Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No.

2 September 2018

Gambaran Tingkat Kecemasan Tentang Kematian


Pada Lansia Di BPSTW Ciparay Kabupaten
Bandung
Tita Puspita Ningrum1, Okatiranti2, Shanti Nurhayati3
1
Universitas BSI, tita.tpp@bsi.ac.id,
2
Universitas BSI, okatiranti.otr@bsi.ac.id,
3
Universitas BSI, Shantynurhayati593@gmail.com

ABSTRAK
Kecemasan kematian lansia merupakan suatu kondisi emosional yang dirasakan ketika
suatu hal yang tidak menyenangkan dialami oleh seseorang manakala memikirkan
kematian. Seseorang yang mengalami kecemasan terhadap kematian memiliki
kekhawatiran, kesusahan, ketidaknyamanan, ketegangan, kegelisahan dan mereka
disibukkan dengan memikirkan proses sekarat, kemusnahan, kejadian apa yang terjadi
setelah kematian. Jika perasaan cemas tersebut terus-menerus dialami lansia maka kondisi
itu dapat memberikan dampak buruk pada kesehatan lansia baik fisik maupun mental,
bahkan dapat menimbulkan penyakit-penyakit fisik sehingga akan mengganggu kegiatan
sehari-hari. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi Bagaimanakah Gambaran
Tingkat Kecemasan Tentang Kematian Pada Lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna
Werdha (BPSTW) Ciparay Kabupaten Bandung. Desain penelitian yang digunakan
adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berusia
lebih dari 60 tahun dengan jumlah 150 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik
Purposive sampling dengan kriteria inklusi eklusi, sehingga diperoleh 79 orang. Data
diambil dengan menggunakan intrumen Death axiety Scale (DAS) kemudian dianalisa
menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukan bahwa lebih dari
setengah responden yaitu sebanyak 41(51.9%) mengalami kecemasan kematian yang
tinggi dan hampir setengah dari responden sebanyak 38(48.1%) mengalami kecemasan
kematian yang rendah. Penting bagi perawat sebagai konselor dalam mengatasi
kecemasan akan kematian lansia dengan memberikan dukungan untuk membantu
meningkatkan mekanisme koping lansia menjadi lebih adaptif.
Kata kunci: Kecemasan kematian, Lansia

ABSTRACT
The death anxiety in elderly is an emotional state that is felt when something unpleasant
by someone when thinking of death, a person who experiences anxiety over death has
feelings, distress, discomfort, feeling, anxiety and they are preoccupied with the process
of dying, annihilation, what happened after death If the feelings of death anxiety are
constantly alert the elderly, then the condition could have adverse effects on the health of
the elderly both physically and mentally, and even can bargain physical diseases that will
interfere with daily activities in the elderly. The purpose of the study was to prevention
how does Anxiety Level Matter of Death in Elderly in BPSTW Ciparay Bandung. This
research used descriptive quantitative research. The population in this study is elderly
people aged over 60 years with the number of 150 people. A total of 79 respondents was
taken using purposive sampling with inclusion and exclusion criteria. In addition, all
data were analyzed using distribution frequency. Results showed more than half of
respondents, 41 (51.9%) experienced high death anxiety. It could be caused by
inadecuate coping mechanism in elderly. It is important for nurses as a counselor to
prevent of death anxiety and provide support for helping an elderly to increase coping
mechanism became more adaptif.

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 142


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 2 September 2018

Keywords: Death Anxiety, Elderly

Diterima:16 Agustus 2018, Direvisi: 27 Agustus 2018, Diterbitkan: 15 September 2018

