Anda di halaman 1dari 42

2

MAKALAH KEPERAWATAN
GERONTIK

“Depresi pada Lansia”

KELOMPOK 4

Nama anggota :

Fauzan Risyadi 17031044


Azmil Umur 17031058
Dwi Astuti 17031068
Rahmatullaili 17031075
Nabila Rizky 17031061
Vivi Andriani 17031077

PROGRAM STUDI SAJANA KEPERAWATAN


STIKES HANG TUAH PEKANBARU
PEKANBARU
2020
3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Depresi merupakan masalah psikologis yang banyak terjadi pada lanjut usia.
Masalah tersebut ditandai dengan perasaan sedih mendalam yang berdampak pada
gangguan interaksi sosial. Tidak jarang gejala depresi juga berupa gangguan fisik
seperti insomnia dan berkurangnya napsu makan. Depresi seringkali tidak
terdeteksi pada lanjut usia karena dianggap sebagai akibat dari proses penuaan dan
penyakit kronis yang dialami oleh lanjut usia. Padahal deteksi dini dan
penanganan yang tepat terhadap depresi dapat memperbaiki dan meningkatkan
kualitas hidup bagi lanjut usia (Dewi, 2014). Depresi yang sering dialami lansia
tersebut juga menyebabkan gangguan mekanisme koping pada penderitanya,
kebanyakan pada klien lansia dengan depresi mengalami koping individu yang
tidak efektif (Irawan, 2013).

Menurut WHO (2013), depresi merupakan gangguan psikologis terbesar ketiga


yang diperkirakan terjadi pada 5% penduduk di dunia. Penelitian yang dilakukan
oleh Pracheth &Chowti (2013) di India, memberikan hasil dari 218 lanjut usia
yang diteliti, terdapat 64 orang (29,36%) yang mengalami depresi. Di Indonesia,
belum ada penelitian yang menyebutkan secara pasti tentang jumlah prevalensi
lanjut usia yang mengalami depresi. Namun peningkatan jumlah penderita depresi
dapat diamati bertambah dari waktu ke waktu melalui peningkatan jumlah
kunjungan pasien yang berobat ke pelayananan kesehatan maupun peningkatan
obat psikofarmaka yang diresepkan oleh dokter (Hawari, 2013). Diperkirakan dari
jumlah lanjut usia di Indonesia pada tahun 2013 yaitu 24 juta jiwa, 5% mengalami
depresi. Akan meningkat 13,5% pada lanjut usia yang memiliki penyakit kronis
dan dirawat inap. Dari hasil pendahuluan kasus bulan November tahun 2018 di
Pelayananan Sosial Tresna Werdha tercatat 13 orang lansia tersebut mengalami
keadaan depresi. Depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional
berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan
berperilaku) seseorang. tidak berdaya dan kehilangan harapan (Rice PL 1992,
dalam Journal An-nafs: Kajian dan Penelitian Psikolog 2016). Depresi dapat
menyebabkan mekanisme koping yang sering dialami lansia yaitu
ketidakmampuan klien untuk menerima realita yang terjadi pada usia lanjutnya
dan beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah kurangnya kasih
sayang dari keluarga dan perasaan tidak diinginkan oleh keluarganya serta faktor
4
tidak mempunyai keluarga atau disebut juga sebatang kara. Batasan karakteristik
yang terjadi yaitu perubahan pada pola komunikasi yang biasa. Depresi pada
lanjut usia telah menjadi masalah utama yang dihubungkan dengan kematian dan
kejadian bunuh diri (Jones, 2003). Hasil penelitian menyebutkan 15% lanjut usia
memiliki kecenderungan bunuh diri karena depresi (Subrata, 2003). Risiko bunuh
diri pada lanjut usia wanita yang mengalami depresi dua atau tiga kali lebih tinggi
daripada lanjut usia laki-laki (Jones 2003). Bila hal ini tidak disikapi dengan benar
dapat membahayakan lanjut usia.

Ketidakefektifan koping adalah ketidakmampuan untuk membentuk penilaian


valid tentang stresor, ketidakadekuatan pilihan respons yang dilakukan, dan atau
ketidakmampuan untuk menggunakan sumber daya yang tersedia. (Wilkinson,
2016).

Untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari koping individu inefektif,


perlu dilakukan intervensi keperawatan.Intervensi yang dapat dilakukan dan
dijadikan panduan oleh perawat sebagai acuan untuk mengatasi masalah pada
lansia depresi yang mengalami ketidakefektifan koping menurut Wilkinson (2016)
adalah gunakan pendekatan yang tenang dan menentramkan hati, kurangi stimulus
lingkungan yang dapat disalah-artikan sebagai ancaman, berikan suasana
penerimaan, hargai dan diskusikan respon alternative terhadap situasi, anjurkan
pengungkapan perasaan, persepsi, dan ketakutan, berikan konseling, dorong
latihan fisik, lakukan aktivitas spiritual kepada klien sesuai keyakinan yang
dianut. Salah satu teknik latihan fisik yang dapat digunakanadalah senam bugar
lansia.

Senam bugar lansia adalah senam aerobik low impact yang dikeluarkan Perwosi
(Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia) khusus bagi lanjut usia. Hasil
penelitian oleh Agustin & Ulliya (2014) menunjukkan bahwa senam bugar lansia
dapat meningkatkan koping individu dengan cara memicu perubahan pola aktivitas
lansia, yang akhirnya perubahan pola ini membawa pengaruh pada perubahan
irama sirkadian tubuh dalam mensekresi hormon endorphin (Moh Soleh, 2006).
Rangsangan pada amigdala berpengaruh pada peningkatan respon emosional
positif terhadap situasi lingkungan di sekitarnya.
Dari latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien Ny. M Dan Tn.K Dengan Depresi
Yang Mengalami Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Koping Di UPT
Pelayananan Sosial Tresna Werdha Jember Tahun 2019”

1.1 Rumusan Masalah Penulisan


Dari uraian latar belakang di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut
“Bagaimana pelaksanaan Asuhan Keperawatan Gerontik pada Klien Ny.M dan Tn..K
dengan Depresi yang mengalami Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Koping di
UPT Pelayananan Sosial Tresna Werdha Jember tahun 2019?”.

