SKRIPSI
OLEH
MELISA PUSPITA SARI
NIM : 131000680
OLEH
MELISA PUSPITA SARI
NIM: 131000680
SELATAN” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
NIM.131000680
i
Universitas Sumatera Utara
ii
Kata Kunci : Gizi Seimbang, Pola Makan, Riwayat Penyakit, Status Sosial
Ekonomi, Stunting, anak di SMP Negeri 2 Rantau Selatan.
iii
iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Some of studies indicate that family sosio economic is the cause of stunting. The
low income affect to capability of feeding and causing bad dietary habit. It had
opportunities of stunting. This research aims to know description about knowledge of
balance nutrition, the consumption pattern, history of diseases and family sosio
economic in stunting students in SMP Negeri 2 Rantau Selatan.
Types of study is an observational of cross sectional study design. This sample
of research is all stunting students as many as 112 students and use total sampling
method. Data for this study using 24 hours food recall method and food frequency
question form. This research held in July up to October 2017 in SMP Negeri 2 Rantau
Selatan.
This results showed the knowledge of balance nutrition of stunting students in
good chategory but the consumption pattern is lack according to the food quantity
based on macro nutrient and micro nutrient. According to the type of food, stunting
students consump rices as staple food; fishes and eggs as side dishes; spinaches, kales,
cassava leaves as vegetables. In great measure, stunting students don’t have history of
diseases, and their mothers in well education but don’t have occupation . It causing low
family income so the nutrtional adequacy can’t be fulfilled.
From the result of this research suggested to public health office that gives
balance nutrtion counseling to society especially to low income family. Suggested to
school to provide healthy canteen so the stunting students can improve their growth
with good consumption of food.
iv
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, selaku Ketua Departemen Gzi Kesehatan
4. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
5. Prof. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si dan Dra. Jumirah, Apt, M.kes
8. H. Junaidi S.Pd. M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Rantau Selatan
dan segenap guru dan staf di SMP Negeri 2 Rantau Selatan yang telah
penelitian ini.
9. Keluarga tercinta yaitu orang tua Mansyah Siregar dan Erri Tio Purba S.Pd,
abang dan adik penulis Juli Dharma Wansyah Siregar S.Pd.Gr dan Dedi
10. Sepupu penulis Juli Yanti Purba yang telah meluangkan waktu untuk
11. Teman seperjuangan penulis (Nenny, Theresia, Cory, Grace, Debora, dan
12. Sahabat penulis Yusliana Siregar dan Ayu Fahleni dan yang senantiasa
mendoakan penulis dari kejauhan dan mendukung penulis sejak SMA, sekaligus
vi
Cio, Riris, Trisna, Elida, Agnes, Beta dan Herbert) yang bersedia
14. Teman terkasih (Yudistria Sihombing, Emirianta Tarigan, Riska Munte dan
15. Keluarga besar peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat stambuk 2013 dan
seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas kerjasama, doa,
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga
vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 7
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................... 8
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................. 8
viii
viiii
ixi
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi pada anak usia (13-15) Tahun ...................... 22
Tabel 2.2 Angka Kecukupan Protein pada anak usia (13-15) Tahun ..................... 23
Tabel 2.3 Angka Kecukupan Vitamin A pada anak usia (13-15) Tahun ................ 23
Tabel 2.4 Gambaran 10 penyakit terbesar di Labuhanbatu tahun 2015.................. 25
Tabel 2.5 Indikator Pertumbuhan............................................................................ 31
Tabel 4.1 Karakteristik Anak stunting di SMP Negeri 2 Rantau Selatan ............... 43
Tabel 4.2 Distribusi Anak stunting di SMP Negeri 2 Rantau Selatan .................... 43
Tabel 4.3 Distribusi Pengetahuan Gizi Seimbang Anak Stunting
di SMP Negeri 2 Rantau Selatan............................................................. 44
Tabel 4.4 Distribusi Kecukupan Energi, Protein, dan Vitamin A Anak stunting
di SMP Negeri 2 Rantau Selatan............................................................. 44
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pola Makan Berdasarkan Frekuensi
yang Dikonsumsi Anak Stunting di SMP Negeri 2 Rantau Selatan........ 46
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pola Makan Berdasarkan Jenis Makanan .............. 47
Tabel 4.7 Distribusi Riwayat Penyakit Anak Stunting ........................................... 48
Tabel 4.8 Distribusi Sosial Ekonomi Keluarga Anak Stunting............................... 48
Tabel 4.9 Tabulasi Silang Pengetahuan Gizi Seimbang Anak Stunting di SMP
Negeri 2 Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting....................... 49
Tabel 4.10 Tabulasi Silang Kecukupan Energi Anak Stunting di SMP Negeri 2
Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting...................................... 49
Tabel 4.11 Tabulasi Silang Kecukupan Protein Anak Stunting di SMP Negeri 2
Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting...................................... 50
Tabel 4.12 Tabulasi Silang Kecukupan Vitamin A Anak Stunting di SMP
Negeri 2 Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting ....................... 50
Tabel 4.13 Tabulasi Silang Jenis Makanan Anak Stunting di SMP Negeri 2 Rantau
Selatan Berdasarkan Kategori Stunting................................................... 51
Tabel 4.14 Tabulasi Silang Riwayat Penyakit Anak Stunting di SMP Negeri 2
Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting...................................... 52
Tabel 4.15 Tabulasi Silang Pendidikan Ibu Anak Stunting di SMP Negeri 2 Rantau
Selatan Berdasarkan Kategori Stunting .................................................. 52
Tabel 4.16 Tabulasi Silang Pekerjaan Ibu Anak Stunting di SMP Negeri 2 Rantau
Selatan Berdasarkan Kategori Stunting................................................... 53
Tabel 4.17 Tabulasi Silang Pendapatan Keluarga Anak Stunting di SMP Negeri 2
Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting ...................................... 54
xi
xii
xiii
Pendidikan Formal
xiiii
Indonesia mempunyai masalah gizi yang cukup berat yang ditandai dengan
banyaknya kasus gizi kurang pada anak usia sekolah baik pada laki-laki dan
kualiatas tingkat pendidikan, tingginya angka absensi dan tingginya angka putus
fisik yang diukur berdasarkan tinggi badan menurut umur. Batasan stunting
menurut WHO yaitu tinggi badan menurut umur berdasarkan Z-score sama
dengan atau kurang dari -2SD dibawah rata-rata standart (WHO, 2013).
seorang anak karena kondisi kesehatan dan asupan gizi yang tidak optimal.
Stunting sering berkaitan erat dengan kondisi sosial ekonomi, paparan suatu
penyakit, dan asupan gizi yang kurang secara kuantitas dan kualitas (WHO,
2014).
stunting juga mempengaruhi fisik dan fungsional dari tubuh. Anak dengan
keadaan stunting tidak mengalami potensi tumbuh secara maksimal dan dapat
menjadi remaja dan dewasa yang stunting. Dampaknya pada masa dewasa
aktivitas tubuh dan pada wanita dapat menyebabkan terjadinya risiko komplikasi
kandungan karena memiliki ukuran panggul yang kecil serta berisiko melahirkan
maupun negara maju. Berdasarkan data UNICEF tahun 2008 menunjukkan bahwa
39% (± 209 juta) anak yang mengalami stunting di seluruh dunia. Negara yang
paling banyak memberikan kontribusi prevalensi tersebut adalah negara yang ada
di Regional East/ South Asia and Pasific yakni sekitar 144 juta anak. Indonesia
merupakan negara yang berada pada Regional Ea st/South Asia dan Pasific dan
untuk kelompok negara yang ada di Asia Tenggara, Indonesia memiliki prevalensi
stunting tertinggi.
kemudian terjadi sedikit penurunan pada tahun 2010 yaitu sebesar 35,6 % dan
meningkat kembali pada tahun 2013 sebesar 37,2%. Berdasarkan cut off point
untuk stunting secara nasional pada kategori pendek di tahun 2010 sampai tahun
2013 terjadi penurunan sebesar 18,5 % menjadi 18,0% dan untuk kategori pendek
terjadi pkenaikan dari 17,1% menjadi 19,2%. Angka tersebut masih dalam
katagori tinggi karena masih berada diatas target MDG’s yaitu 32% (Depkes RI,
2013).
angka prevalensi nasional dan Provinsi Sumatera Utara tercatat sebagai urutan ke
empat yang memiliki prevalensi stunting tertinggi yaitu sebesar 42,3% yaitu
23,4% severe stunting dan 18,9% stunting. Salah satu kabupaten yang
Labuhan batu pada remaja usia 13 – 15 tahun yaitu 59,8% (Riskesdas, 2013).
dasarnya tingkat stunting yang tinggi berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi
yang rendah dan peningkatan risiko bertambah dengan adanya penyakit serta
praktik pemberian makan yang tidak tepat. Prevalensi stunting mulai naik pada
Unicef (1999) dalam Henny tahun 2012, dapat diketahui bahwa faktor risiko yang
mengakibatkan masalah gizi yang terbagi atas faktor langsung dan tidak langsung.
Faktor langsung ada dua yakni konsumsi makan dan status kesehatan yang saling
mendorong (berpengaruh), sedangkan faktor tidak langsung adalah pola asuh dan
pelayanan kesehatan dan lingkungan. Faktor langsung dan tidak langsung terjadi
malnutrisi juga berkaitan erat dengan penyakit infeksi. Infeksi penyakit akan
stunting. Kaitan antara penyakit infeksi dengan pemenuhan asupan gizi tidak
antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi, dimana anak pendek lebih
banyak terjadi pada ibu yang berpendidikan rendah. Hasil ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mulyono (2000) pada bayi yang menunjukkan
adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi
anak.
hubungan yang bermakna antara status pekerjaan ibu dengan status gizi, dimana
anak pendek lebih banyak terdapat pada ibu yang tidak bekerja dibandingkan
dengan ibu yang bekerja. namun, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
signifikan antara pekerjaan ibu dengan status gizi dimana ibu yang bekerja
mempunyai anak pendek (< -2 SD) lebih banyak di bandingkan dengan ibu yang
tidak bekerja. Ibu bekerja yang lebih banyak berada diluar rumah akan memiliki
lebih banyak uang untuk dialokasikan atau diinvestasikan kepada anaknya dan
sebaliknya makin banyak waktu dirumah bersama anak (makan dan bermain)
maka makin kecil kesenggangan waktu untuk mencari nafkah. Kedua hal tersebut
(uang dan waktu) akan mempengaruhi kualitas gizi anak Ibu bekerja diluar rumah,
jarak antara rumah dengan tempat kerja dan faktor lain semuanya akan
mempengaruhi susunan makan dan pola asuh terhadap anaknya. Sehingga ibu
yang tidak bekerja akan mempunyai waktu yang lebih banyak dengan anaknya
ditemukan pada penelitian ini. Hal ini terjadi karena pada ibu bekerja akan
tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat memenuhi semua kebutuhan
primer maupun sekunder anak. Sebaliknya pada ibu yang tidak bekerja banyaknya
anak disebabkan karena tingkat ekonomi yang rata– rata berada pada tingkat
ekonomi rendah, dan rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi. Hasil analisis
status gizi anak, dimana ibu yang pengetahuan gizinya rendah lebih banyak
normal beberapa zat gizi tidak terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi
disebabkan oleh kekurangan gizi pada masa balita dalam makanannya sehari-hari
tubuhnya, dan pertumbuhan fisik tidak optimal sehingga postur tubuh anak
penduduk muda, hal ini dapat diketahui dari banyaknya jumlah penduduk usia
muda (umur 0-14 tahun) yang masih tinggi. Pada tingkat ekonomi di kabupaten
Labuhanbatu terjadi naik turun angka penduduk yang bekerja, dimana pada tahun
2009 sebanyak 460.468 turun menjadi 166.131 pada tahun 2010, kemudian
meningkat pada tahun 2011 sebanyak 189.438 orang, pada tahun 2012 menurun
kembali menjadi 152.479 orang, pada tahun 2013 meningkat kembali menjadi
173.564 dan pada tahun 2014 terjadi peningkatan angka yang bekerja menjadi
175.507 orang. Sama dengan angka yang bekerja, angka yang pengangguran juga
mengalami angka naik turun dari tahun 2009-2014. Pada tahun 2009 ada 40.890
orang yang pengangguran, menurun pada tahun 2010 menjadi 12.586 dan
menurun kembali pada tahun 2011 yaitu 11.835. kemudian pada tahun 2012
terjadi peningatan 12.897 dan 2013 naik kembali menjadi 17.025, dan pada tahun
2015)
pertama kasus Infeksi Akut lain pada Pernafasan bagian Atas dengan jumlah total
survei awal yang dilakukan dengan pengukuran TB/U, dari 320 siswa terdapat
112 (35%) siswa stunting. Keadaan tersebut membuat peneliti tertarik, karena
seimbang, pola makan, riwayat penyakit dan sosial ekonomi keluarga masih bisa
diperbaiki di usia ini, salah satu nya dengan memperbaiki pola makannya. Hal
”Gambaran pengetahuan gizi seimbang, pola makan, riwayat penyakit, dan sosial
Negeri 2 Rantau Selatan yaitu 112 (35%) siswa stunting dari 320 siswa yang
pengetahuan gizi seimbang, pola makan, riwayat penyakit dan sosial ekonomi
seimbang, pola makan, riwayat penyakit, dan sosial ekonomi keluarga anak
selatan.