PENDAHULUAN Jika perasaan cemas tersebut terus-


Menua (menjadi tua) merupakan suatu menerus dialami lansia, maka kondisi itu
proses menghilangnya secara perlahan- dapat memberikan dampak buruk pada
lahan kemampuan jaringan untuk kesehatan lansia baik fisik maupun mental,
memperbaiki diri atau mengganti dan bahkan dapat menimbulkan penyakit-
mempertahankan fungsi normalnya penyakit fisik seperti gangguan sirkulasi
sehingga tidak dapat bertahan terhadap darah, gangguan metabolisme hormonal,
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang gangguan pada persendian, dan berbagai
diterima. Proses menua merupakan proses macam neoplasma sehingga akan
yang terus menerus (berlanjut) secara mengganggu kegiatan sehari-hari pada
alamiah. Proses menua dimulai sejak lahir lansia. (Cutler, 2004).
dan umumnya dialami pada semua mahluk
hidup (Nugroho, 2012). KAJIAN LITERATUR
Seiring dengan bertambahnya usia, Menurut WHO (1989) dalam Notoatmodjo
penurunan fungsi tubuh pada lansia baik (2011) usia lanjut adalah kelompok orang
fisik, fisiologis maupun psikologis tidak yang sedang mengalami suatu proses
bisa dihindari, oleh karenanya lansia perubahan yang bertahap dalam jangka
banyak menghadapi berbagai masalah waktu beberapa dekade. UU No. 13 Tahun
kesehatan yang perlu penanganan segera 1998 mengatakan bahwa lansia adalah
dan terintegrasi. Beberapa permasalahan seseorang yang telah mencapai usia lebih
psikososial yang terjadi pada lansia dari 60 tahun. Perubahan-perubahan baik
diantaranya kecemasan, depresi, insomnia, fisik, sosial, maupun psikologis yang
panaroid, dan demensia. Jika lansia terjadi pada lansia menimbulkan berbagai
mengalami masalah tersebut, maka kondisi masalah kesehatan diantaranya adalah
itu dapat mengganggu kegiatan sehari-hari kecemasan terhadap kematian (Maryam et
pada lansia. (Maryam, Ekasari, al., 2012).
Rosidawati, Jubaedi, & Batubara 2012) Carpenito & Moyet (2008) menyebutkan
Menurut Templer, (1970) dalam Nisa, kecemasan kematian sebagai suatu kondisi
Nur’aeni & Widianti (2016) Kecemasan dimana individu mengalami perasaan
kematian merupakan suatu kondisi gelisah karena ketidaknyamanan yang
emosional yang dirasakan ketika suatu hal tidak jelas atau samar atau ketakutan yang
yang tidak menyenangkan dialami oleh dihasilkan oleh presepsi tentang acaman
seseorang manakala memikirkan kematian, terhadap keberadaan seseorang baik nyata
dimana hal ini dipengaruhi oleh berbagai ataupun imajinasi. Sementara menurut
faktor, yaitu usia, jenis kelamis, kesehatan Firestone & Catlett, (2009), kecemasan
fisik, kepribadian, agama. kematian merupakan fenomena yang
Menurut Nurrahmi (2011), sebab atau kompleks yang mewakili perpaduan dari
alasan lain lansia cemas menghadapi berbagai proses berpikir dan emosi, antara
kematian adalah karena khawatir dengan lain: ketakutan akan kematian, kengerian
keadaan keluarga yang ditinggalkan, akan kerusakan fisik dan mental, perasaan
kualitas ibadah kurang karena perasaan akan kesendirian, pengalaman akhir
banyak dosa atau kesalahan yang tentang separation anxiety (kecemasan
diperbuat, takut pada proses menjelang ajal akan keterpisahan), kesedihan tentang
dan kehidup setelah mati, serta takut akhir dari diri, kemarahan dan perasaan
menderita sakit yang lama dan mati dalam putus asa yang ekstrem tentang sebuah
keadaan sendirian tanpa seorangpun yang situasi di mana kita tidak memiliki kendali.
tahu. Templer (1970) dalam Nisa et al. (2016)
mengatakan bahwa tingkat kecemasan