1.2 Tujuan Penulisan


Mengeksplorasi Asuhan Keperawatan Gerontik pada Klien Ny. M dan Tn.K
dengan depresi yang mengalami Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Koping di
UPT Pelayananan Sosial Tresna Werdha Jember tahun 2019”.

1.3 Manfaat Penulisan


1) Bagi Penulis Selanjutnya
Hasil penulisan ini dapat dijadikan data dasar untuk melakukan penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan gerontik khususnya tentang penatalaksanaan
keperawatan dengan ketidakefektifan koping.

2) Bagi Klien
Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan pada klien untuk
mengurangi ketidakefektifan koping di Pelayanan Sosial Tresna Werdha sehingga
dapat mencegah terjadinya masalah lanjutan.

3) Bagi Perawat
Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang informasi terapi
non famakologipada asuhan keperawatan gerontik depresi khususnya dengan masalah
keperawatan ketidakefektifan koping.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Depresi

Depresi sebagai suatu gangguan mood yang dicirikan tak ada harapan dan patah hati,
ketidakberdayaan yang berlebihan, tak mampu mengambil keputusan memulai sautu
kegiatan, tak mampu berkonsentrasi, tak punya semangat hidup, selalu tegang, dan mencoba
bunuh diri (Lubis, 2016).

Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan


yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah (menarik diri, tidak dapat
tidur, kehilangan selera, minat dalam aktivitas sehari-hari (Miftahudin, 2016).

Depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang


mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang.
Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya
dan kehilangan (Miftahudin, 2016).

Depresi pada dua keadaan, yaitu pada orang normal dan pada kasus patologis.
Pada orang normal, depresi merupakan keadaan kemurungan (kesedihan, kepatahan
semangat) yang ditandai dengan perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan, dan
pesimisme menghadapi masa yang akan datang . Sedangkan pada kasus patologis,
depresi merupakan ketidakmauan ekstrim untuk mereaksi terhadap perangsang, disertai
menurunnya nilai diri, delusi ketidakpasan, tidak mampu dan putus asa (Miftahudin, 2016).

2.2 Epidemiologi Depresi Pada Lansia

Lanjut usia menurut undang-undang no. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut
usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Umur Harapan Hidup
(UHH) Indonesia meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RJPMN), pada tahun 2009 UHH di Indonesia adalah 70,7 tahun, pada
tahun 2010 meningkat menjadi 70,9 tahun. Pada tahun 2011 dan tahun 2012 UHH di
Indonesia adalah sebesar 71,7 tahun (Bappenas, 2013). Peningkatan UHH akan menyebabkan
meningkatnya jumlah lanjut usia (lansia) di Indonesia setiap tahunnya. Jumlah lansia di
Indonesia pada tahun 2010 lalu berdasarkan hasil sensus adalah sebesar 24 juta jiwa atau
sebesar 9,7% dari total populasi. Penduduk lansia diperkirakan akan melonjak menjadi
11,34% dari total penduduk Indonesia pada 2020 mendatang. Suatu wilayah apabila memiliki
penduduk tua lebih dari 7% maka wilayah tersebut dikatakan memiliki struktur penduduk tua
(Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, 2011).

Berdasarkan data di atas, maka Indonesia termasuk negara dengan struktur penduduk
tua. Meningkatnya UHH merupakan indikator baiknya perbaikan dalam bidang kesehatan.
Namun hal ini akan memberikan sebuah tantangan tersendiri, karena juga akan dapat
menimbulkan berbagai masalah kesehatan, terutama angka kesakitan akibat penyakit
degeneratif akan meningkat (Qonitah & Isfandiari, 2015).

2.3 Gambaran Klinik depresi pada lansia

Pada umumnya lansia mengalami depresi ditandai oleh mood depresi menetap yang
tidak naik, gangguan nyata fungsi atau aktivitas sehari-hari, dan dapat berpikiran atau
melakukan percobaan bunuh diri.Pada lansia gejala depresi lebih banyak terjadi pada orang
dengan penyakit kronik, gangguan kognitif, dan disabilitas. Kesulitan konsentrasi dan fungsi
eksekutif lansia depresi akan membaik setelah depresi teratasi. Gangguan depresi lansia dapat
menyerupai gangguan kognitif seperti demensia, sehingga dua hal tersebut perlu
dibedakan.Para lansia depresi sering menunjukkan keluhan nyeri fisik tersamar yang
bervariasi, kecemasan, dan perlambatan berpikir. Perubahan pada lansia depresi dapat
dikategorikan menjadi perubahan fisik, perubahan dalam pemikiran, perubahan dalam
perasaan, dan perubahan perilaku.

Perubahan pada lansia depresi (Irawan, 2013):

a. Perubahan fisik

1) Perubahan nafsu makan sehingga berat badan turun (lebih dari 5% dari berat badan
bulan terakhir).

2) Gangguan tidur berupa gangguan untuk memulai tidur, tetap tertidur, atau tidur
terlalu lama. Jika tidur, merasa tidak segar dan lebih buruk di pagi hari penurunan
energi dengan perasaaan lemah dan kelelahan fisik. Beberapa orang mengalami
agitasi dengan kegelisahan dan bergerak terus.

