MAKALAH KEPERAWATAN
GERONTIK
KELOMPOK 4
Nama anggota :
Depresi merupakan masalah psikologis yang banyak terjadi pada lanjut usia.
Masalah tersebut ditandai dengan perasaan sedih mendalam yang berdampak pada
gangguan interaksi sosial. Tidak jarang gejala depresi juga berupa gangguan fisik
seperti insomnia dan berkurangnya napsu makan. Depresi seringkali tidak
terdeteksi pada lanjut usia karena dianggap sebagai akibat dari proses penuaan dan
penyakit kronis yang dialami oleh lanjut usia. Padahal deteksi dini dan
penanganan yang tepat terhadap depresi dapat memperbaiki dan meningkatkan
kualitas hidup bagi lanjut usia (Dewi, 2014). Depresi yang sering dialami lansia
tersebut juga menyebabkan gangguan mekanisme koping pada penderitanya,
kebanyakan pada klien lansia dengan depresi mengalami koping individu yang
tidak efektif (Irawan, 2013).
Senam bugar lansia adalah senam aerobik low impact yang dikeluarkan Perwosi
(Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia) khusus bagi lanjut usia. Hasil
penelitian oleh Agustin & Ulliya (2014) menunjukkan bahwa senam bugar lansia
dapat meningkatkan koping individu dengan cara memicu perubahan pola aktivitas
lansia, yang akhirnya perubahan pola ini membawa pengaruh pada perubahan
irama sirkadian tubuh dalam mensekresi hormon endorphin (Moh Soleh, 2006).
Rangsangan pada amigdala berpengaruh pada peningkatan respon emosional
positif terhadap situasi lingkungan di sekitarnya.
Dari latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien Ny. M Dan Tn.K Dengan Depresi
Yang Mengalami Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Koping Di UPT
Pelayananan Sosial Tresna Werdha Jember Tahun 2019”
2) Bagi Klien
Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan pada klien untuk
mengurangi ketidakefektifan koping di Pelayanan Sosial Tresna Werdha sehingga
dapat mencegah terjadinya masalah lanjutan.
3) Bagi Perawat
Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang informasi terapi
non famakologipada asuhan keperawatan gerontik depresi khususnya dengan masalah
keperawatan ketidakefektifan koping.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Depresi sebagai suatu gangguan mood yang dicirikan tak ada harapan dan patah hati,
ketidakberdayaan yang berlebihan, tak mampu mengambil keputusan memulai sautu
kegiatan, tak mampu berkonsentrasi, tak punya semangat hidup, selalu tegang, dan mencoba
bunuh diri (Lubis, 2016).
Depresi pada dua keadaan, yaitu pada orang normal dan pada kasus patologis.
Pada orang normal, depresi merupakan keadaan kemurungan (kesedihan, kepatahan
semangat) yang ditandai dengan perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan, dan
pesimisme menghadapi masa yang akan datang . Sedangkan pada kasus patologis,
depresi merupakan ketidakmauan ekstrim untuk mereaksi terhadap perangsang, disertai
menurunnya nilai diri, delusi ketidakpasan, tidak mampu dan putus asa (Miftahudin, 2016).
Lanjut usia menurut undang-undang no. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut
usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Umur Harapan Hidup
(UHH) Indonesia meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RJPMN), pada tahun 2009 UHH di Indonesia adalah 70,7 tahun, pada
tahun 2010 meningkat menjadi 70,9 tahun. Pada tahun 2011 dan tahun 2012 UHH di
Indonesia adalah sebesar 71,7 tahun (Bappenas, 2013). Peningkatan UHH akan menyebabkan
meningkatnya jumlah lanjut usia (lansia) di Indonesia setiap tahunnya. Jumlah lansia di
Indonesia pada tahun 2010 lalu berdasarkan hasil sensus adalah sebesar 24 juta jiwa atau
sebesar 9,7% dari total populasi. Penduduk lansia diperkirakan akan melonjak menjadi
11,34% dari total penduduk Indonesia pada 2020 mendatang. Suatu wilayah apabila memiliki
penduduk tua lebih dari 7% maka wilayah tersebut dikatakan memiliki struktur penduduk tua
(Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, 2011).
Berdasarkan data di atas, maka Indonesia termasuk negara dengan struktur penduduk
tua. Meningkatnya UHH merupakan indikator baiknya perbaikan dalam bidang kesehatan.
Namun hal ini akan memberikan sebuah tantangan tersendiri, karena juga akan dapat
menimbulkan berbagai masalah kesehatan, terutama angka kesakitan akibat penyakit
degeneratif akan meningkat (Qonitah & Isfandiari, 2015).