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 143


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 2 September 2018

kematian dipengaruhi oleh beberapa pada tahun 1970. Kuesioner ini terdiri dari
faktor, diantaranya usia, jenis kelamin, 15 pernyataan yang dijawab dengan
kesehatan fisik, kepribadian, dan agama. pilihan jawaban “B” bila benar dan “S”
bila salah. Setiap jawaban yang sesuai
METODE PENELITIAN dengan kunci jawaban yang diberikan oleh
Jenis penelitian yang digunakan dalam Templer (1970) yang benar diberi angka 1
penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dan yang salah diberi angka 0. Skor 0-6
penelitian ini bertujuan untuk termasuk dalam grup kecemasan kematian
mengumpulkan data dimana informasi yang rendah , dan skor 7 – 15 termasuk
yang dikumpulkan hanya pada suatu saat kecemasan kematian yang tinggi (Ziapour,
tertentu atau untuk menggambarkan. Sara, Dusti, & Asfajir, 2014).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua Death Anxiety Scale (DAS) telah
lansia yang tinggal di Balai Perlindungan dibuktikan memiliki validitas dan
Sosial Tresna Wredha Ciparay Kabupaten reliabilitas cukup tinggi. Nilai reliabilitas
Bandung yang berjumlah 150 orang lansia dari DAS adalah 0,83. Nilai validitas
yang terdiri dari 58 laki-laki dan 92 konstruk dibuktikan dengan korelasi yang
perempuan. Teknik sampling yang signitifikan dengan Pear Of Death Scale
digunakan dalam penelitian ini adalah yang dicetuskan oleh Boyar r = 0.74, p <
purposive sampling. 0.01 (Spielberger & Butcher, 2013 dalam
Instrument yang digunakan dalam penelian Sihombing, Lukman, & Melianingsih,
ini menggunakan instrument Death Anxiety 2014).
Scale (DAS) yang disusun oleh Templer

PEMBAHASAN
Tabel 1.Gambaran Karakteristik Responden
Karakteristik Kategori F %
Usia 60 – 69 35 44.3
> 70 44 55.7

Jenis Kelamin Laki – laki 30 38.0


Perempuan 49 62.0

Status Menikah 5 6.3


Pernikahan Tidak 5 6.3
Menikah
Janda 37 46.8
Duda 32 40.5

Mengikuti Ya 75 94.9
Pengajian Tidak 4 5.1

Tipe A. 33 41.8
Kepribadian B. 46 58.2

Pensikapan Selalu 50 63.3


terhadap dipikirkan
Masalah Dilupakan 29 36.7

Pendidikan Tidak 16 20.3


Terakhir Sekolah
SR 20 25.3
SD 21 26.6

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 144


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 2 September 2018

SMP 13 16.5
SMA 6 7.6
D3 1 1.3
S1 2 2.5

Penyakit yang Komplikasi 43 54.4


Pernah &
Sedang
Tidak 36 45.6
diderita

Agama Islam 79 100


Katolik - -
Kristen - -
Hindu - -
Budha - -
Total 79 100

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa memiliki tipe kpribadian B (58.2%) dan
lebih dari setengah responden (55.7%) hampir setengahnya (26,6%) pendidikan
berusia >70 tahun, berjenis kelamin SD. Berdasarkan penyakit yang pernah dan
perempuan (62.0%), hampir setengahnya sedang diderita dapat diketahui bahwa
janda (46.8%), semua responden beragam lebih dari setengahnya (54,4%) memiliki
islam dan hampir seluruhnya (94.9%) penyakit komplikasi
pernah mengikuti pengajian, setengahnya
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Kematian Lansia di BPSTW Ciparay