3) Nyeri, nyeri kepala, dan nyeri otot dengan penyebab fisik yang tidak diketahui
gangguan perut, konstipasi.

b. Perubahan pemikiran

1) Pikiran kacau, melambat dalam berpikir, berkonsentrasi, atau sulit mengingat


informasi

2) Sulit dan sering menghindari mengambil keputusan

3) Pemikiran obsesif akan terjadi bencana atau malapetaka

4) Preokupasi atas kegagalan atau kekurangan diri menyebabkan kehilangan


kepercayaan diri

5) Menjadi tidak adil dalam mengambil keputusan

6) Hilang kontak dengan realitas, dapat menjadi halusinasi (auditorik) atau delusi

7) Pikiran menetap tentang kematian, bunuh diri, atau mencoba melukai diri sendiri

c. Perubahan perasaan

1) Kehilangan minat dalam kegiatan yang dulu merupakan sumber kesenangan

2) Penurunan minat dan kesenangan seks

3) Perasaan tidak berguna, putus asa, dan perasaan bersalah yang besar

4) Tidak ada perasaan

5) Perasaan akan terjadi malapetaka

6) Kehilangan percaya diri

7) Perasaan sedih dan murung yang lebih buruk di pagi hari


8) Menangis tiba-tiba, tanpa alasan jelas 9) Iritabel, tidak sabar, marah, dan perasaan
agresif

d. Perubahan perilaku

1) Menarik diri dari lingkungan sosial, kerja, atau kegiatan santai

2) Menghindari mengambil keputusan

3) Mengabaikan kewajiban seperti pekerjaan rumah, berkebun, atau membayar


tagihan

4) Penurunan aktivitas fisik dan olahraga

5) Pengurangan perawatan diri seperti perawatan diri dan makan

6) Peningkatan penggunaan alkohol atau obat-obatan

2.5 Tanda dan Gejala Depresi Pada Lansia

Penggambaran gejala depresi pada lansia (Aspiani, 2014)

a. Kognitif

Sekurang-kurangnya ada 6 proses kognif pada Iansia yang menunjukkan gejala


depresi. Pertama, individu yang mengalami depresi memiliki selfesteem yang sangat
rendah.Mereka berpikir tidak adekuat, tidak mampu, merasa dirinya tidak berarti, merasa
rendah diri dan merasa bersalah terhadap kegagalan yang dialami. Kedua, Iansia selalu
pesimis dalam menghadapi masalah dan segala sesuatu yang dijalaninya menjadi buruk dan
kepercayaan terhadap dirinya (self-confident) yang tidak adekuat Ketiga, memiliki motivasi
yang kurang dalam menjalani hidupnya, selalu meminta bantuan dan melihat semuanya
gagal dan sia-sia sehingga merasa tidak ada gunanya berusaha. Keempat, membesar-
besarkan masalah dan selalu pesimistik menghadapi masalah. Kelima, proses berpikirnya
menjadi lambat, performance intelektualnya berkurang.Keenam, generalisasi dari gejala
depresi, harga diri rendah, pesimisme dan kurangnya motivasi.
b. Afektif

Lansia yang mengalami depresi merasa tertekan, murung, sedih, putus asa, kehilangan
semangat dan muram.Sering merasa terisolasi, ditolak dan tidak dicintai. Lansia yang
mengalami depresi menggambarkan dirinya berada dalam lubang gelap yang tidak dapat
terjangkau dan tidak dapat keluar dari sana.

c. Somatik

Masalah somatik yang sering dialami Iansia yang mengalami depresi seperti pola
tidur yang terganggu (insomnia), gangguan pola makan dan dorongan seksual yang
berkurang. Lansia telah rentan terhadap penyakit karena system kekebalan tubuhnya
melemah, selain karena aging proses juga karena orang yang mengalami depresi
menghasilkan sel darah putih yang kurang

d. Psikomotor

Gejala psikomotor pada lansia depresi yang dominan adalah retardasi motor.Sering
duduk dengan terkulasi dan tatapan kosong tanpa ekspresi, berbicara sedikit dengan kalimat
datar dan sering menghentikan pembicaraan karena tidak memiliki tenaga atau minat yang
cukup untuk menyelesaikan kalimat itu. Dalam pengkajian depresi pada lansia menurut
Sadavoy et all (2004) gejala-gejala depresi dirangkum dalam SIGECAPS yaitu gangguan
pola tidur (sleep) pada lansia yang dapat berupa kelelahan, susah tidur, mimpi buruk dan
bangun dini dan tidak bisa tidur lagi, penurunan minat dan aktivitas (interest), rasa bersalah
dan menyalahkan diri (gulity), merasa cepat lelah dan tidak mempunyai tenaga (energy),
penuruan konsentrasi dan proses pikir (concentration), nafsu makan menurun (appetie),
gerakan lamban dan sering duduk terkulai (psychomotor), dan penelantaran diri serta ide
bunuh diri (suicidaly).