selatan.
Rantau selatan.
selatan.
tambahan tentang pemenuhan gizi anak sekolah berdasarkan pola makan yang
3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi bagi peneliti lain, khususnya
2.1 Stunting
Stunting adalah keadaan tinggi badan yang tidak sesuai dengan umur anak
akibat kekurangan gizi dalam waktu lama yang diawali sejak masa janin hingga 2
tahun pertama kehidupan. Sejak masa janin sampai usia dua tahun pertama, anak
akan mengalami fase pertumbuhan cepat (growth spurt) sehingga fase ini
Stunting merupakan salah satu bentuk gizi kurang pada anak yang dihitung
berdasarkan pengukuran tinggi badan menurut umur (TB/U) atau panjang badan
menurut umur (PB/U), dimana nilai Z-score <-2 SD (standar deviasi). Stunting
juga menggambarkan kejadian gizi kurang yang berlangsung dalam waktu yang
Gagal tumbuh pada masa emas ini dapat berakibat buruk pada kehidupan
berikutnya dan akan terlihat jelas pada saat anak mengalami mulai masuk usia
sekolah karena pada usia ini anak akan mengalami pertumbuhan lambat atau
phase growth palte. Akibat lebih lanjut dari tingginya prevalensi kurang gizi pada
growth) yang sempurna pada masa berikutnya, maka tidak heran apabila pada usia
sekolah banyak ditemukan anak yang kurang gizi kronis yang mengakibatkan
anak usia sekolah di Indonesia tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah.
optimal di masa remaja yang disebabkan oleh keadaan gizi kurang yang
berlangsung dalam waktu lama. Status stunting untuk anak umur 5-19 tahun
nilai Z-score TB/U masing-masing anak, dimana Z-score <-2 Standar Deviasi.
masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung
lama, misalnya kemiskinan, perilaku hidup sehat, dan pola asuh/pemberian makan
yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi
Dampak yang diakibatkan oleh stunting menjadi dua yang terdiri dari jangka
pendek dan jangka panjang. Dampak jangka pendek dari stunting adalah di bidang
kesehatan berupa perawakan yang pendek, peningkatan risiko untuk obesitas dan
berupa penurunan prestasi dan kapasitas belajar, dan di bidang ekonomi berupa
maksimal dan dapat menjadi remaja dan dewasa yang stunting. Dampaknya pada
pengurangan aktivitas tubuh dan pada wanita dapat menyebabkan terjadinya risiko
komplikasi kandungan karena memiliki ukuran panggul yang kecil serta berisiko
remaja, Siswa atau anak sekolah mempunyai karakteristik mulai mencoba atau
individu lebih mudah dikenali seperti pada pertumbuhan dan perkembangan pola
Laju pertumbuhan anak wanita dan pria hampir sama cepatnya sampai
pada usia 9 tahun. Selanjutnya, antara 10-12 tahun, pertumbuhan anak perempuan
(Ariani, 2017).
dewasa.
manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui indra yang
1. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall ( memanggil) memori yang telah ada
tidak hanya dipengaruhi oleh pola makan, melaikan dipengaruhi oleh aktivitas
2. Memahami (comprehension)
3. Aplikasi (application)
akan mampu memilih makanan yang baik sesuai dengan pengetahuan yang iya
dapatkan.
4. Analisis (analysis)
satu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi seseorag telah sampai pada
5. Sistesis (synthesis)
Anak yang tidak suka makan sawi, dapat dimodifikasi dalam bentuk jus
6. Evaluasi (evaluasi)
pola konsumsi orang lain itu sudah baik atau buruk berdasarkan pengetahuan yang
di milikinya.
pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai
aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal
kebutuhan, maka ia akan lebih rentan terkena penyakit dan kurang produktif.
Sebaliknya, jika memiliki kelebihan gizi akibat asupan gizi yang melibihi
terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan status gizi anak.
Namun penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian (khomsan, 2000) yang
asupan gizi divisualisasikan dalam bentuk Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) yang
terdiri dari kelompok zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. Semakin ke
atas ukuran tumpeng akan semakin kecil berarti pangan pada lapis paling atas
yaitu gula, garam, dan lemak dibutuhkan sedikit atau perlu dibatasi. Sebelah
kanan tumpeng ada tanda tambah (+) diikuti dengan visual segelas air putih dan
tulisan 8 gelas, artinya dalam sehari setiap orang remaja atau dewasa dianjurkan
untuk minum air putih sekitar 8 gelas sehari. Dalam pedoman gizi seimbang
6. Biasakan sarapan
10. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan normal.
timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan
beraneka ragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan
dilengkapi oleh jenis makanan yang lain sehingga diperoleh masukan zat gizi
Kebutuhan zat gizi anak pada usia remaja meningkat karena masih berada
pada masa pertumbuhan cepat kedua dan aktivitasnya yang tinggi. Disamping itu
anak pada usia ini sering keluar rumah sehingga mudah terkena penyakit infeksi
Perilaku hidup bersih merupakan salah satu faktor yang perlu mendapat
perhatian dalam prinsip gizi seimbang. Salah satu indikator perilaku hidup bersih
yang berkaitan erat dengan makanan adalah perilaku mencuci tangan. Mencuci
tangan adalah kegiatan membersihkan bagian telapak, punggung tangan dan jari
agar bersih dari kotoran dan membunuh kuman penyebab penyakit yang
Hal ini sangat penting dilakukan agar terhindar dari diare dan penyakit lainnya.
Mencuci tangan sebaiknya dilakukan dengan sabun dan air mengalir (UNICEF,
2014).
dan pemasukan zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh. Aktivitas fisik
aktivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan zat gizi yang keluar dan yang
untuk mengetahui ada tidaknya penurunan atau kenaikan berat badan, indikator
pola makan anak remaja serupa dengan pola makan orang dewasa. Selama masa
remaja harus dipenuhi dengan makanan yang bergizi baik dan seimbang. Pola
konsumsi pangan atau kebiasaan makan adalah berbagai informasi yang dapat
yang dimakan setiap hari oleh seseorang dan merupakan ciri khas untuk satu
menentukan status gizi seseorang atau masyarakat secara langsung, namun hanya
dapat digunakan sebagai bukti awal akan kemungkinan terjadinya kekurangan gizi
Perubahan pada masa remaja adalah fase dimana segmen perkembangan individu
tertinggal dibanding anak-anak di Negara maju. Pada awalnya kita menduga faktor
genetik adalah penyebab utamanya. Namun, tumbuh kembang anak Indonesia sampai
dengan usia enam bulan ternyata sama baiknya dengan anak-anak di Negara maju
(Devi, 2012).
1. Jumlah makanan
dilakukan selama dua hari yaitu, hari biasa dan hari minggu. Jumlah makanan
bantuan alat food model, kemudian dihitung berdasarkan Daftar Bahan Makanan
2. Frekuensi makan
minuman tersebut dalam satu hari. Frekuensi makan diperoleh melalui wawancara
3. Jenis makanan
food recall 24 jam sebanyak dua kali. Selanjutnya jenis makanan dikategorikan
menjadi baik, sedang, dan tidak baik. Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan
dengan mencatat jenis dan jumah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode
24 jam yang lalu. Dalam metode ini, responden, diminta untuk menceritakaan
semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Biasanya
dimulai sejak ia bangun pagi kemarin sampai dia istirahat tidur atau dapat juga
dimulai dari saat dilakukan wawancara mundur ke belakang sampai 24 jam penuh.
Misalnya, petugas datang pada pukul 07.00 , maka konsumsi yang ditanyakan
adalah mulai pukul 07.00 (saat itu) dan mundur ke belakang sampai pukul 07.00,
pagi hari sebelumnya. Wawancara dilakukan oleh petugas yang sudah terlatih
Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data
yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk
ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring, dan
pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24 jam), maka data yang diperoleh kurang
efektif untuk menggambarkan kebiasaan makanan individu. Oleh karena itu, recall
berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan
2012). konsumsi energi yang berasal dari makanan, diperlukan untuk menutupi
dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang. Laki-laki
membutuhan energi lebih banyak karena memiliki aktivitas yang banyak pula,
memerlukan zat besi lebih banyak. Gizi dibutuhkan anak sekolah untuk
pertumbuhan dan perkembangan, energi berpikir, beraktivitas fisik dan daya tahan
tubuh. Zat gizi yang dibutuhkan anak adalah seluruh zat gizi yang terdiri dari zat
gizi makro seperti karbohidrat, protein, lemak, serta zat gizi mikro seperti vitamin
dan mineral. Zat gizi yang dibutuhkan anak tersebut dipengaruhi oleh usia, berat
pun terganggu. Dia tidak mau bermain dengan teman-temannya, tidak mau turut
(Arisman, 2008).
dianjurkan (per orang dalam sehari) pada anak remaja 13-15 tahun dapat dilihat
Tabel 2.1 Angka kecukupan energi pada anak usia (13-15) tahun.
Usia Jenis kelamin Berat Badan Tinggi Badan Energi
(kg) (cm) (kkal)
13-15 tahun Laki-laki 46 158 2475
13-15 tahun Perempuan 46 155 2125
Sumber. Peraturan Menteri Kesehatan no 75 tahun 2013 tentang Angka
Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia.
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh,
karena disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi
sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein merupakan zat gizi yang sangat
penting karena yang paling erat hubungannya dengan pertumbuhan. Protein juga
dapat mengganti jaringan yang rusak. Fungsi utama protein bagi tubuh adalah
Batas yang dianjurkan untuk konsumsi protein adalah dua kali Angka Kecukupan
Kecukupan Gizi (2013), angka kecukupan protein yang dianjurkan (per orang
dalam sehari) pada anak remaja 13-15 tahun dapat dilihat pada table berikut
Table 2.2 Angka kecukupan protein pada anak usia (13-15) tahun.