Kategori F %
Tinggi 40 `50.6%`
Rendah 39 49.4%
Jumlah 79 100.0

Berdasarkan tabel 2 di atas terlihat ini sejalan dengan penelitian Singh (2013)
gambaran tingkat kecemasan kematian yang melibatkan 194 responden lansia
lansia di BPSTW Ciparay, lebih dengan usia 45-72 tahun mengalami
setengahnya responden (50.6%) kecemasan kematian yang tinggi dengan
mengalami kecemasan kematian tinggi dan rerata skor kecemasan 7,39 di ukur dengan
setengahnya responden (49.4%) Death Anxiety Scale. Namun hasil
mengalami kecemasan kematian yang penelitian ini tidak sejalan dengan
rendah. penelitian Sihombing et al., (2014).
Berdasarkan hasil penelitian pada 79 Dikaitkan dengan penyebab kecemasan
orang responden menunjukan bahwa lebih terhadap kematian, Circirelli (2006)
dari setengah responden (50.6%) menemukan bahwa lansia mengalami
mengalami kecemasan kematian yang kecemasan kematian yang tinggi karena
tinggi dan hampir setengahnya responden adanya perbedaan antara waktu yang
(49.4%) mengalami kecemasan kematian diinginkan untuk bertahan hidup dengan
yang rendah. Lebih dari setengah kenyataan. Tinggi rendahnya kecemasan
responden mengalami kecemasan kematian kematian tergantung dari koping adaptif
yang tinggi. Hal ini dapat disebabkan maupun maladaftif yang dialami seseorang
mekanisme koping lansia terhadap (Lehto & Stein, 2009). Sementara menurut
kematian masih belum adaptif. Penelitian Grossberg (2001) mengatakan bahwa

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 145


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 2 September 2018

peristiwa tersebut dapat berhubungan dengan status janda atau duda mengalami
dengan peristiwa kehilangan yang tiba- kecemasan kematian yang tinggi
tiba, misalnya pensiun dan adanya masalah (Mean=94,50). Hal ini sangat mungkin
keuangan, orang yang dicintai sakit atau terjadi dimana lansia dengan status janda
meninggal ; penurunan kondisi fisik, atau duda merasa sendiri, dukungan dari
kognitif, atau kesehatan emosional lansia. pasangan sudah tidak dirasakan, ketakutan
Dikaitkan dengan usia, Dalam penelitian meninggalkan anak-anak cenderung lebih
ini dapat diketahui lebih dari setengah besar, karena lansia merasa anak-anak
responden berusia >70 tahun (55.7%). merupakan tanggung jawabnya sendiri.
Sama halnya dengan penelitian Lehto dan Namun hasil penelitian ini berbeda dengan
Stein (2009) dalam Muthoharoh dan penelitian Nabilla (2012) dimana
Andriani (2014) dimana partisipan dengan partisipan yang berstatus menikah
usia lanjut mengalami kecemasan memiliki kecemasan akan kematian yang
kematian yang lebih tinggi dibandingkan lebih tinggi (84,37) dan menunjukkan
dengan usia lainnya pada usia dewasa adanya korelasi yang positif antara status
tengah (60 tahun). Penelitian ini diperkuat pernikahan dengan kecemasan akan
dengan penelitian Nabilla (2012) dimana kematian. Menurut Aiken (1994) dalam
partisipan yang berada pada rentang usia Irfani (2012) bahwa kecemasan akan
dewasa akhir memiliki kecemasan akan kematian menimbulkan sejumlah
kematian yang tertinggi (M = 94,50). Pada pemikiran, salah satunya adalah perpisahan
rentang usia ini mulai berpikir lebih jauh dengan orang yang disayangi, dalam hal
mengenai berapa banyak waktu yang ini suami dan anak-anak.
tersisa dalam hidupnya (Lonetto & Berdasarkan status spiritual diperoleh data
Templer (1986) dalam Muthoharoh & semua responden (100%) beragama islam
Andriani (2014)). dan hampir seluruhnya mengikuti
Berdasarkan jenis kelamin dipeorleh data pengajian (94.9%). Religiusitas sangat
bahwa lebih dari setengahnya (62.0%) berhubungan dengan agama. Individu yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 49. religius senantiasa berperilaku sesuai
Menurut Beydag (2012) dalam Yuliana ajaran agama. Salah satu alasan yang
(2015). jenis kelamin merupakan faktor mempengaruhi kondisi kecemasan
awal yang dapat mempengaruhi kecemasan terhadap kematian adalah kepercayaan
terhadap kematian. Dalam penelitiannya atas kehidupan lain setelah kematian,
ditemukan adanya perbedaan yang misalnya konsep mengenai surga dan
signifikan antara laki-laki dan perempuan neraka (Wen, 2010 dalam Archentari,
pada kecemasan terhadap kematian. 2014). Penelitian yang dilakukan Azaiza,
Perbedaan ini menunjukkan perempuan et al (2010) mengatakan tidak ada
memperoleh skor yang lebih tinggi hubungan antara religiusitas dengan
dibandingkan dengan laki-laki. Menurut kecemasan kematian, mungkin disebabkan
Russac, Gatliff, Reece, dan Spottswood unsur-unsur keyakinan agama yang
(2007) dalam Yuliana (2015), Hal tersebut mempengaruhi kecemasan kematian.
dapat dikaitkan bahwa perempuan lebih Penelitian Azaiza (2010) diperkuat dengan
memiliki tanggung jawab secara sosial, penelitian Muthoharoh dan Andriani
peran perempuan yang banyak yaitu selain (2014) yang menunjukkann tidak ada
sebagai seorang ibu, sebagai istri, juga hubungan antara religiusitas dengan
sebagai pendukung emosi dan finansial kecemasan kematian pada usia dewasa
keluarga. tengah.
Berdasarkan status pernikahan Berdasarkan tipe kepribadian dapat
menunjukkan bahwa hampir setengah diketahui bahwa hampir setengahnya
responden yang berstatus janda dan duda (41.8%) memiliki tipe kepribadian A
mengalami kecemasan kematian yang (introvert) dan lebih dari setengahnya
tinggi. Penelitian ini sejalan dengan hasil (58.2%) memiliki tipe kepribadian B
penelitian Nadia (2007) dimana partisipan (ekstrovert). Hasil penelitian yang

