (1-2x/bulan) 34 30.4 30.4 96.4


Tidak pernah 4 3.6 3.6 100.0
Total 112 100.0 100.0

93
93
Universitas Sumatera Utara
semangka

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 7 6.3 6.3 6.3
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 85 75.9 75.9 82.1

jarang (1-2x/bulan) 20 17.9 17.9 100.0


Total 112 100.0 100.0

susu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 23 20.5 20.5 20.5
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 55 49.1 49.1 69.6

jarang (1-2x/bulan) 34 30.4 30.4 100.0


Total 112 100.0 100.0

bakso

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 51 45.5 45.5 45.5
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 55 49.1 49.1 94.6

jarang (1-2x/bulan) 6 5.4 5.4 100.0


Total 112 100.0 100.0

gorengan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 61 54.5 54.5 54.5
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 48 42.9 42.9 97.3

jarang (1-2x/bulan) 3 2.7 2.7 100.0


Total 112 100.0 100.0

chiki

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 112 100.0 100.0 100.0

94
94
Universitas Sumatera Utara
permen

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 38 33.9 33.9 33.9
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 67 59.8 59.8 93.8

jarang (1-2x/bulan) 7 6.3 6.3 100.0


Total 112 100.0 100.0

ice cream

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 3 2.7 2.7 2.7
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 60 53.6 53.6 56.3

jarang (1-2x/bulan) 49 43.8 43.8 100.0


Total 112 100.0 100.0

95
95
Universitas Sumatera Utara
Crosstabulation
pengelompokan stunting * pengetahuan gizi seimbang

Crosstab

pengetahuan gizi
seimbang Total

baik kurang baik


pengelompokan pendek Count 74 13 87
stunting Expected Count 73.0 14.0 87.0
% within pengelompokan
stunting 85.1% 14.9% 100.0%

% within pengetahuan gizi


seimbang 78.7% 72.2% 77.7%

% of Total 66.1% 11.6% 77.7%


sangat pendek Count 20 5 25
Expected Count 21.0 4.0 25.0
% within pengelompokan
stunting 80.0% 20.0% 100.0%

% within pengetahuan gizi


seimbang 21.3% 27.8% 22.3%

% of Total 17.9% 4.5% 22.3%


Total Count 94 18 112
Expected Count 94.0 18.0 112.0
% within pengelompokan
stunting 83.9% 16.1% 100.0%

% within pengetahuan gizi


seimbang 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 83.9% 16.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square .368(b) 1 .544 .759 .370
Continuity
.089 1 .766
Correction(a)
Likelihood Ratio .353 1 .552 .759 .370
Fisher's Exact Test .545 .370
Linear-by-Linear
Association .365(c) 1 .546 .759 .370 .192
N of Valid Cases 112
a Computed only for a 2x2 table
b 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.02.
c The standardized statistic is .604.

96
96
Universitas Sumatera Utara
Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


Odds Ratio for
pengelompokan stunting 1.423 .454 4.466
(pendek / sangat pendek)
For cohort pengetahuan
gizi seimbang = baik 1.063 .858 1.318
For cohort pengetahuan
gizi seimbang = kurang .747 .295 1.895
N of Valid Cases 112

pengelompokan stunting * asupan energi

Crosstab

asupan energi Total


baik kurang baik
pengelompokan Pendek Count 8 79 87
stunting Expected Count 7.0 80.0 87.0
% within pengelompokan
stunting 9.2% 90.8% 100.0%

% within asupan energi 88.9% 76.7% 77.7%


% of Total 7.1% 70.5% 77.7%
sangat pendek Count 1 24 25
Expected Count 2.0 23.0 25.0
% within pengelompokan
stunting 4.0% 96.0% 100.0%

% within asupan energi 11.1% 23.3% 22.3%


% of Total .9% 21.4% 22.3%
Total Count 9 103 112
Expected Count 9.0 103.0 112.0
% within pengelompokan
stunting 8.0% 92.0% 100.0%