2.6 Tingkat Depresi Pada Lansia

Menurut PPDGJ-III (Aspiani, 2014)

a. Depresi ringan

1) Kehilangan minat dan kegembiraan

2) Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan


menurunnya aktivitas

3) Konsentrasi dan perhatian yang kurang

4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang

b. Depresi Sedang

1) Kehilangan minat dan kegembiraan

2) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan


menurunnya aktivitas

3) Konsentrasi dan perhatian yang kurang

4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang 5) Pandangan masa depan yang suram
dan pesimis

c. Depresi sedang

1) Mood depresif

2) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan


menurunnya aktivitas

3) Konsentrasi dan perhatian yang kurang

4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang

5) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis

6) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

7) Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri

8) Tidur terganggu

9) Disertai waham, halusinasi

10) Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu


BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Gambaran Kasus

Tn. A dengan usia 68 tahun tinggal dengan anak bungsunya yang berusia 24 tahun
yang akan segera menikah, 2 minggu belakangan ini Tn.A sering mengeluhkan
kepala sering pusing, batuk yang sering dirasakan tetapi sulit di keluarkan, Tn.A
juga sering terbangun dimalam hari pada jam 2 dan tertidur lagi dan terbangun pada
jam 4 subuh hingga tidak bisa melanjutkan tidur lagi, pagi harinya Tn. A merasakan
kelelahan dan rasa kurang bersemangat seperti habis bekerja semalaman. anak Tn.
A mengatakan semenjak dirinya menyampaikan kepada Tn.A bahwa dirinya akan
menikah di akhir tahun 2020 Tn. A mengalami banyak perubahan, dulu hanya sering
batuk dan terkadang drop ketika teringat masa lalunya yang mengalami kecelakaan
bersama istrinya yang meninggal dunia hingga Tn. A pun mengalami fraktur pada
tangan kirinya. bahkan 1 bulan belakangan ini Anak Tn. A kebingungan untuk
merawat ayahnya, karena untuk berkomunikasipun sudah sulit, ketika anak nya
memberikan informasi terkait pengobatan herbal Tn. A menganggap anaknya tidak
mau membawanya ke RS karena takut mengeluarkan biaya yang banyak, dan merasa
bahwa ketika sudah menikah anaknya tidak lagi mengurusinya, meninggalkan nya
sendirian hingga Tn. A selalu menolak ketika diberi obat herbal untuk penyakitnya.
bahkan Tn. A selalu tidur di sofa rumahnya agar kedinginan dan seperti merusak
dirinya sendiri. 27 desember akhirnya Tn. A dibawa oleh anaknya ke RS karena
batuk dan pucat dipagi hari akibat tidur yang hanya 3 jam setiap malam nya. Pada
saat pengkajian di dapatkan TTV Tn. A 29x/menit, Suhu 37.8 C,TD 135/90, Nadi
98x/menit, terdapat sekret yang tertahan. Dihari berikutnya perawat melanjutkan
pengkajian lebih dalam pada pasien dengan sangat memperhatikan kondisi aspek
psikologis pasien didapatlah data subjektif dari Tn. A bahwa dirinya takut kehilangan
anak satu-satunya, anak bungsunya yang masih ia miliki, karena dulu sudah
kehilangan istri dan anak pertama nya dalam sebuah kecelakaan, Tn. A tidak mampu
mengatasi masalah yang di hadapinya dan menolak kenyataan bahwa anaknya akan
menikah, Tn. A merasa dirinya akan di tinggalkan.
 

3.2 Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas klien
a. Nama: Tn. A
b. Umur: 68 Tahun
c. Alamat : Sungai hulu, Siak
d. Pendidikan: SLTA
e. Jenis kelamin : Laki-laki
f. Suku: Jawa
g. Agama : Islam
h. Status perkawinan: Menikah
i. Tanggal pengkajian: Sen, 03 Desember2020

2. Status kesehatan saat ini

Pasien akhir-akhir ini sering mengaluh sakit kepala, batuk berdahak dan hanya tidur
selama 3 jam SMRS setiap malamnya. Anak Tn. A mengatakan ayahnya me
ngalami perubahan dalam sakitnya setelah ia mengatakan dirinya akan menikah pada
akhir 2020 ini, seperti sulit dalam menerima informasi, perubahan dalam komunikasi
serta melukai dirinya sendiri

3. Riwayat kesehatan dahulu
a. Penyakit : Fraktur di tangan kiri dan darah tinggi yang sering kambuh
belakangan ini.
b. Alergi : pasien tidak memimiliki riwayat alergi makanan maupun obat-
obatan
c. Kebiasaan : pasien selalu melamun dan mengingat masa lalunya hingga drop
ketika mengenang kejadian itu
 

4. Riwayat kesehatan keluarga

Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit menular maupun
menahun.

5. Tinjauan sistem
a. Keadaan umum: Composmentis (E4V5M6).
b. Integumen: Kulit terlihat keriput warna kulit sawo matang.
c. Kepala: Bentuk bulat, distribusirambut merata, warnarambut putih, tidak
terdapat lesi, tidak ada nyeri tekan, kulit kepala bersih.
d. Mata: Simetris, sklera ikterik, konjungtiva tidak Anemis, reflek
kornea baik.
e. Telinga: Simetris,Tampak bersih, pendengaran berkurang,
tidak ada benjolan, tidak cairan yang keluar.
f. Mulut & tenggorokan: Mulut bersih, gigi tidak lengkap, bibir tampak
kering.
g. Leher: Tidak ada pembesaran venajugularis, tidak ada nyeri tekan,  tidak ada
nyeri saat menelan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi
h. Dada: Simetris, terdapat retraksi dinding dada, pasien tampak sesak nafas,
terdapat suara nafas tambahan rongki pada kanan lobus bawah.
i. Sistem pernafasan: bersihan jalan nafas pasien tidak efektif, terdapat batuk dan
sekret serta sesak, RR 29x/menit, suara nafas nirmal, terpasang nasal canul 3 lt
j. Sistem kardiovaskuler: TD 135/80 mmHg, nadi 99 x/m
k. Sistemgastrointestinal:Tidakadamasalah pada sistem gastrointestinal
pasien
l. Sistem perkemihan:  tidak ada masalah pada sistem perkemihan pasien

6. Pengkajian Psikososial dan spritual


a. Psikososial
Kemampuan sosial Tn. A seperti terganggu semenjak anaknya mengatakan akan
menikah pada akhir 2020. pasien menjadi malas berkomunikasi dengan siapapun
bahkan anak bungsu nya.

b. Masalah emosional

2 Minggu SMRS pasein tidak bisa tidur, pasien tertidur hnya 3 jam kemudia terbangun,
pasien gelisah dan tidak nyaman diruangan yang pengab dan panas.

c. Spiritual

Sebelum masuk rumah sakit pasien selalu melaksanakan sholat 5 waktu tetapi hanya
dirumah karena keterbatasan usia yang tidak mampu lagi untuk pergi ke masjid.

