Anda di halaman 1dari 8

Hubungan Karakteristik Dengan Kejadian Depresi Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna

Werda Tahun 2018

Novi Herawati, Deharnita


Program DIII Keperawatan Solok Poltekkes Kemenkes Padang
e-mail : ophie_cut@yahoo.com

ABSTRAK

Depresi merupakan gangguan psikiatrik yang sangat sering terjadi pada lanjut usia. Depresi menyerang 10-
15% lansia 65 tahun ke atas yang tinggal di keluarga, dan sekitar 50% penghuni perawatan jangka
panjang. Faktor penyebab depresi lansia antara lain ditinggal oleh semua anak, tidak lagi bekerja, tidak
mempunyai kegiatan, kematian orang yang dicintai. Studi pendahuluan Oktober 2017 pada lansia PSTW
Sicincin didapatkan 24% tidak mengalami depresi sedangkan 76% mengalami depresi. Yang terdiri dari
24% depresi ringan, 41% sedang dan 3% berat. Tujuan penelitian untuk melihat hubungan karakteristik
dengan tingkat depresi pada lansia di panti sosial tresna werdha Sicincin tahun 2018.
Penelitian ini merupakan studi analisis dengan pendekatan cross sectional. Variabel penelitian yaitu umur,
jenis kelamin, pendidikan dan lama tinggal, serta tingkat depresi. Populasinya seluruh lansia di PSTW,
jumlah 110 orang. Teknik sampling secara total sampling. Analisa bivariat dengan uji chi square.
Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar lansia mengalami depresi (73.7 %), sebagian besar
lansia (87.3%) berada pada usia beresiko (> 65 tahun), sebagian besar (63.6 %) lansia berjenis kelamin
laki-laki, tingkat pendidikan lansia hamper seluruhnya (90.0 %) adalah rendah, lama tinggal lansia di panti
sebagian besar beresiko ≥ 4tahun (61.8%). Uji bivariatnya tidak ada hubungan umur, jenis kelamin dan
lama tinggal dengan depresi serta ada hubungan tingkat pendidikan dengan depresi.
Disarankan kepada pihak PSTW untuk memperhatikan kondisi lansia untuk dapat tercapai kualitas hidup
optimal.

LATAR BELAKANG sebagaimana kita ketahui menjelaskan


dengan tegas dalam bab 1, pasal 1 ayat 2
Salah satu indikator utama tingkat bahwa lanjut usia adalah seseorang yang
kesehatan masyarakat adalah telah mencapai usia 60 tahun keatas
meningkatnya umur harapan hidup (UHH). (Nugroho, 2008). Berbagai perubahan
Secara signifikan, UHH pada tahun 1971 yang terjadi pada lansia bersifat individual
yaitu 45 tahun meningkat menjadi 70,9 yang dipengaruhi oleh berbagai faktor
tahun pada tahun 2010 dan terus menerus yang secara normal merupakan proses
mengalami peningkatan menjadi 71,5 penuaan yang fisiologis (Tamher S &
tahun pada tahun 2014 (Anna, 2012). Noorkasiawi, 2009). Proses menua yang
Diprediksi juga pada tahun 2020 jumlah dialami lansia tersebut menyebabkan
lanjut usia nantinya akan mencapai 28,8 mereka mengalami berbagai macam
juta jiwa (11,34 persen), dan akan masalah kesehatan jiwa seperti perasaan
meningkat secara tajam dan cepat seperti sedih, cemas, kesepian serta mudah
mencapai lebih kurang 79,8 juta lansia tersinggung (Maryam, dkk, 2008).
pada tahun 2050. Hal ini merupakan Menurut The National Old
sebagai dampak cerminan dari wujud People’s Welfare Council Inggris
keberhasilan upaya pembangunan menggemukakan bahwasanya penyakit
kesehatan di wilayah Indonesia. Tetapi di atau gangguan umum pada lansia ada 12
sisi lain hal ini merupakan tantangan yang macam, yakni 1) Depresi mental, 2)
nyata bagi kita semua untuk dapat Gangguan pendengaran, 3) Bronkitis
mempertahankan status kesehatan dan kronik, 4) Gangguan pada tungkai/sikap
tingkat kemandirian bagi para lansia berjalan, 5) Gangguan koksa/sendi
tersebut (Azis, dkk, 2010). panggul, 6) Anemia, 7) Demensia, 8)
Undang- Undang nomor 13 tahun Gangguan penglihatan, 9)
1998 tentang kesejahteraan lansia Ansietas/kecemasan, 10) Dekompensasi