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 146


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 2 September 2018

dilakukan oleh Rosidah (2010) fisik dan semakin besarnya tanggung


menunjukkan bahwa wanita dengan tipe jawab yang dimiliki, serta penyakit kronis
kepribadian ekstrovert akan mengalami dan akut pun mulai terdeteksi dimana hal
kecemasan ringan, sedangkan wanita ini menimbulkan kecemasan pada lansia.
dengan tipe kepribadian introvert akan Turner dan Kelly (2000) dalam Bestari
mengalami kecemasan sedang atau berat. dan Wati (2016) menyatakan bahwa
Tipe kepribadian memiliki hubungan yang penyakit kronis menyebabkan keterbatasan
kuat dengan kecemasan. Sedangkan dalam hal gaya hidup dan dalam
penelitian yang dilakukan oleh Pardosi dan melakukan kegiatan atau pekerjaan. Dalam
Jusuf (2014). Menyatakan bahwa tidak ada penelitian tersebut, individu yang tidak
perbedaan kecemasan menghadapi bisa menyesuaikan diri dapat mengalami
kematian ditinjau dari tipe kepribadian, kecemasan. Semakin banyak penyakit
setiap orang memiliki kepribadian yang kronis yang dimiliki maka semakin banyak
berbeda sehingga tidak ada yang akan pula keterbatasan yang ditimbulkan. Hal
memberikan reaksi yang sama meskipun ini didukung oleh penelitian Ralph,
tampaknya seolah olah mereka akan Mielenz, Parton, Flatley & Thorpe (2013)
bereaksi dengan cara yang sama (p=0,372). yang menyatakan bahwa persentase
Berdasarkan pendidikan terakhir dapat keterbatasan dalam aktivitas dasar sehari-
diketahui bahwa banyak responden dengan hari meningkat seiring dengan jumlah
tingkat pendidikan yang rendah. Tingkat kondisi kronis yang dimiliki. Dengan
pendidikan yang rendah pada seseorang beban yang semakin berat, perasaan
akan menyebabkan orang tersebut mudah khawatir dan takut dalam menjalani
mengalami kecemasan dibanding dengan kehidupan dengan kondisi tersebut
mereka yang tingkat pendidikannya tinggi. semakin meningkat. Kecemasan pada
Tingkat pendidikan seseorang atau lansia dengan penyakit kronis juga
individu akan berpengaruh terhadap ditimbulkan akibat tidak adanya kepastian
kemampuan berfikir, semakin tinggi akan kesembuhan penyakit.
tingkat pendidikan akan semakin mudah
berfikir rasional dan menangkap informasi PENUTUP
baru termasuk dalam menguraikan masalah Berdasarkan hasil penelitian mengenai
yang baru (Sarwono, 2000). Hasil Gambaran Tingkat Kecemasan Tentang
penelitian Akdag et al. (2014) menunjukan Kematian Pada Lansia di BPSTW Ciparay
bahwa faktor yang paling berpengaruh yang dilakukan pada 79 responden,
terhadap tingkat kecemasan adalah tingkat didapatkan hasil bahwa lebih dari setengah
pengetahuan seseorang dimana responden mengalami kecemasan kematian
pengetahuan mempengaruhi pola pikir dan yang tinggi dan hampir setengah dari
pemahaman seseorang. Menurut responden mengalami kecemasan kematian
Notoatmodjo (2011) bahwa pendidikan yang rendah. Hal ini dapat disebabkan
bagi setiap orang memiliki arti masing- mekanisme koping pada lansia yang masih
masing, dan pendidikan pada umumnya belum adaptif
berguna dalam mengubah pola pikir, pola
bertingkah laku serta pola pengambilan REFERENSI
keputusan. Akdag, M., Baysal, Z.Y., Atli, A.,
Berdasarkan penyakit yang pernah dan Samanci, B., & Topcu, I. (2014). A
sedang diderita dapat diketahui bahwa multy–centric prospective study :
lebih dari setengah responden memiliki anxiety and associated factors among
penyakit komplikasi sebanyak 43 orang parents of children undergoing mild
(54.4%). Menurut Santrock (2002) dalam surgery in ENT. Journal of Nursing
Muthoharoh dan Andriani (2014), masalah And Experimental
kesehatan merupakan persoalan utama bagi Inverstigation,5(2),206-210.
dewasa tengah, pada usia ini mulai Archentari, A.K., & Siswati, S. (2014).
ditandai dengan menurunnya kemampuan Hubungan Antara Religiusitas