7. Pengkajian Fungsional Klien
a. KATZ Indeks

Klien termasuk dalam kategori A karena semuanya masih bisa dilakukan


secara mandiri tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan dari orang lain
di antaranya yaitu makan, kontinensia (BAK,BAB), menggunakan pakaian,
pergi ke toilet, berpindah dan mandi, pasien tidak menggunakan alat bantu
berjalan.

b. Modifikasi dari bartel indeks

N Krite Denga Mand Keterangan


o ria n iri

Bantu
an
1 Maka   10 Frekuensi: 3x sehari
n Jumlah: ½ porsi

Jenis, nasi, sayur, lauk

2 Minu   10 Frekuensi:5-7kali sehari
m
Jumlah:secangkir kecil

Jenis: air putih

3 Berpindah dari satu tempat   1 Mandiri


0
ketempat lain

4 Personal toilet (cuci muka,   1 Frekuensi: 3xsehari


0
menyisir rambut, gosok gigi).

5 Keluar masuk toilet   1 Frekuensi:2-3kali sehari.


( mencuci 0

pakaian,menyekatubuh, mey
iram)

6 Mandi   1 3x sehari pada pagi


0
hari siang hari dan sore hari sebelum Ashar .

7 Jalan dipermukaan datar   1 Setiapingin


0
melakukan sesuatu misalnya mengambil minum
atau  ke kamar

mandi.

j Naik turun tangga   1 Baik tapi harus pelan-


8 0
Pelan

9 Mengenakan pakaian   1 Mandiri dan rapi


0

1 Kontrol Bowel (BAB)   1 Frekuensi: 1x sehari


0 0
Konsistensi: padat

1 Kontrol Bladder (BAK)   1 Frekuensi: 4x sehari


1 0
Warna: kuning

1 Olah raga/ latihan   1 Klienmengikuti senam yang diadakan di


2 0 kompleks

Perumahan

1 Rekreasi/ pemanfaatan waktu   1 Jenis: rekreasi keluar 1


3 luang 0
tahun sekali bersama keluarga

Keterangan:

a. 130: mandiri

b. 65-125: ketergantungan sebagian
c. 60: ketergantungan total

Setelah dikaji didapatkan skor : 130 yang termasuk Tn. M dalam kategori mandiri

8. Pengkajian Status Mental Gerontik


a. Short Portable Status Mental Questioner(SPSMQ)

Ben Sal N Pertanyaan


ar ah o

 √ 0 Tanggal berapa hari ini?


1

 √ 0 Hari apa sekarang?


2

√   0 Apa nama tempat ini?


3

√   0 Dimana alamat anda?


4

√   0 Berapa umur anda?


5

√   0 Kapan anda lahir?


6
 √ 0 Siapa presiden Indonesia sekarang?
7

  √ 0 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?


8

√   0 Siapa nama ibu anda?


9

√   1 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3


0 dari setiap angka

baru, semua secara menurun

Interpretasi hasil:

a. Salah 0-3: fungsi intelektual utuh


b. Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9-10: Kerusakan intelektual berat

Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu salah satu sehingga disimpulkan
Tn. A memiliki fungsi intelektual ringan

b. MMSE (Mini Mental Status Exam)

N Aspe Nilai Nil Krite


o k ai ria
Kogni Maksi Kli
tif mal en

1 Orientas 5 3 Menyebutkan dengan benar


i
a. Tahun : 2019 (Salah)
b. Musim : Hujan
c. Tanggal: 20 (Salah)
d. Hari: minggu
e. Bulan : juli

  Orientas 5 5 Dimana kita sekarang?


i
a. Negara : Indonesia
b. Provinsi: Jawa
c. Kota: Cingkarek
d. Di: RSUD

2 Registr 3 3 Sebutkan nama tiga obyek (oleh pemeriksa)


asi 1 detik dan mengatakan masing-masing
obyek.

a. kursi, meja, Buku.

*Klienmampumenyebutkankembali obyek
yang di perintahkan

3 Perhati 5 5 Minta klien untuk memulai dari angka 100


an dan kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali /
kalkula tingkat: (93, 86, 79, 72, 64
si
*Klientidak dapatmenghitungpertanyaan
semuanya.

4 Mengi 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek


. ng at pada no 2 (registrasi) tadi. Bila benar, 1
point masing-masing obyek.

*Klien mampu mengulang obyek yang


disebutkan

5 Bahasa 9 9 Tunjukkanpadakliensuatubendadan tanyaka
n nama pada klien

a. Misal buku
b. Misal kursi

      Minta klien untuk mengulangi kata berikut: “tidak


ada, jika, dan, atau, tetapi”. Bila benar nilai satu poin

a. Pertanyaan benar 2 buah: tak ada, tetapi Minta


klien untuk menuruti perintah berikut terdiri dari 3
langkah.