1
kordis, 11) Diabetes melitus, osteomalisia, ringan sampai sedang. Meskipun depresi
dan hipotiroidisme, 12) Gangguan pada banyak terjadi di kalangan lansia, depresi
defekasi (Nugroho, 2008). ini di diagnosis salah atau diabaikan. Rata-
Depresi merupakan gangguan rata 60-70% lajut usia yang mengunjungi
psikiatrik yang sangat sering terjadi pada dokter atau tempat pelayanan kesehatan
lanjut usia (Ghaemi, 2003). Pada orang adalah mereka dengan depresi yang acap
lanjut usia, gangguan mood akan kali tidak terdeteksi karena lansia banyak
menyebabkan penderitaan pada pasien dan memfokuskan pada keluhan badaniah yang
keluarga, memperberat penyakit medis, sebetulnya adalah penyerta dari gangguan
mengakibatkan disabilitas dan emosi (Hawari, 2008).
membutuhkan sistem pendukung yang luas Depresi merupakan masalah
(Alexopoulos, 2005). Orang lanjut usia kesehatan jiwa yang utama dewasa ini. Hal
yang menderita depresi sering tidak ini amat penting karena orang dengan
dikenali. Dokter dan pasien sering depresi produktifitasnya akan menurun
menganggap gejala depresi pada lanjut dan ini sangat berdampak buruk bagi suatu
usia merupakan suatu proses penuaan. masyarakat, bangsa dan negara yang
Alasan lain bahwa orang lanjut usia lebih sedang membangun. Orang yang
menekankan gejala-gejala somatik dan mengalami depresi adalah orang yang
tidak melaporkan mood yang depresif. amat menderita. Depresi adalah penyebab
Depresi pada orang lanjut usia sering utama tindakan bunuh diri, dan tindakan
terjadi pada penderita dengan penyakit- ini menduduki urutan ke-6 dari penyebab
penyakit medis atau gangguan-gangguan kematian utama di Amerika Serikat
neurologis di otak yang mempunyai (Hawari 2008:85).
gejala-gejala yang mirip dengan gejala Depresi lebih dari sekedar rasa
depresi. Kadang-kadang pada beberapa sedih atau merasakan hari yang buruk.
kasus dapat terjadi gejala-gejala yang Depresi bisa menimpa siapa saja, dan jika
saling menutupi (overlap) sehingga tidak di tangani depresi bisa mengarah ke
depresi dapat didiagnosis setelah diberi upaya bunuh diri. Orang-orang yang
obat antidepresan (Kaplan & Saddock, terkena depresi setidaknya memunculkan
2007). gejala-gejala seperti suasana hati amat
Depresi adalah reaksi kejiwaan tertekan, merasa tidak berguna, tidak bisa
seseorang terhadap stressor yang berfikir jernih dan berfikir tentang
dialaminya. Penyakit fisik merupakan kematian atau bunuh diri (Mahsun
salah satu bentuk stressor psikososial. 2004:52).
Stres yang menyebabkan depresi antara Gangguan mood (depresi) adalah
lain penyakit jantung, paru-paru, stroke, diagnosis yang paling sering berhubungan
kanker, pengerasan hati dan lain dengan bunuh diri. Karena resiko bunuh
sebagainya (Hawari 2008:10). diri pada pasien depresif adalah meningkat
Prevalensi depresi pada lansia terutama jika pasien terdiagnosis depresi,
sangat tinggi, sekitar 12-36% lansia yang kemajuan psikofarmakologi dalam 25
menjalani rawat jalan mengalami depresi. tahun terakhir telah menurun resiko bunuh
Angka ini meningkat menjadi 30-50% diri di antara pasien dengan gangguan
pada lansia dengan penyakit kronis dan depresif. Namun demikian, angka bunuh
perawatan lama yang mengalami depresi. diri menurut usia untuk pasien yang
Depresi menyerang 10-15% lansia 65 menderita mood di perkirakan adalah 400
tahun ke atas yang tinggal di keluarga dan per 100.000 untuk pasien laki-laki dan 180
angka depresi meningkat secara drastic per 100.000 untuk pasien wanita (Kaplan,
pada lansia yang tinggal di institusi, 2007).
dengan sekitar 50% penghuni perawatan Depresi pada lansia dapat
jangka panjang memiliki gejala depresi disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut

2
Probosuseno (2007) dalam Marwiati dengan masing-masing wisma dihuni oleh
(2008) depresi pada lansia dapat 6-10 orang lansia. Teknik pengambilan
disebabkan antara lain lansia yang sample dengan total sampling. Sehingga
ditinggalkan oleh semua anak-anaknya didapatkan sampel 110 orang.
karena masing-masing sudah membentuk Pengumpulan data dilakukan dengan cara
keluarga dan tinggal di rumah atau kota wawancara dengan menggunakan
terpisah, berhenti dari pekerjaan (pension kuesioner.
sehingga kontak dengan teman sekerja Analisa dilakukan secara bivariat
terputus atau berkurang), mundurnya dari dengan uji chi-square.
berbagai kegiatan (akibat jarang bertemu
dengan banyak orang), kurang HASIL DAN PEMBAHASAN
dilibatkannya lansia dalam berbagai
kegiatan, ditinggalkan oleh orang yang Hasil penelitian mengenai hubungan
dicintai misalnya pasangan hidup, anak, karakteristik dengan kejadian depresi
saudara, sahabat dan lain-lain. Kesepian lansia di panti sosial tresna werda Sicincin
akan sangat dirasakan oleh lansia yang tahun 2018. Penelitian ini dilakukan pada
hidup sendirian, tanpa anak, kondisi bulan Agustus – September 2018, dengan
kesehatannya rendah, tingkat jumlah responden sebanyak 110 orang
pendidikannya rendah dan rasa percaya lansia. Hasil penelitian berupa hasil
diri rendah, dari beberapa penyebab analisis univariat dan bivariat.
tersebut bisa timbul depresi.
A. Analisa Univariat
Studi pendahuluan yang dilakukan
Hasil analisis univariat untuk setiap
Oktober 2017 terhadap 37 orang lansia
variabel jenis kelamin, umur, tingkat
yang tinggal di panti sosial Sicincin
pendidikan, lama tinggal serta tingkat
menunjukkan bahwa 24% diantaranya
depresi dapat dilihat pada paparan berikut
tidak mengalami depresi sedangkan 76%
ini:
diantaranya mengalami depresi. Yang
terdiri dari 24% depresi ringan, 41%
Tabel 1
depresi sedang dan 3% dengan depresi
Distribusi Frekuensi Responden
berat.
Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur,
Tingkat Pendidikan, Lama Tinggal dan
METODE PENELITIAN
Kejadian Depresi di PSTW Sicincin
Tujuan Penelitian adalah untuk Tahun 2018 (n=110)
melihat hubungan karakteristik dengan
tingkat depresi pada lansia di panti sosial Karakteristik responden f %
tresna werdha Sicincin tahun 2018. Umur
Penelitian ini merupakan studi analisis Beresiko 96 87.3
dengan pendekatan cross sectional. Kurang Beresiko 14 12.7
Variabel dalam penelitian ini adalah
Jenis Kelamin
variable independen karakteristik 70 63.6
Laki-Laki
responden yaitu umur, jenis kelamin,
Perempuan 40 36.4
pendidikan, lama tinggal. Serta variable
Pendidikan
dependen tingkat depresi.
99 90.0
Populasi dalam penelitian ini Rendah
adalah seluruh lansia yang tinggal di Panti
Sosial Tresna Werda Sicincin, yang 11 10.0
berjumlah 110 orang. Sampel pada Tinggi
penelitian ini adalah lansia yang berada di Lama Tinggal
panti sosial yang terdiri dari 13 wisma