% within asupan energi 100.0% 100.0% 100.0%


% of Total 8.0% 92.0% 100.0%

97
97
Universitas Sumatera Utara
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square .709(b) 1 .400 .470 .359
Continuity
.180 1 .671
Correction(a)
Likelihood Ratio .818 1 .366 .470 .359
Fisher's Exact Test .681 .359
Linear-by-Linear
Association .703(c) 1 .402 .470 .359 .266
N of Valid Cases 112
a Computed only for a 2x2 table
b 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.01.
c The standardized statistic is .838.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


Odds Ratio for
pengelompokan stunting 2.430 .289 20.420
(pendek / sangat pendek)
For cohort asupan energi =
baik 2.299 .302 17.516
For cohort asupan energi =
kurang .946 .852 1.050
N of Valid Cases 112

98
98
Universitas Sumatera Utara
pengelompokan stunting * asupan protein
Crosstab

asupan protein Total


baik kurang baik
pengelompokan pendek Count 10 77 87
stunting Expected Count 10.1 76.9 87.0
% within pengelompokan
stunting 11.5% 88.5% 100.0%

% within asupan protein 76.9% 77.8% 77.7%


% of Total 8.9% 68.8% 77.7%
sangat pendek Count 3 22 25
Expected Count 2.9 22.1 25.0
% within pengelompokan
stunting 12.0% 88.0% 100.0%

% within asupan protein 23.1% 22.2% 22.3%


% of Total 2.7% 19.6% 22.3%
Total Count 13 99 112
Expected Count 13.0 99.0 112.0
% within pengelompokan
stunting 11.6% 88.4% 100.0%

% within asupan protein 100.0% 100.0% 100.0%


% of Total 11.6% 88.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square .005(b) 1 .945 1.000 .592
Continuity
.000 1 1.000
Correction(a)
Likelihood Ratio .005 1 .945 1.000 .592
Fisher's Exact Test 1.000 .592
Linear-by-Linear
Association .005(c) 1 .945 1.000 .592 .271
N of Valid Cases 112
a Computed only for a 2x2 table
b 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.90.
c The standardized statistic is -.069.

99
99
Universitas Sumatera Utara
Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


Odds Ratio for
pengelompokan stunting .952 .241 3.765
(pendek / sangat pendek)
For cohort asupan protein =
baik .958 .285 3.216
For cohort asupan protein =
kurang 1.006 .854 1.184
N of Valid Cases 112

pengelompokan stunting * asupan vitamin a

Crosstab

asupan vitamin a Total


kurang baik kurang
pengelompokan pendek Count 84 3 87
stunting Expected Count 82.3 4.7 87.0
% within pengelompokan
stunting 96.6% 3.4% 100.0%

% within asupan vitamin a


79.2% 50.0% 77.7%

% of Total 75.0% 2.7% 77.7%


sangat pendek Count 22 3 25
Expected Count 23.7 1.3 25.0
% within pengelompokan
stunting 88.0% 12.0% 100.0%

% within asupan vitamin a


20.8% 50.0% 22.3%

% of Total 19.6% 2.7% 22.3%


Total Count 106 6 112
Expected Count 106.0 6.0 112.0
% within pengelompokan
stunting 94.6% 5.4% 100.0%

% within asupan vitamin a


100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 94.6% 5.4% 100.0%

100
100
100 Universitas Sumatera Utara
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square 2.801(b) 1 .094 .124 .124
Continuity
1.368 1 .242
Correction(a)
Likelihood Ratio 2.348 1 .125 .335 .124
Fisher's Exact Test .124 .124
Linear-by-Linear
Association 2.776(c) 1 .096 .124 .124 .102
N of Valid Cases 112
a Computed only for a 2x2 table
b 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.34.
c The standardized statistic is 1.666.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


Odds Ratio for
pengelompokan stunting 3.818 .720 20.237
(pendek / sangat pendek)
For cohort asupan vitamin
a = kurang 1.097 .944 1.275
For cohort asupan vitamin
a = baik .287 .062 1.337
N of Valid Cases 112

101
101
101 Universitas Sumatera Utara
pengelompokan stunting * Jenis makanan

Crosstabulation

Jenis makanan Total


lengkap tidak lengkap lengkap
pengelompokan Pendek Count 10 77 87
stunting Expected Count 8.5 78.5 87.0
% within pengelompokan
stunting 11.5% 88.5% 100.0%