Pada umumnya lansia mengalami depresi ditandai oleh mood depresi menetap yang
tidak naik, gangguan nyata fungsi atau aktivitas sehari-hari, dan dapat berpikiran atau
melakukan percobaan bunuh diri.Pada lansia gejala depresi lebih banyak terjadi pada orang
dengan penyakit kronik, gangguan kognitif, dan disabilitas. Kesulitan konsentrasi dan fungsi
eksekutif lansia depresi akan membaik setelah depresi teratasi. Gangguan depresi lansia dapat
menyerupai gangguan kognitif seperti demensia, sehingga dua hal tersebut perlu
dibedakan.Para lansia depresi sering menunjukkan keluhan nyeri fisik tersamar yang
bervariasi, kecemasan, dan perlambatan berpikir. Perubahan pada lansia depresi dapat
dikategorikan menjadi perubahan fisik, perubahan dalam pemikiran, perubahan dalam
perasaan, dan perubahan perilaku.
a. Perubahan fisik
1) Perubahan nafsu makan sehingga berat badan turun (lebih dari 5% dari berat badan
bulan terakhir).
2) Gangguan tidur berupa gangguan untuk memulai tidur, tetap tertidur, atau tidur
terlalu lama. Jika tidur, merasa tidak segar dan lebih buruk di pagi hari penurunan
energi dengan perasaaan lemah dan kelelahan fisik. Beberapa orang mengalami
agitasi dengan kegelisahan dan bergerak terus.
3) Nyeri, nyeri kepala, dan nyeri otot dengan penyebab fisik yang tidak diketahui
gangguan perut, konstipasi.
b. Perubahan pemikiran
6) Hilang kontak dengan realitas, dapat menjadi halusinasi (auditorik) atau delusi
7) Pikiran menetap tentang kematian, bunuh diri, atau mencoba melukai diri sendiri
c. Perubahan perasaan
3) Perasaan tidak berguna, putus asa, dan perasaan bersalah yang besar
d. Perubahan perilaku
a. Kognitif
Lansia yang mengalami depresi merasa tertekan, murung, sedih, putus asa, kehilangan
semangat dan muram.Sering merasa terisolasi, ditolak dan tidak dicintai. Lansia yang
mengalami depresi menggambarkan dirinya berada dalam lubang gelap yang tidak dapat
terjangkau dan tidak dapat keluar dari sana.
c. Somatik
Masalah somatik yang sering dialami Iansia yang mengalami depresi seperti pola
tidur yang terganggu (insomnia), gangguan pola makan dan dorongan seksual yang
berkurang. Lansia telah rentan terhadap penyakit karena system kekebalan tubuhnya
melemah, selain karena aging proses juga karena orang yang mengalami depresi
menghasilkan sel darah putih yang kurang
d. Psikomotor
Gejala psikomotor pada lansia depresi yang dominan adalah retardasi motor.Sering
duduk dengan terkulasi dan tatapan kosong tanpa ekspresi, berbicara sedikit dengan kalimat
datar dan sering menghentikan pembicaraan karena tidak memiliki tenaga atau minat yang
cukup untuk menyelesaikan kalimat itu. Dalam pengkajian depresi pada lansia menurut
Sadavoy et all (2004) gejala-gejala depresi dirangkum dalam SIGECAPS yaitu gangguan
pola tidur (sleep) pada lansia yang dapat berupa kelelahan, susah tidur, mimpi buruk dan
bangun dini dan tidak bisa tidur lagi, penurunan minat dan aktivitas (interest), rasa bersalah
dan menyalahkan diri (gulity), merasa cepat lelah dan tidak mempunyai tenaga (energy),
penuruan konsentrasi dan proses pikir (concentration), nafsu makan menurun (appetie),
gerakan lamban dan sering duduk terkulai (psychomotor), dan penelantaran diri serta ide
bunuh diri (suicidaly).
a. Depresi ringan
b. Depresi Sedang
4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang 5) Pandangan masa depan yang suram
dan pesimis
c. Depresi sedang
1) Mood depresif
8) Tidur terganggu
3.1 Gambaran Kasus
Tn. A dengan usia 68 tahun tinggal dengan anak bungsunya yang berusia 24 tahun
yang akan segera menikah, 2 minggu belakangan ini Tn.A sering mengeluhkan
kepala sering pusing, batuk yang sering dirasakan tetapi sulit di keluarkan, Tn.A
juga sering terbangun dimalam hari pada jam 2 dan tertidur lagi dan terbangun pada
jam 4 subuh hingga tidak bisa melanjutkan tidur lagi, pagi harinya Tn. A merasakan
kelelahan dan rasa kurang bersemangat seperti habis bekerja semalaman. anak Tn.