Usia Jenis kelamin Berat Badan Tinggi Protein
(kg) Badan (cm) (gr)
13-15 tahun Laki-laki 46 158 72
13-15 tahun Perempuan 46 155 69
Sumber. Peraturan Menteri Kesehatan no 75 tahun 2013 tentang Angka
Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia.
luas, vitamin merupakan nama genetik yang menyatakan semua retinoid dan
untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam
yang dianjurkan (per orang dalam sehari) pada anak remaja 13-15 tahun dapat
Table 2.3 Angka kecukupan Vitamin A pada anak usia (13-15) tahun.
Usia Jenis kelamin Berat Badan Tinggi Badan Protein
(kg) (cm) (mgc)
13-15 tahun Laki-laki 46 158 600
13-15 tahun Perempuan 46 155 600
Sumber. Peraturan Menteri Kesehatan no 75 tahun 2013 tentang Angka
Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia.
terdapat hubungan antara pola makan dengan status gizi, penelitian tersebut dapat
masyarakat. Pola makan sangat erat kaitannya dengan berbagai jenis penyakit.
Tubuh sangat membutuhkan zat gizi untuk melakukan aktivitas dan mencegah
lampau yang dapat mempengaruhi status gizi. Pemenuhan gizi akan berdampak
pada kondisi kesehatan dan bisa juga sebaliknya yaitu status kesehatan (terutama
penyakit infeksi) akan berdampak pada status gizi seseorang. Penyakit infeksi
yang di derita akan menyebabkan hilangnya nafsu makan sehingga asupan makan
Malnutrisi dan infeksi penyakit saling berkaitan dan sering terjadi secara
menyebabkan malnutrisi. Anak kurang gizi yang daya tahan terhadap infeksi
penyakitnya redah, akan jatuh sakit dan akan semakin menjadi kurang gizi
sehingga akan mengurangi kapasitasnya untuk melawan penyakit. faktor lain yang
terjadinya stunting. Kaitan antara penyakit infeksi dengan pemenuhan asupan gizi
tidak dapat dipisahkan. Adanya penyakit infeksi akan memperburuk keadaan bila
pola penyakit terbanyak pada tahun 2015 yang diperoleh dari pencatatan dan
bagian atas (ISPA) dengan jumlah total kasus 18.901, kemudian disusul dengan
penyakit pada otot dan jaringan pengikat (Reumatik) sebanyak 4961 kasus,
Menurut Picauly dan Toy (2013), anak yang memeliliki riwayat penyakit
infeksi memiliki peluang mengalami stunting lebih besar dibanding anak yang
tidak memiliki riwayat penyakit. Infeksi berat dapat memperburuk keadaan gizi
esensial tubuh melalui muntah-muntah dan diare. Selain itu penyakit infeksi
tubuh terhadap infeksi. Hal ini sejalan dengan penelitian kusumawati dkk tahun
Kekurangan gizi sering kali bagian dari lingkaran yang meliputi pola
makan, kemiskinan dan penyakit. Ketiga faktor ini saling terkait sehingga masing-
politik yang meningkatkan kesehatan dan gizi dapat mematahkan siklus, karena
dapat gizi tertentu dan intervensi kesehatan. Kekurangan gizi mengacu pada
sejumlah penyakit, masing-masing berhubungan dengan satu atau lebih zat gizi,
meliputi asupan yang tidak memadai dan berlebihan asupan energi, yang pertama
menuju kekurangan berat badan, stunting dan kurus, dan yang terakhir
pertumbuhan linier sebagai hasil dari kesehatan dan atau kondisi gizi. Pada
ekonomi yang rendah dan peningkatan risiko bertambah dengan adanya penyakit
dan atau praktik pemberian makan yang tidak tepat. Prevalensi stunting mulai
naik pada usia sekitar 3 bulan, proses dari terhambatnya pertumbuhan melambat
makanan pokok, tetapi untuk kebutuhan lainnya. Tingkat pendapatan yang tinggi
belum tentu menjamin status gizi baik pada balita karena tingkat pendapatan
belum tentu teralokasikan cukup untuk keperluan makan. Namun penelitian ini
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ngaisah, 2015) dikatakan
bahwa kejadian stunting muncul akibat dari kejadian yang berlangsung lama
seperti kemiskinan, perilaku pola asuh yang tidak tepat, dan sering mengalami
penyakit infeksi secara berulang karena sanitsi dan hyegene yang kurang baik.
Salah satu penyebab tidak langsung dari masalah stunting adalah status
ekonomi keluarga yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua, karena jika
gizi. Sedangkan pekerjaan yang lebih baik orang tua selalu sibuk bekerja sehingga
pemilihan macam makanan dan waktu pemberian makanan serta kebiasaan hidup
sehat, hal ini sangat berpengaruh terhadap kejadian stunting. Status sosial
ekonomi juga sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan keluarga, apabila akses
pangan ditingkat rumah tangga terganggu, maka penyakit kurang gizi (malnutrisi)
salah satunya stunting pasti akan muncul. Beberapa hal yang juga sebagai
kuantitas makanan, tetapi perlu disadari bahwa pendapatan tidak selalu membawa
perbaikan pada susunan makanan. Tingkat pendapatan juga ikut menentukan jenis
Menurut penelitian Sulastri (2012), Ibu bekerja diluar rumah, jarak antara
rumah dengan tempat kerja dan banyak faktor lain semuanya akan mempengaruhi
susunan makan dan pola asuh terhadap anaknya. Sehingga ibu yang tidak bekerja
akan mempunyai waktu yang lebih banyak dengan anaknya dan mempengaruhi
penelitian ini. Hal ini terjadi karena pada ibu bekerja akan mempengaruhi
kembang anak, karena orang tua dapat memenuhi semua kebutuhan primer
sangat menentukan dalam memilih jenis makanan yang akan dikonsumsi anggota
sumber daya makanan yang tersedia. Dari hal tersebut dapat diasumsikan bahwa
tingkat kecukupan gizi anggota keluarga relative tinggi jika pendidikan ibu tinggi
berikut:
bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi, dimana anak pendek
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widianto tahun 2016 pada anak usia
stunting, salah satunya yaitu, pendidikan orang tua yang rendah dan kelas sosial
yang rendah. Pendidikan ibu yang rendah merupakan faktor risiko terjadinya
stunting yang paling tinggi dibanding dengan faktor risiko lainnya. Menurutnya
hal tersebut bisa disebabkan karena ibu dengan pendidikan yang tinggi cenderung
memiliki finansial yang lebih baik dan dapat meningkatkan pendapatan keluarga.
Hal tersebut membuat keluarga di kelas sosial yang lebih tinggi dan memiliki
Para ibu yang bekerja dari pagi hingga sore tidak memiliki waktu yang
cukup baik bagi anggota keluarga. Dalam hal ini, ibu mempunyai peran ganda
yaitu sebagai ibu rumah tangga dan wanita pekerja. Walaupun demikian ibu
Para ibu yang bekerja dan tidak mempunyai waktu cukup untuk memperhatikan
makanan anak yang sesuai dengan kebutuhan dan kecukupan serta kurang
perhatian dan pengasuhan kepada anak. Keterbatasan sosial ekonomi ini juga
mempengaruhi daya beli dan asupan makanan untuk memenuhi kebutuhan akan
terdapat hubungan yang bermakna antara status pekerjaan ibu dengan status gizi,
dimana anak pendek lebih banyak terdapat pada ibu yang tidak bekerja
dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mulyono (2000) pada bayi yang menunjukkan adanya hubungan
yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi anak. Namun,
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mulyono, (2000)
yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan
status gizi dimana ibu yang bekerja mempunyai anak pendek (<-2 SD) lebih
banyak di bandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Pada tahuan 2014 angka
Bidang antropometri meliputi bagian ukuran tubuh manusia seperti berat badan,
posisi ketika berdiri, ketika merentangkan tangan, lingkar tubuh, panjang tungkai,
mulai memiliki rasa ingin tahu yang lebih tentang suatu hal. Periode ini
merupakan periode yang cukup kritis dalam pemilihan makanan, karena anak
ini, anak juga mulai menjadi konsumen aktif yang membentuk kebiasaan
makannya diluar makanan rumahan. Dalam keadaan ini kebutuhan zat gizi harus
terpenuhi, baik dalam jumlah, frekuensi dan jenis makanan yang dikonsumsi
dalam sehari. .Stunting juga berkaitan dengan pengetahuan, status sosial ekonomi
Jika status ekonomi keluarganya baik, kemungkinan status gizi anak juga akan
baik. Pada anak stunting keadaan gizi yang kurang pada awal kelahirannya
diharapkan pada fase pertumbuhan cepat kedua ini dapat memenuhi kebutuhan zat
dibanding anak normal lainnya. Pada fase pertumbuhan ini anak yang stunting
makanan yang baik dan menunjang pertumbuhan tinggi badan. Dari penjelasan
tersebut, maka kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Pengetahuan Gizi
Seimbang
Pola Makan
3.2.1 Lokasi
Labuhanbatu. Pemilihan lokasi ini karena pada saat survey awal, peniliti
3.2.2 Waktu
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa stunting kelas VII, VIII,
dan IX yang diukur dengan menggunakan antropometri dengan indeks TB/U yang
berjumlah 112 siswa di SMP Negeri 2 Rantau Selatan. Sampel pada penelitian ini
33
sendiri.
yang telah dibuat oleh peneliti. Pengukuran ini dilakukan oleh peneliti
sendiri.
diperoleh dari lembar food recall 24 jam dan FFQ (Food Frequency
Data sekunder dalam penelitian ini adalah gambaran umum sekolah, data
siswa (seluruh jumlah siswa dan jumlah siswa per kelas) dan data sosial ekonomi
keluarga (pendidikan, pekerjaan dan penghasilan orang tua) yang diperoleh dari
menggunakan kuisioner .
b) Pola makan adalah semua makanan dan minuman, mulai dari jumlah,
e) Jenis makanan adalah ragam makanan yang dikonsumsi dalam satu hari
h) Pekerjaan orang tua adalah jenis kegiatan rutin yang dilakukan ibu dan
bekerja.
i) Pendapatan adalah total penghasilan per bulan dalam nilai rupiah yang
adalah :
1. Kuisioner
ketelitian 0,1cm.