“ ambil kertas ditangan anda, lipat dua dan taruh


dilantai”

a. Ambil kertas ditangan anda


b. Lipat dua
c. Taruh dilantai

Perintahkan pada klien untuk hal berikut ( bila


aktivitas sesuai perintah nilai 1 point)

a. “tutup mata anda”
Perintahkan pada klien untuk menulis satu kalimat
dan menyalin gambar

b. Tulis satu kalimat
c. Menyalin gambar

*Klien bisa menyebutkan benda yang ditunjuk


pemeriksa. Selain itu, klien bisa mengambil
kertas, melipat jadi dua, dan menaruh dibawah sesuai
perintah. klien dapat menulis satu

kalimat.

  Tot   3  
al 0

Nil
ai

Interpretasi hasil: 23(

Keterangan: kognitif pasien dalam rentang ringan

9. Pengkajian Depresi Geriatrik (YESAVAGE)

PERTANY JAWAB SKO


AAN AN R
 

  YA/  
TIDAK

Apakah pada dasarnya anda puas dengan Tidak 1


kehidupan anda?

Apakah anda telah meninggalkan banyak Ya 1


kegiatan atau minat

atau kesenangan anda?

Apakah anda merasa bahwa hidup ini kosong Ya 1


belaka?

Apakah anda merasa sering bosan? Ya 1

Apakah anda mempunyai semangat yang baik Tidak 1


setiap saat?

Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan Ya 1


terjadi pada

anda?

Apakah anda merasa bahagia di sebagian Tidak 1


besar hidup anda?

Apakah anda merasa sering tidak berdaya? Tidak 0

Apakah anda lebih senang tinggal di rumah Tidak 0


dari pada pergi

keluar dan mengerjakan sesuatu yang baru?

Apakah anda merasa mempunyai banyak Ya 1


masalah dengan

daya ingat anda dibandingkan kebanyakan


orang?

Apakah anda pikir bahwa hidup anda Tidak 1


sekarang ini

menyenangkan?

Apakah anda merasa berharga? Tidak 1

Apakah anda merasa penuh semangat? Tidak 1

Apakah anda merasa bahwa keadaan anda Ya 1


tidak ada harapan?

Apakah anda pikir orang lain lebih baik Tidak 0


keadaanya daripada

anda?

Jumlah  

Penilaian:

Nilai 1 jika menjawab sesuai kunci berikut :


 

a. Tid i. Ya
ak j. Ya
b. Ya k. Tid
c. Ya ak
d. Ya l. Ya

e. Tid m. Tid
ak ak
f. Ya n. Ya
g. Tid o. Ya
ak
h. Ya

Skor2

5-9: kemungkinan depresi

10atau lebih: depresi

Kesimpulan: Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu 12 sehingga


disimpulkan Tn. M ada depresi.

10. Pengkajian Skala Resiko Dekubitus

Persepsi 1 2 3 4

Sensori Terbatas Sangat Agak Tidak


penuh terbatas Terbatas terbatas
Kelembap Lembab Sangat Kadang Jarang
an lembab lembab
konstan Lembab

Aktifitas Di tempat Dikursi Kadang Jalan


tidur jalan Keluar

Mobilisasi Imobil Sangat Kadang Tidak


penuh terbatas terbatas
Terbatas

Nutrisi Sangat Tidak Adekuat Sempurna


jelek Adekuat

Gerakan/ Masalah Masalah Tidak Ada Sempurna


Resiko
cubitan Masalah

Total skor        
= 22

Keterangan :

Paisien dengan total nilai :

a. <16 mempunyai risiko terkena dekubitus


b. 15/16 risiko rendah
c. 13/14 risiko sedang
d. <13 risiko tinggi

 Kesimpulan : Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan total skor : 22 sehingga


disimpulkan klien tidak mempunyai resiko dekubitus.
 

11. Pengkajian Risiko Jatuh : Test Skala Keseimbangan Berg


a. Pengkajian Skala Resiko Jatuh dengan Postural Hypotensi

Reach Test (FR Hasil


test)

Mengukur tekanan Diperoleh hasil pengukuran dalam


darah lanisa dalam tiga tiga posisi pada Tn. A sebagai
posisi yaitu: berikut:

a. Tidur a. Tidur : 135/90 mmHg


b. Duduk b. Duduk : 137/90 mmHg
c. Berdiri c. Berdiri : 145/90 mmHg

Catatan jarak antar


posisi pengukuran
kurang lebih 5 – 10
menit.

KESIMPU
LAN

Dari hasil skoring pada Tn. A diperoleh hasil skoring total = 1


mmHg maka dapat dikatakan bahwa Tn. A memiliki resiko
jatuh mengingat sia Tn. A uga sudah semakin tua dan
kemunduruan fungsi organ karena usia tua serta penyakit yang
di

derita.

 
b. Fungsional reach test (FR Tests)

Reach Test (FR test) Has


il

1. Minta lansia 1. Lansia mampu untuk


untuk menempel ditembok berdiri
2. Mintalansiauntuk mencondo
 
ngkan badannya ke depan
tanpa melangkahkan kakinya.
3. Ukur jarak
condong antara tembok dengan
punggung lansia dan biarkan
kecondongan terjadi

selama 1 – 2 menit.

KESIMPULAN

Pasien tudak memiliki risiko jatuh

c. The Time Up Ana Go (TUG Test)

Berdasarkan pengkajian, didapatkan data bahwa Klien masuk dalam


kategori varable mobility yaitu dengan jumlah score 24 detik.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan benda asing dalam jalan nafas
(sekret) ditandai dengan pasien mengatakan batuk berdahak dan sesak, RR 29x/menit, dan
terpasang nasal canul 3 lt.

2. ketidakefektifan pola koping berhubungan dengan ketidakadekuatan kesempatan untuk


mempersiapkan stressor yang ditandai dengan perubahan komunikasi, ketidakmampuan
untuk mengikuti informasi, dan ketidakmampuan untuk memenuhi harapan peran

3. gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk berdahak dan kondisi lingkungan yang
pengap dan tidak nyaman bagi pasien yang ditandai dengan jumlah tidur pasien yang sangat
kurang hanya tertidur selama 3 jam.