3
langsung maupun tidak. Stressor pencetus
Beresiko (≥ 4tahun) 68 61.8 menurut Friedman dalam Azizah (2011)
dapat terjadi paada pensiun yang terpaksa,
Kurang beresiko (< 4tahun) 42 38.2 kematian pasangan, kemunduran
kemampuan atau kekuatan fisik dan
Tingkat Depresi kemunduran kesehatan serta penyakit fisik,
kedudukan sosial, keuangan, penghasilan
Depresi 81 73.7
dan rumah tinggal sehingga
mempengaruhi rasa aman lansia dan
Tidak Depresi 29 26.3 menyebabkan depresi.
Menurut beberapa teori penyebab
depresi diantaranya: yaitu menurut model
Karakteristik responden adalah perilaku, asumsi penyebab depresi terletak
sebagian besar berada pada usia beresiko pada kurangnya keinginan positif dalam
(> 65 tahun) yaitu 87.3%, sebagian besar berinteraksi dengan lingkungan dan lansia
berjenis kelamin laki-laki (63.6 %), cenderung lebih suka berdiam diri dirumah
memiliki tingkat pendidikan terbanyak dari pada berinteraksi di luar rumah. Teori
adalah rendah (90.0 %), lama tinggal di kehilangan objek, trauma perpisahan
panti sebagian besar beresiko ≥ 4tahun individu dengan benda atau yang sangat
(61.8%) serta sebagian besar mengalami berarti, pada saat lansia mengalami
depresi (73.7 %). kahilangan seperti kehilangan pasangan
Hasil penelitian ini sesuai dengan hidupnya dan belum dapat menerimanya
penelitian Nuryanti, Indarwati dan maka kemungkinan lansia tersebut dapat
Hadisuryatmana (2006) yang menyatakan mengalami depresi. Menurut model
bahwa sebagian lansia merasa bosan ketidakberdayaan menunjukkan bahwa
tinggal di panti (57.5%). Hal ini bukan semata-mata trauma menyebabkan
dimungkinkan adanya faktor yang terlalu depresi tapi keyakinan bahwa seorang
lama menghuni di panti sehingga lansia tidak mempunyai kendali terhadap hasil
merasa bosan. Hasil penelitian ini sesuai yang penting dalam kehidupannya, hal ini
dengan penelitian yang dilakukan dialami lansia karena pada lansia tentu
Marwiati (2008) yang menyatakan bahwa akan mengalami penurunan fungsi
lansia yang berada di Panti Werda sehingga kemampuan tubuh mengalami
frekuensinya lebih banyak yang penurunan dengan adanya penurunan
mengalami depresi (56.5%) dibandingkan fungsi tubuh tentunya akan berdampak
yang tidak mengalami depresi (43.5%). pula pada penurunan kemampuan fisik
Demikian juga halnya dengan penelitian tubuh sehingga mungkin lansia mengalami
Sumitra (2008) bahwa yang mengalami gangguan harga diri.
depresi sebanyak (72%) sedangkan yang
tidak mengalami depresi sebanyak 28%. B. Analisa Bivariat
Depresi menurut Keliat dalam
Azizah (2011) adalah gangguan alam Analisa bivariat bertujuan untuk
perasaan yang ditandai oleh kesedihan, melihat pengaruh variabel independen
harga diri rendah, rasa bersalah, putus asa, yaitu umur, jenis kelamin, tingkat
perasaan kosong. Depresi dapat di pendidikan dan lama tinggal di panti
kategorikan menjadi depresi ringan, terhadap variabel dependen yaitu tingkat
depresi sedang dan depresi berat. Hal ini depresi. Dalam hal ini untuk melihat
dapat dipengaruhi oleh penurunan fungsi pengaruhnya digunakan uji chi square (x2)
tubuh, kesehatan umum dan status dengan nilai P value < 0,05. Maka dapat
kesehatan. Salah satu dampak depresi kita lihat pada uraian berikut:
adalah resiko bunuh diri baik itu secara