Daftar makanan dengan jumlah zat gizi yang telah ditentukan dan
ganda. Jawaban yang benar diberi nilai 1 dan yang salah diberi nilai 0.
atas dua kategori. Jawaban yang diperoleh dari responden akan dikategorikan
menjadi baik dan kurang. Kategori aspek pengetahuan gizi berdasarkan Ridwan
(2009) yaitu :
1. Jumlah makanan
dilakukan selama dua hari yaitu, hari senin dan jumat. Jumlah makanan
dinyatakan dalam satuan Ukuran Rumah Tangga (URT), seperti piring, sendok,
gelas dan mangkok kemudian di konversikan dalam bentuk gram, dan dihitung
dengan Daftar Kecukupan Gizi rata-rata yang dianjurkan berdasarkan umur dan
Setelah zat gizi makro (energi dan protein) yang dikonsumsi didapat dalam
bentuk persen, hasil persen tersebut akan dikategorikan atas (WNPG, 2004) :
Setelah jumlah zat gizi mikro (vitamin A) yang dikonsumsi didapat dalam
bentuk persen, hasil persen tersebut akan dikategorikan atas (WNPG, 2004) :
a. Baik : apabila jumlah zat gizi yang dikonsumsi 80-110 % dari AKG
b. Kurang : apabila jumlah zat gizi yang dikonsumsi < 80 % dari AKG
2. Frekuensi makan
1. Sering : 4-6x/minggu
2. Kadang-kadang : 1-3 kali/minggu
3. Jarang : 1-2x/bulan
4. Tidak pernah
3. Jenis makanan
food recall 24 jam sebanyak dua kali. Selanjutnya jenis makanan dikategorikan
menjadi :
Dalam pengukuran kali ini, penyakit infeksi yang diambil peneliti adalah
penyakit infeksi. Sebaliknya, dikatakan “tidak sakit’’ jika seseorang tidak pernah
1. Pendapatan keluarga
pendapatan ibu dan ayah yang diakumulasikan menjadi pendapatan keluarga guna
2. Pendidikan Ibu
sederajat. Rendah jika ibu hanya lulus SD/SMP. Kategori pendidikan sebagai
berikut:
3. Pekerjaan Ibu
b. Tidak Bekerja : jika ibu tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, dan sebagai
microsoft excel.
b. Data pola makan didapat dengan menggunakan lembar food recall 24 jam dan
skunder dari sekolah kemudian diolah secara manual dan disajikan dalam
antropometri 2007.
b. Coding yaitu member kode atau angka angka tertentu pada kuisioner.
aplikasi komputer dan akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
SMP Negeri 2 Rantau Selatan beralamat di Jl. HM. Said No. 226
S.pd.M.Pd dengan jumlah siswa sebanyak 830 orang. Jumlah guru sebanyak 38
orang dengan staf tata usaha dan penjaga sekolah. SMP Negeri 2 Rantau Selatan
ini memiliki sarana dan prasarana antara lain yaitu ruang kelas sebanyak 23 kelas,
mandi siswa dan guru sebanyak 6 ruang dan terdapat 1 lapangan yang biasa
penyuluhan kesehatan dan pemantauan tinggi badan dan berat badan siswa yang
dengan kategori pendek dan sangat pendek di SMP Negeri 2 Rantau Selatan
berdasarkan karakteristik responden yaitu kelas, jenis kelamin dan umur dapat
42
Universitas Sumatera Utara
43
43
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa anak stunting dengan jenis kelamin
Rantau Selatan anak dengan status stunting pendek sebesar 87 anak (77,7 %) dan
Selatan pada 112 anak stunting, maka distribusi frekuensi pengetahuan anak
stunting tentang gizi seimbang dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :
memiliki pengetahuan yang baik tentang gizi seimbang dan anak dengan
dapat dilihat bahwa pada umumnya anak stunting mengkonsumsi asupan energi,
Kecukupan Gizi (AKG) yang telah dianjurkan. Distribusi asupan energi, protein,
dan vitamin a anak stunting dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :
stunting dalam kategori baik sebanyak 9 anak (8,0%), dan dalam kategori kurang
mencapai 103 anak (92,0%). Hasil survei yang didapat untuk kecukupan protein
anak stunting dengan kategori baik sebanyak 13 anak (11,6%), dan untuk kategori
pada kategori kurang sebanyak 106 anak (94,6%) dan untuk kategori baik
jumlah konsumsi energi minimum sebesar 124,6 kkal dan maksimum sebesar
2730,0 kkal. Sementara asupan vitamin A rata-rata dikonsumsi sebesar 28,6 mgc.
mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok dengan frekuensi 4-6 kali/minggu dan
jagung menjadi jenis makanan pokok yang jarang dikonsumsi anak (85,7%)
dengan frekuensi 1-2 kali/bulan. Ikan adalah makanan sumber protein tertinggi
yang dikonsumsi anak stunting yaitu sebesar (100,0%) dengan frekuensi 4-6
kali/minggu sementara daging menjadi jenis makanan sumber protein yang jarang
dikonsumsi anak (66,1%) dengan frekuensi 1-2 kali/bulan dengan alasan faktor
sosial ekonomi yang kurang. Konsumsi sayuran tertinggi adalah jenis sayur
buahan, bahkan ada 4 anak (3,6%) yang tidak pernah mengkonsumsi buah-buahan
jenis pepaya dengan alasan tidak suka dan untuk jajanan, (100,0%) anak
Frekuensi makanan pokok selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut :
Rantau Selatan tidak lengkap sebesar 90,2%. Hal ini terjadi karena anak stunting
tersebut tidak membiasakan diri sarapan pagi sehingga pada siang hari anak
gorengan dan chiki. Pada malam harinya anak juga jarang mengkonsumsi
hari. Frekuensi pola makan berdasarkan jenis makanan dapat dilihat selengkapnya
stunting yang tidak memiliki riwayat penyakit infeksi yaitu 66 (57,1%). Namun,
ada 48 (42,9%) anak yang memiliki riwayat penyakit dengan jenis penyakit
tertinggi yang dialami anak stunting adalah diare sebanyak 24 (21,4%). Hasil
soal. Frekuensi riwayat penyakit selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut
ini :
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa kebanyakan ibu dari anak
stunting berpendidikan tinggi sebesar (51,8 %) dengan rata-rata ibu tidak berkerja
karena hanya sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sebesar (66,1%) dan rata-rata
Tabel 4.8 Distribusi Sosial Ekonomi Keluarga Anak Stunting di SMP Negeri
2 Rantau Selatan
No Status Sosial Ekonomi N %
1. Pendidikan Ibu
Tinggi 58 51,8
Rendah 54 48,2
2. Pekerjaan Ibu
Bekerja 38 33,9
Tidak Bekerja 74 66,1
3. Pendapatan Keluarga
Cukup 49 43,8
Rendah 63 56,3
Total 112 100,0
Rantau Selatan berdasarkan kategori stunting dapat dilihat selengkapnya dari tabel
berikut :
Tabel 4.9 Tabulasi Silang Pengetahuan Gizi Seimbang Anak Stunting di SMP
Negeri 2 Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting
Pengetahuan Gizi Seimbang
Total
Katagori Stunting Baik Kurang p
n % n % n %
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa sebagian besar anak pendek dan
sangat pendek memiliki pengetahuan gizi seimbang dengan kategori baik. Pada
anak dengan kategori pendek sebesar (85,1%) dan pada anak dengan kategori
Tabel 4.10 Tabulasi Silang Kecukupan Energi Anak Stunting di SMP Negeri
2 Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting.
Kecukupan Energi
Total
Katagori Stunting Baik Kurang p
n % n % n %
Pendek 8 9,2 79 90,8 87 100,0
0,681
Sangat pendek 1 4,0 24 96,0 25 100,0
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa sebagian besar anak pendek
kecukupan energi baik hanya sebagian kecil dari anak pendek sebanyak 8 anak
(9,2%). Sama hal dengan anak pendek bahwa hampir seluruh anak sangat pendek
Tabel 4.11 Tabulasi Silang Kecukupan Protein Anak Stunting di SMP Negeri
2 Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting
Kecukupan Protein
Total
Katagori Stunting Baik Kurang p
n % n % n %
Pendek 10 11,5 77 88,5 87 100,0
1,00
Sangat pendek 3 12,0 22 88,0 25 100,0
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa rata-rata anak pendek dan
sangat pendek memiliki tingkat kecukupan protein tergolong kurang terlihat dari
persentase anak pendek yang kurang protein sebesar (88,5 %) atau sebanyak 77
anak dan anak sangat pendek sebesar (88,0 %) dengan nilai (p=1,00).
Berdasarkan tabel 4.12 terlihat bahwa sebagian besar anak pendek dan
pendek sebesar (96,6%) atau sebanyak 84 anak dan anak sangat pendek sebesar
Berikut ini distribusi jenis makanan anak stunting di SMP Negeri 2 Rantau
Tabel 4.13 Tabulasi Silang Jenis Makanan Anak Stunting di SMP Negeri 2
Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting
Jenis Makanan
Tidak Total
Katagori Stunting p
Lengkap Lengkap
n % n % n %
Pendek 10 11,5 77 88,5 87 100,0
0,451
Sangat pendek 1 4,0 24 96,0 25 100,0
Berdasarkan tabel 4.17 dapat dilihat bahwa kategori pendek lebih banyak
(88,5%) dan hanya 1 anak stunting dengan kategori sangat pendek mengkonsumsi
Tabel 4.14 Tabulasi Silang Riwayat Penyakit Anak Stunting di SMP Negeri 2
Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting
Riwayat Penyakit
Total
Katagori Stunting Tidak sakit Sakit p
n % N % n %
Pendek 48 55,2 39 44,8 87 100,0
0,432
Sangat pendek 16 64,0 9 36,0 25 100,0
Berdasarkan tabel 4.14 terlihat bahwa sebagian besar anak pendek dan
sangat pendek tidak memiliki riwayat penyakit infeksi. Pada anak pendek sebesar
(55,2%) atau sebanyak 48 anak dan anak sangat pendek sebesar (64,0%) atau
sebanyak 16 anak. Namun, sebagian kecil dari anak pendek mengaku pernah
memiliki riwayat infeksi penyakit sebesar (44,8%) atau sebanyak 39 anak dengan
nilai (p=0,432) yang artinya riwayat infeksi penyakit tidak berhubungan dengan
stunting.
Tabel 4.15 Tabulasi Silang Pendidikan Ibu Anak Stunting di SMP Negeri 2
Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting
Pendidikan Ibu
Total
Katagori Stunting Tinggi Rendah p
n % n % n %
Pendek 44 50,6 43 49,4 87 100,0
0,632
Sangat pendek 14 56,0 11 44,0 25 100,0
Berdasarkan tabel 4.15 terlihat bahwa sebagian besar anak pendek dan
sangat pendek memiliki ibu dengan rata-rata pendidikan tinggi. Pada anak pendek
yang memiliki ibu dengan pendidikan tinggi sebesar (50,6%) atau sebanyak 44
anak dan anak sangat pendek sebesar (56,0%) atau sebanyak 14 anak dengan nilai
Tabel 4.16 Tabulasi Silang Pekerjaan Ibu Anak Stunting di SMP Negeri 2
Rantau Selatan Berdasarkan Kategori Stunting
Pekerjaan Ibu
Tidak Total
Katagori Stunting P
Bekerja Bekerja
n % n % n %
Pendek 30 34,5 57 65,5 87 100,0
0,817
Sangat pendek 8 32,0 17 68,0 25 100,0
Berdasarkan tabel 4.16 terlihat bahwa rata-rata anak pendek dan sangat
pendek memiliki ibu yang tidak bekerja atau hanya sebegai ibu rumah tangga
(IRT). Hal ini terlihat dari jumlah anak pendek dengan ibu yang tidak bekerja
sebanyak 57 anak atau sebesar (65,5%) dan anak yang sangat pendek sebanyak 17
Berdasarkan tabel 4.17 terlihat bahwa rata-rata anak pendek dan sangat
pendek memiliki keluarga dengan tingkat pendapatan yang rendah. Hal ini terlihat
anak atau sebesar (56,3%) dan anak yang sangat pendek sebanyak 14 anak atau
SMP Negeri 2 Rantau Selatan dengan kategori baik sebesar (85,1%) dan pengetahuan
gizi seimbang dengan kategori baik pada anak dengan status sangat pendek sebesar
(80,0%). Hal ini terjadi salah satunya karena seluruh siswa/i di SMP Negeri 2 Rantau
Selatan mendapat penyuluhan tentang gizi seimbang dari Dinas Kesehatan Labuhan
Batu dan dari mahasiswa/i kesehatan daerah dalam waktu 3 bulan sekali. Anak
dengan pengetahuan gizi yang baik biasanya akan memperhatikan setiap makanan
yang akan dikonsumsinya. Namun berdasarkan hasil penelitian ini masih ditemukan
sejumlah anak dengan pengetahuan gizi seimbang baik tetapi memiliki status gizi
Pola makan anak stunting di SMP Negeri 2 Rantau Selatan pada umumnya
kurang ( jenis, jumlah dan frekuensi ). Rata-rata anak stunting tidak sarapan pagi dan
seperti bakso, mie sop, gorengan yang di jual di kantin sekolah, dan pada malam hari
sebagian anak stunting tidak mengkonsumsi makanan pokok karena pada sore hari
54
status gizi orang tersebut. Semakin baik konsumsi makanan seseorang maka akan
semakin beragam zat gizi yang terpenuhi yang menunjang pertumbuhan dan
perkembangan terutama bagi anak sekolah yang kebutuhan energi dan zat gizi lainnya
Negeri 2 Rantau Selatan rata-rata tergolong kurang. Anak pendek dengan kategori
konsumsi energi kurang sebesar (90,8%) dan kategori sangat pendek sebesar
(96,0%). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi anak stunting dalam
sehari masih kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang telah dianjurkan.