Pekanbaru, 14 Desember 2020

Mahasiswa

(kelompok 3)
ANALISIS MASALAH

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1. DS : Pasien mengatakan akhir-akhir ini sering sakit Mycobacterium Tuberculosis pada paru  Bersihan jalan nafas

kepala dan batuk berdahak yang seperti tertahan
Metastase ke bronkus
 

DO: pasien tampak sesak, dan terdapat sektret, Iritasi pada bronkus
↓  
RR 29x/menit, dan terpasang nasal canul 3 lt.
Peradangan pada bronkus
TD 135/80 mmHg, nadi 99 x/m ↓
 
Batuk

Secret kental  

Bersihan jalan napas tidak efektif
 

2. Ds : gangguan dalam pola penilaian ancaman Ketidakefektifan


pola koping
1. pasien mengatakan sering terbangun dimalam ↓
hari,
Gangguan dalam pola melepaskan tekanan
2. pagi hari pasien merasakan kelelahan dan rasa ↓
kurang bersemangat seperti habis bekerja
Perbedaan gender dalam strategi
semalaman
3. pasien mengatakan sering drop ketika teringat ↓
masa lalu
Derajat ancaman yang tinggi
4. pasien mengatakan banyak perubahan setelah
anaknya mengatakan akan menikah ↓
5. pasien menganggap bahwa anaknya tidak mau
Ketidakmampuan mengubah energy ya
membawa nya berobah Karena anaknya
menawarkan pengobatan herbal ng adaptif
6. pasien mengatakan anaknya tidak lagi
mengurusinya karena anaknya hendak ↓

menikah Tingkat persepsi control yang adekuat


7. pasien selalu tidur disofa rumahnya agar
kedinginan dan seperti merusak dirinya ↓

sendiri. Dukungan social yang tidak adekuat yang diciptakan oleh


8. Pasien mengatakan tidak ingin kehilangan karakteristik hubungan
anak satu-satunya
Do : ↓

Tingkat percaya diri yang tidak adekuat


Pasien terlihat mengalami hambatan dalam
berkomunikasi ↓

pasien terlihat kesulitan menerima informasi Ketidakefektifan pola koping

pasien terlihat sering merenung

pasien selalu menolak ketika diberi obat herbal untuk


penyakitnya.

3. Ds: pasien mengatakan tidak bisa tidur, pasein batuk berdahak Gangguan pola tidur

mengatakan pasien tertidur hanya 3 jam kemudian
Serotonin menekan interleukin 1
terbangun, pasien mengatakan gelisah dan tidak ↓
Interleukin 1 melepaskan endogen dari netrofil
nyaman diruangan yang pengap dan panas.

Merangsang RAS (Reticular Activating Sleep) untuk aktif
Do : ↓
Sleep homeostatis dan irama sirkadian menurun

- Pasien terlihat tidak fresh saat bangun di pagi
Susah tidur
harinya ↓
Pola tidur tidak teratur
- pasien terlihat kurang bersemangat

- Jam tidur pasien kurang dari norml


FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosis Keperawatan Nursing Outcome Classification (NOC) Nursing Intervention Clasification (NIC)


1 Bersihan jalan nafas tidak efektif  NOC :  NIC. Manajemen jalan napas
Bersihan Jaan Napas
berhubungan dengan benda
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Aktifitas :
asing dalam jalan nafas (sekret) 2 x 24 jam, diharapkan bersihan jalan napas
pasien dapat lebih baik, dengan kriteria hasil : Observation :
ditandai dengan pasien
1. Produksi sputum dari 1 meningkat menjadi 4
mengatakan batuk berdahak dan cukup menurun 1. Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
2. Wheezing dari 1 meningkat menjadi 4 cukup usaha napas)
sesak, RR 29x/menit, dan 2. Memonitor bunyi napas tambahan (mengi,
menurun
terpasang nasal canul 3 lt. 3. Frekuensi napas daru 2 cukup meningkat wheezing, gurgling, dll)
menjadi 4 cukup menurun 3. Memonitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Nursing Terapeutik :

1. mempertahankan kepatenan jalan napas dengan


head tilt dan chin lift
2. Posisikan semi fowler atau fowler
3. memberikan minuman hangat
4. melakukan fisioterapi dada
5. melakukakan penghisapan lender kurang lebih 15
detik
Edukasi :

1. menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari


Kolaborasi :

2. mengkolaborasi pemberian obat bronkodilator,


ekspektoran, mukolitik
2 ketidakefektifan pola koping NOC : NIC :
berhubungan dnegan 1. Bimbingan Antisipasi 1. Mengkaji konsep diri dan harga diri pasien
ketidakadekuatan kesempatan
2. Peningkatan Koping 2. mengidentifikasi penyebab koping tidak efektif
untuk mempersiapkan stressor
3. Konseling (mis, kurangnya dukungan, krisis kehidupan,
yang ditandai dengan perubahan
keterampilan menyelesaikan masalah yang tidak
komunikasi, ketidakmampuan 4. Dukungan untuk mengambil -keputusan
efektif)
untuk mengikuti informasi, dan Bantuan emosi
ketidakmampuan untuk 3. memantau perilaku agresif
5. Panduan sistem kesehatan -Latihan
memenuhi harapan peran pengendalian impuls -Peningkatan peran 4. mengidentifikasi pandangan pasien terhadap

Peningkatan kondisinya dan kesesuaiannya dengan pandangan


penyedia layanan kesehatan

Peningkatan koping (NIC) :