A mengatakan semenjak dirinya menyampaikan kepada Tn.A bahwa dirinya akan
menikah di akhir tahun 2020 Tn. A mengalami banyak perubahan, dulu hanya sering
batuk dan terkadang drop ketika teringat masa lalunya yang mengalami kecelakaan
bersama istrinya yang meninggal dunia hingga Tn. A pun mengalami fraktur pada
tangan kirinya. bahkan 1 bulan belakangan ini Anak Tn. A kebingungan untuk
merawat ayahnya, karena untuk berkomunikasipun sudah sulit, ketika anak nya
memberikan informasi terkait pengobatan herbal Tn. A menganggap anaknya tidak
mau membawanya ke RS karena takut mengeluarkan biaya yang banyak, dan merasa
bahwa ketika sudah menikah anaknya tidak lagi mengurusinya, meninggalkan nya
sendirian hingga Tn. A selalu menolak ketika diberi obat herbal untuk penyakitnya.
bahkan Tn. A selalu tidur di sofa rumahnya agar kedinginan dan seperti merusak
dirinya sendiri. 27 desember akhirnya Tn. A dibawa oleh anaknya ke RS karena
batuk dan pucat dipagi hari akibat tidur yang hanya 3 jam setiap malam nya. Pada
saat pengkajian di dapatkan TTV Tn. A 29x/menit, Suhu 37.8 C,TD 135/90, Nadi
98x/menit, terdapat sekret yang tertahan. Dihari berikutnya perawat melanjutkan
pengkajian lebih dalam pada pasien dengan sangat memperhatikan kondisi aspek
psikologis pasien didapatlah data subjektif dari Tn. A bahwa dirinya takut kehilangan
anak satu-satunya, anak bungsunya yang masih ia miliki, karena dulu sudah
kehilangan istri dan anak pertama nya dalam sebuah kecelakaan, Tn. A tidak mampu
mengatasi masalah yang di hadapinya dan menolak kenyataan bahwa anaknya akan
menikah, Tn. A merasa dirinya akan di tinggalkan.
3.2 Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas klien
a. Nama: Tn. A
b. Umur: 68 Tahun
c. Alamat : Sungai hulu, Siak
d. Pendidikan: SLTA
e. Jenis kelamin : Laki-laki
f. Suku: Jawa
g. Agama : Islam
h. Status perkawinan: Menikah
i. Tanggal pengkajian: Sen, 03 Desember2020
Pasien akhir-akhir ini sering mengaluh sakit kepala, batuk berdahak dan hanya tidur
selama 3 jam SMRS setiap malamnya. Anak Tn. A mengatakan ayahnya me
ngalami perubahan dalam sakitnya setelah ia mengatakan dirinya akan menikah pada
akhir 2020 ini, seperti sulit dalam menerima informasi, perubahan dalam komunikasi
serta melukai dirinya sendiri
3. Riwayat kesehatan dahulu
a. Penyakit : Fraktur di tangan kiri dan darah tinggi yang sering kambuh
belakangan ini.
b. Alergi : pasien tidak memimiliki riwayat alergi makanan maupun obat-
obatan
c. Kebiasaan : pasien selalu melamun dan mengingat masa lalunya hingga drop
ketika mengenang kejadian itu
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit menular maupun
menahun.
5. Tinjauan sistem
a. Keadaan umum: Composmentis (E4V5M6).
b. Integumen: Kulit terlihat keriput warna kulit sawo matang.
c. Kepala: Bentuk bulat, distribusirambut merata, warnarambut putih, tidak
terdapat lesi, tidak ada nyeri tekan, kulit kepala bersih.
d. Mata: Simetris, sklera ikterik, konjungtiva tidak Anemis, reflek
kornea baik.
e. Telinga: Simetris,Tampak bersih, pendengaran berkurang,
tidak ada benjolan, tidak cairan yang keluar.
f. Mulut & tenggorokan: Mulut bersih, gigi tidak lengkap, bibir tampak
kering.
g. Leher: Tidak ada pembesaran venajugularis, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
nyeri saat menelan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi
h. Dada: Simetris, terdapat retraksi dinding dada, pasien tampak sesak nafas,
terdapat suara nafas tambahan rongki pada kanan lobus bawah.
i. Sistem pernafasan: bersihan jalan nafas pasien tidak efektif, terdapat batuk dan
sekret serta sesak, RR 29x/menit, suara nafas nirmal, terpasang nasal canul 3 lt
j. Sistem kardiovaskuler: TD 135/80 mmHg, nadi 99 x/m
k. Sistemgastrointestinal:Tidakadamasalah pada sistem gastrointestinal
pasien
l. Sistem perkemihan: tidak ada masalah pada sistem perkemihan pasien
b. Masalah emosional
2 Minggu SMRS pasein tidak bisa tidur, pasien tertidur hnya 3 jam kemudia terbangun,
pasien gelisah dan tidak nyaman diruangan yang pengab dan panas.
c. Spiritual
Sebelum masuk rumah sakit pasien selalu melaksanakan sholat 5 waktu tetapi hanya
dirumah karena keterbatasan usia yang tidak mampu lagi untuk pergi ke masjid.