4
1. Hubungan Umur dengan Kejadian Kejadian Depresi
Depresi Tabel 3
Distribusi Responden Menurut Jenis
Tabel 2
Kelamin dan Kejadian Depresi
Distribusi Responden Menurut Umur
di PSTW Sicincin Tahun 2018
dan Kejadian Depresi di PSTW Sicincin
(n=110)
Tahun 2018 (n=110) Jenis Kejadian Depresi Total P
Umur Kejadian Depresi Total P Kelamin val
value Depresi Tidak
Depresi Tidak Depresi ue
Depresi
n % n % n %
n % n % n %
Laki-laki 54 66.7 16 55.2 70 63. 0.36
Beresi 72 88.9 24 82.8 96 87.3 0.516 6 8
ko
Perempua 27 33.3 13 44.8 40 36.
Kuran 9 11.1 5 17,2 14 12.7 n 4
g
Jumlah 81 100 29 100 11 10
Beresi
0 0
ko
Jumla 81 100 29 100 11 100
h 0 Hasil analisis hubungan antara jenis
kelamin dengan kejadian depresi diperoleh
Hasil analisis hubungan antara umur bahwa ada sebanyak 54 orang (66.7%)
dengan kejadian depresi diperoleh bahwa responden yang mengalami depresi
ada sebanyak 72 orang (88.9%) responden berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan di
mengalami depresi dengan umur beresiko. antara responden yang mengalami depresi
Sedangkan di antara responden dengan terdapat 27 orang (33.3%) responden
depresi terdapat 9 orang (11.1%) memiliki dengan jenis kelamin perempuan. Hasil uji
umur kurang beresiko. Hasil uji Chi Chi Square didapatkan nilai Pvalue=0.368,
Square didapatkan nilai Pvalue=0.516, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan jenis kelamin dengan
ada hubungan umur dengan kejadian kejadian depresi.
depresi. SoonenBerg, et all (2000) melakukan
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian terhadap 17 responden (31%)
penelitian yang dilakukan Silvia (2010) berjenis kelamin laki-laki, sebagian besar
yang menyatakan bahwa umur memiliki pekerjaan responden sebagai petani yaitu
hubungan yang bermakna dengan kejadian sebanyak 28 responden (51%) dan
depresi (p=0.027). Namun hasil penelitian pedagang sebanyak 23 responden (42%).
ini sesuai dengan penelitian yang telah Laki-laki dapat mengalami depresi
dilakukan Wulandari (2011) bahwa mungkin dikarenakan penurunan finansial,
proporsi lansia yang dialami lansia karena pendapatan yang didapat tidak
meningkat seiring bertambahnya usia. sebanyak yang dikira.
Depresi berpotensi menjadi kronis Menurut Durrand and Barrow (2006)
bilamana depresi muncul untuk pertama dalam Yanuar (2010) perbedaan gender
kalinya pada usia 60 tahun ke atas. Salah dalam perkembangan gangguan emosional
satu hasil studi terhadap pasien lansia yang sangat dipengaruhi oleh persepsi mengenai
mengalami depresi yang telah diikuti ketidakmampuan untuk mengontrol.
selama 6 tahun, kira-kira 80% tidak Sumber perbedaan ini bersifat kultural
sembuh namun terus mengalami depresi karena peran jenis kelamin yang berbeda
atau mengalami depresi pasang surut antra laki-lai dan perempuan. Laki-laki
(Nevid, et al, 2003 dalam Yanuar 2010). sangat didorong untuk mandiri, masterfull,
dan asertif.
2. Hubungan Jenis Kelamin dengan
3. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan

5
Kejadian Depresi kesehatan. Makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah menerima
Tabel 4
informasi, sehingga semakin banyak pula
Distribusi Responden Menurut Tingkat
pengetahuan yang dimilki. Sebaliknya,
Pendidikan dan Kejadian Depresi
semakin rendah atau kurang pendidikan
di PSTW Sicincin Tahun 2018
seseorang akan menghambat
(n=110)
Tingkat Kejadian Depresi Total P
perkembangan sikap seseorang terhadap
pendidi val nilai-nilai yang baru diperkenankan
Depresi Tidak
kan Depresi ue (Notoatmodjo, 2005).
n % n % n %
Rendah 77 95.1 22 75.9 99 90.0 0.00 4. Hubungan Lama Tinggal dengan
Tinggi 4 4.9 7 24.1 11 10.0 7
Kejadian Depresi
Jumlah 81 100 29 100 110 100
Tabel 5
Distribusi Responden Menurut Lama
Hasil analisis hubungan antara Tinggal dan Kejadian Depresi di PSTW
tingkat pendidikan dengan kejadian Sicincin Tahun 2018
depresi diperoleh bahwa ada sebanyak 77
orang (95.1%) responden yang mengalami Lama Kejadian Depresi Total P
depresi yaitu dengan tingkat pendidikan Tingga Depresi Tidak val
rendah. Sedangkan di antara responden l Depresi ue
yang mengalami depresi terdapat 4 orang n % n % n %
(4.9%) responden dengan tingkat ≥4 29 35.8 13 44.8 42 38.2 0.50
tahun 4
pendidikan tinggi. Hasil uji Chi Square <4 52 64.2 16 55.2 68 61.8
didapatkan nilai Pvalue=0.007 sehingga tahun
dapat disimpulkan bahwa terdapat Jumlah 81 100 29 100 11 100
hubungan tingkat pendidikan dengan 0
kejadian depresi.
Hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Melisa Hasil analisis hubungan antara
(2010) dimana dikatakan tidak terdapat lama tinggal dengan kejadian depresi
hubungan yang signifikan dengan tingkat diperoleh bahwa ada sebanyak 52 orang
depresi. (64.2%) responden mengalami depresi
Berdasarkan tingkat pendidikan, dengan lama tinggal < 4 tahun. Sedangkan
kejadian depresi lebih cenderung di antara responden 29 orang (35.8%)
ditemukan pada lansia yang memiliki mengalami depresi dengan lama tinggal
tingkat pendidikan yang rendah (59,3%). responden ≥ 4 tahun. Hasil uji Chi Square
Sonnenberg pada tahun 2000 melaporkan didapatkan nilai Pvalue=0.504, sehingga
bahwa tingkat pendidikan rendah berkaitan dapat disimpulkan bahwa tidak ada
dengan kejadian depresi, baik pada laki- hubungan lama tinggal dengan kejadian
laki dan perempuan. Sebuah penelitian depresi.
Winrow (2005) menunjukkan bahwa Sementara itu, sebanyak 64,0%
kurangnya kesempatan untuk bersekolah lansia yang tidak mengalami depresi
dan tidak adanya fasilitas pendidikan di berada dalam kondisi risiko rendah
daerah pedesaan berkontribusi pada terisolasi. Hal ini sesuai dengan penelitian
kejadian depresi. Sonnenberg, et all (2000) bahwa semakin
Pendidikan dapat mempengaruhi besar dukungan sosial semakin kecil risiko
seseorang termasuk juga perilakunya akan depresi pada lansia. Sementara itu Green
pola hidup terutama dalam memotivasi (2003) mengungkakan dukungan sosial
untuk sikap, berperan dalam pembangunan yang rendah meningkatkan risiko depresi
hingga delapan kali lipat (OR 7.949, 95%
6
CI 2.58-24.41). Saat ini, urbanisasi Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menurut Vishal (2010) telah merebak di menjadi sumber informasi tentang
kalangan rumah tangga desa. karakteristik lansia yang mengalami
Industrialisasi, urbanisasi, pendidikan depresi. Serta dapat menjadi pedoman bagi
tinggi, dan paparan terhadap Western berbagai pihak mengenai kondisi lansia
lifestyle telah membawa perubahan norma- saat ini di panti sosial dalam rangka
norma masyarakat dan gaya hidup. Mason menciptakan situasi yang kondusif bagi
tahun 1992 menyatakan bahwa urbanisasi lansia sehingga dapat meningkatkan
telah mengikis kemauan keluarga untuk kualitas hidup lansia selama menjalani
peduli terhadap lansia dan menurunkan aktifitas sehari-hari dipanti sosial.
co-residence orang dewasa (anak)
terhadap lansia (orang tua). Berdasarkan DAFTAR PUSTAKA
pengalaman stres dalam dua tahun
terakhir, depresi cenderung dialami oleh Alexopoulos, GS. Mood Disorders. In:
lansia yang memiliki pengalaman stres Sadock BJ, Sadock VA, eds.
dalam dua tahun terakhir 55,6%. Kaplan & Sadock’s
Comprehensive Textbook of
KESIMPULAN Psychiatry. 8th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins,
a. Sebagian besar lansia mengalami 2005, p.3677-86.
depresi (73.7 %) di panti sosial tresna Anna, Lusia Kuss. (2012). Peningkatan
werda Sicincin tahun 2018 Jumalah Lansia. Kompas: Jakarta.
b. sebagian besar lansia berada pada usia http://www.kompas.com/health/news.
beresiko (> 65 tahun) yaitu 87.3% di Azis. Iwan J, dkk, Pembangunan
panti sosial tresna werda Sicincin Berkelanjutan Peran dan Kontribusi
tahun 2018 Emil Salim. (2010). Kepustakaan
c. sebagian besar lansia berjenis kelamin Populer Gramedia. Jakarta.
laki-laki (63.6 %) di panti sosial tresna Friedman, Marylin. 1998. Keperawatan
werda Sicincin tahun 2018 Keluarga. Jakarta.EGC.
d. tingkat pendidikan lansia terbanyak Ghaemi, SN. Mood Disorder. A Practical
adalah rendah (90.0 %) di panti sosial Guide. Philadelphia: Lippincott Williams
tresna werda Sicincin tahun 2018 & Wilkins, 2003, p.242-3.
e. lama tinggal lansia di panti sebagian Green RC, Cupples LA, Kurz A, et al.
besar beresiko ≥ 4tahun (61.8%) di 2003. “Depression as a risk factor for
panti sosial tresna werda Sicincin Alzheimer disease: the MIRAGE
tahun 2018 Study”. Arch Neurol 60: 753–759.
f. tidak ada hubungan umur dengan Hawari, D. 2008. Manajemen Stres,
depresi di panti sosial tresna werda Cemas dan Depresi Edisi 2. Jakarta:
Sicincin tahun 2018 FKUI.
g. tidak ada hubungan jenis kelamin Kaplan, Sadock. (2007). Sinopsis
dengan depresi di panti sosial tresna psikiatri: ilmu pengetahuan psikiatri
werda Sicincin tahun 2018 klinis. (Jilid 1). Jakarta: Bina Rupa
h. ada hubungan tingkat pendidikan Aksara.
dengan depresi di panti sosial tresna Mahsun. 2004. Bersahabat Dengan Stres
werda Sicincin tahun 2018 Edisi 1. Yogyakarta: Prisma Media.
i. tidak ada hubungan lama tinggal Mansjoer Arif et al. 2009. Kapita Selekta
dengan depresi di panti sosial tresna Kedokteran. Jakarta: FKUI
werda Sicincin tahun 2018 Maryam, R Siti. Dkk. 2008. Mengenal
Usia Lanjut dan Perawatannya.
Jakarta: Salemba Mardeka.
SARAN