Kejadian ini karena makanan yang dikonsumsi sehari-hari oleh anak stunting baik di
rumah maupun dari luar rumah seperti jajanan belum bisa mencukupi kebutuhan
energi yang dibutuhkan dalam sehari. Kebiasaan anak yang tidak sarapan pagi,
jumlah asupan makanan pokok yang kurang dan frekuensi makan makanan pokok
yang dikonsumsi hanya dua kali juga mengakibatkan kebutuhan energi anak belum
tercukupi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Jumirah, dkk (2007) pada
anak sekolah dasar di Desa Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan bahwa dalam
penelitian tersebut anak yang sangat pendek umumnya mempunyai konsumsi energi
yang kurang dan defisit, sementara anak-anak yang status gizinya normal (tidak
pendek) menunjukkan konsumsi energi yang bervariasi dari tingkat konsumsi energi
baik sampai defisit. Dengan kata lain ada anak yang tinggi badan menurut umur
normal tetapi mempunyai konsumsi energi yang defisit, sebaliknya ada anak yang
status tinggi badannya pendek dan sangat pendek mempunyai konsumsi energi yang
kurang dan sedang. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi badan sebagai indikator
pertumbuhan linier lebih merupakan refleksi dari asupan gizi masa lalu bukan masa
sekarang.
(88,5%) sedangkan pada kategori stunting sangat pendek sebesar (88,0%). Kurangnya
Konsumsi energi dan protein menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya stunting
pada siswa/i di SMP Negeri 2 Rantau Selatan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
anak stunting rata-rata mengkonsumsi nasi dan ikan dalam seminggu sebanyak 4-6
kali. Namun kebanyakan anak stunting tidak mengkonsumsi sayur, bahkan ada
beberapa anak yang tidak pernah mengkonsumsi sayur pada jenis tertentu dengan
data food recall 24 jam yang dilakukan dua kali yaitu pada hari jumat dan senin,
dengan konsumsi paling rendah sebanyak (0,8 %) dan konsumsi yang paling tinggi
sebesar (136,6 %). Kebutuhan vitamin A dalam satu hari untuk anak laki-laki dan
perempuan usia 13-15 tahun sebanyak 600 mgc. Rata-rata konsumsi vitamin A ini
termasuk kategori kurang untuk setiap kategori usia responden. Pada anak stunting
dan anak stunting dengan kategori sangat pendek mengalami kekurangan vitamin a
mempunyai efek penting terhadap keaktifan sel tulang dan tulang rawan. Selain itu
kurangnya kesadaran oleh anak stunting untuk membiasakan makan sayur dan buah
setiap hari. Konsumsi buah pada umumnya dikonsumsi hanya 1-3 kali dalam
seminggu. Bahkan ada beberapa anak stunting yang sama sekali tidak mengkonsumsi
buah dan sayur pada jenis tertentu, seperti bayam, papaya dan pisang dengan alasan
tidak menyukai rasa dan teksturnya. Sama halnya dengan buah sayuran juga
dikonsumsi dalam jumlah sedikit, biasanya sayuran yang dikonsumsi juga dipilih
sesuai selera anak dan yang sering dikonsumsi antara lain, bayam, kangkung daun ubi
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hayani (2014) tentang hubungan pola
makan dan asupan serat dengan status gizi siswa/i SMPN 34 Medan bahwa konsumsi
buah dan sayuran pada hari libur dapat terlihat berbeda. Pada hari sekolah siswa/i
jarang sekali mengonsumsi buah-buahan dan sayuran yang disebabkan pada hari
sekolah siswa/i lebih banyak mengonsumsi makanan jajanan yang tersedia dikantin
sekolah.
Selatan tidak memiliki riwayat penyakit infeksi. Hal ini terbukti dari hasil yang
diperoleh, dari 112 anak terdapat 64 anak yang tidak memiliki riwayat penyakit
infeksi. Pada kategori pendek yang tidak memiliki riwayat penyakit sekitar (44,8%)
dan pada kategori sangat pendek terdapat (36,0%). Namun ada beberapa anak yang
pernah mengaku pernah memiliki riwayat penyakit, antara lain penyakit diare, ispa
dan penyakit lainnya. Penyakit pada posisi tertinggi adalah jenis penyakit diare
dengan persentase (21,4%) atau sebanyak 24 anak. Stunting adalah bentuk dari proses
pertumbuhan anak yang terhambat. Sampai saat ini stunting merupakan salah satu
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Neni, 2016)
yang menyatakan bahwa riwayat infeksi yang diderita anak tidak berhubungan
dengan kejadian stunting. Hal ini menandakan status gizi khususnya stunting tidak
ditentukan oleh riwayat infeksi penyakit. Namun penelitian tersebut tidak sejalan
dengan hasil penelitian (Picauly dan Toy, 2013), yang menyatakan bahwa salah satu
faktor utama penyebab stunting yaitu asupan makanan yang tidak seimbang, berat
badan lahir rendah (BBLR) dan penyakit infeksi. Kebanyakan anak dengan asupan
makanan yang tidak seimbang, BBLR dan mempunyai riwayat penyakit infeksi
Rantau Selatan memiliki pendidikan yang tergolong tinggi. Menurut teori bahwa
orang tua yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan lebih berorientasi pada
tindakan preventif, tahu lebih banyak tentang masalah kesehatan, dan memiliki status
kesehatan keluarga yang lebih baik. Namun teori tersebut tidak sejalan dengan
penelitian ini, yang menemukan sejumlah anak stunting dengan latar belakang orang
tua yang berpendidikan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan ibu dari anak
dengan kategori pendek yang berpendidikan tinggi sebesar (50,6%) atau 44 anak. Ibu
dari anak dengan kategori sangat pendek sebesar (56,0%) atau 14 anak. Namun
terdapat beberapa anak dengan ibu yang memiliki pendidikan rendah yaitu sebanyak
43 anak (49,4%) pada anak pendek dan 11 anak (44,0%) pada anak sangat pendek.
Rantau Selatan tidak memiliki pekerjaan atau sebagai ibu rumah tangga (IRT). Ibu
dari anak pendek yang tidak memiliki pekerjaan sebesar (65,5%) atau 57 anak. Ibu
dari anak sangat pendek yang tidak memiliki pekerjaan sebesar (68,0%) atau 17 anak.
Namun terdapat beberapa anak dengan ibu yang memiliki pekerjaan yaitu sebanyak
30 anak (34,5%) pada anak pendek dan 8 anak (32,0%) pada anak sangat pendek
anak.
rendah yaitu dibawah Rp.2.085.050 sebesar (57,5%) dan keluarga dari anak sangat
pendapatan akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan
menurunnya daya beli pangan yang baik secara kualitas maupun kuantitas.
mutunya. Sebaliknya, penghasilan yang rendah menyebabkan daya beli yang rendah
pula, sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan.
Hasil penelitian di Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar
menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan status gizi keluarga.
Hasil penelitian ini didukung oleh penilitian (Yunida, 2005) yang dilakukan di
Medan, menunjukkan hasil adanya hubungan antara tingkat pendapatan dengan status
gizi.
6.1. Kesimpulan
pengetahuan gizi seimbang yang baik, salah satu hal ini dikarenakan siswa/i di
Artinya pada penelitian kali ini, pengetahuan gizi seimbang tidak mempengaruhi
kejadian stunting.
kali ini, terbukti dari hasil penelitian masih banyak ditemukan anak stunting tapi tidak
memiliki riwayat penyakit infeksi atau sekitar 55,2 % pada anak pendek dan 64,0 %
pada anak sangat pendek. Namun, pada penelitian kali ini yang menjadi penyebab
utama terjadinya stunting adalah status sosial ekonomi. Sebagian besar keluarga anak
tergolong rendah ( < Rp. 2.085.050). Hal ini menjadikan daya beli keluarga terhadap
bahan makanan kurang karena harga bahan pangan di daerah tersebut juga tergolong
tinggi, sehingga dapat mempengaruhi pola makan anak stunting di SMP Negeri 2
Rantau Selatan. Jika dalam waktu yang cukup lama, hal tersebut dapat mempengaruhi
status gizinya atau terjadinya stunting. ketidakadaan lahan pertanian yang bisa
digunakan keluarga untuk menanami bahan makanan sebagai salah satu upaya
perbaikan gizi juga menjadi alasan terjadinya stunting di SMP Negeri 2 Rantau
Selatan.
61
6.2 Saran
1. Perlu adanya sosialisasi dari pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu
2. Perlu dilakukan kerjasama antara Pemerintah Kota Labuhan Batu dan pihak
Almatsier, S. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Arisman. 2008. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Buku ajar ilmu gizi edisi kedua
Jakarta, Buku Kedokteran EGC.
Badan Pusat Statistik. 2016. Upah Minimum Regional Provinsi Samatera Utara.
Medan, BPS. (online : diakses pada 25 juli 2017 )
Cakrawati dan Mustika. 2011. Bahan Pangan, Gizi, Kesehatan. Bandung. Alfabeta.
Dewi, I.A dan Adhi, K.T. 2016. Pengaruh Konsumsi Protein dan Seng Serta
Riwayat Penyakit Infeksi Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Balita
Umur 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Nusa Penida III. Jurnal :
Kesehatan Masyarakat FK UNUD
63
63
Universitas Sumatera Utara
Harniwita. 2008. Pengaruh Tingkat Pendapatan Terhadap Gizi Keluarga Di
Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. Vol. IX, No.
1. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Hayani, F. 2014. Hubungan Pola Makan dan Asupan Serat dengan Status Gizi Pada
Siswa/i di SMP Negeri 34 Medan Tahun 2014. Skripsi. Medan : Universitas
Sumatera Utara.
Henny, M. 2012. Analisis Faktor Resiko Stunting Pada Anak Sekolah Dasar di
Kabupaten Tapanuli Utara. Tesis : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Jumirah, Zulhaida, dan Evawany. 2008. Status Gizi dan Tingkat Kecukupan Energi
dan Protein Anak Sekolah Dasar di Desa Namo Gajah, Kecamatan Medan
Tuntungan. Medan : FKM USU.
Kemeterian kesehatan RI. 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta, Depkes
(Online : Diakses pada 14 desember 2016).
64
64
Universitas Sumatera Utara
Ngasiah, D. 2015. Hubungan Sosial Ekonomi dengan Kejadian Stunting pada
Balita di Desa Kanigoro, Saptosari, Gunung. Jurnal : Medika Respati
Kidul, Vol X No 4.
Picauly,I dan S.M. Toy. 2013. Analisis Determinan dan Pengaruh Stunting Terhadap
Prestasi Belajar Anak Sekolah di Kupang dan Sumba Timur, NTT. Jurnal
Pangan dan Gizi Volume 8 Nomor 1. Hal.56, 60. Kupang : Universitas Nusa
Cendana.
Sustainable Cocoa Production Program (SCCP). 2013. Gizi Rumah Tangga dan
Pengelolahan Makanan. Swiss Confederation : Federal department of
Economic Affairs.