7. Pengkajian Fungsional Klien
a. KATZ Indeks
Bantu
an
1 Maka 10 Frekuensi: 3x sehari
n Jumlah: ½ porsi
2 Minu 10 Frekuensi:5-7kali sehari
m
Jumlah:secangkir kecil
pakaian,menyekatubuh, mey
iram)
mandi.
Perumahan
Keterangan:
a. 130: mandiri
b. 65-125: ketergantungan sebagian
c. 60: ketergantungan total
Setelah dikaji didapatkan skor : 130 yang termasuk Tn. M dalam kategori mandiri
Interpretasi hasil:
Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu salah satu sehingga disimpulkan
Tn. A memiliki fungsi intelektual ringan
*Klienmampumenyebutkankembali obyek
yang di perintahkan
5 Bahasa 9 9 Tunjukkanpadakliensuatubendadan tanyaka
n nama pada klien
a. Misal buku
b. Misal kursi
a. “tutup mata anda”
Perintahkan pada klien untuk menulis satu kalimat
dan menyalin gambar
b. Tulis satu kalimat
c. Menyalin gambar
kalimat.
Tot 3
al 0
Nil
ai
Interpretasi hasil: 23(
YA/
TIDAK
anda?
menyenangkan?
anda?
Jumlah
Penilaian:
a. Tid i. Ya
ak j. Ya
b. Ya k. Tid
c. Ya ak
d. Ya l. Ya
e. Tid m. Tid
ak ak
f. Ya n. Ya
g. Tid o. Ya
ak
h. Ya
Skor2
5-9: kemungkinan depresi
Persepsi 1 2 3 4
Total skor
= 22
Keterangan :
KESIMPU
LAN
derita.
b. Fungsional reach test (FR Tests)
selama 1 – 2 menit.
KESIMPULAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan benda asing dalam jalan nafas
(sekret) ditandai dengan pasien mengatakan batuk berdahak dan sesak, RR 29x/menit, dan
terpasang nasal canul 3 lt.
3. gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk berdahak dan kondisi lingkungan yang
pengap dan tidak nyaman bagi pasien yang ditandai dengan jumlah tidur pasien yang sangat
kurang hanya tertidur selama 3 jam.
Pekanbaru, 14 Desember 2020
Mahasiswa
(kelompok 3)
ANALISIS MASALAH
3. Ds: pasien mengatakan tidak bisa tidur, pasein batuk berdahak Gangguan pola tidur
↓
mengatakan pasien tertidur hanya 3 jam kemudian
Serotonin menekan interleukin 1
terbangun, pasien mengatakan gelisah dan tidak ↓
Interleukin 1 melepaskan endogen dari netrofil
nyaman diruangan yang pengap dan panas.
↓
Merangsang RAS (Reticular Activating Sleep) untuk aktif
Do : ↓
Sleep homeostatis dan irama sirkadian menurun
↓
- Pasien terlihat tidak fresh saat bangun di pagi
Susah tidur
harinya ↓
Pola tidur tidak teratur
- pasien terlihat kurang bersemangat
Aktivitas Kolaboratif :
Aktivitas Lain :
mengubah situasi :
ancaman :
bagi pasien yang ditandai dengan jam diharapkan pasien : 2. Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat
Kesimpulan
Pada umumnya lansia mengalami depresi ditandai oleh mood depresi menetap
yang tidak naik, gangguan nyata fungsi atau aktivitas sehari-hari, dan dapat berpikiran
atau melakukan percobaan bunuh diri.Pada lansia gejala depresi lebih banyak terjadi pada
orang dengan penyakit kronik, gangguan kognitif, dan disabilitas. Kesulitan konsentrasi
dan fungsi eksekutif lansia depresi akan membaik setelah depresi teratasi. Gangguan
depresi lansia dapat menyerupai gangguan kognitif seperti demensia, sehingga dua hal
tersebut perlu dibedakan.Para lansia depresi sering menunjukkan keluhan nyeri fisik
tersamar yang bervariasi, kecemasan, dan perlambatan berpikir. Perubahan pada lansia
depresi dapat dikategorikan menjadi perubahan fisik, perubahan dalam pemikiran,
perubahan dalam perasaan, dan perubahan perilaku
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: KENCANA.
Taber, M. P., & Dra. Noorkasiani, A. M. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan
Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.