1. meenyuluhan untuk Pasien/Keluarga

2. memberikan informasi faktual yang terkait


dengan diagnosis, terapi, dan prognosis

3. menganjurkan pasien untuk menggunakan


teknik relaksasi, jika perlu

4. memberikan pelatihan keterampilan sosial yang


sesuai
5. mengajarkan strategi penyelesaian masalah

6. memberikan informasi mengenai sumber-


sumber di komunitas

Aktivitas Kolaboratif :

1. mengawali diskusi tentang perawatan pasien


untuk meninjau mekanisme koping pasien dan
untuk menyusun rencana perawatan

2. melibatkan sumber-sumber di rumah sakit dlaam


memberikan dukungan emosional untuk pasien
dan keluarga

3. memerankan sebagai penghubung antara pasien,


penyedia layanan kesehatan lain, dan sumber
komunitas (misalnya, kelompok pendukung)

Aktivitas Lain :

1. membantu pasien dalam mengembangkan


rencana untuk menerima atau

mengubah situasi :

1. membantu pasien dalam mengidentifikasi


kekuatan personal dan menetapkan

tujuan yang realistic :

1. memerankan sebagai penghubung antara pasien,


penyedia layanan kesehatan ain, dan sumber
komunitas (misalnya, kelompok pendukung)

2. mendukung pasien untuk terlibat dalam


perencanaan aktivitas perawatan,

3. memulai percakapan dengan orang lain,


berpartisipasi dalam aktivitas

4. meminta keluarga untuk mengunjungi klien bila


memungkinkan

5. mendorong untuk melakukan latihan fisik, sesuai


kemampuan klien

6. mendorong pasien untuk mengidentifikasi


penjelasan yang realistis akan

perubahan dalam peran :

1. menggunakan pendekatan yang tenang dan


meyakinkan
2. menurunkan rangsangan lingkungan yang dapat
disalahartikan sebagai suatu

ancaman :

1. menciptakan suasana penerimaan

2. menghindari pengambilan keputusan pada saat


pasien berada dalam stress berat

3 gangguan pola tidur 1. AnxietuyContol Sleep Emhancement

berhubungan dengan batuk 2. Comfort Level Aktivitas :


berdahak dan kondisi lingkungan
yang pengap dan tidak nyaman Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2X24 1. Mengindetifikasi  efek-efek  terhadap pola tidur 

bagi pasien yang ditandai dengan jam  diharapkan pasien :  2. Menjelaskan pentingnya  tidur yang adekuat

jumlah tidur pasien yang sangat 3. Memfasilitasi untuk memperhatikan aktivitas


- Jam tidur  dalam batas normal 7-8 sebelum tidur
kurang hanya tertidur selama 3
JamPola tidur 4. Menciptakan lingkungan  yang nyaman  untuk
jam.2
- Kualitas tidur dalam batas normal pasien
- Perasaan fresh/segar  setelah dan sebelum 5. Mengkolaborasi obat tidur sesuai indikasi
istirahat dan tidur

Mampu mengidentifikasi  hal-hal yang


meningkatkan kualitas tidur 
BAB IV

Kesimpulan

Depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang


mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang.
Merupakan masalah psikologis yang banyak terjadi pada lanjut usia. Masalah tersebut
ditandai dengan perasaan sedih mendalam yang berdampak pada gangguan interaksi
sosial. Depresi seringkali tidak terdeteksi pada lanjut usia karena dianggap sebagai akibat
dari proses penuaan dan penyakit kronis yang dialami oleh lanjut usia. Padahal deteksi
dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat memperbaiki dan meningkatkan
kualitas hidup bagi lanjut usia Depresi yang sering dialami lansia tersebut juga
menyebabkan gangguan mekanisme koping pada penderitanya, kebanyakan pada klien
lansia dengan depresi mengalami koping individu yang tidak efektif.

Pada umumnya lansia mengalami depresi ditandai oleh mood depresi menetap
yang tidak naik, gangguan nyata fungsi atau aktivitas sehari-hari, dan dapat berpikiran
atau melakukan percobaan bunuh diri.Pada lansia gejala depresi lebih banyak terjadi pada
orang dengan penyakit kronik, gangguan kognitif, dan disabilitas. Kesulitan konsentrasi
dan fungsi eksekutif lansia depresi akan membaik setelah depresi teratasi. Gangguan
depresi lansia dapat menyerupai gangguan kognitif seperti demensia, sehingga dua hal
tersebut perlu dibedakan.Para lansia depresi sering menunjukkan keluhan nyeri fisik
tersamar yang bervariasi, kecemasan, dan perlambatan berpikir. Perubahan pada lansia
depresi dapat dikategorikan menjadi perubahan fisik, perubahan dalam pemikiran,
perubahan dalam perasaan, dan perubahan perilaku
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, N. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Jilid 2. Jakarta: CV.


TRANS INFO MEDIA.

Dewi, Sofia Rhosma. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Yogyakarta :


Deepublish.

Hawari, Dadang. (2013). Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta: FK UI

Namora Lumongga Lubis, M. (2016). DEPRESI TINJAUAN PSIKOLOGIS.

Jakarta: KENCANA.

Taber, M. P., & Dra. Noorkasiani, A. M. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan
Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Aspiani, N. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Jilid 2. Jakarta: CV.


TRANS INFO MEDIA

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI (2011).


Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No. 02
Tahun 2011. Jakarta: Kementrian PPPA RI

Qonitah, N., & Isfandiari, M. A. (2015). Jurnal Berkala Epidemiologi. 1-11

Miftahuddin, M. (2016). Kajian Penelitian Psikologi. An- Nafs

Irawan, H. (2013). Gangguan Depresi pada Lanjut Usia. 11.

Anda mungkin juga menyukai