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 147


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 2 September 2018

Dengan Kecemasan Terhadap Muthoharoh, S., & Andriani, F. (2014).


Kematian Pada Individu Fase Hubungan antara Religiusitas
Dewasa Madya. Jurnal Empati dengan Kecemasan Kematian
karya ilmiah S1Fak. Psikologi- pada Dewasa Tengah.
Undip. 1(3). Journal.unair.ac.id/ download-
Bestari, K.B., & Wati, K.N.D. (2016). fullpapers-
Penyakit Kronis Lebih dari Satu jpksd88e11899cfull.pdf.
Menimbulkan Peningkatan Nabilla, I. (2012). Hubungan Antara
Kecemasan pada Lansia di Persepsi Terhadap Kematian
Kecamatan Cibinong. Jurnal Dengan Ketakutan Akan
Keperawatan Indonesia, 19(1), 49- Kematian Pada Wanita Penderita
54. .ISSN 2354-9203. Kanker Payudara. SKRIPSI.
Carpenito & Moyet (2008). Nursing Universitas Guna Dharma.
Diagnosis : Application to Clinical http://hdl.handle.net/123456789/
Practice. Phila delphia : Lippincott 1936.
Williams & Wilkins Nadia. (2007). Kecemasan pada lansia di
Circirelli , V.G.(2006). Fear of death in Rumah Sakit Pusat TNI AU Dr.
mid-old age. Journal of Gerontologi; Esnawan Antariksa. Skripsi
psychological Science, 61B: 75-81. Sarjana Psikologi, Universitas
Cutler, H. C.(2004). Seni Hidup Bahagia Gunadarma Jakarta.
(Alih Bahasa: Alex Tri Kantjono http://www.gunadarma.ac.id/libr
Widodo). Jakarta : Gramedia ary/articles/graduate/psychology
Pustaka Umum. /2007/Artikel_10503119.pdf.
Firestone, R., & Catlett, J. (2009). Beyond Nisa, R.I.K., Nur’aeni, A., & Widianti, E.
Death Anxiety. New York: Springer (2016). Death Anxiety Pada
Publishing Company, LCC Pasien Sindrom Koroner Akut di
Grossberg. (2001). Generalized anxiety RSUP DR. Hasan Sadikin
disorder in the elderly. Bandung. Jurnal keperawatan
Psychiatric Clinics of Norts .stikes.asyiyahbandung.ac.id.
American, 24(1). 3(2).
Heidegger, M. (2001). Guide to Notoatmodjo. (2011). Masalah Dan
Heidegger’s Being and Time: Pelayanan Kesehatan
Production by Marilyn P. Masyarakat Lansia. Jakarta:
Semerad Rieneke Cipta
Irfani, N. (2012). Hubungan Antara __________. (2012). Metodologi
Presepsi Terhadap Kematian Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Dengan Ketakutan Akan Rineka Cipta.
Kematian Pada Wanita Nugroho, W. (2008). Keperawatan
Penderita Kanker Payudara. Gerontik & Geriatrik. Jakarta:
Skripsi Fakultas Psikologi, EGC
Universitas Gunadarma. __________. (2012). Keperawatan
Lehto, R., & Stein, F.K. (2009). Death Gerontik & Geriatrik. Jakarta:
Anxiety: an Analysis of an EGC.
Evolving Concep. Research and Nurrahmi. (2011). Kecemasan Dalam
Theory for Nursing Practice: An Menghadapi Kematian Pada
International Journal, 23(1). Lanjut Usia. Jurnal Fakultas
Maryam, R.S., Ekasari, M.F., Psikologi Universitas Negeri
Rosidawati.,Jubaedi., A., & Makasar.
Batubara, I. (2012). Mengenal Pardosi, A. (2014). Kecemasan
Usia Lanjut dan Perawatannya. Menghadapi Kematian Pada
Jakarta: Salemba Medika. Lansia Ditinjau dari Tipe
Kepribadian. Skripsi Fakultas