7
Melisa 2010. hubungan dukunan keluarga Winrow AM, Holmes JD. 2005. “Old age
dengan tingkat depresi pada lansia di rw medical patients screening
11 kelurahan padurenan kecamatan positive for Depression”. Ir
ciledug karang tenagh kota tangerang. Psych Med Journal 22(4): 124
Http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1kep -27.
erawatan/0810712024/bab6.pdf. diperoleh Wulandari. 2011. Kejadian dan Tngkat
9 September 2018. Depresi pada lanjut usia: stud
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi perbandingan di panti werda dan
Penelitian Kesehatan. Jakarta: komunitas.
Rineka Cipta http://eprint.undip.ac.id/32877/1/
Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Ayu_Fitri.pdf. diperoleh
Gerontik dan Geriatrik. EGC: September 2018.
Jakarta Yanuar, H. 2010. Hubungan antara jenis
Nuryanti, T. Indarwati, R. dan kelamin, usia dan status
Hadisuryatmana, S. (2006). pernikahan dengan tingkat
Hubungan perubahan peran diri depresipada lansia di perumahan
dengan tingkat depresi pada sinar waluyo semarang.
lansia yang tinggal di UPT PSLU http//:digilib.unimus.ac.id/files/dis
Pasuruan Baba Lamongan. k1/110/jtptunimus-gdl-
Journal.unair.ac.id/filer.pdf./titik yanuarhida-5482-1-abstrak.pdf.
%20N.docx diperoleh 26 Diperoleh September 2018.
September 2013.
Prasetyono, Dwi S. 2003. Kiat Mengatasi
Cemas dan Depresi. Tuga Publisher:
Yogyakarta
Sadock, Benjamin J & Sadock, Virginia A.
2010. Kaplan dan Saddock Buku Ajar
Psikiatri Klinis. Edisi 2. EGC: Jakarta
Silvia (2010) Faktor-Faktor yang
berhubungan dengan kejadian
depresi pada lansia di posyandu
lansia Rimbo Kaduduk Wilayah
kerja Puskesmas Sintuk Padang
Pariaman.
http://repository.unand.ac.id/1740
6/. diperoleh Maret 2018.
Sonnenberg CM, Beekman ATF, Deeg
DJH, Van Tilburg W. (2000).
“Sex differences in late-life
depression”. Acta Psychiatr
Scand 101: 286–92.
Tamher, S. Noorkasiawi. 2009. Kesehtan
Usia Lanjut dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan. Jakarta:
Salemba.
Vishal J, Bansal RK, Swati P, Bimal T.
2010. “A study of depression
among aged in Surat City” Nat
Jour Com Med 1;47-9

Anda mungkin juga menyukai