Sulastri, D. 2012. Faktor determinan kejadian stunting pada anak usia sekolah di
kecamatan libuk kilangan kota padang. Jurnal : Majalah Kedokteran
Andalas Vol 36 No.1.
Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta, Buku Kedokteran EGC.
The Lencet. 2008. The Lencet’s Series Maternal and Child Undernutrition,
Executive Summary.
65
65
Universitas Sumatera Utara
UNICEF Indonesia. 2012. Ringkasan kajian kesehatan ibu dan anak. Jakarta.
Word Health Organization. 2007. Growth reference 5-19 years. Jewena. WHO
Interim Guidelines.
Widianti, YA. 2016. Prevalensi, Faktor Resiko, dan dampak Stunting pada Anak
Usia Sekolah. Jurnal : universitas slamet riyadi, Surakarta.
66
66
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Karakteristik siswa
KARAKTERISTIK SISWA
Gambaran Pengetahuan Gizi Seimbang, Pola Makan, Riwayat Penyakit, dan Sosial Ekonomi
A. DATA UMUM
Nomor responden :
Tanggal wawancara :
B. DATA RESPONDEN :
Nama :
Kelas :
Jenis Kelamin :
Tanggal lahir :
Umur :
Tinggi badan :
a. Ayah :
b. Ibu :
67
67
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Form Food Frekuency Question
FREKUENSI
JENIS MAKANAN
MAKANAN
4-6x/minggu 1-3x/minggu 1-2x/bulan Tidak Pernah
1. Makanan
Pokok
a. Nasi
b. Jagung
c. Mie
d. Singkong
d. Roti
2. Sumber
Protein
a. Daging
b. Ikan
c. Telur
d. Tahu
e. Tempe
3. Sayur-sayur
a. Bayam
b. Kangkung
c. Daun Ubi
d. Brokoli
4. Buah
a. Apel
b. Jeruk
c. Pisang
d. Papaya
e. Semangka
5. Makanan
Lainnya
a. Susu
b. Bakso
c. Gorengan
d. Chiki
e. Permen
f. Ice cream
68
68
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Form recall 24 jam
Bahan
Waktu Makanan
makan
Nama Masakan Nama Bahan Banyaknya Makanan
Makanan
URT Berat (gr)
Pagi / Jam
Snack
Siang/ Jam
Snack
Malam /
Jam
(*) URT = Ukuran Rumah Tangga, Misalnya : piring, sendok, mangkok, gelas, dll.
69
69
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Kuesioner
TANGGAL WAWANCARA :
KODE RESPONDEN :
NAMA :
UMUR :
KELAS :
C. Pengetahuan
a. Pola makan yang jumlah dan menunya sesuai dengan keinginan kita sendiri yang
c. Susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah
70
70
Universitas Sumatera Utara
a. Kelompok bahan makanan yang terdiri dari 4 sehat dan 5 sempurna.
b. Kelompok bahan makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran,
c. Gambar segitiga sebagai pedoman gizi seimbang yang terdiri dari berbagai jenis
makanan, aktivitas tubuh, dan perilaku hidup bersih dan sehat. (b)
a. Memenuhi kebutuhan gizi tubuh, sumber tenaga, pengatur dan pembangun. (b)
c. Supaya kenyang.
4. Dalam bahan makanan di bawah ini, yang menjadi sumber utama zat tenaga adalah :
5. Dalam bahan makanan di bawah ini, yang menjadi sumber zat pengatur adalah :
6. Dalam bahan makanan di bawah ini, yang menjadi sumber zat pembangun adalah :
7. Dalam satu hari, berapa banyak sebaiknya makan makanan yang mengandung
karbohidrat?
71
71
Universitas Sumatera Utara
a. 1-2 porsi sehari
11. Mengkonsumsi banyak sayur dan cukup buah-buahan sangat baik, karena :
72
72
Universitas Sumatera Utara
13. Menurut anda, manfaat olahraga adalah:
a. 8-12 gelas
c. 4-6 gelas
D. Riwayat Penyakit
1. Apakah dalam satu bulan terakhir ini anda pernah menderita penyakit infeksi?
a. Ya
b. Tidak
b. Diare
c. Demam berdarah
d. Infeksi usus
e. Lainnya…..(sebutkan)….
73
73
Universitas Sumatera Utara
3. Berapa lama biasanya anda mengalami penyakit tersebut?
c. 7-14 hari
d. 3 minggu
a. Ya
b. Tidak
b. Diare
c. Demam berdarah
d. Infeksi usus
e. Lainnya….(sebutkan)….
74
74
Universitas Sumatera Utara
75
Universitas Sumatera Utara
76
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Master data responden
77
77
Universitas Sumatera Utara
25 2 1 13 86 1 2 SMA 1 IRT 2 Rp.1.000.000 2
26 2 2 13 86 1 1 S1 1 IRT 2 Rp.3.000.000 1
27 2 1 14 93 1 2 SMP 2 IRT 2 Rp.1.000.000 2
28 1 1 3 20 2 2 SMA 1 PNS 1 Rp.3.500.000 1
29 1 1 12 80 1 2 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.2.500.000 1
30 1 2 13 86 1 2 S1 1 PNS 1 Rp.3.500.000 1
31 1 1 5 33 2 2 SMP 2 Wiraswasta 1 Rp.1.000.000 2
32 1 1 7 46 1 1 SMP 2 IRT 2 Rp.800.000 2
33 1 1 12 80 1 2 SMA 1 Petani 1 Rp.1.000.000 2
34 1 1 9 60 1 1 SMA 1 IRT 2 Rp.1.500.000 2
35 1 2 13 86 1 1 SMA 1 IRT 2 Rp.1.000.000 2
36 2 1 12 80 1 2 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.1.500.000 2
37 2 2 13 86 1 1 S1 1 PNS 1 Rp.5.000.000 1
38 2 3 5 33 2 2 SMP 2 IRT 2 Rp.2.000.000 2
39 1 1 12 80 1 2 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.1.000.000 2
40 2 1 14 93 1 2 SD 2 IRT 2 Rp.2.000.000 2
41 2 2 12 80 1 2 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.3.000.000 1
42 2 2 11 73 1 2 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.1.000.000 2
43 1 1 13 86 1 1 SMA 1 IRT 2 Rp.1.000.000 2
44 1 1 10 66 1 2 S1 1 PNS 1 Rp.5.000.000 1
45 2 1 12 80 1 2 SMP 2 IRT 2 Rp.1.500.000 2
46 2 1 6 40 2 2 SMA 1 IRT 2 Rp.9.000.000 1
47 1 1 14 93 1 1 SMP 2 IRT 2 Rp.1.500.000 2
48 2 1 12 80 1 2 SD 2 IRT 2 Rp.1.000.000 2
49 1 1 13 86 1 2 SMA 1 IRT 2 Rp.1.000.000 2
50 2 2 13 86 1 1 DIII 1 IRT 2 Rp.2.500.000 1
51 1 1 14 93 1 2 SD 2 IRT 2 Rp.1.000.000 2
78
78
Universitas Sumatera Utara
52 1 1 6 40 2 2 SMP 2 Wiraswasta 1 Rp.1.000.000 2
53 2 2 11 73 1 2 SMA 1 IRT 2 Rp.2.500.000 1
54 1 3 14 93 1 2 SMP 2 IRT 2 Rp.3.000.000 1
55 1 2 12 80 1 1 S1 1 PNS 1 Rp.6.000.000 1
56 1 2 13 86 1 1 SMP 2 IRT 2 Rp.3.000.000 1
57 2 2 12 80 1 2 SMA 1 PNS 1 Rp.13.000.000 1
58 2 2 13 86 1 2 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.4.500.000 1
59 1 2 12 80 1 1 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.2.500.000 1
60 2 2 13 86 1 2 SMA 1 PNS 1 Rp.6.000.000 1
61 2 2 13 86 1 1 SD 2 IRT 2 Rp.2.500.000 1
62 1 2 13 86 1 1 SMA 1 IRT 2 Rp.3.000.000 1
63 2 2 12 80 1 1 S1 1 Wiraswasta 1 Rp.2.500.000 1
64 2 1 12 80 1 2 SD 2 IRT 2 Rp.1.500.000 2
65 1 1 3 20 2 1 SMP 2 IRT 2 Rp.1.000.000 2
66 1 1 14 93 1 2 SD 2 IRT 2 Rp.1.500.000 2
67 1 2 11 73 1 2 SMP 2 IRT 2 Rp.2.000.000 2
68 1 1 11 73 1 1 SMA 1 IRT 2 Rp.1.000.000 2
69 1 1 12 80 1 2 SMP 2 IRT 2 Rp.1.500.000 2
70 2 1 13 86 1 2 SD 2 IRT 2 Rp.1.000.000 2
71 2 2 13 86 1 1 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.2.500.000 1
72 1 2 13 86 1 2 SMA 1 IRT 2 Rp.3.000.000 1
73 1 1 12 80 1 2 SMP 2 Ins. senam 1 Rp.6.000.000 1
74 1 1 13 86 1 1 SMP 2 IRT 2 Rp.1.000.000 2
75 2 1 5 33 2 2 SMP 2 IRT 2 Rp.1.000.000 2
76 2 1 12 80 1 1 SD 2 IRT 2 Rp.1.500.000 2
77 2 2 4 26 2 2 SMP 2 IRT 2 Rp.1.500.000 2
78 1 1 13 86 1 1 SMP 2 IRT 2 Rp.1.000.000 2
79
79
Universitas Sumatera Utara
79 1 2 13 86 1 1 SMA 1 PNS 1 Rp.5.000.000 1
80 1 2 41 93 1 1 SMP 2 Wiraswasta 1 Rp.6.000.000 1
81 2 1 13 86 1 2 SMA 1 PNS 1 Rp.3.000.000 1
82 2 1 13 86 1 2 SD 2 IRT 2 Rp.1.000.000 2
83 1 2 6 40 2 2 SMA 1 IRT 2 Rp.1.000.000 2
84 2 2 13 86 1 1 SMP 2 IRT 2 Rp.2.500.000 1
85 2 1 13 86 1 1 SMP 2 IRT 2 Rp.1.300.000 2
86 2 3 12 80 1 1 SMA 1 IRT 2 Rp.500.000 2
87 1 1 12 80 1 1 SMP 2 Wiraswasta 1 Rp.1.000.000 2
88 2 1 5 33 2 2 SMP 2 IRT 2 Rp.1.500.000 2
89 1 2 12 80 1 1 DIII 1 PNS 1 Rp.5.000.000 1
90 2 2 10 66 1 2 SD 2 IRT 2 Rp.7.000.000 1
91 1 2 14 93 1 2 SD 2 IRT 2 Rp.1.000.000 2
92 2 2 12 80 1 1 SMA 1 IRT 2 Rp.1.500.000 2
93 1 2 14 93 1 1 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.2.500.000 1
94 2 2 13 86 1 2 SMA 1 IRT 2 Rp.2.500.000 1
95 2 2 12 80 1 2 SMA 1 IRT 2 Rp.2.500.000 1
96 2 1 14 93 1 2 SD 2 IRT 2 Rp.2.500.000 1
97 1 1 11 73 1 1 SD 2 IRT 2 Rp.500.000 2
98 1 2 14 93 1 2 SMP 2 IRT 2 Rp.500.000 2
99 1 2 14 93 1 2 SMA 1 IRT 2 Rp.2.000.000 2
100 1 3 14 93 1 2 SMA 1 IRT 2 Rp.1.000.000 2
101 2 3 12 80 1 1 SMP 2 IRT 2 Rp.3.000.000 1
102 1 2 7 46 2 1 SD 2 IRT 2 Rp.2.000.000 2
103 2 2 12 80 1 2 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.4.500.000 1
104 2 1 12 80 1 2 SMA 1 IRT 2 Rp.3.000.000 1
105 2 1 12 80 1 2 SMP 2 IRT 2 Rp.1.000.000 2
80
80
Universitas Sumatera Utara
106 2 1 14 93 1 2 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.3.000.000 1
107 1 3 6 40 2 1 SMP 2 IRT 2 Rp.1.500.000 2
108 1 2 12 80 1 2 S1 1 PNS 1 Rp.5.000.000 1
109 2 2 4 26 2 1 SMP 2 IRT 2 Rp.1.000.000 2
110 2 3 13 86 1 2 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.2.500.000 1
111 2 1 3 20 2 2 SD 2 IRT 2 Rp.1.300.000 2