% within Jenis makanan 90.9% 76.2% 77.7%


% of Total 8.9% 68.8% 77.7%
sangat pendek Count 1 24 25
Expected Count 2.5 22.5 25.0
% within pengelompokan
stunting 4.0% 96.0% 100.0%

% within Jenis makanan 9.1% 23.8% 22.3%


% of Total .9% 21.4% 22.3%
Total Count 11 101 112
Expected Count 11.0 101.0 112.0
% within pengelompokan
stunting 9.8% 90.2% 100.0%

% within Jenis makanan 100.0% 100.0% 100.0%


% of Total 9.8% 90.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square 1.231(b) 1 .267 .451 .244
Continuity
.531 1 .466
Correction(a)
Likelihood Ratio 1.468 1 .226 .310 .244
Fisher's Exact Test .451 .244
Linear-by-Linear
Association 1.220(c) 1 .269 .451 .244 .191
N of Valid Cases 112
a Computed only for a 2x2 table
b 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.46.
c The standardized statistic is 1.105.

102
102
102 Universitas Sumatera Utara
Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


Odds Ratio for
pengelompokan stunting 3.117 .379 25.608
(pendek / sangat pendek)
For cohort Jenis makanan
= lengkap 2.874 .386 21.381
For cohort Jenis makanan
= tidak lengkap .922 .826 1.029
N of Valid Cases 112

pengelompokan stunting * kategori sakit


Crosstab

kategori sakit Total


tidak sakit sakit tidak sakit
pengelompokan pendek Count 39 48 87
stunting Expected Count 37.3 49.7 87.0
% within pengelompokan
stunting 44.8% 55.2% 100.0%

% within kategori sakit 81.3% 75.0% 77.7%


% of Total 34.8% 42.9% 77.7%
sangat pendek Count 9 16 25
Expected Count 10.7 14.3 25.0
% within pengelompokan
stunting 36.0% 64.0% 100.0%

% within kategori sakit 18.8% 25.0% 22.3%


% of Total 8.0% 14.3% 22.3%
Total Count 48 64 112
Expected Count 48.0 64.0 112.0
% within pengelompokan
stunting 42.9% 57.1% 100.0%

% within kategori sakit 100.0% 100.0% 100.0%


% of Total 42.9% 57.1% 100.0%

103
103
103 Universitas Sumatera Utara
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square .618(b) 1 .432 .497 .291
Continuity
.310 1 .578
Correction(a)
Likelihood Ratio .626 1 .429 .497 .291
Fisher's Exact Test .497 .291
Linear-by-Linear
Association .612(c) 1 .434 .497 .291 .136
N of Valid Cases 112
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.71.
c The standardized statistic is .783

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


Odds Ratio for
pengelompokan stunting 1.444 .576 3.623
(pendek / sangat pendek)
For cohort kategori sakit =
tidak sakit 1.245 .703 2.207
For cohort kategori sakit =
sakit .862 .608 1.223
N of Valid Cases 112

104
104
104 Universitas Sumatera Utara
pengelompokan stunting * keterangan pendidikan ibu

Crosstab

keterangan pendidikan
ibu Total

tinggi rendah tinggi


pengelompokan Pendek Count 44 43 87
stunting Expected Count 45.1 41.9 87.0
% within pengelompokan
stunting 50.6% 49.4% 100.0%

% within keterangan
pendidikan ibu 75.9% 79.6% 77.7%

% of Total 39.3% 38.4% 77.7%


sangat pendek Count 14 11 25
Expected Count 12.9 12.1 25.0
% within pengelompokan
stunting 56.0% 44.0% 100.0%

% within keterangan
pendidikan ibu 24.1% 20.4% 22.3%

% of Total 12.5% 9.8% 22.3%


Total Count 58 54 112
Expected Count 58.0 54.0 112.0
% within pengelompokan
stunting 51.8% 48.2% 100.0%

% within keterangan
pendidikan ibu 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 51.8% 48.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square .229(b) 1 .632 .657 .402
Continuity
.063 1 .802
Correction(a)
Likelihood Ratio .229 1 .632 .657 .402
Fisher's Exact Test .657 .402
Linear-by-Linear
Association .227(c) 1 .634 .657 .402 .161
N of Valid Cases 112
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.05.
c The standardized statistic is -.476.

