Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam

keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati

kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar. Bagi sebagian orang

normal, rasa cemas biasanya timbul pada suatu kejadian tertentu saja, misalnya

saat akan menghadapi ujian di sekolah atau wawancara kerja. Namun pada

penderita gangguan kecemasan, rasa cemas ini kerap timbul pada tiap situasi. Itu

sebabnya orang yang mengalami kondisi ini akan sulit merasa rileks dari waktu ke

waktu (Kemenkes, 2018)

World Wealth Organization (WHO, 2021) jumlah narapidana dari tahun

ke tahun mengalami peningkatan di Amerika Serikat (AS) mencapai 2,06 juta

orang hingga September tahun 2021, Tiongkok menempati posisi kedua lantaran

memiliki 1,71 juta narapidana, Brasil menyusul dengan 811 ribu narapidana, India

dan Rusia berada di peringkat selanjutnya dengan jumlah narapidana masing-

masing sebanyak 478 ribu orang dan 472 ribu orang, Thailand dan Turki masing-

masing memiliki narapidana sebanyak 309 ribu orang dan 281 ribu orang.

World Wealth Organization (WHO, 2018) melaporkan gangguan depresi

merupakan salah satu gangguan kesehatan mental yang memiliki prevalensi

tertinggi di dunia.dan terdapat 322 juta orang mengalami gangguan depresi di

dunia, dari kategori ringan hingga kategori berat. Global Change Data Lab

berkolaborasi dengan Oxford University juga melakukan survei serupa. Data hasil
2

survei kolaborasi kedua institusi tersebut menunjukkan bahwa terdapat kurang

lebih 264 juta orang mengalami gangguan depresi pada tahun 2017 di dunia

(Ritchie & Roser, 2018).

The Bureau of Justice Statistics (2017) melaporkan Sekitar (26%)

narapidana mengalami depresi atau mendapatkan tekanan psikologis serius, (44%)

narapidana mengalami depresi, sedangkan (36%) narapidana tidak mengalami

depresi. Depresi yang dialami oleh narapidana yaitu depresi berat (31%),

gangguan bipolar (25%), gangguan kecemasan (18%), dan PTSD (16%).

Diperkirakan sekitar 50% sampai 75% dari 2 juta pemuda yang dipenjara

memenuhi kriteria mengalami depresi (Bronson & Berzofsky, 2017)

Sementara di Indonesia jumalh narapidana juga terjadi peninglatan di

setiap tahunnya tahun 2021 yaitu 8250, Bali 3133, Bangka Belitung 2186, Banten

10136, Bengulu 2390, Yogjakarta 1424, Jakarta 15041, Gorontalo 956, Jambi

4241, Jawa Barat 21313, Jawa tengah 13032, Jawa Timur 26038, Kalimantan

Barat 5150, Kalimantan Selatan 9296, Riau 12745, Sumatera Utara 30090 orang

narapidana (Lembaga tahanan Negara Indonesia, 2022).

Sementara di Sumatera Barat jumlah narapidana (tahun 2022) terdapat

Sijunjung sebanyak 240 orang, Payakumbuh 214 orang , Alahan panjang 25

orang, Suliki 71 orang, Sawahlunto 210 orang, Pasaman Barat 89 orang,

Batusangkar 35 orang, Muaralabuh 24 orang, Painan 36 orang, Padang panjang 36

orang, Padang 1052 orang (Lembaga tahanan Kanwil Sumatera Barat, 2022).

Narapidana adalah seseorang yang melanggar norma dan telah

mendapatkan keputusan hukum tetap berupa hilangnya hak kemerdekaan

sehingga menjalani kesehariannya di sebuah Lembaga Pemasyarakatan untuk


3

melaksanakan pembinaan. Anak yang tindakan pidana merupakan anak yang

melakukan tindakan pidana telah mencapai umur 12 tahun tapi blm mencapai 18

tahun dan belom pernah menikah.(Wilson, dkk 2016).

Narapidana telah mendapat stigma yang lebih buruk dikalangan

masyarakat. Persepsi masyarakat tentang seorang narapidana yang berlebihan

memberikan efek yang buruk terhadap persepsi narapidana di masyarakat tentang

diri mereka, sehingga narapidana kehilangan rasa percaya diri dan merasa cemas

menghadapi penerimaan masyarakat setelah hukuman berakhir (Paisol Burlian,

2016).