112 2 1 12 80 1 2 SMA 1 Wiraswasta 1 Rp.2.500.000 1
Keterangan:
No = Nomor responden K.Pend = kategori pendidikan ibu : 1. tinggi (jika ibu lulus SMA/DIII/S1
JK = Jenis Kelamin : 1. laki-laki 2. rendah (jika ibu lulus SD/SMP
2. perempuan K.Pek = kategori pekerjaan ibu : 1. bekerja (ibu bekerja sebagai/PNS/Swasta/Petani)
U = Umur : 1. 13 tahun 2. Tidak bekerja (Ibu tidak memiliki pekerjaan tetap
2. 14 tahun K.Pen = Kategori pendapatan keluarga/bulan : 1. tinggi ( ≥ Rp. 2.085.050 )
3. 15 tahun 2. rendah ( < Rp. 2.085.050)
RP = Riwayat penyakit : 1. sakit
2. tidak sakit
SP = Skor pengetahuan
KP = Kategori pengetahuan : 1. baik ( > 50 % )
2. kurang ( ≤ 50 % )
81
81
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Master data pola makan responden
No JK U JM JE (gr).1 JE (gr).2 KE (%) TKE JP (gr).1 JP (gr).2 KP (%) TKP JVA (mcg).1 JVA (mcg).2 KVA (%) TKVA
1 1 3 2 641 921.7 31.5 2 12.4 44.6 39 2 36.7 42.8 6.6 2
2 1 1 2 872 911.6 36 2 27.6 33.3 42.2 2 42.6 52.5 8.4 2
3 1 2 2 822.8 977.6 36.5 2 18.7 23.3 30.4 2 191.2 237.1 35.6 2
4 2 1 2 596.4 515 26.1 2 14.2 112.5 91.8 1 127.4 314.5 36 2
5 2 1 1 386.6 2100 58 2 23.7 31.7 40 2 186.9 121 25.6 2
6 2 3 2 1584.9 1617 75 2 44.5 37.3 59.2 2 231.2 312.7 45.3 2
7 2 2 1 1039.4 773.9 42 2 40.6 47.3 63 2 620.4 702 110 1
8 2 1 2 1148.1 927.7 48.8 2 25 32 41 2 376.4 338.2 59.5 2
9 2 1 2 1286.9 1712.2 70 2 48 52 72 2 376.4 212.9 49 2
10 2 2 2 1079.8 1210.7 53.8 2 39.8 13.7 38.7 2 95.7 172 22.3 2
11 2 1 2 1729.1 2012.3 88 2 30 37.3 48.7 2 4.8 12.2 1.4 2
12 2 1 2 855.2 1002.5 43 2 31.1 50.7 59 2 48.5 77.9 10.5 2
13 2 1 2 1249.1 2017,0 76.8 2 54.8 62.2 84.7 1 250.6 272.3 43.5 2
14 2 1 2 673.2 912.4 37.3 2 22.9 31.3 39.2 2 26.6 39.2 6.3 2
15 2 2 2 432 712.9 26.9 2 15.9 37.1 38.4 2 89.6 103.1 16 2
16 2 1 2 695.6 1208.2 44.7 2 10,6 72.1 59.9 2 14.9 81.2 8 2
17 2 1 2 784.1 1228 47 2 37,6 49.2 62.8 2 101 117 18.1 2
18 2 1 2 773.5 922.8 39,9 2 23.5 47.3 51.3 2 132.4 312 37.03 2
19 1 2 2 596.2 773.1 32.2 2 13.6 32.3 33.2 2 157.6 186.3 26.3 2
20 2 1 2 722.2 911.3 38.4 2 24.4 37.1 44.5 2 107 128.6 19.6 2
21 2 2 2 1036.8 1202.4 52.6 2 36.1 42.8 57.1 2 90.7 101.2 15.9 2
22 2 2 2 1220.6 1427.3 62.3 2 43.4 48.8 66.8 2 76.4 101 14.7 2
23 2 1 2 626.2 812.9 33.8 2 22.5 39 44.5 2 154.7 160.5 26.2 2
82
82
Universitas Sumatera Utara
24 2 2 2 875.7 1026.2 44.7 2 34.7 51.2 62.2 2 217.3 224 36.7 2
25 2 1 2 939.4 1072.2 47.3 2 28 37.5 47.4 2 64.2 91.7 12.9 2
26 2 2 2 721.3 949 39.3 2 24.5 32.7 41.4 2 136.4 142.2 32.2 2
27 2 1 2 907 1602.2 59 2 35.1 52.7 63 2 124 272.8 33 2
28 1 1 2 1297.9 1830.2 63.1 2 55.5 72.2 88 1 122 147.8 22.4 2
29 1 1 2 1095 1217.9 46.7 2 45.9 72.1 81 1 34.8 55.5 7.5 2
30 1 2 2 509 1204.3 34.6 2 15 27.3 29.3 2 193.4 227.2 35 2
31 1 1 2 792.8 1032.4 36.8 2 39.3 52.3 63.6 2 129.2 221.4 29.2 2
32 1 1 2 603.7 1019.2 32.7 2 23.7 36.6 41.8 2 126.2 251.2 31.4 2
33 1 1 2 813.8 127.2 41.2 2 30.3 57.2 60.7 2 316.3 372 57.3 2
34 1 1 2 648.8 2250.1 58.5 2 32 71.2 71.6 2 31.4 73.9 8.7 2
35 1 2 2 397 917.3 26.5 2 15 47.2 43.1 2 45.9 71.6 9.7 2
36 2 1 1 1179.5 1817.2 70.5 2 46.6 53.8 72,7 2 77.1 120.3 16.4 2
37 2 2 2 961.8 117.3 25.3 2 23.6 44.2 49.1 2 131.6 182 26 2
38 2 3 2 406.8 712 26.3 2 15 32.3 34.2 2 286.5 372 54.8 2
39 1 1 2 1490.1 2007.3 70.6 2 41.5 73.3 79.7 2 276.7 299.1 47.9 2
40 2 1 2 1328.2 1076.4 56.5 2 51.5 86.6 100 1 91.4 107.9 16.6 2
41 2 2 2 658 107.3 18 2 27.7 64.2 66.5 2 175.4 204.6 31.6 2
42 2 2 2 1395.2 1550 69.2 2 33.7 36.2 50 2 494.9 611 92 1
43 1 1 2 1608.2 1271.6 58 2 45 62 74 2 386.3 661 87.2 1
44 1 1 2 991.5 1003.7 40.3 2 23.4 62.2 59.4 2 380.8 402.6 65.2 2
45 2 1 2 1110 1275.2 56 2 36.2 45.5 59.2 2 452.9 212.9 55.4 2
46 2 1 2 1336.2 982 54.5 2 30.6 72.7 74.3 2 581.5 612 99.4 1
47 1 1 2 546.8 612.8 23 2 18.7 32.6 37 2 72.2 88 13.3 2
48 2 1 2 517.5 620.8 26.7 2 15.7 32.7 35 2 407.8 603.6 84.2 1
49 1 1 2 473.7 712 23.9 2 28.7 46.2 52 2 463.5 293.3 62.9 2
50 2 2 2 935.6 297.9 29 2 28.5 46.9 54.6 2 311.5 472.3 65.3 2
83
83
Universitas Sumatera Utara
51 1 1 2 798.5 992.6 36 2 19.7 27.2 32.5 2 120.4 146.7 22.2 2
52 1 1 1 2663 2730 108 1 138.4 140.2 193 1 485.5 440.7 77.1 2
53 2 2 2 416.4 712 26.5 2 6.2 12.4 13.4 2 101.2 141.1 20 2
54 1 3 2 905.8 1271.1 43.9 2 22.6 61.2 58 2 237 512.7 62.4 2
55 1 2 2 620.6 109.1 17 2 26.6 29.3 40.5 2 229.1 49.8 23.2 2
56 1 2 2 997.2 1064.6 41.6 2 23.6 73.3 67.2 2 286.5 327 51.1 2
57 2 2 2 1284.7 1312 61 2 44.7 92.2 99.2 1 297.3 461.4 63.2 2
58 2 2 2 612.8 811.9 33.5 2 41.2 59.7 73.1 2 317.5 433.8 62.6 2
59 1 2 2 1481 1712.2 64.2 2 48 51.3 68.9 2 376.9 412.6 65.7 2
60 2 2 2 571.5 720.6 30.4 2 15.9 22.4 27.7 2 320.9 412.6 61 2
61 2 2 2 437.4 660.3 25.8 2 19.9 32 37.6 2 107.7 188.8 24.7 2
62 1 2 2 1073.5 1371.1 49.3 2 15.5 32.7 40.4 2 45.9 92.9 11.5 2
63 2 2 2 1368.8 1422.2 65.5 2 24.2 32.4 41 2 294.9 312.6 50 2
64 2 1 2 522.6 723.6 29.3 2 18.7 23.3 30.4 2 191.2 237.1 35.6 2
65 1 1 1 2613 1615 85 2 132.3 117.7 173 1 320 372 57 2
66 1 1 2 843.3 1007.6 37.3 2 20.7 42.2 43.6 2 303.5 412.5 59.6 2
67 1 2 2 839.1 1031.4 37.7 2 23.5 36.6 41.7 2 152.5 321.1 39.4 2
68 1 1 2 873.8 912.7 36 2 28.1 39.6 47 2 46.8 63.6 9.2 2
69 1 1 2 2613 2568.5 104 1 136.4 130.5 185 1 927.5 712.5 136.6 1
70 2 1 2 1227.2 1641.1 67.4 2 33.9 54.2 63.8 2 279.7 299.6 48.2 2
71 2 2 2 1059.3 1224.7 53.7 2 45.9 47.2 67.4 2 63.8 77.2 11.7 2
72 1 2 2 877.3 612.6 30 2 24.3 36.1 41.9 2 104.1 92.6 16.3 2
73 1 1 2 1224.7 1406.2 53 2 37.3 46.2 57.9 2 297.2 312.9 50.8 2
74 1 1 2 827.1 1239 41.7 2 43.6 64.7 75 2 213.2 326.7 44.9 2
75 2 1 2 1236.1 1451.2 65.3 2 29.4 41.9 51.6 2 291.7 301.2 49.4 2
76 2 1 1 1281 1442.2 64 2 31.7 46.2 56.4 2 321.6 412.6 61 2
77 2 2 2 991.6 1024.6 47.4 2 22.8 64.1 62.9 2 15.7 37.5 4.3 2
84
84
Universitas Sumatera Utara
78 1 1 2 892.2 897.7 36 2 30.1 37.6 47 2 211.9 327.2 44.9 2
79 1 2 2 2463 2831 106 1 102.2 124.6 157.5 1 405.3 412.5 68 2
80 1 2 1 872.6 910.6 36 2 27.1 31.6 40.7 2 48.8 55.6 8.7 2
81 2 1 2 1326.2 1601.6 68.8 2 32.6 41 53.3 2 48 223.3 22.6 2
82 2 1 2 1260 1442.2 63.5 2 27.6 32.6 43.6 2 41.3 214.2 21.2 2
83 1 2 2 1039.7 1291.1 47 2 45.7 49 65.7 2 324.6 401.3 60 2
84 2 2 2 2617.2 2486.2 120 1 30.9 55.4 62.5 2 293.3 391.1 57 2
85 2 1 2 927.1 663 37.4 2 24.7 18.6 31.3 2 115.5 94.6 17.5 2
86 2 3 2 1037.2 1126.7 50.9 2 33.9 42.3 55.2 2 214.4 226 36.7 2
87 1 1 2 124.6 312.2 8.8 2 41.6 52.2 63.1 2 236.1 302.4 44.8 2
88 2 1 2 857.1 1004.4 43.8 2 32.4 51.1 60 2 49.7 89.2 11.5 2
89 1 2 2 997.2 1274.6 45.8 2 47.9 53.3 70.2 2 230.2 341.3 47.6 2
90 2 2 2 2610.3 2881 129.2 1 45.4 73.6 86.2 1 376.4 388.2 63.7 2
91 1 2 1 720.2 818.2 36 2 21.1 23 32 2 271.4 361.9 52.7 2
92 2 2 2 1179.9 1921.2 72.9 2 46.6 53.8 72.7 2 77.1 319.4 33 2
93 1 2 2 1900.8 2712.4 93 2 40.8 62.2 71.5 2 102 411.9 42.8 2
94 2 2 2 1261.7 1421.2 63.1 2 31.9 57.2 64.5 2 342 402.4 62 2
95 2 2 2 405.6 821.1 28.8 2 15.8 33.2 35.5 2 286.4 299.1 48.7 2
96 2 1 2 726.4 1032.3 41.3 2 37.8 64.4 74 2 326.1 378.2 58.6 2
97 1 1 2 627.2 827.8 29.3 2 23.5 47.7 49 2 103.3 126 19.1 2
98 1 2 2 62.8 182.7 49.5 2 30.1 37.7 47 2 214.4 242.9 38 2
99 1 2 2 1581.6 1995.5 72 2 62 13.4 52.3 2 376.7 417.6 66.1 2
100 1 3 1 2406.2 2013.7 89.2 1 52.4 66.3 82.4 1 382.8 410.8 66.1 2
101 2 3 2 827.4 670.2 35.2 2 24.3 55 57.4 2 219.6 337.7 46.6 2
102 1 2 2 920.1 1024.7 39.2 2 18.9 21.4 27.9 2 228.8 402.6 50.6 2
103 2 2 2 2340 1073.7 80 1 14.4 8.9 16.9 2 241.1 364.2 50.4 2
104 2 1 2 1047.8 1921.1 69.8 2 24.6 28.7 38.6 2 207.1 218.1 35.4 2
85
85
Universitas Sumatera Utara
105 2 1 2 1774.2 978.8 64.7 2 18.8 27.6 33.6 2 87.8 107.2 16.2 2
106 2 1 1 3027.7 2918.1 139 1 27.8 84.4 81.3 1 108.8 207.6 26.3 2
107 1 3 2 827 997.1 42.9 2 18.6 34.2 38.2 2 24.8 37.1 5.1 2
108 1 2 1 2228.6 2801.2 101 1 47.2 55.6 71.3 2 46.6 62 9 2
109 2 2 2 688.1 912.7 37.6 2 27.4 41.8 50.1 2 18.3 22.3 3.3 2
110 2 3 2 1224.6 1621 66.9 2 12.3 32.6 32.5 2 42.7 66.6 9.1 2
111 2 1 2 827.6 1035.5 43 2 24.8 27.1 37.6 2 77.8 92 14.1 2
112 2 1 2 1347.2 1421.4 65 2 30.3 68.9 71.8 3 57.3 72.7 10.8 2
keterangan :
JK = Jenis kelamin : 1. laki-laki JP (gr).1 : Jumlah konsumsi protein hari pertama