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 148


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 2 September 2018

Psikologi Universitas Sumatera Kelompok. Seminar Psikologi &


Utara. https:// textid.123 dok. Kemanusiaan. Psikology Forum
Com /document UMM, ISBN: 978-979-796-324-
/nzw981yekecemasan menghada 8.
pin-kematian-pada-lansia- Ziapour., Sara, S., Dusti, A.y., & Asfajir,
ditinjau-dari-tipe- A.A.A. (2014). The correlation
kepribadian.html. betwenhappiness and death
Raph, N.L., Mielenz, T.J., Parton, H., anxiety : A case study in healt
Flatley, A., & Thrpe, L.E. personnel of Zareh hospital of
(2013). Multiple cronic Sari. European Journal of
conditions and limitations in Expperimental Biologi,4(2):172-
activities of daily living in a 177.
communicaty-based sample of
older. Journal Preventing
Chronic Disease, 10.
Sadock, B.J., & Sadock, V.A. (2007). Post
traumatic stress disorder and
acutestress. New York:
Lippincott Williams & Wilkins.
Santrock.(2004). A Topical Approach to
Life-Span Development. New
York: McGraw-Hill..review.
Sarwono. (2000). Teori-teori Psikologi
Sosial. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Sihombing, F., Lukman, M., &
Melianingsih, I. (2014). variabel
yang mempengaruhi kecemasan
kematian pada lansia: sebuah
literature
review.ejournal.stikesborromeus.
ac.id/jurnal.php?jurnal=edisi_ju
rnal.
Singh, R.S. (2013). Death Anxiety Among
aged Manipuris, India. Zenith
International Journal of
Multidisciplinary Research, 3(1).
ISSN 2231-5780
Spielberger, C.D., & Butcher, J.N. (2013).
Advances in Personality
Assessment. New York and
London : Psychology Press
Templer. (1970). The Construction And
Validation Of A Death Axiety
Scale. The Journal Of Generel
Psychology 163-177.
_______. (1976). Two factor theory of
death anxiety: A note. Essence,
2, 91-92.
Yuliana. (2015). Mengatasi Kecemasan
Terhadap Kematian Pada Pasien
Sakit Parah Melalui Konseling

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 149


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk

Anda mungkin juga menyukai