Menurut Faradhiga (2015) banyaknya tekanan yang dialami

narapidana khususnya narapidana remaja membuat mereka mudah mengalami

depresi. Tanpa adanya dukungan dari lingkungan terhadap mereka,

kemungkinan terjadi angka bunuh diri, melukai dan membahayakan diri sendiri

pada narapidana akan meningkat. Oleh karena itu dukungan dari lingkungan

menjadi penting untuk mereka dalam menghadapi tekanan -tekanan yang

terjadi pada mereka selama berada di Lapas, selain itu terkait dengan aspek

kognitif depresi, individu depresif memusatkan perhatian secara selektif pada

kemungkinan - kemungkinan dan aspek - aspek buruk dalam hidup dan

lingkungan. Hal ini kemudian mendorong individu depresif mengembangkan

cara berpikir yang depresif, seperti memandang diri secara inferior, pesimis

terhadap masa depan, merasa bersalah berlebihan, dan pola - pola perilaku yang

menghukum.

Depresi merupakan salah satu permasalahan kesehtan mental ,kesehatan

mental tidak tidak ada beda dengan kesehtan fisik yang membutukan perawatan
4

perawatan agar kesehatan tidak tergnggu. Depresi merupakan penyakit mental

yang di alami yang seing di alami oleh masyarakat indonesia, depresi bisa

menyebab kan kematian ke dua bagi masyarakat indonesia setelah penyakit

jantung .seseorang di katakan depresi jika mengalami gangguan suasana hati

lebih dari lima minggu.(Detik Health 2019).

Depresi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain yaitu faktor

biologis, faktor genetika dan faktor psikososial. Dalam kondisi yang demikian,

anakyang merupakan narapidana membutuhkan dukungan sosial terutama yang

berasal dari keluarga. Adanya dukungan sosial membuat individu menyadari

bahwa adanya lingkungan terdekat individu yaitu keluarga yang siap membantu

individu dalam menghadapi tekanan. Dukungan tersebut dapat membuat

seseorang dapat menghadapi masalah dengan lebih baik (Lubis, 2016).

Meningkatnya depresi pada narapidana remaja maka perlu dilakukan

sebuah tindakan untuk mengurangi tingkat depresi atau kecemasan. Pada umunya

di lapas terdapat program mengurangi depresi atau kecemasan dengan cara non

farmakologi seperti bimbingan konseling, psikoterapi, terapi tertawa, terapi

kognitif, relaksasi meditasi dzikir, spritual, pendekatan expresive writing

danhipnotis lima jari (Indah, 2018).

Tindakan yang dapat diberikan untuk mengatasi depresi yaitu dengan

terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi adalah terapi obat

yang diberikan untuk mengurangi depresi yang dialami. Sedangkan terapi non

farmakologi yang dapat diberikan adalah dengan membangun hubungan saling

percaya, kesadaran diri, melindungi klien, memodifikasi lingkungan, serta

memotivasi kegiatan. Sedangkan cara lain yang dapat diberikan adalah dengan
5

pendidikan kesehatan, mengenal ansietas, mengembangkan pemahaman tentang

ansietas, belajar cara-cara baru untuk menghadapi ansietas, latihan rileksasi,

biofeedback,dan desentisasi sistematik (Stuart, 2016)

Teknik hipnosis lima jari merupakan suatu bentuk pengalihan situasi self

hipnosis menyebabkan efek relaksasi, sehingga dapat mengurangi kecemasan,

ketegangan,dan stres dari pikiran yang dapat berpengaruh pada pola

pernafasan,denyut jantung,denyut nadi,tekanan darah,mengurangi ketegangan

otot, memperkuatingatan pengeluaran hormon yang dapat memicu timbulnya

kecemasan, dan mengatur hormone yang berkaitan dengan stres (Hastuti dan

Arumsari, 2015).

Hasil penelitian Pardede (2020) penurunan tingkat kecemasan pasien

hiv/aids melalui terapi hipnotis lima jari menunjukkan bahwa tingkat kecemasan

sebelum diberikan terapi hipnotis lima jari sebagian besar berada pada kategori

sedang yaitu sebanyak 15 orang (48,4%) pada tingkat kecemasan berat sebanyak

14 orang (45,2%) dan pada tingkat kecemasan ringan sebanyak 2 orang (6.5%).

Setelah diberikan terapi hipnotis lima jari menunjukkan bahwa adanya penurunan

jumlah tingkat kecemasan berat 2 orang (6,5%) tingkat kecemasan ringan 11

orang (35,5%) tingkat kecemasan sedang 18 orang (58,1%). Hasil penelitian ini di

uji statistik Wilcoxon di dapatkan hasil nilai p-value 0,002 (P< 0.05).

Hasil penelitian Indah (2018) terdapat pengaruh hipnotis lima jari terhadap

tingkat kecemasan pada narapidana wanita di lembaga permasyarakatan wanita

kelas II A kota Semarang dengan nilai bahwa sebagian besar responden

mengalami tidak cemas sebanyak 20 narapidana (57,1%), tingkat kecemasan


6

ringan sebanyak 12 narapidana (34,3%), tingkat kecemasan sedang sebanyak 3

narapidana (8,6%) setalah dilakukan hipnotis lima jari dengan nilai pvalue=0,000.

Hasil penelitian Dewi eka tahun 2014 menunjukkan bahwa 48.5%

narapidana mengalami kecemasan ringan, dan 52.3% narapidana mendapatkan

dukungan sosial yang tinggi. Berdasarkan hasil uji korelasi spearman, diketahui

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan sosial dengan tingkat

kecemasan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Muaro Padang

tahun 2014 dengan p=0.000

Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

dukungan sosial dengan tingkat depresi pada narapidana anak di LPKA

Tangerang dengan nilai p value 0,022. Menurut hasil penelitian ini, responden

dengan dukungan sosial rendah paling banyak mengalami tingkat depresi sedang,

yaitu 23 responden (46,9%).Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian

dari Beyen, Dadi, Dachew, Muluneh & Bisetegn (2017),

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di lapas kelas II

Padang pada Januari 2022 hasil observasi yang dilakukan oleh penulis dari

beberapa narapidana terlihat melamun, gelisah, muka tegang, mudah menangis,

kantung mata terlihat hitam yang menandakan narapidana tersebut kurang tidur.

Permasalahan yang dihadapi dipenjara dapat membuat narapidana wanita

mengalami dampak fisik seperti kesehatan mulai terganggu, tidak nafsu makan

dan susah tidur, sedangkan dampak psikologis seperti kecemasan, rasa malu dan

depresi.

B. Rumusan Masalah
7

Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik mengetahui pengaruh

hipnotis lima jari terhadap tingkat depresi pada narapidana remaja lapas kelas II

Padang .

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh terapi hipnotis lima jari pada narapidana

remaja yang mengalami depresi di lapas kelas II padang.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khususnya yaitu:

a. Diketahuinya tingkat depresi sebelum melakukan latihan hipnotis

lima jari terhadap depresi pada narapidana remaja yang mengalami

depresi di lapas kelas II Padang.

b. Diketahuinya tingkat depresi sesudah melakukan latihan hipnotis

lima jari terhadap depresi pada narapidana remaja yang mengalami

depresi di lapas kelas II Padang.

c. Diketahuinya perbedaan tingkat depresi sebelum dan susudah

melakukan latihan hipnotis lima jari terhadap depresi pada

narapidana remaja yang mengalami depresi di lapas kelas II

Padang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah pengetahuan dalam penelitian untuk

mengaplikasikan ilmu yang telah di dapatkan selama perkuliahan dan dapat


8

menambah wawasan bagi peneliti tentang pengaruh terapi hipnotis lima jari

pada narapidana remaja yang mengalami depresi di lapas kelas II Padang.

2. Bagi Institusi Pendidikan.

Penelitian ini dapat menambah wawasan bagi mahasiswa dan sebagai

bahan bacaan dan menambah referensi di perpustakaan STIKes Alifah

Padang .

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan

informasi untuk penelitian lebih lanjut.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang pengaruh terapi hipnotis lima jari pada

narapidana remaja yang mengalami depresi di lapas kelas II Padang. dilakukan

dengan variabel independen (terapi hipnotis lima jari dan dukungan sosial ),

variabel dependen (depresi). Metode penelitian yang di gunakan adalah

penelitian langsung ke lapangan menggunakan lembar kuesioner dan

wawancara. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif eksperiman dengan

metode pre_test dan post_test yang mana pengumpulan data variabel

independen dan dependen dilakukan secara bersamaan.

Anda mungkin juga menyukai