2. perempuan JP (gr).2 : Jumlah konsumsi protein hari kedua
U = Umur : 1.13 tahun KP (%) : Kecukupan protein
2. 14 tahun TKP : Tingkat Kecukupan Protein :
3. 15 tahun 1. baik ( ≥ 80-110 % dari total AKG )
JM = Jenis makanan : 1. lengkap 2. kurang ( < 80 % dari total AKG )
2. tidak lengkap JVA (mcg).1 : Jumlah konsumsi Vitamin A
JE (kkal).1 : Jumlah konsumsi Energi hari pertama JVA (mcg).2 : Jumlah konsumsi Vitamin A hari
JE (kkal).2 : Jumlah konsumsi Energi hari kedua KVA (%) : Kecukupan Vitamin A
KE (%) : Kecukupan Energi TKVA : Tingkat Kecukupan Vitamin A : 1.Baik (80-110% dari AKG)
TKE : Tingkat Kecukupan Energi : 2.kurang (< 80% dari AKG)
1. baik ( ≥ 80-110 % dari total AKG )
2. kurang ( < 80 % dari total AKG )
86
86
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Hasil Uji Statistik
seks responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 46 41.1 41.1 41.1
perempuan 66 58.9 58.9 100.0
Total 112 100.0 100.0
pengelompokan umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 13 57 50.9 50.9 50.9
14 46 41.1 41.1 92.0
15 9 8.0 8.0 100.0
Total 112 100.0 100.0
pengelompokan stunting
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid pendek 87 77.7 77.7 77.7
sangat pendek 25 22.3 22.3 100.0
Total 112 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 94 83.9 83.9 83.9
kurang 18 16.1 16.1 100.0
Total 112 100.0 100.0
asupan energi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 9 8.0 8.0 8.0
kurang 103 92.0 92.0 100.0
Total 112 100.0 100.0
87
87
Universitas Sumatera Utara
asupan protein
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 13 11.6 11.6 11.6
kurang 99 88.4 88.4 100.0
Total 112 100.0 100.0
asupan vitamin a
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 106 94.6 94.6 94.6
baik 6 5.4 5.4 100.0
Total 112 100.0 100.0
Jenis Makanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid lengkap 11 9.8 9.8 9.8
Tidak lengkap 101 90.2 90.2 100.0
Total 112 100.0 100.0
kategori sakit
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sakit 48 42.9 42.9 42.9
tidak sakit 64 57.1 57.1 100.0
Total 112 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tinggi 58 51.8 51.8 51.8
rendah 54 48.2 48.2 100.0
Total 112 100.0 100.0
88
88
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid bekerja 38 33.9 33.9 33.9
tidak bekerja 74 66.1 66.1 100.0
Total 112 100.0 100.0
pendapatan keluarga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tinggi 49 43.8 43.8 43.8
rendah 63 56.3 56.3 100.0
Total 112 100.0 100.0
89
89
Universitas Sumatera Utara
Hasil uji statistik FFQ
nasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 112 100.0 100.0 100.0
jagung
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kadang-kadang (1-
3x/minggu) 16 14.3 14.3 14.3
mie instan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 51 45.5 45.5 45.5
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 45 40.2 40.2 85.7
singkong
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 1 .9 .9 .9
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 63 56.3 56.3 57.1
roti
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 62 55.4 55.4 55.4
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 41 36.6 36.6 92.0
90
90
Universitas Sumatera Utara
daging
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kadang-kadang (1-
3x/minggu) 38 33.9 33.9 33.9
ikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 112 100.0 100.0 100.0
telur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 64 57.1 57.1 57.1
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 47 42.0 42.0 99.1
tahu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 14 12.5 12.5 12.5
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 43 38.4 38.4 50.9
tempe
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 43 38.4 38.4 38.4
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 56 50.0 50.0 88.4
91
91
Universitas Sumatera Utara
Bayam
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 5 4.5 4.5 4.5
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 87 77.7 77.7 82.1
kangkung
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 6 5.4 5.4 5.4
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 91 81.3 81.3 86.6
daun ubi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 6 5.4 5.4 5.4
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 85 75.9 75.9 81.3
brokoli
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kadang-kadang (1-
3x/minggu) 21 18.8 18.8 18.8
92
92
Universitas Sumatera Utara
apel
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kadang-kadang (1-
3x/minggu) 17 15.2 15.2 15.2
jeruk
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kadang-kadang (1-
3x/minggu) 87 77.7 77.7 77.7
pisang
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 12 10.7 10.7 10.7
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 80 71.4 71.4 82.1
pepaya
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 17 15.2 15.2 15.2
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 57 50.9 50.9 66.1
93
93
Universitas Sumatera Utara
semangka
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 7 6.3 6.3 6.3
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 85 75.9 75.9 82.1
susu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 23 20.5 20.5 20.5
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 55 49.1 49.1 69.6
bakso
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 51 45.5 45.5 45.5
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 55 49.1 49.1 94.6
gorengan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 61 54.5 54.5 54.5
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 48 42.9 42.9 97.3
chiki
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 112 100.0 100.0 100.0
94
94
Universitas Sumatera Utara
permen
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 38 33.9 33.9 33.9
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 67 59.8 59.8 93.8
ice cream
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering ( 4-6x/minggu) 3 2.7 2.7 2.7
kadang-kadang (1-
3x/minggu) 60 53.6 53.6 56.3
95
95
Universitas Sumatera Utara
Crosstabulation
pengelompokan stunting * pengetahuan gizi seimbang
Crosstab
pengetahuan gizi
seimbang Total
Chi-Square Tests
96
96
Universitas Sumatera Utara
Risk Estimate
Crosstab
97
97
Universitas Sumatera Utara
Chi-Square Tests
Risk Estimate
98
98
Universitas Sumatera Utara
pengelompokan stunting * asupan protein
Crosstab
Chi-Square Tests
99
99
Universitas Sumatera Utara
Risk Estimate
Crosstab
100
100
100 Universitas Sumatera Utara
Chi-Square Tests
Risk Estimate
101
101
101 Universitas Sumatera Utara
pengelompokan stunting * Jenis makanan
Crosstabulation
Chi-Square Tests
102
102
102 Universitas Sumatera Utara
Risk Estimate
103
103
103 Universitas Sumatera Utara
Chi-Square Tests
Risk Estimate
104
104
104 Universitas Sumatera Utara
pengelompokan stunting * keterangan pendidikan ibu
Crosstab
keterangan pendidikan
ibu Total
% within keterangan
pendidikan ibu 75.9% 79.6% 77.7%
% within keterangan
pendidikan ibu 24.1% 20.4% 22.3%
% within keterangan
pendidikan ibu 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square .229(b) 1 .632 .657 .402
Continuity
.063 1 .802
Correction(a)
Likelihood Ratio .229 1 .632 .657 .402
Fisher's Exact Test .657 .402
Linear-by-Linear
Association .227(c) 1 .634 .657 .402 .161
N of Valid Cases 112
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.05.
c The standardized statistic is -.476.
105
105
105 Universitas Sumatera Utara
Risk Estimate
106
106
106 Universitas Sumatera Utara
Chi-Square Tests
Risk Estimate
107
107
107 Universitas Sumatera Utara
pengelompokan stunting * pendapatan keluarga
Crosstab
% within pendapatan
keluarga 75.5% 79.4% 77.7%
% within pendapatan
keluarga 24.5% 20.6% 22.3%
% within pendapatan
keluarga 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
108
108
108 Universitas Sumatera Utara
Risk Estimate
109
110
110
110 Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Wawancara mengenai pola makan anak stunting menggunakan food
recall 24 jam dan food frequency.
111
111
111 Universitas Sumatera Utara