105
105
105 Universitas Sumatera Utara
Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


Odds Ratio for
pengelompokan stunting .804 .329 1.967
(pendek / sangat pendek)
For cohort keterangan
pendidikan ibu = tinggi .903 .602 1.354
For cohort keterangan
pendidikan ibu = rendah 1.123 .688 1.835
N of Valid Cases 112

pengelompokan stunting * pekerjaan ibu


Crosstab

pekerjaan ibu Total


bekerja tidak bekerja bekerja
pengelompokan pendek Count 30 57 87
stunting Expected Count 29.5 57.5 87.0
% within pengelompokan
stunting 34.5% 65.5% 100.0%

% within pekerjaan ibu 78.9% 77.0% 77.7%


% of Total 26.8% 50.9% 77.7%
sangat pendek Count 8 17 25
Expected Count 8.5 16.5 25.0
% within pengelompokan
stunting 32.0% 68.0% 100.0%

% within pekerjaan ibu 21.1% 23.0% 22.3%


% of Total 7.1% 15.2% 22.3%
Total Count 38 74 112
Expected Count 38.0 74.0 112.0
% within pengelompokan
stunting 33.9% 66.1% 100.0%

% within pekerjaan ibu 100.0% 100.0% 100.0%


% of Total 33.9% 66.1% 100.0%

106
106
106 Universitas Sumatera Utara
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square .053(b) 1 .817 1.000 .509
Continuity
.000 1 1.000
Correction(a)
Likelihood Ratio .054 1 .817 1.000 .509
Fisher's Exact Test 1.000 .509
Linear-by-Linear
Association .053(c) 1 .818 1.000 .509 .186
N of Valid Cases 112
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.48.
c The standardized statistic is .230.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


Odds Ratio for
pengelompokan stunting 1.118 .433 2.891
(pendek / sangat pendek)
For cohort pekerjaan ibu =
bekerja 1.078 .568 2.045
For cohort pekerjaan ibu =
tidak bekerja .963 .707 1.312
N of Valid Cases 112

107
107
107 Universitas Sumatera Utara
pengelompokan stunting * pendapatan keluarga

Crosstab

pendapatan keluarga Total


tinggi rendah tinggi
pengelompokan Pendek Count 37 50 87
stunting Expected Count 38.1 48.9 87.0
% within pengelompokan
stunting 42.5% 57.5% 100.0%

% within pendapatan
keluarga 75.5% 79.4% 77.7%

% of Total 33.0% 44.6% 77.7%


sangat pendek Count 12 13 25
Expected Count 10.9 14.1 25.0
% within pengelompokan
stunting 48.0% 52.0% 100.0%

% within pendapatan
keluarga 24.5% 20.6% 22.3%

% of Total 10.7% 11.6% 22.3%


Total Count 49 63 112
Expected Count 49.0 63.0 112.0
% within pengelompokan
stunting 43.8% 56.3% 100.0%

% within pendapatan
keluarga 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 43.8% 56.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square .236(b) 1 .627 .653 .397
Continuity
.066 1 .797
Correction(a)
Likelihood Ratio .235 1 .628 .653 .397
Fisher's Exact Test .653 .397
Linear-by-Linear
Association .234(c) 1 .628 .653 .397 .160
N of Valid Cases 112
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.94.
c The standardized statistic is -.484.

108
108
108 Universitas Sumatera Utara
Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


Odds Ratio for
pengelompokan stunting .802 .328 1.957
(pendek / sangat pendek)
For cohort pendapatan
keluarga = tinggi .886 .551 1.425
For cohort pendapatan
keluarga = rendah 1.105 .728 1.678
N of Valid Cases 112

109

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. SMP Negeri 2 Rantau Selatan Sebagai Lokasi Penelitian

Gambar 2. Responden mengisi kuisioner tentang pengetahuan gizi seimbang,


riwayat penyakit dan status sosial ekonomi.

110
110
110 Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Wawancara mengenai pola makan anak stunting menggunakan food
recall 24 jam dan food frequency.

Gambar 4. Foto bersama anak stunting di SMP Negeri 2 Rantau Selatan.

111
111
111 Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai